• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) sebagai Insektisida Nabati Nyamuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) sebagai Insektisida Nabati Nyamuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nyamuk merupakan satu diantara serangga yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Nyamuk termasuk dalam filum Arthropoda, ordo Diptera, famili Culicidae, dengan tiga sub famili yaitu Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex, Mansonia, Armigeres,) dan Anophelinae (Anopheles) (Howard, 2007; Dongus, 2007). Nyamuk merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai vektor berbagai penyakit. Nyamuk tergolong serangga yang cukup tua di alam dan telah mengalami proses evolusi serta seleksi alam yang panjang sehingga menjadikan insekta ini sangat adaptif tinggal bersama manusia (Durant, 2008).

Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada hewan maupun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakitnya (Vinayagam, 2008). Kejadian penyakit yang penularannya dibawa oleh vektor nyamuk tersebut, disebabkan oleh tingginya kepadatan vektor nyamuk khususnya di Indonesia (Ndione, 2007).

(2)

sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue, serta beberapa genus nyamuk yaitu Culex, Aedes, dan Anopheles dapat juga menjadi vektor penyakit filariasis. Nyamuk juga menularkan beberapa penyakit pada hewan. Nyamuk Culex sebagai vektor Dirofilaria immitis (cacing jantung pada anjing) (Zhu, 2008; Govindarajan, 2010).

Tiga penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk yang selalu membuat permasalahan kesehatan yang sangat serius dalam masyarakat, yaitu demam berdarah dengue, malaria, dan filariasis. Kejadian ketiga penyakit menular tersebut menunjukan peningkatan yang signifikan, sehingga ketiga penyakit ini mendapat perhatian yang sangat serius dari semua kalangan.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Sampai saat ini yang paling berperan adalah nyamuk Aedes aegypti, karena hidupnya di dalam dan sekitar rumah, sedangkan nyamuk Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga jarang kontak dengan manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter dari atas permukaan laut karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan nyamuk untuk hidup maupun berkembangbiak (Siregar, 2004).

(3)

tadi dalam ruang dan waktu saling berkaitan dan saling membutuhkan, menyebabkan penyakit DBD berbeda derajat endemisitasnya pada satu lokasi ke lokasi lain, dan dari tahun ke tahun (Chahaya, 2003).

Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Demam Berdarah pertama kali ditemukan di Indonesia yaitu di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK): 41,3 %). Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. (WHO, 2005)

Angka Incidence Rate (IR) per 100.000 penduduk pada tahun 2005 sebesar 43,42; tahun 2006 sebesar 52,48; tahun 2007 sebesar 71,78; tahun 2008 sebesar 60,06; tahun 2009 sebesar 68,22 (Depkes RI, 2010).

(4)

tertinggi untuk tahun 2014 ditemui di Kecamatan Medan Sunggal sebanyak 113 kasus. (Dinkes Medan, 2015)

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk

anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis

nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. (Widoyono, 2008) Kejadian Luar Biasa (KLB) tahun 2006 – 2009 selalu terjadi di pulau Kalimantan walaupun kabupaten/kota yang terjangkit berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten), Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), NAD dan Sumatera (Sumatera Barat, Lampung) dengan total jumlah penderita adalah 1.869 orang dan meninggal sebanyak 11 orang. KLB terbanyak di pulau Jawa yaitu sebanyak 6 kabupaten/kota. (Kemenkes RI, 2011)

Penyakit malaria di provinsi Sumatera Utara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di daerah pedesaan, dimana nyamuk Anopheles banyak dan mudah ditemukan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Asahan, Labuhan Batu, Nias dan Kabupaten Karo. Pada bulan Mei 1992 di kecamatan Batang Angkola Tapanuli Selatan dilaporkan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) karena ditemukan sebanyak 38 kasus malaria yang meninggal dalam waktu 1 minggu dari 3000 kasus malaria, artinya tingkat kematian penyakit malaria sebesar 1,2% (Dinkes.Prov.Sumatera Utara, 2009)

(5)

semua Kabupaten/Kota tetapi yang paling banyak terdapat di Kabupaten Nias dan di Kabupaten Mandailing Natal (Dinkes Prov.Sumatera Utara, 2003).

Filariasis atau yang disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi jenis parasit nematoda atau oleh cacing filaria limfatik yang ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, dan merusak jaringan pada manusia yang mengenai kelenjar/saluran getah bening, dengan gejala akut berupa demam berulang, disertai tanda-tanda peradangan kelenjar/saluran getah bening serta pada stadium lanjut berupa cacat anggota tubuh. (Achmadi, 2001)

Jalan yang dapat ditempuh untuk mencegah demam berdarah, malaria, dan filariasis adalah dengan mengeliminasi atau menurunkan populasi nyamuk-nyamuk vektor. Penyemprotan dengan ULV malathion masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk-nyamuk dewasa. Di Indonesia banyak orang menggunakan obat nyamuk bakar untuk mengusir nyamuk pada malam hari dan siang hari (Sembel, 2009).

(6)

Penggunaan insektisida juga merupakan cara yang dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk. Berbagai jenis insektisida beredar dan dipasarkan dengan bebas. Umumnya insektisida yang diperjual belikan di pasar adalah insektisida yang terbuat dari bahan-bahan kimia. Penggunaan insektisida sintetis yang berlebihan dan dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan beberapa kerugian seperti nyamuk menjadi resisten, terjadinya keracunan pada manusia dan hewan ternak, serta polusi lingkungan, maka perlu suatu usaha untuk mendapatkan alternatif yang lebih efektif dalam mengendalikan populasi serangga. Salah satu alternatifnya adalah penggunaan insektisida alami untuk mengurangi masalah pencemaran lingkungan (Yunita, et al., 2009).

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) merupakan salah satu jenis rempah-rempah dari tumbuhan liar yang dikenal oleh masyarakat Batak, Sumatera Utara. Tumbuhan ini merupakan jenis yang sangat dekat kekerabatannya dengan Zanthoxylum piperitum yang banyak ditemukan di daratan Cina serta Z. stimulans yang banyak dijual di Eropa (Hasairin, 1994). Di Indonesia, tumbuhan ini tumbuh liar di pegunungan dengan ketinggian 1400 m dpl pada temperatur 15˚-18˚ C. Asal tumbuhan ini dari daerah Himalaya Subtropis (Wijaya, 1999).

(7)

di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Utara dengan hasil produksi yaitu Kabupaten Humbang Hasundutan menghasilkan 77,5 ton dengan luas lahan 25 hektar, sedangkan Kabupaten Tapanuli Utara menghasilkan produksi yang lebih sedikit yaitu 8,34 ton dengan luas lahan 17,75 hektar. (Sari, 2012). Menurut Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2013, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang tergolong sporadis untuk penyakit DBD.

Penelitian sebelumnya menggunakan tumbuhan sebagai insektisida telah dilakukan oleh Santi (2011). Dari hasil diketahui ekstrak kulit durian (Durio

zibethinus murr) dengan konsentrasi efektif yang dapat membunuh nyamuk Aedes

spp adalah konsentrasi 25% dengan waktu papar 20 menit dan tingkat kematian nyamuk mencapai 60%.

(8)

rentang konsentrasi yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya yaitu, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagian besar insektisida untuk nyamuk yang beredar di Indonesia merupakan bahan kimia sintetis beracun dan dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dan iritasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian insektisida yang berasal dari bahan alami. Andaliman diduga dapat dijadikan salah satu alternatif insektisida nabati karena mengandung minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, terpenoid dan steroid.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak andaliman (Zanthoxylum

acanthopodium) sebagai insektisida nabatiterhadap pengendalian nyamuk.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah kematian nyamuk setelah diberi perlakuan

disemprot dengan ekstrak andaliman pada konsentrasi 5%.

2. Untuk mengetahui jumlah kematian nyamuk setelah diberi perlakuan disemprot dengan ekstrak andaliman pada konsentrasi 7,5%.

3. Untuk mengetahui jumlah kematian nyamuk setelah diberi perlakuan disemprot dengan ekstrak andaliman pada konsentrasi 10%.

4. Untuk mengetahui jumlah kematian nyamuk setelah diberi perlakuan disemprot dengan ekstrak andaliman pada konsentrasi 12,5%.

(9)

Ha: Peningkatan konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% ekstrak andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) sebagai insektisida meningkatkan angka kematian nyamuk.

Ho: Peningkatan konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% ekstrak andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) sebagai insektisida tidak meningkatkan angka kematian nyamuk.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di daerah yang ditumbuhi banyak tanaman andaliman bahwa

andaliman dapat digunakan sebagai insektisida yang aman untuk

pengendalian nyamuk.

2. Masukan bagi para produsen dalam pemanfaatan andaliman sebagai bahan

baku produksi insektisida dalam rangka pengendalian nyamuk.

3. Sebagai masukan bagi penulis dan mahasiswa FKM, khususnya mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Tali rami harus memenuhi standar Negara dan terbentuk dari tiga untai rami dan tiap untai terdiri atas beberapa serabut yang berbeda. Arah lilitan untaian harus berlawanan

Hani Sutianingsih,dkk: Analisis Faktor Individu yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskletal (musculosceletaldisorders/msd) bidan dalam pertolongan persalinan di

Metode yang digunakan adalah (1) Penyuluhan dan pendampingan peternak dalam pemeliharaan ternak dan program sanitasi lingkungan, serta pembuatan pupuk organik dari

Sebelumnya daerah pantai Jenu merupakan salah satu daerah yang terkena dampak limbasan ombak besar yang mengakibatkan kerusakan tanah sampai mencapai jalan raya Pantura

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga penerima program konversi minyak tanah ke LPG, (2) mengidentifikasi persepsi dan sikap ibu

Seperti diketahui, bahan kontras yang dipergunakan pada MRI adalah senyawa kompleks gadolinium dengan asam dietilen triamin penta asetik (DTPA) dan 1,4,7,10 tetraazasiklododekan

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2014. :