• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Manfaat Vitamin A Bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorame Timur Tahun 2016"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya).Tingkat PengetahuaMenurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur

bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

4. Analisa (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

(2)

2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni :

a. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan

pada periode ini antara lain meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error).

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan

ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila

dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula menggunakan cara

tersebut.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

b. Cara modern memperoleh ilmu pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang yaitu:

Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

(3)

Media masa / sumber informasi

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. • Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. • Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan

fisik, biologis, maupun sosial.

Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.8

2.2. Vitamin A 2.2.1. Pengertian

Vitamin A atau retinol adalah suatu substansi yang larut dalam lemak dan

terdapat pada hati ( terutama hati ikan ) dan pada kuning telur dan produk susu.9

Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara

luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan

prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai

retinol.10

2.2.2. Manfaat Vitamin A

Menurut Thurnham (2014) manfaat vitamin A antara lain :

a. Penglihatan

Vitamin A dibutuhkan untuk fungsi visual pada cahaya remang.

Senyawa retinol dalam vtamin A ini dibutuhkan untuk mempertahankan

epitel permukaan mata. Proses visual dalam retina tergantung pada

kemampuan untuk mensintesis senyawa 11-cis retinal dan perilaku retina

terkena cahaya. Ada dua jenis sel reseptor cahaya dalam retina mata

manusia yaitu sel rod dan cone. Sel rod menyebabkan kita dapat melihat

(4)

berfungsi sebaliknya. Bila kita dari cahaya terang di luar kemudian

memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka kecepatan

mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung

dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah. Jika terjadi defisiensi

vitamin A kemampuan melihat keadaan remang-remang akan menurun

dan akan mengalami rabun senja.

b. Diferensiasi selular

Diferensiasi selular merupakan sejumlah rangkaian perubahan

morfologis yang terjadi untuk memproduksi epitel yang mature. Kulit

sebelah luar ditandai oleh sel-sel yang memproduksi keratin, smentara

usus ditandai oleh jaringan yang mengeluarkan lendir dan mengandung

banyak sel goblet. Kebanyakan fungsi vitamin A dari hasil diferensiasi

sel diatur oleh asam retinoat. Ketika terjadi defisiensi vitamin A, maka

sel-sel yang memproduksi keratin akan menggantikan sel-sel penghasil

lendir di dalam usus dan saluran pernapasan. Proses yang sama

menyebabkan xerosis dan kekeringan pada konjungtiva dan kornea

mata.

c. Reproduksi

Vitamin A penting bagi laki-laki dalam menjaga fertilitas

spermatogenesis, sedangkan bagi wanita akan terjadi tingkat

pembuahan yang rendah dan angka mortalitas kelahiran pada bayi

tinggi. Beta karoten dapat juga berfungsi dalam reproduksi karena beta

karoten disimpan dalam jumlah besar di dalam korpus luteum ovarium.

d. Embriogenesis

Isomer asam retinoat memainkan peran penting dalam embryogenesis

melalui kontrol gen yang berhubungan dengan perkembangan dan

pertumbuhan (gen homeoboks). Baik defisiensi maupun kelebihan

vitamin A dapat menimbulkan efek yang merugikan. Terutama pada

saat kehamilan, karena vitamin A juga bersifat teratogenik.

e. Imunitas dan pertahanan tubuh host

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia

dan hewan. Mekanisme sebenarnya belum diketahui secara pasti.

Retinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi

(5)

samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respon antibodi yang

bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan selular).

Sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.

f. Pencegahan kanker dan penyakit jantung

Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan

kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga

berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit,

tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Di samping itu

beta-karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai

antioksidan dan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru.

g. Haemopoiesis

Peranan vitamin A dalam haemopoiesis belum sepenuhnya dimengerti,

tetapi efek anti-inflamasi yang ditimbulkan oleh suplemen vitamin A

dapat menstimulasi penggunaan kembali zat besi dan absorpsinya

secara tidak langsung dengan mengurangi insidens infeksi dan

inflamasi.1

h. Pertumbuhan dan Perkembangan

Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang

membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin

A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada

anak – anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam

pertumbuhannya. Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai

asam retinoat. 10

i. Pencegahan kanker dan penyakit jantung

Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan

kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga

berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit,

tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Di samping itu

beta-karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai

antioksidan dan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru.

j. Lain-lain

Kekurangan vitamin A juga menyebabkan berkurangnya nafsu makan.

(6)

A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan

melalui interaksi dengan besi.10

2.2.3. Sumber Vitamin A

Vitamin A dalam makanan sebagian besar manusia berasal dari sumber-sumber

makanan nabati dan hewani dengan variasi yang sangat luas untuk memenuhi

kebutuhan harian manusia. Di negara industri, lebih dari dua per tiga asupan vitamin A

berasal dari sumber makanan hewani sebagai vitamin A yang sudah terbentuk

sebelumnya. Sementara itu, di negara berkembang bergantung terutama pada senyawa

karotenoid provitamin A yang berasal dari sumber makanan nabati.

Sumber vitamin A yang sudah terbentuk dalam makanan, meliputi hati, susu,

ASI, telur, serta ikan. Sumber vitamin A yang paling kaya adalah minyak hati seperti

hiu, halibut, serta cod, dan pada hewan yang hidup dari laut. Pada ikan laut, senyawa

alkohol vitamin A1 (retinol) merupakan bentuk simpanan vitamin A; sementara itu,

simpanan ikan air tawar berupa senyawa alkohol vitamin A2 (3-dehidroretinol) hanya

memiliki 40% aktivitas retinol. Hati binatang seperti sapi, domba, anak sapi atau ayam

juga mengandung vitamin A dengan konsentrasi yang sebanding dengan minyak hati

ikan cod. Telur, susu, dan produk susu lainnya seperti mentega dan keju, merupakan

sumber vitamin A dengan konsentrasi sedang (moderate). Daging seperti, daging sapi,

kambing, dan babi hanya memiliki sedikit vitamin A yang telah terbentuk

sebelumnya.11

Senyawa karotenoid provitamin A ditemukan pada makanan nabati seperti

buah yang berwarna kuning; jeruk, pepaya, mangga, sayuran yang berwarna kuning

hingga jingga; wortel, labu kuning, ubi, dan sayuran yang berwarna hijau; bayam

memiliki kandungan karotenoid yang cukup signifikan. Minyak kelapa sawit

merupakan sumber karotenoid alami yang paling kaya dan yang paling sedikit sumber

karotenoidnya terdapat pada biji-bijian sereal.9

2.2.3. Metabolisme Vitamin A

50-90% retinol yang telah dicerna diabsorbsi dalam usus kecil, dan diangkut

bersama dengan kilomikron, ke hati, tempat retinol mula - mula disimpan sebagai

retinil palmitat. Ketika dibutuhkan, retinol dilepaskan ke dalam aliran darah sebagai

retinol dalam gabungan dengan protein pengikat retinol yaitu retinol binding protein

(RBP), yang merupakan suatu protein pengangkut spesifik yang diurai oleh hati,

kompleks 1:1 ini dikenal sebagai holo-RBP. Dalam serum, kompleks RBP-retinol

(7)

Retinol kemudian dipindahkan dari serum dan digunakan oleh sel target, seperti

fotoreseptor retinal di retina dan epitel yang melapisi seluruh tubuh dan

metabolismenya dipengaruhi oleh retinol. Reseptor-reseptor spesifik untuk kompleks

vitamin A atau metabolit aktifnya berada pada permukaan sel dan inti sel, terutama

asam retinoat. Vitamin A mempengaruhi ekspresi beberapa ratus gen yang berbeda,

dan jumlah tersebut meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Perubahan ekspresi gen kiranya menjelaskan perubahan resultante dalam diferensiasi

sel, imunitas dan banyak fungsi lain yang bergantung pada vitamin A. 9

Gambar 2.1 Metabolisme vitamin A

Simpanan hati membentuk suatu buffer penting melawan variasi dalam asupan

vitamin A dan karotenoid provitamin A, jika asupan melampaui kebutuhan, yaitu

berkisar 180-450 g/hari retinol atau ekuivalennya, tergantung pada usia, jenis kelamin

dan status fisiologis, kelebihan tersebut disimpan dan cadangan di hati meningkat. Jika

asupan vitamin A kurang dari jumlah ini, maka simpanan dalam hati dialirkan untuk

mempertahankan retinol serum dan kadar normal (sebaiknya diatas 0,7 / atau

(8)

hati akan menurun, kadar serum retinol menurun, dan fungsi sel terganggu,

menyebabkan manifestasi abnormal misalnya xeropthalmia dan akibat fisiologis

lainnya serta manifestasi klinis dari defisiensi misalnya; anemia, gangguan imunitas.9

2.2.5. Kebutuhan akan Vitamin A

Rekomendasi asupan vitamin A dan nutrisi lainnya menurut Referensi

Intakes diet ( DRIs ) yang dikembangkan oleh Badan Pangan dan Gizi ( FNB ) di

Institute of Medicine dari Akademi Nasional (sebelumnya National Academy of

Sciences ). DRI adalah istilah umum untuk satu set nilai acuan yang digunakan untuk

perencanaan dan menilai asupan gizi orang sehat . Nilai-nilai ini , yang bervariasi

menurut usia dan jenis kelamin , termasuk :

• Recommended Dietary Allowance ( RDA ) : Rata-rata tingkat harian asupan

cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dari hampir semua ( 97 % -98 % )

orang yang sehat .

• Intake memadai / Adequate Intake ( AI ) : dibuat bila bukti tidak cukup untuk mengembangkan RDA dan ditetapkan pada tingkat diasumsikan untuk

memastikan kecukupan gizi .

• Perkiraan rata Kebutuhan : Rata-rata tingkat harian asupan diperkirakan untuk

memenuhi persyaratan 50 % dari orang yang sehat . Hal ini biasanya digunakan

untuk menilai kecukupan asupan gizi pada kelompok penduduk tapi bukan

individu .

• Tolerable Upper Intake Level : asupan harian maksimum tidak menyebabkan efek kesehatan yang merugikan .

Saat ini , vitamin A terdaftar pada makanan dan suplemen label di unit

internasional ( IU ) meskipun para ilmuwan gizi jarang menggunakan ukuran ini .

tingkat konversi antara mcg RAE dan IU adalah sebagai berikut:

• 1 IU retinol = 0.3 mcg RAE

• 1 IU beta-carotene dari suplemen makanan = 0.15 mcg RAE • 1 IU beta-carotene dari makanan = 0.05 mcg RAE

• 1 IU alpha-carotene atau beta-cryptoxanthin = 0.025 mcg RAE

RAE tidak dapat langsung diubah menjadi IU tanpa mengetahui sumber

vitamin A. Sebagai contoh , RDA 900 mcg RAE untuk remaja dan dewasa pria adalah

(9)

retinol ) . Namun , RDA ini juga setara dengan 6.000 IU beta - karoten dari suplemen ,

18.000 IU beta - karoten dari makanan , atau 36.000 IU alfa - karoten atau beta -

cryptoxanthin dari makanan . Jadi diet campuran yang mengandung 900 mcg RAE

menyediakan antara 3.000 dan 36.000 IU vitamin A , tergantung pada makanan yang

dikonsumsi .11

Tabel 3: Angka Kecukupan Vitamin A untuk Indonesia.12

Kelompok Umur Vitamin A (mcg)

(10)

Trimester 2 +300

Trimester 3 +350

Menyusui (+an)

6 bulan pertama +350

6 bulan kedua +350

Sumber: Gizi Depkes, 2013

2.3. Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A 2.3.1. Kekurangan Vitamin A

Defisiensi vitamin A dapat timbul karena makanan yang kurang kandungan

vitamin A-nya atau karena absorpsi dan transport vitamin A yang kurang baik dalam

tubuh. Biasanya defisiensi vitamin A untuk melaksanakan fungsi tubuh yang

diperlukan, disebabkan oleh kedanya. Tanda-tanda khas defisiensi vitamin A antara

lain (a) melemahnya kekebalan yang disertai dengan menurunnya ketahanan tubuh

terhadap infeksi; (b) keratinisasi, yaitu mengering dan mengerasnya beberapa sel epitel

pada mata, saluran cerna, kelenjar eksokrin, dan paru-paru; (c) terhambatnya

pertumbuhan yang lengkap, khususnya pada pembentukan rangka.

Gejala-gejala defisiensi vitamin A pada mata, diawali berkurangnya daya

adaptasi, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan mata dengan keadaan redup, yang

lambat laun menjadi buta malam (niktalopia). Pada stadium terakhir defisiensi vitamin

A dapat timbul xeroftalmia, yaitu mengering dan mengerasnya sel-sel kornea yang

berakibat keratomalasia, yaitu hancurnya kornea mata sehingga menjadi kebutaan.13

Kekurangan vitamin A dapat dibagi dua yaitu kekurangan vitamin A primer

dan sekunder. Kekurangan vitamin A primer disebabkan oleh kurangnya asupan

vitamin tersebut, sedangkan kekurangan vitamin A sekunder dikarenakan akibat

(11)

A. Epidemiologi Kekurangan Vitamin A

Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) , sekitar 190 juta

anak-anak < 5 tahun dan 19,1 juta wanita hamil memiliki retinol serum yang rendah

(SR) konsentrasi ( < 0,7 umol / L ). Frekuensi tanda-tanda klinis KVA telah menurun

di Indonesia . Namun berdasarkan konsentrasi SR , KVA masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang moderat untuk anak di bawah 5 tahun dan pada wanita

hamil. 15

Secara umum, prevalensi xeroftalmia di Indonesia menurun dari 1,18% pada

tahun 1978 menjadi 0,14% di tahun 1991. Sementara kekurangan vitamin A juga

menipis dari 1,2% (1986) menjadi 0,3% (1992). Angka ini sudah berada di bawah

kriteria yang ditetapkan sebagai masalah kesehatan masyarakat (0,5%). Meskipun di

beberapa daerah angka prevalensi KVA masih di atas 0,5% seperti provinsi Sulteng

(0,6%), Maluku (0,8%), dan Sulsel (2,8%) .16

B. Klasifikasi Kekurangan Vitamin A

Dikenal beberapa klasifikasi kekurangan vitamin A di Indonesia, seperti

klasifikasi Ten Doeschate, yaitu:

•X0 : Hemeralopia

•X1 : Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan bitot

•X2 : Xerosis kornea

•X3 : Keratomalasia

•X4 : Stafiloma, ftisis bulbi

Di mana kelainan pada: X0 sampai X2 masih reversibel, dan X3 sampai X4

ireversibel.17

Klasifikasi kekurangan vitamin A menurut WHO 2009, adalah

(12)

C. Tanda dan Gejala kekurangan Vitamin A19

Berikut tanda dan gejala kekurangan vitamin A berdasarkan Depkes RI (2003):

1. Buta Senja (XN)

Tanda-tanda :

• Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.

• Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya terang

• Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat

melihat di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.

2. Xerosis konjungtiva (XIA)

Gambar 2.2. Xerosis konjungtiva

Tanda-tanda :

• Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan

kusam.

• Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah

(13)

3. Xerosis Konjungtiva dan Bitot’s spot (X1B)

Gambar 2.3. Xerosis konjungtiva dan Bitot’s spot

Tanda-tanda :

• Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata

sisi luar.

• Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai

sebagai kriteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam

masyarakat.

Dalam keadaan berat :

• Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva. • Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut. • Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik 4. Xerosis Kornea (X2)

Gambar 2.4. Xerosis kornea

Tanda-tanda :

• Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.

• Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar. • Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita,

(14)

5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B

Gambar 2.5. Keratomalasia dan ulcus kornea

Tanda-tanda :

• Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.

• Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.

• Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3

permukaan kornea.

• Keadaan umum penderita sangat buruk.

• Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah) Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan

prolapse jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat

menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat

mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui

tahap-tahap awal xeroftalmia.

6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea

Gambar 2.6. Xeroftalmia scar

Tanda-tanda :

• Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa

sikatrik atau jaringan parut.

(15)

7. Xeroftalmia Fundus (XF)

Gambar 2.7. Xeroftalmia Fundus

Tanda-tanda :

• Dengan opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol.19

D. Diagnosis Kekurangan Vitamin A

Pemeriksaan yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kekurangan vitamin A

antara lain:

• Anamnesis konsumsi vitamin A

• Pemeriksaan gejala-gejala kulit dan mata

• Tes kadar vitamin A di dalam darah. Normalnya kadar vitamin A dalam

darah di Indonesia sekitar 20 mcg/dl. Namun kadar 10-20mcg/dl pun

masih dianggap optimal walaupun sudah meningkatkan risiko

timbulnya gejala-gejala hipovitaminosis. Kadar kurang dari 10mcg/dl

sudah dianggap menderita kekurangan vitamin A, besar kemungkinan

sudah terlihat gejala-gejala xerophthalmia.20

E. Pengobatan Kekurangan Vitamin A

Pilihan pertama ialah preparat oral (misalnya tablet atau sirup vitamin A)

karena telah terbukti amat efektif, aman, dan murah. Terapi dapat dilakukan dengan

pemberian segera vitamin A setelah diagnosis ditegakkan, yang memberikan hasil

perbaikan yang dramatis dalam 1-2 hari. Dosis 5 x 20.000 IU oral untuk satu minggu

atau suntikan depot 100.000 IU intramuskular sebagai one shot memberikan hasil yang

sama.20 XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus

(16)

diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat

menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup luas sehingga

menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).

Tabel 2.3. Pengobatan Xeroftalmia

Sumber: Deteksi dan Tatalaksana Xeroftalmia, 2010

Rabun senja akan merespons terapi setelah 24-48 jam. Xerosis konjungtiva yang

aktif dan bintik bitot mulai mereda dalam 2-5 hari, dan akan sembuh dalam dua

minggu. Sementara xerosis kornea reda dalam 2-5 hari dan kornea kembali normal

setelah 1-2 minggu.

Pemberian vitamin A akan memberikan perubahan atau perbaikan yang nyata pada

penderita kekurangan vitamin A dalam waktu 1 – 2 minggu, berupa:

• Mikrovili kornea akan timbul kembali sesudah 1 – 7 hari • Keratinisasi yang terjadi menghilang

• Sel goblet konjungtiva kembali normal dalam 2 – 4 minggu

• Tukak kornea memperlihatkan perbaikan, sehingga dapat direncanakan keratoplasti.17

F. Pencegahan Kekurangan Vitamin A19

Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan vitamin

A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dan

(17)

xeroftalmia dapat dilakukan:

• Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor social budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor

individu)

• Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini

• Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik, • yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus

(100.000 IU), untuk anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak

pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis 200.000 IU.

• Mengobati penyakit penyebab atau penyerta • Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk

• Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin

A secara terus menerus. • Memberikan ASI Eksklusif

• Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 IU • Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi.

2.3.2. Kelebihan Vitamin A

A. Pengertian Kelebihan Vitamin A

Hipervitaminosis A (toksisitas vitamin A) merupakan berlebihnya asupan

vitamin A di atas batas yang dianjurkan. Kemampuan tubuh untuk memetabolisme

vitamin A terbatas, jadi apabila terjadi kelebihan asupan vitamin A dapat

menyebabkan penimbunan yang melebihi kapasitas protein pengikat, sehingga vitamin

A dalam bentuk tidak terikat merusak jaringan.

B. Tanda dan Gejala Kelebihan Vitamin A

Gejala-gejala hipervitaminosis A kronis. Vitamin A, yang larut dalam lemak

dan disimpan dalam tubuh sampai batas tertentu, yang dikenal untuk menunjukkan

toksisitas pada dosis yang sangat tinggi diambil alih jangka waktu yang lama . Namun,

sebagian besar laporan telah terkait dengan konsumsi dalam jumlah besar vitamin

dalam bentuk tablet lebih waktu yang lama biasanya beberapa tahun , bukan minggu .

Gejala ini termasuk kekasaran dan kekurangan dari rambut dari kulit kepala, alis dan

bagian lain dari tubuh; kekeringan kulit, ulserasi, dan deskuamasi;

hepatosplenomegali; anoreksia dan diare; berhentinya menstruasi; Kecenderungan

(18)

(yang dapat disertai dengan kelemahan ) mialgia; dan pusing, penglihatan kabu ,

peningkatan tekanan intrakranial (menyebabkan penonjolan dari fontanelles pada bayi

dan sakit kepala parah pada orang dewasa ) ; dan mudah marah dan depresi .

Sebaliknya, sebagian besar bukti keracunan vitamin A akut Gejalanya

termasuk sakit perut , mual , muntah , diare , sakit kepala , pusing, penglihatan kabur,

cepat marah , kelesuan dan keinginan untuk tidur, mulai dalam beberapa jam dari

makan, diikuti oleh pemulihan yang cepat . Dalam beberapa kasus , deskuamasi kulit

terlihat. Sedangkan menurut Mawson gejala akut kelebihan vitamin A yaitu; sakit

kepala, mual , muntah , pusing, kelemahan kaki, kelelahan berlebihan atau

pendarahan.21

2.4. Kesehatan Mata

2.4.1. Tanda-Tanda Mata Sehat19

Mata sehat pada umumnya dapat diketahui dari luar, dimana mata terlihat cerah

dan bersinar. Untuk mengetahui apabila ada kelainan pada mata perlu pemeriksaan

mata dari dekat yang memerlukan bantuan senter atau lampu. Mata yang sehat dapat

diketahui, apabila dari pemeriksaan ditemukan tanda-tanda

sebagai berikut:

1. Kornea (selaput bening) benar-benar jernih dan letaknya ditengah (simetris)

antar kedua mata

2. Bagian yang putih benar-benar putih

3. Pupil (orang-orangan mata) benar-benar terlihat hitam, jernih dan ada reflek

cahaya, mengecil bila ada sinar

4. Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik

5. Bulu mata teratur dan mengarah keluar

6. Tidak ada sekret atau kotoran pada mata

7. Tidak ada benjolan pada kelopak mata.

2.5. Media Informasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media dapat diartikan sebagai:

1. Alat

2. Alat atau (sarana) komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster,

(19)

• Media Cetak : Sarana media massa yang dicetak dan di terbitkan secara berkala seperti surat kabar, majalah.

• Media Elektronik : Sarana media massa yang mempergunakan alat-alat

elektronik modern, misal radio, televisi, dan film

Gambar

Gambar 2.1 Metabolisme vitamin A
Tabel 3: Angka Kecukupan Vitamin A untuk Indonesia.12
Gambar 2.2. Xerosis konjungtiva
Gambar 2.3. Xerosis konjungtiva dan Bitot’s spot
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Product Quality, Location dan Price Terhadap Keputusan Pembelian Pada Gubuk Kupi Cafe Koba Kabupaten Bangka Tengah.. Penelitian ini dilatar belakangi oleh Meningkatnya

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tujuan dibalik pelanggaran terhadap prinsip maksim kerjasama dan untuk menemukan makna setiap perkataan yang ada dalam

Temuan penelitian ini dapat disimpulkan menjadi: (1) Interaksi kepenasihatan akademik sejatinya mengarahkan pada nilai kemandirian, yaitu bahwa mahasiswa merupakan pemegang

Kebijakan kesehatan yang menghormati hak perempuan atas tubuhnya, dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi masalah kependudukan, dengan

Dinas Kesehatan Kota Salatiga melakukan inovasi dengan membuat sebuah sistem perizinan yang berfungsi untuk melakukan pengajuan izin secara online sehingga proses

Kebijakan kesehatan yang menghormati hak perempuan atas tubuhnya, dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi masalah kependudukan, dengan

Meskipun perempuan diberikan keleluasaan dalam memanfaatkan ruang, baik taneyan maupun ladang di sekitarnya, mereka masih didudukkan sebagai objek yang lemah

Mengerti dan memahami proses komunikasi data diantara dua komputer dalam jaringan.. Karakter siswa yang