• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningioma Orbita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningioma Orbita"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK G R A M E D I A

ISBN 10: 602-0885-13-5 ISBN 13: 978-602-0885-13-1 Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)

Jl. Palmerah Barat 29-37, Unit 1 - Lantai 2, Jakarta10270 T: (021) 53677834, F: (021) 53698138

(2)

Buku Teks Komprehensif

Meningioma

Prof. Dr. dr. Iskandar Japardi, SpBS(K)

Ketua Departemen Ilmu Bedah Saraf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H. Adam Malik

Medan – Sumatera Utara

(3)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

Prof. Dr. dr. Iskandar Japardi, SpBS(K)

ISBN 10: 602-0885-13-5

ISBN 13: 978-602-0885-13-1

Editor Kepala: Prof. Dr. dr. Iskandar Japardi, SpBS(K)

Pengayakan Bahasa: Dr. Dwi Widayati, M.Hum

Editing Radiologi: dr. Elvita Rahmi Daulay, M.Ked(Rad), SpRad(K)

Editing Patologi: dr. Sufitni, M.Kes, SpPA. dr. Sufida, SpPA

Penata Letak: Maria Theresa & Aditya Ramadita

©2015, PT Bhuana Ilmu Populer

Jl. Palmerah Barat 29–37, unit 1, lantai 2, Jakarta 10270

Diterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer

No. Anggota IKAPI: 246/DKI/04

Kuipan Pasal 72:

Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 2002)

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan se ba-gai mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, menge darkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

© Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Diterbitkan oleh PT Bhuana Ilmu Populer

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... v

Bab 1 Asal Meningioma ... 1 Iskandar Japardi

Bab 2 Biologi Meningioma ... 25 Iskandar Japardi

Bab 3 Biologi Molekular dan Genetik ... 40 Rr Suzy Indharty

Bab 4 Neuropatologi Meningioma ... 61 Iskandar Japardi

Bab 5 Meningioma dan Edema Otak ... 91 Iskandar Japardi

Bab 6 Gejala Klinis Meningioma ... 109 Iskandar Japardi

Bab 7 Angiogenesis Meningioma ... 120 Iskandar Japardi

Bab 8 Prinsip Umum Operasi Meningioma ... 143 Julius July

Bab 9 Meningioma Olfactory Groove ... 153 Iskandar Japardi

Bab 10 Meningioma Fossa Media ... 179 Iskandar Japardi

Bab 11 Meningioma Petroclival Teknik Transpetrosal Fossa Media Anterior ... 188 Iskandar Japardi

Bab 12 Meningioma Petroclival Teknik Petrosal Posterior ... 198 Iskandar Japardi

(5)

Bab 14 Meningioma Petroclival ... 219 Iskandar Japardi

Bab 15 Meningioma Suprasellar ... 229 Iskandar Japardi

Bab 16 Meningioma Tuberculum Sellae ... 240 Iskandar Japardi

Bab 17 Meningioma Clinoidalis Anterior ... 258 Iskandar Japardi

Bab 18 Meningioma Clinoidalis Posterior ... 278 Iskandar Japardi

Bab 19 Meningioma Intrasellar dan Diaphragma Sellae ... 281 Iskandar Japardi

Bab 20 Meningioma Sphenoid Wing ... 290 Iskandar Japardi

Bab 21 Meningioma Foramen Magnum ... 324 Iskandar Japardi

Bab 22 Meningioma Konveksitas ... 346 Rr Suzy Indharty

Bab 23 Meningioma Konveksitas Serebellar ... 377 Iskandar Japardi

Bab 24 Meningioma Parasagittal ... 384 Iskandar Japardi

Bab 25 Meningioma Falx ... 406 Iskandar Japardi

Bab 26 Meningioma Sinus Cavernosus ... 427 Iskandar Japardi

Bab 27 Meningioma Tentorial... 453 Iskandar Japardi

Bab 28 Meningioma Cerebellopontine Angle ... 475 Abdul Gofar Sastrodiningrat

Bab 29 Meningioma Falcotentorial ... 486 Iskandar Japardi

(6)

Bab 31 Meningioma Intraventrikular ... 518 Iskandar Japardi

Bab 32 Meningioma Multipel Intrakranial ... 527 Iskandar Japardi

Bab 33 Meningioma pada Anak ... 544 Iskandar Japardi

Bab 34 Invasi Sinus Dural pada Meningioma ... 555 Iskandar Japardi

Bab 35 Invasi Meningioma pada Sinus Sagitalis Superior ... 562 Iskandar Japardi

Bab 36 Meningioma Metastasis ... 573 Iskandar Japardi

Bab 37 Meningioma Orbita ... 586 Rr Suzy Indharty

Bab 38 Meningioma Spinal ... 601 Rr Suzy Indharty

Bab 39 Terapi Radiasi dan Radiosurgery Meningioma Intrakranial ... 627 Iskandar Japardi

Bab 40 Kemoterapi pada Intrakranial Meningioma ... 644 Iskandar Japardi

Bab 41 Peneliian Meningioma ... 652

Adril Arsyaad Hakim dan kawan-kawan

(7)

P E N D A h u l u A N

Meningioma orbita ditemukan 1-2% dari semua

meningioma atau sepertiga dari tumor saraf

optik dengan insiden sekitar 2%1 atau 3-10%

dari semua tumor intra-orbita.2 Dengan adanya

teknik pencitraan yang modern, insiden

meni-ngioma orbita primer dapat bertambah. Primer

ini asalnya dari orbita itu sendiri, sedangkan

lesi sekunder asalnya dari struktur sekitarnya,

dan lesi metastasis. Wanita cenderung lebih

ba-nyak pada semua tipe meningioma. Kebaba-nyakan

meningioma orbita berasal dari ekstensi

intra-cranial atau 90%, dan 10% berasal dari orbita.3

Ekstensi tumor dapat terjadi ke sphenoid wing,

sinus cavernosus, clinoid dan tuberculum sella.

Tumor dapat juga berasal dari optic sheath

atau sebagai ectopic rest dari sel-sel arachnoid

dalam ruang retrobulbar.2 Manajemen

meni-ngioma dalam orbita merupakan suatu

tantang-an karena tipe lokasi bagitantang-an posterior dengan

pertumbuhan lambat dan progresif hilangnya

penglihatan.4 Mayoritas meningioma orbita

memperlihatkan neuropathy optic dengan

pertumbuhan yang lambat dan progresif khas

dengan hilangnya visual acuity yang bervariasi.

Pemeriksaan ophthalmoscopic memperlihatkan

edema saraf optik, pucat atau lipatan

chori-odal.

Tiga serangkai dari pathognomonic, yaitu

hilangnya penglihatan yang progresif dan

lam-bat, atropi optik, dan optociliary shunt

pembu-luh darah, tetapi cenderung terjadi relatif

lam-bat pada jalannya kelainan. Pada pemeriksaan

luar, seperti proptosis, chemosis, lid edema, dan

terbatasnya upgaze relatif jarang.5 Computed

tomography (CT) atau magnetic resonance

im-aging (MRI) memperlihatkan gambaran

meni-ngioma orbita dengan sangat baik. Manajemen

meningioma orbita masih kontroversi.

Meni-ngioma orbita diterapi dengan eksisi atau tanpa

intervensi operasi. Metode terapi operasi

mer-upakan pilihan tetapi sangat sering diikuti

de-ngan komplikasi, seperti hilangnya visual

acu-ity dan buta.6 Rendah atau tidak ada mortalitas

pada meningioma orbita dan observasi

meru-pakan pilihan yang pantas, kecuali terdapat

kemunduran visual acuity. Terapi fractionated

radiation memberikan hasil yang menjanjikan.7

37

(8)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

587

G E J A l A K l I N I S

Meningioma orbita primer dan sekunder

menunjukan gejala klinis yang hampir sama.

Ciri-ciri yang paling sering ditemukan, seperti

exophthalmus dan hilangnya penglihatan

unila-teral.8 Visual acuity cenderung terlibat awal dan

exophtkamus manifes kemudian.9 Umumnya

hilangnya penglihatan berkembang

berangsur-angsur, walaupun dapat terjadi hilangnya

peng-lihatan secara akut sekitar 2-5% dari canali cular

dan 8-12% dari meningioma intracranial.10

Beberapa penderita dengan keluhan diplopia

kemungkinan disebabkan oleh neuropathies

cranial atau kerusakan langsung dari otot-otot

rectus, bengkak, dan sakit kepala. Gejala mual

dan muntah berhubungan dengan tekanan

in-tracranial yang meninggi. Atropi saraf optik

da-pat ditemukan akibat kompresi saraf. Diplopia

terjadi sekunder akibat efek langsung saraf

kranial atau disfungsi otot extra-ocular. Pada

meningioma orbita sekunder yang besar, efek

massa dan tekanan tinggi intracranial dapat

menyebabkan papil edema saraf optik bilateral.

Optociliary shunt pembuluh darah pada

permu-kaan disc, memperlihatkan sirkulasi kolateral

antara vena central retina dan sistem aliran

vena choroidal/ciliary,11 sangat kuat, memberi

kesan meningioma melibatkan jaras visual

an-terior.

R A D I O l O G I

Optic nerve sheath meningioma dapat normal

pada x-ray biasa pada tingkat awal

perkembang-an tumor. Pada perkembperkembang-angperkembang-an selperkembang-anjutnya

tam-pak optic canal membesar atau hiperostosis

dari optic canal. Computed tomography (CT)

scan pada meningioma ini khas tampak

pen-ebalan saraf optik atau tram track sign

de-ngan dua strip lucency tampak sekitar sentral

saraf optik membesar, tanda bahwa saraf optik

dikelilingi oleh tumor.12 Ciri-ciri ini khas untuk

glioma saraf optik yang saraf optik itu sendiri

meluas. Adanya kalsifikasi penting sebagai

tan-da suatu meningioma. Hiperostosis patan-da optic

canal jelas tampak pada CT scan. Pemberian

kontras khas homogenous enhancement pada

massa. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

dapat memberikan gambaran yang lebih jelas

pada tumor, spesifikasinya dapat membantu

membedakan lesi fusiform dan loculated dari

lesi eccentric. MRI dapat mendeteksi lesi yang

kecil. Lesi en plaque tampak pada gadolinium-

enhancefat-supressed T1-weightedimages

se-bagai dua strip dari enhancement pada salah

satu sisi dari saraf optik.

A N AT O M I T u l A N G O R B I TA

Tulang orbita terdiri atas tujuh tulang, yaitu

frontal, ethmoid, sphenoid, maxilla,

zygoma-tic, lacrimal, dan palatine. Batas superior dari

orbita dibentuk oleh tulang frontal, dan

terda-pat notch atau foramen untuk saraf dan

pembu-luh darah supratrochlear dan supra-orbital.

Ba-tas medial dibentuk oleh superior tulang frontal

dan prosessus frontalis dari inferior maxilla.

Ba-tas lateral dibentuk oleh prosessus frontalis dari

(9)

Meningioma Orbita

oleh prosessus zygomatic dari tulang frontal.

Batas inferior terdiri atas ke medialmaxilla dan

ke lateral tulang zygomatic.13 Atap orbita

ter-diri atas orbital plate dari tulang frontal dan

lesser wing dari tulang sphenoid. Lantai orbital

dibentuk oleh orbital plate dari maxilla,

permu-kaan orbita dari tulang zygomatic dan

proses-sus orbital dari tulang palatine. Dinding lateral

dibentuk oleh sebagian besar sphenoid wing

dan prosessus frontalis dari tulang zygomatic.

Ke posterior fissure orbitalis inferior

memisah-kan dinding lateral dan lantai orbita. Fissure

or-bitalis superior memisahkan dinding lateral dan

atap orbita. Bagian anteromedial dari lantai

orbita terdapat lubang canal nasolacrimal.

Bagian orbita posterior terdapat tiga celah

tulang, yang member struktur neurovaskular

masuk ke orbita dari fossa temporalis, sinus

cavernosus, bagian suprasellar, dan fossa

in-fratemporalis. Sinus cavernosus langsung

ber-hubungan dengan orbita dan saraf kranial III,

IV, dan VI masuk ke bagian posterior dari orbita

melalui fissureorbitalis superior.

Optic canal terletak inferior dari prosessus

clinoidalis anterior dan saraf optik

meninggal-kan canal ke medial dari bagian C2 dari arteri

carotid internal.14Optic canal terbuka ke bagian

superomedial dari apex orbita dan transmit

saraf optik dan arteri ophthalmic. Canal

terle-tak pada pertemuan lesser wing dengan

sphe-noid body, dan dipisahkan dari fissure orbitalis

superior oleh optic strut, yang merupakan

jem-batan tulang berasal dari aspek inferior dari

cli-noid anterior langsung ke sphenoid body.

Fissure orbitalis superior terletak antara

lesser dan sebagian besar wing dari tulang

sphenoid. Fissure orbitalis superior memunyai

bentuk triangular dengan sebagian besar

medi-al dan posterior terhadap bagian lateral (apex).

Fissure ini berhubungan dengan orbita, fossa

cranial media, dan sinus cavernosus.

Empat otot-otot rectus, yaitu superior,

in-ferior, medial, dan lateral timbul dari tendon

annular (tendineous ring) yang melekat dengan

pinggir upper, lower, dan medial dari optic

ca-nal dan ke lateral dengan pinggir lateral dari

fissure orbitalis superior.

Fissure orbitalis inferior berhubungan

de-ngan orbita dan fossa pterygopalatine, ke

pos-teromedial. Bagian anterolateral dari fissure

berhubungan dengan orbita dan fossa

in-fratemporal. Saraf infraorbita, cabang-cabang

zygomatic dari saraf maxillary (V2),

bebera-pa cabang arteri maxillary internal dan vena

ophthalmic inferior merupakan struktur yang

berjalan melalui fissure orbitalis inferior.13

A N AT O M I S A R A F K R A N I A l

Saraf oculomotor memunyai dua root pada

fissure orbitalis superior, yang masuk orbita ke

dalam tendon annular dengan otot-otot extra

-ocular dan pembuluh darah pada bagian sentral

dari fissure orbitalis superior. Daerah sentral ini

disebut foramen oculomotor. Saraf trochlear

masuk ke bagian superior dari fissure orbitalis

superior, keluar tendinous ring, medial

(10)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

589

Divisi ophthalmic dari saraf trigeminal

me-munyai tiga root pada fissure orbitalissuperior,

yaitu saraf nasociliary, yang masuk aspek

pos-terior dari orbita ke dalam tendinousring; saraf

lacrimal dan frontalis, yang masuk orbita keluar

tendon annular. Saraf frontalis terletak antara

saraf trochlear, ke medial, dan saraf lacrimal ke

lateral.

Saraf abducen masuk bagian inferior dari

fissure orbitalis superior, ke dalam tendon

an-nular.13

A N AT O M I P E M B u l u h D A R A h

Lipatan anterior dari arteri carotid internal

berjalan sepanjang pinggir dari fissure

orbit-alis superior pada permukaan posterior dari

optic strut. Arteri membelok ke atas pada

ru-ang subarachnoid, berjalan ke medial terhadap

clinoid anterior. Arteri ophthalmic

merupa-kan prinsipal arterial root ke orbita. Ini timbul

di atas sinus cavernosus, dari bagian medial

membelok anterior dari arteri carotid internal.

Sekitar 8% dari penderita, arteri mulai ke

da-lam sinus cavernosus. Arteri menyilang inferior

canaloptic ke saraf optik berjalan melalui

ten-don annular. Setelah menyilang canal optic,

arteri ophthalmic berjalan di atas saraf optik

yang ditemukan sekitar 85% dari penderita,

dan memunyai beberapa cabang-cabang, yaitu

central retina, lacrimal, ciliary yang panjang

dan pendek, meningeal, supraorbita,

infratro-chlear, supratrochlear, palpebra, dorsal nasal,

arteri ethmoidal anterior dan posterior. Central

artery retina merupakan cabang terakhir dari

arteri ophthalmic.13

Sinus cavernosus berhubungan dengan

bagian posterior dan medial dari fissure

orbit-alissuperior. Vena ophthalmic superior

menga-lir ke bagian superomedial dari orbita dan vena

ophthalmic inferior mengalir ke area

inferola-teral. Vena ini berhubungan melalui vena

anas-tomotic yang besar ke vena facial dan angular

pada batas anterior dari orbita. Vena ophthalmic

superior dan inferior biasanya mengalir ke satu

vena, yang mengalir ke sinuscavernosus.13,14

PAT O l O G I

Asal usul patologi meningioma diperkirakan

dari arachnoid cap cell. Daerah yang paling

se-ring untuk tumor ini bertepatan dengan adanya

arachnoid villi, dan selalu batasnya berdekatan

dengan area dari jaringan arachnoid

granula-tion.15 Karakteristik patologi dari meningioma

orbita mirip dengan meningioma intracranial

yang lain. Terdapat berbagai subtype histologis.

Meningothelial meningioma suatu massa solid

lobulated atau lembaran sel-sel meningothelial,

dengan membran sel yang tidak tegas, dan ini

memberi suatu gambaran syncytium secara

kes-eluruhan, aktivitas mitotic rendah. Meni ngioma

orbita primer berasal dari opticsheath dan

ter-diri atas subtypetransitional, dan beberapa

tu-mor dengan perubahan psammomatous. Yang

jarang, seperti subtype fibrous, papillary, dan

anaplastic meningioma tidak terlibat primer

or-bita.16 Meningioma sekunder melibatkan bagian

(11)

Meningioma Orbita

histologis dan khas menyebabkan invasi tulang

dan hiperostosis.8 Hyperostosis menunjukan

invasi tulang oleh tumor. Analisis radiography,

operasi, dan aspek histologis dari meningioma

cranial base menunjukan hiperostosis.17

Gam-baran hiperostosis memperlihatkan gangguan

pembuluh darah pada tulang, merangsang

fungsi osteoblastic pada tulang normal oleh

tumor secreting factor, tumor produksi tulang,

trauma sebelumnya, dan reaksi tulang tanpa

in-vasi tumor.

TERAPI

Keputusan terapi yang rasional tentang terapi

meningioma orbita berdasarkan riwayat natural

dari penyakit sebaik yang diketahui secara jelas

adanya terapi modalitas, dan hubungannya

ber-manfaat, terbatas, dan risiko. Telah diketahui

bahwa efek meningioma terhadap orbita tidak

menandakan jalannya klinis yang progresif dan

memburuknya neurologis. Meninigioma orbita

pada anak-anak berhubungan dengan

prog-nosis yang jelek daripada penderita dewasa.18

Beberapa analisis data memberi kesan bahwa

pada populasi pediatric, tumor ini tidak hanya

menyebabkan kerusakan penglihatan tetapi

juga dapat meluas ke daerah di dekatnya,

se-perti sinus cavernosus, daerah sellar, anulus

of Zein, dan fossa pterygomaxillary, terutama

dengan tumor yang melibatkan sphenoid wing

medial. Dengan tumor yang ekstensi, total

re-seksi tanpa neurological yang signifikan akan

sangat sulit.

Dengan adanya dan karakteristik

modali-tas terapi yang baru, terdapat berbagai

mana-jemen pilihan dalam pengobatan meningioma

orbita. Endovascular embolisasi efektif untuk

devaskularisasi meningioma. Embolisasi khas

digunakan sebagai penghubung dengan reseksi

terbuka dari tumor. Whole-brainirradiation dan

stereotactic radiosurgery telah memperlihatkan

efektifitas dalam kontrol pertumbuhan tumor.

Radiosurgery dapat digunakan melalui gamma

knife atau melalui linear accelerator.

Radio-surgery telah digunakan sebagai model terapi

primer untuk meningioma intracranial. Pada

skull base sering digunakan sebagai terapi

tam-bahan, apakah dipakai untuk sisa tumor setelah

operasi atau tumor rekuren. Intra operative,

menggunakan pencitraan computer-assisted

dapat membantu menentukan batas dan lokasi.

Modifikasi yang berbeda terhadap teknik

crani-al base membantu ahli bedah untuk mencapai

reseksi total tanpa bahaya struktur saraf.

Se-baiknya, penderita dengan meningioma orbita

sebelum operasi dilakukan MR imaging dan

embolisasi, Juga sering digunakan pemandu

in-traoperative. Dicoba reseksi agresif dan reseksi

total apabila memungkinkan. Radiosurgery

se-bagai cadangan untuk terapi penderita dengan

rekuren tumor.

Terapi meningioma optic nerve sheath

berubah pada meningioma orbita sekunder.

Oleh karena reseksi sebagai modalitas terapi

primer untuk meningioma orbita sekunder,

pen-derita dengan meningioma nerve sheath selalu

diikuti keadaan klinisnya, disertai pemeriksaan

(12)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

591

TERAPI RADIASI

Terapi radiasi sebagai pilihan pengobatan

un-tuk meningioma sebagai suatu modalitas terapi

primer atau sebagai terapi tambahan.

Ditemu-kan bahwa radiotherapy tambahan setelah

ope-rasi mengurangi angka rekuren sekitar 24%.19

Beberapa studi ditemukan bahwa perbaikan

vi-sual acuity pada penderita meningioma orbita

yang di terapi primer dengan radiotherapy.20

Beberapa peneliti menemukan bahwa penyakit

inflamasi kadang-kadang dapat salah diagnosis

sebagai meningioma optic nerve sheath.21

Terapi radiasi dapat memperlambat

pro-gresifitas penyakit. Progresif visual loss, atau

terjadi kebutaan, operasi merupakan pilihan

untuk menghilangkan sakit pada mata atau

ex-ophthalmus. Radiosurgery juga dapat

menim-bulkan komplikasi, seperti edema serebral,

radiation-induced necrosis. Morbiditas yang

berhubungan dengan meningioma orbita

dise-babkan primer karena kompresi struktur saraf.

Telah ditentukan jika radiosurgery cukup

me-ngurangi volume tumor untuk menghilangkan

gejala yang berhubungan dengan meningioma

orbita.21

A N G I O G R A F I D A N E M B O l I S A S I

Embolisasi melibatkan selektif kateterisasi dari

pembuluh darah yang mengalir ke tumor.

De-ngan kateter, material embolic diletakan dalam

lumen, terjadi bekuan darah dan thrombus.

Masih dalam perdebatan apakah intervensi

embolisasi pada meningioma bermanfaat, yang

dapat mengurangi hilangnya darah saat operasi,

menurunkan angka komplikasi, dan berpotensi

mengurangi waktu operasi.22 Jelas bahwa

terda-pat pertimbangan perbedaan hubungan operasi

untuk meningioma dengan lokasi yang berbeda.

Meningioma konveksitas, yang aliran darah

ter-utama berasal dari sistem arteri carotid

exter-nal, kurang tantangannya dalam hubungannya

untuk endovascular embolization, dalam hal

lain, katererisasi saat operasi terhadap aliran

darah sebelum reseksi tumor juga suatu teknik

yang efektif untuk mengurangi hilangnya darah

saat operasi. Embolisasi mungkin lebih

mem-bantu untuk selektif kasus-kasus, seperti jika

melakukan operasi meningioma ukuran besar

dan pada skull base.23 Meningioma orbita

me-rupakan suatu contah bahwa aliran darah dapat

berasal dari arteri carotid internal dan external.

Tumor dengan aliran darah yang berasal dari

ke dua sistem ini dan embolisasi hanya

dilaku-kan pada sistem external, tercapainya manfaat

masih kontroversi. Kita telah menemukan

bah-wa manajemen tumor osseous skull base

den-gan preoperative embolisasi mengurangi angka

hilangnya darah saat operasi, ahli bedah dapat

melihat tumor lebih efektif, dan bekerja tanda

tergesa-gesa.

T E K N I K O P E R A S I

Teknik operasi dibagi dua grup, yaitu teknik

ex-tracranial dan transcranial. Lokasi lesi dalam

periorbita pada anterior dua pertiga dari orbita

dapat dibuang dengan teknik extracranial.

(13)

Meningioma Orbita

anterior dengan atau tanpa osteotomy; lateral

atau bitotomy; medial orbitotomy dan

kombi-nasi medial dan lateralorbitotomy.24

Meningio-ma yang terlibat apex orbita, medial terhadap

saraf optik dan lesi dengan ekstensi intracranial

harus dibuang dengan teknik transcranial.13

Be-berapa lesi dengan komponen infratemporal

dan maxillary harus diatasi dengan teknik

ex-tendedtranscranial.

Awal dari teknik transcranial membuang

tulang frontal dan frontotemporal flap,

mem-pertahankan supraorbital rim. Pada tumor yang

besar, setelah berkembangnya teknik operasi

skull base, teknik supraorbital dan

cranio-or-bital zygomatic (COZ) lebih tepat untuk reseksi

total.

T E K N I K S u P R A O R B I TA l

Posisi penderita terlungkup dengan kepala

di-tinggikan 20-30o dan tetap tegak. Fiksasi kepala

dengan Mayfield headrest, hyperextensi agar

lo-bus frontalis jatuh ke belakang, gunakan gravity

sebagai retractor yang natural. Insisi kulit 1 cm

anterior dari tragus dan ekstensi ke garis

tem-poralis superior pada bagian yang berlawanan,

di belakang garis rambut untuk kosmetik. Arteri

temporalis superficialis berjalan ke posterior

dan cabang saraf facial terletak anterior dari

in-sisi. Dilakukan pericranial flap yang besar,

vasku-larisasi oleh pembuluh darah supraorbital dan

frontal yang tampak pada scalp flap. Pericranial

flap harus disiapkan untuk rekonstruksi dura

dan skull base setelah tumor dibuang. Diseksi

subfacial temporal, posterior terhadap cabang

atas dari saraf facial tergambar ke anterior.

Bagian atas dari otot temporal menggambarkan

inferior dan ke posterior untuk penampakan

tu-lang frontal, sphenoid, dan zygomatic. Flap

tu-lang supraorbital mulai dengan keyhole burr,

terletak pada pertemuan frontosphenoidal,

posterior terhadap prosessus zygomatic dari

tulang frontal. Burr hole ke dua dilakukan di

atas supraorbital rim, ke medial terhadap

fo-ramen supraorbital. Lubang sekecil mungkin

untuk kosmetik. Dua burr hole berhubungan

dengan pemotongan dua tulang. Pemotongan

pertama melalui tulang frontal, 4 cm superior

terhadap supraorbital rim. Pemotong an ke dua

berhubungan dengan dua burr hole menyilang

di bawah supraorbital rim. Pemotong an ini

da-pat dilakukan dengan drill atau Gigli saw.

Pe-motongan menggunakan Gigli saw memerlukan

proteksi isi dari orbita dengan spatula otak, dan

orbital rim dan prosessus zygomatic dipotong

bersamaan.

tEknik Cranio-orbital zyGoMatiC

Penderita dalam posisi terlentang dengan

kepala ditinggikan 20-30o. Kepala difiksasi

de-ngan three-point headrest memutar 30o kesisi

berlawanan dari tumor. insisi kulit mulai 1 cm

anterior terhadap tragus dan ekstensi di

bela-kang garis rambut ke kontralateral garis

tem-poral superior, pertahankan arteri temporalis

superficialis dan cabang-cabang superior dari

saraf facial. Diseksi flap pericranial untuk

pe-nampakan saraf supraorbital pada supraorbital

(14)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

593

melepaskan saraf. Diseksi zygomatic arch dan

zygoma dengan memotong miring pada bagian

anterior dan posterior. Otot masseter tidak

dilepaskan dari zygoma untuk menghindari

sakit dan terbatasnya membuka mulut setelah

operasi. Insisi otot temporal ke posterior untuk

mempertahankan arteri temporalis dan tampak

menurun dengan free zygomatic arch.

Cranio-orbital flap dilakukan

mengguna-kan tiga lubang panduan. Pertama dilakumengguna-kan

keyhole. Ke dua terletak pada squama

tempo-ral, di atas zygomatic root, dan ke tiga terletak

pada superior dari supraorbital rim, dekat garis

te ngah. Pada penderita tua, tambahan lubang

harus dilakukan untuk mempertahankan dura.

Osteotomy dilakukan berhubungan dengan

lubang temporalis inferior dengan lubang

fron-tal, dan lubang frontal berhubungan de ngan

keyhole menggunakan drill atau Gigli saw.

Lubang temporalis inferior dan keyhole

ber-hubungan dengan high-speed drill

mengguna-kan roungeurs. Dura harus bebas diseksi, dan

flap tulang dibuang.

Pada penderita tumor yang melibatkan

tu-lang orbita lateral, osteotomy dengan

cranio-orbital zygomatic harus membuang prosessus

frontalis dari tulang zygomatic. Pada beberapa

penderita dilakukan osteotomy termasuk

zygo-matic arch dan prosessus frontalis dari zygoma

sebagai satu potong.25 Jika atap orbital juga

ter-libat tulang yang dibuang termasuk beberapa

bagian. Optic canal dibuka dan dibuang radikal

dari sphenoid ring sekitar fissure orbitalis

superior memberi kontrol yang sangat baik dari

penyakit ini.26

R E KO N S T R u K S I O R B I TA

Pertahankan periorbita sangat penting

un-tuk kosmetik ophthalmological dan perbaikan

fungsinya. Membuang bagian posterior dari

atap biasanya tidak berhubungan dengan

gang-guan klinis ophthalmic. Juga membuang tulang

dinding lateral dan medial, toleransinya baik

dan dapat menyebabkan enophthalmus atau

dystopia. Jika periorbita dipertahankan

rekon-struksi yang solid dari medial, lateral, dan atap

kemungkinan tidak diperlukan. Sebaliknya,

lan-tai orbital dibuang, terutama jika lebih dari dua

pertiga, berhubungan dengan tingginya level

komplikasi ophthalmic, dihindari enophthalmus

dan hypoglobus, walaupun periorbita

diperta-hankan.27

Teknik cranio-orbito zygomatic dan teknik

lain orbitocranial menggantikan batas superior

dan lateral dari orbita pada akhir prosedur.

Meskipun demikian, lantai dan periorbital

me-merlukan teknik khusus dan material untuk

rekonstruksi. Beberapa alternatif untuk

meng-gantikan orbita, yaitu bone cement, split

cal-varia, iliac crest, rib graft, titanium mesh, dan

lain-lain material sintetik.28

PROGNOSIS

Meningioma diketahui suatu tumor dengan

pertumbuhan yang lambat tetapi progresif.

Mayoritas rekuren diperkirakan karena sisa

tu-mor pada operasi, yang terjadi karena takutnya

terjadi defisit fungsional yang berat dengan

(15)

meni-Meningioma Orbita

ngioma dengan berbagai lokasi memunyai

ang-ka rekuren antara 10-23%.29 Meningioma orbita

dapat invasi sinus cavernosus, dura dari sella

turcica, bagian lateral dari sphenopid body,

an-ulus dari Zein, fossa pterygomxillary, dan ruang

lateropharyngeal. Bonnal dan kawan-kawan,30

melakukan perdebatan melawan eksplorasi

invasi tumor daerah sphenoid ridge untuk

re-seksi total untuk pertahankan fungsi

neurolo-gis setelah operasi. Sebagian besar terdapat

sisa tumor. Angka rekuren pada meningioma

sphenoid ridge lebih besar dari lokasi tumor

ditempat lain, sekitar 25-50%.31 Meningioma

yang ekstensi sphenoorbital juga cenderung

in-vasi struktur vital neurologis. Yang dianjurkan

untuk reseksi luas termasuk seluruh sphenoid

wing sampai fissure orbitalis superior,

proces-sus clinoidalis anterior, dan atap orbita,

dekom-presi foramen rotundum, foramen ovale, dan

optic canal. Tidak direkomendasi eksplorasi

si-nus cavernosus.26

R E K u R E N

Angka rekuren meningioma antara 10-23%.

Re-kuren meningioma spheno-orbital cenderung

tinggi dan bervariasi dari 14-50%. Keterlibatan

tulang cranial base dan fissure orbitalis superior

atau invasi sinus cavernosus memunyai angka

rekuren yang tinggi.32

(16)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

595

Gambar 2. head cT-scan dengan IV kontras terlihat massa sangat besar, berlobulasi menyangat pasca kontras menonjol ke anterolateral serta mengisi daerah frontotemporalis, orbita, sinus maksilaris, sinus

sfenoidalis, sinus etmoidalis, sinus frontalis dan kavum nasi kanan

dengan destruksi tulang-tulang sekitar. Massa menyebabkan herniasi subfalksin anterior ke kiri serta menekan sisterna basalis.

(17)

Meningioma Orbita

Gambar 4. Meningothelial meningioma, grade i who. sel-sel tumor dengan ini bulat, oval, sebagian dengan kromain halus sedangkan sisanya dengan kromain kasar, dijumpai clearing

(penjernihan ini), dan struktur whorl kecil yang dipisahkan jaringan ikat.

(18)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

597

Gambar 6. Mri brain dengan iv kontras post tumor removal hari ke 30 terlihat massa berlobulasi

batas tegas dominan hipointens pada T1, dominan slight hiperintens T2 dan FlAIR serta menyangat heterogen pasca kontras yang mengisi daerah frontalis-temporalis, orbita, sinus maksilaris,

sinus etmoidalis, sinus sfenoidalis, sinus frontalis dan kavum nasi kanan serta terlihat menekan

pons sisi kanan. Tidak terlihat lagi penonjolan massa ke anterolateral. Pasien dengan klinis baik direncanakan untuk operasi kembali.

Gambar 7. Mra dengan fase arteri dan vena yang terlihat baik serta spectrometry dengan naa

(19)

Meningioma Orbita

Gambar 8. Durante operasi yang kedua

Gambar 9. head cT-scan kontrol 7 hari post operasi masih terlihat sisa massa tumor hiperdens pasca kontras pada daerah sisterna basalis, frontalis kanan, fossa posterior kanan, sphenoid bilateral, etmoid bilateral dengan edema sekitar disertai destrukai os etmoid, sphenoid, frontal

(20)

Buku Teks Komprehensif Meningioma

599

T I N J A u A N P u S TA K A

Shields JA, Shields CL, Scartozzi R. Survey of 1264 1.

paients with orbital tumors and simulaing lesions.

Ohthalmology 2004;111:997-1008

Ducie Y. Orbitozygomaic resecion of meningiomas

2.

of the orbit. Laryngoscope 2004;114:164-170

Duton JJ. Opic nerve sheath meningiomas. Surv

ngiomas and advanced treatment opions. Curr

Opin Ophthalmol 2004;15:406-410

Cristante I. Surgical treatment of meningiomas of 6.

the orbit and opic canal: a retrospecive study with paricular atenion to the visual outcome. Acta

Neurochir (Wien) 1994;126;27-32

Narayan S, Cornblath WT, Sabdler HM, Elkner V, 7.

Hayman JA. Preliminary visual outcomes ater three-dimenion conformal radiaion therapy for opic nerve sheath meningiomas. Int J Radiat Oncol

Biol Phys 2003;56:537-543

Boulos PT, Dumont AS, Mandell JW, Jane JA. Meni-8.

ngiomas of the orbit: contemporary consideraions. Neurosurg Focus 2001;10(5)aricle 5:1-10

Wright JE. Primary opic nerve meningiomas: clini -9.

cal presentaion and management. Trans Am Acad

Ophthalmol Otolaryngol 1977;83:617-625

Wilson WB. Meningiomas of the anterior visual sys-10.

tem. Surv Ophthalmol 1981;26:109-127

Newman SA, Jane JA. Meningioma of the opic

11.

nerve, orbit, and anterior visual pathways, in

Al-Mety ) (ed): Meningiomas. New York Raven Press

1991:461-494

Mafee MF, Goodwin J, Dorodi S. Opic nerve sheath

12.

meningiomas. Role of MR imaging. Radiol Clin North

Am 1999;37:37-58

Rhoton AL.Jr. The orbit. In: Rhoton AL.Jr(ed) Cranial 13.

anatomy and surgical approaches. Illinois,

Lippin-cot, William & Wilkins. 2003:331-362

Borba LAB, Al-Mety O. Normal anatomy of the

ca-14.

vernous sinus. In: Eisenberg MB, Al-Mety O. The

cavernous sinus: a comprehensive text.

Philadel-phia, Lippincot William & Wilkins. 2000:21-34

Al-Rodhan NRF, Laws ER Jr. The history of intracrani-15.

al meningiomas, in Al-Mety O (ed): Meningiomas.

New York: Raven Press 1991:1-7

Russell DS, Rubinstein LJ. Pathology of tumours 16.

of the Nervous System, ed 5 London: E Arnold,

1989:449-532

Pieper DR, Al-Mety O, Hanada Y, Bucchner D. Hy -17.

perostosis associated with meningioma of the

cra-nial base: secondary changes or tumor invasion.

Neurosurgery 1999;44:742-747

Walsh FB. Intracranial meningiomas: selected 18.

caseswith neuro-ophthalmologic interest, in Smith

JL (ed): Neuro-ophthalmologiy, Symposium of the

University of Miami and the Bascom Palmer Eye

In-situte Halladale FL: Hufman 1970;(5):267-302 Wara WM, Sheline GE, Newman H, et al. Radiaion

19.

therapy of meningiomas. Am J Roentgenol Radium

Ther Nucl Med 1975;123:453-458

Kupersmith MJ, Warren FA, Newall J, et al. Irradia-20.

(21)

Meningioma Orbita

Duton JJ, Anderson RL. Idiopathic inlammatory

21.

periopic neuriis simulaing opic nerve sheath

me-ningioma. Am J Ophthalmol 1985;100:424-430

Gruber A, Killer M, Mazal P, et al. Preoperaive em -22.

bolizaion of intracranial meningiomas: a 17-year

single center experience. Minim invasive Neurosurg

2000;43:18-29

Oka H, Kurata A, Kawano N, et al. Preoperaive

23.

superselecive embolizaion of skull-base meni-ngiomas: indicaion and limitaions. J Neurooncol

1998;40:67-71

Bejjani GK, Cockerham KP, Kennerdell JS, Maroon 24.

JC. A re-appraisal of surgery for orbital tumors.

Part I: extraorbita approaches. Neurosurg Focus

2001;10(5)aricle 2:1-6

Wanibuchi M, Friedman AH, Fukushima T. Fron-25.

totemporal orbitozygomaic transcavernous ap -proach. In: Wanibuchi M, Friedman AH, Fukushima

T, Editors. Photo atlas of skull base dissecion. New

York, Thieme 2009:123-144

Maroon JC, Kennerdell JS, Vidovich DVAbla A, Ster-26.

nau L. Recurrent spheno-orbital meningioma. J

Neurosurg 1994;80:202-208

DeMonte F, Tabrizi P, Culpepper SA, Abi-Said D, 27.

Soparkar CNS, Patrinely JR. Ophthalmological

out-come following orbital resecion in anterior and

anterolateral skull base surgery. Neurosurg Focus

2001;10(5)aricle 4:1-6

Pritz MB, Burget RA. Spheno-orbital reconstrucion

28.

ater meningioma resecion. Skull base

2009;19:163-170

Adegbite AB, Khan MI, Paine KW, et al. The recur-29.

rence of intracranial meningiomas ater surgical

treatment. J Neurosurg 1983;58:51-56

analysis of recurrence and progression following

neurosurgical resecion. J Neurosurg

1985;62:18-24

Shrivastava RK, Sen C, Constanino PD, DellaRocca

32.

R. Spheno-orbital meningiomas: surgical limitaion

and lessons learned in their long-term

Gambar

Gambar 1. laki-laki 30 tahun dengan benjolan daerah orbita disertai tanda-tanda infeksi
Gambar 3. Durante operasi
Gambar 4. Meningothelial meningioma, grade i who. sel-sel tumor dengan ini bulat, oval, sebagian dengan kromain halus sedangkan sisanya dengan kromain kasar, dijumpai clearing (penjernihan ini), dan struktur whorl kecil yang dipisahkan jaringan ikat.
Gambar 6. Mri brain dengan iv kontras post tumor removal hari ke 30 terlihat massa berlobulasi batas tegas dominan hipointens pada T1, dominan slight hiperintens T2 dan FlAIR serta menyangat heterogen pasca kontras yang mengisi daerah frontalis-temporalis,
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Suatu penelitian dari Ildan dkk (2007) pada 137 pasien meningioma yang diterapi dengan tindakan bedah dan tidak menunjukkan residu tumor pada MRI pasca operasi, menunjukkan

Ultrasonografi dapat memberikan gambaran lokasi dari intratumoral hemorrhage, perubahan kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor, kalsifikasi, invasi parenkim oleh

York sac tumor biasanya muncul sebagai massa kistik padat besar dengan penyangatan heterogen pada pemeriksaan CT scan, pembuluh darah intratumoral membesar dengan fokus

Untuk bisa memperlihatkan organ dengan jelas maka harus diberikan media kontras saat melakukan pemeriksaan CT Scan abdomen, dimana dalam pemeriksaan CT Scan

Hal ini mengarah pada gejala dari space occupaying lession (SOL) yang disebabkan oleh tumor otak. Pada CT scan dengan kontras tampak massa heterogen yang kompleks dimana terdapat

(10) Pemeriksaan menggunakan CT scan terutama CT scan dengan kontras akurat dalam menentukan luas lesi ruptur hepar dan trauma terkait, sehingga dapat memberikan informasi

• CT scan dapat membedakan struktur padat dengan cairan, sehingga sangat berguna dalam menilai jenis dan luasnya tumor ginjal atau massa lainnya yang menyebabkan

Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras menunjukkan perdarahan subarakhnoid luas dan hasil CT Angiografi kepala dengan kontras didapatkan aneurisma sakular pada aspek lateral