• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sikap Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro terhadap Pluralisme di Indonesia T2 752015009 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sikap Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro terhadap Pluralisme di Indonesia T2 752015009 BAB V"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

103 BAB V

Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang penulis telah lakukan, pada bab ini penulis akan uraikan tentang kesimpulan dan juga rekomendasi yang penulis usulkan. Kesimpulan yang penulis ambil sebagai berikut :

- Sikap santri pondok pesantren Edi Mancoro terhadap pluralisme di Indonesia sangat terbuka akan perbedaan. Meminjam istilah tentang sikap beragama yang dipakai oleh Nurcholis Madjid, juga sama dengan Alan Race, sikap santri pondok pesantren Edi Mancoro itu berada pada model Pluralis. Mereka bisa menjalin interaksi dengan berbagai kalangan yang berbeda baik suku, golongan dan agamanya.

- Sikap yang pluralis itu tentunya tidak lepas dari ajaran nyata yang diteladankan oleh kyai dan para pengasuh yang ada di pondok tersebut. - Santri Pondok pesantren Edi Mancoro mengakui Pancasila dan UUD 45

sebagai dasar bersama kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. - Fatwa MUI tidak mempengaruhi sikap mereka terhadap pluralisme,

karena mereka lebih mengikuti kyainya sendiri yang menerima akan pluralisme.

(2)

104

- Perbedaan dalam NU tidak mempengaruhi sikap mereka terhadap pluralisme, karena pengaruh teladan nyata kyai lokal atau lebih percaya

pada kyai mereka sendiri.

- Para santri pondok pesantren Edi Mancoro memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua.

- Para santri pondok pesantren Edi Mancoro percaya bahwa agama menjadi kekuatan perubahan dan mengatasi persoalan bersama.

5.2. Rekomendasi

Dari kesimpulan yang telah penulis ambil, ada baiknya penulis merekomendasi untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Rekomendasi itu adalah :

- Gereja mengembangkan sikap pluralisme dengan membangun interaksi terhadap berbagai kalangan sebagai bagian dari kehidupan bersama, gereja bersikap model Paul F. Knitter dengan model Acceptance / penerimaan, menerima perbedaan dan mempercayai keselamatan masing-masing. - Gereja mempraktekkan teologi holistik sebagai bagian dari hakekat

kehadiran agama bagi dalam kehidupan bersama, bahwa agama bukan hanya masalah ketuhanan saja, namun juga menyangkut masalah sosial, untuk itu toleransi, hubungan baik dengan orang lain/beragama lain harus berjalan dengan baik.

(3)

105

Referensi

Dokumen terkait

Apakah rumusan Teologi Politik Gereja Protestan di Indonesia bagian

M anusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesama manusia dan membutuhkan orang lain dalam kehidupan bersama sehingga terjadi

Dalam hal hukum memberi nilai penghormatan atas kehidupan manusia sanksi sama sekali tidak boleh melanggar nilai tersebut maka dari itu sanksi pidana mati jelas

Salah satu makna yang dapat dipetik oleh gereja dari rambu solo adalah.. penerimaan orang Toraja terhadap realitas kematian sebagai kebahagian

Peran perempuan dalam kehidupan Gereja Kristen Jawa masih sangat kurang. Hal

dalam suasana kehidupan respek, toleransi, dialog, dan kerja sama demi mewujudkan. kemanusiaan

Warga negara adalah juga warga gereja, sehingga teologi politik lebih di mengerti sebagai bentuk penataan terhadap kehidupan, bagaimana warga gereja ataupun warga

Khususnya tanggung jawab gereja kepada warga gereja dewasa, gereja berani mendesain ulang terhadap Pendidikan Warga Gereja bagi orang dewasa, sehingga dapat