3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan desain studi kasus untuk mengetahui perilaku ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah masih terdapatnya masyarakat yang melakukan penolong persalinan non kesehatan (dukun beranak) di wilayah tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 - Januari 2017.
3.3. Informan Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan hasil pengumpulan data responden melalui wawancara mendalam dengan pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan untuk mengetahui identitas, perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) pada Ibu yang memanfaatkan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan PWS-KIA tentang cakupan pertolongan persalinan dan laporan tahunan Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan.
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk pengumpulan data, digunakan instrumen berupa pedoman wawancara mendalam. Sebelum finalisasi pedoman wawancara, peneliti melakukan uji coba pedoman wawancara. Uji coba dilakukan pada informan yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan informan penelitian. Uji coba pedoman dilakukan untuk memastikan bahwa semua pertanyaan yang dibuat sudah cukup dan dapat menjawab tujuan penelitian.
3.6 Prosedur Pengambilan Data
kesediaannya untuk diwawancarai dan izin untuk merekam wawancara. Jika setuju di wawancara, maka inform consent ditandatangani oleh informan. Pada saat wawancara, peneliti akan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses wawancara berlangsung agar tidak ada informasi yang terlewatkan.
3.7 Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Transkip rekaman wawancara dan catatan selama proses wawancara . Hasil catatan lapangan harus disempurnakan penulisannya dan dilengkapi dengan hasil rekaman agar catatan menjadi lengkap. Tujuannya adalah untuk menjaga keakuratan dan kelengkapan informasi. Untuk keperluan analisis, dibuat matriks berdasarkan masing-masing hasil wawancara. Dengan menggunakan teknik analisis isi, berpedoman terhadap transkrip dan matriks dibuat laporan hasil penelitian. Matriks sangat membantu dalam menetapkan kategori jawaban informan.
3.8 Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin kualitas data, dilakukan uji validitas yang dilakukan dengan teknik Triangulasi sumber (menggunakan informan yang berbeda-beda kemudian di cross check dengan informan lainnya), dalam hal ini membandingkan jawaban informan dengan key informan.
3.9 Definisi Istilah
Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2017. Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini.
1. Karakteristik adalah faktor yang melekat dari dalam diri responden yang dapat membedakan responden yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan paritas.
a. Umur adalah lama hidup ibu yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai tahun pada saat penelitian dilakukan yang dibagi atas umur dengan reproduksi sehat (20–35 tahun) dan resproduksi tidak sehat (<20 atau> 35 tahun)
b. Pendidikan yaitu sekolah formal yang pernah dicapai oleh responden berdasarkan ijazah terakhir, yang dibedakan atas : SD, SLTP, SLTA, Perguruan tinggi
c. Pekerjaan yaitu suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan responden secara rutin selain sebagai ibu rumah tangga dan mendapatkan imbalan berupa uang atau barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang dibedakan atas bekerja dan tidak bekerja.
e. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dilakukan oleh ibu nifas sebagai responden hingga waktu penelitian yang dibedakan menjadi jumlah anak < 2 dan jumlah anak = 2.
2. Pengetahuan adalah segala hasil tahu responden tentang memanfaatkan pertolongan persalinan yang dikategorikan menjadi pengetahuan baik, sedang dan buruk.
3. Sikap adalah respon/penilaian responden tentang memanfatkan pertolongan persalinan yang dikategorikan baik, sedang, dan buruk.
4. Pemanfaatan penolong persalinan yaitu penolong persalinan yang digunakan oleh seorang ibu dalam melahirkan bayi yang diikuti pengeluaran plasenta dari tubuh ibu yang dikategorikan sebagai tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.
a. Tenaga kesehatan adalah orang yang memperoleh pendidikan kesehatan yang berupaya melakukan pertolongan persalinan yang meliputi dokter, perawat, bidan.
4.1.1 Letak Geografis
Puskesmas Labuhan Rasoki merupakan salah satu Puskesmas yang berada di bagian Tenggara Kota Padangsidimpuan tepatnya di desa Labuhan Rasoki dengan luas wilayah ± 14,197 km².
Wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki terdiri dari 5 Desa dengan batas wilayah sebagai berikut :
 Utara : Lahan Perkebunan PTPN
 Timur : Desa Sibaganding Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan
 Selatan : Desa Huta Padang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara  Barat : Desa Batang Bahal Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua
4.1.2 Kependudukan
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Luas WilayahDi Puskesmas Labuhan Rasoki Tahun 2015
No Desa LuasWilayah(km²) JumlahPenduduk
1 Tarutung Baru 0,97 253
2 Labuhan Rasoki 2,17 1908
3 Manuuggang Jae 1,227 1958
4 Perkebunan Pijokoling 6,88 333
5 Labuhan Labo 3,08 1340
Jumlah 14,197 5792
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan
Desa Manunggang Jae memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 1.958 jiwa (33,80%), dan terendah Desa Tarutung Baru sebanyak 253 jiwa (4,36%). Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut
PuskesmasDi Puskesmas Labuhan Rasoki Tahun 2015
No Desa Laki-laki % Perempuan %
1. Tarutung Baru 125 4.34 128 4.39
2. Manunggang Jae 966 33.54 942 32.34
3. Labuhan Rasoki 974 33.81 984 33.79
4. Perkebunan
Pijorkiling 179 6.22 154 5.29
5. Labuhan Labo 636 22.08 704 24.17
Jumlah 2.880 2.912
Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan, 2015
4.1.3 Sosial Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pada umumnya penduduk Labuhan Rasoki bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Masyarakat Labuhan Rasoki bersuku batak, mandailing dan Jawa,menganut agama islam dan kristen sedangkan pengantar dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa jawa dan bahasa batak.
4.2 Matriks Distribusi Informan 4.2.1 Faktor Predisposing
4.2.1.1 Umur
Dari hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang unsur informan saat ini dapat dilihat dari matriks berikut:
Matriks 4.1Matriks umur informan saat dilakukan wawancara Nomor
Informan
Umur informan saat dilakukan wawancara
1-1 Umur aku sekarang 32 tahun, aku melahirkan sejak umurku 25 tahunlah...
1-2 Aku sekarang berumur 26 tahun...dan melahirkan setahun aku habis nikah kira-kiraumur aku 22 tahun
1-3 Aku sekarang berumur 29 tahun...aku melahirkan mulai umur 21 tahun
2-1 Usia wawak sekarang udah 58 tahun 2-2 Sekarang usia udah masuk umur 63 tahun 2-3 65 tahun… udah tua saya ini
3-1 Usia memasuki umur 45 tahun 3-2 Ibu udah masuk umur 53 tahun dek
melahirkan pertama adalah 22 tahun dan yang berumur 29 tahun 1 informan umur saat melahirkan pertama adalah 21 tahun, sedangkan usia informan pendukung adalah 45 tahun 1 informan, 53 tahun 1 informan, 58 tahun 1 informan, 63 tahun 1 informan dan 65 tahun sebanyak 1 informan.
4.2.1.2 Pendidikan Informan
Hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang pendidikan informansebagai berikut :
Matrik 4.2Martiks pendidikan informan Nomor
Informan
Pendidikan informan
1-1 Aku hanya tamat SMP 1-2 Tamat SMA saja aku 1-3 Aku hanya tamat SMA 2-1 Wawak cuma tamat SD 2-2 Saya tamat SD
2-3 Bersekolah SD saja 3-1 Saya sudah paskasarjana 3-2 Saya tamat DIV
Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa informan yang tamat SMA ada 2informan dan yang amat SMP hanya 1 informan, kemudian 3 informan hanya tamat SD dan 1 informan paskasarjana dan 1 informan DIV.
4.2.1.3 Paritas Informan
Matrik 4.3Matriks Paritas informan Nomor
Informan
Paritas informan
1-1 Aku sudah punya anak 3 orang ...ya tiga kalilah aku melahirkan...dan semua denganDukun bayi
1-2 Anak aku sudah dua orang... ya sudah dua kalilah aku melahirkan ya semua pakai dukun bayi kampong
1-3 Aku melahirkan sudah dua kalilah ... semua pakai dukun bayi
Dari matris diatas dapat dilihat bahwa Paritas informan 2 informan 2Paritas, dan 1 informan 3 Paritas.
4.2.1.4 Pendapatan Informan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap informan tentang jumlahpendapatan keluarga informan dalam sebulan dapat dilihat dari matriks berikut
Matriks 4.4Matriks jumlah pendapatan keluarga informan Nomor
Informan
Jumlah pendapatan keluarga informan
1-1 Sebulan dapatlah 1.000.000 rupiah...ya cukup tak cukuplah... kami tidak punya kartusehat itu... ya kalau berobat gratis di puskesmas... kalau melahirkan tak pernahlah akudengar gratis.
1-2 Ya dapatlah 800.000 rupiah sebulan ... tidak cukuplah ya utanglah dikedai... kami tidakpunya kartu sehat tapi kalau di puskesmas memang gratis, tapi kalau melahirkanbayarlah...
1-3 Sebulan dapat 1.000.000 rupiah ... ya kalau dibilang cukup tidaklah kerena bayar kredit kereta lagi 300.000 rupiah... kami tidak ada kartu sehat ya kalau berobat di puskesmas gratis, kalaumelahirkan tidak pernah dengar yang gratis.
4.2.1.5 Pengetahuan Informan
A. Pengetahuan informan tentang persalinan yang aman
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap informan tentangpengetahuan informan tentang persalinan yang aman sebagai berikut : Matriks 4.5Matriks Pengetahuan informan tentang persalinan yang aman Nomor
Informan
Pengetahuan informan tentang persalinan yang aman
1-1 Menurut aku persalinan aman itu ya kalau ibu sama anaknya selamat…anaknya lahir dengan sehat
1-2 Ya kalau anak sama ibunya selamat berarti udah amannya persalinannya itu menurutku
1-3 Kalau bayinya sehat gak ada masalah pas melahirkan udah amannya itu persalinannya, mamaknya gak banyak habis keluar darahnya 2-1 Menurut wawak sih kalau persalinan aman itu ya kalau anaknya sehat
sama mamaknya juga sehat, gak ada masalah pas persalinannya 3-2 Persalinan yang aman itu ya persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis, dengan alat yang bersih dan steril serta sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh aturan medis.
Dari matrik diatas dapat dilihat bahwa hampir semua ibu menjawab bahwa persalinan aman itu apabila ibu dengan anak selamat dan sehat dan 1 informan lagi menjawab persalinan yang ditolong oleh tenaga medis, dengan alat yang bersih dan steril serta sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh aturan medis. B. Pengetahuan informan tentang penolong persalinan yang tepat
Matriks 4.6Matriks Pengetahuan tentang penolong persalinan yang tepat Nomor
Informan
Pengetahuan tentang penolong persalinan yang tepat 1-1 Dukun. Karena dukun ada kusuk-kusuk dan tidak pakai suntik-suntik
(karena aku takut di suntik), kebiasaan kalau dengan dukun biayanya agak murah …Rp 300.000 dan bidan Rp 400.000.
1-2 Sudah tiga orang anak aku ditolong sama dukun dan tak ada masalah jadi dukun. Kalau susah baru panggil bidan. Dan biayanyapun murah ...Rp 300.000
1-3 Dukun...dikusuk supaya cepat lahir bayinya tidak perlu disuntik, dengandukun bayi karena biayanya lebih murah orang tuaku dulu malahirkan juga dengandukun bayi... biaya juga murah hanya Rp.300.000 kalau bidan lebih lah kemarentetangga ku itu kena 1 juta mahal kali....
2-2 Siapa saja bisa menolong orang lahiran asalkan dia ada pengalaman dan tahu bagaimana cara menolong lahiran, tapi kebanyakan masyarakat memilih penolong persalinan dari yang orang itu percayai 3-1 Penolong yang tepat diharapkan semuanya itu adalah kepada bidan
yang terlatih, bidan yang sudah punya STR yang bisa melaksanakan praktek pada puskesmas ataupun wilayahnya.
4.2.1.6 Kepercayaan
A. Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi
Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti tentang kepercayaaninforman terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi, hal tersebut dapat dilihatdari matrik dibawah ini :
Matriks 4.7 Matriks Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi
Nomor Informan
Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi 1-1 Percaya... karena dukun bayi cepat kalau diminta pertolongan dan
sudah banyakyang ditolongnya semua sama dukun bayi.
1-2 Percaya… karena dukun bayi sudah banyak menolong orang melahirkan, aku jaditenang karena, selama menolong orang yang dipegangnya (ditolong) selamat semua.
1-3 Percaya... karena dukun bayi cepat kalau diminta pertolongan dan sudah banyakyang ditolongnya semua sama dukun bayi.
2-3 Ya...ada yang percaya ada juga yang enggak, kan tiap orang beda-beda pendapatnya, kalau uwak sih kalau ada yang percaya uwak obati kalau gadak juga gak apa-apa.
3-1 jadi dukun itu punya sifat karakter, dia lebih mengena, satu dia memakai bahasa yang sama karena dia dikampung itu juga, yang kedua mereka itu lebih pandai menyampaikan bahwasanya itu ada keyakinan kepada masyarakat itu seperti ada kalimat pasti sembuh tenanglah sembuh.
punya karakter dan tinggal dikampung yang sama makanya ada rasa kepercayaan dari masyarakat kepada dukun.
4.2.2 faktor Enabling(Enabling Faktors) 4.2.2.1 Sarana dan Prasarana
A. Sarana dan Prasarana kesehatan yang ada di wilayah tempat tinggalinforman
Adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan tentang sarana dan prasarana kesehatan yang ada di wilayah tempat tinggal informan dapatdilihat pada matrik berikut ini :
Matriks 4.8Matriks Sarana dan Prasarana yang ada di wilayah Nomor
Informan
Sarana dan Prasarana yang ada di wilayah 1-1 Puskesmas, bidan, sekali seminggu ada puskesmas keliling
1-2 Bidan, puskesmas keliling, kalau puskesmas jauh dari tempat saya 1-3 Bidan, puskesmas keliling, puskesmas agak jauh dari sini
3-1 sekarang dia kegiatan-kegiatan bukan hanya penyuluhan seperti itu, kita ada puskesmas keliling, kita terjun langsung ke desa jemput bola, belum lagi kegiatan kita pendataan, penjaringan yang home visit, pemberantasan jentik nyamuk ke rumah penduduk langsung dan diberikan materi penyuluhannya
3-2 Puskesmas kita sudah 24 jam, puskesmas kita juga sudah rawat inap, dan peralatan juga sudah memenuhi standart.
4.2.3 Faktor Reinforcing(Reinforcing factots) 4.2.3.1 Sikap dan Perilaku petugas kesehatan
A. Pandangan terhadap sikap dan perilaku petugas kesehatan
Adapun hasil wawancara peneliti terhadap informan mengenai sikap danperilaku petugas kesehatan menurut pandangan informan, hal ini dapat dilihat darimatriks berikut :
Matriks 4.9 Matriks Pandangan terhadap sikap dan perilaku petugas kesehatan
Nomor Informan
Pandangan terhadap sikap dan perilaku petugas kesehatan 1-1 Baik, lemah lembut.
1-2 Mau menolong, ramah. 1-3 Baik, ramah.
3-1 Baik kadang suka ngajak untuk ngusuk
3-1 Petugas kita juga harus menjalankan itu dengan baik tidak boleh berkata kasar, sopan santun,berbudaya sehingga menimbulkan rasa kekeluargaan.
Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa menurut 2 informan mengatakan sikapdan perilaku tenaga kesehatan baik, 1 informan mengatakan lemah lembut, 1informan mengatakan mau menolong, 2 informan mengatakan ramah kemudia 1 informan mengatakan baik dan suka ngajak ngusuk dan 1 informan menjawab harus sopan santun berbudaya.
4.2.3.2 Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
Matriks 4.10 Matriks Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
Nomor Informan
Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
1-1 Baik, ramah, sabar, kita dianggap saudara sendiri.
1-2 Baik orangnya, selalu menolong, senang karena Dia senang membantu kita. 1-3 Dukun itu baik, sabar…teliti (perhatian)
2-2 Ya kalau saya sih kayak menolong biasa ajalah, kita perhatikan si ibunya perlunya apa, yang penting kita sigaplah kalau si ibu mau melahirkan. 2-3 Kita harus siap sewaktu ibu mau lahiran, kasih perhatian sama ibunya
soalnya kan kita juga pernah mengalami seperti itu jadi sedikit bisa tau apa yang harus dibuat.
Berdasarkan data tersebut diatas 1 informan mengatakan bahwa sikap dukun bayi saat melahirkan adalah lemah lambut,2 informan mengatakan sikap dukunbayi sabar, 1 informan menyatakan teliti (perhatian), 3 informan mengatakan baik, 1 informan mengatakan selalu menolong dan senang membantu, 1 informan mengatakan dianggap saudara sendirikemudian 2 informan lain menjawab kasih perhatian sama ibu dan tanggap sewaktu-waktu ibu mau melahirkan.
4.2.3.3 Pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan
Matriks 4.11 Matriks pemilih dukun bayi sebagai penolong persalinan Nomor
Informan
Pemilih dukun bayi sebagai penolong persalinan
1-1 Dulu orang tua, karena orang tuaku melahirkan dengan dukun bayi juga, dananakku semua lahir dengan dukun bayi.
1-2 Dulu orang tua kami, tapi sekarang aku mau sendiri melahirkan dengan dukun bayi.
1-3 Aku mau sendiri, tapi dulu memang orang tuaku yang menyuruh aku melahirkandengan dukun bayi.
2-1 Bisa saja karena dari keluarganya dulu wawak juga yang nolong, makanya dia minta wawak nolong persalinannya
3-1 Kepercayaan jadi hal utama, kalau sudah percaya kan berarti advokasi artinya sudah ada perasaan aman dan nyaman dari masyarakat itu berobat sama dukun, tapi kalau dari yang saya lihat itu hanya dari segi mereka pandai dengan bahasa setempat, kultur budaya yang sama jadi mereka lebih pandai mengambil hati masyarakat ini, tapi bukan dalam posisi medisnya.
Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa menurut informan yang dapat mempengaruhi informan memilih dukun bayi adalah 3 informan mengatakan orangtua, dan 1 informan mengatakan mau sendiri, kemudian 1 informan menjawab dari segi keluarga dan 1 informan menjawab kepercayaan.
4.3 Proses Persalinan Dukun Bayi
Setelah bayi lahir perut informan diikat kembali sampai batas tinggi fundus uteri, untuk mengeluarkan ari-ari (placenta) dukun mendorong fundus uteri sampai ari-ari lahir, kemudian baru tali pusat bayi dipotong dengan menggunakan alas uang logam dan kunyit yang telah disediakan dukun memotong tali pusat bayi dengan menggunakan bambu yang telah ditipiskan (tajam) dan kemudian membungkus tali pusat dengan menggunakan kunyit yang dihaluskan dan seluruh badan bayi di sembur dengan kunyahan sirih, gambir dan kapur yang dilakukan dukun bayi dengan alas an agar tidak keteguran setan, kemudian bayi dibungkus dengan menggunakan gurita dan popok serta memakaikan baju.
5.1.1 Umur
Berdasarkan umur informan saat penelitian dilakukan berada pada usia amandalam persalinan yakni pada usia antara 20 s/d 35 tahun hal ini sesuai yang dikatakan Syafudin dan Hamidah dalan bukunya (2009), usia seorang ibu saat melahirkan adalah ibu dengan usia 20-35 tahun karena secara fisik dalam usia ini seorang ibu dalam keadaan sistem reproduksi yang sudah matang atau dikatakan reproduksi sehat,tetapi diantara informan masih ada yang hamil pertama dengan usia 19 tahun dimana kondisi ibu secara fisik belum siap untuk melahirkan dan bahkan juga melakukan persalinan dengan dukun. Dengan kondisi umur informan yang berbeda ini tidak menjadi alasan informan melakukan persalinan dengan dukun sehingga dengan demikian faktor umur tidak menjadi faktor predisposisi informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan.
5.1.2 Pendidikan
promotif dan preventif dalam pembangunan kesehatan dan berdasarkan hasil penelitian Suprapto, Pradono, Hapsari (2004) di Indonesia mengatakan bahwa dengan pendidikan yang yang lebih tinggi biasanya cenderung memilih pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah. Karena pendidikan mempengaruhi kemampuan nalar seseorang untuk mudah menerima dan memilih suatu perubahan. Dengan demikian pendidikan menjadi faktor predisposisi informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan sesuai dengan teori Green.
5.1.3 Paritas
Berdasarkan hasil penelitian informan memiliki paritas antara 1 s/d 5 dengan demikian kondisi paritas yang dimiliki informan adalah primipara dan multipara yakni yang memiliki paritas < 4 hal ini berdasarkan Sarwono (2006) termasuk paritas tinggi yang dapat menyebabkan angka kematian maternal dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Felly Senewe dan Ning Sulistiowati (2001) bahwa di Indonesia ibu dengan paritas ≥ 4 Beresiko untuk mengalami komplikasi persalinan 1,03 kali dibandingkan ibu yang memiliki anak 1-3 orang. Tetapi hal tersebut tidak menjadi alasan informan untuk melakukan pertolongan persalinan dengan dukun bayi,sehingga dengan kata lain faktor ini tidak menjadi faktor predisposisi informan melakukan persalinan dengan pertolongan dukun bayi.
5.1.4 Pendapatan
memiliki pendapatan dibawah UMR hal ini tidak sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kota Padangsidimpuan adalah 1.020.000 rupiah. Dengan pendapatan demikian tidak mencukupi kebutuhan informan, seperti pernyataan informan berikut:
’’Sebulan dapatlah 1.000.000 rupiah...ya cukup tak cukuplah... kami tidak
punya kartu sehat itu... ya kalau berobat gratis di puskesmas... kalau
melahirkan tak pernahlah aku dengar gratis’’.
Hal ini sependapat dengan Grossman yang dikutip dari Tjiptoharijanto (1994), yang menyatakan bahwa salah satu fator konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan (dalam hali ini pertolongan persalinan oleh dukun bayi) adalah faktor ekonomi yang meliputi status penghasilan. Setiap pelayanan membutuhkan biaya sebagai kompensasi dari jasa yang diberikan, dengan demikian tingkat ekonomi masyarakat menjadi acuan dalam pemanfaatan pertolongan persalinan.
Hasil penelitian menunjukkan informan menyatakan bahwa biaya yang ditetapkan oleh dukun bayi tidak mahal, sehingga masyarakat lebih dominan melakukan persalinan pada dukun bayi. Bagi keluarga dan masyarakat di wilayah puskesmas Labuhan Rasoki yang mata pencahariannya lebih banyak bertani, persalinan pada dukun bayi masih dianggap murah. Selain itu bila melahirkan pada tenaga kesehatan mereka akan lebih besar mengeluarkan biaya persalinan pada bidan.
Pelayanan pada bidan bayi lebih comprehensive, lebih lama serta tidak kenal waktu. Pelayanan dimulai dari saat hamil, pertolongan persalinan, perawatan ibu, perawatan bayi, pengurutan sampai 40 hari setelah melahirkan, kapan saja diperlukan dukun bayi siap melayaninya. Begitu pula menurut mereka biaya yang dikenakan dukun bayi lebih murah dan ringan.
kebutuhan kesehatan, pada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah dibandingkan dengan masyarakat yang berpendapatan tinggi, sulitnya pelayanan kesehatan dipakai secara fisik sehingga menuntut banyak pengorbanan waktu yang akan berakibat turunnya permintaan pelayanan kesehatan modern.
Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Ismail (1996), bahwa pandangan masyarakat terhadap dukun bayi masih tinggi, seorang dukun bayi biasanya menduduki tempat terhormat di lingkungan masyarakat tertentu, inilah salah satu sebab masih tingginya dominasi dukun bayi dalam menolong persalinan disamping faktor ekonomi.
5.1.5 Pengetahuan informan tentang penolong persalinan yang tepat
Adapun dari hasi penelitian yang dilakukan peneliti terhadap informan tentang penolong persalinan yang tepat menurut informan. Dari jawaban informan seluruhnya sama yakni dukun bayi dan sebagian informan menyatakan tenaga kesehatan hanya dibutuhkan apabila terjadi kesulitan dalam persalinan sebagai penolong persalinan yang tepat dengan berbagai alasan seperti dukun bayi ada kusuk, dan tidak disuntik dengan bidan kampong biayanya juga murah yakni Rp.300.000 dan dengan bidan Rp 400.000, hal ini dapatdilihat sebagai berikut :
”Dukun bayi. Karena dukun bayi ada kusuk-kusuk dan tidakpakai suntik-suntik (karena aku takut di suntik-suntik),.kalaudengan dukun biayanya agak murah
…Rp 300.000 dan bidan Rp400.000”
”Sudah tiga orang anak aku ditolong sama dukun dan tak ada masalah jadi
“Siapa saja bisa menolong orang lahiran asalkan dia ada pengalaman dan
tahu bagaimana cara menolong lahiran”
“Penolong yang tepat diharapkan semuanya itu adalah kepada bidan yang
terlatih, bidan yang sudah punya STR yang bisa melaksanakan praktek pada
puskesmas ataupun wilayahnya”
Pernyataan informan tentang penolong persalinan yang tepat tidak sesuai dengan Making Pregnancy Safer (MPS) yakni setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan salah satu dari Safe Matherhood yakni pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dengan demikian informan belum mengetahui penolong persalinan yang tepat untuk mendapatkan persalinan yang tepat dan aman. Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Bangsu T bahwa biaya persalinan yang murah seperti yang diungkapkan informan menjadi alasan pertolongan persalinan dengan dukun bayi. Hal ini dapat terjadi seperti pernyataan Notoatmodjo dalam bukunya bahwa pengetahuan informan yang belum memadai dapat disebabkan karena pendidikannya yang belum memadai. Dilihat dari teori Green bahwa pengetahuan mempengaruhi informan untuk bertindak atau sebagai faktor predisposisi.
5.1.6 Kepercayaan
5.1.6.1 Kepercayaan terhadap pertolongan yang diberikan dukun bayi
karena orangtua dulu melahirkan dengan dukun kampung, dukun bayi cepat kalau diminta pertolongan. Pernyataan tersebut seperti dibawah ini :
”karenadukun bayi cepat kalau diminta pertolongan dan sudah banyak yang
ditolongnya semua sama dukun bayi.”
”karenadukun bayi sudah banyak menolong orang melahirkan, aku jadi
tenang karena, selama menolong orang yang dipegangnya (ditolong) selamat
semua”
“Ya...ada yang percaya ada juga yang enggak, kan tiap orang beda-beda
pendapatnya, kalau uwak sih kalau ada yang percaya uwak obati kalau gadak
juga gak apa-apa”
“jadi dukun itu punya sifat karakter, dia lebih mengena, satu dia memakai
bahasa yang sama karena dia dikampung itu juga, yang kedua mereka itu lebih
pandai menyampaikan bahwasanya itu ada keyakinan kepada masyarakat itu
seperti ada kalimat pasti sembuh... tenanglah sembuh”
memanfaatkan dukun bayi biasanya diakibatkan kepercayaan yang sangat kuat terhadap dukun tersebut, karena mereka berasal dari lingkungan tempat tinggal yang sama, menggunakan bahasa yang sama, menganut adat istiadat dan symbol-simbol kehidupan yang sama serta pada umumnya memiliki sikap dan pandangan yang sama pula(Depkes RI, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian sependapat dengan Wolinky yang dikutip Azhari (2002), yang menyebutkan bahwa salah satu model yang mempengaruhi tingkat permintaan pelayanan, dalam hal ini pelayanan pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah model kepercayaan kesehatan dimana ada empat kunci yang terlihat di dalam tindakan individu bertindak untuk mencari pengobatan atas penyakitnya, yaitu: (1) kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, (2) keseriusan yang dirasakan, (3) manfaat yang diterima atau rintangan yang dialami dalam melawan penyakitnya, dan (4) hal yang memotivasi tindakan tersebut.
Dilihat dari keempat kunci yang disebutkan di atas kunci keempat yaitu hal yang memotivasi tindakan merupakan aspek yang sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh dukun bayi, karena dengan adanya suatu pandangan secara sosial budaya serta aturan adat-istiadat, yang mendukung masyarakat untuk menentukan atau memilih dukun bayi sebagai pilihan penolong persalianan. Maka kelompok masyarakat yang masih menganut atau percaya dengan pandangan tersebut cenderung akan mencari dukun bayi sebagai pilihan pertolongan persalinan(Azhari 2002).
harus dipakai pertimbangan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yaitu faktor kepercayaan individu terhadap suatu objek, bahwa objek itu baik dan menguntungkan. Seseorang menolak atau menerima sesuatu melalui proses evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk menjustifikasi atau penilaina terhadap suatu objek dalam menentukan suatu sikap, bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen salah satunya adalah kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu objek.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas informan menyatakan bahwa masyarakat mempercayai dukun bayi dalam memberikan pelayanan persalinan karena sudah berpengalaman dan dianggap mempunyai kemampuan dalam menolong persalianan. Masyarakat mempunyai pandangan bahwa dukun bayi mempunyai kemampuan magis yang mendukung keahliannya dalam memberikan pertolongan persalinan. Kemampuan ini umumnya diterima secara turun-temurun, hal tersebut dikarenakan suatu anggapan atau kepercayaan bahwa suatu yang sifatnya magis tidak bisa diturunkan pada sembarang orang atau kepada orang lain kecuali pada keturunan-keturunan yang dianggap mampu untuk melanjutkan karir sebagai dukun atau yang dipercaya untuk membawa ilmu-ilmu(Ismail 1996).
5.2 Faktor Pendukung
”Puskesmas, bidan, sekali seminggu ada puskesmas keliling”
“sekarang dia kegiatan-kegiatan bukan hanya penyuluhan seperti itu, kita ada
puskesmas keliling, kita terjun langsung ke desa jemput bola, belum lagi
kegiatan kita pendataan, penjaringan yang home visit, pemberantasan jentik
nyamuk ke rumah penduduk langsung dan diberikan materi penyuluhannya”
Pernyataan informan ini tentang sarana dan prasarana kesehatan baik, sehingga hal ini menurut Notoatmodjo (2007) dalam bukunya sesuai dengan teori Green bahwa dengan adanya sarana dan prasarana yang dapat dijangkau masyarakat atau seseorang mempengaruhinya untuk menggunakan sarana dan prasarana tersebut. Tetapi dalam hal ini tidak sesuai yang terjadi dengan informan, dimana informan tidak menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia untuk persalinan.
5.3 Faktor Kebutuhan
5.3.1 Sikap dan Perilaku petugas kesehatan
Adapun hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap informan mengenai sikap dan perilaku petugas kesehatan menurut pandangan informan adalah baik, lemah lembut, mau menolong, ramah, biasa saja, mau menolong. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan informan berikut :
”Baik, lemah lembut”
”Mau menolong, ramah juga”
“Baik kadang suka ngajak untuk ngusuk”
“Petugas kita juga harus menjalankan itu dengan baik tidak boleh berkata
Pernyataan informan tersebut sesuai dengan pernyataan IBI pada HUT 50(2001) yakni, dengan sikap petugas kesehatan yang ramah besar kemungkinan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan akan lebih banyak tetapi apabila tidak ramah masyarakat akan beralih untuk mendapatkan pelayanan lain terutama masalah persalinan, hal ini juga sesuai dengan Green dimana dengan sikap dan perilaku petugas sangat menentukan pelayanan yang akan digunakan oleh masyarakat, tetapi sikap dan perilaku petugas kesehatan yang demikian informan tetap memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya sehingga hal ini tidak sesuai dengan teori Green lagi.
5.3.2 Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap informan tentang sikap dukun bayi menurut pendapat informan saat menolong persalinan sikap tersebut adalah lemah lembut, sabar, biasa saja, tidak buru-buru, teliti, sabar, baik, dianggap saudara sendiri selalu menolong, senang membantu. Pernyataan-pernyataan tersebut seperti berikut :
”Baik, ramah, sabar, kita dianggap saudara sendiri”
”Dukun itu baik, sabar…teliti (perhatian)”
”Baik orangnya, selalu menolong, senang karena Dia senang membantukita”
“Ya kalau saya sih kayak menolong biasa ajalah, kita perhatikan si ibunya
perlunya apa, yang penting kita sigaplah kalau si ibu mau melahirkan”
dengan Green yang dinyatakan Soekidjo dimana sikap seseorang dapat berpengaruh terhadap tindakannya. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Notoatmodjo juga mengatakan sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi seseorang untuk bertindak, hal ini sesuai dengan teori Green.
5.3.3 Pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menurut informan orang yang berperan mempengaruhi informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan adalah orang tua, dan setelah melahirkan dengan dukun bayi informan memilih sendiri dukun bayi sebagai penolong persalinannya seperti pada pernyataan informan berikut :
”Dulu orang tua, karena orang tuaku melahirkan dengandukun bayi
juga, dan anak aku semua lahir dengan dukun bayi”
”Dulu orang tua kami, tapi sekarang aku mau sendiri melahirkan dengan
dukun bayi”
“Bisa saja karena dari keluarganya dulu wawak juga yang nolong, makanya
dia minta wawak nolong persalinannya”
“Kepercayaan jadi hal utama, kalau sudah percaya kan berarti advokasi
artinya sudah ada perasaan aman dan nyaman dari masyarakat itu berobat
Pernyataan informan bahwa orang tuadapat mempengaruhi informan dalam memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya, hal ini sama dengan pernyataan Meutia F.Swasono yakni bahwa dari kajian oleh ahli-ahli antropologi ditemukan masalah mengenai pilihan terhadap sarana pertolongan persalinan, baik oleh dukun bayi maupun oleh puskesmas atau rumah sakit, tidak selalu ditentukan oleh suami-istri yang menantikan kelahiran bayi melainkan oleh anggota kerabat lainnya yang lebih senior seperti, mertua, bibi (adik mamak), ibu wanita tersebut bahkan bila ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai dukun bayi.
5.4. Pertolongan Persalinan Dukun Bayi
Pertolongan persalinan yang dilakukan dukun bayi dalam pemotongan tali pusat menggunakan bambu yang ditipiskan yang beralaskan uang logam dan kunyit hal ini tidak sesuai dengan Safruddin dan Hamidah dalam bukunya Kebidanan Komunitas (2009) bahwa persalinan harus dilakukan dengan bersih dan aman, karena hal ini dapat menyebabkan kematian perinatal. Adapun kematian perinatal akibat infeksi yang menyebabkan tetanus terjadi sebanyak 39,5%. Demikian juga dalam pertolongan persalinan tindakan mendorong fundus (perut ibu) dengan menggunakan tangan adalah hal yang tidak diperbolehkan.
5.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Penolong Persalinan
tersebut tidak terbatas pada penyembuhan penyakit tetapi juga pada pertolongan persalinan(depkes RI, 1993).
Sampai saat ini keterbatasan dukun bayi masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang tidak mampu walaupun pemerintah telah menyediakan bidan desa maupun puskesmas di tiap kecamatan, tapi masyarakat itu sendiri yang tidak mampu untuk menjangkau pelayanan persalinan akibat keterbatasan tingkat ekonomi, masalah sosial budaya yang ditradisikan oleh nenek moyang maupun faktor lain.
penolong persalinan pada dukun bayi di wilayah Puskesmas Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan tahun 2017 maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
6.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor informan dalam memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan yaitu pengetahuan, kepercayaan, pendapatan, pendididikan, sikap dan perilaku dukun bayi dan pengaruh ibu dan keluarga, sarana dan prasarana tidak menjadi faktor informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan.
2. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang menjadi faktor informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan yakni pengetahuan informan yang belum memadai. Kepercayaan yang tinggi terhadap pelayanan yang diberikan dukun. Pendapatan rendah merupakan faktor informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan. Pendidikan informan yang belum memadai menjadi faktor informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan.
pemilih seperti orang tua yang dapat menjadi panutan karena pengalamam mereka dalam bersalin dengan dukun dapat menjadipenentu penolong persalinan.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat lebih mempromosikan pertolongan oleh tenaga kesehatan dalam bentuk penyuluhan dalam kegiatan-kegiatan kesehatan yang diadakan seperti di posyandu, perwiritan dan PKK
2. Melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk membangun kepercayaan dari masyarakat yang akan lebih mendekatkan masyarakat kepada tenaga kesehatan khususnya bidan.
3. Bagi instansi pemerintahan seperti kelurahan untuk dapat memberikan perhatian kepada masyarakat yang memiliki pendapatan rendah dengan memberikan kartu JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat), dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menggunakan tenaga kesehatan dalam pertolongan persalinan.