• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Tinjauan Pustaka

Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian.

Adapaun kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberikan

bantuan sarana produksi pertanian kepada petani.

Bantuan sarana produksi pertanian merupakan kebutuhan yang sangat penting

bagi petani dalam upaya meningkatkan produksi padi. Bantuan sarana produksi

pertanian berupa benih, perbaikan jaringan irigasi, bantuan alat mesin tani adalah

sarana produksi yang dibutuhkan petani. Dalam implementasinya perlu

pengkajian yang intensif sehingga tujuan dan sasaran yang diharapkan dapat

tercapai. Bantuan yang diberikan kepada petani memiliki sisi kelebihan dan

kekurangan yang memunculkan suatu respon dalam penggunaannya.

Bantuan sarana produksi yang diberikan bertujuan untuk membantu petani dalam

meningkatkan produksi. Petani sebagai sasaran utama yang merasakan manfaat

dari bantuan yang diberikan memiliki respon tersendiri. Pengkajian implementasi

bantuan sarana produksi pertanian dapat dikaji dari respon melalui sikap petani

terhadap bantuan yang diberikan. Sikap sangat penting dalam berbagai bidang

kehidupan karena dengan sikap, individu dapat mengekspresikan untuk

menanggapi suatu kejadian atau objek. Dapat disimpulkan bahwa sikap

(2)

atau tidak suka terhadap beberapa hal (objek). Bantuan sarana produksi yang

diberikan merupakan objek sikap yang dirasakan petani.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Konsepsi Sikap

a. Batasan Sikap/Pengertian Sikap

Para ahli psikologi seperti Louis Thurtone, Rensis Likert dan Charles Osgood

mendefinisikan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)

pada objek tersebut (Berkowitz,1972). Secara lebih spesifik, Thurtone sendiri

memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap

suatu objek psikologis (Azwar, 1995).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila

individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Respon evaluatif berarti bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap

itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan

kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,

menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi, terhadap objek sikap (Azwar,1995).

b. Struktur sikap

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan

komponen konatif (conative). Mann (1969) menjelaskan bahwa komponen

(3)

mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan

pandangan (opini), terutama apabila menyangkut isu atau problem yang

kontroversial.

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap

suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang

dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat

berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh

asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

2.2.2 Teori Sikap a. Insentif

Teori insentif memandang pembentukan sikap sebagai proses menimbang baik

buruknya berbagai kemungkinan posisi dan kemudian mengambil alternatif yang

terbaik. Salah satu versi yang terkenal dari pendekatan insentif terhadap sikap

adalah teori respon kognitif (Cognitive response theory)

(Greenwald, 1986; Petty, Ostrom dan Brock, 1981). Versi umum lain teori

insentif adalah pendekatan nilai ekspektansi (expectancy-value approach)

(Edwards, 1954). Orang mengambil posisi yang akan membawanya pada

kemungkinan hasil yang terbaik, dan menolak posisi yang akan membawanya

pada hasil yang buruk atau yang tidak mungkin mengarahkannya pada hasil yang

(4)

b. Konsistensi Kognitif

Kerangka utama lain untuk mempelajari sikap adalah menekankan kosistensi

kognitif. Pendekatan konsistensi kognitif berkembang dari pandangan kognitif

pendekatan ini menggambarkan orang sebagai makhluk yang menemukan makna

dan hubungan dalam struktur kognitifnya. Pendekatan ini meliputi sejumlah teori

yang hampir serupa. Mereka berbeda dalam beberapa hal yang penting, tetapi

gagasan dasar yang melatar belakanginya sama.

1. Teori Keseimbangan

Pengertian tentang gaya keseimbangan muncul dari teori gesalt mengenai

organisasi perseptual. Seperti yang telah kita ketahui orang yang berusaha untuk

memperoleh “ bentuk yang bagus “ atau “ figure yang bagus “ dalam persepsi

mereka tentang orang lain, seperti juga mereka berusaha memperoleh “ bentuk

yang bagus ” atau “ figure yang bagus “ dalam persepsi mereka tentang benda

mati. Motif utama yang mendorong orang ke arah keseimbangan adalah usaha

untuk memperoleh pandangan tentang hubungan sosial yang selaras, sederhana,

logis, dan penuh arti.

2. Konsistensi Kognitif dan Afektif

Versi kedua penjelasan konsistensi menjelaskan bagaimana orang juga berusaha

membuat kognisi mereka konsisten dengan afeksi mereka. Dengan kata lain

keyakinan kita, pengetahuan kita dan pendirian kita tentang suatu fakta sebagian

ditutup oleh afeksi kita demikian juga sebaliknya. Rosenberg (1960) menyajikan

suatu peragaan yang jelas mengenai perubahan kognitif yang ditimbulkan

(5)

3. Teori Ketidaksesuaian

Variasi ketiga pendekatan konsistensi kognitif adalah bahwa sikap akan berubah

demi mempertahankan konsistensi dengan perilaku nyatanya. Wujud utamanya

adalah teori ketidaksesuaian kognitif yang dikemukakan oleh

Leon Festinger (1957). Seperti telah dikemukakan sejak awal teori

ketidaksesuaian difokuskan pada dua sumber pokok ketidakkonsistensistenan

sikap perilaku akibat pengambilan keputusan, dan akibat dari perilaku yang saling

bertentangan dengan sikap (counterattitudinal behavior).

c. Teori Atribut

Teori atribusi juga telah diterapkan dalam ketidakkonsistenan sikap-perilaku.

Bem (1967) menyatakan bahwa orang mengetahui sikap mereka sendiri bukan

melalui peninjauan ke dalam diri mereka, tetapi dengan mengambil kesimpulan

dari perilaku mereka sendiri dan persepsi mereka tentang situasi.

2.2.3 Metode Pengukuran Sikap a. Metode Penskalaan Thrustone

Metode interval tampak-setara, yang sering pula dikenal sebagai metode

penskalaan Thurstone, merupakan salah satu model penskalaan pernyataan sikap

dengan pendekatan stimulus, artinya penskalaan dalam pendekatan ini ditujukan

untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis

yang akan menunjukkan derajat favorable atau tak favorable pernyataan yang

bersangkutan. Dengan metode ini, setelah kita memiliki banyak pernyataan sikap

(6)

isinya perlu menetapkan sekelompok orang yang akan bertindak sebagai panel

penilai.

b. Teknik Diskriminasi - skala (Scale-Discrimination Technique)

Teknik diskriminasi-skala yang dikembangkan oleh Edwards dan Kilpatrick di

tahun 1948 merupakan salah satu contoh pengembangan skala sikap yang dalam

prosedur penskalaannya menggunakan kombinasi kedua pendekatan terdahulu,

yaitu pendekatan stimulus dan pendekatan respon. Pengembangan skala dengan

teknik ini dimulai dengan cara yang serupa sebagaimana prosedur penskalaan

metode interval tampak setara yaitu berawal dari suatu kumpulan pernyataan

sikap yang berjumlah besar yang telah dipilih menurut kriteria-kriteria item yang

terbaik.

c. Skala Diferensi Semantik (Semantic Differential Technique)

Teknik ini mempunyai karakteristik khusus yang menjadikannya unik apabila

dibandingkan dengan metode-metode yang telah dibicarakan terdahulu. Salah satu

keunikan itu adalah pada cara responden memberikan respon pada item dalam

skala diferensi semantik yang dalam hal ini responden tidak diminta untuk

memberikan respon setuju atau tidak setuju akan tetapi diminta untuk langsung

memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu stimulus menurut kata sifat

yang ada pada setiap kontinum dalam skala.

d. Metode Penskalaan Model Likert

Penskalaan model Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang

menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dalam

(7)

dikarenakan nilai skala setiap pernyataan tidak akan ditentukan oleh distribusi

respon setuju atau tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai

kelompok uji coba (Gable, 1986).

Metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai

dasar penentuan nilai skalanya. Prosedur pensklaan dengan metode ini didasari

oleh dua asumsi yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk

pertanyaan yang favorabel atau pertanyaan yang tak favorabel.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh

responden yang mempunyai sikap negatif.

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan sikap telah

ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan yang didasarkan pada rancangan

skala yang telah ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan

kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam lima macam

kategori jawaban yaitu “sangat tidak setuju (STS)”, “tidak setuju (TS)”, tidak

dapat menentukan atau entahlah (E)”, setuju (S), dan “sangat setuju (SS)”.

Dari beberapa metode penskalaan yang telah diungkapkan, masing - masing

memberikan penjelasan mengenai fungsi dan kegunaannya. Dalam penelitian ini

metode penskalaan yang digunakan adalah skala Likert. Penggunaan skala Likert

dibutuhkan untuk mengetahui sikap petani mengenai bantuan yang diberikan

Alasan penggunaan skala Likert adalah untuk mengukur sikap positif dan sikap

negatif petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan. Sikap

(8)

terhadap bantuan. Skala Likert relatif mudah dalam menyusun sejumlah

pernyataan mengenai sikap tertentu. Menentukan skor juga mudah karena tiap

jawaban diberi nilai berupa angka yang mudah dijumlahkan. Penafsirannya juga

relatif mudah. Skor yang tinggi menunjukkan sikap yang lebih tinggi atau taraf

intensitasnya dibandingkan dengan skor yang lebih rendah. Skala Likert

mempunyai reliabilitas yang tinggi dalam mengurutkan manusia berdasarkan

intensitas sikap responden terhadap pernyataan itu. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui sikap yang ditunjukan oleh responden terhadap suatu objek yaitu

sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian . Sikap yang ditunjukkan

diukur dengan data ordinal dan skala Likert digunakan untuk pengukuran ordinal.

2.2.4 Teori Produksi

Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksud dengan konsep arus (flow

concept) adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat

output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri diasumsikan konstan

kualitasnya. Jadi peningkatan produksi adalah peningkatan output dengan

mengasumsikan faktor-faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidah berubah

sama sekali (konstan) (Miler dan Miner, 1999).

Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain

kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal,

kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani.

Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida

(9)

Sebagaimana telah diketahui pada umunya petani masih mengalami kesulitan

dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang dihadapi

oleh petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat berupa

lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterampilan serta lemahnya

bergaining position yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Fasilitas yang dapat

diberikan kepada petani dapat berupa sarana produksi pertanian berupa sarana

produksi pertanian seperti bibit tanaman unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi

hama dan biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk membayar upah buruh yang

melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh petani itu sendiri

(Soekartawi, 2003).

Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga

sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan

mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap

menguntungkan kemudian petani memutuskan untuk menerima dan

mempraktekkan ide-ide baru tersebut ( Mosher, 1997).

2.2.5 Teori Pendapatan

Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan

kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama

satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil

produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat

pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh

petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses

produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana

(10)

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

atau biaya yang di maksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan

lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut . Produksi berkaitan dengan

penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih

harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai

dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

Soekartawi (1995), menyatakan pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya, dimana penerimaan usahatani dalah perkalian antara

produksi dan harga jual, sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan

dalam suatu usahatani.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian Darmawan Baskoro Wibisono (2011) mengenai Sikap Petani terhadap

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kota Salatiga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa moyoritas umur responden dalam kategori

produktif (37,5%), pengalaman pribadi tergolong cukup berpengalaman terhadap

program jenis PUAP (50%), pendidikan formal tergolong rendah yaitu SLTA

(40%), pendidikan non formal meliputi pelatihan dan penyuluhan tergolong tinggi

(40%), pengaruh orang lainyang dianggap penting tergolong rendah (35%), media

massa yang diakses petani tergolong sangat rendah (32,5%), kognisi terhadap

tujuan program PUAP tergolong sangat baik (70%), kognisi terhadap hasil

(11)

baik (50%), konasi terhadap tujuan program PUAP tergolong baik (47,5%),

konasi terhadap pelaksanaan program PUAP tergolong baik (42,5%), dan konasi

terhadap hasil program PUAP tergolong baik (52,5%). Dari hasil analisis (rs)

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif antara umur dan sikap petani

terhadap proram PUAP, ada hubungan positif antara pengalaman pribadi dan

sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara pendidikan

formal dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara

pendidikan non formal dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan

positif antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dan sikap petani

terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara media massa yang diakses

petani dan sikap petani terhadap program PUAP.

Penelitian Donaria Sinaga (2005) berjudul Sikap Petani Terhadap Alokasi

Bantuan Desa Di Kabupaten Tapanuli Utara menunjukkan bahwa sikap petani

terhadap alokasi DAU Desa/Kelurahan untuk kegiatan pembangunan tali air

adalah negatif. Dimana 43,3 % petani bersikap positif dan 56,7% petani bersikap

negatif. Hubungan karakteristik petani dengan sikap petani terhadap bantuan

pengalokasian DAU Desa/Kelurahan adalah terdapat hubungan antara umur

dengan sikap petani terhadap pengalokasian DAU Desa/Kelurahan. Di mana

semakin rendah usia petani maka semakin negatif sikap petani terhadap bantuan

pengalokasian DAU Desa/Kelurahan, terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan sikap petani terhadap pengalokasian DAU Desa/Kelurahan. Di

mana semakin rendah pendidikan maka semakin negatif sikap petani terhadap

pengalokasian DAU Desa/Kelurahan. Terdapat hubungan antara pengalaman

(12)

mana semakin rendah pengalaman bertani maka sikap petani semakin negatif

terhadap pengalokasian DAU Desa/Kelurahan. Tidak ada hubungan jumlah

tanggungan dengan sikap petani terhadap pengalokasian DAU Desa/Kelurahan.

Terdapat hubungan antara luas lahan dengan sikap petani terhadap pengalokasian

DAU Desa/Kelurahan. Terdapat hubungan antara sikap petani terhadap

pengalokasian DAU Desa/Kelurahan. Tidak ada hubungan antara pemberian

DAU Desa/Kelurahan oleh pemerintah daerah terhadap peningkatan usaha di

daerah penelitian. Di mana dana bantuan yang diberikan oleh pemda tidak dapat

meningkatkan produksi.

Penelitian Hilda Nurul Hidayati tahun (2013) berjudul Konverensi Lahan

Pertanian dan Sikap Petani di Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor menujukkan

Dampak dari konversi lahan terhadap kondisi sosial ekonomi petani antara lain,

berkurangnya hasil sawah, penurunan pendapatan petani, berkurangnya ketahanan

pangan keluarga, berkurangnya peluang kerja dalam pertanian, sulitnya akses

petani terhadap lahan, dan lainnya. Akan tetapi terdapat juga dampak positif dari

konversi lahan yakni pembangunan perumahan bisa jadi menunjukan

perkembangan ekonomi pedesaan. Sikap petani terhadap konversi lahan pertanian

tidak memiliki hubungan dengan karakteristik individu, yakni jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, status pekerjaan bertani, jumlah tanggungan dalam keluarga,

tingkat pendapatan, serta luas dan pengusaan lahan.

2.4 Kerangka pemikiran

Dalam upaya peningkatan produksi padi, pemerintah melakukan berbagai cara

(13)

sarana produksi pertanian seperti pemberian bantuan benih padi unggul, bantuan

perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan saluran irigasi (lining) dan

pemberian bantuan alat mesin tani. Upaya/kegiatan ini ditujukan kepada petani

padi sawah sebagai pelaku usahatani dan penerima manfaat bantuan yang

diberikan. Pemberian bantuan sarana produksi memunculkan sikap dari petani dan

akan dilihat bagaimana sikap petani terhadap bantuan sarana produksi yang

diberikan. Sikap petani diukur dengan menggunakan skala Likert dan akan

memunculkan sikap positif dan sikap negatif dari petani. Setelah itu akan dilihat

bagaimana hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan sikap petani.

Tujuan pemberian bantuan sarana produksi pertanian adalah untuk membantu

petani meningkatkan hasil produktivitas dan pendapatan. Sehingga akan dilihat

bagaimana hubungaan antara sikap petani dengan produktivitas dan pendapatan

usahatani. Penjelasan terhadap adanya hubungan antara karakteristik sosial

ekonomi dengan sikap petani serta hubungan antara sikap petani dengan

produktivitas da pendapatan dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi rank

(14)

Skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan

Pembetonan Saluran Irigasi (Lining)

Bantuan alat mesin pertanian

Sikap Petani Padi

Pemberian bantuan benih padi unggul

Petani Padi Sawah

Positif Negatif

Analisis Korelasi Rank Spearman

Produktivitas Pendapatan Usahatani

Karakter sosial ekonomi

-Umur petani

-Tingkat Pendidikan

-Lama Berusahatani

-Jumlah Tanggungan

-Luas Lahan

Skala Likert Bantuan Sarana Produksi

(15)

Keterangan : Menyatakan proses

Menyatakan hubungan

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian adalah Positif.

2. Karakteristik sosial ekonomi petani berhubungan nyata dengan sikap petani

terhadap bantuan sarana produksi pertanian.

3. Sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian berhubungan nyata

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

WAP Site dibentuk oleh bahasa markup (markup language) yang bernama Wireless Markup Language (WML).Selain membahas mengenai WAP Site, penulis juga membahas mengenai konfigurasi

Hambatan budaya berkaitan yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang dalam novel Aku tidak Membeli Cintamu karya Desni Intan Suri adalah

Sedangkan pandangan peserta didik mengenai persiapan guru dalam mengajar menunjukkan bahwa 46% menunjukkan sikap yang sangat setuju bahwa guru sudah memiliki

Media Pembelajaran Interaktif Mengenal Aksara Jawa Dengan Cara Membacanya .Tugas Akhir Universitas Dian Nuswantoro Semarang.. Perancangan dan

Hasil tingkat kepuasan klien kanker terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di RSUP Adam Malik ... Kepuasan

pengumpulan data serta instrument yang gunakan Pengamatan di kelas dibantu oleh observer yang duduk di belakang untuk mengamati proses pembelajaran, sementara peneliti

Sampel pada penelitian ini yaitu klien kanker yang berjumlah 87 klien.Klien kanker harus mendapatkan kebutuhan yang komprehensif dari perawat baik dari segi fisik, psikologis,

Tujuan terdiri dari Tujuan kurikulum, tujuan umum (tercantum dalam GBPP), tujuan pembelajaran khusus yang harus dirumuskan guru sesuai dengan kata-kata operasional