• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Kondisi Sosial Ekonomi Penarik Becak di Lingkungan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Kondisi Sosial Ekonomi Penarik Becak di Lingkungan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian sosial

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Manusia lahir dengan kapasitas yang ia miliki kemudian memulai hidup saling berkawan dan saling membina kesetiakawanan. Karena manusia hidup bersama didalam kelompok atau hidup berkelompok dan satu sama lain saling membutuhkan maka manusia sering disebut sebagai makhluk sosial (Sumarnonugroho, 1982:3).Kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat(Suharso,2005). Konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari oranglain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan masyarakat (Waluya, 2007: 85-86).

(2)

hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya.

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa diharapkan berbuat baik terhadap sesamanya. Hal ini berdasarkan pandangan bahwa manusia suci itu bagi manusia yang lain. Rasa kebersamaan manusia sebagai anggota persekutuan kehidupan membawa kepada suatu pandangan akan solidaritas sosial dimana ia semestinya merasa ikut menderita bila pihak lain yang ada dilingkungannya mengalami penderitaan. Dalam keberadaan dengan lingkungan sekitarnya, terdapat relasi timbal balik yang amat erat.

Pada relasi timbal balik ini menentukan dan ditentukan hakekat kemanusiaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa pribadi manusia hanya dapat berkembang apabila ia berada dalam kelompok sosial. Didalam kelompok sosial manusia mengalami proses yang disebut sosialisasi. Koentjaraningrat (dalam Sumarnonugroho, 1982:2) menyebutkan pengertian sosialisasi sebagai “...seluruh proses, bila seorang individu itu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individu yang hidup dalam masyarakat sekitarnya”.

2.1.2 Pengertian ekonomi

(3)

diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sedangkan menurut KBBI (2001), kata ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan).

Gilarso (2004:15) mengatakan bahwa ilmu ekonomi berhubungan dengan usaha manusia untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sumber daya yang terbatas. P.A. Samuelson (dalam Gilarso, 2004) menyebutkan ilmu ekonomi adalah studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih beberapa alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi untuk kemudian menyalurkannya (baik saat ini maupun dimasa depan) kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. M. Manulang (dalam Sari dkk, 2007) menyebutkan bahwa ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran (kemakmuran suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang maupun jasa).

Dengan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah usaha manusia dalam mengatur rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menggunakan maupun memanfaatkan ketersediaan sumber daya yang ada.

2.1.3 Pengertian sosial ekonomi

(4)

menjadi objek pembahasan yang berbeda. Menurut Santrock (2007:282), status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial menunjukkan ketidaksetaraan tertentu.

Koentjaraningrat (1981) menyebutkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimanamanusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi dimana manusia itu harus hidup (Ahmad, 1992).

2.1.4 Faktor-faktor yang menentukan sosial ekonomi

(5)

a. Tingkat Pendidikan

b. Jenis Pekerjaan

c. Tingkat Pendapatan

d. Keadaan Rumah Tangga

e. Tempat Tinggal

f. Kepemilikan Kekayaan

g. Jabatan dalam Organisasi

h. Aktivitas ekonomi

Dalam hal ini, uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan tempat tinggal.

1. Tingkat Pendidikan

(6)

UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 juga menjelaskan pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan pendapatan serta status sosial ekonomi yang akan diperoleh. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang didapat maka semakin tinggi juga status sosial ekonomi yang disandang.

Berdasarkan tingkat pendidikan, UU no. 20 tahun 2003 menggolongkan dalam tida bagian yaitu rendah, menengah dan tinggi:

(7)

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (dalam Poniman,2015) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan menadapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.

(8)

pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usaha tani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usaha tani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain.Siagian (2012:69-72), Pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapak hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat.

Berdasarkan dari pendapatan keluarga, BPS (2012) membagi kedalam tiga golongan yaitu tinggi, menengah dan rendah :

a. Golongan Rendah, Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal seperti sandang, pangan dan tempat tinggal yang berpenghasilan kurang dari Rp. 1.500.000 per bulan.

(9)

c. Golongan Tinggi, Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka pendek maupun jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan pendidikan bukan sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam keluarga untuk menjaga martabat, yaitu yang berpenghasilan diatas Rp. 2.500.000.

3. Pemilikan Kekayaan

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti halnya uang, perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta kepemilikan lahan sebagai investasi kekayaan dan kendaraan pribadi.

Berdasarkan pemilikan kekayaan. Status sosial ekonomi dapat dibedakan menjadi (Adi, 2004):

a. Golongan rendah, memilikiharta dan simpanan uang senilai kurang dari Rp. 5.000.000

b. Golongan menengah, memiliki harta dan simpanan uang senilai Rp. 5.000.000 s/d Rp. 15.000.000

c. Golongan tinggi, memiliki harta dan simpanan uang senilai lebih dari Rp. 15.000.000

4. Tempat tinggal

(10)

merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, pengertian rumah juga dapat ditinjau lebih jauh secara fisik dan psikologis.

Menurut Kaare Svalastoga (dalam Maftukhah, 2007) untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:

a. Status rumah yang ditempati, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut oranglain umumnya merupakan keluarga dengan sosial ekonomi rendah.

b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi pada umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.

c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati, pada umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

(11)

pembangunan serta pendapatan. Dalam hal pembangunan sosial ekonomi yang tidak merata menyebabkan tingkat kemiskinan yang masih tinggi khususnya di Indonesia.

2.2 Kemiskinan

2.2.1 Pengertian kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat, khususnya dinegara-negara berkembang. Berbagai terori, konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan “misteri” kemiskinan. World Bank (dalam Siagian,2012) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia baik fisik maupun sosial sebagai akibat tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilannya tidak tercapai 1,00 dolas AS perhari.Sedangkan Siagian (2012) menyebutkan bahwa kemiskinan identik dengan suatu penyakit yang penanggulangannya adalah tentang memahami kemiskinan sebagai suatu masalah.

(12)

yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. Suparlan (dalam Ahmadi, 1991:326) menyatakan bahwa kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi ekonomi, khusunya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-material yang diterima oleh seseorang. Namun demikian, Menurut Caroline Thomas (dalam Winarno, 2011), perbedaan-perbedaan dalam mendefenisikan kemiskinan disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dalam melihat pembangunan.Dalam kategori ilmu kesejahteraan sosial, kemiskinan adalah sebuah keaadaan yang menunjukkan bahwa tidak adanya sebuah keadaan kurangnya pemberdayaan masyarakat dan tingginya tingkat pengangguran di sebuah negara sebagai faktor utama yang konkrit terjadinya sebuah gejala kemiskinan.

2.2.2 Ciri-ciri kemiskinan

(13)

demikian, suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni sebagai berikut (Siagian, 2012: 20-23):

a. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau hanya tamatan SD.

d. Pada umumnya, mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur.

Sedangkan SMERU (dalam Suharto, 2004) , menunjukkan bahwa kemiskinan memiliki beberapa ciri:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan).

b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan dasar hidup lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

c. Ketiadaan jaminan masa depan

(14)

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

2.2.3 Faktor – faktor penyebab kemiskinan

Kemiskinan menurut Edi Suharto (2009) disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

a. Faktor ekonomi, yakni turunnya pertumbuhan ekonomi, akibat adanya inflasi, refresi dan sebagainya yang menimbulkan kemiskinan. Kemiskinan akibat perekonomian dapat diselesaikan ataupun diatasi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik dan merata.

b. Faktor individual, yakni berasal dari dalam individu itu sendiri yang mengalami kemiskinan. Dalam arti, seseorang menjadi miskin karena adanya kecacatan pribadi (cacat fisik), malas, tidak jujur dan merasa tersaing sehingga mereka tidak dapat mencari pekerjaan.

(15)

d. Faktor kultural, yakni kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk konsep “kemiskinan kultural” atau kemiskinan yang membudaya. Kemiskinan yang membudaya yaitu pola kehidupan masyarakat yang mencerminkan pola hidup apatis, ketidakjujuran, ketergantungan, motivasi yang rendah, ketidakstabilan keluarga dan sebagainya.

e. Faktor struktural, yakni kondisi yang menunjukan pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak mudah dijangkau yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.

2.2.4 Indikator kemiskinan

Dalam rangka penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin, Departemen Sosial mencoba merumuskan indikator yang merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya ada pada masyarakat, yaitu:

a. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang diukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS per wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

b. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras untuk masyarakat miskin/santunan sosial).

c. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga pertahun( hanya memiliki satu stel pakaian lengkap perorang per tahun).

(16)

e. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak-anaknya.

f. Tidak memilki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya untuk dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin.

g. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidka mampu mengobati penyaklit sejak awal.

h. Ada anggota keluarga usia 15 tahun keatas yang buta huruf. i. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.

j. Luas rumah kurang dari 4 meter persegi. k. Kesulitan air bersih.

l. Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara m. Sanitasi lingkungan yang kumuh.

Dalam perumusan lainnya, BKKBN memiliki indikator kemiskinan tersendiri, yakni :

a. Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut keyakinannya. b. Tidak mampu makan dua kali sehari.

c. Tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja atau sekolah dan berpergian.

d. Bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.

(17)

2.3 Pekerjaan Sektor Informal

2.3.1 Pengertian sektor informal

Status kemiskinan yang melekat pada seseorang memaksa untuk memutar pikiran dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Sulitnya mencari pekerjaan tanpa didasari oleh pendidikan yang memadai maupun keterampilan khusus menjadikan seorang individu bekerja serabutan yang dalam artian melakukan pekerjaan berbagai pekerjaan dengan upah kecil. Hal ini banyak terjadi diwilayah perkotaan oleh masyarakat urban yang mencari peruntungan hidup. Pedagang eceran, supir angkutan umum, kuli bangunan adalah contoh pekerjaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat urban yang dimaksud. Pekerjaan-pekerjaan kecil dengan upah rendah tersebut seringkali dikenal dengan sebutan pekerjaan sektor informal.

Konsep sektor informal pertama kali di pergunakan oleh Keirt Hard dari University of Manchester pada tahun 1973 yang menggambarkan bahwa sektor informal adalah bagian angkatan kerja di kota yang berada di luar pasar tenaga kerja yang terorganisir. Sejak Hart memperkenalkan konsep sektor informal, konsep itu sering digunakan untuk menjelaskan bahwa sektor informal dapat mengurangi pengangguran di kota negara sedang berkembang. Bahkan beberapa pengamat pembangunan di negara sedang berkembang memandang sektor informal sebagai strategi alternatif pemecahan masalah keterbatasan peluang kerja.

(18)

dalam mengurangi jumlah penduduk miskin yang sebagian besar berada diwilayah perkotaan

Sebagian besar pembicara tentang sektor informal berangkat dari sifat mendua yang dipandang bersumber pada perekonomian kota dinegara berkembang yang non-sosialis. Ini berarti bahwa sektor informal menunjuk pada adanya dualisme yang ciri-ciri kedua bagiannya saling bertentangan. Sektor informal digunakan dalam pengertian bekerja atau harian, jumlah pekerjaan yang permanen, seperti pekerjaan dalam perusahaan industri, kantor pemerintahan dan perusahaan besar yang lain. Karena itu, beberapa penulis berbicara tentang sektor yang terorganisir, terdaftar dan dilindungi oleh hukum. Kegiatan-kegiatan perekonomian yang tidak memenuhi kriteria ini kemudian dimasukkan dalam kategori sektor informal, suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha sendiri”. Ini merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang terorganisir, yang sulit dipecah dan karena itu sering dilupakan dalam sensus resmi.

(19)

dalam level menengah ke bawah. Hal ini dapat dibuktikan oleh data BPS (Badan Pusat Statistik) yang menimpulkan bahwa dalam kurun waktu 2011-2017, kemiskinan di Indonesia sekitar 10,64% dari total keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2017 (BPS, 2017)

2.3.2 Ciri – ciri pekerjaan sektor informal

Berdasarkan defenisi sektor informal yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan ciri sektor informal (Bappenas, 2010), ialah :

a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha timbul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia secara formal; b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha;

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam kerja;

d. Pada umumhya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini;

e. Unit usaha berganti-ganti dari satu subsektor ke subsektor lain; f. Teknologi yang digunakan masih tradisional;

g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil;

h. Dalam menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar hanya diperoleh dari penalaman sambil bekerja;

(20)

j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan tidak resi; dan

k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat kota/desa berpenghasilan rendah atau menengah.

2.3.3 Jenis-jenis pekerjaan sektor informal

Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:

1. Sah, terdiri atas:

a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder seperti: pertanian, perkebunan yangberorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain.

b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar contonya: perumahan, transportasi,usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.

c. Distribusi kecil-kecilan: pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagangkelontong, pedagang asongan, dan lain-lain.

d. Transaksi pribadi: pinjam-meminjam,

e. Jasa yang lain: pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuangsampah, supir bus/angkutan umum, penarik becak, dan lain sebagainya.

2. Tidak sah, terdiri atas :

(21)

b. Transaksi, pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian dan lain-lain.

2.4 Becak

2.4.1 Sejarah becak

Becak merupakan alat untuk mengangkut orang atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak kemudian dimodifikasi yang diperlengkapi dengan motor penggerak, menjadi becak bermotor. Penarik becak ialah orang yang berprofesi sebagai pengemudi becak merupakan bekerja di sektor informal (Suharso, 2005). Faktor utama adalah masalah penarik becak adalah masalah ekonomi yaitu masalah pendapatan yang berada dibawah garis kemiskinan.

(22)

1. Becak Dayung yaitu becak yang mengendarainya menggunakan sepeda, dimana si pengendara harus menggunakan kakinya untu mengayuh becak. Becak ini sering di jumpai di Yogyakarta.

2. Becak Motor, yaitu becak yang menggunakan motor sebagai penggerak. Becak ini bisa kita jumpai di daerah Sumatera.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) becak adalah kendaraan umum seperti sepeda, beroda tiga, roda satu di belakang dan dua didepan dijalankan dengan tenaga manusia (Salim Peter, 1995). Sifat becak atau aktivitas berkaitan dengan becak yang banyak dikenal secara umum antara lain, becak termasuk kategori kendaraan non-bising, non-polusi, ramah lingkungan, relatif ringan, kecepatan rendah, sebagai angkutan orang maupun barang dan sederhana. Berbagai kelakuan negatif dari pelaku becak yang sering menyebabkan kemacetan karena sering melanggar lampu merah, menyeberang arus lalu lintas tanpa peduli, sering berlawanan arah, sering mangkal dengan nyaman di area yang sarat lalu lintas. Wilayah operasi becak biasanya pada daerah atau tempat yang dianggap dapat menarik keuntungan yaitu perumahan, pasar, sekolah, kampus, rumah sakit, daerah wisata.

(23)

an menjadikan tukang becak mengalami kesulitan karena adanya bemo dan helicak tersebut. (Jellinek, 2003 : 20).

2.4.2 Tingkat sosial ekonomi penarik becak secara teori

Berbicara tentang sosial ekonomi, telah banyak peneliti yang membahas tentang sosial ekonomi khususnya dengan objek penarik becak. Seperti penelitian yang dilakukan oleh saudari Silvia Risky Mulia bersama rekannya Nurhamlin (2013) secara kuantitatif mengenai kehidupan sosial ekonomi penarik becak di pangkalan kerinci kabupaten pelalawan yang menyebutkan bahwa penarik becak di pangkalan kerinci kabupatem Pelalawan termasuk pada keluarga SejahteraI dimana pada tahap keluargsa Sejahtera I masih tergolong miskin. Hasil penelitian ini diperkuat dengan data pengeluaran penarik becak di pangkalan kerinci lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh sehari-harinya.

(24)

kedalamkeluarga atau kelompok masyarakat rendah. Sehingga beberapa penarikbecak BSA harus mencari pekerjaan tambahan untuk dapat terusmemenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, termasuk didalamnya untukkelanjutan pendidikan anak.

2.4.3 Persaingan becak dengan transportasi lain

Persaingan adalah proses sosial dimana orang-perorangan atau kelompok manusia yang berusaha mengalahkan pihak lain tanpa menggunakan ancaman kekerasan.Tujuannya mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya, baik itu dalam bentuk harta benda maupun dalam bentuk popularitas (Pujiastuti,dkk, 2007:11). Persaingan yang wajar dengan mematuhi aturan main tertentu disebut persaingan sehat dan memberi dampak positif bagi pihak-pihak yang bersaing, yaitu adanya motivasi untuk lebih baik. Namun jika persaingan sudah tidak sehat , maka persaingan akan memberi dampak buruk bagi kedua belah pihak.

Pujiastutijuga mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan tumbuhnya persaingan, yaitu: 1. Anggapan atau perasaan bahwa seseorang akan lebih beruntung jika dia tidak bekerja sama dengan oranglain; 2. Anggapan atau perasaaan bahwa orang lain dapat memperkecil hasil suatu pekerjaan; 3. Adanya berbagai motivasi pribadi, seperti untuk mendapatkan kekuasaan dan untuk mendapatkan nama baik.

(25)

bulan terakhirpun banyak mengenai persaingan becak dengan transportasi lain. Contohnya, pada tanggal 22 Februari 2017 di jalan Stasiun Kereta Api, Medan terjadi kasus bentrok antara penarik becak dengan pengemudi ojek online, hal ini dipicu oleh pengemudi ojek online yang menunggu pemesan/pelanggan dari ojek online tersebut berada dalam kawasan mangkal penarik becak, tidak terima dengan keberadaan ojek online tersebut maka terjadi perselisihan sehingga pengemudi ojek online tersebut memanggil rekan-rekannya datang kelokasi tersebut. Kericuhan dan bentrok sempat terjadi sebelum polisi turun kelokasi untuk membubarkan. Keterangan yang didapat dari berbagai saksi adalah para penarik becak tidak suka dengan keberadaan ojek online yang merupakan transportasi illegal karena menyebabkan turunnya pendapatan para penarik becak (Kompas.com).

Contoh persaingan lain juga terjadi di kota Medan pada tanggal yang sama 22 Februari 2017, namun bukan ojek online melainkan dengan pengemudi Grab-Car tepatnya di Plaza Medan Fair jalan Gatot Subroto Kecamatan Medan

(26)

2.4.3 Becak di Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara adalah salah satu perguruan tinggi yang berada di Sumatera Utara yang memiliki lahan yang terbilang sangat luas. Hal ini mengakibatkan mayoritas mahasiswa yang tidak memiliki kendaraan harus berjalan kaki dari pintu masuk universitas menuju fakultas mereka. Hal ini tidak berlangsung lama setelah kendaraan becak mulai masuk dan beroperasi dikawasan Universitas Sumatera Utara. Meningkatnya minat mahasiswa menggunakan transportasi becak di kawasan kampus membuat semakin banyaknya penarik becak masuk ke kawasan kampus. Hal ini berdampak positif terhadap para penarik becak dikarenakan meningkatnya pendapatan.

(27)

2.5 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yasir, S.Ikom (2015) dimana hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa 90,12% dari total reponden yang melibatkan mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menyatakan bahwa Bus Lintas USU telah efektif dalam menjalankan tugasnya dimana para responden terbantu dalam menjangkau titik tempat yang berada dalam kawasan Universitas Sumatera Utara. Hal ini juga dibarengi dengan tingkat pelayanan yang diberikan dalam penggunaan Bus Lintas USU.

(28)

menjadikan becak sebagai transportasi terakhir dalam perjalanan pulang dari kawasan Universitas Sumatera Utara.

Selain pendapatan para penarik becak berkurang, salah satu narasumber dalam wawancara Indra Fauzi Hasibuan S.Sos mengemukakan bahwa kehadiran Bus Lintas menjadikan persaingan baru terhadap sesama penarik becak dalam memperebutkan penumpang. Kondisi penarik becak di sekitaran Kampus USU dengan pendapatan yang kecil dan tidak menentu dalam sehari harinya menyebabkan mereka dapat dikategorikan dalam kategori keluarga prasejahtera, meski tidak berada pada garis kemiskinan, tetapi tetap terkategori miskin. Pengeluaran tiap bulannya lebih besar dari pada pendapatan tiap bulannya, untuk mencukupi kebutuhan hidup penarik becak dikampus USU mendapat bantuan dengan berbagai cara seperti mencari pekerjaan tambahan, bantuan tambahan dari pihak keluarga dan pinjaman uang.

(29)

2.6 Kerangka Pemikiran

Sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan melalui aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Sosial ekonomi juga memberikan kontribusi dalam pembentukan stratifikasi sosial dikarenakan pengelompokan yang dihasilkan. Dalam teorinya, sosial ekonomi memiliki faktor dalam menentukan posisi/kelas seseorang yakni tingkat pendidikan, besarnya pendapatan, kepemilikan tempat tinggalserta tingkat kekayaan yang dimilki. Sedangkan posisi/kelas yang dimaksud terdiri atas tiga bagian yaitu kelas tinggi, kelas menengah dan kelas rendah.

Pemberian posisi/kelas tersebut haruslah disertai dengan seperangkat kewajiban yang harus dipenuhi oleh penerima status. Pada kenyataannya masih banyak kalangan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kewajiban yang dimaksud dikarenakan kemiskinan yang ada. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penentu sosial ekonomi seseorang. Dalam pemenuhannya, masyarakat harus mengeluarkan sejumlah uang agar mendapat pendidikan tinggi dalam memperoleh status maupun pengakuan namun dikarenakan kemiskinan yang masih mengikat maka seorang individu tidak mampu mencapai posisi/kelas yang layak/menengah dan harus bertahan dalam posisi/kelas rendah.

(30)

dunia luar, minim informasi dan sebagainya.Suharto (2009) menyebutkan bahwa salah satu penyebab kemiskinan dikarenakan banyaknya masyarakat urban dari daerah-daerah menuju perkotaan dengan harapan memiliki penghasilan yang lumayan dibanding dengan daerah asalnya. Para urban datang tanpa disertai dengan keterampilan yang berarti dan pendidikan yang kurang menjadikan mereka menjalankan pekerjaan dalam sektor informal.

Pekerjaan dalam sektor informal memang tidak dapat dikatakan dengan pekerjaan tetap seseorang, namun pekerjaan dalam sektor informal sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan pelaku pekerja informal. Apalagi pekerjaan dalam sektor informal tidak memerlukan lembaran ijazah maupun keterampilan khusus dalam menjalaninya karena pekerjaan sektor informal tidak masuk dalam daftar pekerjaan resmi dan dilindungi oleh hukum.

(31)

Akan tetapi, ketenaran dari angkutan becak kian lama kian menurun akibat perkembangan mode transportasi serta meningkatnya jumlah kendaraan pribadi dengan pesat. Seperti dengan kehadiran Bus Lintas yang keberadaannya mencakup suatu wilayah tertentu seperti perumahan pegawai, lingkungan kampus, lingkungan pabrik, maupun yang lainnya. Ada juga transportasi yang berbasis online, dimana calon penumpang diharuskan mengunduh aplikasi tertentu agar bisa memesan kendaraan yang akan digunakan. Hal ini tentu berdampak buruk bagi penarik becak dimana akan ada persaingan baru dalam pendapatan serta menurunnya pendapatan dari penarik becak mengingat harga tarif kendaraan yang ditawarkan transportasi lain cenderung lebih murah dari pada transportasi becak.

Turunnya pendapatan para penarik becak, menjadikan para penarik becak harus berpikir keras dalam membagi hasil dari pekerjaannya. Seperti informasi yang telah peneliti dapatkan dari hasil observasi bahwa sebagian besar para penarik becak harus membayar sewa becak kepada pemilik becak sekitar 15-25 ribu perharinya. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari para penarik tidaklah dapat dikatakan cukup atau sesuai dengan standar pemenuhan gizi per harinya.

(32)
(33)

becak. seperti yang kita ketahui bahwa selama ini pemerintah hanya mampu mengeluarkan anggaran berupa bantuan-bantuan fisik tanpa adanya sebuah sistem stimulan yang dapat membuat masyarakat tersebut terstimulasi untuk mencari alternatif pekerjaan lainnya. Di sisi lain, hampir seluruh penarik becak di wilayah Sumatera Utara berasal dari golongan masyarakat kurang mampu dan masuk ke dalam kategori masyarakat yang hidup dalam tingkat sosial ekonomi yang rendah. Untuk lebih jelas alur pemikiran, penulis membuat bagan yang menggambarkan isi dari pemikiran diatas yaitu:

Bagan 2.1 Alur Pemikiran

Faktor penentu sosial ekonomi: 1.Tingkat Pendidikan

2.Pendapatan

3.Pemilikan Kekayaan 4.Tempat Tinggal

Sosial Ekonomi Penarik Becak

Kemiskinan Pekerjaan Sektor

Informal

(34)

2.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009). Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

(35)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ds.Rejosari Kec.Kebonsari Telp. Madiun yang bersumber dana dari APBN Tahun 2012 dengan Harga Perkiraan Sendiri GPS) sebesar

DAFTAR PEMBIMBING DAN JADWAL BIMBINGAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI STMIK IKMI CIREBON.. TAHUN AKADEMIK 2017

LD.1 HASIL UJI FT-IR BAHAN BAKU ASAM PALMITAT. Gambar D.1 Hasil Uji FT-IR Bahan Baku

Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kreteria di

1. Kesulitan dalam memahami soal sebagai kesulitan tipe I yaitu 41,8%. - Siswa mengalami kesulitan karena tidak memahami sifat-sifat logaritma. Kesulitan dalam menyelesaikan

Hal tersebut akan didukung dengan dibangunnya suatu aplikasi web menggunakan teknologi Single page application (SPA) yakni menggunakan satu halaman web saja sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwaurgensi profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di MIS Nurul Siti Aisyah Ishak Delitua masih perlu ditingkatkan baik dari