• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN MEDIA TELEPON GELAS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK KELOMPOK B TK WIDYA KUMARASTHANA BANYUNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN MEDIA TELEPON GELAS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK KELOMPOK B TK WIDYA KUMARASTHANA BANYUNING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN

MEDIA TELEPON GELAS UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK KELOMPOK B

TK WIDYA KUMARASTHANA BANYUNING

Nur Rita Wati

1

, I Nyoman Wirya

2

, Mutiara Magta

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

wati.rita27@yahoo.com

1

,

wiryanyoman14@gmail.com

2

,

m_magta@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan bahasa anak melalui penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas pada Kelompok B di TK Widya Kumarasthana Banyuning Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas,. Data tentang hasil belajar dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahasa anak kelompok B di TK Widya Kumarasthana Banyuning dari penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas mencapai 22,35%. Data ini didapat dari perbandingan antara data siklus I dan data siklus II, dimana nilai rata-rata skor persentase pada siklus I sebesar 61% yang termasuk kriteria rendah dan terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 83,35% yang termasuk kriteria tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak dalam kemampuan berbicara pada anak kelompok B semester I di TK Widya Kumarasthana Banyuning.

Kata Kunci : Metode bercakap-cakap, Perkembangan bahasa, kemampuan berbicara.

Abstract

This study aims to determine the increase in child language development through the application of methods of conversing media-assisted telephone glasses in Group B at TK Widya Kumarasthana Banyuning in academic year 2016/2017. This research is a classroom action research ,. Data on learning outcomes in this study were collected by using observation, interview and documentation. The collected data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The result showed that an increase in child language development group in kindergarten Widya Kumarasthana Banyuning of application method of conversing media-assisted telephone glass reached 22.35%. This data was obtained from a comparison between the data first cycle and the second cycle of data, where the value of the average percentage score in the first cycle by 61%, which includes the criteria of low and an increase in the second cycle is 83.35%, which included high criteria. It can be concluded that the application of the method of conversing media-assisted telephone glasses can improve children's language development in children's ability to speak in the first half of group B in kindergarten Widya Kumarasthana Banyuning.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting bagi kehidupan manusia, untuk mengembangkan segala potensi dan meningkatkan kualitas diri. Segala potensi yang ada pada diri manusia, harus dikembangkan secara berkesinambungan dan terencana, agar dapat teraktualisasikan dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya di masa mendatang. Pendidikan di taman kanak-kanak merupakan pondasi awal untuk menunjang keberhasilan pendidikan anak pada jenjang pendidikan selanjutnya. Agar anak tumbuh dengan kreatif maka anak perlu diberikan waktu seluas-luasnya, perlu tahu banyak hal dan mengerti banyak hal, dan perlu adanya kreativitas berkelompok.

Anak merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang secara optimal jika tidak ada stimulus atau rangsangan yang diberikan tidak tepat dan tidak mendukung perkembangannya. Anak adalah individu yang berbeda dimana setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan usia dan perkembangannya salah satunya adalah potensi dibidang perkembangan berbahasa. Bahasa dapat diartikan sebagi alat komunikasi, dalam mengungkapkan makna, perasaan dan keinginan.

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan awal pendidikan sekolah, oleh karena itu taman kanak-kanak perlu menciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman, nyaman dan menyenangkan. Fungsi pendidikan taman kanak-kanak adalah mengenalkan anak dengan dunia sekitar selain keluarga inti, menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi serta mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak serta menyiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Aspek perkembangan anak menjadi tujuan yang utama dalam pendidikan TK (Taman Kanak-Kanak). Aspek-aspek tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Aspek kemampuan anak yang dikembangkan

meliputi bahasa, kognitif, fisik-motorik, seni, dan sosial emosional. Usia dini merupakan usia emas (golden age), dimana aspek kemampuan anak berkembang sangat pesat. Ada beberapa aspek perkembangan yang dikembangkan dalam diri anak yang meliputi, fisik motorik, kognitif, moral, sosial, emosional, kreativitas/seni, dan bahasa.

Berbahasa anak usia dini merupakan suatu kegiatan yang meliputi kemampuan mengungkapkan sesuatu, mendengar, dan memahami bahasa dan juga dapat dengan membaca gambar dimana membaca merupakan kegiatan yang bisa, mengngkapkan bahasa pada anak usia dini dan dilakukan oleh anak usia dini. Latifah (2008) mengungkapkan bahwa melalui bahasa seorang anak mampu menyampaikan keinginan dan pendapat serta perilaku, baik secara langsung mamupun tidak langsung. Dengan demikian bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam aktivitas anak. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi, berinteraksi dan mengeksperikan emosi yang dirasakannya. Mulyasa, (2012:116), menyatakan, Bahasa adalah kemampuan untuk mengeksprsikan suatu pikiran anak dan kemampuan anak untuk menangkap pesan dari lawan bicaranya. Dengan berbahasa anak juga dapat mengembangkan kemampuan kreativitasnya melalui kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah diperdengarkan, berbagai pengalaman dan mengarang suatu cerita.

Salah satu aspek yang dapat dikembangkan dari perkembangan bahasa tersebut yaitu kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara akan mulai diproses sejak anak usia dini bahkan sebelum anak lahir pun biasanya sering kali dilakukan terapi berbicara dengan anak dalam kandungan. Berbicara adalah salah satu indikator perkembangan anak. Anak yang bisa berbicara lancar maka menandakan bahwa anak tersebut memiliki perkembangan yang baik. Begitu pula sebaliknya ketika anak terlambat berbicara maka anak perlu diwaspadai. Tujuannya adalah untuk memberikan stimulasi yang baik dan benar kepada anak agar anak cepat berbicara. Kemampuan berbicara penting dikuasai anak, sebab berbicara

(3)

bukan hanya sekedar pengucapan kata atau bunyi saja tetapi dengan berbicara anak dapat mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya, mendapat perhatian dari orang lain, menjalin hubungan sosial sekaligus penilaian sosial dari orang lain, dapat menilai diri sendiri berdasarkan masukan atau penilaian orang lain terhadap dirinya, serta mempengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku orang lain. Penguasaan bahasa khususnya penguasaan kemampuan berbicara anak usia dini dapat diperoleh melalui pembelajaran. Pembelajaran bahasa mengacu pada pengumpulan pengetahuan bahasa melalui sesuatu yang disadari oleh pembelajar bahasa. Kemampuan berbicara anak sangat penting dalam proses perkembangan pendidikan anak usia dini, oleh karena itu melalui kemampuan berbicara anak akan mampu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dan anak mampu menambah perbendaharaan kata. Kemampuan bicara merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam bentuk, arti kata.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di TK Widya Kumarasthana Banyuning diperoleh informasi bahwa hasil belajar pada perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak kelompok B masih tergolong rendah. Dimana ditemukan bahwa, media yang di gunakan untuk mendukung suatu proses pembelajaran masih terbatas, beberapa anak tidak bisa fokus dalam proses pembelajaran atau saat guru menerangkan kegiatan pembelajaran, anak kurang mampu dalam menjawab pertanyaan sederhana yang guru tanyakan kepada anak. Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas tersebut guru menyuruh anak untuk bercerita tentang apa saja pembelajaran yang diberikan kemarin tetapi banyak anak-anak yang tidak bisa menjawab, guru berusaha memancing pertanyaan-pertanyaan agar anak mampu mengingatnya tetapi hanya beberapa anak saja yang mampu menjawab pertanyaan gurunya. Dari 15 orang anak di kelompok B, terdapat 11 orang anak yang masih belum mampu bercakap-cakap dengan baik diantaranya seperti pada saat guru menanyakan kepada anak tersebut anak

tersebut tidak menjawab dan hanya diam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Meskipun guru sudah menjelaskan diawal kegiatan tentang pembelajaran yang akan dibahas tetapi masih ada beberapa anak yang belum mengerti dan paham tentang apa yang dimaksudkan gurunya. Masih banyak anak yang kebingungan untuk berbicara tentang apa saja yang ditanyakan oleh gurunya. penilaian perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara anak di kelas belum mencapai bintang 4. Namun dari jumlah anak kelompok B di TK Widya Kumarasthana Banyuning, yakni 15 orang ditemukan ada terdapat 12 anak yang perkembangan bahasanya masih belum berkembang, sedangkan 3 orang anak dalam perkembangan bahasa anak sudah mulai berkembang. Dalam perkembangan bahasa di TK wawancara yang dilakukan pada hari pertama diketahui ada 5 orang anak yang terlihat aktif ketika diajak berbicara dengan guru atau teman-temannya. Namun masih terlihat anak yang belum berkembang bahasa khusunya dalam kemampuan berbicara masih belum berkembang.

Adapun upaya dalam mengatasi rendahnya kemampuan bahasa pada anak dapat dilakukan dengan berbagai metode pembelajaran, yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran pada anak usia dini, dengan menggunakan kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak. Hal tersebut dikarenakan pada saat proses pembelajaran bercakap-cakap pada bidang pengembangan bahasa, guru hanya menjelaskan sesuai apa yang diperlukan saja serta tidak terlalu memperdulikan anak yang tidak memperhatikan penjelasan gurunya sehingga membuat anak kurang memahami jika guru menanyakan kembali apa yang dijelaskan oleh gurunya tadi. Hal ini menandakan bahwa perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar kemampuan berbicara yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik. Berdasarkan permasalahan di atas, Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan memberikan sebuah metode yaitu metode bercakp-cakap. Pengertian metode bercakap-cakap menurut Moeslichatoen (2004:92) “menyatakan bahwa metode

(4)

bercakap-cakap berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog”. Metode tersebut dapat guru jelaskan dengan cara mengajak anak untuk menanyakan apa saja yang dilakukannya pada saat bangun tidur hingga masuk sekolah. Dengan menerapkan suatu metode bercakap-cakap guru dapat dibantu dengan menggunakan sebuah media untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam proses belajar mengajar selain menggunakan media yang tepat guru juga dituntut dalam memilih dan menerapkan metode serta model pembelajaran yang tepat dalam rangka mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak. Metode pembelajaran yang tepat serta ditunjang dengan media yang tepat pula, maka akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk anak didik di TK.

Berdasarkan uraian di atas, diperoleh gambaran bahwa dalam mengembangkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK Widya Kumarasthana Banyuning, masih terdapat masalah dalam segi proses maupun hasil. Oleh karena itu, peneliti melaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Bercakap-Cakap Berbantuan Media Telepon Gelas untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa Pada Anak Kelompok B Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 di TK Widya Kumarasthana Banyuning”.

Menurut Djamarah (1996:53) menyatakan, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan bagian dari strategi dan dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang ditetapkan. Secara umum dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah cara yang dapat digunakan pendidik dalam menyajikan suatu materi pembelajaran atau permainan dengan memperhatikan keseluruhan situasi belajar dan bermain untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Moeslichatoen dalam buku metode pengajaran di TK (2004:91) mengatakan “Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan kemampuan mendengar dan kemampuan berbicara. Sedangkan menurut Dhieni (2007: 7.6) metode bercakap-cakap adalah "suatu cara penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak".

Jadi dapat disimpulkan bahwa, metode bercakap-cakap adalah salah satu kegiatan pembelajaran dimana cara penyampaiannya yaitu dengan cara berkomunikasi secara lisan antara guru dengan anak atau anak dengan anak untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain dengan cara memberikan tanya jawab kepada anak yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi.

Menurut Dhieni, (2007:7.7), Tujuan metode bercakap-cakap yaitu: Mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaiakan pendapatnya kepada siapapun, Memberi kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara lisan, Memperbaiki lafal dan ucapan anak, Menambah perbendaharaan/kosa kata anak, Melatih daya tangkap anak, Melatih daya pikir dan fantasi anak, Menambah pengetahuan dan pengalaman anak didik, Memberikan kesenangan kepada anak, Merangsang anak untuk belajar membaca dan menulis. Sedangkan menurut Ekawati (2012:12), tujuan metode bercakap-cakap, mengembangkan pengetahuan, melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap, mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepon, radio, TV, tape recorder dan lain-lain". Moeslichatoen (2004: 95) mengemukakan beberapa manfaat metode bercakap-cakap antara lain: Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif; menyatakan pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan

(5)

keinginan, dan kebutuhan secara lisan, Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain, Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan gurunya agar terjalin hubungan sosial yang menyenangkan, Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya, Dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap diadakan, semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau dari anak lain. Penyebaran informasi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan anak tentang tujuan dan tema yang ditetapkan guru.

Menurut pendapat lain Montolalu (2010: 10.23) mengemukakan manfaat dari metode bercakap-cakap yaitu: Meningkatkan keberanian anak berbicara, Melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaraan dan menangkap pesan dari orang lain, Membangun citra diri/konsep diri yang positif, Meningkatkan perbendaharaan kosakata yang dimiliki anak.

Menurut Gagne (dalam Komariyah & Soeparno, 2010) bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar”. Sementara itu Menurut Surtiati dan Rejeki (dalam Dhieni, dkk 2007:12), media pendidikan dalam pengertian yang luas adalah: semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah alat peraga atau alat bermain seperti telepon gelas. Telepon gelas merupakan alat permainan edukatif (APE) untuk melatih anak berkomunikasi dan membantu memperkaya perbendaharaan kata anak. Telepon gelas merupakan salah satu media yang dapat membantu pembelajaran bahasa dan hal ini terjadi

secara lebih alamiah pada tahap yang lebih awal, anak dapat termotivasi menjawab pertanyaan guru, menyebutkan benda-benda di sekitar dan menceritakan pengalaman pribadi anak dengan permainan tersebut. Sehingga permainan telepon gelas ini merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak.

Suartini (2012:8) menyatakan, penerapan media telepon gelas dalam proses kegiatan pembelajaran adalah: dua orang anak dipanggil untuk kedepan, masing-masing anak memegang setiap ujung gelas aqua. Salah satu anak mendekatkan gelas aqua dibagian telinga, sedangkan anak yang satunya berbicara lewat gelas aqua tersebut, begitu juga sebaliknya sehingga terjadi komunikasi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, untuk selajutnya guru memanggil anak yang lain, sehingga semua anak mendapat giliran untuk mencoba media telepon gelas. Seiring dengan waktu, guru memantau kegiatan tersebut dengan seksama sambil memberikan penilaian terhadap proses kegiatan tersebut.

Perkembangan bahasa merupakan salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Yusuf (dalam Gunarti, 2008:1.35) mendefinisikan bahasa merupakan "alat dan cara untuk berkomunikasi, dimana perasaan dan pikiran individu dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, misalnya dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka”. Walija, (dalam Latipah Eva, 2012:206) mendifinisikan bahasa sebagai "komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain”. Pengembangan perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk berkomunikasi terutama bagi mereka yang sudah masuk ke lingkungan pendidikan prasekolah khususnya taman kanak-kanak.

Menurut Early Learning Goals (dalam Susanto Ahmad, 2011:79), mengemukakan bahwa tujuan pengembangan bahasa pada

(6)

anak usia awal dijabarkan sebagai berikut: Menyenangi, mendengarkan, meyimak, menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya. Menggunakan bahasa untuk mencipta, melukiskan kembali peran, dan pengalaman, Memperluas kosakatanya, meneliti arti dan suara dari kata-kata baru, Membaca kata-kata umum yang sudh dikenal dan kalimat sederhana, Menulis nama sendiri dan benda-benda lain seperti kata-kata dibawah gambar dan mulai dari bentuk kalimat sederhana, kadang-kadang menggunakan tanda baca, Menggunakan pensil dan menggunakan secara lebih efektif untuk membentuk huruf yang dikenal. Selain itu menurut Depdikna (dalam Susanto Ahmad, 2011:80), mengemukakan bahwa tujuan bahasa ialah "sesuai dengan Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar (GGBPKB) taman kanak-kanak, pengembangan kemampuan berbahasa di taman kanak-kanak bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya".

Terdapat beberapa fungsi bahasa menurut Halliday (dalam Moeslichatoen 2004: 95) yaitu bahasa sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan anak untuk menyatakan keinginannya. Hal ini biasanya dinyatakan dengan “saya ingin”. Bahasa juga berfungsi mengatur anak untuk dapat mengendalikan tingkah laku orang lain. Menurut Gardner (dalam Susanto Ahmad, 2011:81),“bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak ialah sebagai alat mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak. secara khusus fungsi bahasa bagi tamn kanak-kanak untuk mengembangkan ekspresi perasaa, imajinasi, dan pikiran”. Dalam perkembangan bahasa terdapat 4 aspek kemampuan yang harus dimiliki anak yaitu kemampuan membaca permulaan, menulis permulaan, kemampuan menyimak dan kemampuan berbicara.

Menurut (Abbas, 2006: 83) mengemukakan bahwa berbicara adalah "kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan". Hurlock (1993:176) mengungkapkan bahwa berbicara adalah bentuk bahasa yang

menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Berbicara juga merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif sehingga penggunaannya paling luas dan paling penting. Menurut Suhartono (2005: 122) Tujuan kemampuan berbicara ialah, agar anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, agar anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi; dan, agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan. Sementara itu menururt (Nurbiana Dhieni, 2005: 3.6) tujuan berbicara adalah "untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang". Kemampuan berbicara anak sangat penting untuk dikembangkan, karena perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya dapat diketahui dengan mengamati kemampuan berbicara anak.

Menurut Ernawulan (2005: 49) menyatkan, Bahwa kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak umumnya anak sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telahlancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa. Sedangkan menurut Suyadi (2010:108), karakteristik kemampuan berbicara anak ialah : Mampu berbicara dengan lancar, Mampu bertanya lebih banyak dan menjawab lebih kompleks, Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap, Memiliki lebih banyak kata-kata ntuk mengekspresikan ide pada orang lain.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan perkembangan bahasa anak setelah diterapkan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas pada anak kelompok B Semester I tahun pelajaran 2016/2017 di TK Widya Kumarasthana Banyuning. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi

(7)

pengembangan ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya pada perkembangan bahasa dengan menerapkan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi anak, guru, kepala TK dan peneliti lain, bagi anak diharapkan anak-anak memperoleh pengalaman belajar dalam proses pembelajaran yang lebih bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan berbicara, khususnya dalam kemampuan berbicara dengan menggunakan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas, bagi guru, dapat membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran, khususnya pada metode bercakap-cakap menggunakan media telepon gelas untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Agar nantinya dapat dikembangkan dengan baik sehingga pembelajaran dapat lebih efektif dan dapat meningkatkan minat belajar anak, bagi kepala TK, diharapkan dapat menjadi informasi bagi kepala sekolah untuk momotivasi kinerja guru agar dapat meningkatkan kualitas pengajaran lebih baik lagi, bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti di bidang pendidikan, untuk meneliti aspek dan variabel lain yang diduga dapat memiliki kontribusi yang tepat tentang pembelajaran di lembaga PAUD.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok B semester I tahun pelajaran 2016/2017 bertempat di TK Widya Kumarasthana Banyuning. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 di TK Widya Kumarasthana Banyuning, yang berjumlah 15 orang dengan 9 anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Objek yang ditangani dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak kelompok B semester I Tahun 2016/2017 di TK Widya Kumarasthana Banyuning.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TK Widya Kumarasthana Banyuning.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Agung (2012:142) menyatakan bahwa “metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenal keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:144). Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan kemampuan berbicara pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianaliss dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung modus, menghitung median, menghitung angka rata-rata, menyajikan data ke dalam grafik polygon.

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika persentase kemampuan

(8)

berbicara anak mengalami peningkatan dari dari siklus I ke siklus II. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercakapa-cakap berbantuan media telepon gelas untuk meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak berlangsung dengan efektif dan efisien. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dilaksanakandi TK Widya Kumarasthana Banyuning pada kelompok B. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana siklus I terdiri dari 15 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri 10 kali pertemuan. Penelitian siklus I dilaksanakan dari tanggal 25 Agustus sampai tanggal 23 Agustus 2016. Selanjutnya penelitian siklus II dilaksanakan dari tanggal 26 September sampai tanggal 7 Oktober 2016. Data yang dikumpulkan adalah mengenai kemampuan berbicara melalui penggunaan media telepon gelas pada anak kelompok B dengan menggunakan metode bercakap-cakap dalam penerapannya.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas untuk meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara anak diperoleh rata-rata pada siklus I sebesar 61%. Data hasil belajar anak pada kemampuan berbicara disajikan dalam bentuk grafik polygon. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak menggunakan lima indikator dan masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor.

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi selama pelaksanaan tindakan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak pada kelompok B di TK Widya Kumarasthana Banyuning dalam pedoman konversi PAP skala lima masih berada pada kategori rendah yaitu 61%. Ini disebabkan oleh beberapa kendala atau

masalah yang dialami. Kendala-kendala atau masalah yang dialami dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Adapun kendala-kendala yang ditemukan selama penerapan siklus I yaitu Pada pertemuan awal, media telepon gelas yang digunakan terbatas sehingga tidak semua anak dapat melakukan kegiatan dengan maksimal dan juga terlihat anak masih bingung dan kurang fokus pada saat penerapan kegiatan dikarenakan anak belum memahami apa saja langkah-langkah cara bercakap-cakap menggunakan telepon gelas dan anak masih bingung bahwa telepon gelas tersebut bisa dijadikan alat komunikasi, anak kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab, jika tidak mengerti dengan penjelasan guru, anak hanya cenderung diam saja. Kehadiran guru baru membuat anak malu untuk bertanya sehingga interaksi dalam proses pembelajaran antara guru dengan anak masih kurang, kurangnya perbendaharaan pada kosa kata anak pada saat berlangsungnya kegiatan membuat anak kurang memahami apa saja yang ingin disampaikan pada saat proses kegiatan. Terlihat pada saat anak disuruh untuk maju kedepan kelas anak tidak tahu apa yang ingin disampaikan, dan anak terlihat masih malu-malu pada saat disuruh untuk bercakap-cakap dengan temannya, kurangnya kepercayaan diri anak pada saat proses penerapan berlangsung membuat penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas kurang berjalan sesuai harapan dikarenakan masih ada beberapa anak yang tidak mau untuk disuruh maju kedepan mempraktekkan cara bercakap-cakap menggunakan telepon gelas hanya beberapa anak yang mampu dan mau untuk disuruh maju kedepan kelas.

Beberapa solusi upaya perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak kelompok B semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 di TK Widya Kumarasthana Banyuning yaitu sebagai berikut. Menambahkan media telepon gelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, agar kegiatan menjadi optimal. Sebelum kegiatan metode bercakap-cakap dimulai, terlebih dahulu anak diajak untuk melakukan kegiatan yang

(9)

menyenangkan seperti bernyanyi, bertepuk-tepuk agar anak tidak tegang dan kaku pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan diajaknya bernyanyi dan bertepuk-tepuk diawal kegiatan kosakata anak akan bertambah. Membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus agar anak bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diberikan. Menambah perbendaharaan kosa kata anak dengan memberikan instruksi-instruksi sederhana yang guru berikan dengan cara berusaha memancing pertanyaan-pertanyaan seperti “bagaimana kabarmu, apa yang sedang kamu lakukan bila pulang sekolah”. Anak yang masih kurang percaya diri pada saat proses kegiatan berlangsung sebaiknya guru memberikan motivasi atau dorongan secara verbal seperti “kamu pasti bisa, ayo dicoba kalau tidak dicoba kamu terus tidak akan bisa” dengan memberikan motivasi tersebut anak akan mau dan tidak malu lagi untuk mencoba melakukan kegiatan bercaka-cakap dengan temannya.

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan selama 10 kali pertemuan. Rata-rata hasil belajar perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada siklus II sebesar 83,35 %. Nilai rata-rata persen jika dikonversikan kedalam PAP skala lima rata-rata persen berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak kelompok B pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B semester I di TK Widya Kumarasthana Banyuning.

Adapun temuan-temuan peningkatan yang dilihat selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: Secara garis besar proses pembelajaran di

kelompok B TK Widya Kumarasthana Banyuning dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti. Hal ini terlihat anak sangat antusias dalam pada mengikuti pembelajaran menggunakan media telepon gelas. Meningkatnya kreativitas anak dalam proses pembelajaran, terutama pada perkembangan bahasa anak dalam kemampuan berbicara. Pada awalnya anak yang kurang aktif dan masih terlihat malu-malu dalam mengikuti proses pembelajaran menjadi aktif dan berani untuk maju kedepan kelas. Pemberian motivasi pada anak selalu diberikan apabila ada anak yang belum bisa mengejarkan tugas yang diberikan pada saat kegiatan. Pemberian

reward juga dilakukan bagi anak yang

mampu melakukan dan menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas untuk meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara anak sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata prsentase (M%) hasil belajar dari pra siklus (22,35%) ke siklus I (61%) dan ke siklus II (83,35%), sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Peningkatan tersebut juga disebabkan karena guru melakukan perbaikan yang optimal dari kendala yang dihadapi pada siklus I.

Pembahasan

Berdasarkan pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan dalam proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Terjadinya peningkatan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak saat penerapan metode bercakap-cakap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru sehingga kemampuan anak dalam perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara semakin meningkat dan kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang optimal.

(10)

Penerapan metode bercakap-cakap dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak didik. Moeslichatoen dalam buku metode pengajaran di TK (2004:91) mengatakan “Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah.

Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara. Sedangkan menurut Dhieni (2006: 7.6) metode bercakap-cakap adalah "suatu cara penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak". Penerapan metode bercakap-cakap dalam penelitian ini dibantu dengan media telepon gelas. Media telepon gelas merupakan salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara.

Zaman (2008:7.4) berpendapat “telepon gelas merupakan alat permainan edukatif untuk melatih anak berkomunikasi dan membantu memperkaya perbendaharaan kata”. Berdasarkan pemaparan tersebut, dengan penggunaan media telepon gelas melalui kegiatan bercakap-cakap, dapat merangsang anak untuk berkomunikasi dengan teman sehingga kegiatan ini dapat meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak.

Penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas untuk meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara menggunakan capaian perkembangan mengerti beberapa perintah secara bersamaan dengan berbagai kegiatan, salah satunya yaitu anak menggunakan media telepon gelas bersama dengan teman, dalam kegiatan ini anak akan memperoleh pengalaman berinteraksi dengan teman secara langsung. Tetapi dalam kegiatan ini adanya hambatan yang dialami karena tidak semua anak mau secara langsung menggunakan media bersama-sama dengan temannya, karena beberapa anak masih senang memilhi-milih

teman dan malu-malu jika disuruh untuk mju kedepan kelas mempraktekkan langsung sehingga upaya guru sangat diharapkan dalam membimbing anak.

Capaian perkembangan mengulang kalimat yang lebih kompleks dan menjawab pertanyaan yang lebih kompleks dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengucapkan dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain sehingga perbendaharaan kata anak bertambah dan anak mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tahap usia dan perkembangan anak, tetapi dalam kegiatan ini ada beberapa anak yang kurang mampu mengulang kalimat dan menjawab kalimat yang disampaikan karena dipengaruhi oleh karakteristik, potensi serta perkembangan anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas mengenai penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas dapat meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak kelompok B Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 di TK Widya Kumarasthana Banyuning, dan oleh karenanya metode pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas dapat meningkatkan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak kelompok B Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 di TK Widya Kumarasthana Banyuning. Hal ini terlihat dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak kelompok B di TK Widya Kumarasthana Banyuning dari penerapan metode bercakap-cakap mencapai 22,35%. Data ini didapat dari perbandingan antara data siklus I dan data siklus II, dimana nilai rata-rata skor persentase pada siklus I sebesar 61%

(11)

apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima maka nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 55-64% yang berarti bahwa nilai 61% termasuk dalam kriteria rendah.

Dan terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 83,35% apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima maka nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti nilai 83,35% sudah mencapai harapan yaitu berada pada kriteria tinggi. Jadi perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara pada anak mengalami peningkatan setelah penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media telepon gelas.

Kepada kepala TK, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan oleh sekolah dan untuk menyempurnakan metode pembelajaran yang sudah ada khususnya dalam pelaksanaan metode bercakap-cakap. Kepada guru TK, guru diharapkan dapat melanjutkan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan. Bagi peneliti lain, hal-hal yang belum tercapai dalam penelitian ini agar bisa disempurnakan dalam penelitian selanjutnya, karena pencapaian perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara dalam penelitian ini baru tercapai pada kriteria tinggi. Oleh karena itu diharapkan kepada peneliti lain untuk mengoptimalkan pembelajaran dalam bidang perkembangan bahasa dengan menggunakan metode serta media pembelajaran yang tepat agar tercapai hasil yang optimal. Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih kreatif dan mendengarkan apa yang sedang disampikan oleh guru, dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak.

DAFTAR RUJUKAN

Abas. 2006. Bahasa Indonesia yang efektif

di sekolah dasar. Jakarta:

Departemen pendidikan nasional.

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.

Dhieni, Nurbiana, 2005. Metode

Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Djamarah dan Zain. 1995. Strategi Belajar

Mengajar. Banjarmasin: Rineka

Cipta.

Ekawati, setia. 2012. Bercakap-cakap.

Tersedia pada

http://setiawatimakalah.blogpot.com. (diakses tanggal 28 maret 2016) Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan

anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kamarudin. 1972. Pengantar Metodologi

Riset. Bandung : Angkasa.

Komariyah, Z. & Soeparno. 2010. Pengaruh pemanfaatan media permainan kartu hitung terhadap hasil belajar siswa materi ajar operasi hitung campuran mata pelajaran matematika kelas III SDN Babat Jerawat I Surabaya. Jurnal teknologi pendidikan, vol.10 no. 1, april 2010 (63 -73).

Latipah Eva. 2012. Pengantar Psikologi

Pendidikan. Pedagogia.

Moeslichatoen R. 2004. Metode

Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Montolalu, dkk. 2010. Bermain dan

Permainan Anak. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Mulyasa, E.H. 2012. Manajemen PAUD. Rosda.

Suartini, Ni Ketut Enik. 2012. Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Alat Permainan Edukatif (APE)

(12)

meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Lisan Anak TK Wisata Kumara Barat Kalibukbuk

Kecamatan Buleleng. Tahun

Pelajaran 2011/2012. (tidak

diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Suhartono. 2005. Pengembangan

Ketrampilan Bicara Anak Usia Dini.

Jakarta: Depdikas.

Susanto Ahmad. 2011. Pengembangan AUD. Kencana Prenada Media Group.

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD.

Yogyakarta: PT Pustaka Insan Mandani.

Suyanto, S. 2005. Dasar

Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Yogyakarta: Hikayat Publishing Syaodih, Ernawulan. 2005. Bimbingan di

Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Judul : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING PADA SMA TAMAN SISWA SAWIT SEBERANG Kategori :

es difícil tramitar una visa, en Inglaterra la vida es muy costosa, en Canadá es difícil conseguir la visa de trabajo, pero en Australia no ponen tanto problema, hasta la visa dura

Berdasarkan analisis dan pembahasan maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) tingkat pengetahuan sebelum pemberian pendidikan pada kedua kelompok sebagian besar kurang,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh pemberian fosfat alam terhadap perubahan sifat kimia tanah, dan kadar hara pada tanaman jagung (Zea

Dengan spesifikasi tersebut, ternyata video card ini memiliki kemampuan yang cukup baik, karena dari pengujian yang telah kami lakukan ternyata nilai yang mampu dihasilkan tidak

melakukan penelitian dengan judul   “Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Surakarta)”..

Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney dengan hasil analisis diperoleh nilaip= 0,015<0,05 sehingga ada perbedaan kedisiplinan pemakaian APD pada tenaga kerja yang

Kontribusi motivasi berprestasi terhadap kinerja guru PKN dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada SMP Negeri di Kota Semarang.. Sekolah