i
PENDINGIN ADSORPSI MENGGUNAKAN GENERATOR HORISONTAL
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan Oleh:
PETRUS AGUS DWI RATNATHA NIM : 095214012
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
FINAL PROJECT
Presented as partitial fulfilment of the requirement
as to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
By:
PETRUS AGUS DWI RATNATHA Student Number : 095214012
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
vii
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa, dan sebagainya). Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Karbon Aktif digunakan untuk menjernihkan air, pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain.
Pada proses pendingin adsorpsi biasanya menggunakan adsorber berupa silika gel, zeolit, kalsium klorida dan karbon aktif. Karbon aktif bisa dibuat dari tempurung kelapa atau didapat dari batu bara. Selain ramah lingkungan karbon aktif mudah didapat dipasar lokal dan amonia sendiri bukan merupakan refrijeran sintetik sehingga tidak menyebabkan terjadinya resiko kerusakan alam seperti yang dapat disebabkan oleh sistem pendingin kompresi uap yang menggunakan refrijeran sintetik. Penelitian ini bertujuan meneliti karakteristik karbon aktif yang dijual dipasar lokal sebagai adsorber amonia melalui temperatur terendah yang dapat dihasilkan oleh sistem pendingin absorpsi.
Alat penelitian terdiri dari generator, keran dan evaporator. Generator yang digunakan adalah generator horizontal berdiameter 10 cm dengan panjang 30 cm, lebar evaporator 5 cm dengan diameter 10 cm. Variabel yang divariasikan pada penelitian ini adalah jumlah massa karbon aktif 425 gr dan 850 gr dan variasi massa amonia 5,30 gr, 10,60gr, 12,88gr, 15,90gr, 17,30gr, 19,14 gr, 21,72gr dan 27,72gr.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif yang dijual dipasar lokal dapat menyerap amonia alami seperti yang ditunjukan setiap proses adsorpsi tekanan pada evaporator dapat mencapai nol atau vakum. Tetapi karbon aktif ini mempunyai karakteristik penyerapan yang lambat. Sehingga kurang baik dijadikan adsorber amonia. Hal ini ditunjukkan oleh temperatur terendah yang dihasilkan adalah 170C pada variasi massa amonia 12,88 gr dan massa karbon aktif 425 gr.
viii
Puji syukur atas berkah dan rahmat Tuhan Yang Maha Sempurna, sehingga tugas akhir
ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma.
Penulis merasa bahwa penilitian yang sedang di lakukan merupakan penelitian yang
tidak mudah, karena pada penelitian ini penulis melakukan langsung cara pembuatan dari awal,
pengambilan data, pemahaman tentang prinsip kerja alat, dan solusi yang tepat terhadap masalah
yang dihadapi.
Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Karakteristik Karbon Aktif Sebagai
Adsorber Pada Pendingin Adsorpsi Menggunakan Generator Horisontal” ini karena adanya
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ir. P.K. Purwadi, M.T. selaku Ketua Program studi Teknik Mesin.
3. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah
mendampingi dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan materi selama kuliah
di Universitas Sanata Dharma.
5. Laboran ( Ag. Rony Windaryawan ) yang telah membantu memberikan ijin dalam
penggunakan fasilitas laboratorium untuk keperluan penelitian ini.
6. Paulus Made Haryanto dan MM. Niluh Ratni selaku orang tua yang selalu memberi
ix
mesin angkatan 2009 yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena
keterbatasan pengetahuan yang belum diperoleh, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun dalam penyempurnaan tugas ini.
Semoga karya ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Terima kasih.
Yogyakarta, 08 November 2012
x
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.l Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Dasar Teori... 3
2.2 Penelitian Yang Pernah Dilakukan ... 11
BAB III. METODE PENELITIAN ... 14
xi
3.4 Langkah Penelitian... 21
3.5 Peralatan Pendukung ... 22
BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN ... 25
4.1. Pembahasan... 50
BAB V. PENUTUP... 56
5.1Kesimpulan ... 56
5.2Saran ... 56
xii
Tabel 4.1. Pengisian amonia murni 19,14 gram dengan massa karbon aktif 425 gram .... 28
Tabel 4.2. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 19,14 gram
dengan massa karbon aktif 425 gram ... 28
Tabel 4.3. Penambahan amonia murni 8,58 gram dengan massa karbon aktif 425 gram ... 30
Tabel 4.4. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 27,72 gram
dengan karbon aktif 425 gram ... 30
Tabel 4.5. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 27,72 gram
dengan karbon aktif 425 gram ... 31
Tabel 4.6. Data desorpsi-adsorpsi variasi 21,72 gram dengan karbon aktif 425 gram ... 33
Tabel 4.7. Data desorpsi-adsorpsi variasi amonia 17,30 gram dengan
karbon aktif 425 gram ... 34
Tabel 4.8. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 12,88 gram
dengan karbon aktif 425 gram ... 35
Tabel 4.9. Data desorpsi-adsorpsi variasi monia 12,88 gram
dengan karbon aktif 425 gram ... 36
Tabel 4.10. Data desorpsi-adsorpsi variasi amonia 12,88 gram
dengan karbon aktif 425 gram ... 38
Tabel 4.11. Pengisian amonia murni 5,30 gram dengan massa karbon aktif 850 gram. ... 42
Tabel 4.12. Data desorbsi-adsorpsi variasi massa amonia 5,30 gram
dengan karbon aktif 850 gram. ... 42
Tabel 4.13. Data desorbsi-adsorpsi ke 2 variasi massa amonia 5,30 gram
dengan karbon aktif 850 gram ... 43
xiii
Tabel 4.16. Data desorbsi-adsorpsi ke 4 variasi massa amonia 10,60 gram
dengan karbon aktif 850 gram ... 46
Tabel 4.17. Penambahan ke 2 amonia murni 5,30 gram dengan massa
karbon aktif 850 gram ... 47
Tabel 4.18. Data desorbsi-adsorpsi ke 5 variasi massa amonia 15,90 gram
dengan karbon aktif 850 gram ... 47
Tabel 4.19. Data desorbsi-adsorpsi ke 6 variasi massa amonia 15,90 gram
xiv
Gambar 2.1. Skema pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa ... 6
Gambar 2.2. Karbon aktif bentuk serbuk ... 8
Gambar 2.3. Karbon aktif bentuk Granular ... 8
Gambar 2.4. Karbon aktif bentuk pelet ... 9
Gambar 2.5. Siklus Pendinginan Adsorbsi ... 10
Gambar 3.1. Skema alat pendingin absorbsi dengan kotak pendingin. ... 14
Gambar 3.2. Skema alat pengisian gas amonia kedalam tabung generator. ... 15
Gambar 3.3. Skema alat pendingin absorpsi... 16
Gambar 3.4. Dimensi generator ... 17
Gambar 3.5. Dimensi evaporator ... 17
Gambar 3.6. Posisi termokopel pada saat pengisian gas amonia... 18
Gambar 3.7. Stopwatch ... 22
Gambar 3.8. Kompor listrik ... 23
Gambar 3.9. Penampil termokopel ... 23
Gambar 3.10. Termokopel ... 24
Gambar 3.11. Ember ... 24
Gambar 3.12. Manometer ... 24
Gambar 4.1. Grafik proses desorpsi-adsorpsi pada semua variasi ... 51
Gambar 4.2. Grafik perbandingan temperatur pada setiap tekanan ... 53
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang
mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon (batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang
diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Pada proses pendingin adsorpsi
biasanya sistem pendingin adsorpsi biasanya menggunakan adsorber berupa selika
gel, zeolit, kalsium klorida, dan karbon aktif.
Pada penelitian kali ini akan menguji karakteristik karbon aktif yang ada
dipasar lokal sebagai adsorber amonia pada pendingin adsorpsi. Amonia bukan
merupakan refrijeran sintetik sehingga tidak menyebabkan terjadinya resiko
kerusakan alam seperti yang dapat disebabkan oleh sistem pendingin kompresi
uap yang menggunakan refrijeran sintetik. Dalam satu gram karbon aktif, pada
umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif
dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001
mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak
dengan karbon tersebut. Karbon aktif merupakan bagian dari batu bara. Selain
1.2 RUMUSAN MASALAH
Temperatur terendah yang dapat dicapai tergantung jumlah massa amonia
yang diserap adsorber dan kecepatan daya serap karbon aktif, temperatur fluida
pendingin kondensor, konstruksi generator dan konsentrasi amoniak dalam
generator. Pada penelitian ini generator juga berfungsi sebagai adsorber. Massa
karbon aktif pada generator sebagai acuan untuk variasi massa amonia. Daya
serap karbon aktif tergantung pada perbandingan jumlah massa amonia dengan
karbon aktif dan tekanan pada evaporator. Pada penelitian ini akan meneliti
karakteristik karbon aktif sebagai adsorber melalui termperatur terendah yang
dapat dihasilkan oleh pendingin adsorpsi.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah meneliti karakteristik
karbon aktif yang dijual di pasar lokal sebagai adsorber amonia melalui
temperatur terendah yang dapat dihasilkan oleh sistem pendingin adsorpsi.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penlitian ini adalah:
1. Menambah kepustakaan teknologi tentang jenis adsorber.
2. Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk
adsorber pada pendingin adsorpsi yang dapat diterima masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN
Penelitian sistem pendingin absorbsi oleh Ayala (1994)
menggunakan refrijeran amoniak-air dengan penggerak energi panas bumi
yang menghasilkan temperatur pemanasan 90OC - 145OC di Meksiko untuk
pendingin hasil pertanian menghasilkan kapasitas pendinginan sebesar 10,5
kW. Penelitian pendingin absorbsi oleh Eisa (2007) menggunakan
refrijeran air-litium bromida dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perubahan kondisi kerja pada unjuk kerja yang dihasilkan. Hasil yang
didapat menunjukan parameter yang penting adalah temperatur pemanasan
dan perbandingan laju aliran. Semakin tinggi temperatur pemanasan
semakin tinggi unjuk kerja yang dihasilkan. Laju aliran yang lebih besar
memerlukan temperatur generator yang lebih tinggi. Shiming (2001)
menggunakan refrijeran baru untuk sistem pendingin absorbsi yakni
2,2,2-trifluoroethanol (TFE)-N-methylpyrolidone (NMP). Refrijeran baru ini
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan refrijeran klasik seperti H2O–
LiBr and HNO3–H2O. Keunggulan refrijeran baru tersebut adalah dapat
menghasilkan temperatur yang lebih rendah dengan menggunakan energi
pemanas yang lebih sedikit. Keunggulan ini disebabkan terutama karena
sifat refrijeran TFE–NMP tidak mengalami kristalisasi, tekanan kerja yang
pada temperatur tinggi. Kelemahan refrijeran baru ini adalah temperatur
penguapan antara TFE dan NMP yang hampir sama. Studi untuk
mengetahui karakteristik alat pendingin energi surya oleh Ali (2002) pada
sebuah prototipe menghasilkan COP sebesar 0,19. Pengujian dilakukan
dengan menghitung energi yang diberikan dan dihasilkan tiap komponen
alat pada beberapa variasi kondisi kerja. Beberapa penelitian pendingin
adsorpsi menggunakan zeolit-air oleh Hinotani (1983) mendapatkan bahwa
harga COP sistem pendingin adsorpsi surya menggunakan zeolit-air akan
medekati konstan pada temperatur pemanasan 160OC atau lebih. Grenier
(1983) melakukan eksperimen sistem pendingin adsorpsi surya
menggunakan zeolit-air dan mendapatkan harga COP sebesar 0,12. Pons
(1986) meneliti pendingin adsorpsi zeolit-air tetapi COP nya hanya 0,1. Zhu
Zepei (1987) melakukan pengetesan pada sistem pendingin adsorpsi surya
menggunakan zeolit-air dengan kolektor plat datar dan kondensor
berpendingin udara mendapatkan COP yang rendah sebesar 0,054
modifikasi yang dilakukan dengan memvakumkan sistem dan penggunaan
reflektor datar tidak banyak menaikkan harga COP. Kreussler (1999)
melakukan penelitian dan hasilnya adalah dengan pemanasan 150O C
didapatkan energi pendinginan sebesar 250 kJ per kilogram zeolit. Sebuah
penyimpan dengan volume 125 L dapat didinginkan menggunakan kolektor
seluas 3 m2. Ramos (2003) mendapatkan COP sebesar 0,25 dengan
menggunakan kolektor parabola secara terpisah dari sistem pendingin
Ramos tidak menggunakan kondensor, Ramos juga mendapatkan kapasitas
adsorpsi zeolit mencapai optimal dengan pemanasan tabung zeolit sebesar
250OC. Modifikasi sistem pendingin adsorpsi ini dilakukan oleh Houtsma
Simon Tomboy(2012) menggunakan refigeran amonia dengan adsorber
CaCl2. Alat pendingin adsorpsi CaCl2-Amonia yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yakni (1) Katup
desorpsi-adsorpsi (2) Generator dan (3) evaporator sekaligus berfungsi sebagai
kondensor. COP yang dihasilkan pada penelitian ini sebesar 0,92.
Temperatur evaporator terendah yang dihasilkan adalah 0℃.
2.2 DASAR TEORI
Karbon aktif merupakan senyawa karbon armoph, yang dapat
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang
diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih
luas. Secara luas karbon aktif digunakan sebagai adsorber pada proses
pemisahan dan pemurnian baik pada fase gas maupun fase cair. Karbon aktif
dapat digunakan untuk mengadsorbsi gas dan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau sifat adsorbsinya selektif, tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu
25-100% terhadap berat karbon aktif.
Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang
kontak dengan karbon tersebut. Karbon Aktif digunakan untuk
menjernihkan air, pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator,
karbon aktif dapat digunakan di berbagai industri seperti
pengolahan/tambang emas dengan berbagai ukuran mesh maupun iondine
number. Juga digunakan untuk dinding partisi, penyegar kulkas, vas bunga,
dan ornamen meja. Di balik legamnya, barang gosong itu ternyata sangat
kaya manfaat. Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat,
penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat
organic maupun anorganik, detergen, bau, senyawa phenol dan lain
sebagainya. Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh, atau sudah
tidak mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak
baik lagi, sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :
1. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing
senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
2. Temperatur/ suhu.
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada
saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi suhu proses
adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika
pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik
didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada suhu kamar atau
bila memungkinkan pada suhu yang lebih kecil.
Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet
(0.8-5 mm) lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0.18 mm
atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon,
0.2-5 mm). (PAC) lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan
sistem pembubuhan yang sederhana. Metode ini adalah salah satu metode
yang potensial, karena prosesnya yang sederhana, dapat bekerja pada
konsentrasi rendah, dapat di daur ulang, dan biaya yang dibutuhkan relatif
murah. (Arifin, 2008).
Ada beberapa macam karbon aktif diantaranya karbon aktif dari
tempurung kelapan dan karbon aktif dari batu bara. Proses Pembuatan
Karbon Aktif dari bahan baku tempurung kelapa terbagi menjadi dua
tahapan utama yaitu:
Proses pembuatan arang dari tempurung Kelapa (karbonisasi)
Gambar 2.1 Skema pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa
Dalam tahap karbonisasi, tempurung kelapa dipanaskan tanpa udara
dan tanpa penambahan zat kimia. Tujuan karbonisasi adalah untuk
menghilangkan zat terbang. Proses karbonisasi dilakukan pada temperatur
400-600 0C. Hasil karbonisasi adalah arang yang mempunyai kapasitas
penyerapan rendah. Untuk mendapat karbon aktif dengan penyerapan yang
tinggi maka harus dilakukan aktivasi terhadap arang hasil karbonisasi.
Proses aktivasi dilakukan dengan tujuan membuka dan menambah
pori-pori pada karbon aktif. Bertambahnya jumlah pori-pori pada karbon
aktif akan meningkatkan luas permukaan karbon aktif yang mengakibatkan
kapasitas penyerapannya menjadi bertambah besar. Proses aktivasi dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu teknik aktivasi fisik dan teknik aktivasi
kimia. Proses aktivasi fisik dilakukan dengan cara mengalirkan gas
pengaktif(CO2) melewati tumpukan arang tempurung kelapa hasil
karbonisasi yang berada dalam suatu tungku. Aktivasi kimia dilakukan
dengan menambahkan bahan baku dengan zat kimia tertentu pada saat
Ada tiga jenis karbon aktif yang terbuat dari tempurung kelapa yang banyak
dipasaran yaitu:
Bentuk serbuk. Karbon aktif berbentuk serbuk dengan ukuran lebih kecil
dari 0,18 mm. Terutama digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas.
Digunakan pada industry pengolahan air minum, industry farmasi, terutama
untuk pemurnian monosodium glutamate, bahan tambahan makanan,
penghilang warna asam furan, pengolahn pemurnian jus buah, penghalus
gula, pemurnian asam sitrtat, asam tartarikk, pemurnian glukosa dan
pengolahan zat pewarna kadar tinggi.
Gambar 2.2 Karbon aktif bentuk serbuk
Bentuk Granular. Karbon aktif bentuk granular/tidak beraturan dengan
ukuran 0,2mm-5 mm. Jenis ini umumnya digunakan dalam aplikasi fasa cair
dan gas. Beberapa aplikasi dari jenis ini digunakan untuk: pemurnian emas,
pengolahan air, air limbah dan air tanah, pemurni pelarut dan penghilang
Gambar 2.3 Karbon aktif bentuk Granular
Bentuk Pellet. Karbon aktif berbentuk pellet dengan diameter 0,8mm-5 mm.
Kegunaaan utamanya adalah untuk aplikasi fasa gas karena mempunyai
tekanan rendah, kekuatan mekanik tinggi dan kadar abu rendah.Digunakan
untuk pemurnian udara, control emisi, tromol otomotif, penghilangbau
kotoran dan pengontrol emisi pada gas buang.
Gambar 2.4 Karbon aktif bentuk pelet
Proses pembuatan karbon aktif dari batubara dilakukan melalui
proses persiapan bahan dasar, proses karbonisasi dan proses aktivasi.
Persiapan bahan dasar dilakukan dengan melakukan penggerusan dan
dilakukan pada temperatur 900oC selama 60 menit dan mengalirkan gas
nitrogen (N2) sebagai gas inert sebesar 80 ml/menit. Sedangkan proses
aktivasi dilakukan dengan metode aktivasi fisika pada temperatur 950oC
dengan lama aktivasi 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit dan 180
menit dengan mengalirkan gas karbondioksida (CO2) sebagai activating
agent sebesar 80 ml/menit.
Amonia sebagai cairan utama dalam sistem pendingin absorbsi
merupakan salah satu refrijeran dalam suatu sistem pendingin. Amonia
murni mempunyai titik didih -33℃ pada tekanan 1 atm, cairan amonia harus
disimpan dalam tekanan tinggi dan bersifat sangat korosif terhadap tembaga
dan kuningan sehingga dalam pembuatan alat penelitian semua bahan
menggunakan stainless steel dan dalam pengelasan juga memakai argon
sebab dalam penyatuan bahan yang terbuat dari stainless stell ini pengelasan
yang dianggap paling baik adalah menggunakan argon. Amonia yang dijual
di pasar lokal khususnya di yogyakarta sudah dalam keadaan cair. Pada
penelitian ini menggunakan amonia murni, maka untuk mendapatkan
amonia murni dilakukan proses destilasi. Sehingga untuk menghitung massa
amonia digunakan persamaan gas ideal (Thermodynamics 5th edition,hal
438 ) :
P.v = m.R.T (1)
Proses Pendinginan Adsorbsi
Pendingin absorbsi umumnya terdiri dari 4 (empat) komponen
utama yaitu: (1) absorber, (2) generator, (3) kondensor, (4) evaporator. Pada
penelitian ini, model pendingin adsorbsi yang dibuat terdiri dari dua
komponen karena komponen absorber dan generator disatukan, dan
komponen kondensor dan evaporator disatukan.
Gambar 2.5. Siklus Pendinginan Adsorbsi
Siklus pendinginan adsorbsi terdiri atas proses adsorbsi
(penyerapan) refrijeran (amoniak) ke dalam absorber (karbon aktif) dan
proses pelepasan refrijeran dari absorber (proses desorbsi) proses ini dapat
dilihat pada gambar 2.5. Proses absorbsi dan desorbsi terjadi pada absorber
(pada penelitian ini pada generator). Pada proses desorbsi generator
memerlukan energi panas dari sumber panas. Energi panas dapat berasal
dari energi alam seperti panas bumi dan energi surya. Selain itu juga dapat
berasal dari pembakaran kayu, bahan bakar minyak dan gas bumi. Untuk
kemudahan pada penelitian ini, maka digunakan pemanas listrik yang dapat
1. Membebaskan uap menggunakan kalor
3.Menyerap uap ke dalam karbon sambil melepaskan kalor
diatur dayanya sebagai sumber panas. Energi panas menaikkan temperatur
campuran amoniak-karbon aktif yang ada di dalam generator. Karena
amoniak mempunyai titik didih yang rendah, maka amoniak akan menguap
terlebih dahulu dari pada karbon aktif. Uap amoniak ini akan mengalir dari
generator menuju evaporator melalui kondensor. Di dalam kondensor, uap
amoniak mengalami pendinginan dan mengembun. Uap amoniak di dalam
tabung kondensor (juga berfungsi sebagai evaporator) mengalami ekspansi
sehingga tekanannya turun. Karena tekanan amoniak di dalam evaporator
turun, maka temperaturnya pun turun sampai 00C. Evaporator umumnya
diletakkan di dalam kotak pendingin. Di dalam kotak pendingin tersebut,
diletakkan bahan-bahan yang akan didinginkan. Karena mendinginkan
bahan, maka amoniak dalam evaporator akan menguap dan mengalir
kembali ke generator. Di dalam generator, uap amoniak tersebut diserap
oleh karbon aktif, proses ini disebut absorbsi. Siklus tersebut akan
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Deskripsi Alat
Skema alat pendingin absorbsi amonia-air dengan kotak pendingin yang
dirancang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema alat pendingin absorbsi dengan kotak pendingin.
Keterangan :
1. Generator
2. manometer
3. Evaporator
4. Kotak pendingin
1 2
3
Skema alat pengisian gas amonia kedalam tabung generator ditunjukkan
pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Skema alat destilasi amonia-air kedalam tabung generator.
Tabung amonia cair
Tabung penyaringan Manometer 1
Manometer 2
Skema alat pendingin absorbsi amonia-karbon aktif tanpa kotak pendingin
ditunjukkan pada Gambar 3.3.
`
Gambar 3.3. Skema alat pendingin absorbsi
Keterangan :
1. Nepel ¾ inchi
2. Keran ball valve ¾ inchi
3. Pipa 1 inchi
4. Penguat tabung generator
5. Generator yang juga sekaligus sebagai absorber
6. Manometer
1 2
3
4 5
6
7. Kondensor sekaligus evaporator
Berikut adalah gambar dimensi generator pada Gambar 3.4. Generator ini
mempunyai lebar 40 cm dan berdiameter 10 cm.
Gambar 3.4. Dimensi generator
Dimensi evaporator pada Gambar 3.5. Evaporator ini mempunyai lebar 5 cm
dan berdiameter 10 cm.
Gambar 3.5. Dimensi Evaporator
.
40cm 25cm
8cm
Posisi termokopel pada saat pengisian gas amonia data ditunjukan pada Gambar 3.6 :
Gambar 3.6. Posisi termokopel pada alat Temperatur 1
Temperatur 2 Temperatur 4
Temperatur 3
Temperatur 5
Temperatur 7 Temperatur 6
Temperatur 8
3.2.Variabel Yang Divariasikan
Variabel yang divariasikan dalam penelitian yaitu:
1. Variasi jumlah massa karbon aktif 425 gr dan 850 gr.
2. Variasi massa amonia 5,30 gr, 10,60gr, 12,88gr, 15,90gr, 17,30gr,
19,14 gr, 21,72gr dan 27,72gr.
Massa amonia dapat dihitung dengan persamaan 1 dan 2. Berikut contoh perhitungan massa amonia pada Table 4.1 :
Diketahui :
Tekanan terukur (P) = 5bar
Pabsolut = 5+1bar = 6 bar = 600000 N/m2
Temperatur = 680C = 341 K
V total yang dilalui gas amonia = 0,00513 m3
Tetapan gas (R) = 8,013 J/mol K
Massa per mol (mr) = 17 gr/mol
( )
Pada variasi massa amonia dilakukan penambahan dan pengurangan massa
amonia. Berikut langkah untuk mendapatkan variasi massa amonia:
1. Massa amonia 27,72gr didapat dari penambahan massa amonia dari
19,14gr ditambah 8,58gr.
2. Massa amonia 21,72gr didapat dari pengurangan massa amonia
27,72gr dikurangi 6,00gr.
3. Massa amonia 17,30gr didapat dari pengurangan massa amonia
21,72gr dikurangi 4,42gr.
4. Massa amonia 12,88gr didapat dari pengurangan massa amonia
17,30gr dikurangi 4,42gr.
5. Massa amonia 10,60gr didapat dari penambahan massa amonia dari
5,30gr ditambah 5,30gr.
6. Massa amonia 15,90gr didapat dari penambahan massa amonia dari
10,60gr ditambah 5,30gr.
3.3.Variable yang diukur
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur antara lain :
1. Temperatur generator
2. Temperatur minyak
3. Temperatur evaporator
4. Tekanan evaporator
3.4.Langkah Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian Pendingin adsorpsi ini menggunakan
metode langsung yaitu penulis mengumpulkan data dengan menguji langsung
alat yang telah dibuat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian diawali dengan penyiapan alat.
2. Alat ukur termokopel yang telah disiapkan dipasang pada setiap bagian
yang akan diukur temperaturnya.
3. Generator diisi karbon aktif sebanyak 425gr.
4. Alat Pendingin adsorpsi divakumkan selama beberapa menit dengan
menggunakan pompa vakum.
5. Alat Pendingin adsorpsi diisi amonia 5 bar pada alat pengisian amonia.
6. Kemudian alat Pendingin adsorpsi dilepas dari alat pengisian ammonia
lalu alat Pendingin adsorpsi dimasukkan kedalam bak yang telah diisi
minyak kemudian dipanasi menggunakan kompor listrik. Pada kompor
listrik, terdapat tingkatan-tingkatan level panas. Jadi jika panas yang
diharapkan sudah konstan atau lampu pada penunjuk kompor mati, maka
level kompor listrik dapat dinaikan. Keadaan tersebut bisa terus berlanjut
hingga level kompor listrik maksimal. Proses pemanasan terjadi hingga
tekanan yang ada di alat ukur manometer menunjukan tekanan maksimal
saat alat bekerja (konstan)/ mangalami penurunan secara perlahan, proses
7. Setelah tekanan konstan, keran pada evaporator ditutup lalu kompor
dimatikan dan di geser. Lalu dilanjutkan ketahap kesalnjutnya yaitu proses
pendinginan.
8. Setelah generator didinginkan hingga temperatur T8 mendekati temperatur
awal sebelum pemanasan, maka alat pendingin Adsorpsi memasuki proses
Adsorpsi dengan cara memasukan evaporator kedalam kotak pendingin.
9. Kemudian keran penghubung evaporator dibuka perlahan- lahan hingga
terbuka penuh. Proses ini dinamakan proses adsorpsi.
10.Pengambilan data dilakukan dengan memvariasikan volume karbon aktif.
11.Pengambilan data dilakukan setiap 5 menit untuk proses adsorpsi dan
proses desorpsi dengan mencatat suhu di setiap.
3.5.Peralatan Pendukung
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :
a. Stopwatch
Alat ini digunakan untuk mengukur waktu pencatatan tekanan dan
temperatur.
b. Kompor Listrik
Kompor listrik yang dapat diatur dayanya digunakan untuk
memanaskan generator saat proses desorbsi.
Gambar 3.8. Kompor listrik
c. Penampil temperatur (Logger)
Logger digunakan untuk mencatat dan menampilkan temperatur di
setiap titik dari termokopel.
Gambar 3.9. Penampil temperatur
d. Termokopel
Termokopel digunakan untuk mengukur temperatur yang dihubungkan
Gambar 3.10. Termokopel
e. Ember
Ember digunakan untuk merendam evaporator saat proses desorbsi
dan merendam generator saat proses Pendinginan dan absorbsi.
Gambar 3.11. Ember
f. Manometer
Manometer digunakan untuk mengukur tekanan evaporator.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data penelitian uji karakteristik karbon aktif terhadap
pendingin absorbsi dengan variasi massa karbon aktif 425 gram ditunjukan pada
diagram alur berikut ini :
Pengisisan amonia (Tabel 4.1.)
Didiamkan sampai vakum
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.2.)
pendingian
Proses adsorpsi
Hasil dan pembahasan
Penambahan massa amonia 5,58gr (Tabel 4.3)
Didiamkan sampai vakum
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.4.)
pendingian
Proses adsorpsi
Kelanjutan diagram alur untuk massa karbon aktif 425gram. Setelah didapatkan
hasil adsorpsi dari variasi penambahan gas amonia sebanyak 1,5 bar, lalu
dilanjutkan proses desorbsi kembali tanpa penambahan gas amonia seperti pada
diagram alur berikut :
Didiamkan sampai vakum
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.5.)
pendingian
Proses adsorpsi
Hasil dan pembahasan
Pengurangan gas amonia sebanyak 6,00 gr
Didiamkan sampai tekanan 0,4 bar
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.6.)
pendingian
Proses adsorpsi
Hasil dan pembahasan
Pengurangan massa amonia sebanyak 4,42 gr
pendingian
Hasil dan pembahasan
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.7.)
Setelah dilakukan pengurangan amonia sebanyak dua kali dan tidak menghasilkan
penurunan temperatur yang baik, maka dilakukan lagi pengurangan amonia
sebanyak 0,2 bar seperti pada diagram alur berikut :
Pengurangan gas amonia sebanyak 4,42 gr
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan 3,5 (Tabel 4.8.)
pendingian
Proses adsorpsi
Hasil dan pembahasan
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.9.)
pendingian
Proses adsorpsi
Hasil dan pembahasan
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.10.)
pendingian
Proses adsorpsi
Tabel 4.1. Pengisian amonia murni 19,14 gram dengan massa karbon aktif 425
Tabel 4.2. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 19,14 gram dengan massa karbon aktif 425 gram.
Tabel 4.2. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 19,14 gram dengan massa karbon aktif 425 gram. (lanjutan)
No. Waktu Tekanan
Pada variasi ini terjadi penurunan temperatur yang sangat kecil karena pada saat
proses desorpsi tekanan maksimum yang dicapai hanya 1,6 bar. Sehingga pada
Tabel 4.3. Penambahan amonia murni 8,58 gram dengan massa karbon aktif 425
Tabel 4.4. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 27,72 gram dengan karbon aktif 425 gram .
Tabel 4.4. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 27,72 gram dengan karbon aktif 425 gram (lanjutan).
No. Waktu Tekanan
dilakukan proses adsorpsi tidak terjadi penurunan temperatur pada evaporator
dikarenakan daya serap karbon aktif yang lambat.
Tabel 4.5. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 27,72 gram dengan karbon aktif 425 gram (lanjutan)
No. Waktu Tekanan
Hasil pada proses desorpsi kedua tanpa penambahan dengan massa karbon
aktif 425 gram. Tekanan terakhir pada evaporator 7,2 bar. Temperatur awal pada
T5=260C, T6=240C, T7=250C dan T8= adalah 250C. Setelah dilakukan proses
adsorpsi terjadi penurunan temperatur pada T6 dari 240C menjadi 210C selama 1
menit. Setelah 10 menit temperatur pada evaporator kembali naik menjadi 250C.
Kemudian ditunggu selama 10 menit tekanan tidak bisa mencapai vakum karena
massa amonia yang terlalu banyak sehingga karbon aktif tidak mampu menyerap
seluruh uap amonia, maka dilakukan pengurangan gas amonia sebanyak 6,00
gram.
Tabel 4.6. Data desorpsi-adsorpsi variasi 21,72 gram dengan karbon aktif 425 gram.
6,00 gram dengan karbon aktif 425 gram. Tekanan maksimum yang dicapai hanya
Setelah dilakukan proses adsorpsi tidak terjadi penurunan temperatur evaporator.
Hal ini terjadi karena tekanan pada evaporator terlalu rendah untuk melakukan
proses adsorpsi. 10 menit kemudian tekanan tidak bisa mencapai vakum, lalu
dilakukan pengurangan gas amonia sebanyak 4,42 gram.
Tabel 4.7. Data desorpsi-adsorpsi variasi amonia 17,30 gram dengan karbon aktif 425 gram.
Tabel 4.7. Data desorpsi-adsorpsi variasi amonia 17,30 gram dengan karbon aktif
4,42 gram dengan karbon aktif 425 gram. Tekanan maksimum yang dicapai hanya
3,5 bar. Temperatur awal pada evaporator dan T8 adalah 260C. Setelah dilakukan
proses adsorpsi terjadi penurunan temperatur pada evaporator sebesar 40C. Pada
proses ini perbedaan tekanan pada evaporator dengan generator masih kurang
besar. Setelah ditunggu selama 10 menit tekanan tidak bisa mencapai vakum, lalu
dilakukan pengurangan gas amonia sebanyak 4,42 gram lagi.
Tabel 4.8. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 12,88 gram dengan karbon aktif 425 gram
Tabel 4.8. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 12,88 gram dengan karbon aktif 425 gram (lanjutan).
No. Waktu Tekanan
gram. Temperatur pada evaporator hanya turun 20C. Pada proses ini massa amonia
sudah dianggap cukup untuk massa karbon aktif 425 gram, maka tidak dilakukan
pengurangan massa amonia lagi. Tetapi dilakukan proses desorpsi kembali sampai
mencapai tekanan maksimum.
Tabel 4.9. Data desorpsi-adsorpsi variasi monia 12,88 gram dengan karbon aktif
Proses adsorpsi 25-6-2012 33 2:45 0,3 21 22 20 24
34 2:50 0,2 24 24 22 24 35 2:55 0,1 24 24 24 24
Pada proses adsorpsi dengan variasi tekanan maksimum pertama
generator 240C. Pada evaporator mengalami peningkatan penurunan sebanyak
40C. Pada proses ini masih dianggap kurang sehingga dilakukan proses desorpsi
kembali sampai mencapai tekanan yang lebih tinggi.
Tabel 4.10. Data desorpsi-adsorpsi variasi amonia 12,88 gram dengan karbon aktif
Proses adsorpsi 27-6-2012 37 0.5 17 19 20 22 Temperatur awal 38 0.2 20 21 22 22 T5=210 Celcius 39 0.2 21 22 22 22 T6=220 Celcius T7=220 Celcius T8=220 Celcius
Tekanan awal=7,2 bar
Pada proses desorpsi terakhir dengan variasi karbon aktif 425 gram di
dapat tekanan maksimum 7,5 bar. Pada saat proses adsorpsi temperatur pada
evaporator yang dihasilkan cukup rendah yaitu 170C. Pada proses ini kemampuan
adsorpsi karbon aktif cukup cepat untuk menyerap amonia murni, sehingga uap
amonia mampu menyerap kalor disekitar evaporator sehingga temperatur terendah
Berdasarkan data yang di dapat pada variasi massa karbon aktif 425 gram,
untuk variasi karbon aktif 850 gram dilakukan pengisian amonia pertama
sebanyak 5,30 gram seperti pada diagram alur berikut ini :
Pengisisan amonia pertama (Tabel 4.11.)
Didiamkan sampai vakum
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.12.)
pendingian
Proses adsorpsi
Hasil dan pembahasan
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan 3,5 (Tabel 4.13)
Pendinginan
Proses adsorpsi
Proses penambahan gas amonia (Tabel 4.14)
Didiamkan sampai vakum
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.15)
Pendinginan
Proses adsorpsi
Setelah proses adsorpsi sampai tekanan maksimum dilanjutkan desorpsi untuk
variasi tekanan 3,5 bar seperti yang ditunjukkan pada diagram alur berikut :
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan 3,5 (Tabel 4.16)
Pendinginan
Proses adsorpsi
Hasil dan pembahasan
Proses penambahan gas amonia (Tabel 4.17)
Didiamkan sampai vakum
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan maksimum (Tabel 4.18)
Pendinginan
Proses adsorpsi
Hasi dan pembahasan
Proses desorpsi-adsorpsi sampai tekanan 3,5 (Tabel 4.20)
Pendinginan
Proses adsorpsi
Tabel 4.11. Pengisian massa amonia 5,30 gram dengan massa karbon aktif 850 karbon aktif 850 gram.
Tabel 4.12. Data desorpsi-adsorpsi variasi massa amonia 5,30 gram dengan karbon aktif 850 gram (lanjutan).
No. Waktu Tekanan
temperatur pada evaporator sangat rendah. Hal ini karena tekanan maksimum
yang dicapai sangat rendah yaitu 3,5 bar.
Tabel 4.13. Data desorpsi-adsorpsi ke 2 variasi massa amonia 5,30 gram dengan karbon aktif 850 gram.
Tabel 4.13. Data desorbsi-adsorpsi ke 2 variasi massa amonia 5,30 gram dengan karbon aktif 850 gram (lanjutan).
No. Waktu Tekanan
Pada proses adsorpsi dengan variasi tekanan 3,5 bar temperatur evaporator
terendah yang dihasilkan adalah 200C. Hasil ini tidak jauh berbeda pada variasi
Tabel 4.14. Penambahan ke 1 gas amonia 5,30 gram dengan massa karbon aktif
Tabel 4.15. Data desorpsi-adsorpsi ke 3 variasi massa amonia 10,60 gram dengan karbon aktif 850 gram.
Tabel 4.15. Data desorpsi-adsorpsi ke 3 variasi massa amonia 10,60 gram dengan karbon aktif 850 gram (lanjutan).
No. Waktu Tekanan
Pada proses desorpsi dengan variasi penambahan amonia 5,30 gram
tekanan maksimum yang mampu dicapai adalah 6 bar. Pada saat proses adsorpsi
penurunan temperatur pada evaporator hanya 10C. Hal ini dikarenkan massa
amonia yang masih terlalu sedikit untuk proses adsorpsi.
Tabel 4.16. Data desorpsi-adsorpsi ke 4 variasi massa amonia 10,60 gram dengan karbon aktif 850 gram.
Tabel 4.16. Data desorbsi-adsorpsi ke 4 variasi massa amonia 10,60 gram dengan karbon aktif 850 gram (lanjutan).
No. Waktu Tekanan
Pada proses adsorpsi dengan variasi penambahan amonia 5,30 gram
tekanan 3,5 bar tidak terjadi penurunan temperatur pada evaporator.
Tabel 4.17. Penambahan ke 2 gas amonia 5,30 gram dengan massa karbon aktif 850 gram.
Tabel 4.18. Data desorpsi-adsorpsi ke 5 variasi massa amonia 15,90 gram dengan karbon aktif 850 gram.
Tabel 4.18. Data desorpsi-adsorpsi ke 5 variasi massa amonia 15,90 gram dengan karbon aktif 850 gram (lanjutan).
No. Waktu Tekanan
Proses adsorpsi 9-8-2012 37 3:05 0,5 18 19 20 24
Sebelum proses adsorpsi tekanan awal pada evaporator 8 bar, temperatur
awal pada T5=250C, T6&T7=220C dan T8=220C. Pada saat proses adsorpsi
dengan variasi penambahan amonia temperatur terendah yang dicapai mencapai
180C. Dengan tekanan yang tinggi maka laju penyerapan amonia oleh adsorber
bisa cepat, sehingga penyerapan kalor disekitar evaporator oleh uap amonia bisa
berlangsung cepat maka terjadi penurunan temperatur pada evaporator.
Tabel 4.19. Data desorpsi-adsorpsi ke 6 variasi massa amonia 15,90 gram dengan karbon aktif 850 gram.
No. Waktu Tekanan
Pada saat proses adsorpsi tidak terjadi penurunan temperatur pada
evaporator karena tekanan yang rendah. Sehingga tidak membantu laju
4.1. Pembahasan
Proses pendingan adsorpsi pada penelitian ini meliputi beberapa proses, yaitu :
1. Proses desorbsi : proses pelepasan uap amonia murni dari absorber
melalui proses pemanasan dengan kompor listrik saat generator
dipanaskan.
2. Proses Pendinginan/kondensasi : proses pendinginan dan pengembunan
uap amonia dengan cara mencelupkan tabung generator kedalam bak atau
ember yang berisi minyak goreng.
3. Proses adsorbsi : proses penyerapan amonia murni oleh adsorber. Proses
penyerapan ini bisa terjadi karena karbon aktif mempunyai sifat adsorber
dan dikarenakan perbedaan tekanan antara ruang didalam evaporator dan
ruang didalam generator, amonia murni ini terhisap dan menguap menjadi
uap amonia. Proses penguapan amonia ini menyerap kalor yang ada
Gambar 4.1. Grafik proses desorpsi-adsorpsi pada setiap variasi
Berdasarkan data hasil penelitian desorpsi-adsorpsi pada setiap variasi dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Pada variasi tekanan 3,5 bar dengan variasi massa karbon aktif 425 gr dan
massa amonia 12,88 gr, lamanya waktu untuk melakukan proses desorpsi selama
1 jam 30 menit. Setelah dilakukan proses desorpsi dilakukan proses adsorpsi. Saat
proses adsorpsi berlangsung tidak terjadi proses pendinginan pada evaporator. Hal
ini dikarenakan jumlah amonia murni pada evaporator terlalu sedikit, sehingga
amonia murni tidak dapat menyerap seluruh kalor yang ada disekitar evaporator.
Pada variasi tekanan maksimum dengan variasi massa karbon aktif 425 gr
dan massa amonia 12,88 gr, lamanya waktu untuk melakukan proses desorpsi
selama 3 jam 50 menit. Tekanan maksimum yang mampu dicapai adalah 7,5 bar.
Proses desorpsi untuk mencapai tekanan maksimum membutuhkan waktu yang
-2
0:00 1:12 2:24 3:36 4:48
tek dan massa amonia 12,88 gr
variasi tekanan 3,5bar dengan karbon aktif 850gr dan massa amonia 15,90 gr
variasi tekanan maksimum dengan karbon aktif 850gr dan massa amonia 15,90 gr
lebih lama. Dengan waktu yang lebih lama amonia murni yang diserap oleh
karbon aktis bisa didesorpsi seluruhnya ke evaporator. Pada saat tekanan
mencapai maksimum, katup searah ditutup dan generator didinginkan. Setelah
generator mencapai suhu 270C dilakukan proses adsorpsi. Pada saat proses
adsorpsi, adsorpsi bisa berjalan dengan baik dan terjadi pendinginan pada
evaporator. Temperatur terendah yang mampu dicapai pada saat proses adsorpsi
adalah 170C.
Selain kedua variasi diatas, peneliti juga memvariasikan jumlah massa
karbon aktif 850 gr dan jumlah massa amonia 15,90 gr. Pada variasi tekanan 3,5
bar dengan massa karbon aktif 850 gr dan jumlah massa amonia 15,90 gr
membutuhkan waktu untuk melakukan desorpsi selama 2 jam 50 menit. Proses
desorpsi berlangsung lama dikarenakan awal proses desorpsi dimulai dari tekanan
vakum. Berbeda dengan variasi sebelumnya yang dimulai dari tekanan 0 bar. Pada
saat proses adsorpsi tidak terjadi pendinginan pada evaporator. Sama halnya pada
saat variasi tekanan 3,5 bar dengan massa karbon aktif 425 gr dan massa amonia
12,88 gr tidak terjadi pendinginan disebabkan jumlah amonia murni pada
evaporator terlalu sedikit. Sehingga kalor yang berada di evaporator didapat
diserap seluruhnya oleh uap amonia.
Pada variasi tekanan maksimum dengan massa karbon aktif 850 gr dan
massa amonia 15,90 gr, proses desorpsi berlansung selama 3 jam. Lamanya proses
desorpsi pada variasi tekanan maksimum ini hampir sama dengan proses desorpsi
variasi tekanan 3,5 bar dengan massa karbon aktif 850 gr dan jumlah massa
maksimum dimulai pada tekanan 0 bar. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai tekanan maksimum hampir sama dengan pada saat variasi tekanan 3,5
bar dengan massa karbon aktif 850 gr dan massa amonia 15,90 gr. Pada saat
proses adsorpsi tekrjadi penurunan temperatur pada evaporator sebesar 180C. Hal
ini membuktikan bahwa semakin banyak uap amonia pada evaporator dan
semakin tinggi tekanan pada evaporator maka seluruh kalor pada sekitar
evaporator dapat diserap oleh uap amonia dengan baik.
Pada variasi 425 gr dengan massa amonia 27,72 gr proses adsorpsi tidak
dapat berlangsung dengan baik. Sehingga pada variasi karbon aktif 850 gr hanya
dilakukan variasi massa amonia 5,30 gr, 10,60 gr dan 15,90 gr dikarenakan
konstruksi generator yang berbentuk silinder sehingga luas permukaan karbon
aktif pada generator menjadi kecil.
Gambar 4.2. Grafik perbandingan temperatur pada setiap tekanan
Berdasarkan Gambar 4.2. dapat dilihat variasi tekanan 3,5 dengan karbon
aktif 425 gr dan massa amonia 12,88 gr temperatur yang dihasilkan sebesar 22 0C.
Sedangkan pada variasi tekanan maksimum dengan massa karbon aktif 425 gr dan
massa amonia 12,88 gr temperatur terendah yang dihasilkan sebesar 17 0C. Pada
variasi tekanan 3,5 bar dengan massa karbon aktif 850 gr dan massa amonia 15,90
gr temperatur terendah yang dicapai hanya 20 0C dan untuk variasi tekanan
maksimum dengan massa karbon aktif 850 gr dan massa amonia 15,90 gr
temperatur terendah dihasilkan adalah 18 0C. Berdasarkan Gambar 4.2. dapat
dilihat dari seluruh variasi, temperatur terendah diperoleh pada variasi tekanan
maksimum dengan massa karbon aktif 425 gr dan massa amonia 12,88 gr. Hal ini
disebabkan karena pada variasi tekanan maksimum dengan massa karbon aktif
425 gr dan massa amonia 12,88 gr, dengan tekanan yang tinggi dan massa amonia
yang seimbang dengan massa karbon aktif, maka proses adsorpsi dapat berjalan
dengan baik sehingga uap amonia mampu menyerap seluruh kalor pada
evaporator dengan baik. Sedangkan untuk variasi tekanan maksimum dengan
massa karbon aktif 850 gr dan massa amonia 15,90 gr belum mencapai temperatur
terendah meskipun memiliki tekanan yang tinggi karena jumlah massa amonia
yang sedikit. Sehingga uap amonia tidak dapat menyerap seluruh kalor pada
Gambar 4.3. Grafik perbandingan lamanya temperatur evaporator bertahan
Pada Gambar 4.2. temperatur 180C dapat bertahan lama karena pada
variasi tersebut cairan amonia murni yang tertampung didalam evaporator dapat
diserap oleh karbon aktif dengan lambat. Sedangkan pada temperatur 17 0C tidak
dapat bertahan lama dikarenakan pada saat proses adsorpsi terjadi penyerapan
yang cepat dikarenakan tekanan pada evaporator yang tinggi. Pada temperatur 20
0
C dan 22 0C temperatur tidak mampu bertahan lama dikarenakan pada saat proses
adsorpsi jumlah uap amonia di dalam evaporator hanya sedikit.
Semakin banyak cairan amonia murni, maka temperatur akan mampu
bertahan lama dan semakin turun pula suhu yang dihasilkan. Jika dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya temperatur terendah akan bisa tercapai dan bisa
56
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
dari beberapa variasi, karbon aktif yang dijual dipasar lokal dapat
menyerap amonia alami seperti yang ditunjukan setiap proses adsorpsi
tekanan pada evaporator dapat mencapai nol atau vakum. Tetapi karbon
aktif ini mempunyai karakteristik penyerapan yang lambat. Sehingga
kurang baik dijadikan adsorber amonia. Hal ini ditunjukkan temperatur
terendah yang dihasilkan adalah 170C pada variasi massa amonia 12,88 gr
dan massa karbon aktif 425 gr.
5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan adsorber yang lebih baik dalam penelitian berikutnya
bisa memvariasikan jumlah massa karbon aktif dengan cara
mencampurkan karbon aktif dengan adsorber lain. Atau menggunakan
karbon aktif jenis serbuk atau pelet.
2. Pada saat proses destilasi amonia-air kedalam generator perlu dicermati
saat amoniak mulai habis agar amonia cair tidak ikut masuk kedalam
generator.
3. Jumlah massa amonia dibuat sama pada saat penambahan gas amonia
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, Wiranto, (1995). Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta, Pradnya Paramita.
Arifin. 2010. Dekolorisasi Air yang Mengandung Zat Warna Tekstil Dengan Metode Koagulasi Poly Aluminium Chloride dan Adsorpsi Karbon Aktif.
Tangerang : PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri.
Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisika Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Best, R., Holland, F.A. (2007), A study of the operating characteristics of an
experimental absorption cooler using ternary systems, International Journal
of Energy Research, Volume 14 Issue 5, Pages 553 – 561 2007 Brady, James, 1999, Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
Grenier, Ph. (1983), Experimental Result on a 12 m3 Solar Powered Cold Store Using the Intermittent Zeolite 13x-Water Cycle. Solar World Congress, Pergamon Press, pp. 353-358, 1984
Eisa M.A.R., Holland, F.A. (2007), A study of the operating parameters in a
water-lithium bromide absorption cooler, International Journal of Energy
Research, Volume 10 Issue 2, Pages 137 – 144 2007
Grover G.S, Devotta S., Holland F.A. (1998), Performance of an experimental absorption cooler using aqueous lithium chloride and lithium
chloride/lithium bromide solutions, Ind. Eng. Chem. Res., 1989, 28 (2), pp
250–253
Hinotani, K. (1983), Development of Solar Actuated Zeolite Refrigeration System. Solar World Congress, Vol.1, Pergamon Press, pp. 527-531.
Kreussler, S (1999), Experiments on Solar adsorption refrigeration Using Zeolite and Water. Laboratory for Solar Energy, University of Applied Sciences Germany.
Meunier, Francis (2004), Experimental Performance Of An Advanced Solar-Powered Adsorptive Ice Maker. Proceedings of the 10th Brazilian Congress of Thermal Sciences & Engineering (Nov.29–Dec.03,2004), Rio de Janeiro, Brazil.
http://digilib.polban.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptppolban-gdl-rudirustan-2983. Diakses pada 14 agustus 2012 jam 22.30 wib
http://www.onlineconversion.com/pressure.htm. Diakses pada 18 agustus 2012 jam
12.35
Dokumen pengambilan data
Proses penyaringan amonia murni
proses adsorpsi