• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah salah satu penyakit urologi,

dengan diagnosis adanya proliferasi sel prostat (Heidelbaugh, 2008). Benign Prostatic Hyperplasia atau dalam bahasa umumnya dinyatakan sebagai

Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) merupakan masalah yang sering terjadi pada kebanyakan pria berusia diatas 50 tahun dan insidennya semakin meningkat dengan bertambahnya usia (Pakasi, 2009).

Menurut penelitian, secara global prevalensi, lebih dari 50% pria berusia 60 tahun atau lebih dan insidennya memuncak menjadi 90% pada laki-laki 85 tahun atau lebih (Yoshida et al., 2011). Sedangkan berdasarkan bukti mikroskopis histologis nodular hiperplasia dapatkan kira-kira 20% pria 40 tahun, meningkat hingga 70% dengan umur 60 tahun dan 90% usia 70 tahun (Deep et al., 2010). Di Indonesia PPJ merupakan kelainan urologi kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan 50% pada pria berusia diatas 50 tahun. Di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta ditemukan rata-rata 150 sampai 200 penderita pembesaran prostat setiap tahun yang memerlukan tindakan operasi, dan kecenderungan angka tersebut terus meningkat. Di SMF Urologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dalam 5 tahun terakhir ini PPJ menduduki peringkat pertama menggeser batu saluran kemih (protap 10 penyakit SMF Urologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo) (Pakasi, 2009).

(2)

2

Manifestasi klinik pada BPH dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih (ISK), urosepsis, trabekulasi buli, sakulasi buli, divertikulasi buli, hidronefrosis, hematuria, batu kandung kemih, cistitis, pielonefritis, retensi urin akut atau kronik, refluks vesiko-ureter, hidroureter, inkontinensia ginjal, dan gagal ginjal (Heidelbaugh, 2008).

Pilihan pengobatan penyakit BPH mencakup pemantauan penyakit (watchfull waiting), medikametosa dan terapi intervensi. Terapi intervensi dibagi menjadi

dua yaitu tindakan pembedahan dan teknik instrumentasi alternatif. Tindakan pembedahan meliputi pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, HoLAP, HoLEP, HoLRP, dan PVP. Sedangkan teknik instrumentasi alternatif meliputi TUNA, dan TUMT. Pilihan pengobatan tersebut dipilih berdasarkan tingkat keadaan pasien dengan skala yang telah ditentukan oleh AUA (American Urological Association). Pasien BPH tingkat ringan mendapatkan terapi watchfull

waiting. Terapi medikametosa diberikan pada pasien tingkat sedang, dengan golongan obat Alpha-adrenergic Blockers misalnya tamsulosin, doxasosin, terazosin, dan 5-Alpha-reductase Inhibitors (5-ARIs) misalnya finasteride dan dutasteride. Sedangkan pada pasien tingkat sedang dan berat perlu dilakukan tindakan operasi/pembedahan (McVary et al, 2010).

Penanganan operasi pada BPH, dilakukan dengan membuka traktus urinarius, sehingga tergolong operasi bersih terkontaminasi. Resiko infeksi berpotensi besar terjadi pada pasca bedah BPH. Infeksi pasca operasi pada pasien BPH digambarkan dengan adanya inflamasi. Menurut penelitian, terdapat 7 kasus (7,78%) dari pasien paska bedah Holmium Laser Enucleation (HoLEP) mengalami infeksi yakni 3 pasien mengalami prostatitis, 2 pasien mengalami pyelonephritis, dan 2 pasien mengalami epididimimis (Shigemura et al, 2012). Sedangkan pada pembedahan Transurethral Resection of The Prostate (TURP) berpotensi terjadinya morbilitas (McVary et al,2010). Selain itu, pemasangan kateter pada pasien juga berpengaruh besar terhadap terjadinya infeksi bakteri maupun jamur (Zarei et al, 2009).

(3)

3

LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) akibat adanya BPH, yang menyebabkan urin tidak dapat dikeluarkan dari tubuh, sehingga bahaya terjadinya infeksi sangat besar. Infeksi terjadi disebabkan urin merupakan sisa metabolisme tubuh yang harus dikeluarkan oleh tubuh, karena banyak mengandung bakteri patogen, seperti Echerichia coli, Staphylococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, dan

Enterobacter spp. Menurut penelitian, terdapat 56% pasien BPH yang mengalami

infeksi bakteri Echerichia coli (Marschall et al, 2012). Adanya infeksi juga terbukti pada pemeriksaan penunjang dasar pada urinalisis dan kultur urin yaitu dengan Pemeriksaan Darah Lengkap (DPL) pada pasien BPH dengan gejala hematuria pada awal masuk rumah sakit (Grace, 2007).

Untuk menghindari terjadinya infeksi pada tidakan operasi pasien BPH, diperlukan tindakan pencegahan, salah satunya adalah dengan pemberian terapi antibiotik profilaksis. Selain, antibiotik profilaksis terapi antibiotik juga perlu diberikan pada pasien BPH untuk pengobatan penyakit infeksi yang menyertai pada pasien BPH, seperti infeksi kandung kemih, prostatitis, urosepsis, dan sebagainya. Antibiotik yang biasa digunakan pada pasien BPH meliputi antibiotik golongan quinolon, sefalosporin, dan aminoglikosida. Antibiotik golongan aminoglikosida biasanya digunakan sebagai antibiotik alternatif pada BPH, apabila ditemukan pasien terbukti mengalami alergi terhadap antibiotik beta laktam sehingga menimbulkan reaksi yang kurang baik terhadap antibiotik golongan sefalosporin (Wolf et al, 2008). Selain itu, didukung pula dengan telah dilakukannya kultur urin dan terbukti positif mengandung bakteruria/bakteri-bakteri yang sensitif terhadap antibiotik golongan aminoglikosida.

(4)

4

uji kepekaan kuman terhadap antibiotika golongan aminoglikosida menunjukkan kepekaan paling tinggi terdapat pada Escherichia coli (92,6%), Peudomonas sp. (75,0%) terhadap amikasin, Klebsiella sp. (86,0%) terhadap netilmisin, diikuti amikasin (82,9%) (Refdanita, 2004). Aminoglikosida umumnya resisten terhadap bakteri Pseudomonas, Burkholderia, dan Stenotrophomonas (Wiley John & Sons, 2007). Efek-efek toksik aminoglikosida dapat dibagi menjadi tiga tipe utama yaitu nefrotoksisitas, ototoksisitas, dan blokade neuromuskular. Efek nefrotoksik biasanya diinduksikan aminoglikosida dengan bersifat reversibel akibat penghentian terapi dan pemberian dengan dosis tinggi secara tidak tepat. Beberapa data klinik menggambarkan bahwa insiden nefrotoksisitas aminoglikosida dapat meningkat pada pasien-pasien yang mendapatkan kombinasi terapi aminoglikosida dengan beta laktam (Leibovici et al, 2009). Menurut penelitian ASHA’s (American Speech-Language-Hearing Association) dari 48 kasus pada penggunaan aminoglikosida efek ototoksisitas meliputi 31,25% pada penggunaan amikasin, 41,67% pada penggunaan gentamisin, 25% efek penggunaan tobramisin, 8,33% streptomisin, dan 6,25% kanamisin (Frymark et al, 2010). Meskipun begitu, secara keseluruhan tingkat kepekaan antibiotik aminoglikosida terhadap Enterobacteriaceae masih melebihi 90%, sehingga merupakan salah satu antibiotik pilihan utama untuk menangani infeksi serius (Pangalila, 2012).

Terkait hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan suatu studi penggunaan obat, untuk mengetahui profil antibiotik aminoglikosida pada kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan antibiotika golongan aminoglikosida pada pasien BPH di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

(5)

5

2. Mengkaji hubungan terapi antibiotika golongan aminoglikosida dengan dosis yang diberikan, rute pemberian, lama pemberian, dan waktu pemberian yang dikaitkan dengan data klinik dan data laboratorium, yang diperoleh di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan mampu dihasilkan penelitian ini adalah:

1. Sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam menentukan kebijaksanaan tentang penggunaan antibiotika golongan aminoglikosida pada kasus BPH.

2. Sebagai sumber informasi kepada para praktisi kesehatan, masyarakat umum dan penelitian pendahuluan mengenai penggunaan antibiotika golongan aminoglikosida pada kasus BPH.

(6)

i

SKRIPSI

FARADINA ZULAILI IFA EFENDY

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA

PASIEN BPH

(BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA)

(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(7)
(8)
(9)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang).

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT, tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan hidayahNYA kepada umatnya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun kita menuju jalan yang lurus.

2. Ibu Tri Lestari H.M.Kep.Sp.Mat., dan Ibu Siti Rofida, S.Farm.,Apt., selaku Dekan dan pembantu dekan 3 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Ibu Nailis Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Dr. Budi Rahayu MPH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

(10)

v

6. Bapak Drs. Didik Hasmono,M.S.,Apt., dan ibu Hidajah Rachmawati, S.Si.,Apt.,Sp.FRS selaku Dosen Pembimbing I dan II, disela kesibukan Bapak dan Ibu masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS., dan Nailis Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Dosen Penguji I dan II, yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. 8. Ibu Arina Swastika, S.Farm., Apt., selaku Dosen wali. Terima kasih

banyak atas arahan, nasehat, dan bimbingannya selama ini.

9. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhamadiyah Malang yang sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat berguna, khususnya kepada Ibu Sendy Lia Yunita, S.Farm., Apt., selaku Dosen penanggung jawab skripsi yang telah susah payah membantu jalanya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi dengan baik.

10. Untuk semua angggota tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak membantu untuk kebutuhan administrasi kelengkapan skripsi.

11. Orang Tuaku tercinta Papa dan Mama, Bapak Syamsul Evendy dan Ibu Siti Kholifah, yang tiada hentinya memotivasi dalam segala hal, dengan sabar mendoakan untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya. Terima kasih banyak atas didikan dan kerja keras untuk membuat anak-anaknya bahagia serta mendapatkan ilmu yang bemanfaat.

12. Adik-adikku Ria Fransisca Ifa Evendy dan Indra Yuliarta Ifa Evendy, terima kasih buat motivasi dan doanya sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

(11)

vi

14. Sahabat seperjuanganku skripsi Karyna Alviyah Malinda, Navila Azra, dan Luluk Fauziah, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat serta kerja samanya sehingga skripsi ini dapat terwujud.

15. Sahabat tersayang Oktavia Diyah Purnama Sari, Dinnia Imroatul Kharimah, Ika Aries Sandi, Rezki Maulidia Rahmawati, dan Hervita Meivenni dengan keceriaan dan semangat kalian selama ini sebagai sahabat yang membantu dan mendukung saat senang maupun susah. 16. Teman-temanku Rizky Amalia, Roselly Yulianda Kristin, Farisa Diwi

Harsiwi, Eflinora Norma Furqia, Laili Ami Sulistio Rini, Luluk Indah Suryaningsih, dan Wury Damayanti, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini sehingga aku dapat menyelesaikan studi kuliahku tepat waktu.

17. Teman-temanku diskusi Enis Dwi Ismayanti, Randy Teja Permana, Angga Isti Ayu Wibowo, dan Dedy Prayogo terimakasih atas kesabarannya menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku selama perkuliahan.

18. Teman-teman Farmasi C UMM 2010, terima kasih atas kebersamaan, kekompakan dan kenangan indah dan buruk selama ini, terima kasih atas pelajaran hidup yang diberikan.

19. Teman-teman satu angkatan Farmasi UMM 2010, terima kasih kebersamaan, perhatian dan batuan kalian selama perkuliahan.

20. Teman-teman KKN 07 2010, Lumbang-Probolinggo, atas kebersamaan, dan bantuannya, berkat kalian banyak pelajaran, pengalaman berharga yang tak terlupakan seumur hidupku.

21. Sahabat dan Temanku SMP dan SMA, Dewanti Berlian Rahmawati, Faizzatur Rokhmah, Maya Wijayanti, Rahma Widayanti, Ika Winda, Sarah dan Rheindra Rizky Nalendra, terimakasih atas kebersamaannya di masa lalu yang kini menjadi motivasiku.

22. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.

(12)

vii

mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amiin.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang, 4 Juli 2014 Penyusun

(13)

viii

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN

AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN

PROSTATIC HYPERPLASIA)

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah salah satu penyakit urologi, dengan diagnosis adanya proliferasi sel prostat. Benign Prostatic Hyperplasia atau dalam bahasa umumnya dinyatakan sebagai Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) merupakan masalah yang sering terjadi pada kebanyakan pria berusia diatas 50 tahun dan insidennya semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Mekanisme penyebab BPH belum diketahui pasti, namun berdasarkan patofisiologi terjadinya BPH berkaitan dengan proses penuaan yang mengakibatkan penurunan kadar hormon testosteron pria. Hormon testosteron dalam kelenjar prostat akan diubah menjadi intraprostatic dihydrotestosterone (DHT) sebagai metabolit aktif. Dihydrotestosterone inilah yang kemudian secara kronis merangsang pertumbuhan kelenjar prostat sehingga membesar.

Pilihan pengobatan untuk penyakit BPH mencakup pemantauan penyakit (watchfull waiting), medikametosa dan terapi intervensi. Pilihan pengobatan tersebut dipilih berdasarkan tingkat keadaan pasien dengan skala yang telah ditentukan oleh AUA (American Urological Association). Tujuan terapi BPH adalah untuk mengembalikan kualitas hidup pasien, mencegah terjadinya komplikasi BPH yang lebih berat pada pasien, menekan pertumbuhan bakteri/mikroorganisme, dan mencegah terjadinya infeksi baik pada pasien yang akan dilakukan tidakan pembedahan maupun pasien yang tidak dilakukan intervensi pembedahan, dan mengobati penyakit infeksi penyerta pada pasien BPH seperti infeksi saluran kemih , prostatitis, urosepsis, dan sebagainya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan aminoglikosida pada pasien BPH di RSU Dr. Saiful Anwar, serta mengkaji hubungan terapi antibiotik aminoglikosida terkait dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, interval pemberian, dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu berupa studi retrospektif dengan metode pengambilan sampel berdasarkan waktu. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosa BPH di Rumah Sakit Umum Dr.Saiful Anwar Malang, dengan data Rekam Medik Kesehatan (RMK) meliputi dengan atau tanpa penyakit penyerta maupun penyakit infeksi, prabedah maupun pasca bedah dan mendapatkan terapi antibiotik golongan aminoglikosida beserta obat lain penyertanya dan kombinasinya dengan data yang lengkap data periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013

(14)

ix

(15)

x

ABSTRACT

DRUG UTILIZATION STUDY OF ANTIBIOTICS

AMINOGLYCOSIDE IN PATIENTS WITH BPH (BENIGN

PROSTATIC HYPERPLASIA)

(Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)

Background: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a disease with diagnosis of excessive proliferation in prostate cells. Treatment of BPH disease include watchfull waiting, surgical, and pharmacology therapy. In BPH patients as a prophylactic antibiotic therapy in addition to surgery, is also given as the cause of infectious complications of BPH treatment. Aminoglycoside class of antibiotics is one antibiotics therapy designed to prevent and or treat infection.

Objective: The study aims to determine patterns of antibiotics aminoglycoside utilization in patient with BPH and to examine the relationship antibiotics aminoglycoside therapy related to the dose, route of administration, frequency of administration, duration and timing of administration associated with clinical data

Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling method in BPH patient from January 2011 to December 2013.

Results & Conclusion: single antibiotic therapy as much (91%), while a combination of two antibiotics as (9%). Distribution of aminoglycoside antibiotic therapy is the single most widely accepted BPH patients as many as 33 patients (65%). Aminoglycoside class of antibiotics used include two types of antibiotics are gentamicin and amikacin. Therapeutic use of antibiotics gentamicin amikacin more than the percentage respectively 53% and 12%. The use of dose, route of administration, intervals of administration, and duration of aminoglycoside class of antibiotics given to patients with BPH is appropriate according to several studies of the existing literature.

(16)

xi

ABSTRAK

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN

AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA)

(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Latar Belakang: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit, dengan diagnosis adanya proliferasi secara berlebihan pada sel prostat. Pengobatan BPH meliputi watchfull waiting, terapi farmakologi, dan tindakan pembedahan. Pada pasien BPH terapi antibiotik selain sebagai profilaksis bedah, juga diberikan sebagai pengobatan infeksi penyebab komplikasi BPH. Antibiotik golongan aminoglikosida merupakan salah satu terapi antibotik yang ditujukan untuk mencegah dan atau mengobati infeksi.

Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan amnoglikosida pada pasien BPH dan mengkaji hubungan terapi antibiotik aminoglikosida terkait dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, interval pemberian, dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik.

Metode: Penelitian ini bersifat observasional yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling pada pasien BPH periode 1 Januari 2011 sampai dengan 1 Januari 2013

Hasil & Kesimpulan: Terapi antibiotika tunggal sebanyak (91%) sedangkan kombinasi dua antibiotik sebanyak (9%). Distribusi terapi antibiotik aminoglikosida secara tunggal yang paling banyak diterima pasien BPH yaitu sebanyak 33 pasien (65%). Jenis antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan meliputi dua jenis antibiotik saja yaitu gentamisin dan amikasin. Terapi penggunaan antibiotik gentamisin lebih banyak dibandingkan amikasin dengan persentase masing-masing 53% dan 12%. Penggunaan dosis, rute pemberian, interval pemberian, serta lama pemberian antibiotik golongan aminoglikosida yang diberikan pada pasien BPH sudah sesuai menurut beberapa studi literatur yang ada.

(17)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Prostat ... 6

2.2. Benign Prostatic Hyperplasia ... 7

2.2.1. Definisi BPH ... 7

2.2.2. Epidemiologi BPH ... 7

2.2.3. Gejala dan Tanda-tanda BPH ... 8

2.2.4. Faktor Resiko BPH ... 8

2.2.5. Patofisiologi BPH ... 9

2.2.6. Manifestasi Klinis BPH ... 12

2.2.7 Pemeriksaan BPH ... 12

2.2.8 Diagnosis BPH ... 13

(18)

xiii

2.2.10 Pengobatan BPH ... 14

2.2.10.1 Watchfull Waiting ... 14

2.2.10.2 Medikamentosa BPH ... 15

2.2.10.3. Terapi Intervensi ... 15

2.2.10.3.1 Pembedahan Terbuka (Open prostatectomy) ... 16

2.2.10.3.2 Transurethral resection of the prostate (TURP) ... 16

2.2.10.3.3 Transurethral incision of the prostate (TUIP) ... 17

2.2.10.3.4 Transurethral vaporization of the prostate (TUVP) .... 17

2.2.10.3.5 Transurethral laser prostatectomy ... 17

2.2.10.3.6 Transurethral needle ablation (TUNA) ... 18

2.2.10.3.7 Transurethral microwave thermotherapy (TUMT) ... 18

2.3 Infeksi Nosokomial ... 18

2.4 Infeksi Luka Operasi (ILO) ... 19

2.5 Infeksi Saluran Kemih (ISK) ... 20

2.6 Bedah Urologi dan Resiko Infeksi ... 21

2.7 Antibiotika pada BPH ... 24

2.8 Antibiotika Golongan Aminoglikosida ... 25

2.8.1 Definisi Aminoglikosida ... 25

2.8.2 Mekanisme Kerja Aminoglikosida ... 25

2.8.3 Spektrum Antibiotika Aminoglikosida ... 29

2.8.4 Mekanisme Resisten Aminoglikosida ... 29

2.8.5 Farmakokinetika Aminoglikosida ... 31

2.8.6 Administrasi Aminoglikosida ... 32

2.8.7 Interaksi Aminoglikosida ... 32

2.8.8. Efek Samping Aminoglikosida ... 33

2.8.8.1 Nefrotoksisitas ... 33

2.8.8.2 Ototoksisitas ... 33

2.8.8.3. Blokade Neuromuskular ... 34

2.8.9. Antibiotika Aminoglikosida pada BPH ... 35

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 36

(19)

xiv

3.1. Skema Kerangka Konseptual ... 38

3.2. Skema Kerangka Operasional ... 39

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 40

4.1. Rancangan Penelitian ... 40

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

4.3. Bahan Penelitian ... 40

4.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 40

4.5. Kriteria Inklusi ... 41

4.6. Kriteria Eksklusi ... 41

4.7. Populasi ... 42

4.8. Sampel ... 42

4.9. Instrumen Penelitian ... 42

4.10. Definisi Operasional Penelitian ... 42

4.11. Analisa Data ... 43

BAB 5 HASIL ... 45

5.1. Jumlah Sampel Penelitian ... 45

5.2. Data Demografi Pasien BPH ... 46

5.2.1 Distribusi Berdasarkan Umur ... 46

5.2.2 Status Pasien BPH ... 46

5.3. Jenis Operasi BPH ... 47

5.4. Identifikasi Mikrobiologi pada BPH ... 47

5.5. Terapi Antibiotika yang Diterima Pasien BPH ... 49

5.5.1 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal pada Pasien BPH ... 50

5.5.2 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika pada Pasien BPH . 51 5.6. Profil Penggunaan Antibiotik yang Dilakukan Pergantian ... 52

5.7. Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) ... 53

5.8. Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien ... 53

BAB 6 PEMBAHASAN ... 54

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1. Kesimpulan ... 67

7.2. Saran ... 67

(20)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman

II.1 Kelas Operasi dan Penggunaan Antibiotik ... 21

II.2 Rekomendasi Antibiotik Profilaksis Perioperatif Urologi ... 22

II.3 Rekomendasi Jenis Antibiotik Profilaksis Perioperatif Urologi ... 23

II.4 Daftar Jenis Antibiotik Golongan Aminoglikosida ... 27

V.1 Distribusi Berdasarkan Umur ... 46

V.2 Status Pasien BPH ... 46

V.3 Jenis Operasi BPH ... 47

V.4 Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi pasien BPH... 47

V.5 Distribusi Golongan Mikroorganisme dan Jenis Mikroorganisme yang Ditemukan dari Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi pada pasien BPH ... 48

V.6 Distribusi Jenis Mikroorganisme pada pasien BPH ... 48

V.7 Komposisi Terapi Antibiotika yang Diterima Pasien BPH ... 49

V.8 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal pada Pasien BPH ... 50

V.9 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika pada Pasien BPH ... 51

V.10 Profil Penggunaan Antibiotik yang Dilakukan Pergantian ... 52

V.11 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) Pasien BPH ... 53

(21)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar ... Halaman

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Pria ... 6

2.2 Anatomi Fisiologi Prostat ... 7

2.3 Perbedaan Anatomi Prostat Normal dengan Prostat BPH. ... 7

2.4 Skema Aktivitas Hormon Testosteron dalam Sel Stroma dan Sel Epitel pada BPH ... 10

2.5Skema Perubahan Keseimbangan Hormon Estrogen – Testoteron...10

2.6 Skema Perbandingan Homeostasis pada Kelenjar Prostat Normal dengan Ketidakseimbangan pada BPH ... 11

2.7 Manifestasi BPH ... 12

2.8 Mekanisme Kerja Antibiotika Golongan Aminoglikosida ... 26

2.9 Rumus Struktur Antibiotik Golongan Aminoglikosida ... 28

2.10 Mekanisme Resisten Antibiotik Aminoglikosida ... 30

3.2 Skema Kerangka Konseptual pada Benign Prostatic Hyperplasia ... 38

3.3 Skema Kerangka Operasional pada Benign Prostatic Hyperplasia... 39

(22)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... Halaman

1.Daftar Riwayat Hidup……… ... 72

2. Surat Pernyataan... 73

3. Keterangan Kelayakan Etik... 74

4. Surat Penghadapan Penelitian ... 75

5. Daftar Nilai Normal Data Klinikdan Data Laboratorium ... 77

6. Lembar Pengumpul Data Pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang ... 79

(23)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

APPT = Activated Partial Throboplastin Time AUA = American Urological Association BAK = Buang Air Kecil

BB = Berat Badan

BPH = Benign Prostatic Hyperplasia BUN = Blood Urea Nitrogen

Chol. HDL = Cholesterol High Density Lipoprotein Chol.LDL = Cholesterol Low Density Lipoprotein CRP = C-Reactive Protein

DHT = Dihydrotestosterone DRE = Digital Rectal Examination GCS = Glasgow Coma Scale

GD2PP = Gula Darah 2 Jam Post Prandial GDA = Gula Darah Acak

GDP = Gula Darah Puasa Hb = Hemoglobin

Hct = Hematokrit

ILO = Infeksi Luka Operasi IM = InttaMuskular

IPSS = International Prostatic Symptom Score ISK = InfeksiSaluran Kemih

IV = Intra Vena

KRS = Keluar Rumah Sakit LED = Laju Endap Darah

LUTS = Lower Urinary Tract Syndrome MCH = Mean Corpuscular Hemoglobin

(24)

xix MIC = Minimum Inhibitory Concentration MPV = Mean Platelet Volume

MRS = Masuk Rumah Sakit p.o = Peroral

PCT = Procalcitonin

PDW = Platelet Distribution Width PLT = Platelet

PPT = Plasma Protein Time PSA = Prostate Spesific Antigen RBC = Red Blood Cell

RDW = Red Distribution Width RMK = Rekam Medik Kesehatan RR = Respiration Rate

RSSA = Rumah Sakit Saiful Anwar RSU = Rumah Sakit Umum

SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGPT = Serum Glutamic Piruvic Transaminase TB = Tinggi Badan

TD = Tekanan Darah

TUIP = Transurethral Incision of the Prostate TUMT = Transurethral Microwave Thermal Therapy TUNA = Transurethral Resection of the Prostate TURP = Transurethral Resection of the Prostate TUVP = Transurethral of the Prostate

(25)

xx

DAFTAR PUSTAKA

Abdelwahab, O. El-Barky, E. and Khalil, M., 2012. Evaluation of The Resistive Index of Prostatic Blood Flow in Benign Prostatic Hyperplasia. Int Braz J Urol Vol. 3;, No. 2; p.250-257.

Amalia, R., 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak (Studi kasus di RS dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang), Tesis, Program Studi Magister Epidemiologi, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Anonim, 2005. Handbook of Antimicrobial Therapy. Edisi ke-17. New York: The Medical Letter, Inc.

Anonim, 2006. Prostate Enlargement: Benign Prostatic Hyperplasia. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK).

Anonim, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2406/MENKES/PER/XII/2011. diakses: 12/11/2013 09:02.

Anonim, 2011. Prostate Problems. National Institute on Aging. Gaithersburg: National Institutes of Health U.S. Department of Health & Human Services. Anonim, 2012. Alternatif Herbal untuk Kesehatan Prostat, Volume ke-13 edisi

5, hal 3-6, Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., 2010. The Gonads: Development & Function of the Reproductive System. Ganong's Review of Medical Physiology. Edisi ke-23, United States of America: McGraw-Hill, Chapter 25.

Chamber, H. F., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L. Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi ke11, New York : McGraw-Hill, chapter 45.

Chan, A., and Gray M., 2006. Antibiotics and Vaccines: A Practical Guide to the Safe Use of Common Drugs in Adults. Canada.

Dallmuthe, A., 2009. Interaksi Pada Obat Antimikroba. Medan: Departemen Farmakologi, Universitas Sumatera Utara.

Deep, A., Ingle, G., and Kishore, J., 2010. Benign Prostatic Hyperplasia: Health Seeking Behaviour of Patients at a Tertiary Care Hospital. Australasian Medical Journal AMJ 2010, 1, 3, 213-216

Donnell, R., 2004. Management of Benign Prostatic Hypertrophy: Transurethral Incision of the Prostate. Totowa, New Jersey: Humana Press.

Dzen, S., et al., 2005. Perbedaan Pola Resistensi Staphylococcus koagulase negative Isolat Darah Terhadap Antibiotika di RSU Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2000-2001 dengan 2004-2005. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No. 3,hal 127-132.

Frymark, T., Leech, H., Mullen, R., et al, 2010. Evidence-Based Systematic Review (EBSR): Drug Induced Hearing Loss—Aminoglycosides. Rockville. National Center for Evidence-Based Practice in Communication Disorders, American Speech-Language-Hearing Association (ASHA’s). Heidelbaugh, J., 2008. Clinical Men’s Health, Evidence In Practice. United

(26)

xxi

Homma, Y., Gotoh, M., Yokoyama, O., et al., 2011. Outline of JUA Clinical Guidelines for Benign Prostatic Hyperplasia. Tokyo:The Japanese Urological Association. International Journal of Urology 18, 741–756. Huth, M., Ricci, A., and Cheng, A., 2011. Mechanisms of Aminoglycoside

Ototoxicity and Targets of Hair Cell Protection. International Journal of Otolaryngology.

Kapoor, A., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Management in Primary care Setting. The Canadian Journal of Urology;19 (Supplement 1); p.10-17.

Kasmad, dkk, 2007. Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih. Semarang Universitas Diponegoro.

Katzung, B.G., 2006. Basic And Clinical Pharmacology. Edisi ke-10, San Francisco : McGraw-Lange, section 7.

Leibovici, L., Vidal, L., and Paul, L., 2009. Aminoglycoside Drugs in Clinical Practice: an Evidence-Based Approach. Journal of Antimicrobial Chemotherapy Vol.63; p.246 – 251.

Littlejohn, O. J., Kang, M. Y., and Kaplan, A. S., 2004. Management of Benign Prostatic Hypertrophy: Transurethral Vaporizationof the Prostate. Totowa, New Jersey: Humana Press.

Marschall, J., Zhang, L., Foxman, B., et al., 2012. Both Host and Pathogen Factors Predispose to Escherichia coli Urinary-Source Bacteremia in Hospitalized Patients. Clinical Infectious Diseases 2012;54(12):1692-1698 McVary, et al., 2010. Guideline:Management of Benign Prostatic Hyperplasia

(BPH). San Francisco: American Urological Association Education and Research, Inc 2010.

Norma, D. C., 2006. Aminoglycoside: Therapy for Geriatric Patient. Taylor & Francis Group: New York

Oliveira, J., F., P., et al., 2009. Prevalence and Risk Factors for Aminoglycoside Nephrotoxicity in Intensive Care Units. Brazil: Antimicrobial Agens And Chemotherapy. Vol. 53, No. 7, hal 2887–2891. Pakasi, R., 2009. Total Prostate Specific Antigen, Prostate Specific Antigen

Density and Hisphatologic Analysis on Benign Enlargment of Prostate.

Makassar: The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5, hal 263-274.

Pangalila, F. J. V., 2012. Antibiotics: Peranan Aminoglikosid Dalam Mengatasi Infeksi Serius. Jakarta: Medicanus, Scientific Journal of Pharmaceutical Develoment and Medical Application. Vol. 25, No.2, Edisi Agustus 2012

Parkinson, R., and Soo, S., 2014. Guideline for Antibiotic Surgcal Prophylaxis in Adult Urology. Cancer and associated specialties directorate. Urology specialty

Petri, W.A., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L. Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi ke11, New York : McGraw-Hill, chapter 44.

(27)

xxii

RISKESDAS., 2007. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Hal: 110-118 Roehrborn, C., 2008. Pathology of benign prostatic hyperplasia. Dallas.

International Journal of Impotence Research 20,S11–S18

Roehrborn, C., 2012. BPH Medical Management. San Francisco. American Urological Association.

Rosette, J., de la, et al., 2008. Guidelines on Benign Prostatic Hyperplasia. European Association of Urology.

Sarma, A., Wei, J., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia and Lower Urinary Tract Symptoms. The New England Journal Medicine 2012;367:p.248-257.

Shigemura, K., Tanaka, K., Haraguchi, T., et al., 2013. Postoperative Infectious Complications in Our Early Experience With Holmium Laser Enucleation of the Prostate for Benign Prostatic Hyperplasia. Korean Journal of Urology2013;54:189-193.

Singodimedjo, P., 2008. Peran Urologi untuk Mencapai Visi Indonesia Sehat 2010 Bagi Penduduk Usia Lanjut di Dalam Manajemen Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).Yogyakarta :Medika FK UGM..

Stamatiou, K., 2009. Management of Benign Prostatic Hypertrophy-Related Urinary Retention. Urology Journal Vol. 6,No. 4,P.237-244.

Stern, et al., 2004. Management of Benign Prostatic Hypertrophy. Totowa, New Jersey: Humana Press.

U.S. Department of Health and Human Services, 2006. Prostate Enlargement: Benign Prostatic Hyperplasia. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK).

Widodo, D., Astrawinata, D., 2004. Surveillance of nosocomial infections in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, 1999-2002. Majalah Kedokteran Indonesia;13(02):107-112.

Wolf, J. S., Bennett, C. J., Dmochowski, R. R., et al., 2008. Best Practice Policy Statement on Urologic Surgery Antimicrobial Prophylaxis. San Fransisco: American Urological Association (AUA). Diakses: 22/04/14 08.10.

Referensi

Dokumen terkait

“I took the CAT, which is what I’ll be doing until the car’s fixed.” “You can use mine,” Ava told her, but Phoebe shook her head.. “I’d feel better knowing there’s a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

4.25 Graph of Motor PWM over Turning Angle of the Mobile Robot at Operating time of 1.0 second for turning

Pendekatan laba operasi bersih ( net operating income ) memandang penggunaan hutang yang semakin besar sebagai peningkatan risiko perusahaan karena itu tingkat keuntungan yang

Reward sebagai Variabel Moderating terhadap hubungan antara Sumber Daya Manusia , Komitmen, Motivasi dengan Kinerja auditor.... Pengujian

Figure 7(a–b) shows the experimental and calculated plots of the unloading modulus using Equation 4, together with the predicted value by the BPNN model.. An optimal line

[r]

ﻑﺮـﻃ ﺯﺍ ﺎﺑ ﺮﮕﻳﺩ ﻪﺟﻮﺗ ﻪﺑ ﻦﻳﺍ ﻪﻛ ﺖﺤﺗ ﺖﺒﺜﻣ ﺭﻮﻃ ﻪﺑ ﺰﻴﻧ ﻲﺘﻌﻨﺻ ﺪﺷﺭ ﺮﻴﺛﺄﺗ ﻲـﻣ ﺭﺍﺮـﻗ ﻱﺭﻭﺎﻨﻓ ﻞﻣﺎﻋ ،ﺩﺮـﻴﮔ ﺭﻮﻃ ﻦﻳﺍ ﻁﺎﺒﻨﺘﺳﺍ ﻲﻣ ﻢﺴﻴﻧﺎﻜﻣ ﺯﺍ ﻲﻜﻳ ﻥﺍﻮﻨﻋ ﻪﺑ ﻱﺭﻭﺁﻮﻧ ﻪﻛ ﺩﻮﺷ ﺎﻫ ﻳ ـﺑ ﻪـﻛ ﺖﺳﺍ ﻲ ﻪ

[r]

ﺼﺨﺸﻣ ﺔ ﺪﻤﻋ ة نﺎـﻣز رد ﻪـﻛ ﺖﺳا نآ ﻲﻨﺤﻨﻣ ﻦﻳا هﺪﻧﺮﻳﺬﭘ يژﻮﻟﻮﻨﻜﺗ ﻲﻓﺮﻌﻣ ﺪﺷ ﺪﻫاﻮﺧ ﻪﺘﻔﮔ ﻪﻛ ﻲﻠﻳﻻد ﻪﺑ ﺎﻫ ، ﺖـﺷﺬﮔ ﺎـﺑ و ﺪﻨﺘﺴـﻫ ﻦﻴﻳﺎﭘ ﻪﺑ نﺎﻣز ﻪﺑ تﺪﺷ نآ ﻲﻣ هدوﺰﻓا ﺎﻫ دﻮﺷ ، يرﻮﻃ ﻣ ﻪﻛ ﻲﻣ ﻒﻄﻋ

[r]