• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN PERS RELEASE PUSLITBANG HORTIKULTURA. 1. Pengembangan Varietas Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN PERS RELEASE PUSLITBANG HORTIKULTURA. 1. Pengembangan Varietas Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di Indonesia."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN PERS RELEASE PUSLITBANG HORTIKULTURA

1. Pengembangan Varietas Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di Indonesia.

Pengembangan industri potato chips di Indonesia terhambat oleh langkanya ketersediaan kentang prosesing sebagai bahan baku. Satu-satunya industri potato chips di Indonesia, PT Indofood Fritolay, harus mengimpor sekitar 75% dari bahan baku yang dibutuhkan. Ada 3 jenis varietas kentang yang diintroduksi oleh beberapa perusahaan swasta yang dicoba diusahakan melalui skema kemitraan petani yaitu Panda, Columbus, dan Atlantic. Namun sampai saat ini yang masih ditanam oleh petani hanya Atlantic, walaupun varietas ini agak peka terhadap penyakit busuk daun dan hasilnya rendah yaitu sekitar 12 ton/ha.

Pada tahun 200-2003 Balitsa berusaha mencari varietas baru kentang prosesing yang lebih baik atau paling tidak sama kualitasnya dengan varietas Atlantic. Varietas tersebut diseleksi dari 44 klon introduksi asal the International Potato Center (CIP) yang ada dalam koleksi Balitsa. Melalui pendekatan penelitian partisipatif yang melibatkan petani (n=70), konsumen (n=112), industri kripik tradisional (n=2), supplier bahan baku (n=2) dan PT Indofood Fritolay serta dikombinasikan dengan penelitian multilokasi (10 lokasi) maka pada akhir tahun 2003 ditemukan 5 calon varietas kentang unggul yang disukai petani, konsumen, dan pabrik . Kelima calon varietas tersebut yaitu Tenggo, Fries, Erika, Balsa dan Krespo telah diajukan untuk dilepas sebagai varietas baru pada tahun akhir 2003.

Khususnya Balsa dan Krespo, standar mutunya telah diuji di PT. Indofood Fritolay dan dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai bahan baku potato chips (tabel 1.). Dibandingkann dengan atlantic, kedua varietas ini hasilnya lebih tinggi yaitu sekitar 20 t/ha dan lebih tahan penyakit busuk daun.

Dengan menggunakan kedua calon varietas ini saja maka produksi benih dan umbi bahan baku industri potato chips dapat dilakukan di Indonesia tanpa harus membayar royalty seperti halnya jika menggunakan varietas Atlantic yang masih memiliki property right, sehingga kedepan impor bahan baku potato chips tidak diperlukan lagi.

Sampai dengan akhir Pebruari 2005 ini, sudah ada 3 (tiga) perusahaan swasta yang datang ke Balitsa dan menyatakan keinginannya untuk mengembangkan dan mengkomersialkan varietas Balsa. Salah satunya bahkan berkeinginan untuk mengembangkan Balsa, Fries, dan Tenggo setelah mengevaluasi sendiri dengan penanaman dan pengujian mutu selama dua musim tanam.

(2)

2. Rencana Pengembangan Varietas Cabai Merah Tanjung- 2 Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu andalan petani sayuran di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis dari Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, kebutuhan akan cabai merah pada tahun 2005 diperkirakan sebesar 788.544 ton/tahun, sehingga diperlukan luas tambah tanam sekitar 5.000 ha/bulan. Sementara itu, peningkatan permintaan untuk cabai merah yang mencapai 7.5% per tahunnya merupakan peluang besar bagi Indonesia dalam usaha agribisnis cabai merah.

Salah satu keberhasilan agribisnis cabai merah adalah pemilihan varietas unggul yang tahan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan berproduksi tinggi. Sampai sejauh ini, varietas unggul cabai merah masih banyak diimpor dari luar negeri, karena jumlah varietas yang dihasilkan di dalam negeri masih terbatas dan belum memenuhi preferensi pengguna. Oleh karena itu Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) telah menghasilkan 3 varietas cabai merah yaitu Tanjung-1, Tanjung-2, dan Lembang-1 yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 2001. Satu diantara ketiga varietas tersebut yang banyak diminati dan sudah berkembang di petani adalah adalah Tanjung-2. Varietas ini telah dikomersialisasikan oleh KP KIAT melalui kerjasama dengan UD Riawan Tani.

Keunggulan Tanjung–2 antara lain : memiliki daya adaptasi cukup luas; dapat di tanam di dataran rendah sawah (tanam pada akhir musim penghujan) dan lahan kering (tanam pada awal musim penghujan); toleran terhadap penyakit antraknos; produktivitas mencapai 12 t/ha; dan mempunyai kandungan capsaicin serta antocianin yang cukup tinggi, warna tidak berubah setelah diproses dan lebih bagus dibanding dengan Hot Beauty.

Pengembangan agribisnis cabai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yaitu merupakan suatu strategi atau model pengelolaan tanaman dalam peningkatan produksi tanaman melalui integrasi teknologi yang memiliki efek sinergisme. Kabupaten Ciamis, Jawa Barat merupakan salah satu lokasi pengembangan PTT cabai merah dengan menggunakan varietas Tanjung-2 mendapat respon yang sangat baik dari petani peserta PTT maupun petani bukan peserta PTT. Ini disebabkan karena varietas Tangjung 2 memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh varietas cabai lainnya yang sudah ada di pasaran, yaitu : (1) harga jual varietas Tanjung–2 lebih mahal Rp. 1.000 sampai Rp. 3.000 per kg; (2) waktu panen lebih singkat;(3) tingkat kematangan buah lebih serempak; (4) frekuensi panen lebih sedikit; (5) harga benih relatif murah ( Tanjung-2 ± Rp. 20.000/10 g sedangkan varietas lainnya ± Rp. 70.000/10 g ); (6) lebih disukai konsumen; (7) warna merah lebih menarik dan mudah digerus; (8) jumlah buah per kg lebih banyak;(9) lebih tahan terhadap hama dan penyakit; serta (10) bisa di benihkan sendiri. Melalui penerapan teknologi PTT tersebut para petani cabai merah di Kabupaten Ciamis dapat

(3)

menghemat penggunaan input produksi seperti pupuk dan pestisida sebesar 50 % dan pendapatan petani meningkat sebesar Rp.8.000.000,-

Seiring dengan meningkatnya minat petani cabai merah di kabupaten Ciamis untuk menanam cabai merah varietas Tanjung–2, maka dalam tahun 2005 direncanakan akan dikembangkan penanaman cabai merah varietas Tanjung 2 di kabupaten Ciamis – Jawa Barat seluas lebih kurang 430 ha.

3. Pekan Melon dan Semangka Nasional 2005

Sejak lima tahun terakhir produsi melon dan semangka meningkat sangat tajam. Meningkatnya minat petani akan usahatani melon dan semangka karena menguntungkan dan umur panennya relatif singkat. Tetapi sampai saat ini kebutuhan benih melon dan semangka tidak didukung oleh ketersediaan varietas dan dukungan sistem perbenihan domestik yang memadai sehingga laju perkembangan budidaya kedua komoditas ini hampir 100% masih tergantung pada benih impor. Untuk menjawab fenomena tersebut Puslitbang Hortikultura melalui Balai Penelitian Tanaman Buah telah menyelenggarakan Seminar Nasional dan Temu Bisnis Melon pada tangal 17-18 September 2004. Pada kesempatan tersebut telah dilakukan lelang 6 varietas calon hibrida unggul melon yang ditawarkan kepada 9 pengusaha benih swasta nasional, dan memperoleh respon yang sangat baik. Dari 6 calon varietas hibrida melon yang dilelang, 4 varietas telah diminati untuk dikembangkan oleh 3 perusahaan benih swasta nasional yang selanjutnya disiapkan pengalihan sistem royalty varietas tersebut.

Untuk tahun 2005, Puslitbang Hortikultura akan mengadakan Pekan Melon dan Semangka Nasional yang akan diselenggarakan pada bulan Desember 2005. Pada kesempatan tersebut akan di ekspos melon dan semangka hibrida unggul hasil penelitian Balitbu dalam bentuk pertanaman di lapang sehingga pihak swasta dapat langsung melihat dan mengevaluasi keunggulannya. Akan ditawarkan 9 calon varietas hibrida semangka unggul kepada perusahaan-perusahaan benih swasta nasional dan peminat lainnya untuk pengembangan lebih lanjut.

4. Techno-expo Hortikultura Indonesia 2005 (Indonesia Horticulture Techno-expo 2005)

Pengembangan agribisnis hortikultura di Indonesia belum sepenuhnya didukung oleh inovasi teknologi hasil penelitian sehingga tidak memiliki daya saing kuat di era pasar global. Di sisi lain, banyak inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan institusi penelitian lainnya yang belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pelaku agribisnis hortikultura. Salah satu penyebab lambatnya proses desiminasi dan alih inovasi teknologi adalah kurangnya promosi yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian dan instansi terkait lainnya terhadap hasil penelitian.

(4)

Puslitbang Hortikultura akan menyelenggarakan TECHNOEXPO HORTIKULTURA INDONESIA 2005 dengan tema Meningkatkan daya saing produk agribisnis hortikultura melalui pemanfaatan inovasi teknologi, di Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik (Lolitjeruk) di Batu, Jawa Timur, pada tangga 21 – 23 Juli 2005.

Tujuan

o Menginformasikan inovasi teknologi agribisnis hortikultura hasil penelitian

o Menghimpun tanggapan dan umpan balik inovasi teknologi sebagai upaya penyempurnaan program penelitian hortikultura di masa depan

o Mensinergiskan pengambil kebijakan, peneliti dan pelaku agribisnis hortikultura

Peserta

Peserta berasal dari Balit/Lolit lingkup Puslitbanghorti, BPTP Propinsi, Perguruan Tinggi, Ditjen Hortikultura, Ditjen terkait lainnya: Perindustrian dan Perdagangan, Perbankan, Koperasi, Pengusaha, eksportir/importir, Asosiasi, Organisasi profesi, Petani dan Pelaku agribisnis hortikultura dan masyarakat hortikultura lainnya.

Kegiatan

o Lomba Karya Ilmiah. Lomba diperuntukkan terutama bagi para mahasiswa dan yang berminat di seluruh Indonesia yang pelaksanaannya bekerjasama dengan Masyarakat Jeruk Indonesia (MJI)

o Seminar Jeruk Nasional. Pembicara dari beberapa negara maju di agribisnis jeruk dan pembicara utama nasional dengan makalah pendukung hasil penelitian/pengkajian.

o Kontes Jeruk Keprok Nasional. Diikuti oleh seluruh daerah sentra jeruk keprok di Indonesia guna memilih jeruk keprok unggulan nasional.

o Gelar Inovasi Teknologi. Merupakan kegiatan promosi inovasi teknologi yang ditampilkan di dalam stand dan langsung di lapang, bisa berupa varietas baru, teknologi inovatif, produk baru dan informasi penting lainnya.

o Temu Wicara dan Temu Bisnis Bersama Menteri Pertanian.

Temu wicara dilaksanakan guna mengakomodasikan keinginan dan kebutuhan petani, pengusaha, eksportir/importir dan pelaku agribisnis hortikultura lainnya

o Lomba lainnya. Meliputi lomba buah pamelo berukuran paling besar, lomba merangkai bunga tropika, dan lomba lainnya.

(5)

5. Agroklinik Jeruk Berbasis Web ( Menerobos kemacetan alur diseminasi inovasi teknologi agribisnis jeruk)

Jeruk masih merupakan komoditas buah yang sangat menguntungkan untuk diusahakan saat kini karena mempunyai prospek pasar dalam dan luar negeri yang sangat menjanjikan. Kegitan agribisnis jeruk dikawasan sentra produksi saat ini masih terpencar di kantong-kantong produksi yang sempit, dikelola dengan teknologi yang belum standar dan maju (Standar Prosedur Operasional), pengelolaan pasca panen yang sekedarnya , pemasaran yang belum berpihak ke petani dan kelembagaan petani yang masih lemah sehingga nampak belum sepenuhnya didukung oleh inovasi teknologi hasil penelitian. Salah satu penyebab lambatnya proses desiminasi dan alih teknologi hasil penelitian ke pihak pengguna adalah belum adanya jaringan informasi yang memungkinkan proses tersebut berlangsung dengan optimal selain peran tenaga PPL yang terbatas karena alasan kelembagaan. Agroklinik jeruk telah dibangun di sentra produksi di Kabupaten Karo -Sumatera Utara, Kabupaten Sambas - Kalimantan Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan – NTT dan Kabupaten Ponorogo – Jawa Timur. Agroklinik jeruk berfungsi sebagai (1) Sumber informasi inovasi teknologi spesifik lokasi Pengelolaan Terpadu kebun Jeruk Sehat dan agribisnis jeruk regional dan nasional, (2) Tempat konsultasi petani dan pelaku agribisnis jeruk lainnya dengan petugas jaga yang terlatih, (3) Tempat melaksanakan koordinasi dan diskusi bagi petugas lapang, dan (4) Sarana pelatihan bagi para petugas lapang dan petani. Agroklinik jeruk yang berbasis teknologi informasi ini dilengkapi dengan dua demo plot, yaitu tanaman jeruk belum berproduksi dan yang sudah berproduksi sebagai contoh penerapan teknologi anjuran. Agroklinik jeruk yang ada sekarang dan yang akan dibangun di beberapa sentra produksi jeruk dalam operasionalnya dikoordinasikan oleh Lolitjeruk melalui jaringan Informasi Inovasi Teknologi Jeruk (JIITJ) dengan website: www.Citrusindo. Org. Jika dalam melakukan kegiatan konsultasi dengan petani, pengelola agroklinik (”dokter jaga”) menemui kesulitan teknis, maka selanjutnya dapat mengirimkan permasalahannya ke JIITJ yang akan dijawab pada setiap hari Jum’at. Pada tahun 2005, selain akan ditingkatkan sarana, prasarana dan SDM untuk pengelolaan agroklinik yang sudah ada,i juga akan diinisiasi beberapa lokasi agroklinik baru di sentra produksi jeruk seperti di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Sumatera Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisi menunjukan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Likuiditas dan Efisiensi Oprasional diterima, secara parsial Capital

Berbagai temuan tersebut didukung kondisi dan keletakannya pada bagian lereng yang tinggi dan cukup terjal, serta informasi dari masyarakat menggambarkan adanya aktivitas

Pada bulan Juni 2016, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen apabila dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 97,96 menjadi 98,44 , hal ini terjadi karena laju indeks

2015 menjadi lebih besar dibandingkan subround II tahun 2014, sedangkan Standing Crop (luas tanaman akhir bulan) pada akhir agustus 2015 lebih kecil dibandingkan

Minusnya pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut terutama dipengaruhi oleh menurunnya komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan PMTB yang masing-masing turun sebesar

Bagi penulis, bisa wenambah wawasan serta pengalaman penulis dalam mengetahui beragam sifat dan karakter manusia dilihat dari unsur yang ada dalam diri manusia,

Kombinasi varietas Roberto dan pemangkasan pada 28 hst mampu meningkatkan jumlah cabang produktif dan berat kering total tanaman, namun menurukan panjang tanaman

mengikat dan ditaati oleh semua anggotanya. d) Dewan Komisaris dilarang memanfaat BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, perusahaan tau kelompok usahanya dengan