• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENUMBUHKAN SEMANGAT DALAM MEMPERBAIKI MORAL BANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENUMBUHKAN SEMANGAT DALAM MEMPERBAIKI MORAL BANGSA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MENUMBUHKAN SEMANGAT DALAM MEMPERBAIKI

MORAL BANGSA

[caption id="attachment_329" align="alignleft" width="150"]

mari, perbaiki moral bangsa ini[/caption]

Oleh: Drs. Sidik Tono, M.Hum* Muqaddimah

Jika kita melihat dan mengamati fenomena dan realitas kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka gejala itu telah memunculkan pertanyaan mendasar, mengapa berbagai masalah itu tak kunjung selesai menimpa dan mendera bangsa kita? Mulai dari masalah korupsi di legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Masalah bencana banjir, tanah longsor, gunung meletus, kapal tenggelam, pesawat jatuh, dan lain sebagainya. Masalah narkotika tidak hanya menhantui generasi muda kita, bahkan sudah merambah ke para penegak hukum, dan tidak jarang memakan korban dari kalangan anak-anak, birokrasi yang tidak membuat mudah bagi rakyat tetapi justru membuat rakyat menjadi semakin sulit, kemiskinan, pembunuhan, perkosaan, illegal loging, dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan lain yang memerlukan perhatian dan penanganan dari negara.

Berbagai daya dan upaya sudah dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat secara luas untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut, namun belum sesuai dengan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut telah membentuk komisi-komisi independen, seperti KPK, Komisi Yudisial, Komnas HAM, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), KPU, dan lain sebagainya.

Sebagai orang yang beriman pasti meyakini bahwa ada sesuatu masalah yang lebih mendasar yaitu akhlak al-karimah. Sebab Nabi Muhammad r dalam menyelesaikan masalah umatnya diawali dan dimulai dari memperbaiki akhlak. Hadis dari Abî Hurairah t, Nabi r bersabda:

???? ???? ????? ????? ???????

“Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR al-Bukhari

(2)

Masalah Dekadensi Moral

Akar masalahnya, apabila kita cermati lebih mendalam sebenarnya ada suatu masalah yang sangat krusial namun kurang mendapat perhatian yang serius bahkan cenderung diabaikan oleh bangsa ini, yaitu masalah dekadensi moral, sebab berbagai masalah kejahatan tidak dapat dilepaskan dengan masalah moral. Ketika tingkat moralitasnya rendah, maka sangat berpotensi untuk melakukan kejahatan, namun sebaliknya ketika tingkat moralitasnya tinggi, maka seseorang cenderung akan melakukan kebaikan (berbuat baik).

Moralitas dalam pandangan Islam tidak hanya dipandang secara horizontal seperti seseorang yang mampu membangun relasi yang baik antar sesama sudah dapat dikatakan ia adalah seorang yang bermoral. Namun juga harus dipandang secara vertikal, jadi untuk menilai tingkat moralitas seseorang juga harus dilihat dari kedua sisi tersebut. Tetapi yang justru lebih menentukan adalah seberapa baik hubungan vertikalnya, karena apabila hal ini baik maka secara otomatis keseluruhan prilaku dalam hubungan horizontalnya juga akan baik.

Peran Negara dan Masyarakat dalam Memperbaiki Moral Bangsa

Negara kita saat ini sedang dilanda krisis moral yang sangat serius, dalam pengamatan kita secara kualitatif bahwa pemerintah selaku penyelenggara negara dan rakyat pada umumnya kurang menyadari betapa pentingnya eksistensi moralitas bagi tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Dalam hal ini, hadis Nabi dari Sa’id al-Khudry memberikan penegasan bahwa Nabi e bersabda:

?? ??? ????? ??????? ?? ????? ???? ??????? ??? ?? ????? ??? ??????? ??? ?? ????? ??????

?????? ???? ???? ??????? ???)

???? ??? ?????? ???? ???? ?? ?????? ?? ??? ???? ?? ??? ??????[1](

“Barangsiapa melihat kemunkaran (kejahatan) lalu ia mampu mengubah dengan tangannya

(kekuasaannya) maka hendaknya merubahnya, jika tidak mempu merubah dengan tangannya maka rubahlah dengan lisannya, lalu jika juga tidak mampu maka dengan hatinya,

padahal yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”. (HR Muslim).

Dalam sumber yang lain juga dari sanad yang sama, namun matan hadits ini berbunyi:

?? ??? ????? ??????? ???? ??? ?? ????? ??????? ??? ?? ????? ?????? ???? ???? ???????

[2]

“Barangsiapa melihat kemunkaran (kejahatan), maka hendaknya rubahlah dengan tangannya (kekuasaannya), jika tidak mempu maka rubahlah dengan lisannya, lalu jika juga tidak mampu maka dengan hatinya, padahal yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”.

Hadits ini dengan hadis di atas secara subtansial adalah sama, tidak ada perbedaan dari segi isi meskipun ada perbedaan dari segi bahasa, artinya bahwa isi hadis ini dari Nabi e sedang bahasanya adalah dari sahabat. Demikian juga jika kita lihat bunyi matan hadis dibawah ini:

(3)

???? ????? ????????? ??????????? ???????? ?????? ?????? ?????? ???? ?????????? ???? ??????????? ???????? ??????????? ??????????? ?????? ?????? ?????? ???? ??????????

???? ??????????? ??????????? ??????????? ?????????? ?????? ?????? ???????? ???????? ???????????

[3]

“Barangsiapa melihat kemungkaran (kejahatan), maka rubahlah dengan tangannya, dan

barangsiapa tidak mampu mengubah dengan tangannya maka rubahlah dengan lisannya, dan barangsiapa tidak mampu mengubah dengan lisannya maka rubahlah dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dari akibat rendahnya moralitas bangsa, yang dampaknya telah kita rasakan dengan maraknya berbagai tindak kejahatan dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena kalaupun terus menerus kita membuat peraturan perundang-undangan baru, sangat potensial mengakibatkan adanya over

kriminalisasi, jika kehidupan moral bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tetap dibiarkan

seperti sekarang ini, tanpa ada perhatian, pembenahan, dan perbaikan maka sampai kapanpun masalah-masalah kejahatan tidak akan pernah terselesaikan.

Makna substansial yang terkandung dalam hadits di atas adalah memberikan jalan, sehingga banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki moralitas bangsa, dimana implementasinya sebenarnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, yakni

pertama, secara spiritual ada upaya sungguh-sungguh untuk mengembalikan bangsa kita

kepada tegaknya iman dan taqwa, sebab masalah moral sangat erat hubungannya dengan iman dan taqwa seseorang kapada Allâh I. karena itu, pemerintah dan masyarakat berusaha mendorong dan menciptakan kondisi yang ideal, nyaman dan aman bagi masyarakat untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan istiqamah beribadah dan selalu menjauhi semua yang dilarang-Nya dalam segala bentuknya. Sedangkan kedua, secara praktis, sesuai dengan potongan hadis

?? ??? ????? ??????? ?? ????? ???? ??????? bahwa yang memiliki kemampuan untuk

merubah dan mencegah kemungkaran (kejahatan) adalah negara, sebab secara sistem negara memiliki alat kelengkapan sekaligus regulasinya untuk melakukan tindakan dan pencegahan terhadap kemunkaran (kejahatan) yang ditimbulkan oleh prilaku menyimpang yang berhubungan dengan aspek sosial, seni, budaya, politik, ekonomi, hukum, agama, dan teknologi. Kata kuncinya adalah penegakan hukum, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasûlullâh e yang maksudnya “seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri niscaya akan aku

potong tangannya”. Posisi Rasûlullâh e ketika menyampaikan sabdanya adalah sebagai kepala

negara.

Potongan hadits berikutnya adalah ??? ?? ????? ??? ??????? dan ini mengisyaratkan bahwa merubah keadaan itu seharusnya dengan mendayagunakan kekuasaan, jika hal itu tidak mampu, maka merubah masyarakat dari kemunkaran hendaklah dengan lisan. Karena itu cara ini sebaiknya dilakukan juga secara sinergis antara pemerintah dan masyarakat, dan ini akan memperkuat cara yang pertama, sebagaimana yang dilakukan para ulama dan para ilmuan untuk menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.

(4)

Sedangkan potongan hadis selanjutnya ??? ?? ????? ?????? ?????? memberi pelajaran bahwa cara pertama dan kedua secara umum barangkali agak sulit dilaksanakan masyarakat umum, karena itu, hendaknya ada upaya yang melahirkan perubahan dalam hatinya, meskipun sikap itu merupakan tindakan selemah-lemah iman, Rasulullah mengajari kita dengan menyatakan “mulailah dari diri sendiri”.

Di antara langkahnya adalah berasumsi lebih banyak kekurangan bagi diri kita adalah sebuah solusi, sebab setiap diri kita akan selalu berusaha memperbaiki kekurangan tersebut, dan berusaha menjadi manusia yang terbaik. Dalam hal ini Rasulullah memberi pelajaran kepada kita ??? ????? ?????? ????? Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Pelajaran ini dapat kita ambil:

pertama, setiap orang hendaknya berusaha menjadi orang yang paling baik di sisi Allâh I,

sebab setiap orang memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk menjadi yang terbaik dengan tidak memandang adanya perbedaan status sosial.

Kedua, setiap orang hendaknya merasa bahwa dirinya adalah tidak lebih baik dari orang lain,

karena itu, sikap ini akan melahirkan sifat rendah hati, tidak sombong. Hal ini sebagai suatu langkah untuk selalu melakukan instrospeksi diri dalam membaca kekurangan diri sendiri, yang kemudian berusaha memperbaikinya.

Ketiga, setiap orang hendaknya dapat memberikan kesan kepada masyarakat bahwa dirinya

adalah orang biasa dan bersahaja, sehingga setiap perbuatannya atau ibadahnya semata-mata hanya mencari ridla Allâh I tidak perlu dipamer-pamerkan kepada orang lain. Hal ini penting untuk mencegah munculnya sifat riya’ dan takabur dalam diri kita.

Ikhtitâm

Akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa hanya satu dasar moral yang mantap yaitu moral yang diajarkan Islam untuk memperoleh jawaban dari semua persoalan yang membelit bangsa kita. Dengan indah sekali dilukiskan oleh pujangga Mesir yang terkenal, Syauqi

Bey, yaitu

???? ????? ??????? ?? ???? ??? ???? ???? ??????? ?????

“Kelestarian sesuatu bangsa ditentukan oleh akhlak. Kalau akhlaknya runtuh, maka runtuh pulalah bangsa itu”.

Para ahli di dunia ini sudah banyak yang menyadari pembangunan suatu bangsa dalam berbagai aspek tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai moral agama, karena itu perlu direnungkan secara jernih dan mendalam bahwa moral yang bersumber kepada ajaran Islam yaitu al-Qur’ân dan al-Sunnah, tak ubahnya seperti kompas bagi seorang nakhoda yang mengarungi samodra yang luas, yang memberikan pegangan dan optimisme bagi para penumpangnya. Jaminan itu diucapkan oleh Rasulullah di Padang Arafah ketika beliau menunaikan haji wada’:

(5)

??????? ?????? ?????????? ??? ????????? ?? ???????????? ???? : ????? ???? ? ????? ???????

“Saya tinggalkan kepada kamu dua perkara (pegangan), kamu tidak akan tersesat sepanjang

zaman, pegangan itu adalah Qur’ân dan Sunnah Rasul-Nya”. Wallâhu a’lam bi al-Shawwâb.[]

* Dosen tetap Jurusan Hukum Islam (Syari’ah) Fakultas Ilmu Agam Islam Universitas Islam Indonesia

[1] Sunan al-Kubro li al-Baihaqi

[2] Sunan al-Kubro li an-Nasai, Shahih ibn Hibban, No. 11740

[3] Sunan Abû Daud, al-Tirmidzi: menurut Abi ‘Isa hadis ini shahih, Ibnu Majah: 1334, Musnad Ahmad: 11449.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sisi lain kita liat bahwa meski kualitas teknis layanan antenatal care lebih rendah di banding di puskesmas/polindes, namun fasilitas kesehatan swasta justru

Terminal Bus juga merupakan suatu area dan fasilitas yang di dalamnya terdapat interaksi berbagai elemen seperti manusia (penumpang, pedagang dan kru bus), fasilitas

Sedangkan daging domba yang disimpan pada suhu 10°C selama 7 hari, nilai kemerahan (a) warna dagingnya lebih baik dan sangat berbeda nyata dengan lama simpan 0 hari dan 6 hari,

Kegiatan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pada implementasi teknik wait time di SMA Nu Hasyim Asy’ari Mlati Kidul Mejobo Kudus yang meliputi kegiatan

dari penelitian dan perhitungan-perhitungan harga statistik suatu sampel, bisa dihitung suatu interval dimana dengan peluang tertentu, harga parameter yang hendak ditaksir

jenis padding yaitu padding atas di tuliskan pada css dengan „padding- top‟ yang berarti mengatur sisi dalam sebelah atas sebuah element, pading bawah atau jarak

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam