• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 023/PUU-IV/2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH SIDANG PERKARA NO. 023/PUU-IV/2006"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

irvanag

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NO. 023/PUU-IV/2006

PERIHAL

PENGUJIAN PASAL 12 AYAT (2) UU NO. 49 Prp.

TAHUN 1960 TENTANG PANITIA URUSAN PIUTANG

NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NO. 013/PUU-IV/2006

PERIHAL

Pengujian Pasal 12 ayat (2) UU No. 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945

PEMOHON

Kasdin Simanjuntak, S.H., dkk

(Tim Pembela dan Kedaulatan Advokat)

ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Jumat, 3 November 2006 Pukul 09.30 WIB

Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Dr. HARJONO, S.H., M.C.L K e t u a 2) Prof. H.ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S Anggota 3) I DEWA GEDE PALGUNA,, S.H., M.H Anggota

(3)

HADIR: Pemohon :

Kasdin Simanjuntak, S.H. Yan Ricardo, S.H.

(4)

SIDANG DIBUKA PUKUL 09.30 WIB 1. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Sidang pemeriksaan pendahuluan untuk perkara 023/PUU-IV/2006 dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Panel Mahkamah Konstitusi telah masuk permohonan untuk uji undang-undang dan diberi nomor 023/PUU-IV/2006 dimana dalam permohonan tersebut diajukan oleh Kuasa Pemohon. Ada enam Kuasa Pemohon dan untuk itulah persidangan pagi hari ini dibuka merupakan persidangan pendahuluan. Sebelum berlanjut yang hadir di persidangan mohon untuk memperkenalkan diri, karena yang saya lihat ada tiga orang, sedangkan kuasa Pemohonnya terdaftar di sini ada enam orang. Siapa saja yang hadir? Silakan.

KETUK PALU 3X

2. PEMOHON : YAN RICARDO, S.H.

Terima kasih Bapak Majelis Hakim Konstitusi.

Saya YAn Ricardo, S.H., pekerjaan advokat dari Tim Pembela Konstitusi dan Kedaulatan Advokat. Memang seharusnya kita hadir 6 orang hari ini, berhubung rekan-rekan kami masih berada di luar kota, terima kasih.

3. PEMOHON : KASDIN SIMANJUNTAK, S.H.

Nama saya Kasdin Simanjuntak, pekerjaan advokat, beralamat di Jalan Cibulan No. 13A, Jakarta Selatan, terima kasih.

4. PEMOHON : ABDUL RAZAK DZAELANI, S.H.

Nama saya Aris Zaelani, advokat, beralamat juga nomor di Jakarta. Terima kasih.

5. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Saya koreksi ya? Saya tadi katakan kuasa Pemohon, ternyata Pemohon prinsipal ya ke-enam-enamnya.

(5)

Baik Saudara Pemohon, nanti kalau memang yang bertiga akan hadir dalam persidangan ini dan akan duduk bersama Anda mohon dilaporkan kepada Majelis.

Berikutnya kami akan berikan kesempatan kepada Pemohon untuk menyampaikan permohonan yang dipermasalahkan yaitu pengujian material atas Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960, supaya disampaikan mengapa sampai Pemohon mengajukan pengujian materiil terhadap pasal tersebut. Silakan, salah satu dari Anda bisa menyampaikan.

6. PEMOHON : YAN RICARDO, S.H.

Terima kasih kami ucapkan kepada Majelis Hakim Konstitusi yang memberikan kesempatan kepada kami untuk membacakan permohonan ini.

Secara ringkas permohonan kami ini adalah mengenai pengujian materiel atas Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara terhadap Pasal 28 huruf Y ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Hal yang menjadi alasan permohonan kami ini adalah sebagai berikut, dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara disebutkan sebagai berikut. Dalam hal seperti dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini, maka dilarang menyerahkan pengurusan piutang negara kepada pengacara. Dalam Pasal 12 ayat (1)-nya disebutkan bahwa Instansi-instansi pemerintah dan badan-badan negara yang dimaksudkan dalam Pasal 8 peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang-piutangnya yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum, akan tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya kepada Panitia Urusan Piutang Negara.

Selanjutnya dalam Pasal 28 huruf I Undang Undang Dasar 1945 disebutkan sebagai berikut. “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakukan yang bersifat diskriminatif tersebut.” Latar belakang timbulnya Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960. Bahwa sebetulnya Pemohon tidak menemukan apa latar belakang teciptanya Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960 tersebut. Baik dalam pertimbangan maupun dalam penjelasan pasal demi pasal dari peraturan dimaksud. Pemohon hanya menemukan dalam buku-buku sejarah yang pernah dibaca oleh Pemohon antara lain disebutkan bahwa Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno (Alm) pernah menyatakan sebagai berikut. “Dengan para sarjana hukum atau jurist kita tidak dapat melakukan revolusi, kecuali dengan para teknokrat atau insinyur.” Selanjutnya Pemohon beranggapan bahwa Pasal 12 ayat (2) Undang-undang Nomor 49/PRP/1960 tersebut sangat merendahkan atau meremehkan profesi advokat karena bersifat diskriminatif. Seolah-olah profesi advokat itu merupakan profesi yang

(6)

sangat berbahaya, tidak perlu atau tidak berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

Pengertian diskriminasi, “diskriminasi merupakan suatu tindakan pembedaan yang dilakukan secara tidak adil.” Memperlakukan orang dengan keadilan dan kejujuran merupakan bagian dari tanggung jawab kita sebagai manusia yang bermasyarakat. Kita pun dituntut berdiri di depan umum untuk hal yang benar. Menurut Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Definisi diskriminasi adalah “setiap pembatasan, pelecehan atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia “diskriminasi itu sendiri adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama dan sebagainya. Diskriminasi mengenai status sosial adalah pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan sosialnya.” Dalam hal ini pengujian materiil yang diajukan Pemohon adalah menyangkut diskriminasi tentang status sosial, dimana status sosial dari Pemohon adalah pekerjaannya sebagai advokat.

Kesimpulan, berdasarkan uraian singkat kami tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara tersebut adalah bersifat diskriminatif, dan oleh karenanya bertentangan dengan Pasal 28 huruf I ayat (2) Undang Undang Dasar 1945. Hal-hal yang dimohonkan, berdasarkan hal-hal sebagaimana diuraikan di atas, Pemohon memohon agar Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi memutuskan sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan permohonan para Pemohon

2.Menyatakan bahwa materi muatan dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara bertentangan terhadap Pasal 28 huruf I ayat (2) Undang Undang Dasar 1945.

3.Menyatakan materi muatan dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara tidak mempunyai hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya.

Demikian permohonan kami, terima kasih. 7. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Baik Saudara Pemohon ya? Jadi pada intinya Pemohon melihat bahwa ketentuan Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960

(7)

bertentangan dengan Pasal 28 huruf I ayat (2) Undang Undang Dasar, yang Pemohon lihat dengan adanya Pasal 12 ayat (2) terjadi suatu diskriminasi. Diskriminasi tersebut menurut Pemohon ditimbulkan oleh adanya status sosial, diskriminasi yang disebabkan oleh adanya status sosial. Status sosial Pemohon adalah pekerjaan sebagai advokat, itu intinya ya. Saya kira secara selintas sederhana permohonan ini sudah cukup jelas, namun ada hal-hal yang mungkin nanti akan ditanyakan oleh hakim yang lain. Oleh karena itu sebelum dilanjutkan, saya akan tanyakan kepada Saudara Pemohon ini. Saudara Pemohon sudah melampirkan bukti-bukti ya?

8. KUASA HUKUM PEMOHON : YAN RICARDO, S.H. Sudah Pak Hakim.

9. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Ada dua bundel bukti, ada bukti tambahan dan daftar bukti yang pertama diserahkan. Sebelum pemeriksaan bukti-bukti, saya kira kalau ada anggota Majelis Hakim lain yang memanfaatkan untuk memberikan nasihat, silakan.

10. HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S Saudara Pemohon, pada dasarnya sebagaimana dikatakan oleh Ketua sidang tadi sudah cukup jelas. Hanya ini persoalan istilah saja ya. Di dalam undang-undang nomor, Undang-Undang Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49/PRP/1960 ini, ini ditujukan kepada pengacara ya? Sekarang ini Saudara adalah para advokat. Pada permohonan halaman 4 butir 2 bahwa Pemohon adalah advokat (pengacara). Ini mungkin perlu penjelasan lebih lanjut penyamaan istilah advokat dengan pengacara. Karena sebetulnya dalam undang-undang yang dilarang itu pengacara. Dulu sebelum ada Undang-Undang Advokat memang ada istilah pengacara praktik, ada advokat, ada konsultan hukum, penasihat hukum, pengacara praktik. Mestinya sekarang setelah ada Undang-Undang Advokat semuanya kan sudah diputihkan sebagai advokat berdasar Undang-Undang Nomor 18 tentang Advokat itu. Mungkin pada waktu itu tahun 1960 memang masih campur aduk, kadang-kadang, mungkin kata pengacara lebih populer daripada advokat seperti sekarang ini. Ini nanti barangkali perlu tambahan uraian, hukum itu sebetulnya permainan bahasa, permainan kata-kata, tapi kata-kata itu menjadi bermakna dan mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Oleh karena itu nanti tentang ini saja nanti coba cari referensi bahwa memang pengacara ini termasuk para advokat. Kalau dulu dibedakan ada pengacara, Saudara Advokat, pengacara praktik seperti Undang-Undang Advokat sendiri

(8)

membedakannya waktu itu, Saya kira itu saja untuk masukan, Terima kasih.

11. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Baik, diperhatikan nasihat bahwa Anda harus memberi keterangan pada undang-undangnya dulu bunyinya pengacara tapi Anda advokat, ini supaya dijelaskan. Kenapa Anda mempermasalahkan kata pengacara padahal kedudukan Anda sekarang advokat, dijelaskan di situ, tentunya dengan merujuk kehadiran Undang-Undang advokat yang baru, saya kira itu yang ditekankan oleh Hakim Mukthie Fadjar.

12. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.S Terima kasih Pak Ketua.

Begini, pertama barangkali ini pertanyaan teknis saja, walaupun ini penting. Tentang lampiran khususnya mengenai Undang-undang yang Saudara mohonkan di sini itu, itu didapatkan dari mana?

13. KUASA HUKUM PEMOHON : Dari Engel Brecht

14. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.S

Dari Engel Brecht. Saya sarankan sebaiknya Anda ambil langsung dari lembaran negara, sebab nanti kalau keliru, itu tidak bisa kita melakukan apa-apa, lebih baik ambil yang resmi dari lembaran negara yang untuk bukti itu.

Kemudian yang kedua, karena ini alat bukti berupa undang-undang jadi ambil dari lembaran negara langsung, tapi kalau yang bukti berupa tulisan yang lain tidak masalah diambil dari mana-mana, tapi kalau yang undang-undang tentu nanti siapa tahu kalau ada. Kalau sama tidak apa-apa, tapi kalau ada perbedaan antara yang di lembara negara dengan yang Anda kutipkan yang berlaku di lembaran negara. Nanti takutnya jadi NO ini nanti kan, kan begitu?

Hal kedua, ini sekedar pertanyaan saja, apakah Saudara sudah meneliti kemungkinan, kenapa untuk persoalan pada Pasal 12 ayat (1) saja? Ini kan sepertinya bisa diartikan begini “mengapa untuk hal yang bersifat penyerahan yang diatur dalam Pasal 12 ayat (1) itu yang tidak dibolehkan untuk dilarang penyerahan itu diberikan kepada pengacara.” Jangan-jangan memang ada maksud tersendiri sebenarnya yang bukan maksud diskriminatif. Maksud saya coba apa Anda sudah meneliti kemungkinan itu, karena di sini kalau kita lihat misalnya ya? Lihat di Pasal 5 dan Pasal 6 dengan Keputusan Menteri Keuangan Panitia Urusan

(9)

Piutang Negara dapat ditugaskan untuk bertindak selaku likuidatur dari suatu badan-badan negara yang dilikuidir istilahnya di sini.

Kemudian Pasal 6-nya mengatakan “ketua Panitia Urusan Piutang Negara berwenang untuk, “mengeluarkan surat paksa yang berkepala atas nama keadilan.” Siapa tahu misalnya kita belum meneliti, justru karena adanya kewenangan itu, ini tidak mungkin dialksanakan oleh Advokat, karena dia tidak berwenang untuk mengeluarkan surat paksa kan? karena itu kewenangan langsung yang diberikan kepada panitia oleh undang-undang. Siapa tahu begitu ya? karena misalnya untuk urusan lain kan tidak dilarang oleh undang-undang ini untuk dilakukan oleh advokat. Artinya tidak secara tegas dikatakan dilarang. Maksud saya coba juga teliti kemungkinan itu siapa tahu memang hanya untuk bagian itu saja yang berkaitan dengan pasal yang lain itu. Kenapa larangan itu muncul misalnya itu. Ini juga bisa dikaitkan dengan Pasal 10 misalnya tentang Pengurusan Piutang Negara secara khusus ini kan? Coba juga kemungkinannya Saudara misalnya apakah ada hubungannya dengan Undang-Undang Kepailitan itu umpamanya itu, karena dia mempunyai sifat itu ya? Jadi semacam mempunyai sifat eksekutorial ini panitia ini ya? Kewenangan eksekutorial seperti itu.

Itu hanya saran dari saya, misalnya kalau logika itu misalnya ketemu dan ternyata tidak bertentangan kan menjadi tidak perlu kita membuang-buang waktu umpamanya untuk urusan ini, hanya misalnya untuk soal lain. Siapa tahu memang maksudnya bukan diskriminasi, tetapi kalau diskriminasi tentu harus diperiksa sesuai dengan Undang Undang Dasar begitu ya? Saya hanya menyarankan seperti itu sesuai dengan ketentuan daripada undang-undang karena kami diwajibkan untuk memberikan nasihat, maka kami mencoba menyarankan seperti itu. Sendainya ternyata tidak, tentu harus diteruskan ini diperiksa demikian. Tapi sebelum kami melaporkan ini kepada pleno sembilan Hakim Konstitusi, barangkali itu penting sekali untuk diperiksa. Logic atau logika, mengapa hanya dalam soal seperti yang disebut dalam ayat (1) itu tidak dibolehkan misalnya untuk diberikan kepada pengacara untuk pengurusan itu, apakah ini tersangkut paut dengan kewenangan yang lain, karena ketidakmungkinan untuk itu tidak diberikan memang kepada pengacara, tetapi harus langsung kepada panitia itu sendiri yang harus bertindak umpamanya melakukan pengurusan itu. Waktu itu kan belum ada Peradilan Niaga, belum ada curator dan sebagainya seperti itu, umpamanya siapa tahu ada kaitannya ke sana itu. Cobalah dicari dulu itu, tapi kalau memang menurut Saudara terdapat alasan kuat untuk menyatakan itu sebagai sesuatu yang diskriminatif, ya kita teruskan untuk memeriksa ini.

Demikian Pak Ketua. Terima kasih.

(10)

15. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Jadi, tadi nasihat tadi sebetulnya kalau Anda bisa mencarikan alasannya akan memperkuat dalil-dalil Anda di dalam melakukan permohonan ini. Jadi ini suatu hal yang ditambahkan oleh Pak Palguna. Coba kalau dibaca ketentuan pasal yang Anda maksud itu Pasal 12 ayat (2) kan? Dalam hal seperti yang dimaksud ayat (1) Pasal ini, maka dilarang, menyerahkan pengurusan piutang negara kepada Pengacara. Kalau dilihat apakah memang Pasal 12 ayat (2) itu penting ada, karena bunyi Pasal 1 begini, “Instansi-instansi pemerintah dan badan-bank negara yang dimaksudkan dalam pasal peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang yang ada dan besarnya pasti menurut hukum akan tetapi penanggung yang tidak mau melunasi mestinya kepada Panitia Urusan Piutang Negara”. Di sana diwajibkan sudah, kalau diwajibkan tidak ada pilihan lain kan sebetulnya, tetapi kenapa muncul ayat (2). Sebetulnya dengan ayat (1) saja siapapun juga selain Panitia Urusan Piutang Negara itu sudah tidak ada kesempatan lagi, kenapa muncul ayat (2)? Jadi Anda yang sudah merasakan bagaimana terkena ketentuan Pasal 12 ayat (2), saya kira bisa mencari sebabnya Anda sudah menawarkan jasa ke Bank-bank lain lalu terkendala oleh ketentuan ini ya? Supaya itu juga dikaji kalau bisa ya?

Berikutnya mungkin ini juga ada situasi yang berubah kalau Tahun 1960, situasinya masih perusahaan negara itu ya langsung negara, belum ada perusahaan negara yang kemudian go public jadi PT terbuka dan lain sebagainya. Barangkali itu juga hal-hal yang mempengaruhi ketentuan pasal ini. Oleh karena itu perubahan-perubahan itu juga mungkin akan mendorong atau memperkuat argumentasi Anda bahwa ini tidak sesuai lagi, meskipun sesuai pada zamannya, tapi pada saat badan-badan atau badan hukum yang dimiliki negara itu juga sudah ada yang go public dan lain sebagainya. Ini barangkali juga bisa dijadikan dasar untuk memperkuat argumentasi Anda.

Saya kira itu yang saya tambahkan, kemudian Anda sudah menyampaikan bukti-bukti. Pertanyannya adalah apakah kira-kira Anda yang menyampaikan bukti ini saja, yang sudah disampaikan? Ataukah akan berkembang nanti dalam sidang? Umpamanya saja akan menyampaikan disamping Saksi juga Ahli umpamanya saja. Kalau itu terpikir tidak harus dijawab sekarang, tapi nanti Anda bisa serahkan kepada Panitera bahwa Anda menginginkan adanya Saksi dan Ahli. Coba dijelaskan siapa Saksinya dan siapa Ahlinya, tentunya Ahlinya adalah Ahli yang berkaitan dengan persoalan pengelolaan keuangan kenegaraan ini. Jangan Ahlinya, nanti kenapa Ahli karena hukum tatanegara keahlian Dia. Ini adalah persoalan pengelolaan keuangan negara ya? Ini tambahan untuk kalau kemungkinan Anda akan menambahkan di samping Saksi juga Ahli di dalam persidangan nanti. Karena Anda sudah menyampaikan daftar bukti, maka saya akan sahkan saja daftar bukti-bukti yang Anda sampaikan di sini.

(11)

Saya mulai dengan:

1. Bukti P1. fotokopi KTP atas nama Pemohon, berarti ini ke-6 Pemohon sudah melampirkan disini semua ya? saya sahkan ya?

KETUK PALU 1X

2. Bukti 1B fotokopi kartu tanda pengenal atas nama para Pemohon. Ini maksudnya advokat. Ini saya sahkan.

KETUK PALU 1X

3. P2 fotokopi surat No.B 2059/V/KC/ADK/09/2006 dari PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, PT terbuka dan terucapkan di Jakarta record perihal tanggapan atas penawaran kerja sama, penanganan kasus kredit macet tertanggal 11 September. Ini berarti jawaban dari BRI terhadap penawaran jasa hukum Anda. Jadi ini surat ini surat Anda sendiri ya? diterima Anda sendiri. 16. KUASA PEMOHON : YAN RICARDO, SH.

Penolakan Pak.

17. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Iya penolakan, lalu Anda simpan sendiri. Karena di dalam pembuktian juga ditanyakan bagaimana Anda mendapatkan bukti itu, karena bukti itu ditujukan kepada Anda. Jadi milik Anda sendiri kan. Saya sahkan.

KETUK PALU 1X

Bukti P3A fotokopi Harian Seputar Indonesia Minggu 27 Agustus 2006 berarti ini Anda potong, lalu fotokopi kliping.

Saya sahkan.

KETUK PALU 1X

Bukti P3B fotokopi Harian Seputar Indonesia Rabu 22 Maret 2006 sama ini ya?

(12)

Saya sahkan,

KETUK PALU 1X

Bukti P3C fotokopi harian KOMPAS 22 Maret 2006 berjudul “Laba Mandiri Terkuras” ini Anda juga dapatkan dengan cara foto kopi di harian Kompas.

Saya sahkan.

KETUK PALU 1X

Fotokopi harian KOMPAS juga 24 Juli 2006 halaman 6 berjudul “Kebijakan Kepemilikan Tunggal.”

Saya sahkan juga.

KETUK PALU 1X

Bukti P5A fotokopi harian KOMPAS selasa 21 Maret 2006 halaman 18 yang berjudul “Mandiri dan BNI minta perlakuan yang sama”, didapatkan dari foto kopi di harian Kompas.

Saya sahkan juga.

KETUK PALU 1X

P5B fotokopi harian KOMPAS Kamis 23 Maret 2006 halaman 19 judul “Setoran Ke Negara Minim”. Anda mendaftarkan juga dari harian Kompas difoto kopi.

KETUK PALU 1X

Bukti P6 ini supaya diganti ya? Tapi substansi buktinya adalah UU No. 49 PRP Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara. Anda nanti menggantinya dari lembaran Negara, coba dicari ya?

Saya sahkan,

KETUK PALU 1X

P7 foto kopi surat 117/JAMS/BNW BRI/IX/06 tertanggal 1 september 2006 perihal penawaran jasa hukum. Ini surat Anda yang Anda sampaikan ya?

(13)

KETUK PALU 1X

Dengan ini tujuh sampai dengan bukti P7 sudah disahkan dan Anda masih mempunyai hak ntuk menambahkan Saksi atau Ahli dan itu nanti diserahkan kepada Panitera supaya nanti Majelis Hakim bisa mempertimbangkan mana Saksi, mana Ahli yang perlu didengar di dalam persidangan berikutnya.

Sebelum hal-hal lain ada yang Anda sampaikan mengenai nashat-nasihat yang diberikan oleh Majelis Hakim.

Silakan.

18. KUASA PEMOHON : YAN RICARDO, SH. Terima kasih Pak Hakim.

Tentang nasihat yang disampaikan oleh Pak Hakim tadi kepada kami akan kami perhatikan dan kami perbaiki dalam permohonan kami.

Terima kasih.

19. KETUA : Dr. HARJONO, S.H., M.C.L

Mengingat itu bukan hal-hal yang sangat sulit dan sebetulnya tidak mengubah permohonan, itu cepat Anda memperbaiki dalam waktu 14 hari maka akan lengkap permohonan Anda, dan nanti panel akan melaporkan kepada pleno apakah perlu diperiksa oleh panel lagi ataukah langsung diperiksa dalam pleno. Itu nanti akan kami minta pertimbangan dalam pleno, tapi kami harap bahwa Anda bisa mempergunakan waktu sebaik-baiknya dalam jangka 14 hari dan saya kira itu tidak sulit, karena tidak menyangkut hal yang prinsipal. Kalau memang tidak ada hal-hal lagi yang ingin disampaikan, cukup ya?

Saya pemeriksaan pendahuluan untuk hal ini saya nyatakan cukup dan akan dilanjutkan pada persidangan berikutnya dengan pemberitahuan dari Panitera, kapan sidang itu dilaksanakan.

Dengan ini sidang saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi fisik, imtelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa

Proses penyadaran dan pendampingan yang dilakukan kepada kelompok kebersihan pasar Desa Sekaran membutuhkan refleksi agar mengetahui keterkaitan antara teori yang

Kegiatan tersebut dimulai dengan menyusun pilihan strategi yang tepat dengan mengindenƟ fi kasi target-target yang jelas,“ key acƟ vity” yang relevan beserta ukuran-ukuran kinerja

Sunnah yang ditransformasikan ke dalam arsitektur dengan nuansa Sekolah Tinggi yang Islami dan pendidikan sesuai dengan tema dan fungsi ilmu pengetahuan dapat

Pada aplikasi 1: Gambar 1, 2 dan 3 dapat dilihat Pada aplikasi 2: Gambar 4, 5 dan 6 dapat dilihat bahwa prosentase kematian larva Aedes aegypti pada bahwa prosentase

Dalam bahasa Inggris ada ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk memperkenalkan diri sendiri dan seseorang atau orang lain, memberikan salam kepada orang yang

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Earning per Share, Rerturn on Asset, Return on Equity, dan

Kompresor dalam pengoperasian sering mengalami gangguan yang menyebabkan kompresor tidak bekerja secara optimal. Sehingga dalam memproduksi udara yang dihasilkan