• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Tengah selama Desember 2016 sebesar 98,81 persen, naik 0,43 persen dibandingkan NTP bulan November 2016. Hal ini disebabkan oleh kenaikan NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,45 persen), hortikultura (0,51 persen), dan peternakan (0,06 persen).

 Indeks harga yang diterima petani (It) naik 1,83 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 1,31 persen.

 NTP tertinggi terjadi pada subsektor perikanan sebesar 106,81 persen, sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 95,22 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) sebesar 106,65 persen, naik 1,27 persen dibandingkan November 2016 yang sebesar 105,38 persen.

 Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 126,45 atau terjadi inflasi 1,27 persen, yang disebabkan oleh meningkatnya indeks harga semua kelompok pengeluaran, kecuali kelompok perumahan.

o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007

No. 03/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Selama Desember 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 98,81 Persen dan Terjadi Inflasi di Wilayah Perdesaan sebesar 1,27 Persen.

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Dari hasil pemantauan harga penjualan komoditas hasil pertanian di tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumahtangga terhadap barang atau jasa di wilayah perdesaan selama Desember 2016 menunjukkan bahwa NTP Provinsi Kalimantan Tengah meningkat 0,43 persen, yaitu dari 98,38 di November 2016 menjadi 98,81 di Desember 2016. Secara umum hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,83 persen, relatif lebih tinggi dari indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 1,31 persen. Disisi lain, kenaikan NTP juga dipengaruhi oleh menguatnya nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,45 persen, hortikultura sebesar 0,51 persen, dan peternakan sebesar 0,06 persen.

(2)

Grafik 1

Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Desember 2015 – Desember 2016

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) mencerminkan tingkat fluktuasi harga komoditas hasil pertanian yang dihasilkan petani. Selama Desember 2016, indeks harga yang diterima petani meningkat 1,83 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya It pada beberapa subsektor meliputi tanaman perkebunan rakyat sebesar 3,02 persen, hortikultura sebesar 2,02 persen, peternakan sebesar 1,23 persen, perikanan sebesar 1,00 persen, dan tanaman pangan sebesar 0,65 persen.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh komponen pengeluaran rumahtangga terhadap fluktuasi harga barang dan jasa, baik untuk keperluan konsumsi maupun produksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani selama Desember 2016 meningkat 1,31 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya Ib pada semua subsektor meliputi tanaman pangan sebesar 1,43 persen, hortikultura sebesar 1,32 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,30 persen, peternakan sebesar 1,16 persen, dan perikanan sebesar 1,12 persen.

4. NTP Menurut Subsektor

Besarnya nilai tukar hasil produksi di tingkat petani produsen, memiliki korelasi positif terhadap tingginya perubahan indeks harga pada kelompok komoditas yang dicakup dalam lima subsektor meliputi tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Oleh karenanya, NTP mengindikasikan seberapa kuat daya tukar hasil produksi pertanian terhadap tingkat

90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 It Ib NTP

(3)

harga di pasaran, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun biaya produksi pada masing-masing subsektor selama periode yang sama.

Tabel 1

NTP Menurut Subsektor dan Perkembangannya November - Desember 2016

Kelompok dan Sub Kelompok November 2016 Desember 2016 Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) 96,66 96,08 -0,58 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 97,94 97,87 -0,07 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,28 120,93 0,65

- Padi 120,74 121,45 0,71

- Palawija 112,35 111,89 -0,46

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 124,43 125,86 1,43

- Indeks Konsumsi RumahTangga 124,80 126,37 1,57

- Indeks BPPBM 122,81 123,55 0,74

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 105,17 105,68 0,51 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 117,54 119,62 2,08 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 128,56 130,58 2,02

- Sayur-sayuran 114,28 117,63 3,35

- Buah-buahan 133,23 134,78 1,55

- Tanaman Obat 136,79 139,29 2,50

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 122,24 123,56 1,32

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,56 126,15 1,59

- Indeks BPPBM 109,37 109,16 -0,21

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 93,77 95,22 1,45 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 102,15 104,44 2,29 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 114,84 117,86 3,02

- Tanaman Perkebunan Rakyat 114,84 117,86 3,02

d. Indeks Harga yang DibayarPetani (Ib) 122,47 123,77 1,30

- Indeks Konsumsi RumahTangga 124,70 126,20 1,50

- Indeks BPPBM 112,43 112,85 0,42

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 100,82 100,88 0,06 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 109,21 110,03 0,82 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,58 121,81 1,23

- Ternak Besar 125,85 126,35 0,50

- Ternak Kecil 114,14 115,99 1,85

- Unggas 118,88 120,06 1,18

- Hasil Ternak 133,67 135,62 1,95

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,59 120,75 1,16

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,34 125,94 1,60

(4)

Kelompok dan Sub Kelompok November 2016 Desember 2016 Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 5. Perikanan

a. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 106,97 106,81 -0,16 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 115,99 116,97 0,98 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130,00 131,00 1,00

- Penangkapan 135,91 137,59 1,68

- Budidaya 118,74 118,43 -0,31

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,52 122,64 1,12

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,83 129,75 1,92

- Indeks BPPBM 112,08 111,99 -0,09

5.1 Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 112,09 112,47 0,38 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 121,83 123,46 1,63 c. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 135,91 137,59 1,68

- Penangkapan Perairan Umum 134,66 135,69 1,03

- Penangkapan Laut 136,53 138,55 2,02

d. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 121,25 122,33 1,08

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,78 129,66 1,88

- Indeks BPPBM 111,55 111,45 -0,10

5.2 Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 97,30 96,10 -1,20 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 105,01 104,77 -0,24 c. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 118,74 118,43 -0,31

- Budidaya Air Tawar 118,81 118,47 -0,34

- Budidaya Air Payau 117,85 117,85 0,00

d. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 122,04 123,23 1,19

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,91 129,91 2,00

- Indeks BPPBM 113,07 113,03 -0,04

Gabungan (Provinsi KalimantanTengah)

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 98,38 98,81 0,43 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 105,38 106,65 1,27 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,47 122,30 1,83 d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 122,46 123,77 1,31

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,87 126,45 1,58

- Indeks BPPBM 114,33 114,67 0,34

Kenaikan nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat selama Desember 2016, terutama dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat seperti karet sebesar 3,02 persen. Pada subsektor hortikultura, kenaikan nilai tukar disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok sayur-sayuran sebesar 3,35 persen, tanaman obat sebesar 2,50 persen, dan buah-buahan sebesar 1,55 persen. Pada subsektor peternakan, berasal dari meningkatnya indeks harga pada kelompok hasil ternak sebesar 1,95 persen, ternak kecil sebesar 1,85 persen, unggas sebesar 1,18 persen, dan ternak besar sebesar 0,50 persen.

(5)

Pada bulan yang sama, terjadi penurunan nilai tukar pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,58 persen. Penurunan nilai tukar pada subsektor tanaman pangan dipengaruhi oleh menurunnya indeks harga kelompok palawija sebesar 0,46 persen, sementara indeks harga kelompok padi mengalami peningkatan sebesar 0,71 persen. Adapun pada subsektor perikanan, penurunan nilai tukar berasal dari menurunnya indeks harga pada kelompok perikanan budidaya sebesar 0,31 persen. Sementara itu, indeks harga kelompok perikanan tangkap meningkat 1,68 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

5. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai tukar usaha rumahtangga pertanian mengalami peningkatan sebesar 1,27 persen, yakni dari 105,38 di November 2016 menjadi 106,65 di Desember 2016. Relatif lebih tingginya NTUP dibandingkan NTP yang hanya sebesar 98,81 persen selama Desember 2016, mengindikasikan bahwa secara umum tingginya tingkat pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga petani, termasuk peternak dan nelayan, berperan cukup signifikan dalam menurunkan tingkat nilai tukar dari waktu ke waktu.

Tabel 2

Inflasi/Deflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Desember 2016

Kelompok Pengeluaran Des 2015 Nov 2016 Des 2016 Inflasi Des 2016 Laju Inflasi Kumulatif Tahun 2016 Inflasi Tahun ke Tahun [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

Konsumsi Rumah Tangga 122,91 124,87 126,45 1,27 2,88 2,88

1 Bahan Makanan 126,35 127,95 130,84 2,26 3,55 3,55

2 Makanan Jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau 120,92 127,42 128,30 0,69 6,10 6,10

3 Perumahan 115,43 118,94 118,87 -0,06 2,98 2,98

4 Sandang 119,19 122,35 123,03 0,56 3,22 3,22

5 Kesehatan 117,22 121,85 122,80 0,78 4,76 4,76

6 Pendidikan, Rekreasi, dan

Olah raga 112,72 114,79 115,01 0,19 2,03 2,03

7 Transportasi, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan 126,69 118,09 118,38 0,25 -6,56 -6,56

6. Inflasi/Deflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran

Perubahan indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga di perdesaan pada hakekatnya mencerminkan tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi di wilayah perdesaan secara umum. Dilihat dari kelompok pengeluaran rumahtangga, terjadi inflasi sebesar 1,27 persen selama Desember 2016. Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pengeluaran konsumsi rumahtangga pada kelompok bahan makanan sebesar 2,26 persen dan diikuti oleh kelompok

(6)

kesehatan sebesar 0,78 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,69 persen, sandang sebesar 0,56 persen, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,25 persen, serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,19 persen. Sementara itu, indeks harga pengeluaran konsumsi rumahtangga pada kelompok perumahan menurun 0,06 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Laju inflasi hingga bulan Desember 2016 tercatat 2,88 persen, yang didominasi oleh tingginya tingkat inflasi enam kelompok pengeluaran yakni makanan jadi, miuman, rokok, dan tembakau sebesar 6,10 persen, kesehatan sebesar 4,76 persen, bahan makanan sebesar 3,55 persen, sandang sebesar 3,22 persen, perumahan sebesar 2,98 persen, serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 2,03 persen. Dibandingkan dengan tingkat inflasi pada bulan yang sama tahun sebelumnya, terjadi inflasi sebesar 2,88 persen selama Desember 2016. Secara umum, kelompok pengeluaran pengendali tingkat inflasi masih sama yakni didominasi oleh keenam kelompok pengeluaran di atas.

Tabel 3

Perkembangan Inflasi/Deflasi Bulanan di Perdesaan Desember 2015 - Desember 2016

Tahun Bulan Inflasi Bulanan Laju Inflasi Tahun Kalender Inflasi Tahun ke Tahun (1) (2) (3) (4) (5) 2015 Desember -0,41 0,42 3,99 2016 Januari 0,38 0,38 4,04 Februari -0,10 0,28 4,58 Maret 0,55 0,84 4,82 April -0,41 0,42 3,99 Mei 0,41 0,84 3,42 Juni 0,28 1,12 3,12 Juli 0,91 2,04 3,67 Agustus -0,39 1,64 3,08 September 0,19 1,84 3,57 Oktober -0,65 1,18 2,69 November 0,41 1,59 2,68 Desember 1,27 2,88 2,88

Selama setahun terakhir, tingkat inflasi tertinggi terjadi di Desember 2016 yaitu sebesar 1,27 persen. Inflasi terendah terjadi di September 2016 yaitu sebesar 0,19 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Oktober 2016 sebesar 0,65 persen. Sementara itu, rata-rata laju inflasi tahun kalender hingga Desember 2016 masih di bawah 2,00 persen, kecuali di Juli 2016 dan Desember 2016 yang masing-masing sebesar 2,04 persen dan 2,88 persen. Berdasarkan inflasi tahun ke tahun, rata-rata inflasi triwulan I tahun 2016 mencapai 4,48 persen atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II yang sebesar 3,51

(7)

persen. Memasuki triwulan III menurun kembali menjadi 3,44 persen hingga ke triwulan IV menjadi hanya 2,75 persen.

Referensi

Dokumen terkait

Kecenderungan kedua iklim ekstrim tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pertanian dalam delapan tahun ke depan akan dihadapkan pada masalah iklim ekstrim El Nino dan La

Di antara konsep integrasi keilmuan berdasarkan paradigma keilmuan yang dikembangkan oleh beberapa UIN di Indonesia yang penulis kaji dalam tulisan ini adalah

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

Wilayah kabupaten yang memiliki jumlah penduduk yang padat, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang menunjukkan grafik meningkat meski dalam nilai kecil, mengemban

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Hasil temuan di tujuh negara yang dikaji di dalam studi ini—Kanada, China, Jerman, India, Indonesia, Singapura dan Thailand—menunjukkan bahwa sektor TIK dan

Pengembangan delivery channel baru yang disediakan Artajasa adalah untuk memperluas channel yang dapat digunakan pelanggan dalam melakukan transaksi elektronis

Hasil simulasi menunjukan kondisi terbaik diperoleh pada saat sistem mendapat injeksi daya reaktif saat kapasitor 15 MVAR dipasang pada bus Bagan Batu, sedangkan