• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PEMBAHASAN DESAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 HASIL PEMBAHASAN DESAIN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

27

HASIL PEMBAHASAN DESAIN

5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran Buku

Ukuran buku adalah 19 x 24 cm dengan orientasi kertas vertikal. 5.1.2 Jenis Cover

Sampul buku menggunakan hard cover untuk menjaga ketahanan buku.

5.1.3 Material

Buku Kumpulan Puisi Grafis “Pada Bantal Berasap” menggunakan kertas Coronado 210 gram untuk bagian isinya dengan kombinasi kertas Coronado 270 gram dan kalkir pada halaman separator.

5.2. Rancangan Buku

5.2.1 Pengelompokkan Puisi dalam Buku

Menghasilkan suatu sintesis visual antara struktur puisi dengan struktur desain komunikasi visual merupakan salah satu tujuan utama tugas akhir ini. Oleh karena itu, dilakukan penyesuaian isi buku untuk membentuk alur agar memudahkan pembaca dalam membaca dan menyusuri visual di tiap halamannya.

Adapun isi buku disusun ulang menjadi tiga bagian kumpulan puisi pilihan berdasarkan tema yang diangkat, yakni:

(2)

a. Bagian 1: “Perjalanan di Kebun Belakang”, bertema hubungan personal;

b. Bagian 2: “Pakaian Kotor di Dasar Jurang”, berisikan permainan kata yang dilakukan oleh Afrizal Malna; dan c. Bagian 3: “Pidato-Pidato dari Bantal Berasap”, yang

mengangkat isu politik.

5.2.2. Personaliti

Transformasi puisi-puisi dari buku ini ke dalam visual, terutama tipografi, dilakukan dengan pendekatan yang terbagi menjadi tiga, yakni sesuai dengan pembagian isi buku: Bagian 1, Bagian 2, dan Bagian 3.

Dalam eksekusi visualnya, penulis berangkat dari personaliti dan kata kunci di masing-masing babnya; di mana masing-masing puisi menghadirkan tidak hanya pendekatan konteks yang berbeda namun juga penyampaian pesan yang berlainan. Oleh karena itu, pendekatan visual yang berbeda dilakukan untuk mendukung hal tersebut berdasarkan pembagian isi buku tersebut di atas, yaitu:

a. Bagian 1: “Perjalanan di Kebun Belakang” - Mengangkat tema hubungan personal.

- Personaliti dan kata kunci: personal, humanis, seperti bertutur / bercerita, menunjukkan relasi manusia terutama emosi dan ketubuhan diri, cenderung lambat dan mengalun.

- Pendekatan visual: mengutamakan legibility, menggunakan elemen dasar garis dan geometri digunakan sebagai bentuk transformasi relasi dasar sebagai manusia (personal).

(3)

b. Bagian 2: “Pakaian Kotor di Dasar Jurang”

- Berisi permainan kata-kata dan hampir sangat sulit untuk memahami puisinya secara harafiah.

- Personaliti dan kata kunci: playful, dinamis, meletup-letup, berpola, adanya repetisi, beritme, dan seperti berketukan (staccato)

- Pendekatan visual: mengutamakan readability dalam komposisinya untuk menghadirkan keserentakan yang dianggap telah ‘hilang’ oleh Afrizal Malna melalui kelinieran bahasa.

c. Bagian 3: “Pidato-Pidato dari Bantal Berasap” - Mengangkat tema politik.

- Personaliti dan kata kunci: adanya kecemasan, ketergesaan atau seperti degupan jantung dan helaan nafas, kekecewaan, amarah yang ditekan.

- Pendekatan visual: komposisi timpang tindih, chaos, dekonstruktif.

5.2.3. Transformasi Puisi ke Komposisi Visual

Dalam proses transformasi puisi ke komposisi visual, penulis mengaplikasikan strategi transformasi sebagaimana yang telah disampaikan pada Bab 4 dengan anomali urutan proses pada puisi yang berbeda.

Adapun proses tersebut secara garis besar adalah: Pembacaan Pencatatan Kata Kunci Pencatatan Konten dan Konteks Puisi Studi Literasi akan Konteks dan Konten yang dimuat dalam Puisi Sketsa Alternatif Visual dengan pivot dasar: 1).

(4)

Berbasis konten / diksi dalam puisi, dengan pendekatan visual Harafiah dan Majas; dan 2). Berbasis form, dengan melakukan analisa struktur puisi yang ‘dicerminkan’ ke dalam komposisi visual yang lebih abstrak Pengkajian kembali sketsa-sketsa alternatif yang dibuat dengan melakukan: 1). Pembacaan kembali puisi, 2). Pemahaman konteks dan konten melalui literasi, maupun 3). Korespondensi dengan Afrizal Malna terkait puisi yang ditransformasikan Eksekusi komposisi visual dari sketsa terpilih. Sebagai contoh, adalah proses transformasi pada puisi berjudul Mesin Tik Merah (teks dalam lampiran). Dalam Mesin Tik Merah, penulis mencatat beberapa kata yang menjadi kunci / pokok / petunjuk mengenai puisi tersebut yang sering muncul dan mendapat penekanan. Kata-kata tersebut antara lain: ‘tuan’, ‘mesin tik’, ‘(warna) merah’, ‘hidung dan lendir’, dan ‘pasar (yang bangkrut)’.

Dalam proses transformasi puisi ini, penulis melakukan pendekatan sketsa dengan berangkat dari penggunaan kata tersebut. Sehingga, pada sketsa alternatif, hadir beberapa pendekatan: visual mesin tik (yang akan diwarnai merah), visualisasi bunyi mesin tik yang beritme, komposisi bekas jentikan jari yang menekan tuts mesin tik, maupun secarik kertas berisikan puisi yang muncul dari mesin tik berwarna merah.

(5)

Kemudian, penulis melakukan pembacaan kembali teks puisi Mesin Tik Merah dan melakukan studi literasi berdasarkan kata-kata kunci yang telah penulis catat tersebut di atas. Selama studi literasi, penulis menemukan beberapa kata lain yang juga menjadi petunjuk mengenai konteks puisi, yakni: ‘lelaki berjanggut’, ‘buruh’, dan ‘massa’; yang kemudian membawa penulis pada pemahaman bahwa puisi Mesin Tik Merah erat berkaitan dengan maupun berbicara tentang Marxisme. Sehingga, memunculkan poin kunci baru yang menjadi dasar komposisi visual final, yakni: kritik satire terhadap kapitalisme (yang diwakili oleh si ‘Tuan’) dengan berlandaskan paham-paham Marxisme (buruh yang mengecat mesin tik merah; dengan ‘mesin tik merah’ yang mengarah pada penyampaian gagasan dan kritik dengan semangat ‘merah’ / pemikiran Kiri).

Dari sana, transformasi puisi Mesin Tik Merah pun dilakukan dengan ‘merangkum’ gagasan besar dari puisi tersebut. Di mana, dengan gagasan besar tersebut, hadir visual yang menggambarkan sifat memberontak, mencitrakan Marxisme atau bahkan sosok Marx (si ‘lelaki berjanggut’) itu sendiri, dan terkesan meneror. Hal tersebut dihadirkan dengan:

a) Font seperti mesin tik yang tumpang tindih; b) Gambar / ilustrasi yang ‘rusak’;

c) Penggunaan warna merah yang identik dengan simbol Marxisme, warna kuning yang bersama warna merah identik dengan bendera Komunisme, dan warna hitam sebagai kontras dalam komposisi visual (yang sekaligus juga digunakan pada bendera Merah Hitam – Anarkisme Komunisme);

d) Sublimasi elemen grafis yang menyimbolkan Marxisme (dan turunannya), seperti: bintang kuning di atas latar merah (seperti pada bendera negara komunis Cina), palu

(6)

dan arit sebagai lambang Komunisme yang dimodifikasi menjadi huruf ‘R’ pada kata ‘BURUH’, maupun ilustrasi wajah Marx yang telah di’rusak’.

(7)

Pendekatan dan proses transformasi yang hampir serupa (berbasis konten dan penekanan konteks) juga terjadi pada puisi berjudul Chaves untuk Rambut yang Tak Mau Disisir. Ketegangan antara Hugo Chavez selaku Presiden Venezuela dengan George Bush selaku Presiden Amerika Serikat yang disampaikan dengan gaya menyindir yang kental menjadi gagasan besar puisi tersebut. Elemen utama merah, biru, dan kuning diadaptasi dari warna bendera untuk mewakili kedua negara tersebut (merah dan biru pada bendera Amerika Serikat dan kuning-merah-biru pada bendera Venezuela).

Proses transformasi dan pendekatan sintesis yang lain terjadi pada puisi Black Box yang memberikan penekanan pada permainan kata, dengan puisinya yang berbunyi:

nabi. kalau n diganti dengan b, dia menjadi babi. tidak nabi. kalau b diganti dengan n, dia menjadi nani. tidak babi. black box. kalau b diganti dengan p, dia menjadi napi. tidak nani. kalau n diganti dengan r, dia menjadi rabi. black box. tidak napi. kalau b diganti dengan s, dia menjadi nasi. kalau s diganti dengan r, dia menjadi nari. black box. tidak rabi atau nasi. black box, sayangku. pohon kamboja itu ada 5 meter di depan kita. black box. tapi setiap kata yang kita tanam, jaraknya tak terukur. lebih jauh jarak dari musim semi dengan seekor keong yang berjalan di atas lidah kita. black box: nabi, babi, nani, napi, rabi, nasi, nari ...

aku tak tahu bagaimana kata-kata menciptakan kembali manusia seperti speaker dalam kobaran api. black box.

Pengotak-atikan konsonan pada susunan kata awal ‘nabi’ di mana huruf vocal ‘a’ dan ‘i’ tetap posisinya membangun suatu sistem tertentu dari kemisteriuan teks dan bahasa yang menjadi gagasan utama si puisi. Adapun penulis catat sistem pengotak-atikan tersebut adalah: Nabi Babi / Nabi Nani / Babi Napi / Nani Rabi / Napi Nasi Nari / Rabi / Nasi.

(8)

Dari sistem pengotak-atikan kata dan bahasa yang dilakukan Afrizal Malna di atas, penulis melakukan brainstorming beberapa pendekatan untuk mencoba ‘memetakan’ secara visual pergerakan dari ‘nabi’ hingga ‘nari’.

(9)

Dari beberapa percobaan pendekatan dari sketsa-sketsa di atas, adapun ‘pemetaan’ yang penulis eksekusi menjadi komposisi visual adalah yang sebagai berikut:

(10)

Dalam seluruh proses transformasi yang penulis lakukan hingga tersusun buku publikasi yang menjadi Tugas Akhir penulis ini, proses transformasi di atas mengalami anomali. Penyesuaian alur proses terjadi terkait dengan puisi-puisi pilihan di masing-masing bagiannya (Bagian 1, Bagian 2, dan Bagian 3) menuntut pendekatan yang berbeda pula. Penyesuaian tersebut disebabkan oleh faktor pembacaan dan pemahaman konten dan konteks yang mempengaruhi pemilihan komposisi untuk dieksekusi.

5.2.4. Sistem Tipografi

Dalam buku ini, penulis mencoba melakukan juga eksperimentasi sistem tipografi dengan menggunakan lebih dari 3 jenis font dalam satu sistem komposisi.

a. Font Utama

Font-font utama yang digunakan dalam buku ini adalah : - Arnhem Fine Normal Italic,

- Arnhem SmallCaps Blond dan Blond Italic, - Letter Gothic Medium dan Slanted,

- Lekton Italic,

- Mission Gothic Italic,

(11)

Gambar 8: Font Utama yang Digunakan

- beberapa font pendukung di puisi yang berbeda, sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh puisi tersebut secara khusus. Misalnya, penggunaan Frusciante Hand dalam puisi ‘Apakah Kamu Masih Sekolah Jilan’ yang menampilkan dialog antara dua orang berbeda kepribadian, yakni Ayah (Arnhem Fine Blond Italic) dan si anak, Jilan (Frusciante Hand).

(12)

Gambar 9: Pratinjau Penggunaan Font Pendukung

b. Aplikasi penggunaan font

Untuk menjaga kesatuan rancangan buku, sekelompok font-font tersebut di atas penulis aplikasikan dan modifikasi sebagai namestyle buku.

(13)

Gambar 10: Namestyle Buku

Selain digunakan sebagai namestyle buku, modifikasi font tersebut digunakan dalam separator di tiap bagian buku.

Gambar 11: Tampilan Separator Buku

Sistem font dalam buku ini juga dilakukan pada setiap judul puisi, yakni menggunakan Arnhem Normal Italic 14 pt.

(14)

5.2.5. Sistem Grid

Di setiap halamannya, buku ini terbagi ke dalam dua jenis jumlah pembagian kolom, yakni:

a. Halaman 5 kolom

Pembagian halaman ke dalam 5 kolom dilakukan pada halaman judul setiap puisi dan halaman teks puisi sebelum ditransformasikan ke dalam komposisi puisi grafis; di mana judul puisi selalu berada di halaman ganjil (sebelah kanan) dengan paragraf rata tengah di kolom ketiga baris keempat. Sementara, teks puisi berada di halaman genap (sebelah kiri).

(15)

Gambar 13: Grid 5 Kolom Halaman Teks Puisi

b. Halaman 10 kolom

Pembagian halaman ke dalam 10 kolom dilakukan pada judul bagian buku pada halaman separator dan halaman isi setiap puisi. Judul halaman bagian dan halaman pertama dari setiap puisi selalu berada di halaman ganjil (sebelah kanan).

(16)

Gambar 14: Grid 10 Kolom Halaman Isi Puisi

(17)

5.2.6. Item Pendukung

Sebagai pendukung dari buku yang dirancang sebagai tugas akhir ini, penulis juga merancang beberapa item yang dapat mengikat mood buku secara menyeluruh sekaligus berfungsi sebagai souvenir untuk keperluan kegiatan tertentu, seperti: peluncuran buku, forum diskusi atau bedah buku, festival pembaca Indonesia, dan sejenisnya. Visual dalam item pendukung menggunakan namestyle buku, kutipan / pratinjau dari isi buku, dan kutipan dari hasil wawancara dengan Afrizal Malna tentang puisi dan kepenyairannya. Item pendukung tersebut antara lain:

a. Pembatas Buku, berukuran 5,5 x 14,5 cm;

Gambar 16: Pembatas Buku

b. Infografik Mini tentang Afrizal Malna 30 x 10,5 cm (spread);

(18)

Gambar 17: Infografik tentang Afrizal Malna

c. Seri Kartu Pos, berukuran 10,5 x 12 cm;

Gambar 18: Pratinjau Seri Kartu Pos

d. Notes Kecil, berukuran 8,5 x 11,5 cm; e. Notes Sedang, berukuran 11 x 16 cm;

Gambar

Gambar 4: Contoh Sketsa Alternatif Puisi Mesin Tik Merah
Gambar 5: Komposisi final puisi Mesin Tik Merah
Gambar 6: Sketsa-Sketsa Brainstorming Komposisi Black Box
Gambar 7: Komposisi Final Puisi Black Box
+3

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan bisa diambil penulis berdasarkan dari konsep pengambilan keputusan dari Lovell adalah keputusan Jepang yang melakukan investasi dalam proyek PLTU Batang tidak bisa

Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah di Unpad kampus Jatinangor meskipun bahasa pertamanya bukan bahasa Sunda mulai menggunakan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN 1 Tambirejo yang telah melaksanakan tindakan kelas dengan

0HPDQJ EXGD\D SRSXOHU GHQJDQ PHGLD PDVVDQ\D WHODK EHUKDVLO PHPEHULNDQ DSD \DQJ PDQXVLD LQJLQNDQ GHQJDQ PHQFLSWDNDQ DWDX PHPEHQWXN VHEXDK UHDOLWDV EDUX 1DPXQ VHSHUWL \DQJ GLMHODVNDQ

Penelitian ini menilai perilaku dari masing-masing individu pengguna laporan posisi keuangan berdasarkan tiga variabel, yaitu tingkat pendidikan menggambarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Pemikiran yang dimaksud adalah tujuan dan kurikulum pendidikan Islam.Adapun mengenai pemikiran Azyumardi Azra terhadap pendidikan Islam yakni perhatiannya terhadap

Sementara Baitul Tamwil merupakan lembaga komersial dengan pendanaan dari pihak ketiga, bisa berupa pinjaman atau investasi untuk mengembangkan usaha-usaha