• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 07, Nomor 01, Juni Kata Kunci: Kemampuan Memahami, Pembelajaran Akidah Akhlak, Makhluk Gaib, Metode Snowball Throwing.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 07, Nomor 01, Juni Kata Kunci: Kemampuan Memahami, Pembelajaran Akidah Akhlak, Makhluk Gaib, Metode Snowball Throwing."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Makhluk Gaib dengan

Menggunakan Metode

Snowball Throwing

di Kelas III Madrasah

Ibtidaiyah Al-Islah Gedangan Sidoarjo

 

Abstrak: Materi Makhluk Gaib, dilapangan guru sering menggunakan metode cerita dan ceramah. Peserta didik sebagian besar merasa bosan dan sangat pasif dalam kegiatan pembelajaran serta 50% peserta didik belum mampu memahami materi Makhluk Gaib. Melihat fakta di atas, peneliti memiliki inisiatif untuk merubah metode yakni menggunakan metode Snowball Throwing. Adapun permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah metode Snowball Throwing dapat meningkatkan pemahaman materi makhluk gaib? Sedangkan tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi Makhluk Gaib setelah diterapkannya metode Snowball Throwing. Jenis penelitian ini, penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan sebanyak satu siklus. Satu siktlus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas III di MI Al-Islah Gedangan Sidoarjo. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes (pre-test dan post-test). Dari hasil didapatkan bahwa ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yaitu dengan penerapan metode Snowball Throwing ketuntasan siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat menjadi 83%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode Snowball Throwing dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan pemahaman siswa pada materi Makhluk Gaib Siswa Kelas III di MI Al-Islah Gedangan Sidoarjo.

Kata Kunci: Kemampuan Memahami, Pembelajaran Akidah Akhlak, Makhluk Gaib, Metode Snowball Throwing.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

(2)

pembangunan adalah pelaksanaan pendidikan formal di sekolah. Pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah itu secara berjenjang dan berkesinambungan, dimulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dimana tiap jenjang pendidikan mempunyai peranan sendiri terhadap siswa yaitu mempersiapkan diri dan memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan kemampuan yang berupa ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar siap terjun di dalam kehidupan masyarakat.

Seorang guru dalam pendidikan memegang peranan yang penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoretis tetapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena seorang guru dalam pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus berupaya. Agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi siswa. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik, dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, sehingga mengalami ketidaktuntasan dalam belajarnya.

Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa dengan guru. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap ke dalam struktur kognitif siswa. Siswa dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap ingatan saja tanpa pengertian (rote learning) tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna (meaning learning). Agar terjadi transfer belajar yang efektif, penggunaan media serta metode mengajar guru harus sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Pendidikan merupakan usaha sadar melalui proses pendewasaan bagi manusia. Pendidikan dapat mengubah cara berfikir, sikap, berperilaku, dan berbuat dalam diri seseorang. Pendidikan memiliki berbagai bidang, salah satunya pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang menekankan pada pembahasan mengenai agama, memiliki keterkaitan dan kepentingan, khususnya bagi orang beragama Islam.

Pengajaran dalam pendidikan agama Islam meliputi tata cara, hukum, dalil Al-Quran ataupun hadits yang dijadikan sebagai landasan hidup manusia yang beriman, bertaqwa, dalam menjalankan dan mengamalkan perintah Allah SWT serta menjauhi larangan-Nya.

Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi yang semakin pesat, secara otomatis menuntut adanya pembaharuan (inovasi) dalam bidang pendidikan. Pendidikan tidak cukup diselenggarakan hanya secara tradisional, namun tanpa adanya target yang jelas dan tidak adanya prosedur percapaian target yang terbukti efektif dan efisien. Apabila kita tetap mempertahankan cara tradisional tanpa mengadakan perubahan sama sekali, maka sudah jelas umat Islam dan pendidikan

(3)

Islam akan semakin jauh tertinggal dalam segala aspek. Untuk itu perlu adanya inovasi dalam pendidikan Islam agar terlahir pendidikan Islam yang berkualitas.

Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara pendidik, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Pendidik juga tidak boleh menganggap remeh metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran sangatlah beragam, tentunya penggunaan metode ini harus disesuaikan dengan materi pelajaran, tujuan penggunaan metode, situasi dan kondisi, kemampuan pendidik mengaplikasikannya, dan sarana atau fasilitas yang ada.

Dalam upaya peningkatan pemahaman materi akidah akhlak, maka diperlukan berbagai terobosan baik dalam ketepatan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Untuk meningkatkan pemahaman materi kepada siswa, maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik di dalam belajar mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran lebih optimal maka guru diharapkan mampu menerapkan metode pembelajaran yang menarik sehingga siswa termotivasi dalam pembelajaran. Sebagai tenaga pendidik yang profesional guru harus tetap dapat memberikan cara untuk memahamkan materi di antaranya melalui metode Snowball Throwing

menggunakan masalah dalam kehidupan siswa yang diangkat sebagai suatu awal permasalahan dalam pembelajaran yaitu guru meminta seluruh siswa mencermati gambar yang diberikan oleh guru, kemudian siswa diajak untuk memahami materi yang telah dijelaskan oleh salah satu temannya, jika terdapat hal-hal yang dianggap masih kurang faham, guru menjelaskan materi yang belum difahami oleh siswa.

Dari hasil yang dilaksanakan oleh peneliti pada anak madrasah ibtidaiyah kelas III di MI Al-Islah Gedangan Sidoarjo memiliki tingkat belajar yang cukup terbilang rendah dan nilainya di bawah kompetensi ketuntasan minimal pada materi akidah akhlak. Menurut hasil wawancara denganBapak Haris selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak oleh peneliti pada tanggal 11 April 2015, kelas III MI Al-Islah bahwasannya sebuah pembelajaran materi akidah akhlak dari 30 siswa, hanya rata-rata 50% yang memiliki ketuntasan dalam materi akidah akhlak dan yang belum tuntas mencapai rata-rata 50%. Metode ceramah serta cerita yang digunakan guru pada pengajaran materi makhluk gaib membuat siswa merasa bosan, jenuh, monoton, ramai sendiri dan kurang menarik perhatian siswa untuk memahami materi. Serta hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas III tersebut. Kurangnya memahami isi bacaan ini disebabkan oleh fakor kurangnya konsentrasi siswa dalam pemahaman materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu diperburuk keadaan kurangnya minat baca siswa. Hal ini tentu saja akan membawa pengaruh terhadap keefektifan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa tidak dilatih untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa kesulitan dalam

(4)

memahami materi akidah akhlak. Untuk mengatasinya diperlukan metode yang menarik dan variatif dalam pembelajaran.

Metode Snowball Throwing merupakan suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh siswa dalam materi yang telah diajarkan.

Metode Snowball Throwingdapat melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Proses metode Snowball Throwing dibentuk kelompok yang masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Oleh sebab itu, dari latar belakang di atas maka penulis untuk mengadakan penelitian akan mengambil judul “Upaya meningkatkan kemampuan memahami makhluk gaib dengan menggunakan metode Snowball Throwing di kelas III madrasah ibtidaiyah Al-Islah Gedangan Sidoarjo”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya peningkatan pemahaman materi makhlukgaib dengan menggunakan metode

Snowball Throwing pada siswa kelas III MI Al-Islah Gedangan Sidoarjo. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah; Bagi penulis; menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam bentuk karya ilmiah yang berupa tulisan serta meningkatkan kemampuan dalam merancang metode pembelajaran yang bervariasi dengan menerapkan metode Snowball Throwing dalam pembelajaran. Bagi siswa, mampu minat dan kemampuan dalam memahami materi dan dapat lebih mudah dalam menerima informasi yang diberikan oleh guru. Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan dapat meningkatkan kemampuan meneliti dan menyusun laporan dalam bentuk karya ilmiah yang baku, dengan menggunakan metode Snowball Throwing dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan profesionalisme guru; Bagi sekolah, dapat memperbaiki kualitas pembelajaran serta dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan informasi sekaligus bahan acuan dalam usaha peningkatan pemahaman melalui PTK.

KERANGKA KONSEPTUAL Pemahaman

Paham menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: (1) pengertian, pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran, pandangan, (4) mengerti benar (akan), tahu benar (akan), (5) pandai dan mengerti benar. Dan jika mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan.

Pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya,

(5)

memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain (Sudjana, 1995: 24). Dalam hal ini siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Karena kemampuan siswa pada usia SD masih terbatas, tidak harus dituntut untuk dapat mensintesis apa yang dia pelajari.

Sedangkan Suharsimi (Dalam buku Arikunto, 2009: 65) menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemaham-an siswa diminta untuk membuktikpemaham-an bahwa ia memahami hubungpemaham-an ypemaham-ang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

Pemahaman (Bloom, 1979: 89) diartikan sebagai kemampuan ntuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

Menurut Carin dan Sund dikutip dalam buku Ahmad Susanto, pemahaman adalah suatu proses yang terdiri dari tujuh tahapan kemampuan, yaitu: (1) Translate major ideas into own words, (2) Interpret the relationship among ideas, (3) Extrapalate or go beyond data to implication of major ideas, (4) Apply their knowladge and understanding to the solution of new problems in new situation, (5) Analyze or break an idea into its part and show that they understand their relationship, (6) Synthesize or put elements together to form a new pattern and produce a unique communication, plan, or set of abstract relation, (7) Evaluate or make judgments based upon evidence.

Dari definisi yang diberikan oleh Carin dan Sund di atas dapat dipahami bahwa pemahaman dapat dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpresentasikan sesuatu; Pemahaman bukan sekedar mengetahui yang biasanya hanya sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang telah dipelajari; Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pengalaman melibatkan proses mental yang dinamis; Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti: menerjemahkan, menginterpresentasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Bloom, 1979: 89).

Pemahaman merupakan salah satu patokan yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami apa yang dia pelajari. Apa yang mampu memahami materi secara menyeluruh dan ada pula yang sama sekali tidak dapat mengambil makna dari apa yang telah dia pelajari, sehingga yang

(6)

dicapai hanya sebatas mengetahui. Oleh karena itulah terdapat tingkatan-tingkatan dalam memahami.

Kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan (Darmiyati: 24), yaitu: 1) Menerjemahkan, bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain atau bisa juga diartikan sebagai konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang untuk mempelajarinya. 2) Menafsirkan, merupakan kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.3) Mengekstrapolasi, kemampuan ini menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik yang tertulis, membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

Pembelajaran sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk membuat siswa belajar, tentu menuntut adanya kegiatan evaluasi. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran. Penilaian dalam proses menjadi hal yang seharusnya diprioritaskan oleh seorang guru.

Penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil, dan evaluasi hasil belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pemahaman, pengertian, dan keterampilan berfikir. 2) Ranah afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3) Ranah psikomotorik, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. (Darmiyati dan Mudjiono, 1999: 201).

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Menurut Taksonomi Bloom (penggolong-an) ranah kognitif ada enam tingkatan, yaitu; pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Darmiyati dan Mudjiono, 1999: 202).

Ranah afektif berkenaan dengan sikap, terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, ada enam aspek yaitu gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketapatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

(7)

Pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus merupakan tolak ukur awal dari keberhasilan suatu pembelajaran. Secara prosedural, siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar ketika mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan, baik melalui tes-tes yang diberikan guru secara langsung dengan tanya jawab atau melalui tes sumatif dan tes formatif yang diadakan oleh lembaga pendidikan dengan baik. Kategori baik ini dilihat dengan tingkat ketercapaian KKM. Untuk itu pasti terdapat hal-hal yang melatarbelakangi keberhasilan belajar siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan antara lain; tujuan, guru, peserta didik (Djamarah, 1996: 129), kegiatan pengajaran, suasana evaluasi, bahan dan alat evaluasi. Adapun faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa antara lain; faktor internal (faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor pematangan fisik atau psikis), faktor eksternal (faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan spiritual).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa antara lain; memperbaiki proses pembelajaran, adanya kegiatan bimbingan belajar, menumbuhkan waktu belajar, pengadaan umpan balik dalam belajar, motivasi belajar, pengajaran perbaikan, dan keterampilan mengadakan variasi.

Karakteristik Pembelajaran Akidah Akhlak

Akidah menurut bahasa berasal dari kata aqodah, yang bermakna terikat. Disini pengertian akidah adalah keyakinan yang berbentuk secara kokoh dalam hati yang bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

Akhlak merupakan jamak dari kata khuluk. Dalam kamus Al-Munjid, kata akhlak bermakna budi pekerti atau tingkah laku. Akidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang didunia. Al-Qur’an mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhapan Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak pula beranak. Akhlak adalah perilaku yang dimili oleh manusia, baik akhlak yang terpuji maupun akhlak yang tercela. Dapat disimpulkan bahwa Akidah Akhlak adalah suatu keyakinan yang timbul dalam diri seseorang kemudian diterapkan dalam lingkungannya.

Akidah akhlak adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini, dan mengahayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Fungsi Mempelajari Akidah Akhlak

Ada beberapa fungsi setelah mempelajari akidah akhlak diantaranya: (a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah

(8)

SWT yang telah ditanamkan di lingkungan keluarga(b) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan daalm keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari (c) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayaakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya (d) Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan dan akhlak.

Tujuan Mempelajari Akidah Akhlak

Tujuan daripada mempelajari akidah akhlak yaitu bisa memberikan kemampuan materi dasar kepada peserta didiik tentang aqidah Islam dapat mengembangkan kehidupan yang beragama, serta menjadikan perilaku paseerta didik lebih baik dan menjadikan muslim yang memiliki keimanan kepada Allah SWT, memiliki akhlak mahmudah dan sebagai anggota masyarakat yang baik.

Metode Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Bayor (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pebelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaanya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.

Menurut Saminanto “Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

Metode Snowball Throwing merupakan suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh siswa dalam materi yang telah diajarkan.

Metode Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Proses metode Snowball Throwing dibentuk kelompok yang masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

(9)

Langkah-langkah metode Snowball Throwing;

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Guru menyampaikan materi yang akan

disajikan Siswa diminta mengamati gambar jin yang ditunjukkan oleh guru Siswa melakukan tanya jawab seputar gambar yang telah diamati bersama guru Guru membentukkelompok-kelompok Siswa dibentuk menjadi kelompok kecil (4

kelompok, yaitu kelompok pandai, pintar, rajin, cerdas dan ceria, setiap kelompok beranggotakan 6)

Guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi

Masing-masing ketua kelompok dipanggil oleh guru untuk diberikan penjelasan materi tentang makhluk gaib

Masing-masing ketua kelompok diberi lembar kerja oleh guru

Masing-masingketuakelompok kembali kekelompoknyamasing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya

Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan menjelaskan materi makhluk gaib yang telah diberi oleh guru Masing-masing siswa diberikan satu lembar

kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

Setiap kelompok melai berdiskusi, untuk menuliskan satu pertanyaan menyangkut materi makhluk gaib yang telah dijelaskan oleh ketua kelompok pada sebuah potongan kertas

Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± menit

Setelah berdiskusi dan menuliskan satu pertanyaan, setiap siswa diminta untuk meremas kertas yang berisi pertanyaan yang telah dibuat oleh masing-masing anggota kelompok seperti bola salju

Setiap siswa melempar bola salju ke arah temannya yang lain

Setelah siswa dapat bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

Setiap siswa mengerjakan soal yang telah diterimanya

Ada tanya jawab sehingga terjadi diskusi antar kelompok

Evaluasi Guru melakukan penilaian atas jumlah skor yang diperoleh setiap kelompok

Kelemahan dan Kelebihan Metode Snowball Throwing

Metode Snowball Throwing terlepas akan adanya kelebihan dan kekurangan. Adapun Kelebihan dalam menggunakan metode Snowball Throwing yakni sebagai berikut: Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru, melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan

(10)

oleh temannya dengan baik, siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya, siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

Adapun Kelemahan dalam menggunakan metode Snowball Throwing yakni sebagai berikut: sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa dalam memahami materi hanya sedikit, ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan denganbaik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran, murid yang nakal cenderung berbuat onar.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kurt Lewin yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ketika ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi: 1) Perencanaan, pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.2) Tindakan, pada tahap ini penelitian melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 3) Pengamatan, pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, memantau kegiatan diskusi antar siswa, mengamati pemahaman siswa terhadap penguasaan materi, yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK. 4) Refleksi, pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK tercapai (Zaenal, 2008). PTK ini bersifat kolaboratif karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang melibatkan beberapa pihak, yaitu guru dan peneliti sendiri, yang secara serentak melakukan penelitian (Yunus, 2009).

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MI Al-Islah yang terletak di GedanganSidoarjo. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 Mei tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumah 22 siswa, terdiri dari 12 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki pada materi makhluk gaib.

Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model siklus. Setiap siklus terdiri atas beberapa tahap, antara lain: tahap membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan, mengadakan pemantauan atau observasi, dan mengadakan

(11)

refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang dengan siklus kedua untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Dan jika sampai siklus kedua peneliti belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya sampai apa yang diinginkan berhasil.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1: Alur Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin

Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahap perencanaan, peneliti membuat RPP, menyiapkan media tongkat, membuat lembar soal siswa untuk pre-test

dan post-test, lembar observasi aktivitas guru, lembar aktivitas siswa. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran Akidah Akhlak sesuai dengan RPP yang sudah dibuat dengan menerapkan metode Snowball Throwing materi makhluk gaib. Pada tahap pengamatan, peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama proses pembelajaran dan mendiskusikan hasil temuan-temuan tersebut dengan guru mata pelajaran.

(12)

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, tes (pre-test dan post-test).

Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes (pre-test

dan post-test) pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data.Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis (pre-test dan post-test) pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk ketuntasan belajar.Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, siswa telah tuntas belajar apabila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar apabila dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝛴 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟

𝛴 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditentukan dalam satu kompetensi dasar hingga mencapai 100%. Kondisi setelah penilaian diharapkan tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam materi makhluk gaib meningkat dari rata-rata 65 menjadi 80 dan di atasnya.

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain; Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan kemampuan pemahaman siswa pada materi makhlukgaib meningkat. Diukur dari presentase peningkatan kemampuan pemahaman siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode Snowball Throwing. Selain itu, diharapkan meningkatnya prosentase kemampuan pemahaman ≥ 80% dan meningkatnya kemampuan pemahaman siswa rata-rata menjadi ≥80%.

(13)

ANALISIS DATA PENELITIAN SIKLUS 1 Pra-siklus

Pada pra siklus ini peneliti memberikan pre-test kepada siswa kelas III MI Al-Islah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan pemahaman siswa terhadap materi makhluk gaib. Sebelum dilaksanakan sebuah tindakan menggunakan metode

Snowball Throwing. Adapun data hasil pada tahap pre test yang telah dilaksanakan, bahwa rata-rata hasil pemahaman siswa terhadap materi akidah akhlak dari keseluruh jumlah siswa 22 yang mendapatkan rata-rata di atas KKM hanya 13 siswa, dan sebanyak 9 siswa belum memenuhi ketentuan yang harus dicapai. Keseluruhan rata-rata dari 22 siswaadalah 68,2, sehingga hampir sebagian siswa belum tuntas untuk mencapai KKM pada materi makhluk gaib.

Siklus 1

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal pre-test dan post-test, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan alat-alat pelajaran yang mendukung.

Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1 ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2015 di kelas III dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi post test dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 dapat dari keseluruh jumlah siswa 22, diperoleh nilai rata-rata seluruh siswa adalah 83,6 dan ketuntasan belajar mencapai 84% atau keseluruhan siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya dengan siklus 1 ini ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan jika dibandingkan sebelum menggunakan metode Snowball Throwing. Siswa sudah mengerti apa yang dimaksud dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran Snowball Throwing.

Tahap Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan metode Snowball Throwing pada kelas III MI Al-Islah Gedangan Sidoarjo. Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut: mengamati

(14)

semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran aqidah akhlak dengan mengunakan metode Snowball Throwing, meneliti data yang diperlukan dalam penelelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru, lembar kerja siswa.

Adapun hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung yaitu siswa cukup merespon apersepsi atau motivasi yang diberikan oleh guru, mayoritas siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran disampaikan, siswa sangat memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang dipelajari, siswa juga banyak yang antusias ketika guru menyampaikan tugas diskusi kelompok dengan menggunakan metode Snowball Throwing, siswa sangat bersemangat dan tertib ketika berdiskusi, sebagian siswa memberi tanggapan dan menjawab pertanyaan saat guru mengecek pemahaman, dan siswa juga cukup merespon kesimpulan materi pembelajaran yang disampaikan guru.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat dikatakan antusias atau keaktifan siswa ketika proses pembelajaran materi makhluk gaib dengan menerapkan metode

Snowball Throwing dikategorikan baik sekali.

Sedangkan mengenai aktivitas guru ketika proses pembelajaran berlangsung, dari hasil pengamatan bahwa guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik dan sesuai RPP yang telah disiapkan, mulai dari mengondisikan siswa sebelum pembelajaran, membuka salam dan berdoa bersama, menanyakan kesehatan siswa, mengecek kehadiran siswa, memotivasi siswa dengan ice breaking, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan manfaat pembelajaran, beberapa kegiatan-kegiatan inti seperti memfasilitasi siswa ketika berdiskusi, bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari, dan kegiatan-kegiatan penutup yang terdiri dari membuat kesimpulan bersama dengan siswa, melakukan refleksi kegiatan, memberikan tugas post-testsebagai evaluasi akhir, menutup pelajaran dengan berdoa bersama serta mengucap salam.

Tahap Refleksi

Pada tahap ini akan dilakukan analisis hasil pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dengan penerapan metode Snowball Throwing. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Selama proses belajar mengajar guru melaksanakan seluruh pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa kendala berupa aspek yang belum sempurna, akan tetapi prosentase pelaksanaanya untuk masing-masing aspek sudah terpenuhi, (2) Dalam proses pembelajaran berlangsung, diketahui seluruh siswa aktif dalam mengikuti alur yang telah dipersiapkan oleh guru, (3) Pada siklus 1 sudah tampak peningkatan pemahaman materi pada seluruh siswa menjadi lebih baik, (4) Seluruh siswa merasa lebih nyaman dan senang dalam pembelajaran karena tidak adanya rasa minder dalam kegiatan tanya jawab.

(15)

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data hasil pengamatan yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa pada siklus I bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode Snowball Throwing, keaktifan siswa tergolong bagus sekali, mereka antusias sekali ketika berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk memahami materi. Hal ini dilihat semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Terbukti dengan semakin meningkatnya ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 yaitu 84%. Pada siklus 1 sudah terlihat dapat mencapai hasil yang diharapkan.Berbeda sekali ketika pra-siklus, berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak, keaktifan siswa sangat kurang, mereka sering mengeluh ketika diberi tugas oleh guru.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, merupakan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran mengunakan metode Snowball Throwing dalam siklus 1 mengalami peningkatan, siswa terlihat sangat aktif saat mengikuti proses belajar yang telah dikelola oleh guru dan berdampak positif terhadap pemahaman belajar siswa dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada satu siklus.Berdasarkan databahwa aktifitas siswa dalam proses belajar materi makhluk gaib dengan menggunakan metode Snowball Throwing yang paling menonjol yaitu bekerja dengan mengunakan alat dan bekerjasama bersama kelompok, mendengarkan atau memperhatikan penjelasan teman sebaya, diskusi antar kelompok, terjadinya interaksi baik antar siswa maupun dengan guru. Jadi bisa dikatakan bahwa aktifiats siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan aktifitas guru selama proses pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode Snowball Throwing dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari aktifiats guru yang muncul diantaranya aktifitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan test, menjelaskan prosedur kerja siswa, memberi umpan balik atau evaluasi dan tanya jawab, maka prosentase aktifitas guru cukup besar dan hampir sempurna.

(16)

Grafik 1: Prosentase Pemahaman Materi

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh siswa menunjukkan bahwa penerapan metode Snowball Throwing ini bernilai positif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Hal ini dilihat semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Terbukti dengan semakin meningkatnya ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 yaitu 84%. Pada siklus 1 sudah terlihat dapat mencapai hasil yang diharapkan.

PENUTUP Kesimpulan

Pada kenyataan di lapangan yang diteliti oleh peneliti hampir 60% siswa kelas III belum bisa memahami materi makhluk gaib dengan baik. Oleh karena itu peneliti ingin membuat metode baru untuk meningkatkan pemahaman materi makhluk gaib. Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selam 1 hari secara kolaborasi antara peneliti dan guru kelas III dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

Snowball Throwing dapat meningkatkan pemahaman materi makhluk gaib pada siswa kelas III hingga memiliki rata-rata mencapai 68,2, serta berdampak positif dalam peningkatan pemahaman melalui aktifitas siswa yang ditandai dengan hasil belajar siswa dalam satu siklus, yaitu 84% (dalam persen).

Saran

Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang guru memiliki banyak metode pembelajaran, tidak hanya terfokus pada satu ataupun dua metode saja. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan agar siswa temotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Menggunakan metode Snowball Throwing merupakan salah satu metode terbaik dan tepat untuk dijadikan sebagai peningkatan pemahaman materi. Serta peneliti perlu melakukan penelitian ulang jika dirasa masih belum berhasil dan maksimal dalam kriteria yang ingin dicapai.

68 84 0 20 40 60 80 100

Pra Siklus Siklus 1

R

ata

-rata

Prosentase Peningkatan Pemahaman Materi Makhluk Gaib

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar A. 1995. Pemurnian Akidah. Jakarta: Pustaka Amani.

Ahmad S. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sedekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia.

Api B. dan Dede Rahmat Hidayat. 2010. Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata pelajaran. Jakarta: CV. Trans Info Media Group.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Dimiyati Dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Haris, 2015.Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas III, Gedangan: MI Al-Islah. Huda M. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gambar

Gambar 1: Alur Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin
Grafik 1: Prosentase Pemahaman Materi

Referensi

Dokumen terkait

M A M A T NIM.. “PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MICROSOFT MATHEMATICS 4.0 TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN LIMIT FUNGSI DI

Selain membuat RPP, juga menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran seperti; gambar contoh perusakan hutan dan pencemaran lingkungan pada lampiran RPP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan setelah dilakukan pengolahan data kuesioner untuk mempelajari fakto-faktor pengetahuan penganan nyeri haid (dismenorea)

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

 Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli yang berfungsi

Latar belakang dari penelitian ini yaitu rendahnya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa kelas IV MI darul Muta’allimin. Siswa akan merasa kesulitan saat diberikan

Dari Tabel 5 diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus II sebesar 91,96%, sehingga taraf

Program listrik prabayar lebih banyak memberikan keuntungan kepada masyarakat dari pada listrik pascabayar, namun penerimaan masyarakat belum maksimal, seiring dengan adanya