PERANAN KEK DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI NASIONAL DAN DAERAH
Ir. Deddy Koespramoedyo, MSc.
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Bandung, 26 Oktober 2010
LATAR BELAKANG
• Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 mengamanatkan pendekatan regional sebagai salah satu strategi untuk mencapai tujuan pembangunan.
• Dalam pengembangan wilayah Nasional, pembagian peran dan fungsi masing-masing Daerah sangat penting dalam membentuk pola dan struktur ruang nasional dalam pola NKRI.
• Pengelolaan SDA perlu dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu dikaitkan dengan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Buatan dalam pola pembangunan berkelanjutan demi terwujudnya ruang nusantara yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
• Dari sudut pandang nasional, pengembangan KEK harus mampu menjadi lokomotif dalam menggerakkan ekonomi regional
RPJM 4 (2020-2024) RPJM 1 (2005-2009) Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang
aman dan damai, yang adil dan demokratis,
dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
RPJM 2 (2010-2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian. RPJM 3 (2015-2019) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.
TAHAPAN RPJPN 2005-2024
3RPJM 2 (2010-2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian
PRIORITAS RPJMN 2010-2014
PENGEMBANGAN WILAYAH
Terwujudnya kehidupan bangsa yang lebih demokratis ditandai
dengan membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Meningkatnya kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan dan akuntabel yang ditandai dengan terpenuhinya
Standar Pelayanan Minimun (SPM) di semua tingkatan pemerintahan. Meningkatnya kesejahteraan rakyat ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan, menurunnya kesenjangan
kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat dan antardaerah, dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial di luar Jawa
Meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan
Mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan
ARAH KE-5 RPJPN 2005-2025
:
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN BERKEADILAN
1. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap
wilayah
2. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah-wilayah
pengembangan ekonomi yang sinergis
3. Rencana Tata Ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan.
4. Kapasitas pemerintah daerah terus dikembangkan melalui peningkatan kapasitas aparat, kelembagaan, kapasitas keuangan, serta kapasitas legislatif daerah. Selain itu pemberdayaan masyarakat terus
dikembangkan melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, akses modal usaha dan SDA, kesempatan menyampaikan aspirasi, dan
kesempatan mengelola usaha ekonomi produktif.
54797.00 (minimum) 245594.00 398937.00 (median) 639154.00 1339115.00 (maximum) 1,82% 14,83% 83,10% 7,85% 5,26% 84,32% 8,39% 9,49% 81,54% 19,51% 6,58% 73,01% 22,2% 70,85% 4,32%
KETERKAITAN PERDAGANGAN
ANTARPULAU
Perdagangan IntrawilayahPerdagangan antarwilayah ke Sumatera
Perdagangan antarwilayah ke Kalimantan
Perdagangan antarwilayah ke Jawa
Perdagangan antarwilayah ke Sulawesi
Wilayah Sumatra Jawa-Bali Kalimanta n Sulawes i Indonesi a Timur Sumatra 1.559 0.088 0.081 0.015 0.011 Jawa-Bali 0.158 1.599 0.097 0.201 0.158 Kalimantan 0.023 0.056 1.480 0.068 0.022 Sulawesi 0.002 0.008 0.005 1.460 0.028
Pengganda Output Antarwilayah
7
Sekupang Tanjung Priok Batu Ampar Tanjung Perak Bima Blang Lancang Belawan Amamapare Tanjung Emas Bontang Dumai
PELABUHAN TERBESAR DI INDONESIA
MENURUT NILAI EKSPOR US$ JUTA (2006)
1 Tanjung Priok 26.076 2 Bontang 9.074 3 Tanjung Perak 8.146 4 Dumai 6.582 5 Belawan 4.580
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN
STRATEGIS
DEFINISI
Dalam UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di
dalam Penjelasan Bab II (Pasal 5 Ayat 5), pengertian
Kawasan Strategis
adalah kawasan yang di dalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di
bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya
dan/atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jenis kawasan strategis
antara lain kawasan strategis dari
sudut
pertumbuhan ekonomi
, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan, pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS 2010-1014
11
Sasaran :
• Terciptanya iklim kondusif bagi investor melalui kejelasan peraturan perundangan yang ditetapkan pemerintah untuk mendorong
perkembangan KAPET, KPBPB dan KEK.
• Terbentuknya kelembagaan pembinaan dan pengawasan di tingkat
pemerintah pusat serta kelembagaan pengelolaan dan pengusahaan di tingkat pemerintah daerah dan pengelola kawasan yang profesional. • Terbangunnya sarana dan prasarana transportasi, telekomunikasi,
energi, air baku, dan permukiman yang mendukung pengembangan kawasan, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan kawasan.
Arah Kebijakan :“mengembangkan kawasan strategis sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala aktifitas yang berorientasi nasional dan internasional dengan mengutamakan peningkatan iklim kondusif bagi para investor
melalui penguatan regulasi dan pengembangan kelembagaan yang profesional dengan dukungan pemerintah yang konsisten dan berkomitmen baik di tingkat pusat dan daerah serta didukung oleh
pengembangan sarana dan prasarana, sehingga mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar
STRATEGI PENGEMBANGAN KEK 2010-2014
1. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di KEK:
a) Penetapan lokasi KEK;
b) Penyelesaian peraturan operasional KEK;
c) Penyelesaian RTR KEK dan Rencana Detail KEK;
d) Koordinasi
perencanaan
dan
implementasi
pembangunan KEK;
2. Pengembangan Pengusahaan Kawasan KEK: SOP, NSPM,
Pelayanan
one stop service
3. Percepatan pembangunan sarana prasarana KEK: SOP,
NSPM, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana dasar.
PRIORITAS NASIONAL
TERKAIT KAWASAN STRATEGIS
DALAM RPJMN 2010-2014
•
KAPET diselenggarakan sebagai upaya meningkatkan kemampuan suatu
wilayah mengembangkan daya saing produk unggulan sesuai dengan
kompetensi sumber daya lokal dan diharapkan dapat berperan sebagai
penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah-wilayah yang
kesenjangannya masih tinggi
•
KPBPB diselenggarakan sebagai upaya untuk memperluas dan
memodernisasikan perekonomian melalui pengembangan industri
manufaktur dan industri logistik sebagai respon terhadap pertumbuhan
perdagangan dunia yang cepat dan peningkatan efisiensi pemanfaatan
transportasi terutama kepelabuhanan baik laut maupun udara
•
KEK diselenggarakan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melipatgandakan
pertumbuhan ekonomi nasional, serta memberikan dampak yang besar
pada peningkatan lapangan kerja dalam negeri
NO PROVINSI NAMA KAPET
1 Aceh Banda Aceh Darussalam
(Kota Sabang dan kab sekitar)
2 Nusa Tenggara Barat Bima
(Kabupaten Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu)
3 Nusa Tenggara Timur Mbay
(Kabupaten Ngada, Pulau Flores)
4 Kalimantan Barat Khatulistiwa
(Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Landak, Kabupaten Kapuas Hulu)
5 Kalimantan Tengah Daskakab
(Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuan dan Barito -meliputi: Palangkaraya, Barito Utara, Barito Selatan, Kapuas
6 Kalimantan Selatan Batulicin
(Kab Kotabaru)
7 Kalimantan Timur Sasamba
(Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kab Kutai Kartanegara)
8 Sulawesi Utara Menado Bitung
(Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Minahasa Utara)
9 Sulawesi Tengah Palapas *)
(Palu, Donggala, Parigi Mountong, Sigi)
10 Sulawesi Selatan Pare Pare
(Kab Parepare, Barru, Sidrap, Pinrang, Enrekang
11 Sulawesi Tenggara Bank Sejahtera Sultra *)
(Kota Kendari, Kabupaten Kolaka, Konawe, Kabupaten Pomalo)*
12 Maluku Seram
(Kab. Seram Bagian barat, Seram Bagian Timur, Maluku Tengah)
13 Papua Teluk Cendrawasih *)
(Kab Biak Numfor, Kab Yapen, Kab Waropen, Kab. Supiori, Kab Nabire).
KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET)
No Provinsi KPBPB
1 Aceh Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Sabang 2 Kepulauan Riau Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Batam
Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Bintan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Karimun
KAWASAN PELABUHAN BEBAS DAN PERDAGANGAN
BEBAS (KPBPB)
KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Kawasan tertentu di mana diberlakukan ketentuan khusus di bidang : 1. Kepabeanan (customs & excise);
2. Perpajakan (tax);
3. Perijinan (licensing) one stop services
4. Keimigrasian; 5. Ketenagakerjaan
Kawasan Ekonomi Khusus
Peningkatan investasi;
Penyerapan tenaga kerja, baik langsung maupun tak langsung;
Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor;
Meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor;
Tujuan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan khusus ditunjang oleh :
• Ketersediaan infrastruktur yang andal;
Prinsip dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
a. Konsistensi Kebijakan;
b. Biaya Minimum (
Least Cost
);
c. Keadilan;
d. Tertib Tata Ruang; dan
e. Dukungan Pemerintah Daerah.
Peranan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus
(K E K)
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
• Perumusan kebijakan dan kerangka regulasi;
• Ketersediaan Norma, Standar, Prosedur, dan Manual (NSPM);
• Pengembangan skema insentif fiskal dan non-fiskal;
• Fasilitasi terhadap proses perpajakan, bea cukai, keimigrasian dan ketenagakerjaan;
• Menyiapkan paket kawasan untuk ditawarkan kepada investor
• Lahan, penataan ruang, dan infrastruktur;
• Sistem perijinan/pelayanan terpadu;
• Peraturan daerah yang kondusif bagi investasi.
• Dukungan terhadap
Kekuatan Daya Saing
Kawasan Ekonomi Khusus
1. Layanan terpadu kelas dunia (pajak, bea cukai, keamanan, ketenagakerjaan, imigrasi, perijinan)
2. Akses Infrastruktur Kelas Dunia (Listrik, Bahan Bakar, Air,
Telekomunikasi, Transportasi, Pelabuhan, Logistik)
3. Pelabuhan: 24 hours open, terminal handling cost (THC) kelas dunia,
handling speed kelas dunia 4. Corruption free
5. World class security
6. World class labor relation
7. Organisasi pengelola yang profesional 8. Complaint Desk
Tantangan Pengembangan KEK di
Indonesia
• Menciptakan stabilitas ekonomi makro di tingkat nasional, regional dan lokal
• Memberikan kepastian kebijakan dalam berinvestasi (tata ruang, ketenagakerjaan, pertanahan,kepabeanan, imigrasi)
• Peningkatan kualitas infrastruktur dengan standar internasional (jalan tol, pelabuhan, bandara)
• Menyediakan pelayanan publik yang profesional dengan prinsip mempermudah proses berinvestasi (simplifikasi perpajakan, one stop services)
• Reformasi birokrasi (non-high cost economy dan non-corruption) • Penataan sistem keuangan yang akuntabel dan transparan
UU No. 39 TAHUN 2009 TENTANG
KAWASAN EKONOMI KHUSUS
• KEK : kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu
• KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan
industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional
• KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona: pengolahan ekspor; logistik;
industri; pengembangan teknologi; pariwisata; energi; dan/atau ekonomi lain. • Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi
pekerja.
• Di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai
pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.
• Fasilitas kemudahan: Pajak (PPN, PPnBM, PPH impor), bea cukai, pajak dan retribusi daerah, pertanahan, perijinan, imigrasi, investasi, tenaga kerja dan
a.
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak
berpotensi mengganggu kawasan lindung;
b.
Pemerintah
provinsi/kabupaten/kota
yang
bersangkutan mendukung KEK;
c.
terletak pada posisi yang dekat dengan jalur
perdagangan internasional atau dekat dengan
jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potensi sumber daya
unggulan; dan
d.
Mempunyai batas yang jelas.
KRITERIA PEMILIHAN LOKASI KEK
Persyaratan Pengajuan KEK
Pasal 6 ayat (2)
a. peta lokasi pengembangan serta luas area yang
diusulkan yang terpisah dari permukiman penduduk;
b. rencana tata ruang KEK yang diusulkan dilengkapi
dengan peraturan zonasi;
c. rencana dan sumber pembiayaan;
d. analisis mengenai dampak lingkungan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial; dan
f.
jangka waktu suatu KEK dan rencana strategis.
ILUSTRASI ZONA DALAM KEK
Zona Pengolahan Ekspor Zona Logistik Zona Industri Zona Pariwisata Zona Ekonomi Lainnya Zona EnergiProvinsi A Provinsi B
Nasional
KELEMBAGAAN
PERATURAN PELAKSANAAN UU KEK
Peraturan Pemerintah (PP):
1.
Tata Cara Penyelenggaraan KEK
2.
Dewan Nasional, Dewan Kawasan, dan Administrator
3.
Fasilitas PPh, dan
4.
Fasilitas Kepabeanan
Keputusan Presiden (Kepres):
1.
Dewan Nasional
2.
Dewan Kawasan
Peraturan Presiden (Perpres):
Keanggotaan, Tata Kerja, dan Kesekretariatan Dewan Nasional
dan Dewan Kawasan
KESIMPULAN
Kebijakan nasional mendukung pengembangan KEK dalam RPJM 2010-2014 dan akan dikembangkan 5 KEK sampai 2014.
Dampak positif pembangunan KEK: meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan (trickle down effect) dan menambah lapangan kerja
Dampak negatif : Daerah tidak mendapatkan pajak langsung dan potensial terjadi ketimpangan sosial kalau tidak diantisipasi dini.
Upaya yang perlu dilakukan untuk pengembangan KEK di Jawa Barat adalah:
• Dukungan penuh dari Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten) dan masyarakat setempat.
• Melakukan studi kelayakan (target pasar, pesaing, demand-supply side, dsb)
• Mencantumkan dalam RTRW Kabupaten dan Provinsi • Mengajukan usulan lokasi kepada Dewan Nasional