• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN HUNIAN RUMAH PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH PUSKESMAS KENDIT KABUPATEN SITUBONDO RITA WIDIYANTI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPADATAN HUNIAN RUMAH PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH PUSKESMAS KENDIT KABUPATEN SITUBONDO RITA WIDIYANTI NIM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN HUNIAN RUMAH PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH PUSKESMAS KENDIT KABUPATEN SITUBONDO

RITA WIDIYANTI NIM. 09001089

Subject: Kepadatan, Hunian, Rumah, Tuberkulosis, Paru. DESCRIPTION

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Ukuran luas ruangan suatu rumah erat kaitannya dengan kejadian tuberkulosis paru. Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara didalam rumah tersebut mengalami pencemaran, karena jumlah penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan tersebut. Tujuan penelitian Untuk mengetahui perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kendit Situbondo.

Jenis penelitian adalah deskriptif. Variabel penelitian adalah kepadatan hunian penderita tuberkulosis paru. Populasi sebanyak 34 penderita tuberkulosis paru diwilayah Puskesmas Kendit, tehnik sampling menggunakan total sampling sehingga didapatkan sampel 34 penderita tuberculosis paru di wilayah Puskesmas Kendit. Penelitian dilakukan kerumah – rumah penderita tiberkulosis paru pada tanggal 21 -22 Mei 2014. Insrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner. Tehnik pengelolaan data menggunakan editing, coding, scoring, data entry, cleaning dan tabulating.

Penelitian yang dilakukan diwilayah Puskesmas Kendit menunjukkan bahwa hasil 12 responden (22%) yang memiliki hunian padat.

Hunian rumah yang padat dikarenakan karena penghuni yang terlalu banyak dengan luas ruamah yang sempit. Untuk perumahan sederhana, minimum 8 m²/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun

Simpulan dari penelitian ini sebagian besar penderita tuberkulosis paru memiliki kepadatan hunian yang sesuai dengan jumlah anggota keluarga. Kepadatan hunian dapat diatasi dengan memberikan ventilasi yang baik dirumah.

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium tuberculosis. The size of room in the house has closely relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis. The more density residents will be faster air inside the house get pulluted, because the more number of resident will affect the oxygen levels in the room. The purpose of this study is to know the comparative between the size of floor area in the house with the number of family members of patients with pulmonary tuberculosis in puskesmas kendit,situbondo.

(2)

The type of this study is descriptive. The variable of this study is the density residents of patients with pulmonary tuberculosis. The population is 34 patients with pulmonary tuberculosis in work are public health centers at Kendit, the technique uses total sampling obtained by 34 patients with pulmonary tuberculosis at Kendit. The study had been in done the houses of patients with pulmonary tuberculosis on may 21-22, 2014. The instrument uses a questionnaire. The data are processed by editing, coding, scoring, entry, cleaning and tabulating.

Based on research conducted in the work area of public health center at Kendit showed 12 respondents (22%) have hard density residence.

The hard density of residential house is caused by the a lot of residents in a narrow house. For simple housing consist of a minimum of 8 m² / person. Bedrooms need for minimum 2 people. The bedroom should not be inhabited by more than 2 people, except for husband and wife, and children under two years

The conclusions of this study most patients with pulmonary tuberculosis have density residents suitable with the number of family members. Hard residents could overcome by providing good ventilation in the house.

Keyword : Density, residents, home, tuberculosis, pulmonary Contributor : 1. Eka Diah K.,S.KM.,M.Kes

2. Yudha LHK,Amd.Kep.,S.Psi

Date : 16 Mei 2014

Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier :

-Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang menderita penyakit tuberkulosis paru dapat menjadi sangat lemah,dan tidak bisa kerja,sehingga akan kehilangan 3-4 bulan waktu kerja produktif. Jika tidak diobati, penyakit tuberkulosis paru akan menyebabkan kesakitan selama jangka panjang, kecacatan dan kematian. Kira-kira 50% penderita penyakit tuberkulosis paru akan meninggal dalam waktu 5 tahun. Penderita penyakit tuberkulosis yang tidak diobati dengan baik bisa menularkan bakteri tuberkulosis pada keluarganya. Hal ini sangat sulit jika mereka tinggal dalam satu rumah dengan banyak orang. Dua sampai tiga puluh persen jumlah pendapatan keluargaakan hilang bila ada satu penderita tuberculosis paru dalam keluarganya.(Pakpahan, 2013).

Tuberkulosis tidak hanya menyerang paru-paru, jika tidak diobati dengan baik penyakit ini akan memburuk dan memicu komplikasi yang cukup serius diorgan lain termasuk tulang dan bahkan otak. Beberapa komplikasi yang sering ditemukan pada penyakit tuberculosis antara lain, kerusakan tulang dan sendi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan otak, kerusakan jantung, gangguan mata dan resistensi kuman (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).

(3)

Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, diperkirakan pertahun terdapat sembilan juta penderita baru tubekulosis, dimana 3 juta (33%) orang diantaranya meninggal dari jumlah tersebut 95 % terdapat dinegara-negara berkembang dan seharusnya dapat dilakukan pencegahan dari kematian sebesar 25% . Keadaan tersebut semakin buruk dengan munculnya penyakit epidemik HIV / AIDS didunia sehingga jumlah penderita tuberkulosis meningkat. Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan sebagai penyumbang jumlah kasus tuberkulosis terbesar bersama 21 negara yang lain. Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang jumlah penemuan penderita Tuberkulosis terbanyak kedua dibawah Propinsi Jawa Barat. Angka penemuan kasus baru BTA (basil tahan asam) positif (case detection rate) merupakan proporsi penemuan kasus tuberkulosis paru BTA positif dibanding perkiraan kasus dalam persen. Pada tahun 2012,angka CDR ( case detection rate) sebesar 63.03% dengan jumlah kasus baru ( positif dan negatif ) sebanyak 41.472 penderita dan BTA positif baru sebanyak 25.618 kasus. Kondisi ini sangat jauh dari target CDR yang ditetapkan yaitu 70%. Di Kota Mojokerto ditemukan 91 penderita baru tuberkulosis paru BTA positif atau 70,54% dari jumlah perkiraan penderita tuberkulosis paru yang ditargetkan sebesar 129 penderita. Jumlah tersebut mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2011. Dimana dari target 129 orang penderita baru ditemukan 91 penderita tuberkulosis paru BTA positif. (Profil kesehatan mojokerto, 2012)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Wilayah Puskesmas Kendit Kabupaten Situbondo, pada tanggal 21 Februari 2014 yang dilakukan wawancara pada 5 responden, didapatkan hasil rata-rata kepadatan hunian 14,6 m 2/ orang tetapi pada satu keluarga ada yang memiliki kepadatan hunian 3 m 2/orang. 2 responden mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita TB paru dan 3 responden mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita TB Paru, yang menggunakan peralatan alat makan secara bergantian ada 5 orang, sedangkan yang mengatakan jika batuk dan bersin ada 5 orang. Ada 4 responden yang mengtakan luas rumahnya belum sesuai dengan jumlah anggotanya, 1 responden mengatakan sudah sesuai, ada 5 responden yang memiliki ventilasi, 3 responden mengatakan ventilasi dalam rumahnya kurang baik, 2 responden mengatakan sudah cukup baik.

Faktor terjadinya tuberculosis paru diantaranya, jenis kelamin, Kebiasaan merokok, status gizi, kepadatan hunian. Pada jenis kelamin lebih tinggi pria dibanding wanita untuk tejangkit penyakit tuberkulosis paru, karena laki-laki mempunyai kebiasaan merokok, kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena tuberkulosis paru. Pada status gizi, gizi yang kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita tuberkulosis paru dibandingkan dengan yang status gizinya cukup atau lebih, kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh immonologi terhadap penyakit. Pencahayaan dan ventilasi juga sangat penting untuk salah satu anggotanya yang terkena penyakit tuberkulosis paru. Kepadatan hunian juga dapat berpengaruh, luas lantai rumah sehat harus sesuai dengan penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuikan dengan jumlah penghuninya agar tidak meyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluargaa terkena

(4)

meningkatkan kadar CO2 diudara dalam rumah, maka akan memberi kesempatan tumbuh dan berkembang biak bagi mycobacterium tuberculosis. Dengan demikian akan semakin banyak kuman yang terhisap oleh penghuni rumah melalui saluran pernafasan. (Suarni, 2009)

Dari hasil penelitian yang dilakukan Anggie Mareta Rosiana pada tahun 2012, menyatakan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian tuberkulasis paru,dari hasil penelitian tersebut kelompok masyarakat yang memiliki kepadatan hunian < 10 m2 ( tidak memenuhi syarat) kemungkinan menderita penyakit tuberkulosis paru sebesar 10 kali dibandingkan kelompok masyarakat yang memiliki kepadatan huniannya≥ 10 m2(memenuh isyarat). Hal ini sangat berhubungan apabila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit pernafasan khususnya tuberculosis paru dapat menyebabkan penularan penyakit ke anggota keluarga yang lain. Responden dengan kejadian tuberculosis paru BTA positif akan menyebabkan kurangnya persediaan oksigen, terutama tuberculosis paru akan mudah menular kepada anggota keluarga lain dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan 2-3 orang didalam rumahnya. (Rosiana, 2012)

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif,

Variabel dalam penelitian ini adalah kepadatan hunian rumah penderita tuberculosis paru. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah subjek penelitian, yang menjadi subjek penelitian adalah penderita tuberkulosis paru.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian di wilayah Puskesmas Kendit Kabupaten Situbondo pada tanggal 21-22 Mei 2014. Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki kepadatan hunian rumah yang tidak padat yaitu 22 (78%) responden, dan sebagian kecil memiliki kepadatan hunian rumah yang tidak padat yaitu12 (22%) responden.

Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal (Lubis, 1989). Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m² per orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 8 m²/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya (Julsan, 2011).

Kepadatan hunian sangat berpengaruh besar terhadap kejadian tuberkulosis paru karena itu Peran perawat sangat besar dalam mencegah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang beresiko terhadap penularan penyakit tuberkulosis paru. Upaya yang dapat diberikan oleh perawat memberi pengobatan, pencegahan dan pendidikan terhadap penderita tuberkulosis paru. Pendeteksian penderita tuberkulosis paru dapat memudahkan dokter memberi pengobatan. Pencegahan penyakit tuberkulosis paru dapat dilakukan dengan cara imunisasi BCG (basillus calmette guerin), anak balita yang tidak imunisasi BCG

(5)

mempunyai kecenderungan mengalami tuberkulosis paru. Memberi pendidikan, dengan cara memberi penyuluhan untuk tidak membuang ludah sembarangan, tidak merokok, tutup mulut ketika batuk ataupun bersin,dan pentingnya menyesuaikan penghuni rumah dalam satu rumah dalam menyesuaikan penghuni rumah dalam satu rumah. Mengingat faktor resiko kepadatan hunian berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru, luas lantai rumah sehat harus sesuai dengan penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuikan dengan jumlah penghuninya agar tidak meyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Dengan meningkatkan kadar CO2 diudara dalam rumah, maka akan member kesempatan tumbuh dan berkembang biak bagi micobacterium Tuberculosis. Dengan demikian akan semakin banyak kuman yang terhisap oleh penghuni rumah melalui saluran pernafasan (Suarni, 2009).

Rumah yang memiliki luas 54 m2 sebaiknya dihuni 6 orang itu untuk hunian tidak padat, luas 28 m2yang dihuni 4 orang itu tidak baik karena padat hunian jika keluarga tidak mampu untuk memperluas bangunan sebaiknya memberi ventilasi yang cukup didalam rumah dan yang setiap hari dibuka, dan mengubah asbes rumah dengan yang transparan supaya ada cahaya yang masuk kedalam rumah.

Untuk mengatasi kepadatan hunian yang tidak mungkin dengan memperluas bangunan adalah memperluas ventilasi sehingga memungkinkan untuk mengatasi kelembaban yang terjadi didalam ruangan dan memrlukan sinar matahari yang dapat menghambat perkembangan dan penyebaran kuman tuberkulosis.tempat resapan disekitar kampus bersamaan dengan jalur pembuangan toilet kampus.

SIMPULAN

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut 12 (22%) yang memiliki hunian padat.

REKOMENDASI 1. Bagi Responden

Hendaknya responden mencari pencegahan informasi tentang kepadatan hunian rumah sangat berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru, kepadatan hunian dapat diatasi dengan memberikan ventilasi yang baik dan memadahi.

2. Bagi poltekes majapahit

Hendaknya memperkaya riset yang mengatsi pemantauan kepadatan hunian rumah penderita tuberkulosis paru dan meneruskan kebijakan program penanggulangan penyakit tuberkulosis paru bagi daerah majapahit.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan desain yang berbeda seperti desain analitik, dengan jumlah responden diperbanyak agar hasil dapat akurat serta dapat mengembangkan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kepadatan hunian rumah pada penderita tuberkulosis paru, diantaranya faktor sosial ekonomi budaya dan faktor sosial

(6)

Alamat Korespondensi

Alamat rumah : Desa curahtatal Arjasa Situbondo Email : arifinaries70@yahoo.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya kondisi kedua beberapa karakter memiliki pengaruh dominansi (H1) yang lebih besar dari nilai pengaruh aditif (D), karakter tersebut ialah umur berbunga, umur

Pejabat Pengadaan Kegiatan Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan, Program Upaya Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kota Magelang Tahun Anggaran 2012

Laporan OJK menjadi rujukan utama di dalam melihat dan menganalisis perkembangan perbankan syariah secara umum, khususnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan,

Pada akuifer bebas dikenal istilah muka airtanah bebas yang artinya adalah kedalaman air yang akan ditemui jika kita melakukan suatu penggalian sumur atau

(12) Anak mencontoh perilaku teman sebayanya setelah anak mencontoh perilaku orang-orang yang lebih dekat dengan mereka seperti mencontoh perilaku orang tua

Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO 2 di atmosfir yang diserap

kuasa) dengan struktur radio komunitas (yang mewujud dalam bentuk sistem seperti.. teknologi, sistem pengelolaan, sistem regulasi dan sistem media arus utama

• Perdagangan barang dan jasa, aliran modal dan dana antar negara  pertukaran mata uang antar negara yang pada akhirnya akan menimbulkan pertukaran mata uang antar negara 