• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI METODE MODELING PADA SISWA KELAS V SDN 13 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI METODE MODELING PADA SISWA KELAS V SDN 13 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

vii

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI METODE MODELING PADA SISWA KELAS V

SDN 13 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO (Rosna Pomalango, Aisah R. Poatahau, Suriyadi Datau)

[email protected]

Pendidikan Keolahragaan

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak : Masalah yang ditemukan dalam penelitian pada cabang olahraga senam di SDN 13 Kabila yakni apakah metode modeling dapat meningkatkanketerampilan gerak dasar lari jarak pendek pada siswa kelas V SDN 13 Kabila? Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan tersebut yaitu metode modeling. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk melihat sejauhmana penerapan gerak dasar lari jarak pendek dengan menggunakan metode modeling pada siswa kelas V SDN 13 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 13 Kabila pada siswa kelas V berjumlah 20 orang siswa. Data penelitian diambil dengan menggunakan lembar pengamatan guru dan siswa, serta evaluasi terhadap materi yang diterapkan pada setiap siklus. Selanjutnya data dikaji secara seksama berdasarkan analisis data yang diketahui bahwa menggunakan metode modeling dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lari jarak pendeksiswa kelas V di SDN 13 Kabila, hasil penelitian tindakan kelas ini adalah metode modeling meningkatkan keterampilan gerak dasar lari jarak pendekpada siswa kelas V di SDN 13 Kabila. Penelitian ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil kemampuan siswa dari awal 53,35%, kemudian dimulai pada siklus I mencapai 67,35%, pada saat dilakukan siklus II meningkat hingga 77,05%. Jadi, hipotesis yang berbunyi “Jika metode modeling digunakan pada pembelajaran lari jarak pendek, maka penguasaan gerak dasar lari jarak pendek meningkat”. Maka dapat disimpulkan bahwa metode modeling dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lari jarak pendek, dan dengan menerapkan metode modeling juga memberikan dampak yang nyata / signifikan terhadap keterampilan gerak dasar lari jarak pendek pada siswa kelas V di SDN 13 Kabila.

(2)

viii

Kata Kunci : Gerak Dasar Lari Jarak Pendek, Metode Modeling.

PENDAHULUAN

Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang menekankan pada usaha memacu, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial siswa. Oleh karena itu, program pendidikan jasmani wajib diikuti oleh semua siswa, mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, diberikan dengan waktu 2 sampai 3 jam perminggu yang terdiri dari kegiatan wajib dan kegiatan pilihan. Untuk menjamin agar Pendidikan Jasmani dapat meningkatkan funsinya dengan baik, maka dalam implementasi program-programnya di lapangan harus melalui strategi atau gaya-gaya pembelajaran yang efektif dsn efisien, dalam arti memiliki pleksibilitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan berbagai faktor pendukung program pendidikan jasmani.

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga telah dilakukan berbagai upaya sebagai uaha merancang komponen-komponen pembelajaran yang dapat memberiksan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa. Tujuan pada bagian psikomotor adalah pencapaian ketrampilan dan kebugaran jasmana secara optimal. Sementara itu, walaupun Pendidikan Jasmani menggunakan aktifitas fisik sebagai media proses pembelajaran, bukan berarti mengabaikan pengembangan bagian kognitif dan afekti, namun melalui dampak pengiring dari aktifitas fisik secara langsung memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Usaha untuk merancang komponen-komponen pembelajaran Pendidikan Jasmani dilakukan dengan tindakan rekayasa secara terencana dan sistimatika.

MenurutHusdarta (2009: 3) menyatakan, “Pendidikanjasmanidankesehatanpadahakikatnyaadalah proses Pendidikan yang memanfaatkanaktivitasfisikdankesehatanuntukmenghasilkanperubahan holistic dalamkualitasindividu, baikdalamhalfisik, mental sertaemosional”.

(3)

ix

SedangkanAdangSuherman, (2003): 23) menyatakan, “Tujuanumumdaripendidikanjasmanidiklasifikasikanmenjadikempatkelompokyait u: (1) perkembanganfisik, (2) perkembangangerak, (3)perkembangan mental dan, (4) perkembangansosial”.Namun pada kenyatanya upaya yang telah dilakukan masih menimbulkan kendala dan kekurangan sehingga Peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkanobservasiawal di SDN 13 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone

Bolango, bahwasiswa/siswi yang

adabelummenguasaiteknikolahragaterutamapadamaterilarijarakpendek yang

diajarkan di kelas V,

sehinggaketikamelaksanakanolahragatidaksesuaidenganmateri ajar, siswaterkesantidakserius,

antusiassiswasangatlahberkuranginidikarenakanmerekatidakmemahamibetultekni kdasardaripadamateri ajar yaitularijarakpendek.. Dalampelaksanaanolahragakhusunyasiswakelas V (lima) padamaterilarijarakpendekmulaidari aba – aba bersedia, siswaseolah – olahacuhtaacuhdengantidakmemperhatikanposisijongkok,

letakkeeduatangandanarahpandangan, begitu pula dengan aba – aba selanjutnyaapalagisiapbadanpadasaatlaridansikapbadanmemasukigaris finis. Atletik

Atletik diartikan sebagai aktivitas jasmani yang kompetitif/dapat diadu, meliputi beberapa nomor-nomor yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar ( Suyono, 1993 ; 29 ). Atletik merupakan jenis olahraga, meliputi berbagai macam pertandingan dengan keahlian yang berbeda-beda, namun yang pokok ada dua jenis yaitu track dan field. Track terdiri dari lari jarak dekat, jarak sedang, relay dengan rintangan, dan lari-lari. Field meliputi melempar dan melompat ( Rud Midgley, 2000 : 49 ).

Istilah atletik berasal dari kata athlon atau athlum, bahasa yunani. Kedua kata tersebut mengandung makna : pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan. Orang yang melakukan kegiatan atletik dinamakan athleta, atau dalam

(4)

x

bahasa indonesia disebut atlet. Atletik seperti yang dikenal sekarang dimulai sejak diadakan olimpiade modernyang pertama di kota athenapada tahun 1896 dan terbentuknya/lahirnya badan dunia federasi atletik amatir internasionalpada tahun 1912. Sejak tahun ini program atletik selalu dimodifisir dan diperluas, tidak selalu nampak dalam cara yang rasional, sejak event yang dilombakan dalam program olimpiade dihari-hari awal didasarkan atas program-program yang berasal dari negeri inggris, misalnya penggunaan alat ukur imperial dan merubahnya menjadi sistem metrik. Jadi atletik merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat diperlombakan dalam bentuk kegiatan jalan, lari, lempar dan lompat.

Untuk menyampaikan pengertian tersebut, dapat digunakan ilustrasi berupa gambar sederhana misalanya, ada seorang manusia berasal dari negara yunani kuno, dengan ciri kha pakaian kebesaran.Gambar itu dimaksudkan untuk menanamkan pemahaman kepada anak bahwa atletik merupakan cabang olahraga pertama kali muncul pada jaman yunani kuno.Karena atletik ini memiliki beberapa bentuk kegiatan yang beragam, maka atletik dapat dijadikan sebagai pembina cabang olahraga lainnya.Bahkan ada yang menyebut sebagai “ibu” dari semua cabang olahraga.Sebab keterampilan dasar olahraga tercakup didalamnya.Seiring dengan perkembangan olahraga banyak olahragawan menggunakan gerakan atletik sebagai bentuk pemanasan.

Sesuai denga tugas gerak yang dilakukan, maka dikenal pula istilah track dan field yang menunjuk pada kegiatan dilintasan dan lapangan. Bahkan ada yang mengatakan kegiatan senam ( gymnastic ) merupakan komponen atletik. Untuk lebih memudahkan menyampaikan imformasi kepada siswa sekolah dasar ( SD ), guru perlu mengutarakannya dalam bahasa ssederhana agar mudah dipahami anak. Penggunaan gambar merupakan madia yang efektif untuk menyampaikan pesan tersebut ( rud Midgley, 2000 : 51 ). Kedudukan atletik sebagai bagian dari cabang olahraga yang lainnya, dapat dilukiskan dalam wujud seorang ibu yang melakukan cabang lain sebagai anak-anaknya. Pembelajaran atletik di SD secara khusus disesuaikan dengan kemampuan para siswa.

(5)

xi Data

Sebelum melakukan penelitian di SDN 13 kabila, diperoleh data bahwa siswa kelas V belum menguasai teknik dalam berolahraga terutama pada materi lari jarak pendek, mulai dari aba – aba bersedia, siswa seolah acuh taacuh dengann tidak memperhatikan posisi jongkok, letak kedua tangan dan arah pandangan, begitu pula dengan aba – aba selanjutnya apalagi sikap badan pada saat lari dan sikap badan memasuki garis finish. Berdasarkan hasil evaluasi bahwa daya serap siswa kelas V masih rendah.Dari hasil observasi awal teridentifikasi bahwa perkembangan dan pertumbuhan siswa menjadi faktor utama seperti siswa belum siap, belum memiliki kekuatan yang memadai dan postur badan yang tidak ideal.Apabila ditinjau dari segi pembelajaran terdapat metode yang di gunakan kurang tepat. Strategi latihan kurang terstruktur dan kurangnya motifasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. sebagai dampak yang ditimbulkan dari faktor-faktor diatas peserta didik kurang mampu melaksanakan gerakan – gerakan dengan benara pada saat penilaian sehingga perolehan nilainya masih jauh dari yang diharapkan. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi permasalahan diatas maka dapat dilakukan penerapan metode modeling.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data yaitu tidak ada yang mencapai kriteria baik dari 20 orang siswa yang dijadikan sampel, dengan rata–rata kelas.Berikut hasil kemampuan siswa pada observasi awal dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(6)

xii

Tabel1persentase hasil pengamatan kegiatan siswa padaobservasi awal

No. Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Siswa Persentase ( % ) 1. 90 – 100 Baik Sekali - 0 % 2. 75 – 89 Baik - 0 % 3. 60 – 74 Cukup 2 10 % 4. 31 – 59 Kurang 18 90 % 5. 0 – 30 Kurang Sekali - - Jumlah 20 100 a.

Jika data diatas dikonversikan kedalam diagram batang, maka hasilnya sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram Hasil Observasi Awal 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 90 – 100 75 – 89 60 – 74 31 – 59 0 – 30 0% 0% 10% 90% 0% Tes Awal

(7)

xiii

Pelaksanaan siklus satu pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 3 Desember 2013. Pertemuan pertama 2 x 35 menit dengan kompetensi dasar memprfaktekan pariasi teknik dasar atletik yang di modivikassi serta nilai semangat, sportivitas, kerja sama percaya diri dan kejujuran. Dengan menggunakan metode modeling sebagai metode utama.Penilaian yang dilakukan yaitu penilaian prilaku, pengetahuan, keterampilan.dilaksanakan selama proses KBM dengan menggunakan lembar pengamatan.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data yaitu yang memperoleh nilai 75 ketas, terdapat3 orang atau 30.0% dari 20 orang siswa yang dikenai tindakan, dengan rata-rata kelas 50,35%. hal ini tentunya masih jauh dari indikator ketercapaian yang telah ditetapkan. Selanjutnya peneliti melakukan tindakan yang terdiri dari beberapa kali pembelajaran keterampilan gerak dasar lari jarak pendek. Hasil kemampuan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2persentase hasil pengamatan kegiatan siswa padasiklus I

No. Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Siswa Persentase ( % ) 1. 90 – 100 Baik Sekali - - 2. 75 – 89 Baik 3 15 % 3. 60 – 74 Cukup 10 50 % 4. 31 – 59 Kurang 7 35 % 5. 0 – 30 Kurang Sekali - - Jumlah 20 100

(8)

xiv

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I maka akan menghasilkan gambar grafik sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Hasil Siklus I.

Gambar diatas menunjukan bahwa dari 20 orang siswa terdapat 3 orang atau 15 % siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik 10orang atau 50% siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup 7orang atau 35% siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik. Sedangkan yang mendapat nilai sangat baik pada siklus satu tidak ada.Dari presentase capaian pada siklus satu masih banyak yang memperoleh nilai dibawah standar yang telah ditetapkan yaitu 75 keatas. Melihat hasil capaian siswa dalam proses KBM belum mencapai minimal 75 keatas, dapat dikategorikan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menguasai materi dan mengimplementasikannya dalam bentuk praktek langsung.

0% 10% 20% 30% 40% 50%

sangat baik baik

cukup kurang kurang sekali 0% 15% 50% 35% 0% Siklus I

(9)

xv PEMBAHASAN

Penguasaan gerak dasar lari jarak pendek siswa kelas V, masih sangat rendah sehingga hasil belajar siswa pada pembelajaran penjasorkes masih sangat rendah.Hal ini dapat dilihat langsung dari hasil penelitian yang ada.Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari 20 orangsiswa kelas V belum memahami benar teknik berolahraga sehingga pada pelaksanaannya siswa kelas V seolah acuh – taacuh.Terlebih ketika membelajarkan gerak dasar lari jarak pendek.Ketika aba-aba bersedia siap dan yak siswa terkesan asal-asalan dalam melakukan gerakan dan tidak memperhatikan kaidah sebenarnya seperti sikap badan, posisi tangan, posisi kaki dan posisi badan ketika memasuki garis finish.

Beberapa hal diatas merupakan suatu tantangan yang menyebabkan peneliti tertantang untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan jumlah siswa 20 orang.Dengan bantuan seorang guru mitra dalam penelitian, maka peneliti beserta guru mitra mulai menyusun rencana tindakan, pada pelaksanaan tindakan siklus I peneliti menerapkan satu metode yaitu modeling. Dari hasil pelaksanaan siklus I diperoleh data yaitu yang memperoleh nilai 75 keatas terdapat 3 orang atau 30% adapun rinciannya dari 20 siswa terdapat 10 orang atau 50% yang memperoleh nilai dalam kategori cukup, 7 orang atau 35 % siswa memperoleh nilai dalam kategori baik. Sedangkan pada tahap pelaksanaan evaluasi siklus II diperoleh data yaitu dari 20 orang siswa terdapat 2orang atau10% siswa memperoleh nilai dalam kategori sangat baik, kemudian 18 orang atau 90% memperoleh nilai yang baik. Jadi rata-rata kemampuan siswa meningkat KESIMPULAN

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasan yang telahdilakukan yang berkaitandenganpeningkatangerakdasarlarijarakpendekmelaluimetode modeling, makadapatdiambilbeberapakesimpulansebagaiberikut :

a. Hasilbelajarsiswakelas V

padamaterigerakdasarlarijarakpendekmelaluimetode modeling siswakelas V meningkat. Hal inidapatdilihatpadasiklus I dan II

(10)

xvi

dimanatelahterjadipeningkatanhasilbelajarsiswapadasiklus I adalah53,35% naikmenjadi67,35% padasiklus II naiklagimenjadi 77,05%. Dari data tersebutdapatdisimpulkanbahwatelahterjadipeningkatanhasilbelajardarisikl us I dan II sehinggadapatdinyatakanpenelitiantindakankelasinitelahtuntas.

b. Pembelajaranmelaluimetode modeling

sangatcocokdigunakanuntukpembelajaranpenjasorkessebabsangatbermanf aatuntukpeningkatanhasilbelajardandisukaiolehbagianak – anakdan orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

AsepKurniaNenggalaIrwansyah, 2006. PendidikanJasmani, Olahraga,

DanKesehatan (Sehat Dan TangkasBerolahraga.Grafindo Media Pratama

Benny A. Pribadi, 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran, CV Dian Rakyat, Jakarta.

Endang, Agus. 2010. PendidikanJasmani, Olahraga, danKesehatan.

Jakarta : Aneka Ilmu

Husdarta 2009.Manajemenpendidikanjasmani.Alfabeta :bandung

IAAF, 1990.Olahraga dan pendidikan jasmani. Universitas Terbuka : Jakarta Lutan 2004. Asas – asas pendidikan jasmani. Departmen Pendidikan Nasional :

Jakarta

Lutan,Rusli, 1997.StrategiPembelajaranPendidikanJasmani Dan

Kesehatan.Depdikbut : Jakarta

Rud Midgley, 2000.Ensiklopedia olahraga. Dahara Prize ; Semarang

Siberman 2004.Strategi Pembelajaran. Department Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta

Suherman, 2003.Pengukuran dan evaluasi penjaskes. Pustaka Indonesia ; Jakarta Sobrysutikno 2009.BelajardanPembelajaran.IkrarMandiriAbadi : Jakarta

SyaifulSagala 2005.StrategiPeningkatanMutuPendidikan. PustakaIndonesia : Jogjakarta

(11)

xvii

Suprijono 2009.Cooperative Learning.PustakaIndonesia : Jogjakarta

Suranto, dkk, 1994.Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kencana prenada group : jakarta

Gambar

Gambar 1. Diagram Hasil Observasi Awal 0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%90 – 10075 – 8960 – 7431 – 59 0 – 300%0%10%90% 0%Tes Awal
Tabel 2persentase hasil pengamatan kegiatan siswa padasiklus I
Gambar 2. Diagram Hasil Siklus I.

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI JARAK PENDEK. MELALUI PENERAPAN MEDIA

penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “ Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Atletik Lari Estafet Melalui Permainan Memindahkan Benda di Kelas V SDN

untuk mencoba untuk meneliti tentang “ Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Lari Sprint Melalui Modifikasi Model Pembelajaran Group Investigation (Siswa Kelas V SDN

Tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan hasil belajar gerak dasar lari cepat melalui metode pembelajaran bermain pada siswa kelas V SD Negeri

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan penerapan model bermain pada materi lari jarak pendek dapat meningkatkan hasil belajar lari jarak pendek pada

Penguasaan keterampilan gerak lari yang dimiliki siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 15 Seloam belum baik, ini terlihat dari rata-rata nilai yang diperoleh selama ini dari jumlah

Lari jarak pendek merupakan salah satu materi yang cukup menarik dalam atletik, hanya tinggal kreasi seorang guru yang dapat lebih meragamkan bentuk kegiatan dengan

Penguasaan keterampilan gerak lari yang dimiliki siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 15 Seloam belum baik, ini terlihat dari rata-rata nilai yang diperoleh selama ini dari jumlah