• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK

KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

(Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

VERAYANA SUKMASARI PUTRI 6661112409

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Kemuliaan terbesar dalam hidup tidak terletak

pada saat kita tidak pernah jatuh, namun tetap

bangkit setiap kali kita terjatuh

~Nelson R. Mandela~

(6)

ABSTRAK

Verayana Sukmasari Putri. 6661112409. Skripsi Tahun 2015. Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung dan Suku pendatang Bali tahun 2012). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Listyaningsih, M.Si. Dosen Pembimbing II: Deden M Haris, M.Si.

Kata Kunci: Strategi, Konflik Kependudukan Lampung Selatan

(7)

ABSTRACT

Verayana Sukmasari Putri. 6661112409. Research 2015. Strategies Of Conflict Population In The South Lampung Regency (Case Studies Of Conflict Between Indigenous Lampung With Bali Newcomers In 2012) Departement Of Public Administration Sultal Ageng Tirtyasa University. Advisor I: Listyaningsih, M.Si. Advisor II: Deden M Haris, M.Si.

Keyword: Strategies, Conflict Population Resolution In The South Lampung Regency.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Alhamdulillah, Puji syukur yang tak terhingga selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan cinta-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga juga para sahabat. Dan atas berkat, rahmat, karunia, serta ridha-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis buat dan sampaikan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan judul penelitian “Manajemen Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012)”.

(9)

Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya untuk berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Imam Mukhroman S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S,Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sebagai dosen penguji sidang skripsi yang telah membantu dan memberikan masukan untuk skripsi ini kepada peneliti.

6. Ibu Listyaningsih., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan sebagai Dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam proses pembuatan Skripsi.

(10)

8. Ibu Rini Handayani, S.Si., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

9. Bapak Deden M. Haris, M.Si., sebagai Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam proses pembuatan Skripsi;

10.Bapak Dr. Suwaib Amiruddin. M.Si sebagai Dosen penguji Seminar Proposal Skripsi yang telah membantu dan memberikan masukan untuk skripsi ini kepada peneliti.

11.Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu selama belajar di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

12.Bapak/Ibu pegawai Kesbangpol, Polres, FKDM, FKUB, MPAL, Kepala Desa Agom, Kepala Desa Balinuraga Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan serta membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan memberikan data-data yang dibutuhkan yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

13.Terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan, teman-teman di kelas, baik Reguler ataupun Non Reguler ANE angakatan 2011 yang telah mengajarkan banyak hal dan saling berbagi cerita semasa kuliah.

(11)

Ode, Jeje, Ana, Cika, Erin, Kiki, Indri Reni, Nendi, Danang, Tomi dan semua sahabatku yang selalu memotivasi dan membuat peneliti tertawa. 15.Teman-teman Komunitas Soul Seeker yang telah membantu

menghilangkan rasa jenuh dan bosan dalam menyelesaikan tugas akhir ini serta motivasi yang diberikan kepada peneliti.

16.Dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih terdapat kekurangan, baik materi maupun dalam bentuk penyajiannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif guna membangun kemajuan yang lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Wassalamualakum Warrahmatullahi Wabarakatu.

Serang, Januari 2016

(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 13

1.3Batasan Masalah ... 13

1.4Rumusan Masalah... 14

1.5Tujuan Penelitian ... 15

1.6Manfaat Penelitian ... 15

(13)

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori ... 18

2.1.1 Konsep Manajemen Strategi ... 19

2.1.2 Manfaat Manajemen Strategi ... 21

2.1.3 Model Manajemen Strategi ... 23

2.1.4 Model Manajemen Strategi Organisasi Publik ... 33

2.1.5 Konsep Konflik ... 44

2.1.6 Analisis S.W.O.T ... 52

2.2Penelitian Terdahulu ... 58

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 58

2.4 Asumsi Dasar ... 61

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 62

3.2 Fokus Penelitian ... 63

3.3 Lokasi Penelitian ... 63

3.4 Fenomena Yang Diamati... 63

3.4.1 Definisi Konsep ... 63

3.4.2 Definisi Operasional ... 64

3.5 Instrumen Penelitian ... 66

3.6 Informan Penelitian ... 67

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 70

(14)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 85

4.1.1Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan ... 85

4.1.2Gambaran Umum Desa Agom ... 97

4.1.3Gambaran Umum Desa Balinuraga ... 98

4.2 Deskripsi Data ... 99

4.2.1Deskripsi Data Penelitian ... 99

4.2.2Daftar Informan Penelitian ... 102

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 103

4.4 Pembahasan ... 143

BAB V PENUTUP 5.1 kesimpulan ... 157

5.2 Saran ... 159

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen... 23

Gambar 2.2 Model Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen... 27

Gambar 2.3 Model Manajemen Strategi Komprehensif David ... 28

Gambar 2.4 Model Manajemen Strategi Pearce dan Robinson ... 30

Gambar 2.5 Model Manajemen Strategi Sebagai Sistem Menurut Nawawi ... 39

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 60

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 79

Gambar 4.1 Pelabuhan Bakauheni dan Menara Siger Lampung ... 85

Gambar 4.2 Perubahan Logo Kabupaten Lampung Selatan... 95

Gambar 4.3 Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan ... 99

Gambar 4.4 Kondisi jalan di Desa Balinurga dan kondisi jalan di Kompleks jati Agung Kalianda ... 151

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Etnik Suku/Budaya Bangsa Provinsi Lampung... ... 3

Tabel 1.2 Data Pemeluk Agama di Provinsi Lampung ... 4

Tabel 1.3 Beberapa Kasus yang Terjadi di Provinsi Lampung Selatan ... 6

Tabel 1.4 Peristiwa Konflik Antara Suku Bali dan Lampung di Lampung Selatan. 7 Tabel 2.1 Tabel Analisis S.W.O.T ... 52

Tabel 3.1 Definisi Oprasional Penelitian... 65

Tabel 3.2 Informan Peneliti ... 69

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 73

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 83

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial

LAMPIRAN 2 Permendagri No. 42 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Konflik Sosial

LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian untuk Kesbangpol Provinsi Banten LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitin Untuk Kesbangpol Provinsi Lampung

LAMPIRAN 5 Surat Izin Penelitian untuk Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan

LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian untuk Kapolres Lampung Selatan LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian untuk MPAL

LAMPIRAN 8 Surat Izin Penelitian untuk FKDM LAMPIRAN 9 Surat Izin Penelitian untuk FKUB

LAMPIRAN 10 Surat Izin Penelitian untuk Ka. Desa Agom LAMPIRAN 11 Surat Izin Penelitian untuk Ka. Desa Balinuraga

LAMPIRAN 12 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Provinsi Banten

LAMPIRAN 13 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Provinsi Lampung

(18)

LAMPIRAN 15 Surat Rekomendasi Penelitian Polres Lampung Selatan LAMPIRAN 16 Tabel Pembahasan

LAMPIRAN 17 Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 18 Surat Pernyataan Narasumber LAMPIRAN 19 Memberchek

LAMPIRAN 20 Kategorisasi Data

LAMPIRAN 21 10 Butir perjanjian Perdamaian Konflik Masyarakat Lampung dan Masyarakat Bali

(19)

1 1.1Latar Belakang

Masyarakat Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetap satu jua, dengan semboyan itu menandakan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman manusia. Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang dikenal dengan nusantara dihuni oleh ratusan kelompok suku yang tumbuh dan berkembang dalam suasana penuh konflik sosial berdarah sejak Indonesia merdeka.Indonesia juga merupakan Negara yang memiliki banyak pulau besar dan kecil, yang tersebar di seluruh Nusantara diantara pulau-pulau besar yang ada di Indonesia Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang berada di Pulau Sumatra.

(20)

Metro, dengan jumlah penduduk sebesar 7.608.405 jiwa (BPS Lampung: Lampung dalam angka 2013, 42), karena secara letak geografis Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang pulau Sumatra yang menjadi lalu lintas antara pulau Jawa Sumatra masyarakat Lampung juga dikenal sebagai masyarakat yang heterogen.

(21)

transmigrasi atau penduduk asli, dan salah satu daerah tujuan dari Program Transmigrasi adalah Provinsi Lampung, dengan banyaknya masyarakat yang melakukan transmigrasi membuat Provinsi Lampung memiliki banyak suku yang memiliki kebudayaan masing-masing karena setiap suku yang memiliki sebuah kebudayaan atau adat istiadat yang berbeda. Menurut sensus BPS Provinsi Lampung 2012, berdasarkan kriteria etnik suku diperoleh data statistik yaitu:

Tabel 1.1

Kriteria Etnik Suku/Budaya Bangsa Provinsi Lampung

(Sumber: Data diolah, 2014)

Dapat dilihat dari data tabel 1.1diatas bahwa masyarakat asli Lampung bukanlah masyarakat yang paling dominan diantara masyarakat yang lain, ini juga menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik, serupa dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ismed Alwi Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebelum tahun 2012 tidak sampai mengakibatkan korban jiwa, kemudian tidak hanya masyarakat Bali dan masyarakat Lampung yang bentrok tetapi juga masyarakat suku yang lain, seperti

NO Etnik Suku/Budaya bangsa Jumlah (jiwa) Persen (%)

1 Lampung 792.312 11,92%

2 Jawa 4.113.731 61,88%

3 Sunda Banten 749.566 11,27%

4 Palembang Semendo 36.292 3,55%

(22)

masyarakat Jawa, masyarakat Semendo juga melakukan bentrok (wawancara peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

Masyarakat yang begitu beragam haruslah menjadi salah satu kelebihan pada suatu daerah dimana bisa dimanfaatkan untuk berbagai aspek diantaranya dengan memanfaatkan potensi pariwisata yang dapat menyumbang pendapatan asli daerah tersebut.

Permasalahan yang Kedua adalah konflik yang terjadi di Provinsi Lampung bukan hanya karena faktor perbedaan suku atau budaya namun juga karena faktor ekonomi dan sentiment agama. Provinsi Lampung juga tidak hanya memiliki keberagaman etnik suku/budaya bangsa namun juga merupakan daerah dengan keragaman agama, pola-pola adat, kondisi goegrafis, rasa, dan bahasa. Jumlah pemeluk agama penduduk Provinsi Lampung terbanyak adalah agama Islam menurut sensus penduduk tahun 2010 yaitu sebesar 6.779.928 jiwa.

Tabel 1.2

Data Pemeluk Agama di Provinsi Lampung

(Sumber: Data Diolah, 2014)

No Agama/kepercayaan Jumlah (Jiwa)

1 Islam 6.779.928

2 Kristen 141.899

3 Katolik 131.585

4 Hindu 205.200

(23)

Melihat kondisi masyarakat yang begitu beragam memicu terjadinya perbedaan antar kelompok suku, sebagian besar konflik antar golongan yang telah terjadi diakibatkan oleh kultur subjektif yang berbeda-beda. Terkait dengan hal tersebut pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis yang dibuat sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 20, pasal 21, pasal 27 ayat (1), pasal 28 B ayat 2 dan pasal 28 I ayat 1 dan ayat 2, bertujuan untuk mewujudkan kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, perdamaian, keserasian, keamanan, dan kehidupan bermata pencaharian di antara warga negara yang pada dasarnya selalu hidup berdampingan. Namun konflik kepandudukan yang terjadi di Provinsi Lampung merupakan konflik yang terjadi sudah lama, selain dipicu oleh perbedaan identitas suku, budaya, dan sentiment agama konflik di Lampung juga sering dipicu oleh faktor ekonomi berupa sengketa lahan seperti pada kasus Mesuji.

(24)

memicu protes bertahun-tahun sehingga menyebabkan bentrok antara warga dengan pihak perusahaan dan aparat, yang ujungnya menimbulkan korban jiwa (http://www.suarapembaruan.com/home.tragedi-mesuji-pihak-perusahaan-dinilai-picu-kekerasan.com diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014).

Permasalahan yang Ketiga adalah konflik yang sudah terjadi berkali-kali di Kabupaten Lampung Selatan kurang ditindak tegas oleh aparat keamanan dan Pemerintah Daerah sehingga menimbulkan konflik yang lebih besar. Masyarakat di Provinsi Lampung mengalami krisis yang amat memilukan menjelang pergantian abad ke 21, adapun beberapa konflik yang terjadi dalam skala kecil maupun yang lebih besar (http://Perang-Suku-di-Lampung-Sebuah-Dendam-Lama/Lintas-Berita.htm diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014), sebagai

berikut:

Tabel 1.3

Beberapa Kasus Yang Terjadi di Kabupaten Lampung Selatan Bulan/Tahun Kejadian/Peristiwa

September 2010 Pembakaran Pasar Probolinggo Lampung Timur oleh Suku Bali

Desember 2010 Perang Suku Jawa dan Bali dengan suku Lampung karena Pencurian Ayam

September 2011 Suku Jawa vs Suku Lampung dipicu oleh sengketa lahan Januari 2012 Ricuh Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Penduduk

Asli Lampung

(25)

Permasalahan yang ada di Lampung Selatan umumnya bersumber dari masalah yang tergolong relative kecil namun pada kenyataannya bisa berubah menjadi perkelahian yang menjurus kearah peperangan yang mengakibatkan korban jiwa. Menurut Bapak Ismed Alwi Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan menjelaskan jika terjadi ricuh di masyarakat penyelesaiannya menggunakan musyawarah mufakat dengan dibantu pihak ketiga yaitu aparat keamanan supaya permasalahannya dapat dengan cepat diselesaikan mengingat sifat dan watak yang berbeda di masyarakat Kabupaten Lampung Selatan (wawancara peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

Adapun uraian beberapa konflik yang tercatat di Kesbangpol Lampung Selatan terjadi konflik pada Bulan Oktober 2012 lalu yang juga berangkat dari permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi bertahun-tahun sebelumnya yaitu:

Tabel 1.4

Peristiwa Konflik Antara Suku Bali Dan Lampung Di Lampung Selatan

Bulan/Tahun Peristiwa

Tahun 1982 Terjadi perselisihan pemuda Desa Sandaran dan Balinuraga,

warga Balinuraga menyerang dengan membakar 2 unit rumah di Desa Sandaran

Tahun 2005 Masyarakat Bali Agung Kecamatan Palas membakar beberapa

rumah penduduk di Desa Palas Pasmah

Tahun 2009 Masyarakat Bali di Kecamatan Ketapang menyerang

(melempari) Masjid di Desa Ruguk Kecamatan Ketapang

Tahun 2010 Masyarakat Bali Agung menyerang Desa Palas Pasmah dengan

melakukan pembakaran beberapa rumah penduduk juga dengan koban meninggal 1 (satu) orang warga Palas Pasmah

Tahun 2010 Masyarakat Bali dari Kecamatan Ketapang menyerang Desa

Tetaan Kecamatan Penengahan dan menghancurkan gardu ronda dan pangkalan ojek di perempatan Gayam Kecamatan Penengahan

Desember Tahun 2011 Masyarakat Bali menyerang Desa Marga Catur dengan

(26)

melakukan penyerangan masyarakat Bali menggunakan simbol-simbol khusus adat istiadat Bali

Januari Tahun 2012 Masyarakat Bali melakukan tindakan premanisme terhadap pemuda dari Desa Kotadalam Kecamatan Sidomulyo yang menyebabkan beberapa orang warga Kotadalam mengalami luka-luka, dan beberapa rumah warga Lampung dirusak yang mengakibatkan dibakarnya dusun Napal Desa Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo oleh suku Lampung

Tahun 2012 Pada saat malam takbiran Idul Fitri tahun 2012, para pemuda

desa Balinuraga melakukan kerusuhan di depan Masjid Sidoharjo Kecamatan Way Panji saat umat islam sedang melakukan takbiran di Masjid

(Sumber: Kesbangpol Tahun 2012).

Permasalahan yang Keempat adalah kurang tanggapnya Pemerintah daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi sehingga menyebabkan korban jiwa. Konflik-konflik tersebut timbul diantara para suku-suku tersebut sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi sebuah konflik besar, pengelompokkan suku di wilayah Lampung Selatan sudah terjadi sejak lama, bahkan hal tersebut sudah terjadi sejak mereka remaja, di beberapa sekolah yang ada di wilayah Lampung Selatan anak-anak suku Bali tidak mau bermain atau bersosialisasi dengan anak-anak suku lainnya begitu juga dengan anak-anak dari suku Jawa maupun Lampung (wawancara peneliti pada hari minggu tanggal 30 November 2014 dengan bapak Nyoman Astawe).

(27)

masyarakat suku lain menghormati masyarakat bali jika ada sesuatu kepentingan dengan masyarakat bali yang termasuk orang kaya, seperti jika ingin meminjam uang maka masyarakat suku lain akan bersikap baik namun berbeda jika tidak memiliki kepentingan sikapnya akan acuh tak acuh terhadap masyarakat bali (wawancara peneliti pada hari minggu tanggal 30 November 2014)

(28)

Upaya perdamaian yang dipimpin langsung oleh Kapolda Lampung tidak berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di wilayah itu. Aksi serang terjadi kembali, pihak Kepolisian dan TNI mengerahkan 1.000 aparat dengan dibantu pihak Brimob Polda Banten dan Sumatra Selatan, namun pada peristiwa ini jumlah warga yang melakukan bentrok semakin bertambah dan tidak dapat ditahan lagi hingga akhirnya warga berhasil memasuki Desa Balinuraga. Dalam aksi penyerangan ini 7 orang tewas, kebanyakan korban tewas tergeletak di area perkebunan dan persewahan dengan kondisi tubuh rusak akibat dicabik-cabik (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Lampung Selatan pada hari selasa 4 November 2014).

(29)

Permasalah yang Kelima adalah penanganan konflik (Resolusi Konflik) yang dilakukan pemerintah tidak merangkul seluruh masyarakat. Penanganan konflik (Resolusi konflik) yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang Penangan Konflik Sosial, yang melibatkan aparat pemerintah dan serta tokoh-tokoh yang ada di Lampung Selatan dirasa belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari gagalnya proses mediasi yang dilakukan sehingga mengakibatkan konflik makin meluas. Cara yang dipergunakan pemerintah untuk mengurangi konflik adalah dengan melakukan perjanjian yang melibatkan pihak ketiga, agar kelompok yang sebelumnya tidak mau diajak perundingan kamudian mempertimbangkan pihak ketiga sebagai instrument yang bisa menyelasaikan masalah bersama. Pada saat pasca konflik kemudian dilakukan musyawarah dan menghasilkan apa yang disebut “Piagam Perdamaian” yang dimana di dalam isi piagam tersebut memuat 10 pion penting perjanjian. Namun pada kenyataan setelah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat Lampung dan masyarakat Bali piagam perdamaian tersebut menimbulkan pro dan kontra di kedua belah pihak, piagam perjanjian pertama tidak mampu menyelesaikan masalah begitu saja sehingga menghasilkan piagam perdamaian kedua pada akhir tahun 2012.

(30)

dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan penyelesaian konflik dilakukan dengan membuat nota kesepahaman yang dilakukan secara musyawarah dengan masyarakat yang terlibat konflik, penyelesaian konflik itu dilakukan atas dasar Undang-undang No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial ini dikarenakan belum adanya peraturan daerah yang dibuat khusus untuk penenganan konflik sosial itu sendiri (wawancara peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

Rembuk Pekon merupakan pelembagaan negosiasi yang bersifat kekeluargaan, program ini melibatkan seluruh aspek baik dari elemen pemerintahan maupun masyarakat seperti, tokoh adat, tokoh agama, pemuda dan yang lainnya, tujuannya agar konflik yang terjadi di wilayah khususnya Lampung Selatan tidak terulang lagi.

(31)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan pada uraian dimuka, adapun permasalahan yang diidentifikasikan oleh penulis sesuai dengan uraian di atas, yaitu:

1. Kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung yang diakibatkan Program Transmigrasi pada era Orde Baru membuat Provinsi tersebut rentan akan Konflik sosial.

2. Konflik yang terjadi di Provinsi Lampung bukan hanya karena faktor perbedaan suku/budaya namun juga karena faktor ekonomi dan sentiment agama.

3. Konflik yang sudah terjadi berkali-kali di Kabupaten Lampung Selatan kurang ditindak tegas oleh aparatur hukum sehingga mengakibatkan konflik yang lebih besar.

4. Kurang tanggapnya Pemerintah dalam penyelesaian kependudukan yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sehingga banyak korban yang tewas.

5. Penanganan konflik (Resolusi Konflik) yang dilakukan pemerintah tidak merangkul seluruh masyarakat.

1.3Batasan Masalah

(32)

penelitian tentang Strategi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan secara lebih rinci harus dilakukan batasan masalah agar terjadi keselarasan antara capaian dengan kondisi dilapangan yang dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Lampung secara keseluruhan.

Maka penulis membatasi masalah pada Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali 2012).

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimanakah kondisi kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Lampung Selatan khususnya masyarakat Lampung dan masyarakat Bali?

2. Bagaimanakah proses terjadinya Konflik di Kabupaten Lampung Selatan pada kasus khususnya yang terjadi antara suku asli Lampung dengan suku pendatang Bali pada tahun 2012?

(33)

1.5Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana kondisi kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Lampung Selatan khususnya masyarakat Lampung dan masyarakat Bali. 2. Mengetahui bagaimana proses terjadinya Konflik di Kabupaten Lampung

Selatan pada kasus khususnya yang terjadi antara suku asli Lampung dengan suku pendatang Bali pada tahun 2012.

3. Bagaimana strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam menyelesaikan konflik penduduk khususnya konflik yang terjadi antara suku asli Lampung dan suku pendatang Bali.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

(34)

dipertanggungjawabkan dengan harapan bisa memberikan kontribusi nyata dalam upaya meredam timbulnya konflik-konflik yang serupa di kemudian hari.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan nyata dilapangan pada komponen-komponen yang terkait dengan konflik, diantaranya:

1. Pihak kelompok

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata berdasarkan realita lapangan penelitian sebagai bagian dari proses penyadaran kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dalam upaya mewujudkan perdamaian yang utuh dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pihak-pihak yang terkait dalam proses perdamaian

Dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu acuan atau refrensi dalam upaya menemukan resolusi yang tepat untuk menciptakan perdamaian yang optimal bagi kelompok yang terkait.

1.7 Sistematika Penulisan

(35)

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tenang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

Menguraikan tentang Deskripsi Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Penelitian dan Asumsi Dasar Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Menguraikan tentang Metode Penelitian, Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian, Lokasi Penelitian, Fenomena Yang Diamati, Instrument Penelitian, Informan Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Menguraikan tentang Deskripsi Objek Penelitian, Deskripsi data dan Pembahasan.

BAB V PENUTUP

(36)

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka kita akan memiliki konsep penelitian yang jelas dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat menemukan hubungan antar variabel yang diteliti.

(37)

2.1.1 Konsep Manajemen Strategi

Untuk memahami pengertian manajemen strategi, terlebih dahulu harus dapat mengerti apakah itu strategi itu,kata strategi berasal dari yunani, yaitu

statogos atau strategis yang berarti jendral, strategi berarti seni para jendral. maka strategi dapat diartikan dari sudut pandang militer adalah cara menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan perang agar musuh dapat dikalahkan (Saladin, 1999: 01). Kemudian menurut David (2008:17), ”Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar”. Hal ini sejalan dengan Hunger dan Wheelen (2003:16), bahwa ”Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya”.

Sedangkan Menurut Pearce II dan Robinson (2008:6):

”Strategi (strategy) bagi para manajer adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi merupakan rencana permainan perusahaan. Meskipun tidak merinci seluruh pemanfaatan (manusia, keuangan dan material) di masa depan, rencana tersebut menjadi kerangka bagi keputusan manajerial. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana perusahaan akan bersaing, dengan siapa perusahaan akan sebaiknya bersaing, dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing”.

(38)

Berbeda dengan konsep manajemen strategi merupakan bidang ilmu yang melihat pengelolaan perusahaan secara menyeluruh dan berusaha menjelaskan mengapa beberapa perusahaan berkembang dan maju secara pesat, sedangkan yang lainnya tidak maju dan akhirnya bangkrut. Manajemen strategi lebih menekankan pada pengambilan keputusan strategis. Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara keseluruhan. Hunger dan Wheelen (2003:4) “Manajemen Strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang”.

Pengertian manajemen strategi menurut David (2008:5):

“Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Menurut Pearce II dan Robinson (2008:5) :

(39)

Manajemen strategi lebih menekankan pada pengambilan keputusan strategis. Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara keseluruhan. Menurut Hunger dan Wheelen (2003:4), “Manajemen Strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang”.

Manajemen strategi mengacu pada analisis dan penerapan strategi termasuk didalamnya adalah implementasi rencana-rencana strategi. Manajemen strategi dapat dipraktekkan atau diterapkan dalam unit-unit organisasional yang berbeda ukuran besaran organisasi (size), dalam kelompok-kelompok perusahaan, perusahaan secara individual, pada divisi-divisi atau bidang-bidang fungsional dalam perusahaan, pada departemen-departemen pemerintahan, serta pada organisasi nirlaba (http://melistyaridewi.blogspot.com/2012/02/manajemen-strategik.html diakses pada hari senin tanggal 2 maret 2015 pukul 18:33 WIB). Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang, perencanaan jangka panjang dan mencoba untuk mengoptimalkan tren sekarang untuk masa yang akan datang.

2.1.2 Manfaat Manajemen Strategi

(40)

manajer organisasi-organisasi laba dan nirlaba telah mengakui dan menyadari keuntungan atau manfaat manajemen strategi. Secara historis manfaat utama manajemen startegi adalah membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional utnuk menentukan pilihan strategis. Hal ini menjadi manfaat utama manajemen strategi.

Manfaat manajemen strategi menurut Jatmiko (2004: 24) adalah:

1. Dapat mendorong anda melaksanakan tugas pekerjaan dengan baik tanpa memandang posisi anda dalam suatu organisasi, apabila anda mengetahui arah mana yang dituju perusahaan.

2. Anda akan mampu mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan parubahan besar dalam organisasi perusahaan.

3. Apabila sebagai karyawan anda menyadari strategi, nilai-nilai dan tujuan manajer pada tingkat labih atas, maka anda berada dalam kedudukan yang labih baik untuk dapat memperkirakan kemungkinan diterimanya usulan yang akan anda ajukan.

Sedangkan Manfaat penerapan manajemen strategis pada organisasi sektor public menurut Jatmiko (2004: 26) yaitu:

1. Membantu organisasi publik berpikir secara strategis. 2. Mengklarifikasi arah mendatang.

3. Memecahkan masalah organisasi. 4. Meningkatkan kinerja.

5. Berhubungan secara efektif dengan lingkungan yang berubah. 6. Membangun tim kerja dan keahlian, dan.

(41)

2.1.3 Model Manajemen Strategi

2.1.3.1Model Manajemen Stategi Menurut Hunger dan Wheelen

Hunger dan Wheelen (2003:9) menjelaskan proses manajemen strategi meliputi empat elemen dasar: 1) pengamatan lingkungan, 2) perumusan strategi, 3) implementasi strategi, 4) evaluasi dan pengendalian.

(Sumber: Hunger dan Wheelen, 2003:11)

Gambar 2.1

Proses Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen

Gambar 2.1 menunjukkan interaksi keempat elemen tersebut. Pada level korporasi, proses manajemen strategi meliputi aktivitas-aktivitas dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan perusahaan disebut faktor-faktor strategis dan diringkas dengan singkatan S.W.O.T yang berarti Strenghs (kekuatan), Weaknesses (Kelemahan),

Opportunities (kesempatan), dan Threats (ancaman). Setelah mengidentifikasi faktor-faktor strategis, manajemen mengevaluasi interaksnya dan menentukan

Pengamatan Lingkungan

Perumusan Strategi

Implementasi Strategi

(42)

misi parusahaan yang sesuai. Langkah pertama dalam merumuskan strategi adalah pernyataan misi, yang berperan penting dalam menentukan tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Perusahaan mengimplemantasi strategi dan kebijakan tersebut melalui program, anggaran, dan prosedur, akhirnya evaluasi kinerja dan umpan balik untuk memastikan tepatnya pengandalian aktivitas perusahaan.

1. Pengamatan Lingkungan a. Analisis Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada didalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel termasuk membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian: lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja perusahaan sering disebut industri, lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum, kekuatan itu tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang (Hunger dan Wheelen, 2003:9).

b. Analisis Internal

(43)

Aset itu meliputi kemampuan orang, kemampuan bakat manajerial, seperti aset keuangan dan fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional. Tujuan utama adalah dalam manajemen strategis adalah memadukan variabel-variabel internal perusahaan untuk memberikan kompetensi unik, yang memampukan perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif secara terus-menerus, sehingga menghasilkan laba (Hunger dan Wheelen, 2003:11).

2. Perumusan Strategi

Pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan yang dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan (Hunger dan Wheelen, 2003:12).

c. Misi

Misi organisai adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup, pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Misi dapat ditetapkan secara sempit atau secara luas. Tipe pernyataan misi sempit menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan misi luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi untuk memasukan banyak tipe produk atau jasa, pasar dan teknologi (Hunger dan Wheelen, 2003:13).

d. Tujuan

Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaliknya diukur jika memungkinkan. Istilah sasaran (goal) sering rancu dengan istilah tujuan (objektive). Sasaran adalah pernyataan terbuka yang berisi suatu harapan yang akan diselesaikan tanpa perhitungan apa yang akan dicapai dan tidak ada penjelasan waktu penyelesaian (Hunger dan Wheelen, 2003:15).

e. Strategi

(44)

f. Kebijakan

Aliran dari strategi, kebijakan menyediakan pedoman luas untuk pengambilan keputusan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga merupakan pedoman luas yang menghubungkan perumusan strategi dan implementasi (Hunger dan Wheelen, 2003:16).

3. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya aecara menyeluruh, struktur atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan bahwa akan mengimplementasikan strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai perencanaan operasional, implementasi strategi sering melibatkan keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya (Hunger dan Wheelen, 2003:17).

 Program

Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan restrukturisasi perusahaan, perubahan budaya internal perusahaan, atau awal dari suatu usaha penelitian baru (Hunger dan Wheelen, 2003:17).

 Anggaran

Anggaran merupakan program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang. Setiap program akan dinyatakan dengan rinci dalam biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan (Hunger dan Wheelen, 2003:18).

 Prosedur

Prosedur, kadang-kadang disebut Standar Operating Procedures (SOP). Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Secara khusus merinci bagaimana aktivitas yang harus dikerjakan utnuk menyelesaikan program-program perusahaan (Hunger dan Wheelen, 2003:18).

4. Evaluasi Dan Pengendalian

(45)

informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walupun evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategi, elemen itu juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali (Hunger dan Wheelen, 2003:19).

Agar evaluasi dalam pengendalian efektif, manajer harus mendapatkan umpan balik yang jelas, tepat, dan tidak bias dari orang-orang bawahannya yang ada dalam hirarki perusahaan. Evaluasi kinerja dan pengendalian mengakhiri model manajemen stategi. Berdasarkan hasil kinerja, manajemen mungkin akan melakukan penyesuaian terhadap perumusan strategi atau implementasi, atau keduanya. Lebih jelasnya lihat gambar 2.2 dibawah ini:

(Sumber: Hunger dan Wheelen, 2003:1)

Gambar 2.2

(46)

2.1.3.2Model Manajemen Strategi Komprehensif David

David (2005:90) menjelaskan bahwa cara paling baik untuk mempelajari dan menerapkan proses manajemen strategi adalah dengan menggunakan model, setiap model menggambarkan suatu jenis proses. Kerangka kerja yang terdapat dalam gambar 2.3 adalah model komprehensif suatu proses manajemen startegi yang sudah diterima secara luas. Model ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi mewakili pendekatan praktis dan jelas untuk perumusan, pelaksanaan dan evaluasi startegi. Hubungan antara bagian-bagian utama dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model tersebut.

(Sumber: Fred R. David, 2005:91)

Gambar 2.3

(47)

Proses manajemen strategi menurut David (2005: 6) terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Perumusan Strategi

Mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, merupakan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menentukan tujuang jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternative untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Isu-isu perumusan strategi mencakup keputusan mengenai bisnis baru yang akan dimasuki, bisnis yang akan ditinggalkan, pengalokasian sumberdaya, perluasan operasi atau diversifikasi, keputusan untuk memasuki pasar internasioanl, merger atau membentuk usaha patungan, dan cara untuk menghindari pengambilalihan oleh pesaing bisnis (David, 2005: 6).

2. Pelaksanaan Strategi

Mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi. Pelaksanaan strategi sering disebut tahap tindakan dalam manajemen strategi. Melaksanakan untuk melaksanakan strategi-strategi yang dirumuskan. Pelaksanaan strategi yang sering dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitmen dan pengorbanan pribadi. Keberhasilan pelaksanaan strategi tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi para karyawan. Hal ini akan lebih merupakan hasil dari pada ilmu. Strategi-strategi yang dirumuskan tetapi tidak dilaksanakan tidak akan memberikan manfaat (David, 2005: 6).

3. Evaluasi Strategi

Tahap terakhir dalam manajeman strategi, para menejer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi adalah cara pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat diubah sewaktu-waktu karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi ini adalah:

 Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini.

 Mengukur kinerja.

(48)

Evaluasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saai ini bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di hari esok. Keberhasilan selalu menciptakan masalah-masalah baru dan berbeda, organisasi-organisasi yang cepat puas diri akan mati dengan sendirinya (David, 2005: 7).

2.1.2.3Model Manajemen Strategi Pearce dan Robinson

(Sumber:Pearce dan Robinson (MGH), 2008: 4) Gambar 2.4

Model Manajemen Strategi Pearce dan Robinson

(49)

acuan karena model ini merupakan penyederhanaan atau generalisasi model yang ada sehingga memuat prinsip-prinsip yang digunakan pada model-model yang lain.

Berikut ini penjelasan tahapan-tahapan dalam manajemen strategi :

1. Misi Perusahaan

Misi suatu perusahaan adalah tujuan yang unik, yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasinya. Secara ringkas, misi menguraikan produk, pasar, dan bidang teknologi yang diharap perusahaan di mana misi tersebut mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategi (Pearce dan Robinson 2008: 16).

2. Profil Perusahaan

Profil perusahaan mengambarkan kuantitas dan kualitas sumber daya keuangan, manusia, dan fisik perusahaan. Profil ini juga menilai kekuatan dan kelemahan manajemen dan struktur organisasi perusahaan. Profil perusahaan membandingkan keberhasilan masa lalu perusahaan serta titik perhatian tradisionalnya dengan kemampuan perusahaan saat ini guna mengidentifikasi kemampuan masa depan perusahaan (Pearce dan Robinson 2008: 16).

3. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal perusahaan meliputi semua keadaan dan kekuatan yang mempengaruhi pilihan strateginya dan menentukan situasi persaingannya. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan operasional, industri, dan lingkungan jauh (Pearce dan Robinson 2008: 16).

4. Analisis dan pilihan strategi

(50)

5. Sasaran jangka panjang

Sasaran jangka panjang adalah hasil yang diharapkan suatu organisasi dalam kurun waktu beberapa tahun (Pearce dan Robinson 2008: 17).

6. Strategi umum

Strategi umum adalah suatu rencana umum dan menyeluruh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai sasaran jangka panjang dalam suatu lingkungan yang dinamis (Pearce dan Robinson 2008: 17).

7. Sasaran tahunan

Sasaran tahunan adalah hasil yang ingin dicapai organisasi dalam kurung waktu satu tahun (Pearce dan Robinson 2008: 17).

8. Strategi fungsional atau operasional

Strategi operasional adalah rumusan rinci mengenai cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai sasaran tahun berikutnya. Kebanyakan manajer strategik berusaha mengembangkan suatu strategi operasional untuk setiap perangkat sasaran tahunan terkait (Pearce dan Robinson 2008: 18).

9. Kebijakan

Kebijakan adalah keputusan bersifat umum yang telah ditetapkan sebelumnya yang menjadi pedoman atau menjadi pengganti bagi pengambil keputusan manajerial yang bersifat repetitif (berulang). Kebijakan menjadi pedoman pikiran, keputusan, dan tindakan manajer pada bawahan mereka dalam mengimplementasikan strategi organisasi. Kebijakan memberikan tuntutan untuk menetapkan dan mengendalikan proses dengan sasaran strategi perusahaan (Pearce dan Robinson 2008:18).

10.Melembagakan strategi

(51)

11.Pengendalian dan evaluasi

Implementasi (pelaksanaan) strategi harus dipantau untuk mengetahui sejauhmana sasaran perusahaan tercapai. Betapapun diusahakan subyektif mungkin,proses perumusan strategi sebagian besar bersifat subyektif. Jadi ujian penting pertama terhadap suatu strategi hanya dapat dilakukan setelah implementasi (Pearce dan Robinson 2008:19).

2.1.4 Model Manajemen Strategi Organisasi Publik

Pada dasarnya manajemen strategi tidak hanya digunakan pada sektor swasta tetapi juga sudah diterapkan pada sektor publik. Penerapan manajemen strategi pada kedua jenis institusi tersebut tidaklah jauh berbeda, hanya pada organisasi sektor publik tidak menekankan tujuan organisasi pada pencarian laba tetapi lebih pada pelayanan. Menurut Anthony dan Young dalam Salusu (2004:26) penekanan organisasi sektor publik dapat diklasifikasikan ke dalam 7 hal yaitu :

1. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak

2. Ada kecenderungan berorientasi semata – mata pada pelayanan 3. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi 4. Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk

mendapatkan bantuan keuangan. 5. Dominasi professional.

6. Tidak bermotif mencari keuntungan

7. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.

(52)

dalam organisasi sektor publik banyak penelitian yang mengupas pentingnya manajemen stratejik pada sektor publik.

Roberts dan Menker dalam Rabin menjelaskan bahwa manajemen strategi pada pemerintah pusat di Amerika Serikat hasilnya mereka megusulkan adanya pendekatan baru dalam manajemen sektor publik yaitu pendekatan generatif selain pendekatan yang sudah ada yaitu pendekatan direktif dan pendekatan adaptif. Pendekatan direktif merupakan pendekatan yang bersifat dari atas ke bawah (top–down) dan lebih sedikit melibatkan anggota dalam organisasi sektor publik. Pendekatan adaptif lebih menekankan pada semangat kebersamaan dalam organisasi dalam menetapkan tujuan pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan pendekatan generatif menekankan pada pentingnya seorang pemimpin (leader) dalam melakukan fungsi penetapan tujuan, pelaksanaan dan evaluasi dengan tidak mengesampingkan anggota lain dalam organisasi sektor publik (https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015)

(53)

1) Implementasi rencana, 2) Indikator kinerja,

3) Reformasi kesejahteraan, 4) Kesepakatan kinerja, dan

5) Pemeriksaaan audit.(https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015).

Lebih lanjut ada penelitian terhadap manajemen strategi yang dilakukan oleh kantor dinas pajak Amerika Serikat dibantu oleh kantor akuntan publik

Pricewaterhouse Coopers dengan obyek penelitian pada kantor dinas pajak pemerintah pusat yang berlokasi di Washington D.C. Penelitian ini melihat tahapan manajemen strategi dari awal yaitu dengan mengembangkan

multiyearbudget yaitu penganggaran yang dilakukan dalam waktu yang panjang dimana dalam proses ini belum terdapat visi, obyektif, tujuan dan pengukuraan kinerja. Kemudian proses ini berubah menjadi secara perencanaan strategi bisnis (strategic business plan) dimana sudah adanya visi dan misi organisasi namun masih meletakan penganggaran diluar sistem sehingga sering program tidak dapat berjalan dengan baik karena adanya keterbatasan anggaran.

(54)

dijalankan sehingga tidak adanya prioritas dalam program (https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015).

Perubahan terakhir terhadap manajemen strategi yang ada dalam kantor dinas pajak pemerintah pusat di Amerika Serikat yaitu dengan menerapkan perencanaan strategi dan penganggaran. Pada tahapan ini anggaran lebih diintegrasikan dengan perencanaan strategi sehingga lebih mempunyai hubungan yang erat dengan program yang disusun dan dijalankan. Pada akhirnya kantor dinas pajak pemerintah pusat Amerika Serikat mempunyai misi utama yaitu lebih berpatokan pada pelanggan (customer driven). Sedangkan 3 visinya yaitu:

1) Pelayanan terhadap setiap pembayar pajak, 2) Pelayanan terhadap semua pembayar pajak, dan

3) Produktivitas yang dibangun melalui lingkungan kerja yang mempunyai kualitas tinggi. (https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015).

(55)

satu alat dalam manajemen strategi juga sudah diterapkan dalam sistem pendidikan nasional yaitu dengan adanya pertimbangan sosio kultural yang mewarnai proses dan situasi pendidikan dan berdampak pada lulusan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah masing–masing daerah atau negara.

Menurut Nawawi (2005:148-149), pengertian manajemen strategik ada 4 (empat). Pengertian pertama Manajemen Strategik adalah “proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”.

Dari pengertian tersebut terdapat beberapa aspek yang penting, antara lain:

a. Manajemen Strategik merupakan proses pengambilan keputusan.

b. Keputusan yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh yang berarti berkenaan dengan aspek-aspek yang penting dalam kehidupan sebuah organisasi, terutama tujuannya dan cara melaksanakan atau cara mencapainya.

c. Pembuatan keputusan tersebut harus dilakukan atau sekurang-kurangnya melibatkan pimpinan puncak (kepala sekolah), sebagai penanggung jawab utama pada keberhasilan atau kegagalan organisasinya.

d. Pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya harus mengetahui dan menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

e. Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak (kepala sekolah) harus diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategik organisasi.

(56)

muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan”. Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang secara relatif luas dari pengertian pertama yang menekankan bahwa “manajemen strategik merupakan usaha manajerial menumbuh kembangkan kekuatan organisasi”, yang mengharuskan kepala sekolah dengan atau tanpa bantuan manajer bawahannya (Wakil Kepala Sekolah, Pembina Osis, Kepala Tata Usaha), untuk mengenali aspek-aspek kekuatan organisasi yang sesuai dengan misinya yang harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategik yang telah ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus dimanfaatkan secara optimal.

Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategik adalah “arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan strategi yang efektif untuk membantu mencapai tujuan organisasi”. Pengertian ini menekankan bahwa arus keputusan dari para pimpinan organisasi (Kepala Dinas, Kepala Sekolah) dan tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus menghasilkan satu atau lebih strategis, sehingga dapat memilih yang paling efektif atau yang paling handal dalam usaha mencapai tujuan organisasi.

(57)

diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi”. Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula.

Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan unsur-unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik. Manajemen strategik sebagai suatu sistem dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut:

(Sumber: Nawawi, 2005:151) Gambar 2.5

(58)

Di samping itu dari pengertian Manajemen Strategik yang terakhir, dapat disimpulkan beberapa karakteristiknya sebagai berikut (Nawawi, 2005:151):

a. Manajemen Strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk Rencana Strategik (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP), yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program-program kerja.

b. Rencana Strategik berorientasi pada jangkauan masa depan ( 25 – 30 tahun). Sedang Rencana Operasionalnya ditetapkan untuk setiap tahun atau setiap lima tahun.

c. VISI, MISI, pemilihan strategik yang menghasilkan Strategi Utama (Induk) dan Tujuan Strategik Organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan RENSTRA, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan Manajemen Puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.

d. RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP yang antara lain berisi program-program operasional.

e. Penetapan RENSTRA dan RENOP harus melibatkan Manajemen Puncak (Pimpinan) karena sifatnya sangat mendasar dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi.

f. Pengimplementasian Strategi dalam program-program untuk mencapai sasarannya masing–masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.

Adapun beberapa penjabaran tentang Pendekatan Alternatif Manajemen Strategi Organisasi Publik, yaitu sebagai berikut:

2.1.4.1Model Kebijakan Harvard

(59)

kelemahan, mengatasi ancaman, dan mengeskploitasi peluang. Di dalam model ini, manajer strategi akan menggunakan model SWOT untuk menguji sifat permintaan dan tekanan pihak eksternal, mengidentifikasi peluang dan kendala sumber daya, menetapkan peluang program, menemukan ancaman politik, menetapkan tujuandan prioritas organisasi, dan menilai kapasitas internal. Berdasarkan pertimbangan ini, strategi perencanaan dan tindakan dapat dikembangkan untuk mencapai kerjasama organisasi dengan lingkungan (Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

2.1.4.2Model Sistem Perencanaan Strategi

Menurut Bryson perencanaan strategis merupakan suatu sistem dimana manajer membuat, mengimplementasikan, dan mengendalikan keputusan penting lintas fungsi dan level dalam perusahaan. Sistem perencanaan strategis harus menjawab empat pertanyaan mendasar yaitu:

1) Kemana kita pergi (misi),

2) bagaimana kita memperolehnya (strategi), 3) apakah cetak biru tindakan kita (anggaran), dan

(60)

2.1.4.3Model Stakeholder

Freeman (1984) pendekatan stakeholder pada manajemen strategis dipahami sebagai pemangku kepentingan pada pengakuan dari ke yang bersaing baik di dalam maupun di mana organisasi. Dari kesempulan ini, tugas kritis dan ahli strategis adalah untuk mengapresiasi kepentingan stakeholder dalam merumuskan strategi untuk mengoptimalkan dukungan pada organisasi. Dalam kenyatahaan organisasi untuk menempatkan diri pada lingkungan internal dan eksternal dalam mengidentifikasi pelaku yang mempengaruhi organisasi dalam mentapkan pemangku stakeholder dan menilai sifat hubungan kekuasaan dan ketergantungan untuk melindungi dari ancaman, mengembangkan dukungan pada program dan kebijakan, memperoleh sumber daya yang dibutuhkan. Secara internal organisasi membutuhkan pembangunan kapasitas dalam memperoleh pengendalian terhadap berpikir kritis (Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

(61)

mempunyai kepentingan khusus (Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

2.1.4.4Model Isu Strategi

Pendekatan ini diperkenalkan oleh Ansoff (1980) yang menjelaskan suatu isu strategis sebagai perkembangan yang akan datang baik dalam organisasi maupun di luar organisasi, yang mempunyai pengaruh penting pada kemampuan organisasi untuk memenuhi syarat. Sistem manajemen isu strategis menekankan pada identifikasi awal dan tanggapan cepat pada perubahan yang dapat mempengaruhi organisasi di masa depan. Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen isu strategis meliputi pada daftar isu strategis kunci yang mutakhir, memonitor lingkungan untuk isu yang muncul, merancang isu pada kelompok manajemen isu strategis, dan pemilihan tindakan yang diambil dari organisasi untuk memecahkan isu prioritas (Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

2.1.5 Konsep Konflik 2.1.5.1Pengertian Konflik

(62)

tujuan dan sebagaianya. Dari setiap konflik ada diantarnya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang tekecil hingga peperangan.

Istilah konflik secara etimoligis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan (Setiadi & Kolip, 2011: 345). Lebih lanjut Webster dalam Pruitt dan Rabin (2011:9) menyatakan bahwa “conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Tetapi arti kata itu berkembang dengan masukan “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan Ide, dan lain-lain”. Dengan demikian istilah tersebut sekarang juga menyentuh aspek psikologi, di balik konfrontasi fisik yang terjadi selain konfrontasi fisik itu sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 587) Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh dikehidupan. Soekanto (1993: 99) menjelaskan bahwa:

“Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku”.

(63)

saling menentang dengan ancaman kekerasan (Narwoko & Suyanto, 2005:68). Sedangkan menurut lawang (1994:53):

“Konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, sosisal dan budaya) yang relatif terbatas”.

Konflik terjadi ketika seseorang menginginkan anggota kelompok lain melakukan hal-hal yang tidak di inginkan dan tidak memiliki kekuatan yang cukup utnuk mengatasi ketidakinginannya (Johnson & Johnson, 2000:24).

Dari berbagai pengertian di atas dapat di ambul kesimpulan bahwa konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau masyarakat dengan tujuan mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling menentang dengan ancaman kekerasan. Konflik sosial adalah suatu bentuk intraksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain di dalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan.

2.1.5.2Bentuk Konflik

Secara garis besar konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan kedalam beberapa bentuk konflik berikut ini:

(64)

Berdasarkan sifatnya, menurut Lauer (2001:98) konflik dapat dibedakan menjadi konflik destruktif dan konflik konstruktif.

 Konflik Destruktif

Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrok-bentrok fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso, Ambon, Kupang, Sambas dan lain sebagainya.

 Konflik Konstruktif

Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu consensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya perbadaan pendapat dalam sebuah organisasi.

2. Berdasarkan Posisi pelaku yang Berkonflik

Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik Kusnadi (2002:67) membaginya menjadi 3 konflik yaitu:

 Konflik Vertikal

Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam sutu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.

 Konflik Horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar organisasi massa.

 Konflik Diagonal

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrem. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.

Soekanto (1992:86) membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:

(65)

 Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan ras.

 Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas social, yaitu konflik yang terjadi disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kelas social.

 Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.

 Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu onflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan Negara.

Sementara itu, Coser (https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik diakses pada hari kamis 6 agustus 2015) menjelaskan bahwa konflik dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut:

 Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.

 Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.

2.1.5.3Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3 Beberapa Kasus Yang Terjadi di Kabupaten Lampung Selatan
Tabel 1.4 Peristiwa Konflik Antara Suku Bali Dan Lampung Di Lampung Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya diplomasi kebudayaan yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia adalah melalui Wisata Selancar Internasional Ombak Bono di Riau.. Olahraga merupakan event

Beberapa penelitian dari tumbuhan benalu telah banyak dipublikasikan, namun masih jarang dilakukan penelitian dari bagian tumbuhan benalu yaitu batang, daun, bunga, dan

Manifestasi leptospira yang berat dan seringkali fatal dikenal sebagai penyakit Weil atau leptospirosis ikterik, dengan gambaran klasik berupa demam, ikterus, gagal ginjal,

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri luka jahitan perineum ibu post partum.. BAHAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama inkubasi yang berbeda terhadap karakteristik fisik (warna, kekentalan, kadar air), karakteristik fungsional

Berdasarkan bunyi Pasal 2 ayat 1, yang menyatakan bahwa “debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat

Menindaklanjuti apa yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah dimaksud, Pemerintah Kota Mataram melalui Badan Kepegawaian Daerah telah menetapkan jumlah pejabat

Metode system evaluasi adalah system gugur, terlepas bahwa alat yang diajukan adalah sesuai kebutuhan user, tetapi hal ini jadi bertentangan dengan Perpres 54 dan 70, bahwa