• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laela Sulasih BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laela Sulasih BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Almilia, 2006). Manajemen laba dapat di minimalisir dengan diterapkannya mekanisme good corporate governance. Good corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasi yang dapat mendorong terjadinya manajemen laba Dye (1998), Trueman dan Titman (1988) dikutip dari Darmawati (2003) dalam Guna dan Herawaty (2010).

(2)

memberikan pemahaman mengenai pentingnya hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi internal perusahaan secara menyeluruh dan kewajiban manajemen untuk mengungkapkan semua informasi yang berkaitan dengan perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan.

Menurut FCGI (2001) tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Penerapan corporate governance secara konsisten yang berprinsip pada keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya prinsip good corporate governance tersebut diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak mengambarkan nilai fundamental perusahaan. Dari konsep corporate governance tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan corporate governance yang baik dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi internal perusahaan secara menyeluruh dan kewajiban manajemen untuk mengungkapkan semua informasi yang berkaitan dengan perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan.

(3)

dapat digunakan untuk mengetahui adanya manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007).

Laba yang merupakan cerminan kinerja perusahaan dapat dikelola secara efisien atau oportunis. Secara efisien artinya dikelola untuk meningkatkan keinformatifan informasi, dan secara oportunis artinya untuk meningkatkan laba sesuai dengan yang diinginkan dan menguntungkan pihak-pihak tertentu. Untuk tujuan menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba, manajemen cenderung mengelola laba secara oportunis dan melakukan manipulasi laporan keuangan agar menunjukkan laba yang memuaskan meskipun tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Manajer sebagai pengelola perusahaan, diharapkan dapat memberikan performa yang terbaik bagi perusahaan serta memberikan informasi yang berkaitan dengan perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan melalui suatu media yang disebut laporan keuangan.

(4)

keputusan investasi yang tepat. Untuk itu, laporan keuangan harus mampu menggambarkan posisi keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan pada saat tertentu secara wajar. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini (FASB, 1978 dalam Achmad dkk, 2007), namun dasar akrual juga memiliki kelemahan. Akuntansi akrual memberikan fleksibilitas kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, sehingga dapat memberi kesempatan bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba. Manajemen perusahaan dapat menentukan kebijakan penggunaan metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.

Scott (2006:296) dalam Suryani (2010) didalam bukunya yang berjudul “Financial Accounting Theory” menyatakan bahwa pilihan kebijakan

akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik disebut dengan manajemen laba. Sedangkan menurut Belkaoui (2004) dalam Kristiani (2014), manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan-pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diinginkan.

(5)

dalam teori keagenan. Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Kristiani (2014). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajer.

Pihak yang lebih mengetahui kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah manajer yang bertindak sebagai agent, sedangkan pemegang saham mengetahui keadaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang hanya melalui informasi yang diberikan oleh manajer. Oleh karena itu, manajer berkewajiban untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan kepada pemegang saham sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam mengelola perusahaan. Informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

(6)

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian Darmawati (2003) serta Siregar dan Utama (2005) tidak menemukan bukti adanya hubungan signifikan antara pengelolaan laba dengan konsentrasi kepemilikan institusional. Hal ini diperkuat penelitian Cornet et.al (2006) dalam Kristiani (2014) yang juga menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini disebabkan pandangan yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik sementara dan lebih memfokuskan pada laba jangka pendek sehingga keberadaannya tidak mampu mengurangi praktik manajemen laba. Hasil penelitian tersebut berkontradiksi dengan penelitian Palestin (2006) dan Nuryaman (2008) dimana semakin besar kepemilikan saham oleh pemegang saham maka semakin kecil praktik manajemen laba yang terjadi.

(7)

menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen laba.

Nuryaman (2008) menemukan hubungan signifikan antara ukuran perusahaan manufaktur dengan praktik manajemen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Kesenjangan penelitian serta hasil-hasil yang belum konsisten mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Kristiani (2014) yang meneliti tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kristiani (2014) terletak pada sampel perusahaan dan periode penelitian dimana penelitian

sebelumnya menggunakan perusahaan manufaktur pada periode 2009-2013.

Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur pada

sektor industri barang konsumsi pada periode 2010-2014.

Alasan memilih perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi

karena menurut Kementrian Perindustrian Republik Indonesia 2013, daya tahan

perusahaan manufaktur ditopang oleh sektor industri barang konsumsi yang

memiliki pertumbuhan 28%. Kenaikan ini merupakan kenaikan tertinggi kedua

dari sepuluh sektor yang ada. Kinerja sektor insustri barang konsumsi juga lebih

tinggi dari dua sektor lainnya yaitu sektor aneka industri dan sektor industri dasar

juga menjadi bagian indeks manufaktur. Sektor manufaktur diperkirakan masih

akan tumbuh solid seiring kenaikan jumlah penduduk dan daya beli masyarakat

(8)

Penelitian ini penting dilakukan karena sistem corporate governance memberikan perlindungan yang efektif bagi pemegang saham dan kreditor serta dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan perusahaan untuk melakukan manajemen laba secara baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba?

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba?

3. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba?

4. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba?

5. Apakah ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba?

(9)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian agar lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang berkaitan dengan penelitian ini pada:

1. Variabel yang berhubungan dengan mekanisme good corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen, komite audit) dan ukuran perusahaan.

2. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun2010-2014.

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama periode 2010-2014.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh bukti empiris pengaruh negatif kepemilikan intitusional terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(10)

3. Memperoleh bukti empiris pengaruh negatif ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4. Memperoleh bukti empiris pengaruh negatif dewan komisaris independen terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5. Memperoleh bukti empiris pengaruh negatif ukuran komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6. Memperoleh bukti empiris pengaruh negatif ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak, yaitu:

1. Bagi investor

(11)

2. Bagi peneliti yang akan datang

Sebagai acuan terutama penelitian yang berkaitan mengenai mekanisme good corporate governance yang mempengaruhi manajemen laba.

3. Bagi akademisi

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dilakukan pada Sultan Istana Kadriah Pontianak, sejarahwan budaya Melayu Pontianak, Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Kota Pontianak, tokoh adat

Perlakuan akuntansi zakat di BAZNAS Kabupaten Gresik dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas adalah dalam menyajikan informasi yang terkandung dalam

Sedangkan Widiyanti dan Kusuma (2013) menyatakan EPS dan LEV memiliki pengaruh negatif pada initial return. Penelitian ini perlu dilakukan karena fenomena underpricing di

Selanjutnya, lapisan kedua dengan kecepatan 800 m/s diinterpretasikan sebagai lapisan tanah teratas ( top soil) atau sering disebut sebagai zona pelapukan (weathering

tentang tomat yang digunakan sebanyak 180 g dengan kandungan likopen 23 g dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 1,2 mg/dl pada penderita diabetes selama 3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum berperan dengan baik dalam mencegah pencemaran laut hal ini ditandai dengan maraknya

Perlakuan tinggi bedengan tidak berpengaruh nyata pada tiga varietas bawang merah yang ditanam diberbagai ketinggian bedengan yaitu 25 cm, 50 cm, dan 75 cm terhadap diameter umbi

(4) Tim Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memiliki tugas melakukan penilaian kinerja dengan cara melakukan evaluasi hasil kerja, capaian kinerja