• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks Tanggapan Koalisi tentang RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG INTELIJEN NEGARA dan DAFTAR INVENTARIS MASALAH 24 Mei 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Matriks Tanggapan Koalisi tentang RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG INTELIJEN NEGARA dan DAFTAR INVENTARIS MASALAH 24 Mei 2011"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 115

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG INTELIJEN NEGARA dan DAFTAR INVENTARIS MASALAH

24 Mei 2011 NO

DIM

RUU TANGGAPAN PEMERINTAH USULAN PEMERINTAH TANGGAPAN KOALISI USULAN KOALISI

1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR …….. TAHUN……. TENTANG INTELIJEN NEGARA Tetap Tetap

2. DENGAN RAHMAT TUHAN

YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

INDONESIA,

Tetap Tetap

3. Menimbang :

a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan

keadilan sosial

sebagaimana

diamanatkan di dalam

Pembukaan

Undang-Tetap  Kurang lengkap karena tidak

menyantumkan prinsip landasan-landasan filosofis pembentukan negara, sebagaimana tercantum di dalam konstitusi, seperti halnya prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip negara hukum.

 Penggunaan terminologi “ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang membahayakan eksistensi dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, multitafsir dan membahayakan warga negara. Seharusnya tidak

Menimbang:

a. bahwa negara Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera, adil, demokratis, dan

tenteram; sehingga penting

dilakukan deteksi dini dan sistem analisa informasi strategis yang

mampu mendukung upaya

perlindungan segenap bangsa dan warga negara Indonesia;

(2)

Page 2 of 115 DIM

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penting dilakukan deteksi dini yang mampu

mendukung upaya

menangkal segala bentuk

ancaman, gangguan,

hambatan, dan tantangan

yang membahayakan

eksistensi dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

perlu diatur.

 Ditambahkan perlindungan segenap bangsa dan warga negara Indonesia.

4. b. bahwa sejalan dengan

perubahan,

perkembangan situasi, dan kondisi lingkungan strategis perlu melakukan deteksi dini terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman baik dari dalam

negeri maupun luar

negeri yang bersifat kompleks, serta memiliki spektrum yang sangat luas;

Tetap  RUU yang ada dibuat

berdasarkan keadaan

sekarang, sementara

idealnya hal tersebut tidak dilakukan,

 Menghapus frasa “dari

dalam negeri maupun luar negeri” menjadi “berbagai bentuk ancaman keamanan nasional”

 Keamanan Nasional harus

masuk dalam definisi RUU,

dengan merujuk pada

definisi yang ada dalam UU Keamanan Nasional

b. bahwa penyelenggaraan deteksi dini dan sistem analisa informasi

strategis untuk mendeteksi

berbagai bentuk ancaman

keamanan nasional sebagaimana disebutkan dalam UU Keamanan

Nasional harus ditata

berdasarkan prinsip-prinsip

demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan sipil;

(3)

Page 3 of 115 DIM

5. c. bahwa untuk melakukan

deteksi dini dan

mencegah terjadinya

pendadakan dari berbagai

ancaman, diperlukan

intelijen negara yang profesional, penguatan kerjasama dan koordinasi intelijen negara, serta

untuk mendukung

tegaknya hukum, nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia;

Tetap  Demokrasi, hukum dan HAM

hanya menjadi komplemen dalam RUU Intelijen, tidak

menjadi pondasi yang

mendasar.

 Dengan penggunaan

terminologi “mendukung

tegaknya hukum” ada

kecenderungan untuk

memasukkan lembaga ini menjadi penegak hukum.

 Kata koordinasi dan

kerjasama cenderung

diskresional dan mudah

diintervensi kepentingan politik, diubah menjadi

penjabaran sistem dan

profesional.

 Yang dimaksud dengan

sistem adalah sistem

peringatan dini dan analisa informasi strategis.

 Sistem adalah hubungan dua kelembagaan yang saling terkait.

 Yang dimaksud dengan

profesional termasuk di dalamnya kerjasama dan koordinasi.

c. bahwa untuk mencegah

terjadinya pendadakan dari

berbagai ancaman, diperlukan sistem intelijen negara dan

pelaksanaan intelijen yang

profesional yang menjalankan peringatan dini.

6. d. bahwa untuk memberikan

kepastian hukum dan

sesuai dengan kebutuhan

hukum masyarakat,

Redaksional :

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan dengan mengganti frasa “dan

d. bahwa untuk

memberikan kepastian hukum dalam

Rumusan ini justru tidak

memberikan kepastian hukum bagi warga negara, namun lebih kepada kepastian hukum bagi

d.belum adanya Undang-Undang

yang mengatur penyelenggaraan fungsi intelijen negara.

(4)

Page 4 of 115 DIM

penyelenggaraan intelijen

negara sebagai lini

pertama dari Keamanan Nasional perlu diatur

secara lebih

komprehensif;

sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat” dengan “dalam penyelenggaraan ketatanegaraan”, karena penyelenggaraan ketatanegaraan sudah tercakup di dalamnya kebutuhan masyarakat maupun penyelenggara pemerintahan. penyelenggaraan ketatanegaraan, penyelenggaraan intelijen negara sebagai lini pertama dari Keamanan Nasional perlu

diatur secara lebih komprehensif;

aparat negara, diusulkan untuk diubah.

7. e. bahwa berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu

membentuk

Undang-Undang tentang Intelijen Negara;

Tetap Tetap

8. Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Tetap  Paradigma RUU ini tidak

menghormati dan

melindungi hak yang bersifat non-derogable rights,

dengan tidak

dicantumkannya Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (2) dan (3), Pasal 28I ayat (1), Pasal 28G, Pasal 30 ayat (1)

UUD 1945. RUU ini

bertujuan untuk

memberikan kepastian

hukum dan sesuai dengan

kebutuhan hukum

masyarakat, namun

Mengingat:

1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28G, Pasal 28I ayat (1), Pasal 28J, dan Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. UU No. 5 Tahun 1998 tentang

Pengesahan Convention Against

Torture And Other Cruel,

Inhuman Or Degrading Treatment Or Punishment.

3. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

(5)

Page 5 of 115 DIM

demikian tidak merujuk

pada Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 tentang jaminan atas kepastian hukum bagi

setiap warga negara.

Sejumlah peraturan

perundang-undangan terkait, seperti UU No. 12 Tahun 2005, dan UU No. 5 Tahun 1998 juga belum dicantumkan.

 Untuk di penjelasan UU

harus dijelaskan mengenai pembatasan yang dimaksud dengan Pasal 28J

Pengesahan International

Covenant On Civil And Political Rights;

5. UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban; dan

6. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

9. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tetap Tetap 10. MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG INTELIJEN NEGARA. Tetap Tetap 11. BAB I KETENTUAN UMUM Tetap Tetap 12. Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Tetap Merujuk usulan SANDI—Simpul

Alianasi Nasional untuk

Demokratisasi Intelijen, sebelum masuk ke dalam definisi intelijen

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

(6)

Page 6 of 115 DIM

perlu untuk menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan:

1. Keamanan Nasional;

2. Ancaman keamanan

nasional;

3. Hak-hak dasar (non-derogable rights) dengan azas retroaktif;

4. Kebebasan sipil.

sebagaimana diatur di dalam UU Keamanan Nasional;

2. Ancaman keamanan nasional

adalah sebagimana diatur di dalam UU Keamanan Nasional; 3. Hak-hak dasar adalah hak yang

tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun yang meliputi: (a) hak untuk hidup; (b) hak untuk bebas dari penyiksaan; (c) hak untuk bebas dari perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi;

(d) hak untuk bebas dari

perbudakan; (e) hak untuk

mendapatkan pengakuan yang sama sebagai individu di depan hukum; (f) hak untuk memiliki kebebasan berpikir, keyakinan nurani dan beragama; dengan azas retroaktif;

4. Kebebasan sipil adalah hak-hak warga negara yang berkaitan

dengan kebebasan individu

sebagaimana tertuang dalam

Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

13. 1. Intelijen adalah

pengetahuan,

organisasi, dan kegiatan

yang terkait dengan

perumusan kebijakan

dan strategi nasional berdasarkan analisis dari

Substansi:

Pemerintah dapat

menjelaskan bahwa Intelijen memiliki tiga pengertian. Oleh

karena itu Pemerintah

mengusulkan substansi dan

rumusan baru, dengan

Intelijen adalah:

a. pengetahuan, yaitu

informasi yang sudah diolah sebagai bahan perumusan kebijakan

dan pengambilan

keputusan;

(tanggapan untuk DIM no 13 dan 14 digabung, defenisi intelijen dihapus).

(7)

Page 7 of 115 DIM

informasi dan fakta-fakta yang terkumpul melalui metode kerja

intelijen untuk

pendeteksian dan

peringatan dini dalam

rangka pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan setiap ancaman terhadap Keamanan Nasional. membagi pengertian

“Intelijen” ke dalam tiga

pengertian yang sesuai

dengan teori dasar intelijen dan berlaku secara universal.

b. organisasi, yaitu suatu badan yang digunakan sebagai wadah yang

diberi tugas dan

kewenangan untuk

menyelenggarakan fungsi dan aktivitas intelijen; dan

c. aktivitas, yaitu semua

usaha, pekerjaan,

kegiatan, dan tindakan penyelenggaraan fungsi penyelidikan,

pengamanan, dan

penggalangan. 14. 2. Intelijen Negara adalah

lembaga pemerintah

yang merupakan bagian integral dari sistem keamanan nasional yang

memiliki wewenang

untuk

menyelenggarakan

fungsi dan kegiatan

intelijen.

Redaksional:

Pemerintah mengusulkan

penyempurnaan redaksional

dengan menambah frasa

“tugas dan” sebelum kata “wewenang” dan menambah frasa “seluruh atau sebagian”

setelah kata

“menyelenggarakan” dengan alasan:

- “tugas” dan “wewenang” merupakan satu frasa yang tidak dapat terpisahkan. - tidak semua penyelenggara

intelijen Negara

melaksanakan ketiga fungsi

intelijen, yaitu penyelidikan, pengamanan, 2. Intelijen Negara adalah lembaga pemerintah yang merupakan bagian

integral dari sistem keamanan nasional yang memiliki tugas

dan wewenang

menyelenggarakan

seluruh atau

sebagian fungsi

intelijen.

Lembaga intelijen bukanlah

lembaga pemerintah, akan

tetapi alat negara. Intelijen negara juga bukan bagian dari institusi militer, kecuali untuk intelijen tempur.

5. Kecuali intelijen militer, intelijen negara adalah institusi sipil,

sebagai bagian dari sistem

keamanan nasional yang memiliki

kompetensi untuk melakukan

kegiatan-kegiatan intelijen, dalam rangka pengembangan sistem peringatan dini kepada pembuat

(8)

Page 8 of 115 DIM

dan penggalangan;

- pada umumnya intelijen

kementerian hanya

menyelenggarakan fungsi penyelidikan

(mengumpulkan dan

mengolah informasi)

15. 3. Personil Intelijen Negara

adalah Warga Negara Indonesia yang memiliki

kemampuan khusus

intelijen dan

mengabdikan diri dalam intelijen negara.

Substansi:

Pemerintah mengusulkan: - substansi yang ada dalam

Pasal 15 RUU (DIM nomor 113) dimasukkan dalam DIM ini.

- penyempurnaan

redaksional dengan

mengganti kata “Personil” menjadi “Personel” sesuai

dengan kaidah bahasa

Indonesia.

- pembetulan penulisan kata

“personil” menjadi

“personel” berlaku untuk setiap kata tersebut dalam DIM selanjutnya.

3. Personel Intelijen Negara adalah warga

negara Indonesia yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan

diangkat oleh pejabat

yang berwenang

untuk mengabdikan

diri dalam dinas

intelijen.

Pencantuman

kemampuan/kompetensi sudah ada di usulan koalisi DIM No. 13 dan penjabarannya dilakukan di

bagian mengenai personil

intelijen.

Dihapus

16. 4. Ancaman adalah setiap

upaya, pekerjaan,

kegiatan baik dari dalam

negeri maupun luar

negeri yang dinilai dapat membahayakan

keamanan, kedaulatan,

keutuhan wilayah

Negara Kesatuan

Tetap  Defenisi Ancaman terlalu

luas, sebaiknya merujuk

pada defenisi Ancaman

dalam UU Keamanan

Nasional dan defenisi yang diperkuat di sini adalah defenisi ancaman dari sisi intelijen. Sudah dibahas di usulan DIM No. 12.

(9)

Page 9 of 115 DIM

Republik Indonesia, dan

keselamatan bangsa

serta kepentingan

nasional.

Ini menunjukkan perlunya RUU Keamanan Nasional diselesaikan lebih dahulu dari RUU Intelijen Negara

17. 5. Setiap Orang adalah

orang perseorangan

atau badan hukum.

Tetap Tidak perlu diatur, dihapus.

UU Intelijen idealnya mengatur personil intelijen dan pengguna (user) dari intelijen, bukan warga negara pada umumnya.

Dihapus

18. 6. Rahasia Intelijen adalah

informasi, benda,

personil, dan/atau

upaya, pekerjaan,

kegiatan Intelijen yang dilindungi

kerahasiaannya agar

tidak diakses, diketahui, dan dimiliki oleh pihak-pihak yang tidak berhak.

Substansi:

Pemerintah mengusulkan

frasa “agar tidak diakses, diketahui, dan dimiliki oleh

pihak-pihak yang tidak

berhak” dihapus dengan

alasan bahwa perlindungan

kerahasiaan sudah

mengandung pengertian agar tidak diakses, diketahui, dan dimiliki oleh pihak-pihak yang tidak berhak. 6. Rahasia Intelijen adalah informasi, benda, personel, dan/atau upaya, pekerjaan, kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Intelijen dan dilindungi kerahasiaannya.

Di sini tidak perlu dijelaskan mengenai definisi rahasia negara. Definisi ini seharusnya mengacu pada UU KIP dan UU Rahasia Negara.

Rahasia Intelijen adalah sebagaimana diatur di dalam UU Keterbukaan Informasi Publik dan UU Rahasia Negara.

19. 7. Masa Retensi Informasi

Intelijen adalah jangka

waktu penyimpanan

informasi intelijen.

Redaksional:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan: - mengganti kata “informasi”

dengan kata “rahasia”

(komunitas intelijen tidak

mengenal istilah

“informasi” karena intelijen

merupakan “informasi

yang telah diolah”); dan

- mengganti kata

“penyimpanan” menjadi

7. Masa Retensi

Rahasia Intelijen adalah jangka waktu perlindungan rahasia intelijen.

Tidak perlu diatur di sini, namun merujuk pada UU KIP dan UU Rahasia Negara.

(10)

Page 10 of 115 DIM

“perlindungan” (rahasia

intelijen tidak hanya

disimpan, melainkan harus dilindungi)

- adapun yang memiliki

masa retensi adalah

rahasia intelijen.

20. 8. Informasi Intelijen

adalah keterangan,

pernyataan, gagasan,

dan tanda-tanda yang

mengandung nilai,

makna, dan pesan, baik

data, fakta maupun

penjelasannya yang

terkait dengan Intelijen.

Dipertimbangkan dihapus:

Pemerintah mengusulkan

substansi ini dihapus karena sudah tertampung dalam DIM No. 13, dan juga dengan

alasan bahwa komunitas

intelijen tidak mengenal istilah “informasi intelijen” sebab

intelijen merupakan

“informasi yang telah diolah”.

Apabila usul Pemerintah

disepakati, maka frasa

“Informasi Intelijen” pada DIM selanjutnya diganti dengan kata “Intelijen”.

Merujuk pada usulan SANDI, Informasi Intelijen dihapus, diganti dengan Produk Intelijen Intelijen sendiri adalah informasi yang telah diolah, sehingga hasil dari kerja intelijen disebut sebagai ”produk intelijen”.

6. Produk intelijen adalah akumulasi informasi secara ekslusif yang komperhensif, tepat waktu, terkini, dan akurat bagi kepentingan pengambilan keputusan di bidang keamanan nasional.

21. 9. Pihak Lawan adalah

pihak dari dalam

maupun luar negeri yang

melakukan kegiatan

kontra intelijen yang

dapat merugikan kepentingan stabilitas nasional. Redaksional: Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan:

- menghapus kata ”kontra intelijen” (karena yang melakukan kegiatan kontra intelijen bukan pihak lawan, tetapi pihak sendiri); dan - menghapus kata ”stabilitas”

(pengertian “kepentingan

8. Pihak Lawan adalah

pihak dari dalam

maupun luar negeri

yang melakukan

kegiatan yang dapat merugikan

kepentingan nasional.

Tidak perlu mendefinisikan pihak lawan, sebab definisi ini cenderung multi tafsir dan berpotensi menjadi pasal karet.

(11)

Page 11 of 115 DIM

nasional” lebih luas dan di

dalamnya tercakup

“stabilitas nasional”).

22. 10. Sasaran adalah target

atau kondisi yang ingin

dicapai dari fungsi

penggalangan.

Redaksional:

Pemerintah mengusulkan

penyempurnaan redaksional dengan menambah kata ” “penyelidikan”,

“pengamanan”, “dan” sebab sasaran intelijen tidak hanya sasaran penggalangan, tetapi juga ada sasaran penyelidikan dan pengamanan

9. Sasaran adalah target atau kondisi yang ingin dicapai dari fungsi penyelidikan,

pengamanan, dan

penggalangan.

Usulan pemerintah terkait

penambahan penyelidikan dan

penggalangan dihapus,

ditegaskan saja dengan istilah operasi tertutup (covert action). Selanjutnya di dalam bagian

penjelasan, diberikan

penjelasan: “Operasi tertutup yang dimaksud adalah operasi yang dilakukan di luar negeri dan tidak terhadap warga negara Republik Indonesia”.

7. Sasaran adalah target atau

kondisi yang ingin dicapai melalui operasi tertutup dan/atau kontra intelijen.

Penjelasan: “Operasi tertutup yang

dimaksud adalah operasi yang

dilakukan di luar negeri dan tidak terhadap warga negara Republik Indonesia”.

23. 11. Kejahatan Transnasional adalah kejahatan yang pelakunya tidak terbatas

dari dalam negeri,

melainkan bekerjasama dalam bentuk jaringan lintas negara dengan pelaku kejahatan yang sama di luar negeri.

Dipertimbangkan dihapus:

Pemerintah mengusulkan

untuk dihapus karena frasa

dan substansi “Kejahatan

Transnasional” tidak

tercantum dalam batang

tubuh dan sesungguhnya telah terakomodir dalam pengertian “Ancaman” dalam arti luas (lihat DIM No. 16)

Sudah tercakup di dalam definisi ancaman keamanan nasional

yang menjadi ranah BIN,

sebagaimana dimaksud dalam Usulan Koalisi pada Pasal 13 ayat (3).

Dihapus

Merujuk pada usulan SANDI, perlu untuk ditambah Ketentuan Umum mengenai:

1. LKIN untuk mengkoordinasi BIN, BIS, Intelijen Militer, dan Intelijen Instansional. LKIN berfungsi untuk: 1) koordinasi, 2) perumusan

8. Lembaga Koordinasi Intelijen Negara (LKIN) adalah lembaga yang dibentuk dan bertanggung-jawab kepada Presiden yang

berfungsi untuk melakukan

koordinasi antar dinas intelijen

yang menjadi bagian dari

(12)

Page 12 of 115 DIM

kebijakan intelijen nasional, dan 3) laporan kepada presiden. Kepala LKIN harus sipil dan diangkat oleh Presiden. LKIN tidak boleh memiliki kewenangan khusus termasuk operasi intelijen

2. Kode etik

3. Pengawasan

4. Dinas intelijen (BIN, BIS, Intel Militer, Intel instansi)

5. Komunitas intelijen nasional 6. Badan Intelijen Nasional

untuk intelijen dalam negeri 7. Badan Intelijen Strategis

untuk luar negeri

8. Intelijen militer, hanya untuk intelijen tempur, hanya ada di Mabes TNI saja dan tidak ada di daerah

9. Intelijen Instansi

10.Lembaga penunjang intelijen 11.Anggota intelijen

12.Nota keberatan intelijen 13.Kerjasama intelijen

internasiona

14.Sub Komisi khusus intelijen di DPR

15.Komisi Independen contoh: Ombudsman, Komnas HAM, KPAI

membuat perumusan kebijakan nasional dan kode etik, memberi laporan kepada Presiden dan

tidak memiliki kewenangan

khusus.

9. Kepala Lembaga Koordinasi

Intelijen Negara adalah

pimpinan LKIN yang merupakan pejabat setingkat menteri yang diangkat, diberhentikan dan bertanggung jawab kepada

Presiden dan berkedudukan

sebagai penasihat utama

Presiden di bidang intelijen negara.

10. Kode etik intelijen adalah

seperangkat norma yang

mengikat anggota intelijen yang

meliputi: kesetiaan kepada

negara dan konstitusi, setia dan tunduk di bawah hukum yang berlaku, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan HAM, setia pada janji menjaga kerahasiaan profesi, netralitas politik, memiliki integritas, obyektivitas dan ketidakberpihakan dalam mengevaluasi informasi, dan saling menjaga kepercayaan

antara pembuat kebijakan

dengan pejabat intelijen.

11. Pengawasan berlapis terhadap

(13)

Page 13 of 115 DIM

mekanisme pengawasan

konsentrik yang menempatkan pengawasan internal intelijen negara di titik pusat lingkaran pengawasan yang kemudian secara konsentrik diperkuat oleh

pengawasan eksekutif, DPR,

yudisial dan masyarakat sipil

dengan tujuan untuk

meningkatkan akuntabilitas

politik, hukum dan keuangan intelijen negara.

12. Dinas-dinas intelijen negara

adalah seluruh organisasi

intelijen negara yang menjadi

bagian dari empat tipe

organisasi intelijen, yaitu intelijen nasional, intelijen strategis, intelijen militer dan intelijen instansional.

13. Komunitas intelijen nasional adalah kumpulan dari seluruh dinas intelijen negara yang bekerja dalam suatu sistem jaringan kerja dan struktur

koordinasi melingkar yang

menempatkan LKIN di titik pusat lingkaran dan berfungsi sebagai koordinator kerja sama lintas dinas intelijen yang terkait

dengan masalah keamanan

nasional.

(14)

Page 14 of 115 DIM

adalah satu-satunya organisasi intelijen yang bertanggungjawab dalam menjalankan fungsi-fungsi intelijen untuk mengantisipasi

ancaman keamanan dalam

negeri.

15. Badan Intelijen Strategis adalah satu-satunya organisasi intelijen yang bertanggungjawab dalam menjalankan fungsi intelijen pertahanan dan luar negeri untuk mengantisipasi ancaman

keamanan yang bersifat

eksternal.

16. Intelijen Militer adalah

satuan-satuan intelijen yang

menjalankan fungsi intelijen tempur dan melekat pada organisasi Tentara Nasional

Indonesia yang memiliki

kewenangan untuk

melaksanakan operasi militer. 17. Intelijen instansional adalah

intelijen yang melekat pada instansi-instansi pemerintah

yang menjalankan fungsi

intelijen kriminal dan yustisia.

18. Lembaga-lembaga penunjang

intelijen adalah

lembaga-lembaga pemerintah yang

fungsinya terkait dengan

masalah-masalah keamanan

(15)

Page 15 of 115 DIM

untuk membantu pencapaian fungsi intelijen.

19. Anggota intelijen adalah warga negara Indonesia yang direkrut menjadi aparat negara dalam dinas keintelijenan.

20. Kerja sama intelijen

internasional adalah kerja sama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan negara lain

dan atau organisasi

internasional dalam bidang

intelijen.

21. Sub-komisi khusus intelijen adalah sub-komisi khusus DPR yang mengawasi dinas intelijen,

yang anggota-anggotanya

berasal dari komisi-komisi yang

relevan dengan masalah

keamanan nasional.

22. Komisi-komisi independen

adalah lembaga sampiran

negara yang antara lain meliputi Ombudsman, Komnas HAM,

Komnas Perlindungan Anak,

Komnas Perempuan, Komisi

Pemberantasan Korupsi, serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

23. Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,

mental, dan/atau kerugian

(16)

Page 16 of 115 DIM

suatu tindakan operasi intelijen

yang melanggar peraturan

perundang-undangan atau objek salah sasaran.

24. Pasal 2

Asas penyelenggaraan

Intelijen meliputi:

Tetap Tetap Tetap

25. a. profesionalitas; Tetap Perlu perbaikan di bagian

penjelasan, merujuk pada

usulan dari Simpul Aliansi Nasional untuk Demokratisasi Intelijen—SANDI.

Tetap

(Untuk Penjelasan) Asas

profesionalitas; meliputi sikap

ketaatan terhadap negara dan

konstitusi negara, serta kepada lembaga-lembaga negara, ketaatan

pada hukum dan peraturan

perundang-undangan, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dedikasi

untuk pelayanan publik dan

melaksanakan tugas-tugasnya secara

efisien dan efektif, menjaga

kerahasiaan, netralitas politik, tidak melakukan tindakan represif tidak melaksanakan fungsi polisi, dan

tindakan-tindakan pemaksaan,

kecuali atas dasar keputusan

pengadilan atau diberi wewenang

untuk itu oleh hukum, tidak

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh partai politik, aparat negara, individu, kelompok, media, organisasi sosial

kemasyarakatan, dan

lembaga-lembaga perekonomian untuk

tujuan-tujuan di luar

(17)

Page 17 of 115 DIM

anggota organisasi apapun di luar intelijen, tidak bekerja atas dasar

sentimen ras, agama, ideologi

kelompok atau karena

keanggotaannya dalam suatu

organisasi, dan tidak

menyalahgunakan kekuasaannya dan menghindarkan penggunaaan dana-dana publik secara semena-mena.

26. b. kerahasiaan; Tetap Tetap

27. c. kompartementasi; Tetap Tetap

28. d. koordinatif; Tetap Tetap

29. e. integratif; Tetap Tetap

30. f. netral; Tetap Seharusnya disebut secara tegas

netral dan tidak berpihak

f. netral dan tidak berpihak

31. g. akuntabilitas; dan Tetap Tetap

32. h. objektivitas. Tetap Idem, dan perlu ada

penambahan

Ditambahkan:

i. taat kepada hukum;

j. menghormati HAM;

k. tidak berpolitik; l. tidak berbisnis;

m.tidak menjadi anggota organisasi apapun di luar intelijen;

n. tidak berkerja atas dasar sentimen ras, agama, ideologi, atau

kelompok;

o. tidak melakukan tindakan represif.

33. Pasal 3

Hakikat Intelijen Negara

merupakan lini pertama

dalam sistem keamanan

nasional.

Tetap Dihapus, dimasukkan dalam Bab

II

Bab II Hakekat Intelijen

(18)

Page 18 of 115 DIM

34.  Tidak perlu disebut sebagai

lini pertama, namun

ditegaskan sebagai bagian dari Keamanan Nasional

 Ditambahkan Hakikat

Intelijen yang meliputi: 1. Intelijen institusi sipil 2. Bagian dari Keamanan

Nasional

3. Tunduk pada otoritas politik

4. Non partisan

5. Terikat pada etos

profesional

(Merujuk pada usulan SANDI)

Pasal 3

(1) Intelijen negara merupakan

institusi sipil yang menjadi bagian dari kekuasaan eksekutif yang

berfungsi untuk menjamin

keamanan nasional serta

keberadaan masyarakat

demokratik;

(2) Intelijen negara menjadi bagian integral dari sistem keamanan

nasional yang memiliki

kompetensi utama untuk

mengembangkan sistem

peringatan dini dan sistem analisa informasi strategis; (3) Intelijen negara tunduk pada

otoritas politik dan terikat pada prinsip akuntabilitas hukum, politik serta finansial;

(4) Intelijen negara merupakan

institusi yang bersifat non-partisan, tidak untuk kepentingan pribadi dan kelompok;

(5) Intelijen negara terikat kepada etos profesional yang terwujud dalam kode etik intelijen.

Pasal 4

(1) Organisasi intelijen negara

dibentuk untuk menciptakan

sistem kedinasan yang memiliki

kapasitas, integritas dan

(19)

Page 19 of 115 DIM

melakukan kegiatannya;

(2) Kapasitas intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi segenap jaringan kerja, metode-metode kerja, serta anggota intelilen yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan intelijen;

(3) Integritas dan profesionalisme sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diwujudkan melalui

pembentukan etos kerja

profesional;

(4) Etos kerja profesional intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dirumuskan dalam bentuk Kode Etik Intelijen yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Koordinasi Intelijen Negara.

35. BAB II

PERAN, TUJUAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP

Tetap Dari sisi organisasi, RUU Intelijen

Negara tidak menganut

diferensiasi organisasi/struktur dan spesialisasi fungsi, karena perlu penjelasan terpisah

Bab III

Kegiatan, Tujuan, Fungsi, dan Produk Intelijen

36. Bagian Kesatu

Peran

Tetap Diubah Pasal 5

Kegiatan Intelijen

37. Pasal 4

Intelijen Negara berperan melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan untuk deteksi dini dan mengembangkan sistem peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan,

Redaksional:

Pemerintah mengusulkan

penyempurnaan redaksional

dengan mengganti

kata”stabilitas” dengan kata ”keamanan” demi konsistensi dengan rumusan konsiderans

Pasal 4

Intelijen Negara berperan

melakukan upaya,

pekerjaan, kegiatan untuk

deteksi dini dan

mengembangkan sistem peringatan dini dalam

Dihapus dan diganti (1) Kegiatan intelijen merupakan

garis pertama pertahanan dan

keamanan negara untuk

menghadapi berbagai bentuk dan sifat ancaman yang berasal dari para aktor individu, kelompok ataupun negara, baik dari dalam

(20)

Page 20 of 115 DIM

dan penanggulangan

terhadap setiap hakikat

ancaman yang mungkin

timbul dan dapat

mengganggu stabilitas

nasional.

“Menimbang” huruf d (DIM No. 6)

rangka pencegahan,

penangkalan, dan

penanggulangan terhadap setiap hakikat ancaman yang mungkin timbul dan

dapat mengganggu

keamanan nasional.

maupun luar negeri;

(2) Kegiatan intelijen merupakan instrumen eksklusif negara yang dilakukan melalui metode kerja rahasia dan tertutup yang dapat

diuji ketepatannya yang

memanfaatkan sumber-sumber informasi, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup.

Pasal 6

(1) Kegiatan intelijen terdiri dari kegiatan intelijen positif dan kegiatan intelijen agresif;

(2) Kegiatan intelijen positif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpusat pada pengumpulan,

pengolahan, analisa dan

penyajian informasi yang

digunakan untuk memperkuat sistem peringatan dini dan sistem analisa informasi strategis;

(3) Kegiatan intelijen agresif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menghadapi tindakan dari elemen-elemen

asing yang mengancam

keamanan nasional;

(4) Kegiatan intelijen agresif

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan menggelar operasi kontraintelijen dan/atau operasi kontraspionase dengan

(21)

Page 21 of 115 DIM

tujuan untuk mengungkapkan kegiatan sejenis yang dilancarkan oleh pihak asing;

(5) Kegiatan intelijen agresif untuk

menghadapi kemungkinan

musuh atau ancaman dalam negeri hanya dapat ditujukan kepada tindakan-tindakan yang memenuhi paling tidak satu dari empat syarat sebagai berikut: a. bekerja bagi kepentingan

negara asing atau musuh;

b. menunjukkan permusuhan

terhadap keseluruhan

bangunan konstitusi dan sendi-sendi ketatanegaraan yang diwujudkan melalui cara-cara kekerasan;

c. mendorong terjadinya konflik kekerasan primordial;

d. menggunakan cara-cara

kekerasan untuk melakukan

suatu perubahan sosial

politik.

(6) Kegiatan-kegiatan intelijen

agresif sebagaimana dimaksud pada ayat (8) hanya dapat dilaksanakan oleh dinas-dinas intelijen nasional serta intelijen pertahanan dan luar negeri setelah mendapat persetujuan

dari pejabat negara yang

(22)

Page 22 of 115 DIM

(7) Kegiatan-kegiatan intelijen tidak boleh melanggar hak-hak dasar yang tidak dapat dikurangi yang meliputi delapan hak dasar, yaitu:

a. hak untuk hidup;

b. hak untuk bebas dari

penyiksaan;

c. hak untuk bebas dari

perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi;

d. hak untuk bebas dari

perbudakan;

e. hak untuk mendapatkan

pengakuan yang sama

sebagai individu di depan hukum;

f. hak untuk memiliki

kebebasan berpikir,

keyakinan nurani dan

beragama. Pasal 7

(1) Kegiatan-kegiatan intelijen

sebagaimana yang dimaksud

pada pasal 5 dan pasal 6 ditujukan untuk menghasilkan informasi strategis yang eksklusif dan memenuhi syarat “velox et exactus”, yaitu komprehensif, tepat waktu, terkini dan akurat; (2) Informasi strategis sebagaimana

(23)

Page 23 of 115 DIM

diwujudkan dalam suatu Pusat Data Intelijen Strategis yang menjadi dasar bagi penguatan sistem peringatan dini dan sistem analisa informasi strategis bidang keamanan nasional;

(3) Kegiatan intelijen dilakukan

untuk untuk menghasilkan

berbagai produk intelijen yang dapat meningkatkan kesiagaan stratejik negara;

(4) Kesiagaan stratejik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditujukan untuk menghilangkan dan/atau

mengurangi kemungkinan

terjadinya kejutan-kejutan

stratejik, operasional dan taktis dari elemen-elemen musuh, serta

untuk menghilangkan atau

mengurangi niat musuh untuk

mengambil langkah-langkah

permusuhan;

(5) Kesiagaan stratejik sebagaimana

dimaksud pada ayat (3)

diwujudkan melalui pemberian

peringatan stratejik bagi

pembuatan kebijakan yang

didapat melalui rangkaian

kegiatan intelijen. Pasal 8

(1) Produk Intelijen dihasilkan

(24)

Page 24 of 115 DIM

informasi-informasi intelijen yang diperoleh dari sumber-sumber yang bersifat terbuka, tertutup, dan tak terduga;

(2) Produk intelijen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1)

diklasifikasikan ke dalam

beberapa tingkat nilai akurasi sesuai persyaratan “velox et exactus”;

(3) Tata cara dan prosedur

penentuan tingkat nilai akurasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui keputusan Kepala LKIN;

(4) Produk intelijen sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1)

diklasifikasikan ke dalam

beberapa tingkat kerahasiaan;

(5) Tata cara dan prosedur

pengukuran untuk menentukan

tingkat kerahasiaan sebuah

produk intelijen ditetapkan melalui keputusan Kepala LKIN; (6) Pemanfaatan produk intelijen

disesuaikan dengan tingkat nilai akurasi dan kerahasiaan produk intelijen.

Pasal 9

(1) Seluruh produk intelijen yang dihasilkan melalui kegiatan-kegiatan intelijen tidak boleh

(25)

Page 25 of 115 DIM

dimusnahkan dan wajib

didokumentasikan, disimpan

serta dipelihara dalam berbagai bentuk penyimpanan data, baik

secara manual maupun

elektronik;

(2) Produk-produk intelijen yang disimpan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dinyatakan tertutup untuk akses publik sementara waktu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keamanan nasional;

(3) Penutupan produk intelijen untuk

akses publik sebagaimana

dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan melalui keputusan Kepala LKIN sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku mengenai informasi publik dan rahasia negara;

(4) Keputusan Kepala LKIN tentang

penutupan produk intelijen

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan secara tertulis dan menyatakan secara jelas:

a. alasan penutupan produk

intelijen untuk akses publik;

b. jangka waktu penutupan

produk intelijen;

c. bentuk penyimpanan produk intelijen;

(26)

Page 26 of 115 DIM

bertanggung-jawab untuk

menyimpan produk intelijen. (5) Produk-produk intelijen yang

dinyatakan tertutup sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dapat dibuka dan dinyatakan sebagai informasi publik sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku

mengenai informasi publik dan rahasia negara.

38. Bagian Kedua

Tujuan

Tetap Diubah Pasal 10

Tujuan Intelijen

39. Pasal 5

Tujuan Intelijen Negara

adalah mendeteksi,

mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam rangka memberikan

peringatan dini untuk

mengantisipasi berbagai

kemungkinan bentuk dan sifat ancaman yang potensial

dan nyata terhadap

keselamatan dan eksistensi bangsa dan negara serta

peluang yang ada bagi

kesejahteraan nasional.

Tetap Tujuan intelijen untuk

menangani ancaman idealnya

dihubungkan dengan UU

Keamanan Nasional, sehingga kalimat “eksistensi bangsa dan negara serta peluang yang ada bagi kesejahteraan nasional” dihilangkan.

Tujuan Intelijen Negara adalah

mendeteksi, mengidentifikasi,

menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan produk Intelijen

dalam rangka memberikan

peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan bentuk dan

sifat ancaman nyata terhadap

Keamanan Nasional.

40. Bagian Ketiga

Fungsi

Tetap Diubah Pasal 11

Fungsi Intelijen

41. Pasal 6

(1) Intelijen Negara

Tetap Fungsi penyelidikan dihapus,

fungsi pengamanan diganti

(1) Fungsi intelijen negara adalah pengumpulan informasi, analisis 42.

(27)

Page 27 of 115 DIM menyelenggarakan fungsi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan.

dengan kontra-intelijen dan fungsi penggalangan diganti dengan operasi tertutup (covert action), dijelaskan di bagian penjelasan.

Empat ayat dihapus

Ditambahkan tentang fungsi intelijen merujuk penjabaran Pacivis

1. Intelijen nasional (BIN) untuk tugas dalam negeri di isu strategis. Dalam

penjelasan disebutkan bahwa BIN menangani kasus intensitas tinggi/nasional (tidak menggunakan terminologi kewenangan khusus Pacivis,

menggunakan penyadapan dengan otoritas pengadilan dan surat, dimasukkan kontra intelijen terhadap pihak asing yang

menginfiltrasi, di bawah Mendagri)

2. Intelijen strategis (BIS) untuk ancaman luar negeri, tidak

ada masalah dengan

kewenangan khusus BIS, di bawah Menhan

3. Intelijen militer yang

melekat pada institusi

Mabes TNI, hanya

informasi untuk digunakan oleh pengambil kebijakan, kontra-intelijen dan operasi tertutup; (2) Seluruh dinas-dinas intelijen

menjadi bagian dari komunitas intelijen nasional;

(3) Komunitas intelijen nasional

ditata dalam satu model

koordinasi melingkar yang

menempatkan Lembaga

Koordinasi Intelijen Negara (LKIN) di titik pusat lingkaran dan berfungsi sebagai koordinator kerja sama lintas lembaga; (4) Komunitas intelijen nasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sistem jaringan kerja dan koordinasi seluruh dinas intelijen negara yang

terkait dengan masalah

keamanan nasional;

(5) Dalam model koordinasi

melingkar, anggota komunitas intelijen nasional terdiri dari

dinas-dinas intelijen yang

tergabung dalam lima tipe

organisasi:

a. intelijen nasional yang

menjalankan fungsi-fungsi

intelijen untuk

mengantisipasi ancaman

keamanan dalam negeri yang hanya terdiri dari satu

(28)

Page 28 of 115 DIM

menjalankan tugas operasi perang, koordinir di bawah

Asintel Mabes TNI.

Dijelaskan dalam Penjelasan “dengan demikian intelijen teritorial tidak perlu ada” 4. Intelijen instansional yang

menjalankan tugas intelijen yustisia yang dilakukan oleh instansi Kepolisian, Bea

Cukai dan Imigrasi.

Dijelaskan dalam

Penjelasan “dengan

demikian intelijen kejaksaan tidak perlu ada”

5. Dimana intelijen kepolisian melaksanakan fungsi operasi intelijen untuk menunjang

penegakan hukum,

ketertiban umum dan

keamanan dalam negeri. 6. Penjelasan: Intelijen Bea

Cukai melaksanakan fungsi sesuai UU Bea Cukai

7. Penjelasan: Intelijen Imigrasi melaksanakan fungsi sesuai dengan UU Keimigrasian

organisasi, yaitu Badan Intelijen Negara (BIN); b. intelijen stratejik yang

menjalankan fungsi intelijen pertahanan dan luar negeri

untuk mengantisipasi

ancaman keamanan yang bersifat eksternal yang hanya terdiri dari satu organisasi,

yaitu Badan Intelijen

Strategis (BIS);

c. intelijen-intelijen militer yang melekat pada satuan-satuan TNI dan hanya menjalankan tugas operasi perang;

d. intelijen instansional yang menjalankan fungsi intelijen yustisia yang dilakukan oleh intelijen kepolisian, intelijen bea cukai, intelijen imigrasi; (6) Masing-masing dinas intelijen

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf (a), (b), (c), dan (d) memiliki ruang lingkup kerja, fungsi, dan misi khusus, serta tetap menjadi satu kesatuan sistem kerja dan koordinasi di dalam koordinasi LKIN.

43. (2) Penyelidikan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas serangkaian

upaya, pekerjaan, dan

Redaksional:

Pemerintah mengusulkan

penyempurnaan redaksional dengan menghapus kata ” informasi” di antara kata

(2) Penyelidikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas serangkaian upaya,

Penyelidikan dipandang tidak relevan sebagai aktivitas atau kegiatan intelijen

(29)

Page 29 of 115 DIM kegiatan yang dilakukan secara terencana, terarah untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi informasi intelijen, serta menyajikan sebagai

bahan masukan untuk perumusan kebijakan

dan pengambilan

keputusan.

“menjadi” dan kata ”intelijen”. Alasan: (lihat DIM No. 19)

pekerjaan, dan kegiatan yang dilakukan secara terencana, terarah untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi intelijen, serta menyajikan sebagai bahan masukan untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan. 44. (3) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas serangkaian

kegiatan yang

dilakukan secara

terencana dan terarah

untuk mencegah

dan/atau melawan

upaya, pekerjaan,

kegiatan intelijen

dan/atau Pihak Lawan

yang merugikan

kepentingan dan/atau stabilitas nasional.

Tetap Pengertian keamanan bisa

terlalu luas dan diluar dari apa yang dimaksud sebagai kegiatan intelijen, yaitu dalam pengertian kontra-intelijen.

Dihapus

45. (4) Penggalangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

Redaksional:

Pemerintah mengusulkan

frasa “dan berproses” dihapus

(4) Penggalangan sebagaimana

dimaksud pada ayat

Sama seperti pengertian

keamanan yang meluas,

sementara konteks

(30)

Page 30 of 115 DIM

atas serangkaian

kegiatan yang

dilakukan secara

terencana, terarah, dan

berproses untuk

mempengaruhi Sasaran agar menguntungkan kepentingan dan/atau stabilitas nasional.

karena frasa “serangkaian kegiatan” sudah menunjukkan suatu proses. (1) terdiri atas serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana, terarah, untuk mempengaruhi sasaran agar menguntungkan kepentingan dan/atau stabilitas nasional.

penggalangan intelijen lebih sempit pada operasi tertutup

46. Bagian Keempat

Ruang lingkup

Tetap Dihapus

47. Pasal 7

Ruang lingkup Intelijen Negara meliputi:

Tetap RUU Intelijen Negara tidak

secara tegas membagi wilayah kerja antara intelijen luar negeri, intelijen dalam negeri, intelijen

militer, dan intelijen

instansional, khsususnya yang

terkait dengan penegakan

hukum.

Dihapus keseluruhannya karena

sudah dijelaskan Pasal 11

48. a. dalam negeri; Redaksional:

Pembagian ruang lingkup

Intelijen Negara dapat

berdasarkan kriteria ancaman terhadap keamanan nasional

ataupun sektor yang

ditanganinya.

Selanjutnya Pemerintah

mengusulkan penyempurnaan

redaksional dengan

menambah kata ”Intelijen”,

a. Intelijen Dalam

Negeri;

Terlalu luas dan melibatkan institusi non-intelijen seperti pemerintah daerah, sebaiknya difokuskan pada Badan Intelijen Negara (BIN)

(31)

Page 31 of 115 DIM

sehingga Intelijen Dalam

Negeri merupakan terjemahan

dari domestic/security

intelligence

49. b. luar negeri; Redaksional:

Pemerintah mengusulkan

penyempurnaan redaksional

dengan menambah kata

”Intelijen”, sehingga Intelijen

Luar Negeri merupakan

terjemahan dari foreign/secret intelligence

b. Intelijen Luar Negeri; Sebaikanya dikhususkan pada Badan Intelijen Strategis (BIS)

Dihapus

50. c. ideologi; Dipertimbangkan dihapus:

Pemerintah mengusulkan

untuk dihapus karena hal ini

merupakan salah satu

komponen intelijen strategis.

Tidak relevan intelijen mengurusi masalah idelogi.

Dihapus

51. d. politik; Dipertimbangkan dihapus:

Idem

Idem, tidak relevan intelijen mengurusi politik yang bisa diinterpretasikan sangat luas.

Dihapus

52. e. ekonomi; Dipertimbangkan dihapus:

Idem

Idem, tidak relevan intelijen mengurusi ekonomi yang bisa diinterpretasikan sangat luas.

Dihapus

53. f. sosial budaya; Dipertimbangkan dihapus:

Idem

Idem, tidak relevan intelijen mengurusi sosial budaya yang bisa diinterpretasikan sangat luas. Dihapus 54. g. Pertahanan dan/atau keamanan; Redaksional: Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional

dengan menambah kata

”Intelijen” dan mengganti kata ”keamanan” menjadi ”militer”

c. Intelijen Pertahanan dan/atau Militer;

Terlalu luas peran militer yang ada, peru difokuskan pada masa perang dan disebut sebagai dinas intelijen militer.

(32)

Page 32 of 115 DIM

dengan alas an bahwa dalam komunitas intelijen, intelijen keamanan dianggap sama dengan intelijen dalam negeri (domestic/security

intelligence)

55. h. hukum; Substansi:

Pemerintah mengusulkan

penyempurnaan redaksional

dengan menambah frasa

”Intelijen Kriminal dan

Penegakan” sebelum kata

“Hukum” dengan alasan

bahwa secara universal

dikenal dengan law

enforcement intelligence dan juga tercantum dalam UU No.

14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (Pasal 17).

d. Intelijen Kepolisian atau Penegakan Hukum;

Dalam hal penegakan hukum, difokuskan pada dinas-dinas intelijen instansional, termasuk di dalamnya kepolisian, bea cukai, dan imigrasi. Sementara

intelijen kejaksaan

keberadaannya sudah tidak lagi direplukan, mengingat seluruh kerja intelijen yang terkait

dengan penegakan hukum,

sudah dilakukan oleh kepolisian.

Dihapus

56. i. sumber daya alam; dan; Dipertimbangkan dihapus:

Pemerintah mengusulkan

untuk dihapus karena hal ini

merupakan salah satu

komponen intelijen strategis. (konkordan dengan DIM No. 48)

Tidak relevan Dihapus

57. j. teknologi informasi dan komunikasi.

Dipertimbangkan dihapus: idem

Tidak relevan Dihapus

58. Substansi baru:

Pemerintah mengusulkan

substansi baru untuk

mengakomodir intelijen

e. Intelijen

Kementerian/Lembag

a Pemerintah

Nonkementerian;

Tidak relevan karena sudah diatur peran BIN sebagai satu-satunya intelijen dalam negeri.

(33)

Page 33 of 115 DIM

kementerian sebagai intelijen sektoral/departemental. 59. BAB III PENYELENGGARAAN INTELIJEN NEGARA Redaksional: Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional

dengan mengganti kata

“PENYELENGGARAAN”

menjadi kata

“PENYELENGGARA” karena

BAB ini mengatur tentang

penyelenggara intelijen

(pelaku) dan bukan mengatur

mengenai penyelenggaraan

(mekanisme/hal-hal yang

terkait dengan bagaimana Intelijen Negara dilaksanakan).

BAB III PENYELENGGARA INTELIJEN NEGARA

RUU Intelijen belum dapat memisahkan akuntabiltas antara struktur yang bertanggungjawab

dalam membuat kebijakan

dengan struktur yang

bertanggungjawab secara

operasional dalam

melaksanakan kebijakan.

Semestinya seluruh aktor-aktor

keamanan yang berfungsi

sebagai pelaksana kebijakan

tidak terkecuali

lembaga-lembaga intelijen berada di bawah atau menjadi bagian dari struktur departemen/setingkat menteri.

Bab IV

PENYELENGGARA INTELIJEN NEGARA

60. Bagian Kesatu

Umum

Tetap Dihapus

61. Pasal 8

Intelijen Negara dilaksanakan oleh:

Tetap Pasal 12

Intelijen Negara dilaksanakan oleh: 62. a. penyelenggara Intelijen

Negara; dan

Substansi:

Pemerintah mengusulkan

penyempurnaan redaksional

dengan mengganti kata

”negara” dengan kata

”nasional” sebab secara

universal, Intelijen Negara meliputi intelijen nasional dan intelijen kementerian

a. penyelenggara Intelijen Nasional; dan

Sudah masuk dalam Pasal 11 a. Badan Intelijen Negara (BIN); b. Badan Intelijen Strategis (BIS); c. Dinas Intelijen Militer;

d. Dinas-dinas Intelijen

Instansional.

(34)

Page 34 of 115 DIM lembaga pemerintah nonkementerian dan/atau pemerintahan daerah yang menyelenggarakan fungsi Intelijen. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan: - menambah frasa ”penyelenggara intelijen” (konsistensi dengan DIM No. 57);

- mengganti frasa ”atau

pemerintah daerah”

dengan kata ”alat negara” (karena Pemerintah Daerah

tidak menyelenggarakan

fungsi intelijen dan dalam UUDNRI Tahun 1945, TNI dan POLRI disebut sebagai alat negara).

Intelijen alat negara

dan Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang menyelenggarakan fungsi Intelijen. 64. Bagian Kedua Penyelenggara Intelijen Negara Redaksional: Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional

dengan mengganti kata

”Negara” dengan kata

”Nasional” (lihat DIM No. 60)

Bagian Kedua Penyelenggara Intelijen Nasional Dihapus 65. Substansi baru: Pemerintah mengusulkan

substansi baru karena baik secara filosofis, yuridis, dan

sosiologis selama ini

penyelenggara intelijen

nasional adalah Badan

Intelijen Negara.

Pasal 9

Penyelenggara intelijen

nasional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dilaksanakan oleh Badan Intelijen Negara.

Dihapus 66. Pasal 9 (1) Penyelenggara Intelijen Negara sebagaimana Substansi: Pemerintah mengusulkan

substansi pada DIM No. 64 s.d

Merujuk pada Pasal 12 maka penyelenggara Intelijen Negara adalah:

(35)

Page 35 of 115 DIM

dimaksud dalam Pasal 8 huruf a terdiri atas:

DIM No. 68 dipindahkan dan ditempatkan dalam DIM No. 93 s.d DIM No. 96 dengan

penyempurnaan rumusan

(pengaturan mengenai

Intelijen TNI, Intelijen

Kepolisian Negara Republik

Indonesia, dan Kejaksaan

Republik Indonesia yang akan dimasukkan dalam kelompok penyelenggara intelijen alat negara dan kementerian atau

lembaga pemerintah non

kementerian yang

menyelenggarakan fungsi

intelijen)

a. Badan Intelijen Negara

(BIN);

b. Badan Intelijen Strategis (BIS);

c. Dinas Intelijen Militer;

d. Dinas-dinas Intelijen Instansional. 67. a. Intelijen Tentara Nasional Indonesia; Substansi: Idem Dihapus 68. b. Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan Substansi: Idem Dihapus 69. c. Intelijen Kejaksaan Republik Indonesia. Substansi: Idem Dihapus 70. d. Penyelenggara Intelijen Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban untuk berkoordinasi dengan lembaga koordinasi

intelijen negara melalui pimpinan tertinggi dari masing-masing

Substansi: Idem

(36)

Page 36 of 115 DIM

organisasinya.

71. Substansi baru:

Berkaitan dengan DIM No. 63,

Pemerintah mengusulkan

substansi baru pada DIM No. 69 s.d DIM No. 96 yang mengatur mengenai status dan kedudukan, fungsi, tugas, wewenang BIN. [substansi diambil dari Pasal 29 dan Pasal 31 RUU.

Pasal ini mengatur BIN sebagai LPNK.

Pasal 10

Badan Intelijen Negara yang selanjutnya disingkat BIN, merupakan Lembaga

Pemerintah Non

Kementerian yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden

Usulan pengaturan terkait

dengan BIN, merujuk pada usulan SANDI.

Pasal 13

(1) Organisasi intelijen nasional

sebagaimana yang dimaksud

pada Pasal 11 ayat (5) huruf a terdiri dari satu organisasi tunggal, yaitu Badan Intelijen Negara;

(2) BIN hanya menjalankan fungsi intelijen keamanan dalam negeri; (3) Dalam menjalankan fungsinya,

BIN melakukan kegiatan-kegiatan intelijen positif yang mengarah kepada pembentukan sistem peringatan dini serta sistim analisa informasi strategis untuk menghadapi ancaman keamanan nasional;

(4) BIN diletakkan di bawah suatu

kementerian negara yang

bertanggung-jawab atas fungsi keamanan dalam negeri.

Pasal 14

(1) Untuk menghadapi hakekat

ancaman yang memenuhi empat kriteria sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (5), BIN dapat

melakukan kegiatan-kegiatan

intelijen agresif di wilayah kedaulatan hukum nasional;

(2) Dalam melakukan

(37)

Page 37 of 115 DIM

tidak boleh melanggar hak-hak dasar sebagaimana diatur pada Pasal 6 ayat (7) undang-undang ini;

(3) Untuk melakukan

kegiatan-kegiatan intelijen agresif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BIN harus mendapatkan persetujuan dari Kepala LKIN dan

Menteri Negara yang

membawahi BIN;

(4) Mekanisme persetujuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dan ditetapkan secara tertulis oleh Kepala LKIN dan

Menteri Negara yang

membawahi BIN;

(5) Persetujuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diberikan kepada suatu satuan tugas intelijen yang dibentuk oleh Kepala BIN untuk menjalankan satu penugasan spefisik untuk

menjalankan suatu kegiatan

intelijen agresif;

(6) Kepala BIN memberikan laporan tertulis pelaksanaan kegiatan-kegiatan intelijen agresif kepada Kepala LKIN dan Menteri Negara yang membawahi BIN di akhir pelaksanaan setiap kegiatan intelijen agresif.

(38)

Page 38 of 115 DIM

Pasal 15

(1) BIN dipimpin oleh seorang Kepala

BIN yang diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden atas

usul Menteri Negara yang

membawahi BIN untuk masa jabatan selama-lamanya lima tahun dan tidak dapat diangkat

kembali untuk menduduki

jabatan yang sama;

(2) Kepala BIN bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Negara yang membawahi BIN; (3) Untuk dapat diangkat menjadi

Kepala BIN, seseorang harus memenuhi syarat-syarat umum sebagai berikut:

a. Memiliki pengalaman kerja dalam bidang intelijen dan

atau pertahanan dan

keamanan nasional,

sekurang-kurangnya 15

tahun,

b. Memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang intelijen negara,

c. Memilki integritas pribadi dan standar moral yang tinggi.

(4) Syarat-syarat dan tata cara

pengangkatan dan

pemberhentian seorang Kepala BIN diatur melalui keputusan

(39)

Page 39 of 115 DIM

Presiden.

Pasal 16 (1) Kepala BIN bertugas untuk:

a. Memimpin organisasi BIN; b. Menyusun rencana kerja dan

menetapkan prioritas kerja organisasi BIN;

c. Memberikan arah kegiatan intelijen nasional;

d. Menyusun pedoman kerja

dan mekanisme penugasan bagi anggota BIN;

e. Melakukan kontrol atas

kualitas informasi dan produk intelijen yang dihasilkan oleh anggota BIN;

f. Melakukan kontrol atas

metode kerja anggota BIN;

g. Mengembangkan sistem

penghargaan dan hukuman untuk anggota BIN;

h. Melakukan koordinasi

dengan Kepala LKIN;

i. Meningkatkan kemampuan

organisasional, teknologi dan sumber daya manusia bagi kepentingan negara;

j. Melakukan

rekruitmen,pendidikan, pelatihan dan pembinaan; k. Menyusun rencana anggaran

(40)

Page 40 of 115 DIM

(2) Kepala BIN secara berkala

melaporkan pelaksanaan

tugasnya kepada menteri.

(3) Kepala BIN memberikan laporan

pertanggungjawaban kepada

menteri minimal satu kali di akhir masa jabatan Kepala BIN dan

dituangkan dalam dokumen

serah terima jabatan ke Kepala BIN yang baru.

Pasal 17

(1) Dalam menjalankan fungsi

sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (3) dan (4), BIN diorganisir ke dalam wilayah-wilayah kompartemen intelijen;

(2) Penentuan wilayah-wilayah

kompartemen intelijen

sebagaimana diatur pada ayat (1)

tidak mengikuti struktur

pemerintahan daerah;

(3) Penentuan wilayah-wilayah

kompartemen intelijen

sebagaimana diatur pada ayat (1) semata-mata didasarkan pada hakekat, jenis, serta sumber ancaman;

(4) Penentuan dan pembentukan

wilayah-wilayah kompartemen

intelijen ditetapkan oleh Presiden

dengan memperhatikan

(41)

Page 41 of 115 DIM

(5) Organisasi BIN dalam wilayah kompartemen intelijen disebut sebagai biro dan dipimpin oleh seorang kepala biro;

(6) Biro-biro BIN sebagaiaman

dimaksud pada ayat (4) tidak menjadi bagian dari organisasi dan bukan merupakan instrumen dari pemerintah daerah;

(7) Kepala biro BIN sebagaimana

dimaksud pada ayat (4)

bertanggung jawab kepada

Kepala BIN;

(8) Kepala biro BIN sebagaimana

dimaksud pada ayat (6)

merangkap perwakilan LKIN di wilayah kompartemen intelijen tersebut;

(9) Sebagai perwakilan LKIN, kepala biro BIN menjalankan fungsi koordinasi bagi seluruh kegiatan komunitas intelijen yang berada di wilayah kompartemen intelijen tersebut.

72. Substansi baru:

Konkordan DIM No. 69.

Pemerintah mengusulkan

substansi baru sebagai

landasan hukum bagi BIN

sebagai penyelenggara

intelijen nasional dalam

menyelenggarakan fungsi

intelijen dalam negeri dan luar

Pasal 11 (1) BIN

menyelenggarakan fungsi intelijen dalam negeri dan fungsi intelijen luar negeri.

Usulan pemerintah ini

merancukan fungsi BIN yang akan bertumpang tindih dengan fungsi BIS.

(42)

Page 42 of 115 DIM

negeri

73. Substansi baru:

Konkordan DIM No. 69.

Pemerintah mengusulkan

substansi baru sebagai

landasan hukum bagi BIN

untuk memperkuat

keberadaan BIN di daerah.

(2) Untuk

menyelenggarakan fungsi intelijen dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BIN membentuk

perwakilan di

daerah.

Dihapus

74. Substansi baru:

Konkordan DIM No. 69.

Pemerintah mengusulkan

substansi baru sebagai

landasan hukum bagi BIN

untuk menempatkan

perwakilan di luar negeri

(3) Untuk

menyelenggarakan fungsi intelijen luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), BIN menempatkan perwakilan di luar negeri. Dihapus 75. Substansi baru:

Konkordan DIM No. 69.

Pemerintah mengusulkan

substansi baru yang mengatur tugas BIN.

Pasal 12 BIN mempunyai tugas:

Dihapus 76. Substansi baru: Idem a. melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang intelijen; Dihapus 77. Substansi baru: Idem b. menyampaikan produk

intelijen sebagai bahan

pertimbangan untuk

menentukan kebijakan pemerintah;

Dihapus

(43)

Page 43 of 115 DIM

Idem perencanaan dan

pelaksanaan operasi intelijen; 79. Substansi baru: Idem d. mengatur dan mengoordinasikan intelijen pengamanan pimpinan nasional; Dihapus 80. Substansi baru: Idem e. membuat rekomendasi yang berkaitan dengan orang asing; dan

Dihapus 81. Substansi baru: Idem f. memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi tentang pengamanan penyelenggaraan pemerintahan. Dihapus 82. Substansi baru:

Konkordan DIM No. 69.

Pemerintah mengusulkan

substansi baru yang mengatur tentang Kepala BIN.

Pasal 13

(1) BIN dipimpin oleh seorang Kepala dan dibantu oleh seorang Wakil Kepala. Dihapus 83. Substansi baru: Idem (2) Kepala BIN berkedudukan setingkat Menteri. Dihapus 84. Substansi baru: Idem (3) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala dan Wakil

Kepala BIN

ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Dihapus

85. Substansi baru:

Konkordan DIM No. 69.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan

Wewenang khusus yang

dimaksud di sini bertumpang

(44)

Page 44 of 115 DIM

Pemerintah mengusulkan

substansi baru yang mengatur wewenang BIN.

tugas, BIN memiliki wewenang

melakukan intersepsi komunikasi dan/atau dokumen elektronik,

serta pemeriksaan

aliran dana yang diduga kuat terkait

dengan kegiatan

terorisme, separatisme,

spionase, subversi,

sabotase, dan

kegiatan atau yang mengancam

keamanan nasional

tindih dengan wewenang khusus

aparat penegak hukum,

sehingga untuk menghindari

penyalahgunaan wewenang

wewenang ini tidak diberikan kepada badan intelijen, kecuali

untuk intersepsi dengan

persyaratan adanya keputusan pengadilan dan dalam kasus tindak terorisme saja.

86. Substansi baru:

Idem

(2) Intersepsi komunikasi sebagimana

dimaksud pada ayat (1) diperlukan dalam menyelenggarakan fungsi intelijen. Dihapus 87. Substansi baru: Idem (3) Dalam memeriksa aliran dana sebagaimana

dimaksud pada ayat

(1), BIN dapat

meminta bantuan

kepada Bank

Indonesia, bank,

lembaga keuangan

bukan bank, lembaga

(45)

Page 45 of 115 DIM

jasa pengiriman uang dan lembaga analisis transaksi keuangan. 88. Substansi baru: Idem (4) Bank Indonesia, bank, lembaga keuangan bukan

bank, lembaga jasa pengiriman uang dan

lembaga analisis

transaksi keuangan sebagaimana

dimaksud pada ayat

(3) wajib memberikan informasi kepada BIN. Dihapus 89. Substansi baru: Idem Pasal 15 (1) Selain kewenangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14, BIN memiliki kewenangan melakukan pencegahan dan penangkalan dini serta pemeriksaan intensif.

Pemberian kewenangan

menangkap kepada intelijen melalui istilah pemeriksaan intensif mengancam hak asasi

manusia dan merusak

mekanisme criminal justice system. Pemberian kewenangan

itu sama saja dengan

melegalisasi penculikan dalam

undang-undang intelijen,

mengingat kerja intelijen yang tertutup dan rahasia.

Dihapus 90. Substansi baru: Idem (2) Pencegahan dan penangkalan dini serta pemeriksaan intensif sebagaimana dimaksud pada ayat

(46)

Page 46 of 115 DIM

(1) dilakukan

terhadap orang yang diduga kuat terkait dengan terorisme, separatisme, spionase, subversi, sabotase, dan kegiatan atau tindakan yang mengancam keamanan nasional. 91. Substansi baru: Idem (3) Pemeriksaan intensif sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam waktu paling lama 7 x 24 (tujuh kali dua puluh empat) jam.

Dihapus 92. Substansi baru: Idem (4) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan dengan penegak hukum terkait. Dihapus 93. Substansi baru: Pemerintah mengusulkan

substansi baru. Susunan

organisasi dan tata kerja merupakan rincian struktur dan tugas BIN yang senantiasa

menyesuaikan dengan

perkembangan lingkungan

Pasal 16

Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan

tata kerja BIN

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk

Dari hasil pengujian, nilai efektifitas radiator berbanding lurus dengan kecepatan udara yang melintas melewati radiator, sedangkan untuk perpindahan kalor menyeluruhnya tidak

Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Barang siapa yang mandi kemudian mendatangi salat Jumat, lalu dia salat (sunah)

Dua partai yang di tingkat pusat bergabung di Koalisi Indonesia Hebat yakni PKB dan Partai Hanura memilih bergabung dengan koalisi Kendal Beribadat yang

Orangtua : Kami mengaku sebagai orangtua yang bertanggung-jawab atas pembentukan karakter dan pengembangan potensi kaum muda sering lalai dalam mendidik, mendorong

(3) Ketentuan mengenai penunjukan dan penetapan Koperasi sebagai Pengelola Pasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Nagari/Desa, dan Kerapatan Adat Nagari

Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa zeolit MOR pori hirarki yang disintesis menggunakan silika SCBA maupun silika komersial (LUDOX) memiliki fasa kristalin dengan

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, implikasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: tugas-tugas guru yang berada di SMK PAB 2