• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR 2016 PEKERJAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN 2016 PANGANDARAN-JAWA BARAT LAPORAN AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR 2016 PEKERJAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN 2016 PANGANDARAN-JAWA BARAT LAPORAN AKHIR"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

AKHIR

PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN RISET KELAUT

AN DAN PERIKANAN

P

ANGANDARAN-JA

W

A

BARA

T

2016

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PUSAT PENGKAJIAN DAN PEREKAYASAAN TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN KOMPLEK BINA SAMUDERA

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KELEMBAGAAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN

PANGANDARAN-JAWA BARAT

PEMBERI TUGAS

PT.YODHA KARYA (PERSERO) WILAYAH I.SEMARANG KONSULTAN PERENCANA

PEKERJAAN

(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan ini kami sampaikan Laporan Akhir untuk pekerjaan “Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat”. Laporan ini merupakan kewajiban PT. Yodya Karya terhadap Kementerian Kelautan dan Perikanan .

Laporan Akhir ini memuat : a) Pendahuluan

b) Konsep Dasar Perencanaan c) Transformasi Desain Perencanaan

Kami berharap Laporan Akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan panduan dalam perencanaan dan perancangan Marine Centre di Pangandaran, Jawa Barat.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini.

Desember 2016

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 8

1.1. LATAR BELAKANG ... 8

1.2. DASAR HUKUM ... 9

1.3. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN ... 10

1.3.1. Maksud dan Tujuan Kegiatan ... 10

1.3.2. Sasaran Kegiatan ... 10

1.4. RUANG LINGKUP

... 11

1.4.1. Ruang Lingkup Pekerjaan ... 11

1.4.2. Keluaran ... 12

1.4.3. Lingkup Lokasi Perencanaan ... 13

BAB II KONSEP DASAR PERENCANAAN

... 14

2.1. KONSEP AWAL PERENCANAAN ... 14

2.2. KONSEP TATA LUAR RUANG ... 15

2.3. KONSEP TATA SIRKULASI ... 16

2.4. KONSEP TATA MASSA BANGUNAN ... 18

2.5. ORIENTASI BANGUNAN ... 18

2.6. KONSEP BANGUNAN ... 18

2.7. KONSEP TATA RUANG DALAM ... 19

2.8. KONSEP MATERIAL BANGUNAN ... 19

2.8.1. Dinding ... 19

2.8.2. Akuarium ... 20

(4)

iii

2.9. KONSEP FASAD BANGUNAN ... 20

2.10. KONSEP SISTEM BANGUNAN ... 20

2.10.1. Sistem Struktur Pondasi ... 20

2.10.2. Sistem Utilitas Pengoperasian Akuarium ... 22

BAB III TRANSFORMASI DESAIN PERENCANAAN ... 29

3.1. MASTERPLAN ... 29

3.2. AKUARIUM ... 30

3.2.1. Konsep dan Transformasi Desain ... 30

3.2.2. Situasi dan Siteplan ... 32

3.2.3. Tata Ruang Dalam ... 33

3.2.4. Sirkulasi ... 37

3.2.5. Material dan Fasad Bangunan ... 37

3.2.6. Sistem Bangunan ... 40

3.3. DORMITORI ... 41

3.3.1. Konsep dan Transformasi Desain ... 41

3.3.2. Situasi dan Siteplan ... 42

3.3.3. Tata Ruang Dalam ... 43

3.3.4. Sirkulasi ... 47

3.3.5. Material dan Fasad Bangunan ... 49

3.3.6. Sistem Bangunan ... 50

3.4. BLOK RISET DAN TEKNOLOGI KELAUTAN ... 54

3.4.1. Konsep dan Transformasi Desain ... 54

3.4.2. Situasi dan Siteplan ... 56

3.4.3. Tata Ruang Dalam ... 57

3.4.4. Sirkulasi ... 63

3.4.5. Material dan Fasad Bangunan ... 65

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lingkup Area Perencanaan ... 13

Gambar 2.2 Konsep Perencanaan PIAMARI ... 15

Gambar 2.3 Zonasi Kawasan PIAMARI ... 15

Gambar 2.4 Rencana Jalur Utama

Boulevard

... 17

Gambar 2.5 Rencana Jalur Kendaraan Angkut... 17

Gambar 2.6 Rencana Jalur Kendaraan Servis/Wisata/ Shutle ... 17

Gambar 2.7 Rencana Jalur Deck Pedestrian ... 18

Gambar 2.8 Sistem Terbuka ... 23

Gambar 2.9 Sistem Tertutup ... 24

Gambar 2.10 Sistem Semi Tertutup ... 25

Gambar 2.11

Trickle Filter

... 25

Gambar 2.12

Life Support Pipe Work

... 26

Gambar 2.13

Intake Pre Filter

... 26

Gambar 2.14

Surge tank

untuk tanki

display

koral ... 26

Gambar 2.15 Pipa

outlet

besar dari

gravity

sand

filters

... 26

Gambar 2.16 Pompa Fybrocs besar untuk tanki hiu ... 27

Gambar 3.17 Masterplan Kawasan PIAMARI (1) ... 29

Gambar 3.18 Masterplan Kawasan PIAMARI (2) ... 29

Gambar 3.19 Transformasi Desain Akuarium ... 30

Gambar 3.20 Denah Lantai 1 Akuarium (Konsep) ... 31

Gambar 3.21 Denah Lantai 2 Akuarium (Konsep) ... 31

Gambar 3.22 Denah Lantai 1... 33

Gambar 3.23 Denah Lantai 2... 34

Gambar 3.24 Denah Lantai 3... 36

Gambar 3.25 Denah Lantai Atap ... 37

(6)

v

Gambar 3.27 Tampak Samping Bangunan ... 38

Gambar 3.28

Aerial View

Akuarium (3) ... 39

Gambar 3.29 Perspektif Bangunan Akuarium... 39

Gambar 3.30 Ruang Mesin Akuarium. ... 40

Gambar 3.31 Bentuk Aerodinamis Bangunan Terhadap Aliran Angin. ... 40

Gambar 3.32 Skematik Dormitori ... 41

Gambar 3.33 Situasi ... 42

Gambar 3.34 Siteplan ... 43

Gambar 3.35 Denah Lantai 1... 44

Gambar 3.36 Denah Lantai 2... 45

Gambar 3.37 Denah Lantai 3... 46

Gambar 3.38 Denah Lantai Atap ... 47

Gambar 3.39 Sirkulasi Lantai 1 ... 48

Gambar 3.40 Sirkulasi Lantai 2 ... 48

Gambar 3.41 Sirkulasi Lantai 3 ... 49

Gambar 3.42 Tampak Depan Dormitori ... 49

Gambar 3.43 Tampak Belakang Dormitori... 50

Gambar 3.44 Tampak Kanan Dormitori ... 50

Gambar 3.45 Tampak Kiri Dormitori ... 50

Gambar 3.46 Sistem Sirkulasi dan Transportasi Vertikal Berupa Tangga ... 51

Gambar 3.47 Sistem Pondasi Tiang Pancang ... 52

Gambar 3.48 Bangunan Panggung untuk Antisipasi Tsunami dan Gelombang

Pasang ... 53

Gambar 3.49 Sistem Evakuasi Terhadap Bencana Kebakaran ... 54

Gambar 3.50 Denah Lantai 1 Blok Riset dan Teknologi (Konsep) ... 55

Gambar 3.51 Denah Lantai 2 Blok Riset dan Teknologi (Konsep) ... 55

Gambar 3.52 Situasi ... 56

Gambar 3.53 SIteplan ... 56

Gambar 3.54 Denah Lantai 1... 57

(7)

vi

Gambar 3.56 Denah Lantai 3... 60

Gambar 3.57 Denah

Rooftop

... 62

Gambar 3.58 Sirkulasi Lantai 1 ... 63

Gambar 3.59 Sirkulasi Lantai 2 ... 64

Gambar 3.60 Sirkulasi Lantai 3 ... 65

Gambar 3.61 Tampak Utara ... 66

Gambar 3.62 Tampak Timur ... 66

Gambar 3.63 Tampak Selatan ... 66

Gambar 3.64 Tampak Barat ... 66

Gambar 3.65 Denah Tangga ... 67

Gambar 3.66 Sistem Sirkulasi dan Transportasi Vertikal Berupa Tangga ... 68

Gambar 3.67 Bangunan Panggung untuk Antisipasi Tsunami dan Gelombang

Pasang ... 69

Gambar 3.68 Sistem Evakuasi Terhadap Bencana Kebakaran ... 70

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Sifat Zonasi ... 16

Tabel 2.2 Ketebalan Kaca untuk Akuarium Air Laut ... 28

Tabel 2.3 Ketebalan Acrylic untuk Akuarium Air Laut ... 28

Tabel 3.4 Program Ruang Lantai 1 ... 33

Tabel 3.5 Program Ruang Lantai 2 ... 34

Tabel 3.6 Program Ruang Lantai 3 ... 36

Tabel 3.7 Program Ruang Dormitori (Konsep) ... 41

Tabel 3.8 Program Ruang Lantai 1 ... 44

Tabel 3.9 Program Ruang Lantai 2 ... 45

Tabel 3.10 Program Ruang Lantai 3 ... 46

Tabel 3.11 Program Ruang Lantai 2 ... 59

(9)

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penataan tepi pantai kini menjadi suatu hal yang diutamakan dalam pengembangan potensi wisata kelautan, perikanan maupun pengembangan kawasan kota. Sebagai negara bahari yang besar tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar pengembangan kawasan di Indonesia harus mempertimbangkan keberadaan kawasan tepian air. Dalam meningkatkan kualitas di bidang kelautan diperlukan adanya wadah untuk pengembangan penelitian atau penemgbangan lembaga riset kelautan dan perikanan.

Kabupaten Pangandaran yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 berdasarkan UU no 21 Tahun 2012 memiliki batas selatan yang berupa samudra Hindia dan menjadi salah satu alasan perlunya perencanaan untuk kawasan tepi air di sepanjang batas kabupaten Pangandaran tersebut. Selain itu, Pangandaran juga memilki banyak potensi antara lain: potensi perikanan, biodiversity, pariwisata, letak strategis dalam jalur perdagangan dunia maupun tingkat provinsi sehingga diperlukan stimulan yang baik untuk mengembangkan setiap potensi yang ada di Kabupaten Pangandaran tersebut.

Kawasan tepi air di Kabupaten Pangandaran memiliki karakteristik/ keunikan dan amat bervariasi berdasarkan keadaan geografis, sejarah, budaya, kepentingan politik dan berbagai potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Keberhasilan utama dari upaya pengembangan kawasan tepi air ditentukan oleh bagaimana reaksinya terhadap kualitas karakteristik dan penyediaan ruang publik di tepi air. Kawasan tepi air merupakan bagian elemen fisik kota yang sangant potensial untuk dikembangkan dan dijadikan suatu kawasan hidup dan tempat berkumpul masyarakat. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai aktivitas yang dapat diwadahi di kawasan tepi air.

Berdasarkan beberapa keunikan tersebut, kabupaten Pangandaran menjadi lkasi yang sesuai sebagai embrio pembangunan kelembagaan riset di Jawa barat. Dengan

(10)

9

adanya kegiatan Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat diharapkan pengembangan tersebut tepat sasaran sesuai dengan karakter kawasannya sehingga dapat meningkatkan ptensi kelautan dan perikanan Indonesia sekaligus dapat kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Pangandarandan sekitarnya.

1.2. DASAR HUKUM

Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum dalam kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelembangaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Baratantara lain:

1) Permen No. 8 Tahun 2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan;

2) Kepmen KP No. 45 Tahun 2014 Tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;

3) Permen KP No. 17 Tahun 2008 Tentang Kawasan Konservasi P3k Dan Kawasan Konservasi Perairan;

4) Permen KP No. 30 Tahun 2010 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP; 5) Permen PU no 63 tahun 1993 tentang garis sempadan dan sungai;

6) PP no 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang; 7) PP no 26 tahun 2008 rencana tata ruang wilayah nasional;

8) PP no 34 tahun 2009 tentang pedoman pengelolaan kawasan perkotaan;

9) PP no 39 tahun 2006 tentang tatacara pengendalian dan evaluasi rencana pembangunan;

10)UU no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang;

11)Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

12)Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara nomor 4377); 13)Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

14)Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

(11)

10

15)Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Bangunan Gedung;

16)Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Fasilitas dan aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

17)Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);

18)Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);

19)Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

1.3. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.3.1. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Maksud dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat yang sesuai dengan karakter dan potensi kawasan sekaligus mampu mewadai sektor pariwisata, perikanan, teknologi dan konservasi sehingga dapat menunjang Pangandaran sebagai Pusat Kegiatan Nasional Provinsi yang memiliki skala pelayanan Internasional.

Tujuan dari penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat ini adalah sebagai pusat pengembangan riset kelautan dan perikanan yang terintegrasi dan dapat meningkatkan kualitas bidang kelautan dan perikanan di Indonesia

1.3.2. Sasaran Kegiatan

Sasaran dan manfaat kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat adalah :

(12)

11

1. Tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat yang akan menjadi acuan bagi segenap pemangku kepentingan terkait baik secara lintas sektor maupun kewilayahan dalam mendukung upaya pengembangan kawasan.

2. Tersedianya fasilitas lembaga riset di Kabupaten Pangandaran yang dapat menjadi sarana edukasi masyarakat sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup nelayan maupun masyarakat sekitar.

3. Meningkatnya kualitas lingkungan di Kawasan Tepi Pantai Kabupaten Pangandaran sebagai salah satu destinasi wisata dengan potensi kelautan dan perikanan di Indonesia.

1.4. RUANG LINGKUP

1.4.1. Ruang Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan

Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat

mempunyai delineasi/batas

wilayah perencanaan yang ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan

Pemerintah Daerah dan pihak terkait sesuai dengan dokumen RTBL maupun

produk sejenis lainnya, dengan ruang lingkup perencanaan Detai Engineering

Desain (DED) Gedung dan Infrastruktur, dengan minimal kegiatan sebagai

berikut:

1)

Melakukan kajian referensi dan studi terkait.

2)

Menyiapkan penyusunan program kerja (alur pikir & jadwal), penyusunan

instrumen pendataan (peralatan, bahan & tenaga) yang akan dilibatkan.

3)

Pemetaan kontur tapak gedung dan infrastruktur di kabupaten

Pangandaran, provinsi Jawa Barat, dan pembuatan peta topografi

wilayah.

4)

Analisis keterkaitan antar elemen ruang.

5)

Kajian peruntukan lahan dari rencana tapak mengikuti persyaratan tata

bangunan dan lingkungan (Permen PU No. 45/PRT/M/2007) dan

ketentuan lainnya.

(13)

12

6)

Desain arsitektur terhadap seluruh gedung berdasarkan utilitas beserta

komponennya.

7)

Kajian perencanaan konstruksi dan desain gedung mengikuti persyaratan

teknis bangunan gedung Negara (Permen PU No. 45/PRT/M/2007) dan

ketentuan lainnya dengan mengikuti kajian integrasi konstruksi.

8)

Kajian analisis

Bill of Quantity

dan biaya konstruksi.

9)

Penyusunan laporan dan pembuatan album peta serta

blueprint

Pengembangan Kelembagaan Litbang Sumberdaya Laut dan Pesisir di

Kabupaten Pangandaran.

1.4.2. Keluaran

Sesuai dengan ruang lingkup KAK, keluaran dari

Perencanaan

Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat,

ini adalah:

1)

Desain arsitektur gedung

2)

Dokumen kajian dan analisis perencanaan tapak Gedung dan Infrastruktur di

kabupaten Pangandaran provinsi Jawa Barat, berupa:

a.

Gambar Rencana Teknis

b.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

c.

Rencana Anggaran Biaya (Engineering Estimate)

d.

Daftar Volume Pekerjaan (

Bill of Quantity

) yang disusun sesuai

ketentuan

3)

Dokumen kajian peruntukan lahan dan desain konstruksi seluruh rencana

sarana prasarana dengan memuat seluruh gambar denah, tampak, dan

potongan serta gambar detail konstruksi lainnya (Gambar dalam format A3)

4)

Album gambar topografi rencana tapak dengan mengikutkan peta kontur

skala 1:500 (Gambar dalam format A1) dengan interval kontur 25 cm

(14)

13

6)

Album gambar rencana tapak skala 1:500 dalam dua dimensi warna dan

gambar rencana tapak dalam perspektif tiga dimensi (

birdview

) (Gambar

dalam format A3)

7)

Peta Bathimetri skala 1:500

8)

Video dengan perspektif mata burung (

birdview)

pada kawasan gedung

penting

1.4.3. Lingkup Lokasi Perencanaan

Secara administratif lingkup wilayah perencanaan dari Dokumen

Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di

Pangandaran Provinsi Jawa Barat ini berada di Kawasan Cikidang dengan batas

sebagai berikut:

Sebelah Utara

: Jalan Raya Pangandaran

Sebelah Timur

: Bulaksetra Babakan

Sebelah Barat

: Pantai Pangandaran

Sebelah Selatan

:Samudra Hindia

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 1.1 Lingkup Area Perencanaan

(Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Penyiapan Desain Kawasan IMET Pangandaran, 2015)

(15)

14

BAB II

KONSEP DASAR PERENCANAAN

2.1. KONSEP AWAL PERENCANAAN

Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat merupakan rencana pengembangan kawasan Marine Center yang berkelanjutan dan terintegrasi di beberapa wilayah Pangandaran.

Pusat pengembangan marine center yang utama berada di kawasan Cikidang, Bulaksetra Babakan dengan nama PIAMARI (Pangandaran Integrated Aquarium and Marine Research Institute) dengan konsep berupa kawasan bahari terpadu yang terdiri dari sentra Kelautan (Marine), Teknologi (Technology), kawasan alami (Eco), dan Pendidikan (Education), dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum dan fasilitas penunjang kawasan Tepi Air.

Pengembangan Marine Center yang berada di Cikidang ini perupakan PILOT PROJECT untuk pengembangan kawasan tepian air di Kabupaten Pangandaran dan diharapkan menjadi embrio dalam pengembangan kawasan tepi pantai lain di Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya.

Konsep utama PIAMARI adalah Marine Techno Eco Edupark yang terdiri dari sentra Kelautan (Marine), sentra Teknologi, sentra kawasan alami (Eco), dan sentra Pendidikan (Education), dalam satu kawasan terpadu di tepi pantai. Dalam kawasan ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum dan fasilitas penunjang kawasan tepi air. Konsep perencanaan PIAMARI ini didasari oleh konsep dengan bangunan yang tanggap terhadap tsunami dan perencanaan lingkungan yang tanggap terhadap kondisi eksisting. Pada dasarnya perencanaan kawasan PIAMARI ini disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan yang rawan terhadap tsunami dan memiliki banyak ekosistem asli kawasan yang perlu dipertahankan. Setiap bangunan yang direncanakan di kawasan PIAMARI ini didesain tanggap terhadap tsunami. Hal ini dapat dilihat dari peletakan setiap bangunan yang tegak lurus terhadap pantai, struktur bangunan panggung, dan juga dilengkapi dengan system evacuation roof. Bangunan kecil sebagai penunjang

(16)

15

wisata juga dilengkapi dengan tower evacuation setiap jarak 300m. perencanaan lanskap kawasan juga mempertimbangkan kondisi vegetasi kawasan terutama dalam pengembangan sentra konservasi yang direncanakan menggunakan jalur deck yang seminimal mungkin merusak tanah sekitarnya.

2.2. KONSEP TATA LUAR RUANG

Pengembangan zona di kawasan perencanaan dibagi menjadi 3 zona utama yang dilengkapi dengan sarana pendukung kawasannya. Zona utama PIAMARI ini adalah Zona Pelabuhan, Zona PIAMARI< dan ZONA POLITEKNIK / POLTEK yang diletakkan dalam satu kawasan terpadu yang saling terhubung dengan penataan lanskap kawasan.

Gambar 2.2 Konsep Perencanaan PIAMARI

Gambar 2.3 Zonasi Kawasan PIAMARI

Zona yang termasuk ke dalam area publik atau dapat diakses oleh masyarakat umum adalah zona pelabuhan dan parkir. Zona semi publik adalah zona di kawasan PIAMARI yang dapat diakses oleh masyarakat pubik namun terbatas. Zona semi publik

(17)

16

terdiri atas akuarium dan Dormitori. Akuarium, pada dasarnya, merupakan area untuk penelitian namun masyarakat dapat mengakses akuarium baik untuk tujuan wisata maupun pendidikan. Dormitori dapat disewakan pada masyarakat umum namun pada dasarnya merupakan milik KKP dan mereka yang berwenang di PIAMARI, seperti Peneliti.

Kemudian zona semi privat merupakan zona yang hanya dapat diakses oleh mereka yang berwenang namun pihak luar dapat mengakses dengan aturan atau ketentuan terbatas. Zona semi privat terdiri atas, Blok Riset Teknologi dan Kelautan serta Politeknik.

Tabel 2.1 Pembagian Sifat Zonasi

PUBLIK SEMI PUBLIK SEMI PRIVAT

ZONA PELABUHAN AKUARIUM BLOK RISET DAN TEKNOLOGI PERIKANAN PARKIR (on – street dan

Kantong)

DORMITORI ZONA POLITEKNIK PERIKANAN Jalur Pedestrian Berupa Deck Kayu dan Deck Beton

2.3. KONSEP TATA SIRKULASI

Sistem tata sirkulasi sirkulasi di dalam kawasan lebih diutamakan untuk jalur pedestrian sehingga kendaraan yang datang akan berhenti di area parkir on street

maupun kantong parkir yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan wisata/ shuttle untuk menuju kawasan Marine Center. Setiap bangunan atau sentra yang ada di dalam kawasan dihubungkan oleh jalur pedestrian berupa deck kayu maupun deck beton. Disediakan pula jalur untuk kendaraan servis/ kendaraan darurat untuk mempermudah kegiatan di dalam kawasan dan untuk mengantisipasi keadaan darurat yang terjadi di kawasan Marine Center saat terjadi bencana atau lainnya.

(18)

17

Gambar 2.4 Rencana Jalur Utama Boulevard

Gambar 2.5 Rencana Jalur Kendaraan Angkut

(19)

18

Gambar 2.7 Rencana Jalur Deck Pedestrian

2.4. KONSEP TATA MASSA BANGUNAN

Penataan massa bangunan didasarkan pada zonasi kawasan, terutama akses berdasarkan sifat publik, semi publik, dan semi privat dari bangunan. Zona yang dapat diakses oleh umum (publik) berada di area paling luar dari jalur masuk utama, disusul oleh zona semi publik, dan zona semi privat.

2.5. ORIENTASI BANGUNAN

Orientasi massa bangunan yang terdapat di kawasan perencanaan didesain

linear dengan garis pantai untuk mengatasi gelombang pasang tinggi pada cuaca

tertentu maupun ketika terjadi bencana tsunami. Selain untuk mengantisipasi

gelombang panas, orientasi bangunan juga dimaksudkan untuk mendapatkan

cahaya matahari sebagai pencahayaan alami.

2.6. KONSEP BANGUNAN

Lokasi kawasan perencanaan yang rawan dengan bencana gempa dan tsunami

mendasari konsep bangunan panggung yang diadaptasikan pada bangunan

PIAMARI. Lantai dasar bangunan yang terdiri dari kolom – kolom memberikan

ruang bagi air ketika terjadi gelombang pasang untuk lewat. Sedangkan untuk

bangunan akuarium yang didesain dengan bentuk lengkung, memiliki konsep

sebagai bangunan yang aerodinamis terhadap aliran angin pantai.

(20)

19

2.7. KONSEP TATA RUANG DALAM

Kualitas ruang dalam dapat dicapai melalui beberapa kriteria sebagai

berikut: wujud melalui bentuk, permukaan dengan warna, sisi dengan tekstur,

pola dan suara, dimensi melalui proporsi dan skala, konfigurasi, dan bukaan

melalui pencahayaan dan pemandangan.

Tata ruang dalam dari bangunan yang ada di PIAMARI, secara umum

berbeda antara Akuarium, Dormitori, dan Blok Riset – Teknologi Kelautan.

Akuarium memiliki desain yang mengutamakan pada keberadaan akuarium

itu sendiri yang terkait pada permainan ruang dari bentuk, dimensi, dan skala

akuarium, sirkulasi yang memudahkan pengunjung, pencahayaan yang tepat,

dan penghawaan.

Dormitori memiliki desain yang mengutamakan pada kenyamanan sebagai

bangunan untuk ditinggali. Konsep tersebut lebih banyak diterapkan pada desain

kamar yang ada.

Blok Riset dan Teknologi menyerupai bangunan laboratorium yang

kompleks. Tata ruang dalam harus memperhatikan kemudahan sirkulasi,

kemudahaan dalam kebersihan, fungsional dan mampu mewadahi aktivitas yang

ada.

2.8. KONSEP MATERIAL BANGUNAN

2.8.1. Dinding

Dengan bentuk Akuarium yang berbentuk lengkung, dinding Akuarium pun menggunakan material beton kombinasi yang memiliki sifat fleksibel dalam sistem struktur dan konstruksi. Penggunaan material beton juga dimaksudkan untuk menahan beban air pada bangunan Akuarium.

Sedangkan material dinding pada pada bangunan Dormitori dan Blok Riset dan Teknologi menggunakan material dinding bata dengan finishing.

(21)

20

2.8.2. Akuarium

Akuarium menggunakan material acrylic dengan ketebalan 20 cm. Acrylic memiliki ketahanan lebih kuat dibandingkan kaca sehingga diharapkan mampu menahan beban air lebih baik.

2.8.3. Pelapis dan Penutup Atap

Pelapis dan penutup atap berfungsi melindungi bangunan dari panas dan hujan. Pelapis dan penutup atap juga harus memenuhi syarat tahan terhadap api dan cuaca, kuat untuk menerima beban normal, mampu menjadi barrier suara dari luar, dan mempunyai daya tahan lama.

Seluruh bangunan menggunakan struktur atap dak beton agar dapat dimanfaatkan sebagai ruang atap, seperti untuk penempatan panel surya.

2.9. KONSEP FASAD BANGUNAN

Fasad bangunan memberikan citra modern dan mengikuti tipologi bangunan

tropis dengan kisi – kisi pada beberapa jendela untuk meminimalkan silau dari

cahaya matahari dengan tetap memasukkan cahaya matahari sebagai

pencahayaan alami. Fasad bangunan tropis tersebut diterapkan pada bangunan

Dormitori dan Blok Riset Teknologi Kelautan. Sedangkan untuk bangunan

akuarium, fasad bangunan adalah solid dan masif untuk melindungi akuarium

yang ada di dalamnya dari terpapar cahaya matahari.

2.10. KONSEP SISTEM BANGUNAN

2.10.1. Sistem Struktur Pondasi

Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :

1. Fungsi bangunan atas (upperstructure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut. 2. Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.

3. Kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan. 4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

(22)

21

Di antara beberapa pondasi, pondasi yang umum digunakan adalah pondasi tiang pancang. Konstruksi pondasi tersebut bisa terbuat dari kayu, baja, atau beton yang berfungsi untuk meneruskan beban- beban dari struktur bangunan atas ke lapisan tanah pendukung (bearing layers) di bawahnya pada kedalaman tertentu.

Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga, bangunan mesin-mesin berat, dan sebagainya. Sebagian dari bangunan tersebut merupakan konstruksi – konstruksi yang memiliki dan menerima beban yang relatif berat.

Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi biasanya bertitik tolak pada beberapa hal mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar sehingga pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis lagi untuk dipergunakan.

Secara umum pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban di atasnya, dan juga bila letak tanah keras yang memiliki daya dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan diatasnya terletak pada posisi yang sangat dalam.

Kelembagaan Riset dan Kelautan PIAMARI di Pangandaran dibangun di atas tanah dengan jenis latosol. Latosol merupakan suatu jenis tanah yang terbentuk pada daerah yang bercurah hujan sekitar 2000 sampai 4000 mm tiap tahun, bulan kering lebih kecil tiga bulan dan tipe iklim A, B (Schmidt/Ferguson). Di Indonesia, Latosol umumnya terdapat pada bahan induk volkan baik berupa tufa volkan maupun batuan beku di daerah tropika basah, tersebar pada daerah-daerah dengan ketinggian antara 10 - 1000 meter dengan curah hujan antara 2000 - 7000 mm per tahun dan bulan kering < 3 bulan, dijumpai pada topografi berombak hingga bergunung, dengan vegetasi utama adalah hutan tropika lebat (Soepardi, 1983).

Tekstur tanah Latosol umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi adalah gembur. Dari warna bisa dilihat unsur haranya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan unsur hara ini dari rendah

(23)

22

sampai sedang. Mudah sampai agak sukar merembes air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. (http://agro-sosial.blogspot.com/2013/01/karakteristik-tanah-latosol-atau.html).

2.10.2. Sistem Utilitas Pengoperasian Akuarium

2.10.2.1. Kualitas Air Laut

Kualitas air laut yang digunakan dalam sebuah Akuarium adalah “Pondasi” yang paling penting begitu pula dengan pemilihan lahan yang sesuai. Lahan yang dekat dengan laut memiliki keuntungan terkait kemudahan dalam mengakses air laut. Namun, air laut yang dibutuhkan haruslah memiliki standar – standar yang sesuai. Syarat – syarat lingkungan laut yang memenuhi kriteria untuk membuat Aquarium:

1. Air laut harus berkualitas tinggi, yaitu memiliki konsentrasi bahan berbahaya yang minim, tidak memiliki polusi air, temperatur rata-rata kurang dari 20°C. 2. Memiliki populasi organisme liar seperti plankton untuk menciptakan ekosistem

yang baik di dalam Akuarium. 3. Memiliki parasit yang dibutuhkan.

4. Memiliki populasi binatang mikrobiologi yang seimbang.

5. Sirkulasi air laut dan gelombang baik, hal ini akan berkaitan dengan pembaharuan air.

2.10.2.2. Instalasi Air pada Akuarium

Jenis instalasi air yang digunakan berbeda, tergantung dengan situasi lokal yang ada. Karena instalasi dan pengoperasian sistem air Aquarium tergolong mahal, pada umumnya kualitas air yang dapat diterima tergantung pada harga sistem yang digunakan. Sistem teknikal dari pengadaan air pada Aquarium yang paling dasar adalah sebagai berikut:

1. Sistem Terbuka

Prinsip sistem ini yaitu pakai dan buang. Sistem ini merupakan sistem yang sederhana dan tidak memberikan banyak masalah tetapi membutuhkan biaya yang sangat mahal.

(24)

23

Yang harus diperhatikan adalah tidak boleh adanya kontak dengan pipa-pipa berbahan logam. Saluran air rata-rata yang harus diganti kira-kira 1 lb atau 1 pon (3,2 gram) ikan per 100 galon dari 1 volume tiap ikan per dua jam sekali. Jadi tiap jam untuk aquarium kapasitas 100.000 galon air harus bersirkulasi antara 50.000 hingga 100.000 galon. Dan 1,2 sampai 2,4 milyar gallon air yang dibutuhkan selama 24 jam. Air yang diambil dari laut disaring melalui intake station, setelah melalui proses filtrasi maka air dapat langsung digunakan pada tangki, sampai dalam kurun waktu tertentu air tidak memenuhi syarat lagi, maka air dibuang atau diganti. Sistem ini biasanya digunakan apabila air laut yang ada kondisinya masih bagus dan tersedia cukup banyak. Keuntungan dari sistem ini adalah air yang diperoleh akan bersifat alami sesuai dengan kondisi aslinya. Sedangkan kerugiannya adalah biaya pengontrolan lebih mahal.

Gambar 2.8 Sistem Terbuka

(Sumber: http://anditriplea.blogspot.com/2013/02/sistem-pengolahan-dan-pengadaan-air_7027.html, dikutip dari Arief Wahyu NH, 2015)

2. Sistem Tertutup

Prinsip dari sistem ini pakai dan daur ulang. Pada sistem ini, air langsung masuk ke dalam display aquarium selanjutnya masuk ke dalam tangki reservoir setelah melalui beberapa filtrasi. Jadi pergantian air yang dibutuhkan hanya untuk menggantikan air yang hilang akibat evaporasi dan akibat pembersihan tangki

(25)

24

atau saluran filter. Walaupun begitu tetap harus ada pergantian dengan air yang baru dengan perbandingan 1:3 dari total volume setiap dua minggu sekali. Sistem ini biasa digunakan apabila kondisi air laut yang ada relatif kurang memenuhi syarat. Pada sistem ini, air yang tidak dipakai diproses lagi, dan setiap dua minggu 10 – 20% air tersebut diganti. Selama ini dapat dilakukan secara lokal maupun opular dengan adanya kemajuan teknologi, penggunaan air tidak terbatas pada air laut.

Gambar 2.9 Sistem Tertutup

(Sumber: http://anditriplea.blogspot.com/2013/02/sistem-pengolahan-dan-pengadaan-air_7027.html, dikutip dari Arief Wahyu NH, 2015)

3. Sistem Semi –Tertutup

Tiap display aquarium memiliki sistem resirkulasi airsendiri. Tambahan sumber air untuk pengurangan air yang terjadiakibat penguapan berasal dari pipa tangki utama yang kemudian didistribusikan kemasing-masing bagian sistem air tiap akuarium. Dalam proses sirkulasi, air melalui penyaringan biologi (biological filtering). Penyesuaian terhadap temperatur yang diinginkan dapat disesuaikan dengan bantuan alat pemanas atau pendingin yang berada dalam pipa penyaringan. Dalam sistem sirkulasi ini disarankan untuk mengganti minimal 10% air, untuk aquarium airtawar dan 40% air akuarium laut setiap satu bulan sekali untuk menghindarkan partikel-partikel yang dapat membahayakan biota air. Pada bangunan yang menjadi pembanding di Seaworld Indonesia, air yang ada di masing-masing aquarium tidak setiaphari diganti. Aquarium di Seaworld Indonesia menggunakan sistem resirkulasi terus menerus selama 24 jam. Bila

(26)

25

dari hasil pengukuran menunjukkan kualitas airnya sudah tidak bagus, maka akan diganti.

Gambar 2.10 Sistem Semi Tertutup

(Sumber: http://anditriplea.blogspot.com/2013/02/sistem-pengolahan-dan-pengadaan-air_7027.html, dikutip dari Arief Wahyu NH, 2015)

Gambar – gambar berikut merupakan preseden instalasi life support system pada akuarium air laut.

Gambar 2.11 Trickle Filter

(27)

26

Gambar 2.12 Life Support Pipe Work

(http://www.mjmurphy.co.nz/productsservices/lifesupportsystems/tabid/305/default.aspx)

Gambar 2.13 Intake Pre Filter

(http://www.mjmurphy.co.nz/productsservices/lifesupportsystems/tabid/305/default.aspx)

Gambar 2.14 Surge tank untuk tanki display koral

(http://www.mjmurphy.co.nz/productsservices/lifesupportsystems/tabid/305/default.aspx)

Gambar 2.15 Pipa outlet besar dari gravitysandfilters

(28)

27

Gambar 2.16 Pompa Fybrocs besar untuk tanki hiu

(http://www.mjmurphy.co.nz/productsservices/lifesupportsystems/tabid/305/default.aspx)

2.10.2.3. Dimensi Akuarium

Akuarium laut mendapatkan beban berupa dorongan air yang lebih besar jika dibandingkan dengan beban dorongan pada air tawar. Hal ini disebabkan air laut memilki berat yang lebih besar dibandingkan air tawar. Berat air laut per liternya sama dengan 1,03 kg. Selain itu, umumnya akuarium air laut banyak menggunakan batuan, sehingga mengharuskan akuarium air laut dibuat dengan menggunakan kaca atau bahan yang lebih tebal sehingga mampu menahan gaya dorongan ataupun tekanan air laut yang ada di dalamnya. Akuarium air laut biasanya lebih besar dari pada akuarium air tawar.

Volume akuarium air laut ideal minimal 90 liter atau berukuran panjang 70 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 40 cm. Ukuran aquarium ditentukan oleh banyaknya penghuni akuarium. Banyaknya ikan yang dapat ditampung di akuarium secara kasar dapat dinyatakan sebagai 10 liter per cm panjang ikan. Artinya jika akuarium memiliki volume 200 liter, maka banyaknya ikan sepanjang 5 cm yang dapat ditampung sekitar 4 ekor..

2.10.2.4. Konstruksi Akuarium

Akuarium dapat menggunakan berbagai bahan, seperti kaca, fiberglass, maupun acrylic. Masing – masing bahan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing.

(29)

28

Berikut merupakan dimensi akuarium untuk bahan kaca dan acrylic. Tabel ketebalan kaca untuk akuarium air laut.

Tabel 2.2 Ketebalan Kaca untuk Akuarium Air Laut

Dimensi Akuarium (cm) Tebal Kaca Minimal (mm) Panjang Lebar Tinggi

60 30 30 5 80 30 30 7 80 45 45 7 90 45 45 8 100 50 50 8 130 50 50 10 200 75 75 15

Sumber: Kuncoro, Eko Budi. 2004. Akuarium Laut. dikutip dari Arief Wahyu NH, 2015

Tabel 2.3 Ketebalan Acrylic untuk Akuarium Air Laut

Dimensi Akuarium (cm) Tebal Acrylic Minimal (mm) Panjang Lebar Tinggi

70 55 45 6 90 55 45 8 130 55 55 10 150 55 60 10 180 55 60 15 240 120 80 20

(30)

29

BAB III

TRANSFORMASI DESAIN

PERENCANAAN

3.1. MASTERPLAN

Gambar 3.17 Masterplan Kawasan PIAMARI (1)

(31)

30

3.2. AKUARIUM

3.2.1. Konsep dan Transformasi Desain

Akuarium yang direncanakan di kawasan Marine Center merupakan pusat informasi, wahana edukasi, sekaligus wisata bagi masyarakat tentang teknologi kemaritiman dan kelautan. Tujuan utama akuarium ini adalah untuk memberikan informasi dan pembelajaran bagi masyarakat agar lebih mengenal tentang maritim dan kelautan agar masyarakat lebih memiliki kesadaran untuk ikut menjaga dan melestarikan laut beserta isinya.

Fungsi ruang yang ada di akuarium ini berupa museum yang didominasi oleh akuarium dengan berbagai dimensi berisi biota laut yang beraneka ragam, menyajikan informasi mengenati biota laut terkait, aktifitas perikanan maupun kelautan, wisata bahari dan segala peralatan teknologi yang mendukung kegiatan tentang kemaritman maupun kelautan.

Di dalam akuarium ini masyarakat diajak untuk mengikuti alur sirkulasi yang ada di dalam museum sehingga dapat melihat seluruh informasi yang ada secara berurutan.

Di area kolam sentuh (Touch Pool) masyarakat dapat menyentuh langsung biota laut yang aman, seperti penyu dan bintang laut. Di display area, masyarakat dapat melihat langsung beragam biota laut yang ada di Indonesia maupun dunia. Display area

berupa etalase akuarium yang terdiri dari akuarium utama (main), berbagai akuarium tematik (theme), dan schoolling fish aquarium atau akuarium yang ditujukan sebagai tempat ikan sejenis. yang berenang secara bergerombol.

Anatomi bentuk bangunan Akuarium ini biota laut kerang siput laut (sea snail shell). Berdasarkan studi dan kajian, transformasi desain bangunannya diambil dari 2 kerang siput laut yang saling berhadapan atau double sea snail shell. Berikut gambaran konsep untuk anatomi akuarium,

(32)

31

Bentukan kerang siput laut diambil baik sebagai metafora cangkang yang melindungi isinya dari bahaya di luar (dalam hal ini bencana tsunami terhadap bangunan) maupun pengembangan strukturnya, di mana geomtri lengkung atau bulata memiliki resistensi terhadap aliran air lebih baik dibandingkan geometri kotak atau persegi. Prinsip tersebut juga berlaku terhadap aliran angin laut. Akuarium dapat mewadahi pengunjung hingga kapasitas 1000 – 2000 pada jam puncak (peak hours).

Gambar 3.20 Denah Lantai 1 Akuarium (Konsep)

(33)

32

3.2.2. Situasi dan Siteplan

(34)

33

3.2.3. Tata Ruang Dalam

Gambar 3.22 Denah Lantai 1

Tabel 3.4 Program Ruang Lantai 1

Ruang

Luasan (m2)

Jumlah

Total Luas

(m2)

Entrance

60

1

60

Souvenir

30

2

60

Playing Area

100

1

100

Lavatory

30

1

30

Total

250

(35)

34

Gambar 3.23 Denah Lantai 2

Tabel 3.5 Program Ruang Lantai 2

Ruang

Luasan (m2)

Jumlah

Total Luas

Entrance

60

1

60

Lobby/Ticketing

135

1

135

Touch Pool

24

1

24

Aquarium Theme 1a

12

8

96

Aquarium Theme 1b

22

6

132

Schoolling Fish

50

1

50

(36)

35

Aquarium Theme 2a

38

1

38

Aquarium Theme 2b

62

1

62

Aquarium Theme 2c

38

1

38

Aquarium Theme 2d

48

1

48

Machine Room Theme 1

233

1

233

Machine Room Theme 2

48

1

48

Main Aquarium

509,38

1

509,38

Museum

360

1

360

Aquarium View

85

1

85

Lavatory

30

1

30

Clinic

18

1

18

Resto

160

1

160

Sirkulasi

1.028

1

1.028

Ramp

149

1

149

Deck

146,5

1

146,5 TOTAL 3449.88

(37)

36

Gambar 3.24 Denah Lantai 3

Tabel 3.6 Program Ruang Lantai 3

Ruang

Luasan (m2)

Jumlah

Total Luas

Office + Staff

140

1

140

R. Direktur

31

1

31

Meeting Room

104

1

104

Theatre

100

1

100

Lavatory

29

1

29

Maintenance

300

1

300

Sirkulasi

200

1

200

Ramp

149

1

149

Total

1.053

(38)

37

Gambar 3.25 Denah Lantai Atap

3.2.4. Sirkulasi

Sirkulasi di dalam bangunan sesuai dengan jalur akuarium, dimulai dari area

entrance, akuarium tematik atau akuarium kecil, akuarium besar atau utama melalui

tunnel, museum, dan restoran. Pengunjung publik hanya dapat mengunjungi lantai 1, lantai 2, dan ruang theatre di lantai 3.

3.2.5. Material dan Fasad Bangunan

Bangunan memiliki fasad modern dan memiliki kesan high – tech. Material fasad bangunan terbuat dari beton karena bentuk bangunan yang lengkung. Material beton, selain fleksibel, juga memiliki ketahanan struktur yang sangat dibutuhkan bangunan akuarium yang harus mewadahi air dalam volume yang besar.

(39)

38

Gambar 3.26 Tampak Depan dan Belakang

(40)

39

Gambar 3.28 Aerial View Akuarium (3)

(41)

40

3.2.6. Sistem Bangunan

Mesin akuarium dan ruang maintenance berada di belakang akuarium dan tidak terlihat oleh pengunjung.

Gambar 3.30 Ruang Mesin Akuarium.

Bentuk bangunan lengkung merupakan bangunan aerodinamis yang mengalirkan aliran angin ke segala arah.

(42)

41

3.3. DORMITORI

3.3.1. Konsep dan Transformasi Desain

Dormitori merupakan bangunan asrama yang ditujukan untuk menunjang aktivitas di Marine Centre PIAMARI. Mereka yang dapat memanfaatkan Dormitori adalah pihak yang berwenang, seperti peneliti di Marine Centre, pihak dari Kementrian Kelautan Perikanan, serta tamu penting terkait dengan Marine Centre maupun Kementrian Kelautan Perikanan. Namun, Dormitori juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Gambar 3.32 Skematik Dormitori

(43)

42

3.3.2. Situasi dan Siteplan

(44)

43

Gambar 3.34 Siteplan

3.3.3. Tata Ruang Dalam

Pada lantai 1 bangunan Dormitori, terdapat ruang makan dan lobby utama. Lantai 2 merupakan area untuk kamar dan ruang rapat, sedangkan lantai 3 fungsi yang diwadahi dominan adalah kamar.

(45)

44

Gambar 3.35 Denah Lantai 1

Tabel 3.8 Program Ruang Lantai 1

Ruang

Luasan (m2)

Lobby

223

Ruang Makan

208

Dapur

38

Parkir

150

Lavatory

20

Ruang Staff

12,96 m

Tangga

32

(46)

45

Gambar 3.36 Denah Lantai 2

Tabel 3.9 Program Ruang Lantai 2

Ruang

Luasan (m2)

Lobby

36

Ruang Pertemuan

86

Kamar (termasuk Kamar Mandi)

414,72 (total)

Lavatory

20

Selasar

116

(47)

46

Gambar 3.37 Denah Lantai 3

Tabel 3.10 Program Ruang Lantai 3

Ruang

Luasan (m2)

Lobby

36

Kamar (termasuk Kamar Mandi)

492,48 (total)

Gudang

16,2

Selasar

116

(48)

47

Gambar 3.38 Denah Lantai Atap

3.3.4. Sirkulasi

Lantai 1 bangunan Dormitori merupakan ruang terbuka,

plaza semi

outdoor

dikarenakan prinsip bangunan panggung yang diterapkan pada

Dormitori, sehingga memiliki sirkulasi ke berbagai arah. Sedangkan, lantai 2 dan

3 memiliki sirkulasi 2 arah dari tangga di kedua sisi bangunan.

(49)

48

Gambar 3.39 Sirkulasi Lantai 1

(50)

49

Gambar 3.41 Sirkulasi Lantai 3

3.3.5. Material dan Fasad Bangunan

Fasad bangunan menggunakan material yang didominasi kaca serta akses dari kayu jati berornamen. Konsep fasad adalah bangunan modern namun tetap memiliki nuansa alam dengan adanya material kayu yang menjadi aksen bangunan.

(51)

50

Gambar 3.43 Tampak Belakang Dormitori

Gambar 3.44 Tampak Kanan Dormitori

Gambar 3.45 Tampak Kiri Dormitori

3.3.6. Sistem Bangunan

Bangunan Dormitori direncanakan memiliki 4 lantai yang terdiri dari lantai 1 – 3 dan lantai atap (roof top), sistem transportasi bangunan adalah tangga yang berada di ujung bangunan. Dengan sistem rumah panggung, tangga utama juga berfungsi sebagai tangga evakuasi dikarenakan lantai paling bawah merupakan plaza semi outdoor yang memiliki akses mudah dengan area luar.

(52)

51

(53)

52

Untuk sistem struktur Dormitori, pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang. Penggunaan pondasi ini menyesuaikan pada kondisi tanah yang ada pada kawasan perencanaan. Konsep panggung pada Dormitori untuk mengantisipasi gelombang pasang, tsunami, gempa, dengan jalur evakuasi ke atas. Sedangkan, terhadap bencana kebakaran, bangunan panggung dengan lantai 1 berupa plaza semi outdoor memudahkan evakuasi di mana penghuni Dormitori bisa langsung menuju keluar bangunan.

(54)

53

(55)

54

Gambar 3.49 Sistem Evakuasi Terhadap Bencana Kebakaran

3.4. BLOK RISET DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

3.4.1. Konsep dan Transformasi Desain

Blok Riset dan Teknologi Kelautan adalah fasilitas research atau penelitian yang terdapat pada Marine Centre. Blok ini merupakan area semi privat yang hanya dapat diakses oleh pihak – pihak tertentu, namun orang lain dapat mengakses blok ini dengan ketentuan dan persyaratan terbatas yang ditentukan. Hal ini untuk menjaga agar suasana penelitian di Blok Riset dan Teknologi Kelautan dapat berjalan dengan baik dan kondusif.

(56)

55

Penelitian yang dilakukan terutama terkait dengan teknologi kelautan. Salah satunya adalah penelitian mengenai teknologi kapal yang dapat diujicobakan di zona

towing tank.

Gambar 3.50 Denah Lantai 1 Blok Riset dan Teknologi (Konsep)

(57)

56

3.4.2. Situasi dan Siteplan

Gambar 3.52 Situasi

(58)

57

3.4.3. Tata Ruang Dalam

Gambar 3.54 Denah Lantai 1

Menggunakan prinsip dalam bangunan panggung untuk mengantisipasi tsunami maka lantai 1 atau ground flour merupakan plaza semi outdoor yang terdiri atas kolom – kolom. Sebagian area dimanfaatkan sebagai area parkir. Tidak semua area dipergunakan sebagai area parkir, area yang mana merupakan area di bawah towing tank dan Technical Workshop

(59)

58

(60)

59

Tabel 3.11 Program Ruang Lantai 2

Ruang

Luasan (m2)

Kapasitas

Lobby

140

Kantor Manajemen & Administrasi

118,8

12 Orang

Ruang Serbaguna

51,3

5 orang

Lab.Digital

51,3

6 orang

Lab. Kering

51,3

6 orang

Lab. Basah

51,3

6 orang

Software & Instrumentation Workshop Room

100

Towing Tank 1

98,2

Towing Rank 2

250

Technical Workshop

583

10 orang

Gudang

14

Tangga 1

12

Selasar 1

12

Tangga Tipe 1

34,5

Tangga Tipe 2

8,5

Selasar 2

237

Lavatory

48

Jembatan Penghubung

37,2

TOTAL

1.898,2

(61)

60

(62)

61

Tabel 3.12 Program Ruang Lantai 3

Ruang

Luasan (m2)

Kapasitas

R. Kepala

40

R. Bag. Keuangan

11,6

R. Administrasi

11,6

R. Pertemuan Internal

118,8

8 orang

R. Serbaguna / Auditorium

104

R. Serbaguna / Diskusi

51,3

R. Diskusi

50 (@25)

@ 5 orang

Enginer Work Room

100

5 orang

R. Peneliti

80

10

R. Peneliti Tamu

45

5 orang

Towing Tank 1

Void

Towing Tank 2

Void

Void

Void

R. Tunggu

25

Lavatory

48

Tangga 1

12

Tangga Tipe 1

34,5

Tangga Tipe 2

8,5

Selasar 1

52

Selasar 2

30

Selasar 3

400

Jembatan Penghubung

37,2

TOTAL

1.270,7

(63)

62

(64)

63

3.4.4. Sirkulasi

(65)

64

(66)

65

Gambar 3.60 Sirkulasi Lantai 3

3.4.5. Material dan Fasad Bangunan

Fasad bangunan menggunakan konsep bangunan modern di mana material didominasi oleh kaca. Pada sisi Utara dan Selatan terdapat aksen berupa kisi – kisi terbuat dari kayu.

(67)

66

Gambar 3.61 Tampak Utara

Gambar 3.62 Tampak Timur

Gambar 3.63 Tampak Selatan

(68)

67

3.4.6. Sistem Bangunan

Bangunan Blok Riset dan Teknologi Kelautan direncanakan memiliki 4 lantai yang terdiri dari lantai 1 – 3 dan lantai atap (roof top), sistem transportasi bangunan adalah tangga yang berada di ujung bangunan. Dengan sistem rumah panggung, tangga utama juga berfungsi sebagai tangga evakuasi terhadap bahaya kebakaran dikarenakan lantai paling bawah merupakan plaza semi outdoor yang memiliki akses mudah dengan area luar.

(69)

68

Gambar 3.66 Sistem Sirkulasi dan Transportasi Vertikal Berupa Tangga

Sistem bangunan berbentuk panggung dimaksudkan untuk mengantisipasi

gelombang pasang tinggi pada musim – musim tertentu serta gelombang

tsunami ketika terjadi gempa yang berpotensi tsunami. Sistem panggung juga

merupakan sistem bangunan tahan gempa seperti halnya bangunan tradisional

di Indonesia yang merupakan rumah panggung. Lantai atap datar dari dak beton

dimaksudkan sebagai tempat evakuasi terhadap gelombang pasang dan tsunami.

(70)

69

Gambar 3.67 Bangunan Panggung untuk Antisipasi Tsunami dan Gelombang Pasang

Sedangkan terkait dengan bencana kebakaran, jalur evakuasi langsung dari tangga yang ada di seluruh bagian bangunan. Lantai paling bawah langsung menuju ruang terbuka.

(71)

70

(72)

71

Gambar

Gambar 1.1 Lingkup Area Perencanaan
Gambar 2.2 Konsep Perencanaan PIAMARI
Gambar 2.4 Rencana Jalur Utama Boulevard
Gambar 2.8 Sistem Terbuka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan reaksi time terhadap kemampuan pukulan groundstroke pada permainan tenis lapangan, maka hal

Akan tetapi hubungan antara curah hujan dan suhu udara dengan peningkatan jumlah penderita DBD tidak dapat dimodelkan dengan metode ARIMA, karena metode ini hanya untuk satu

apabila prasarana, sarana dan utilitas yang akan diserahkan oleh Pengembang kepada Pemerintah Daerah belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud

Pilar pembangunan bidang kelautan dan perikanan seperti tertuang dalam kebijakan Kementerian Kelautan Perikanan yaitu pembangunan kelautan dan perikanan nasional

Aplikasi internet yang digunakan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain dalam sebuah forum adalah….. Di bawah ini cara-cara menghubungkan dengan internet

Pengembangan dan penguatan sistem informasi kelautan dan perikanan yang meliputi distribusi potensi (pembangunan) sumberdaya kelautan dan perikanan serta potensi pasar

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016, Status Area Tidak Bebas Penyakit Ikan Karantina di Wilayah Negara Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kelautan dan

Pada akhir tahun 2016 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan seluruh program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab Dinas. Adapun