• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsistem Agribisnis Hilir/Agroindustri: Membangun Industrialisasi Pertanian Berdaya Saing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Subsistem Agribisnis Hilir/Agroindustri: Membangun Industrialisasi Pertanian Berdaya Saing"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2

Subsistem Agribisnis Hilir/Agroindustri:

Membangun Industrialisasi Pertanian Berdaya

Saing

o

Agroindustri Sebagai Penggerak Utama

. . . .138

o

Agroindustri Strategi Industrialisasi Indonesia

. . . .140

o

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Agroindustri

. . .142

o

Industri Hilir Bagian Dari Sistem Agribisnis

. . . .144

(2)

mia maupun oleopangan.

Agroindustri yang masih pada fase factor-drivendan capital-drivenini juga terkait dengan sektor penghasil bahan baku, yakni sektor pertanian yang sebagian besar masih pada fase factor-driven. Secara keseluruhan, produksi agregat pertanian sebagi-an besar masih bersumber dari perluassebagi-an areal pertsebagi-anisebagi-an dsebagi-an masih sedikit disumbsebagi-ang oleh produktivitas.

Karena itu hal mendesak yang kita lakukan adalah meningkatkan produktivitas per-tanian melalui pemanfaatan barang-barang modal dan peningkatan SDM. Sedangkan pada agroindustri, yang mendesak dilakukan adalah pendalaman industri sehingga nilai tambah yang dinikmati Indonesia lebih besar.

Bagaimana selanjutnya?

Bila kita berhasil dalam memajukan agroindustri dari factor-drivenke capital driven serta pendalaman industri, maka tahap berikutnya adalah mendorong agroindustri memasuki fase innovation-driven. Pada fase ini produk utama agroindustri akan dido-minasi produk-produk bernilai tambah tinggi, barang-barang modal bermuatan padat teknologi, hak paten atau royalti, produk-produk bioteknologi tinggi, dan lainnya.

Untuk mendukung agroindustri pada fase innovation-drivenini, peranan lembaga penelitian sangat penting. Lembaga penelitian yang ada di Indonesia saat ini sebetul-nya sudah siap mendukung agroindustri fase innovation-driven. Lembaga penelitian milik pemerintah maupun perguruan tinggi banyak yang sudah memiliki SDM pene-liti kelas dunia. Namun karena agroindustri kita belum banyak yang memanfaatkan-nya, penelitian-penelitian yang dihasilkan lembaga penelitian tersebut berhenti pada tahap invention. Masih sedikit yang berhasil mengubah inventionmenjadi inovasi bis-nis.

Bila roadmappengembangan agroindustri yang demikian dapat kita lakukan secara konsisten, Indonesia berkesempatan unggul pada kelima kluster agroindustri tersebut. Pada kluster industri energi nabati misalnya, Indonesia berkesempatan menjadi salah satu produsen energi nabati terbesar di dunia. Selain itu, bila pengembangan agroin-dustri yang demikian berhasil dilakukan, akan menarik sektor atau inagroin-dustri lainnya sehingga industrialisasi kita dapat diperluas ke industri-industri lain.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Agroindustri Sebagai

Penggerak Utama

“UNTUK MEMODERNISASI SISTEM AGRIBISNIS,agroindustri merupakan penggerak utama. Agroindustri yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang relatif tinggi serta angka pengganda tenaga kerja dan nilai tambah yang juga rela-tif tinggi menjadi lokomorela-tif yang menggerakkan sistem dan perekonomian secara kese-luruhan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000-—2004, saat diwawancarai AGRINA.

Agroindustri seperti apa yang dimaksud?

Dalam memanfaatkan persaingan global, Indonesia perlu mengembangkan agroin-dustri berbasis tropis (tropical based agroindustry) melalui pengembangan beberapa kluster agroindustri. Kluster agroindustri yang dimaksud adalah kluster agroindustri pangan dan pakan (food and feed), serat alam (natural fiber), biofarmasi (obat, pestisi-da, antibiotika, produk kecantikan), energi nabati (biodiesel, etanol), dan kluster indus-tri floris (tanaman hias). Pada kelima kluster tersebut Indonesia berpeluang besar untuk unggul secara internasional karena didukung keunggulan komparatif yang tidak banyak dimiliki negara lain.

Tentu saja, keunggulan bersaing Indonesia pada kluster-kluster agroindustri tersebut tidak datang dengan sendirinya. Keunggulan bersaing hanya akan kita peroleh mela-lui kerja keras yang terarah dan konsisten dalam mendayagunakan keunggulan kom-paratif yang kita miliki menjadi keunggulan bersaing.

Apa yang harus dikembangkan agar kita memiliki keunggulan bersaing?

Untuk membangun keunggulan bersaing Indonesia pada kelima kluster tersebut, kita memerlukan suatu roadmappengembangan agroindustri. Roadmapyang dimaksud, yakni bergerak dari agroindutri yang dihela oleh pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM) yang belum terampil atau factor-driven, lalu bergerak ke agroindustri yang dihela pemanfaatan modal dan SDM lebih terampil atau capital-dri-ven, dan kemudian melangkah maju pada agroindustri yang dihela pemanfaatan ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil atau innovation-driven.

Secara agregat agroindustri Indonesia masih berada pada fase awal, antara fase fac-tor-drivendan capital-driven. Hal ini dicirikan antara lain oleh produktivitas dan nilai tam-bah yang masih relatif rendah. Pada industri serat alam seperti industri pulp dan ker-tas, masih sangat bergantung kayu hutan alam dan masih sedikit industri yang bahan bakunya dari kayu hasil budidaya. Pada industri minyak sawit, sebagian besar dari indus-tri yang ada masih menghasilkan CPO sebagai produk utamanya. Padahal ratusan jenis produk turunan CPO yang dapat dihasilkan dari industri ini baik produk

(3)

mia maupun oleopangan.

Agroindustri yang masih pada fase factor-drivendan capital-drivenini juga terkait dengan sektor penghasil bahan baku, yakni sektor pertanian yang sebagian besar masih pada fase factor-driven. Secara keseluruhan, produksi agregat pertanian sebagi-an besar masih bersumber dari perluassebagi-an areal pertsebagi-anisebagi-an dsebagi-an masih sedikit disumbsebagi-ang oleh produktivitas.

Karena itu hal mendesak yang kita lakukan adalah meningkatkan produktivitas per-tanian melalui pemanfaatan barang-barang modal dan peningkatan SDM. Sedangkan pada agroindustri, yang mendesak dilakukan adalah pendalaman industri sehingga nilai tambah yang dinikmati Indonesia lebih besar.

Bagaimana selanjutnya?

Bila kita berhasil dalam memajukan agroindustri dari factor-drivenke capital driven serta pendalaman industri, maka tahap berikutnya adalah mendorong agroindustri memasuki fase innovation-driven. Pada fase ini produk utama agroindustri akan dido-minasi produk-produk bernilai tambah tinggi, barang-barang modal bermuatan padat teknologi, hak paten atau royalti, produk-produk bioteknologi tinggi, dan lainnya.

Untuk mendukung agroindustri pada fase innovation-drivenini, peranan lembaga penelitian sangat penting. Lembaga penelitian yang ada di Indonesia saat ini sebetul-nya sudah siap mendukung agroindustri fase innovation-driven. Lembaga penelitian milik pemerintah maupun perguruan tinggi banyak yang sudah memiliki SDM pene-liti kelas dunia. Namun karena agroindustri kita belum banyak yang memanfaatkan-nya, penelitian-penelitian yang dihasilkan lembaga penelitian tersebut berhenti pada tahap invention. Masih sedikit yang berhasil mengubah inventionmenjadi inovasi bis-nis.

Bila roadmappengembangan agroindustri yang demikian dapat kita lakukan secara konsisten, Indonesia berkesempatan unggul pada kelima kluster agroindustri tersebut. Pada kluster industri energi nabati misalnya, Indonesia berkesempatan menjadi salah satu produsen energi nabati terbesar di dunia. Selain itu, bila pengembangan agroin-dustri yang demikian berhasil dilakukan, akan menarik sektor atau inagroin-dustri lainnya sehingga industrialisasi kita dapat diperluas ke industri-industri lain.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Agroindustri Sebagai

Penggerak Utama

“UNTUK MEMODERNISASI SISTEM AGRIBISNIS,agroindustri merupakan penggerak utama. Agroindustri yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang relatif tinggi serta angka pengganda tenaga kerja dan nilai tambah yang juga rela-tif tinggi menjadi lokomorela-tif yang menggerakkan sistem dan perekonomian secara kese-luruhan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000-—2004, saat diwawancarai AGRINA.

Agroindustri seperti apa yang dimaksud?

Dalam memanfaatkan persaingan global, Indonesia perlu mengembangkan agroin-dustri berbasis tropis (tropical based agroindustry) melalui pengembangan beberapa kluster agroindustri. Kluster agroindustri yang dimaksud adalah kluster agroindustri pangan dan pakan (food and feed), serat alam (natural fiber), biofarmasi (obat, pestisi-da, antibiotika, produk kecantikan), energi nabati (biodiesel, etanol), dan kluster indus-tri floris (tanaman hias). Pada kelima kluster tersebut Indonesia berpeluang besar untuk unggul secara internasional karena didukung keunggulan komparatif yang tidak banyak dimiliki negara lain.

Tentu saja, keunggulan bersaing Indonesia pada kluster-kluster agroindustri tersebut tidak datang dengan sendirinya. Keunggulan bersaing hanya akan kita peroleh mela-lui kerja keras yang terarah dan konsisten dalam mendayagunakan keunggulan kom-paratif yang kita miliki menjadi keunggulan bersaing.

Apa yang harus dikembangkan agar kita memiliki keunggulan bersaing?

Untuk membangun keunggulan bersaing Indonesia pada kelima kluster tersebut, kita memerlukan suatu roadmappengembangan agroindustri. Roadmapyang dimaksud, yakni bergerak dari agroindutri yang dihela oleh pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM) yang belum terampil atau factor-driven, lalu bergerak ke agroindustri yang dihela pemanfaatan modal dan SDM lebih terampil atau capital-dri-ven, dan kemudian melangkah maju pada agroindustri yang dihela pemanfaatan ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil atau innovation-driven.

Secara agregat agroindustri Indonesia masih berada pada fase awal, antara fase fac-tor-drivendan capital-driven. Hal ini dicirikan antara lain oleh produktivitas dan nilai tam-bah yang masih relatif rendah. Pada industri serat alam seperti industri pulp dan ker-tas, masih sangat bergantung kayu hutan alam dan masih sedikit industri yang bahan bakunya dari kayu hasil budidaya. Pada industri minyak sawit, sebagian besar dari indus-tri yang ada masih menghasilkan CPO sebagai produk utamanya. Padahal ratusan jenis produk turunan CPO yang dapat dihasilkan dari industri ini baik produk

(4)

Dalam memanfaatkan persaingan global, Indonesia perlu mengembangkan agroindus-tri berbasis tropis melalui pengembangan beberapa cluster agroindusagroindus-tri. Klaster agro-industri itu adalah pangan dan pakan (food and feed), serat alam (natural fiber), biofar-masi (obat-obatan, pestisida, antibiotika, produk kecantikan), energi nabati (biodiesel, etanol), dan floris. Pada kelima cluster tersebut Indonesia berpeluang besar untuk ung-gul secara internasional karena didukung keungung-gulan komparatif dan tidak banyak negara lain memilikinya.

Untuk membangun daya saing kelima klaster agroindustri tersebut, kita memerlu-kan road mappengembangan agroindustri. Road mapitu bergerak dari agroindustri yang dihela pemanfaatan SDA dan SDM belum terampil (natural resources and unskill labor based) atau factor driven. Lalu bergerak pada agroindustri yang dihela pemanfa-atan modal dan SDM lebih terampil (capital and semi-skill labor based) atau capital-dri-ven, dan kemudian melangkah maju ke agroindustri yang dihela pemanfaatan ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil (knowledge and skilled labor based) atau inno-vation-driven.

Agroindustri Indonesia masih berada di antara fasefactor-drivendan capital-driven dengan ciri produktivitas dan nilai tambah yang relatif rendah. Hal yang mendesak kita lakukan adalah meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan barang-ba-rang modal dan peningkatan SDM. Pada agroindustri, yang mendesak dilakukan adalah pendalaman industri sehingga Indonesia menikmati nilai tambah yang lebih besar.

Bila kita berhasil dalam memajukan agroindustri dari factor-driven ke capital-driven serta pendalaman industri, tahap berikutnya mendorong agroindustri memasuki fase innovation-driven. Pada fase ini produk utama agroindustri akan didominasi produk-pro-duk bernilai tambah tinggi, barang-barang modal bermuatan padat teknologi, hak pa-ten, dan produk bioteknologi.

Kebijakan apa yang perlu dilakukan?

Pengembangan agroindustri mulai dari factor-driven ke fase capital-driven, dan pada innovation-driven memerlukan kebijakan dasar yang mengawal road map pengem-bangan agroindustri untuk tetap berada pada jalur dan laju yang diharapkan. Kebijak-an dasar itu kombinasi proteksi dKebijak-an promosi melalui kebijakKebijak-an fiskal maupun mone-ter. Kebijakan ini dirancang dengan jangkauan jauh ke depan, misalnya 25 tahun, dengan time scheduleyang jelas.

Sekarang ini agroindustri kita memerlukan tingkat promosi dan proteksi yang relatif tinggi untuk memberikan iklim kondusif bagi perkembangan agroindustri khususnya dan sistem agribisnis domestik pada umumnya. Tingkat proteksi dan promosi yang diperlukan berbeda-beda untuk masing-masing klaßster agroindustri sesuai kondisinya. Tingkat proteksi dan promosi relatif tinggi yang diberikan dalam waktu terlalu lama juga tidak produktif. Karena itu penurunan tingkatannya harus dilakukan secara ber-tahap sesuai peningkatan daya saing, sehingga pada 25 tahun kemudian tingkat pro-teksi sudah berada pada taraf yang minimal. Sampai akhirnya agroindustri kita menca-pai daya saing tinggi dan siap bersaing secara internasional.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Agroindustri Strategi

Industrialisasi Indonesia

“DENGAN KONDISI EKONOMI INDONESIA SAAT INIyang menghadapi kesulitan pembiayaan pembangunan, kita perlu melakukan penajaman strategi pemba-ngunan ekonomi ke depan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Per-tanian periode 2000— 2004 saat diwawancarai AGRINA.

Strategi pembangunan ekonomi seperti apa?

Strategi pembangunan yang dipilih hendaklah memenuhi empat persyaratan utama. Pertama, mampu menyelesaikan masalah yang luas, relatif cepat, dan efektif. Kedua, ti-dak mengandalkan pinjaman luar negeri dan boros devisa, malah perlu diusahakan se-baliknya. Ketiga, akomodatif terhadap sumberdaya yang kita miliki terutama kualitas sumberdaya manusia (SDM). Keempat, secara keseluruhan dapat memperkuat funda-mental ekonomi dan membangun kemampuan bersaing Indonesia dalam globalisasi.

Memang tidak banyak pilihan bagi kita saat ini. Pilihan yang paling realistis dan rasio-nal adalah proses industrialisasi dimulai dari memodernisasi sistem agribisnis dengan menempatkan agroindustri sebagai penggerak utama. Sistem agribisnis tersebut meru-pakan suatu cluster industri yang mencakup sektor pertanian, industri hulu, dan hilir pertanian (agroindustri), sektor perdagangan input dan hasil pertanian, serta sektor-sektor jasa yang terkait langsung.

Mengapa terlalu yakin dengan sistem agribisnis?

Selain penyerap tenaga kerja terbesar, sistem agribisnis merupakan sebagian besar dunia usaha di Indonesia mulai dari usaha mikro, rumah tangga, kecil-menengah, koperasi, dan usaha korporasi. Saat ini sistem agribisnis masih merupakan sektor eko-nomi yang akomodatif terhadap keragaman kemampuan tenaga kerja dan enterpreneur-ship rakyat Indonesia.

Sistem agribisnis juga penyumbang terbesar (sekitar 50%) dalam Produk Domestik Bru-to (PDB). Kontribusi sekBru-tor pertanian dalam PDB memang sudah relatif kecil, sekitar 16%. Namun kontribusi agroindustri dan perdagangan hasil pertanian masih cukup besar. Selain itu, sistem agribisnis juga penyumbang ekspor nasional yang cukup besar. Seki-tar 50% dari ekspor total Indonesia adalah produk agribisnis. Ekspor hasil pertanian pri-mer memang sudah jauh menurun, hanya sekitar 2%, dari total ekspor nasional. Namun ekspor produk agribisnis (olahan) makin membesar. Sekitar 70% dari ekspor agribis-nis adalah produk agroindustri. Karena itu proses industrialisasi harus kita mulai dari sistem agribisnis, baru kemudian melangkah atau diperluas ke industri lain.

Bagaimana caranya?

Untuk memodernisasi sistem agribisnis, agroindustri merupakan penggerak utama. 14 – 27 Juni 2006

(5)

Dalam memanfaatkan persaingan global, Indonesia perlu mengembangkan agroindus-tri berbasis tropis melalui pengembangan beberapa cluster agroindusagroindus-tri. Klaster agro-industri itu adalah pangan dan pakan (food and feed), serat alam (natural fiber), biofar-masi (obat-obatan, pestisida, antibiotika, produk kecantikan), energi nabati (biodiesel, etanol), dan floris. Pada kelima cluster tersebut Indonesia berpeluang besar untuk ung-gul secara internasional karena didukung keungung-gulan komparatif dan tidak banyak negara lain memilikinya.

Untuk membangun daya saing kelima klaster agroindustri tersebut, kita memerlu-kan road mappengembangan agroindustri. Road mapitu bergerak dari agroindustri yang dihela pemanfaatan SDA dan SDM belum terampil (natural resources and unskill labor based) atau factor driven. Lalu bergerak pada agroindustri yang dihela pemanfa-atan modal dan SDM lebih terampil (capital and semi-skill labor based) atau capital-dri-ven, dan kemudian melangkah maju ke agroindustri yang dihela pemanfaatan ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil (knowledge and skilled labor based) atau inno-vation-driven.

Agroindustri Indonesia masih berada di antara fasefactor-drivendan capital-driven dengan ciri produktivitas dan nilai tambah yang relatif rendah. Hal yang mendesak kita lakukan adalah meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan barang-ba-rang modal dan peningkatan SDM. Pada agroindustri, yang mendesak dilakukan adalah pendalaman industri sehingga Indonesia menikmati nilai tambah yang lebih besar.

Bila kita berhasil dalam memajukan agroindustri dari factor-driven ke capital-driven serta pendalaman industri, tahap berikutnya mendorong agroindustri memasuki fase innovation-driven. Pada fase ini produk utama agroindustri akan didominasi produk-pro-duk bernilai tambah tinggi, barang-barang modal bermuatan padat teknologi, hak pa-ten, dan produk bioteknologi.

Kebijakan apa yang perlu dilakukan?

Pengembangan agroindustri mulai dari factor-driven ke fase capital-driven, dan pada innovation-driven memerlukan kebijakan dasar yang mengawal road map pengem-bangan agroindustri untuk tetap berada pada jalur dan laju yang diharapkan. Kebijak-an dasar itu kombinasi proteksi dKebijak-an promosi melalui kebijakKebijak-an fiskal maupun mone-ter. Kebijakan ini dirancang dengan jangkauan jauh ke depan, misalnya 25 tahun, dengan time scheduleyang jelas.

Sekarang ini agroindustri kita memerlukan tingkat promosi dan proteksi yang relatif tinggi untuk memberikan iklim kondusif bagi perkembangan agroindustri khususnya dan sistem agribisnis domestik pada umumnya. Tingkat proteksi dan promosi yang diperlukan berbeda-beda untuk masing-masing klaßster agroindustri sesuai kondisinya. Tingkat proteksi dan promosi relatif tinggi yang diberikan dalam waktu terlalu lama juga tidak produktif. Karena itu penurunan tingkatannya harus dilakukan secara ber-tahap sesuai peningkatan daya saing, sehingga pada 25 tahun kemudian tingkat pro-teksi sudah berada pada taraf yang minimal. Sampai akhirnya agroindustri kita menca-pai daya saing tinggi dan siap bersaing secara internasional.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Agroindustri Strategi

Industrialisasi Indonesia

“DENGAN KONDISI EKONOMI INDONESIA SAAT INIyang menghadapi kesulitan pembiayaan pembangunan, kita perlu melakukan penajaman strategi pemba-ngunan ekonomi ke depan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Per-tanian periode 2000— 2004 saat diwawancarai AGRINA.

Strategi pembangunan ekonomi seperti apa?

Strategi pembangunan yang dipilih hendaklah memenuhi empat persyaratan utama. Pertama, mampu menyelesaikan masalah yang luas, relatif cepat, dan efektif. Kedua, ti-dak mengandalkan pinjaman luar negeri dan boros devisa, malah perlu diusahakan se-baliknya. Ketiga, akomodatif terhadap sumberdaya yang kita miliki terutama kualitas sumberdaya manusia (SDM). Keempat, secara keseluruhan dapat memperkuat funda-mental ekonomi dan membangun kemampuan bersaing Indonesia dalam globalisasi.

Memang tidak banyak pilihan bagi kita saat ini. Pilihan yang paling realistis dan rasio-nal adalah proses industrialisasi dimulai dari memodernisasi sistem agribisnis dengan menempatkan agroindustri sebagai penggerak utama. Sistem agribisnis tersebut meru-pakan suatu cluster industri yang mencakup sektor pertanian, industri hulu, dan hilir pertanian (agroindustri), sektor perdagangan input dan hasil pertanian, serta sektor-sektor jasa yang terkait langsung.

Mengapa terlalu yakin dengan sistem agribisnis?

Selain penyerap tenaga kerja terbesar, sistem agribisnis merupakan sebagian besar dunia usaha di Indonesia mulai dari usaha mikro, rumah tangga, kecil-menengah, koperasi, dan usaha korporasi. Saat ini sistem agribisnis masih merupakan sektor eko-nomi yang akomodatif terhadap keragaman kemampuan tenaga kerja dan enterpreneur-ship rakyat Indonesia.

Sistem agribisnis juga penyumbang terbesar (sekitar 50%) dalam Produk Domestik Bru-to (PDB). Kontribusi sekBru-tor pertanian dalam PDB memang sudah relatif kecil, sekitar 16%. Namun kontribusi agroindustri dan perdagangan hasil pertanian masih cukup besar. Selain itu, sistem agribisnis juga penyumbang ekspor nasional yang cukup besar. Seki-tar 50% dari ekspor total Indonesia adalah produk agribisnis. Ekspor hasil pertanian pri-mer memang sudah jauh menurun, hanya sekitar 2%, dari total ekspor nasional. Namun ekspor produk agribisnis (olahan) makin membesar. Sekitar 70% dari ekspor agribis-nis adalah produk agroindustri. Karena itu proses industrialisasi harus kita mulai dari sistem agribisnis, baru kemudian melangkah atau diperluas ke industri lain.

Bagaimana caranya?

Untuk memodernisasi sistem agribisnis, agroindustri merupakan penggerak utama. 14 – 27 Juni 2006

(6)

kutan. Sehingga pada 25 tahun kemudian tingkat proteksi sudah berada pada taraf yang minimal. Dan agroindustri kita sudah memiliki daya saing tinggi dan siap bersaing seca-ra internasional.

Selain kebijakan, dalam pengembangan agroindustri di Indonesia tentunya diperlukan juga strategi yang tepat. Strategi global ekonomi seperti yang dibutuhkan agroindustri?

Strategi industrialisasi Indonesia yang menempatkan sistem dan usaha agribisnis sebagai strategi utama. Strategi tersebut secara inheren akan lebih mudah menyelesai-kan berbagai masalah pembangunan ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini. Dengan mempercepat pertumbuhan sistem dan usaha agribisnis akan menarik pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang lain.

Pada sistem agribisnis yang di dalamnya menyangkut ekonomi sebagian besar rak-yat Indonesia, pertumbuhan sistem agribisnis akan memudahkan kita untuk mening-katkan pendapatan rakyat, mengatasi pengangguran dan kemiskinan, serta memacu perekonomian daerah. Selain itu, pengembangan sistem agribisnis secara konsisten menghasilkan surplus devisa (net-export) yang cukup besar dan akan sangat memban-tu dalam pembayaran utang luar negeri dan membiayai impor.

Apalagi yang dapat diharapkan dari pengembangan sistem agribisnis yang digerakkan oleh agroindustri tersebut?

Selain memudahkan kita menyelesaikan masalah pembangunan ekonomi yang men-desak, pengembangan sistem agribisnis yang digerakkan oleh agroindustri akan mam-pu membangun fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Perekonomi-an yPerekonomi-ang ditopPerekonomi-ang oleh industri domestik yPerekonomi-ang kuat dPerekonomi-an sumberdaya mPerekonomi-anusia (SDM) pelaku ekonomi yang kreatif merupakan fundamental ekonomi yang kokoh.

Dalam persaingan global, Indonesia tidak mungkin unggul pada semua industri. Oleh karena itu kita perlu memusatkan perhatian pada pengembangan industri-industri yang berpeluang besar Indonesia dapat unggul, yakni agroindustri berbasis tropis (tropical based agroindustry) melalui pengembangan beberapa kluster agroindustri. Kluster agro-industri yang dimaksud adalah kluster agroagro-industri pangan dan pakan (food and feed), serat alam (natural fiber), biofarmasi (obat, pestisida, antibiotika, produk kecantikan), energi nabati (biodiesel, etanol), dan kluster industri floris (tanaman hias). Pada kelima kluster tersebut Indonesia berpeluang besar untuk unggul secara internasional kare-na didukung keunggulan komparatif yang kita miliki dan tidak banyak negara lain yang memilikinya.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Kebijakan dan Strategi

Pengembangan Agroindustri

“Sekalipun kita memiliki keunggulan dalam agroindustri, khususnya agroindustri tro-pis, kita tetap memerlukan kebijakan dan strategi jangka panjang sehingga laju perkem-bangan agroindustri sesuai dengan yang diharapkan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancarai AGRINA.

Mengenai keunggulan agroindustri Indonesia dalam persaingan global telah diungkap-kan pada Tabloid AGRINA Vol. III No. 63. Namun kebijadiungkap-kan seperti apa yang dibutuh-kan agroindustri Indonesia?

Pengembangan agroindustri mulai dari fase factor-driven, capital-driven, hingga pada fase innovation-drivenmemerlukan kebijakan dasar. Kebijakan ini yang akan mengawal roadmappengembangan agroindustri untuk tetap berada pada jalur dan laju yang diha-rapkan. Kebijakan dasar yang dimaksud adalah kebijakan kombinasi proteksi dan pro-mosi (protection and promotion policy) baik melalui kebijakan fiskal maupun moneter. Sedikit mengulang tentang roadmapyang dimaksud, yakni bergerak dari agroindus-tri yang dihela oleh pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM) yang belum terampil atau factor-driven, lalu bergerak pada agroindustri yang dihela oleh pemanfaatan modal dan SDM lebih terampil atau capital-driven, dan kemudian melang-kah maju pada agroindustri yang dihela pemanfaatan ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil atau innovation-driven. Secara agregat agroindustri Indonesia masih berada pada fase awal, antara fase factor-drivendan capital-driven. Hal ini dicirikan anta-ra lain oleh produktivitas dan nilai tambah yang masih relatif rendah.

Berapa lama kebijakan tersebut perlu diterapkan?

Untuk mempercepat pengembangan agroindustri Indonesia ke depan, kita perlu merancang kebijakan promosi dan proteksi dengan jangkauan jauh ke depan. Misal-nya sampai 25 tahun ke depan, dengan time scheduleyang jelas. Jika kebijakan hanya jangka pendek niscaya hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai dengan baik.

Kebijakan proteksi dan promosi seperti apa yang Profesor maksudkan?

Pada saat ini agroindustri kita memerlukan tingkat promosi dan proteksi relatif ting-gi untuk memberikan iklim yang kondusif bating-gi perkembangan agroindustri khusus-nya dan sistem agribisnis domestik pada umumkhusus-nya. Tentu saja tingkat proteksi dan pro-mosi yang diperlukan berbeda-beda untuk masing-masing kluster agroindustri sesuai kondisinya.

Tingkat proteksi dan promosi yang relatif tinggi dan diberikan dalam waktu yang ter-lalu lama, juga tidak produktif. Oleh karena itu penurunan tingkat proteksi dan promo-si harus dilakukan secara bertahap sesuai peningkatan daya saing agroindustri

(7)

kutan. Sehingga pada 25 tahun kemudian tingkat proteksi sudah berada pada taraf yang minimal. Dan agroindustri kita sudah memiliki daya saing tinggi dan siap bersaing seca-ra internasional.

Selain kebijakan, dalam pengembangan agroindustri di Indonesia tentunya diperlukan juga strategi yang tepat. Strategi global ekonomi seperti yang dibutuhkan agroindustri?

Strategi industrialisasi Indonesia yang menempatkan sistem dan usaha agribisnis sebagai strategi utama. Strategi tersebut secara inheren akan lebih mudah menyelesai-kan berbagai masalah pembangunan ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini. Dengan mempercepat pertumbuhan sistem dan usaha agribisnis akan menarik pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang lain.

Pada sistem agribisnis yang di dalamnya menyangkut ekonomi sebagian besar rak-yat Indonesia, pertumbuhan sistem agribisnis akan memudahkan kita untuk mening-katkan pendapatan rakyat, mengatasi pengangguran dan kemiskinan, serta memacu perekonomian daerah. Selain itu, pengembangan sistem agribisnis secara konsisten menghasilkan surplus devisa (net-export) yang cukup besar dan akan sangat memban-tu dalam pembayaran utang luar negeri dan membiayai impor.

Apalagi yang dapat diharapkan dari pengembangan sistem agribisnis yang digerakkan oleh agroindustri tersebut?

Selain memudahkan kita menyelesaikan masalah pembangunan ekonomi yang men-desak, pengembangan sistem agribisnis yang digerakkan oleh agroindustri akan mam-pu membangun fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Perekonomi-an yPerekonomi-ang ditopPerekonomi-ang oleh industri domestik yPerekonomi-ang kuat dPerekonomi-an sumberdaya mPerekonomi-anusia (SDM) pelaku ekonomi yang kreatif merupakan fundamental ekonomi yang kokoh.

Dalam persaingan global, Indonesia tidak mungkin unggul pada semua industri. Oleh karena itu kita perlu memusatkan perhatian pada pengembangan industri-industri yang berpeluang besar Indonesia dapat unggul, yakni agroindustri berbasis tropis (tropical based agroindustry) melalui pengembangan beberapa kluster agroindustri. Kluster agro-industri yang dimaksud adalah kluster agroagro-industri pangan dan pakan (food and feed), serat alam (natural fiber), biofarmasi (obat, pestisida, antibiotika, produk kecantikan), energi nabati (biodiesel, etanol), dan kluster industri floris (tanaman hias). Pada kelima kluster tersebut Indonesia berpeluang besar untuk unggul secara internasional kare-na didukung keunggulan komparatif yang kita miliki dan tidak banyak negara lain yang memilikinya.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Kebijakan dan Strategi

Pengembangan Agroindustri

“Sekalipun kita memiliki keunggulan dalam agroindustri, khususnya agroindustri tro-pis, kita tetap memerlukan kebijakan dan strategi jangka panjang sehingga laju perkem-bangan agroindustri sesuai dengan yang diharapkan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancarai AGRINA.

Mengenai keunggulan agroindustri Indonesia dalam persaingan global telah diungkap-kan pada Tabloid AGRINA Vol. III No. 63. Namun kebijadiungkap-kan seperti apa yang dibutuh-kan agroindustri Indonesia?

Pengembangan agroindustri mulai dari fase factor-driven, capital-driven, hingga pada fase innovation-drivenmemerlukan kebijakan dasar. Kebijakan ini yang akan mengawal roadmappengembangan agroindustri untuk tetap berada pada jalur dan laju yang diha-rapkan. Kebijakan dasar yang dimaksud adalah kebijakan kombinasi proteksi dan pro-mosi (protection and promotion policy) baik melalui kebijakan fiskal maupun moneter. Sedikit mengulang tentang roadmapyang dimaksud, yakni bergerak dari agroindus-tri yang dihela oleh pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM) yang belum terampil atau factor-driven, lalu bergerak pada agroindustri yang dihela oleh pemanfaatan modal dan SDM lebih terampil atau capital-driven, dan kemudian melang-kah maju pada agroindustri yang dihela pemanfaatan ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil atau innovation-driven. Secara agregat agroindustri Indonesia masih berada pada fase awal, antara fase factor-drivendan capital-driven. Hal ini dicirikan anta-ra lain oleh produktivitas dan nilai tambah yang masih relatif rendah.

Berapa lama kebijakan tersebut perlu diterapkan?

Untuk mempercepat pengembangan agroindustri Indonesia ke depan, kita perlu merancang kebijakan promosi dan proteksi dengan jangkauan jauh ke depan. Misal-nya sampai 25 tahun ke depan, dengan time scheduleyang jelas. Jika kebijakan hanya jangka pendek niscaya hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai dengan baik.

Kebijakan proteksi dan promosi seperti apa yang Profesor maksudkan?

Pada saat ini agroindustri kita memerlukan tingkat promosi dan proteksi relatif ting-gi untuk memberikan iklim yang kondusif bating-gi perkembangan agroindustri khusus-nya dan sistem agribisnis domestik pada umumkhusus-nya. Tentu saja tingkat proteksi dan pro-mosi yang diperlukan berbeda-beda untuk masing-masing kluster agroindustri sesuai kondisinya.

Tingkat proteksi dan promosi yang relatif tinggi dan diberikan dalam waktu yang ter-lalu lama, juga tidak produktif. Oleh karena itu penurunan tingkat proteksi dan promo-si harus dilakukan secara bertahap sesuai peningkatan daya saing agroindustri

(8)

mandatnya pertanian.

Belakang kita caplok itu dengan membuat Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Terkejut orang perindustrian, maka mereka sekarang sudah mulai sadar mengenai soal itu. Dulu industri hilir pertanian ini daerah tak bertuan, tapi sekarang banyak yang menginginkannya dan malah susah koordinasinya. Dulu daerah tak ber-tuan, sekarang terlalu banyak ber-tuan, sehingga tuan-tuan itu bisa berkelahi satu sama lain. Pascapanen ini macam-macam teknologinya, komoditasnya, dan aplikasi teknologi-nya, mulai dari teknologi sederhana sampai ke teknologi yang paling advancesekali. Demikian pula bentuk usahanya, ada yang skala rumah tangga, ada yang building size, dan ada yang multilevel corporate.

Bagaimana kedudukan pascapanen dalam sistem agribisnis?

Pascapanen atau downstreamini merupakan suatu subsistem di dalam sistem yang lebih besar. Apa sistem yang lebih besar itu? Sistem agribisnis. Pascapanen adalah hilir-nya on farm.Oleh karena itu kalau mau membangun pascapanen tidak bisa terlepas dari membangun on farm-nya. Kadang-kadang kesulitan pascapanen ini adalah tidak cocok antara on farmdan off farm. Pascapanen butuh nenas ukuran ? kilo, tapi on farm menghasilkan yang 3 kilo. Makanya, pascapanen itu bagian integral dari on farm.

Jangan lagi kita ulangi mengembangkan pascapanen ini seperti mengembangkan per-tanian. Kalau dulu kita lihat pertanian secara pertanian, hilirnya tidak ambil pusing, hulu-nya tidak ambil pusing, dan yang mengambil kebijakan tidak ambil pusing. Sekali lagi harus diingat downstreamadalah salah satu subsistem dari sistem yang lebih besar, yaitu sistem agribisnis.

Jika Departemen Pertanian ngomong revitalisasi pertanian, jangan hanya revitalisa-si on farmyang sudah kita lakukan selama 50 tahun. Konsep revitalisasi pertanian itu harus terintegrasi, downstream-nya, hulunya, dan jasa penunjangnya. Yang tepat ada-lah revitalisasi sistem agribisnis.

Jadi lihatlah pascapanen dalam suatu sistem yang lebih besar, kemudian melihat pas-capanen ini bisnis, beda dengan on farm. On farmjuga agribisnis, tapi pascapanen ini lebih bisnis dari on farm. Oleh karena itu pendekatan bisnis menjadi sangat penting di sini. Jangan penyakit kita di Deptan yang berpuluh-puluh tahun ini kita gunakan di pas-capanen, pasti tidak jalan. On farmsaja pendekatannya bisnis, apalagi off farm.Pada downstreamitu pendekatan agribinis menjadi sangat penting sekali, jadi kalau ingin membangun downstream agribusinessatau pascapanen, kita harus melihat dua hal itu.

Siapa yang paling berperan di sini?

Yang membangun pascapanen adalah swasta. Departemen Perindustrian dan Perta-nian hanya memfasilitasi, jadi pendekatannya harus bisnis. Jadi bagaimana mencegah supaya Deptan dan Depperin tidak mengganggu dunia usaha untuk membangun diri-nya. Pendekatannya harus bisnis untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah di downstream. Dan lihatlah ini dalam paradigma revitalisasi sistem agribisinis, bukan revi-talisasi pertanian.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Industri Hilir Bagian dari

Sistem Agribisnis

“MENINGKATKAN PENANGANAN PASCAPANEN HASIL PERTANIAN INI MENARIK.Baik untuk meningkatkan nilai tambah produk on farmmaupun mening-katkan daya saing produk itu sendiri,“ ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancarai AGRINA.

Sejauh mana pentingnya penanganan pascapanen tersebut?

Kegiatan pascapanen merupakan downstream industryyang mempunyai multiplier incomesangat tinggi. Bahkan di antara industri barangkali sekarang ini industri hilir pertanian merupakan yang paling besar multiplier effect-nya. Sepertinya, kalau downstre-am industryatau pascapanen ini berkembang, maka dia mempunyai daya dorong ke depan, daya tarik ke belakang, serta daya dorong dan tarik ke samping yang sangat besar.

Jadi, kalau kita bisa tingkatkan pascapanen atau industri hilir itu, maka bukan dia saja yang berkembang tapi semua yang berkaitan dengannya akan berkembang. Sekarang ini kalau Indonesia mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, maka jangan jauh-jauh, kembangkan saja pascapanen atau industri hilir pertanian. Dunia industri jangan menganggap enteng bidang ini karena ini adalah kekuatan kita dan harapan kita.

Apakah selama ini pascapanen diabaikan?

Banyak ahli pertanian dan ekonom menganggap enteng terhadap pascapanen. Oleh karena itu, saat saya Menteri Pertanian kita bentuk Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Tujuan kita mau membantu perindustrian untuk mengem-bangkannya karena kita tahu ini sangat penting. Tapi kita gregetan begitu di Departe-men Perindustrian dan Perdagangan, bidang ini Departe-menjadi anak kelas dua. Sekarang mudah-mudahan bisa menjadi kelas satu. Ini bukan kepentingan perindustrian dan per-tanian saja tapi juga kepentingan perekonomian secara keseluruhan.

Mengatakannya memang mudah tapi pengetahuan, pengalaman, dan pengenalan kita mengenai seluk-beluk pascapanen dan agroindustri ini belum cukup untuk mem-buat kebijakan yang relevan guna membantu dan mengembangkannya sehingga bis-nis bisa bergerak di bidang itu. Menurut saya, semua itu belum down to earth, atau to based on the reality of the problem on the condition of our industry.

Kenapa belum down to earth?

Masalahnya, pascapanen ini dulunya daerah tak bertuan. Bukan di pertanian tapi di perindustrian tidak dianggap penting. Departemen Pertanian mengurus on farm, tapi kalau pascapanen, apalagi sampai ke konsumen itu, sudah off farmdan sudah di luar

(9)

mandatnya pertanian.

Belakang kita caplok itu dengan membuat Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Terkejut orang perindustrian, maka mereka sekarang sudah mulai sadar mengenai soal itu. Dulu industri hilir pertanian ini daerah tak bertuan, tapi sekarang banyak yang menginginkannya dan malah susah koordinasinya. Dulu daerah tak ber-tuan, sekarang terlalu banyak ber-tuan, sehingga tuan-tuan itu bisa berkelahi satu sama lain. Pascapanen ini macam-macam teknologinya, komoditasnya, dan aplikasi teknologi-nya, mulai dari teknologi sederhana sampai ke teknologi yang paling advancesekali. Demikian pula bentuk usahanya, ada yang skala rumah tangga, ada yang building size, dan ada yang multilevel corporate.

Bagaimana kedudukan pascapanen dalam sistem agribisnis?

Pascapanen atau downstreamini merupakan suatu subsistem di dalam sistem yang lebih besar. Apa sistem yang lebih besar itu? Sistem agribisnis. Pascapanen adalah hilir-nya on farm.Oleh karena itu kalau mau membangun pascapanen tidak bisa terlepas dari membangun on farm-nya. Kadang-kadang kesulitan pascapanen ini adalah tidak cocok antara on farmdan off farm. Pascapanen butuh nenas ukuran ? kilo, tapi on farm menghasilkan yang 3 kilo. Makanya, pascapanen itu bagian integral dari on farm.

Jangan lagi kita ulangi mengembangkan pascapanen ini seperti mengembangkan per-tanian. Kalau dulu kita lihat pertanian secara pertanian, hilirnya tidak ambil pusing, hulu-nya tidak ambil pusing, dan yang mengambil kebijakan tidak ambil pusing. Sekali lagi harus diingat downstreamadalah salah satu subsistem dari sistem yang lebih besar, yaitu sistem agribisnis.

Jika Departemen Pertanian ngomong revitalisasi pertanian, jangan hanya revitalisa-si on farmyang sudah kita lakukan selama 50 tahun. Konsep revitalisasi pertanian itu harus terintegrasi, downstream-nya, hulunya, dan jasa penunjangnya. Yang tepat ada-lah revitalisasi sistem agribisnis.

Jadi lihatlah pascapanen dalam suatu sistem yang lebih besar, kemudian melihat pas-capanen ini bisnis, beda dengan on farm. On farmjuga agribisnis, tapi pascapanen ini lebih bisnis dari on farm. Oleh karena itu pendekatan bisnis menjadi sangat penting di sini. Jangan penyakit kita di Deptan yang berpuluh-puluh tahun ini kita gunakan di pas-capanen, pasti tidak jalan. On farmsaja pendekatannya bisnis, apalagi off farm.Pada downstreamitu pendekatan agribinis menjadi sangat penting sekali, jadi kalau ingin membangun downstream agribusinessatau pascapanen, kita harus melihat dua hal itu.

Siapa yang paling berperan di sini?

Yang membangun pascapanen adalah swasta. Departemen Perindustrian dan Perta-nian hanya memfasilitasi, jadi pendekatannya harus bisnis. Jadi bagaimana mencegah supaya Deptan dan Depperin tidak mengganggu dunia usaha untuk membangun diri-nya. Pendekatannya harus bisnis untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah di downstream. Dan lihatlah ini dalam paradigma revitalisasi sistem agribisinis, bukan revi-talisasi pertanian.***

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Bab 2. Subsistem Agribisnis Hilir

Industri Hilir Bagian dari

Sistem Agribisnis

“MENINGKATKAN PENANGANAN PASCAPANEN HASIL PERTANIAN INI MENARIK.Baik untuk meningkatkan nilai tambah produk on farmmaupun mening-katkan daya saing produk itu sendiri,“ ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancarai AGRINA.

Sejauh mana pentingnya penanganan pascapanen tersebut?

Kegiatan pascapanen merupakan downstream industryyang mempunyai multiplier incomesangat tinggi. Bahkan di antara industri barangkali sekarang ini industri hilir pertanian merupakan yang paling besar multiplier effect-nya. Sepertinya, kalau downstre-am industryatau pascapanen ini berkembang, maka dia mempunyai daya dorong ke depan, daya tarik ke belakang, serta daya dorong dan tarik ke samping yang sangat besar.

Jadi, kalau kita bisa tingkatkan pascapanen atau industri hilir itu, maka bukan dia saja yang berkembang tapi semua yang berkaitan dengannya akan berkembang. Sekarang ini kalau Indonesia mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, maka jangan jauh-jauh, kembangkan saja pascapanen atau industri hilir pertanian. Dunia industri jangan menganggap enteng bidang ini karena ini adalah kekuatan kita dan harapan kita.

Apakah selama ini pascapanen diabaikan?

Banyak ahli pertanian dan ekonom menganggap enteng terhadap pascapanen. Oleh karena itu, saat saya Menteri Pertanian kita bentuk Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Tujuan kita mau membantu perindustrian untuk mengem-bangkannya karena kita tahu ini sangat penting. Tapi kita gregetan begitu di Departe-men Perindustrian dan Perdagangan, bidang ini Departe-menjadi anak kelas dua. Sekarang mudah-mudahan bisa menjadi kelas satu. Ini bukan kepentingan perindustrian dan per-tanian saja tapi juga kepentingan perekonomian secara keseluruhan.

Mengatakannya memang mudah tapi pengetahuan, pengalaman, dan pengenalan kita mengenai seluk-beluk pascapanen dan agroindustri ini belum cukup untuk mem-buat kebijakan yang relevan guna membantu dan mengembangkannya sehingga bis-nis bisa bergerak di bidang itu. Menurut saya, semua itu belum down to earth, atau to based on the reality of the problem on the condition of our industry.

Kenapa belum down to earth?

Masalahnya, pascapanen ini dulunya daerah tak bertuan. Bukan di pertanian tapi di perindustrian tidak dianggap penting. Departemen Pertanian mengurus on farm, tapi kalau pascapanen, apalagi sampai ke konsumen itu, sudah off farmdan sudah di luar

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PETIR SUKU YODA (Prejudice terhadap Warga Indonesia Timur

Hasil tersebut juga diperkuat dengan nilai t hitung lebih tinggi dari t tabel (7,082 > 1,9893), sehingga t hitung berada di daerah penolakan Ho yang menunjukkan adanya

Bagaimana sikap kita setelah meyakini bahwa Allah SWT mempunyai sifat basar (Maha Melihat) ? Tentunya kita lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu. Kita tidak

Wasei eigo merupakan kosakata yang diciptakan oleh masyarakat Jepang dari bahasa Inggris, namun kata tersebut tidak ditemukan dalam bahasa Inggris standar, atau makna katanya

Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa konflik kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja, beban kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan

Pengkajian awal nyeri pada geriatri tanpa dimensia dapat menggunakan instrumen Nonverbal Pain Indicators (CNPI). Petunjuk : Amati pasien untuk perilaku berikut saat

UNIVER SIT SIT AS AS MUHAM MUHAM MADIYAH MADIYAH P P ALA ALA NGKARA NGKARA Y Y