• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PENAMPIL KECEPATAN MOTOR DC DENGAN LED BERBENTUK JARI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR PENAMPIL KECEPATAN MOTOR DC DENGAN LED BERBENTUK JARI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENAMPIL KECEPATAN MOTOR DC DENGAN LED

BERBENTUK JARI BERBASIS MIKROKONTROLER

AT89C51

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

Disusun oleh:

ALDIUS GINTING

NIM: 065114039

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

FINAL PROJECT

THE DISPLAY OF DC MOTOR SPEED WITH LED CIRCUITS

LIKE A FINGER BASED ON MICROCONTROLLER AT89C51

In partial fulfillment of the requirements

for the degree of SARJANA TEKNIK Science and Technology Faculty Electrical

Engineering Study Program Sanata Dharma University

BY:

ALDIUS GINTING

NIM: 065114039

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

v

Kar ya ini

persembahan t erindah unt uk:

Kedua Orang tuaku terkasih

Keluarga Ginting S uka rumah Galuh

Nd Karoku y ang S etia

(6)

vi

M ot o

“Bila engkau ingin mengenal Allah, maka berusahalah mengenal

dirimu lebih dahulu”

(Evagrius Pontikus)

“Setiap manusia wajib mendengarkan apa yang dibisikkan kata

hatinya, setiap orang dapat diajarkan berbuat baik, segala

kelakuan jahat, semata-mata berdasarkan cara berpikir yang

salah”

(Socrates)

“Kit a dapat mencapai banyak dengan ilmu penget ahuan, t et api

hanya cint a t erhadap pekerjaan yang membawa kit a ke

kesempurnaan”

(7)

viii

PENAMPIL KECEPATAN MOTOR DC DENGAN LED

BERBENTUK JARI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

ALDIUS GINTING 065114039

INTISARI

Penelitian ini mengkaji penampil kecepatan motor DC dengan LED berbentuk jari berbasis mikrokontroler AT89C51. Hal ini bertolak dari asumsi bahwa mikrokontroler AT89C51 dapat digunakan untuk menggerakkan dot matrik LED. Dot matrik LED merupakan salah satu tampilan yang dapat digunakan selain tampilan lainnya, seperti

seven segment dan LCD.

Dalam penelitian ini, pengukuran kecepatan motor DC dirancang dengan menggunakan dot matrik LED sebagai tampilan. Dot matrik LED tersebut disusun menyerupai jari, LED pada dot matrik dipasang secara paralel sebanyak 5 buah LED. Teori yang digunakan untuk merancang penampil kecepatan motor DC tersebut berupa teori mikrokontroler AT89C51, perhitungan piringan encoder, perhitungan nilai tegangan penggerak LED, dan perhitungan nilai rotation per minute (RPM).

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kecepatan motor DC dapat ditampilkan pada LED melalui mikrokontroler AT89C51. Tampilan yang dit unjukkan pada LED tersebut merupakan kecepatan dari 100 Rpm sampai dengan 2300 Rpm, dengan kenaikan per 100 Rpm. Untuk titik kritis masih ada error.

(8)

ix

THE DISPLAY OF DC MOTOR SPEED WITH LED CIRCUITS

LIKE A FINGER BASED ON MICROCONTROLLER AT89C51

ALDIUS GINTING 065114039 ABSTRACT

This research studied the display of dc motor speed with LED circuits like a finger based on microcontroller AT89C51. It is starting from assumption that a microcontroller AT89C51 can be used to move LED dot matrix. The LED dot matrix is one of the display can be used beside other displays, like a seven segment and LCD.

In this research, the measurement of a DC motor speed is designed by using LED dot matrix as the display. The LED dot matrix is compiled like a finger, LED in the dot matrix attached parallelly of 5 LED. The theories used for designing the display are microcontroller AT89C51 theory, calculation of encoder saucer, calculation of LED driver voltages value, and calculation of rotation per minute (RPM).

The result of research can be concluded that the DC motor speed can be presented on LED through the microcontroller AT89C51. The display presented on LED is the speed from 100 Rpm up to 2300 Rpm, with 100 Rpm increase. For the critis point still exist some error.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Penyelesaian Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Patut diakui bahwa penyelesaian Tugas Akhir ini merupakan buah usaha keras,

dimana penulis telah mencurahkan segala kemampuan, gagasan, dan segala inspirasi

yang ada, tentunya pula berkat bantuan dan dampingan serta bimbingan dari berbagai

pihak. Namun, penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna dan tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak A. Bayu Primawan, S.T.,M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro,

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima

kasih atas dukungannya selama ini.

2. Ibu Ir. Th. Prima Ari Setiyani, M.T. selaku pembimbing I, terima kasih atas segala

ide, saran, dan inspirasi yang tak ternilai harganya, yang penulis dapatkan selama

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Tjendro selaku pembimbing II, terima kasih atas segala saran dan

bantuannya yang begitu besar telah membantu penulis untuk menyelesaikan Tugas

(11)

xi

4. Bapak Ir. Iswanjono, M.T. dan Bapak Ir. Linggo M. Suwarno, M.T. yang telah

banyak memberikan ide dan gambaran kepada penulis.

5. Para dosen Teknik Elektro yang telah banyak memberi bekal pengetahuan selama

menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Para karyawan Laboratorium Teknik Elektro, terima kasih atas segala fasilitas

Lab-nya sehingga pembuatan alat untuk Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Aris Sukarjito, S.IP. selaku Kepala Sekretariat Jurusan Teknik Elektro yang

telah memberikan pelayanan dan perhatian yang sangat baik selama penulis

menempuh studi di Uninersitas Sanata Dharma.

8. Kedua orang tuaku, Bapa Bena Ginting (Alm.) dan Nande Marta br Tarigan yang

telah membimbingku dan terima kasih pula atas semua cinta dan doanya.

9. Saudara-saudaraku yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral selama

aku menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

10.Keluarga besar Ginting Suka Rumah Galuh yang selalu memberikan saran-saran

kepadaku untuk menyelesaikan studi.

11.Mama Sofian Sitepu dan Mami Sri Ningsih di Giwangan yang telah banyak

membantuku, terima kasih atas perhatian, saran, dan doa yang telah diberikan

kepadaku.

12.Nd Karoku, Rosalana Viva Sitepu yang selalu setia mendampingiku dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta terima kasih atas doa dan cinta yang selalu

diberikan kepadaku.

13.Anak dan keponakanku Vedrik, Steven, Deril, Erik, Efran, Eli, Senni, Eka, Tika,

(12)

xii

14.Mbah, Aan, Tedi, Loren, dan Om Bung yang senantiasa bercerita tentang

Yogjakarta.

15.Sawa Geng, Manto (Tabib), Zeno (Sawa Nelen), Sarman (Dewa Mabuk), Riston,

dan Antonius atas segala kenangan yang tidak pernah berakhir atas persahabatan

kita, serta Bang Robert di Gambir yang selalu mena nyakan perkembangan Tugas

Akhirku.

16. Teman-temanku Prana ‘Merana’ “Kapan neh punya pacar?” Terima kasih ya atas

bantuannya; Sularso ‘Opo Man’ terima kasih atas alat-alatnya, “Kapan nyusul?”;

Stenly ‘Beta-Beta’ “Kalau mau bolos ajak-ajak ok”; Toni ‘Parto’ terima kasih atas

saran softwarenya; anak-anak kost Dabag; anak-anak Gambir, kalian adalah yang

terbaik.

17.Semua pihak (tanpa terkecuali) yang telah membantu dan mend ukung kelancaran

penulisan skripsi ini. Tiada kata yang sanggup menggantikan selain rasa terima

kasih yang mendalam.

Sejak awal, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan dari pembaca demi peningkatan dan perbaikan penelitian ini. Akhirnya, penulis

pun berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan nuansa baru bagi

perkembangan di bidang Mikrokontroler.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..… i

FINAL PROJECT ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..…. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v

MOTO ………vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….… . vii

INTISARI ………... viii

ABSTRACT ………...………... ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI … ..………...………...…. xiii

DAFTAR GAMBAR ..… .……….. xvii

DAFTAR TABEL … ..………..……... xix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………1

1.3 Pembatasan Masalah ………... 2

1.4 Tujuan Penelitian ……… 3

1.5 Manfaat Penelitian ………. 3

(14)

xiv

BAB II DASAR TEORI ……… 4

2.1 Prinsip Dasar ………... 4

2.2 Sensor Optocoupler … ……… 4

2.3 Encoder ………... 7

2.4 Mikrokontroler AT89C51 ………... 7

2.4.1 Memori ………... 8

2.4.1.1 Memor i Program ……… 8

2.4.1.2 Memor i Data ………... 9

2.4.2 Mode Pengalamatan ………... 9

2.4.2.1 Pengalamatan Langsung ……… 9

2.4.2.2 Pengalamatan Tidak Langsung ……… 10

2.4.2.3 Pengalamatan Data ………... 10

2.4.2.4 Pengalamatan Kode ………..10

2.4.2.5 Pengalamatan Bit ………. 11

2.4.3 Port Paralel ………... 11

2.4.4 Instruksi-Instruksi ……… 14

2.4.4.1 Instruksi-Instruksi Aritmatika ……….. 14

2.4.4.2 Instruksi-Instruksi Logika ……… 14

2.4.4.3 Instruksi-Instruksi Transfer Data ………. 14

2.4.4.4 Instruksi-Instruksi Boolean ……….. 14

2.4.5 Pewaktu CPU ………... 15

2.4.5.1 Timer dan Counter dalam Mikrokontroler AT89C51 ………….. 15

(15)

xv

2.4.6 Siklus-Siklus Mesin ………. 17

2.5 Motor DC ……….. 17

2.6 Pemicu Schmitt ………. 29

2.7 Transistor sebagai Saklar ……….. 20

2.8 LED (Light Emitting Diode) ………. 22

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS ……….. 24

3.1 Rangkaian Sensor ……….. 25

3.2 Osilator Kris tal ……… .. 27

3.3 Rancangan Encoder ……….. 28

3.4 Motor DC ……….. 29

3.5 Penampil LED ………... 29

3.6 Penggerak LED ………. 31

3.7 Tombol Start/Reset dan Stop ……… 34

3.8 Skala ………. 35

3.9 Perancangan Perangkat Lunak ……….. 35

3.9.1 Program Utama ……… 35

3.9.2 Diagram Alir Perhitungan Rpm ………... 38

3.9.3 Proses Perkalian ………... 40

3.9.4 Pencuplikan Data Selama Satu Detik ……….. 43

3.9.5 Proses Tampilan ………... 44

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ………... 45

4.1 Hasil Akhir Perancangan ……….. 45

(16)

xvi

4.3 Pembahasan Rangkaian Elektronik ………... 52

4.3.1 Rangkaian Sensor Optis ………... 52

4.3.2 Rangkaian Transistor sebagai Saklar ……….. 54

4.4 Analisis Software………... 55

4.4.1 Pencuplikan Data Satu Detik ……….……….. 55

4.4.2 Perhitungan Rpm ……….... 56

BAB V PENUTUP……… ……….. 59

5.1 Kesimpulan ………... 59

5.2 Saran ………... 59

DAFTAR PUSTAKA ……… ...………...60

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Simbol Optocoupler ………... 5

Gambar 2.2 Rangkaian Optocoupler ………...……….. 5

Gambar 2.3 Piringan ……….. 7

Gambar 2.4 Motor DC ………. 19

Gambar 2.5 Pe micu Schmitt ……… 19

Gambar 2.6 Bentuk Gelombang Masukan dan Keluaran Pemicu Schmitt ……….. 20

Gambar 2.7 Transistor sebagai Saklar ………... 20

Gambar 2.8 Grafik Output dari Transistor ………... 21

Gambar 2.9 Penggerak LED ………... 23

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat ………... 24

Gambar 3.2 Rangkaian Sensor ………. 26

Gambar 3.3 Rangkaian Osilator ………... 28

Gambar 3.4 Rancangan Encoder ………...……….. 28

Gambar 3.5 Motor DC ………. 29

Gambar 3.6 Matrik LED ……….. 30

Gambar 3.7 Bentuk Matrik LED yang Disusun ……….. 30

Gambar 3.8 Rangkaian Penggerak LED ………... 32

Gambar 3.9 Rangkaian Lengkap Penggerak LED ………... 34

Gambar 3.10 Rangkaian Tombol Start/Reset dan Stop ……… ... 34

(18)

xviii

Gambar 3.12 Diagram Alir Proses Perhitungan RPM ………. 49

Gambar 3.13 Diagram Alir Proses Perkalian ………... 42

Gambar 3.14 Diagram Alir Timer Satu Detik ………. 43

Gambar 3.15 Diagram Alir Pe nampil LED ………. 44

Gambar 4.1 Rangkaian Catu Daya ………... 46

Gambar 4.2 Rangkaian Mikrokontroler ………... 46

Gambar 4.3 Motor, Encoder, dan Tampilan LED …...……… 47

Gambar 4.4 Tombol Start/Reset dan Stop………... 47

Gambar 4.5 Tampilan Pada Saat 600 Rpm………... 48

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Khusus Port 1 ……… .. … 12

Tabel 2.2 Fungsi-Fungsi Khusus Port 3 ………. …. 13

Tabel 2.3 Register TMOD ………. …. 15

Tabel 2.4 Register TCON ……… 16

Tabel 3.1 Kombinasi Port dalam Penyalaan LED ………. … 31

Tabel 4.1 Perbandingan dengan Tachometer……… 49

Tabel 4.2 Putaran Motor dengan Posisi LED………... 51

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Terhadap Fototransistor……….. …52

(20)
(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Motor DC merupakan salah satu tipe dari berbagai tipe motor yang ada.

Motor DC tersebut seringkali digunakan dalam kegiatan sehari- hari maupun

dalam industri. Pada umumnya, kecepatan motor DC diukur dengan suatu

instrumen elektronis dengan penampil analog yang biasanya menggunakan jarum

sebagai penunjuk kecepatan putaran atau menggunakan penampil digital.

Penelitian ini akan merancang dan membuat suatu penampil alternatif untuk

mengukur kecepatan motor DC, yaitu dengan tampilan LED. Proses pengukuran

kecepatan motor DC dilakukan dengan rangkaian elektronis, kemudian

pengolahan data dan proses penampil dilakukan oleh mikrokontroler.

Mikrokontroler yang digunakan adalah ATMEL AT89C51 yang merupakan

bagian dari MCS-51.

1.2Perumusan Masalah

Penelitian ini akan merancang suatu mekanik pengukuran kecepatan

motor DC dengan LED sebagai tampilan. Putaran motor DC akan dibaca oleh

suatu sensor optocoupler. Hasil pembacaan dari sensor optocoupler tersebut akan

(22)

2

Oleh karena itu, penulis merumuskan permasalahan yang diobservasi

adalah sbb:

1. Bagaimana merancang alat agar menghasilkan data input yang dapat dibaca

oleh sensor optocoupler. Hasil pembacaan tersebut akan dikirim lewat

rangkaian pemicu Schmitt, kemudian diolah mikrokontroler AT89C51.

2. Bagaimana cara mengatur pengaksesan data input maupun data output secara

program atau software.

3. Bagaimana instalasi port agar data digital dapat dibaca dan diterima, serta

diolah oleh mikrokontroler AT89C51.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam melakukan perancangan tugas akhir ini, penulis menggunakan

mikrokontroler AT89C51 untuk mengolah banyaknya putaran motor dalam waktu

tertentu sehingga menghasilkan suatu nilai kecepatan. Perancangan kecepatan

motor tersebut diukur dengan satuan rotation per minute (rpm) dan menggunakan

skala 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000, 1100, 1200, 1300, 1400,

1500, 1600, 1700, 1800, 1900, 2000, 2100, 2200, 2300.

Sebagai piranti masukan pada perancangan, penulis menggunakan sensor

optocoupler dan 2 tombol (start/ reset, stop). Sensor optocoupler berfungsi

sebagai pendeteksi pulsa putaran motor yang berasal dari pantulan sinar infra

merah terhadap motor yang berputar. Cara kerja dari kedua tombol tersebut,

(23)

3

mengembalikan ke keadaan semula; dan tombol stop untuk menghentikan proses

pengukuran dan menampilkan data pengukuran terakhir.

Piranti keluaran berupa LED (Light Emitting Diode) akan menampilkan

kecepatan putaran motor.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan ya ng ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang dan

mengaplikasikan mikrokontroler AT89C51 sebagai alat ukur untuk pengukuran

putaran motor dan menampilkan hasilnya dengan deretan LED yang membentuk

jari.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan suatu alternatif alat untuk mengukur

kecepatan motor, serta memperkaya pengetahuan kita tentang penggunaan

mikrokontroler sebagai piranti pengolahan.

1.6Metode Penelitian

Dalam merancang alat ukur ini, diperlukan langkah- langkah sebagai

berikut:

1. Studi literatur tentang masalah yang ada dan mempelajari cara kerja alat.

2. Perancangan dengan percobaan-percobaan yang sesuai dengan teori yang ada

(24)

4

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Prinsip Dasar

Pengukur kecepatan motor DC merupakan suatu peralatan yang terdiri

dari piranti mekanis dan rangkaian elektronis dengan menggunakan

mikrokontroler AT89C51. Mikrokontroler AT89C51 merupakan piranti pengolah

data secara hardware maupun software. Perancangan dan pembuatan peralatan

pengukur kecepatan motor DC ini menggunakan beberapa piranti pendukung,

yaitu optocoupler, pemicu Schmitt, motor DC dan indikator LED. Motor DC akan

diukur kecepatannya dengan sensor optocoupler, yang berfungsi untuk mendeteksi

posisi kode biner. Sinyal output optocoupler akan masuk ke pemicu Schmitt

untuk mempertegas sinyal masukan pada mikrokontroler. Pemicu Schmitt yang

digunakan dalam peralatan ini adalah IC TTL yang dihubungkan ke

mikrokontroler melalui port paralel.

2.2 Sensor Optocoupler

Optocoupler merupakan piranti elektronika yang berfungsi sebagai

sensor cahaya. Optocoupler terdiri dari bagian sumber (source) dan penerima

(reciver). Bagian sumber berupa LED infra merah sedangkan penerimanya berupa

transistor photo atau dioda photo. Optocoupler dirancang sedemikian rupa

sehingga cahaya yang dipancarkan dari sumber diterima dengan baik oleh

(25)

5

ISO1

OPTO ISOLATOR-A

Gambar 2.1 Simbol Optocoupler

Optocoupler digunakan untuk membaca kode gelap dan kode terang

pada piringan menjadi logika ‘0’dan ‘1’. Gambar rangkaian aplikasi optocoupler

untuk membaca kode gelap dan kode terang seperti pada gambar 2.2 berikut.

VCC VCC

Vout

Vout

Optocoupler Optocoupler Rd

Rc

Rd Rc

(a) (b)

Gambar 2.2 Rangkaian Optocoupler

Ada dua macam rangkaian optocoupler seperti pada gambar 2.2. Pada

gambar 2.2 (a) keluaran optocoupler berlogika ‘1’ jika ada cahaya yang mengenai

transistor photo (membaca kode terang) dan ‘0’ jika tidak (membaca kode gelap).

Sedangkan gambar 2.2 (b) optocoupler berlogika ‘1’ jika tidak ada cahaya yang

mengenai transistor photo (membaca kode gelap) dan logika ‘0’ jika transistor

photo menerima cahaya (membaca kode terang).

Untuk menentukan nilai dari resistansi dioda Rd dan resistansi kolektor

Rc digunakan rumus:

(max) (max) If

Vf Vcc

(26)

6 Ic

Vce Vcc

Rc = − ……….2.2

Dimana,

Ve Ie Ic=

Dengan :

Rd = Resistansi Dioda (O)

Rc = Resistansi Kolektor (O)

Vcc = Tegangan (V)

Vce = Tegangan antara kolektor dan emitter (V)

Vf = Tegangan maju Dioda (V)

If = Arus maju Dioda (A)

Ic = Arus Kolektor (A)

2.3 Encoder (Piringan Penyandi)

Piringan penyandi berguna untuk mendeteksi posisi diskret. Dalam

mendeteksi posisi diskret tersebut, perlu digunakan pengkodean posisi. Metode

pendeteksian posisi dilakukan dengan cara membentuk piringan penyandi yang

telah dikodekan dalam kode biner. Resolusi atau tingkat ketelitian pendeteksian

posisi dengan pengkodean dipengaruhi oleh banyaknya bit yang dipakai.

Sandi biner merupakan sandi yang digunakan bagi piranti masukan atau

keluaran untuk mendeteksi setiap perubahan data masukan, pengubah analog ke

(27)

7

Untuk menghitung jumlah putarannya dapat dihitung dengan persamaan

2.3 dibawah ini:

60

× =

n p

rpm ……….………2.3

Gambar 2.3 Piringan (Encoder)

2.4 Mikrokontroler AT89C51

AT89C51 adalah mikrokontroler keluaran Atmel dengan 4K byte Flash

PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory). AT89C51

merupakan memori dengan teknologi nonvolatile memory, isi memori tersebut

dapat diisi ulang ataupun dihapus berkali kali.

Memori ini biasanya digunakan untuk menyimpan intruksi (perintah)

sehingga memungkinkan mikrokontroler ini untuk bekerja dalam mode single

chip operation (mode operasi keeping tunggal) yang tidak memerlukan exretnal

memory (memori luar) untuk menyimpan source code tersebut (Nalwan, 2003:1).

Mikrokont roler AT89C51 memiliki 128 x 8 bit internal RAM, 32

programmable I/O lines, 2 timer (counter) 16-bit, Full Duplex UART, Watch

(28)

8

2.4.1 Memori

AT89C51 mempunyai struktur memori yang terdiri atas RAM Interna l,

memori sebesar 128 byte yang biasanya digunakan untuk menyimpan variable

atau data yang bersifat sementara. Special Function Register (register fungsi

khusus), memori yang berisi register register mempunyai fungsi fungsi khusus

yang disediakan oleh mikrokontroler tersebut, seperti timer serial, dan lain lain.

Flash PEROM, memori yang digunakan untuk menyimpan instruksi instruksi

AT89C51. AT89C51 mempunyai struktur memori yang terpisah antara RAM

Internal dan Flash PEROMnya. RAM Internal dialamati oleh RAM Address

Register (Register Alamat Program) dengan adanya struktur memori yang terpisah

tersebut RAM Internal dan Flash PEROM mempunyai alamat awal yang sama

yaitu alamat 00, namun secara fisiknya kedua memori tersebut tidak saling

berhubungan tersebut (Nalwan, 2003:4-5).

2.4.1.1 Memori Program

Memori program sering juga disebut dengan Flash Memory dengan

kapasitas sebesar 8K-byte yang hanya digunakan untuk membaca saja. Memori ini

dapat diakses pada alamat 0000H-1FFH. Alamat memori program panjangnya

selalu 16-bit, walaupun demikian jumlah memori program yang digunakan bisa

(29)

9

2.4.1.2 Memori Data

Memori ini terbagi atas dua bagian yaitu: 128 byte internal RAM dan

128 byte special function register (SFR). Alamat memori data internal selalu 8 bit

atau 1 byte, yang konsekuensinya hanya mampu mengalamati hingga 256 byte

saja. Internal RAM dipetakan pada alamat 00H-FFH dan dapat diakses

mernggunakan pengalamatan langsung serta pengalamatan tidak langsung,

sedangkan SFR dipetakan pada alamat 80H-FFH dan hanya dapat diakses dengan

pengalamtan tidak langsung.

2.4.2 Mode Pengalamatan

Dalam pembuatan program pada mikrokontroler terdapat beberapa jenis

pengalamatan data atau operan yaitu:

2.4.2.1 Pengalamatan Langsung

Proses pengalamatan ini terjadi pada sebuh perintah ketika nilai operan

merupakan data yang akan diproses. Hanya data internal saja yang bisa diakses

secara langsung.

Contoh: MOV A,#05H

MOV A,#data

Instruksi ini melakukan operasi memindahkan data pada alamat 05H ke

(30)

10

2.4.2.2 Pengalamatan Tidak Langsung

Proses pada pengalamatan ini terjadi pada sebuah perintah ketika salah

satu operan merupakan register yang berisikan alamat dan data yang akan diisi

atau dipindahkan.

Contoh: MOV R0,#50H

loop

MOV @R0,#08H

INC R0

CJNE R0,#58, loop

Interuksi ini melakukan operasi memindahkan data dari alamat memori

yang ditunjuk oleh register R1 ke akumulator(Nalwan, 2003:70).

2.4.2.3 Pengalamatan Data

Proses pengalamatan ini terjadi pada sebuah perintah ketika nilai operan

merupakan alamat dari data yang akan diisi, dipindahkan atau diproses (Nalwan,

2003:70).

Contoh: MOV R0,A

2.4.2.4 Pengalamatan Kode

Pengalamatan kode merupakan pengalamatan ketika operan merupakan

alamat dari instruksi JUMP dan CALL (ACALL, JMP, LJMP, dan LCALL).

Biasanya operan tersebut akan menunjukkan ke suatu alamat yang telah diberi

(31)

11

2.4.2.5 Pengalamatan Bit

Proses Pengalamatan ketika operan menunjuk kealamat pada RAM

internal yang mempunyai kemampuan pengalamatan secara bit(Nalwan, 2003:72).

2.4.3 Port Paralel

Mikrokontroler AT89C51 mempunyai empat buah port, yaitu port 0,

port 1, port 2, dan port 3 yang terletak pada alamat 80H, 90H, A0H dan BOH.

Namun,jika digunakan eksternal memori ataupun fungsi- fungsi lain seperti

Eksternal Interupt, Serial ataupun Eksternal Timer, Port 0, Port 2 dan port 3 tidak

dapat digunakan sebagai port dengan fungsi umum. untuk itu disediakan port 1

yang dikhususkan untuk port dengan fungsi umum.

Semua port dapat diakses dengan pengalamatan secara bit sehingga dapat

dilakukan perubahan output pada tiap-tiap PIN dan port ini tanpa mempengaruhi

pin-pin lainnya.

Port 0

Port 0 merupakan port keluaran / masukan ( I / O), yang dapat juga

dikonfigurasikan sebagai bus alamat / data bagian rendah (low byte) selama

pengaksesan memori data dan program ekternal. Selain ini port 0 juga menerima

kode-kode yang dikirimkan kepadanya selama pemerosesan pemerograman. Dan

mengeluarkan kode-kode selama proses vertifikasi program yang telah tersimpan

(32)

12

Port 1

Port 1 merupakan port keluaran / masukan ( I / O ) dwi arah yang

dilengkapi dengan pull up internal, dan dapat menerima alamat bagian rendah

(low byte) selama pemerograman dan vertifikasi flash (Putra, 2002:74).

Tabel 2.1 Fungsi – fungsi khusus Port 1

Pin Port Fungsi Alternatif

P1.0 T12 (Timer/Counter 2 ekternal input) P1.1 TO2 (Timer/Counter 2 ekternal Output)

P1.2 T2EX (Timer/Counter 2 Capsture/ Reload trigger) P1.3 SSI (Slave port select input)

P1.4 SSO (Slave port select output)

P1.5 MISO (Master data input, slave data output pin untuk SPI)

P1.6 MISO (Master data input, slave data input pin untuk SPI)

P1.7 SCK ( Master clock input, slave data input pin untuk SPI)

Port 2

Port 2 merupakan port keluaran / masukan (I / O) dua arah yang

dilengkapi dengan pull up internal, juga dapat memberikan byte alamat bagian

tinggi (high byte) selama pengambilan instruksi dari memori program ekternal

(Putra, 2002:74).

Port 3

Port 3 merupakan port keluaran / masukan dua arah yang dilengkapi

dengan pull up internal, serta dapat menerima sinyal-sinyal kontrol selama

(33)

13

Table 2.2 Fungsi- fungsi khusus kaki port 3

Kaki Port Fungsi alternative

P3.0 RXD (port masukan serial)

P3.1 TXD(port keluaran serial)

P3.2 INT0 (interupsi ekternal 0)

P3.3 INT1(interupsi eksternal 1)

P3.4 T0(masukan ekternal pewaktu/pencacah 0) P3.5 T1(masukan ekternal pewaaktu/pencacah 1) P3.6 WR(sinyal baca data memori data ekternal) P3.7 RD(sinyal tanda tulis memori data ekternal)

PSEN

Program Store Enable merupakan sinyal baca untuk memori program ekternal.

ALE

Keluaran ALE (Address Lacth Enable) menghasilkan pulsa-pulsa yang

akan digunakan untuk memancing byte rendah (low byte) alamat semua

mengakses memori ekternal. Kaki ini juga berfungsi sebagai masukan pulsa

program selama pemerograman flash.

RST

Merupakan masukan reset apabila diberi masukan ‘1’ selama dua siklus

mesin pada saat osilator bekerja maka akan mereset mikrokontroler tersebut.

XTAL 1 dan XTAL 2

Mikrokontroler AT89C51 telah memiliki on-chip osilator yang dapat

bekerja dengan menggunakan kristal ekternal yang dihubungkan kekaki XTAL 1

(34)

14

2.4.4 Instruksi Ins truksi

Merupakan perintah yang dapat dimengerti sehingga dapat dilaksanakan

oleh mikroprosesor. Pada mikrokontroler AT89C51 memiliki beberapa instruksi

antara lain adalah:

2.4.4.1 Instruksi-Instruksi Aritmatika

Instruksi- instruksi yang digunakan adalah ADD, ADDC, SUBB, INC,

DEL, MUL, DIV, DA.

2.4.4.2 Instruksi-Instruksi Logika

Instruksi- instruksi logika ini biasanya digunakan untuk melakukan

operasi Boolean seperti; AND, OR, XOR, NOT, ANL, ORL, XRL, CLR, CPL,

RL, RLC, RR, RRC, SWAP.

2.4.4.3 Instruksi-Instruksi Transfer Data

Instruksi ini berfungsi untuk menyalin atau mengambil data yang

tersimpan dal;m memori program dan data. Instruksi- instruksi tersebut meliputi;

MOV, MOVX, MOVC, PUSH, POP, XCHD dan XCH.

2.4.4.4 Instruksi-Instruksi Boolean

Instruksi ini berfungsi untuk manipulasi dari beberapa instruksi yang

telah disebutkan diatas anatar lain; CLR, ANL, ORL, SETB, MOV, JNC, JC,

(35)

15

2.4.5 Pewaktu CPU

2.4.5.1 Timer dan Counter dalam Mikrokontroler AT89C51

Mikrokont roler AT89C51 dilengkapi dengan dua perangkat timer

counter yaitu timer 1 dan timer 2. Pencacah biner timer / counter AT89C51

merupakan pencacah biner naik yang mencacah dari 0000h sampai FFFFh, saaat

kondisi pencacah berubah dari FFFFh kembali ke 0000h akan timbul sinyal

limpahan (overflow). Registe-register yang terdapat dalam timer / counter

mikrokontroler AT89C51 adalah register TMOD (Timer Mode Register), THx dan

TLx, serta register TCON (Timer Control Register) (Putra, 2002:112).

a. Timer Mode Register

Register TMOD terdiri atas 8 bit dengan konfigurasi seperti yang

ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut ini.

bit 7 bit 6 bit 5 bit 4 bit 3 bit 2 bit 1 bit 0

Gate C/T M1 M0 Gate C/T M1 M0

Tabel 2.3 Register TMOD

Gate : Bit pengatur saluran sinyal detak

C/T : 1= Counter

0= Timer

(36)

16

b. THx dan TLx (x adalah nomor timer)

Merupakan register yang menunjukkan nilai dari timer dimana

masing-masimg timer mempunyai dua buah register yaitu THx untuk high byte dan TLx

untuk low byte.

c. Timer Control Register

Pada register ini hanya 4 bit saja, yaitu bit 4, bit 5, bit 6, dan bit 7 dari

register TCON yang mempunyai fungsi berhubungan dengan timer seperti yang

ditunjukkan pada tabel 2.4

bit 7 bit 6 bit 5 bit 4 bit 3 bit 2 bit 1 bit 0

TF1 TR1 TF0 TR0 IE1 IT1 IE0 IT1

Tabel 2.4 Register TCON

TF1 : Timer 1 Overflow Flag yang akan set bila timer overflow

TR1 : 1 = Timer 1 aktif

0 = Timer 1 non aktif

TF0 : Sama dengan TF1 tetapi bit ini untuk timer 0

(37)

17

d. Mode Timer

Mode timer terdiri dari:

a. Mode 0 timer 13 bit.

b. Mode 1 timer 16 bit.

c. Mode 2 timer 8 bit auto reload.

d. Mode 3 Split timer.

2.4.5.2 On-Chip Oscilator

Mikrokontroler AT89C51 meemiliki oscilator onchip, yang dapat

digunakan sebagai sumber detak (clock). Untuk menggunakannya maka

dihubungkan sebuah resonator kristal atau kermaik diantara kaki-kaki XTAL1 dan

XTAL2 pada mikrokontroler dan menghubungkan kapasitor ke ground.

2.4.6 Siklus -Siklus Mesin

Pembangkit Clock internal menentukan rentetan kondisi-kondisi yang

membentuk sebuah siklus mesin mikrokontroler. Siklus mesin tersebut diberi

nomor S1 samapai S6. Masing- masing kondisi panjangnya adalah dua priode

osilator. Satu siklus mesin panjangnya paling lama dikerjakan dalam 12 priode

osilator, apabila frekuensi kristalnya adalah sebesar 12 MHz (Putra, 2002:22).

2.5 Motor DC

Motor adalah suatu mesin listrik yang menghasilkan gerak mekanis

(38)

18

searah (DC) dan motor arus bolak-balik (AC). motor arus searah membutuhkan

tegangan searah untuk bekerja. prinsip kerja motor DC dapat dijelaskan denga n

Hukum Lorenz.

θ

sin BIl

F = ……….……….2.4

Dengan B adalah medan magnet, Iladalah arus, F adalah arah gaya, ?

adalah sudut arah medan magnet terhadap arus ( Young & Freedman, 2000: 167).

Motor DC merupakan salah satu jenis dari motor yang mempunyai

prinsip kerja berdasarkan dua hal berikut:

1. Jika sebuah penghantar bergerak memotong medan magnet, maka pada

penghantar Rb akan timbul tegangan induksi.

2. Jika sebuah penghantar yang mengalirkan arus listrik berada dalam medan

magnet, maka penghantar tersebut akan mengalami sebuah gaya yang arahnya

dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan. Motor DC

bekerja pada hukum yang kedua, yang kecepatan putarannya dapat ditentukan

dengan rumus berikut:

ϕ

π k

IaRa V

N = × −

2 60

……….2.5

N= kecepatan putaran motor (rpm)

V= teganagan terminal (V)

Ia= arus jangkar (A)

Ra= hambatan jangkar (ohm)

ϕ= fluks magnet (Wb)

(39)

19 Gambar 2.4 Motor DC

2.6 Pemicu Schmitt

Pemicu Schmitt merupakan ragkaian yang digunakan untuk mendeteksi

suatu tegangan yang telah melintasi suatu rangkaian tertentu. Rangkaian pada

pemicu Schmitt berupa pembandingan tegangan. Pembanding ini digunakan

sebagai pembentuk pulsa.

Bentuk gelombang pada pemicu schmitt mempunyai waktu naik turun

yang sangat lamban. Bentuk gelombang seperti ini akan dapat menyebabkan

operasi dan kinerja rangkaian yang tidak dapat diandalkan apabila langsung ke

rangkaian perhitungan atau rangkaian lainnya. Untuk itu perlu ditambah rangkaian

pengkondisi sinyal yang berupa pemicu Schmitt.

(40)

20

Gambar 2.6 Bentuk Gelombang Masukan dan Keluaran Pemicu Schmitt

2.7 Transistor sebagai Saklar

Transistor merupakan suatu piranti elektronik yang memiliki beberapa

fungsi, antara lain sebagai saklar dan penguat arus (buffer). Transistor mempunyai

tiga daerah kerja yaitu : daerah aktif, daerah cut-off dan daerah saturasi, seperti

gambar 2.7.

VCC

RB

2 1

RC

2

1

Q

3 2

1

(41)

21

Pada daerah cut-off basis transistor tidak diberi tegangan bias atau tidak

ada arus IB yang mengalir. Pada kondisi ini transistor dibias balik, sehingga :

I

b

= 0

V

ce (cut-off)

= V

cc

Pada daerah saturasi, tegangan kolektor emitter VCE sama dengan

tegangan saturasi VCE(sat), hal ini menyebabkan arus yang mengalir lewat

kolektor adalah maksimum yaitu: (Blocher, 2003:143)

Rc Vcc

Ic= ………...……….2.6

Ib Vbe Vb

Rb = − ………2.7

(42)

22

2.8 LED (Light Emitting Diode)

LED adalah dioda penghasil cahaya, dimana energi yang dikeluarkannya

berupa energi pemancar cahaya. Dioda biasa dibuat dari bahan Silikon yaitu

bahan yang menghalangi pengeluaran cahaya. Tetapi LED berbeda yaitu

menggunakan bahan dengan unsur Gallium, Arsen dan Fospat yang dapat

menghasilkan atau memancarkan cahaya merah, hijau, kuning dan jingga.

Dalam banyak aplikasi elektronik LED merupakan dioda yang jika

diberi tegangan bias maju akan mengeluarkan cahaya. Jika diberi bias balik maka

piranti ini akan berfungsi sebagai sebauh dioda biasa, yakni sebagaimana saklar

dalam kondisi off (terbuka). LED memiliki tegangan maju (forward voltage)

minimum yang biasnya disebut VLED agar dapat bekerja. Tegangan ini bervariasi

untuk masing- masing tipe LED. Variasi VLED berkisar antara 1,7 Volt sampai

dengan 4,2 Volt. Namun kebanyakan LED mempunyai VLED sekitar 2,2 Volt.

Matrik LED adalah kumpulan beberapa LED dalam jumlah tertentu yang

disusun secara teratur dalam baris dan kolom. Berdasarkan jumlah baris dan

kolomnya, terdapat cukup banyak tipe matrik LED yakni dengan ukuran: 4 x 4, 8

x 8, 16 x 16. Berdasarkan koneksi anoda dan katoda pada kolom atau baris, matrik

LED dibedakan atas dua bagian yaitu; anoda kolom dan katoda kolom. Dalam

perancangan ini digunakan penampil LED yang dirancang agar bekerja seperti

matrik LED katoda kolom. (Cabral, 2005:16)

Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sebuah penampil yang

menggunakan sistem kerja matrik LED adalah bagaimana membentuk suatu

(43)

23

tertentu. Pada umumnya untuk membuat semua LED pada kolom pertama

menyala, maka pin baris yakni pin pertama diberi logika rendah atau 0, dan semua

pin kolom diberi logika tinggi atau 1, sedangkan pin baris yang lain diberi logika

tinggi.

VCC

T1

3 2

1

D0 250 Ohm

100 Ohm

D4 D2 D3 D1

250 Ohm

Dari P2

Dari P1

Gambar 2.9 Penggerak LED

Dengan asumsi bahwa tegangan antara kolektor – emitor pada transistor

saklar adalah 0 saat transistor ON (dalam keadaan tertutup). Besarnya hambatan

kolektor dan basis adalah :

(44)

24

BAB III

PERANCANGAN PERANGKAT KERAS

Alat Pengukur kecepatan putaran motor berbasis mikrokontroler

AT89C51 ini merupakan suatu alat ukur yang dapat menghitung banyaknya

putaran motor dalam satuan waktu, yaitu rotation per minute (rpm). Secara

umum, prinsip kerja dari pengukur kecepatan motor DC ini adalah mendeteksi

celah-celah piringan penyandi yang dipasang pada mekanik motor, yang akan

dikodekan oleh sensor optocoupler. Selanjutnya, data akan dikirim dari

optocoupler ke mikrokontroler untuk diolah menjadi kode-kode biner yang

kemudian data tersebut akan ditampilkan ke LED yang tersusun seperti

membentuk jari. Pada gambar dibawah ini adalah gambaran umum dari sistem

kerja dari alat yang akan dirancang. Masing- masing bagian memiliki fungsi

tersendiri seperti yang dijelaskan setelah gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3.1. Diagram blok alat

MOTOR

Mikrokontroler

AT89C51

Sensor

Tombol start

Tombol stop

Tombol reset

(45)

25

3.1 Rangkaian Sensor

Sensor yang digunakan pada perancangan yaitu optocoupler yang

berfungsi sebagai penerima cahaya dan LED (light emitting diode) inframerah

sebagai sumber cahaya. LED tersebut bekerja hampir sama seperti LED biasa

sebagai penghasil cahaya.

Ranngkaian sensor menggunakan rangkaian gambar 2.2 untuk

menentukan hambatan pembatas inframerah (Rd) seperti gambar 2.2 perlu

diketahui arus maju dioda maksimal yaitu sebesar IF(max) = 60 mA dengan

tegangan maju adalah 1,7 V (Data Sheet Optocoupler H21A3). Dengan

menggunakan persamaan 2.1 akan didapat Rd minimal sehingga:

mA V V Rd

60 7 , 1

5 −

=

Rd = 55 Ohm

Pada penelitian ini resistor RD yang dipakai adalah sebesar 68Ω.

Cahaya inframerah yang masuk ke optocoupler akan dianggap sebagai

arus basis. Keadaan tersebut mengakibatakan resistansi emitor-kolektor akan

menjadi kecil sekali mendekati nol, sehingga arus Ic akan mengalir kekaki

kolektor. Hal ini menyebabkan tegangan pada kaki kolektor- emitor mendekati nol

sehingga keluaran Vout berubah dari tinggi menjadi rendah. Apabila tidak ada

cahaya inframerah yang masuk ke sensor optocoupler, arus basis tidak ada

(46)

26

melewati kolektor. Hal ini mengakibatkan tegangan keluaran Vout berubah dari

rendah menjadi tinggi.

Dalam keadaan saturasi tegangan optocoupler Vce maksimal adalah 0,4

volt dengan arus Ic = 1,8 mA (Data Sheet Optocoupler). Dengan menggunakan

persamaan diatas maka didapat Rc sehingga:

mA V Rc

5 , 0

) 4 , 0 5 (

min = −

ΚΩ =9,2 min

Rc

Jadi Rc yang digunakan adalah 10 KO

Gambar rancangan sensor selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.2

5 V

Vout 68 Ohm

10 KOhm optocoupler

Gambar 3.2 Rangkaian sensor

Pada saat piringan penyandi sedang berputar, rangkaian sensor akan

mendeteksi celah gelap dan terang yang terdapat pada piringan penyandi. Saat

celah gelap terdeteksi oleh sensor LED inframerah, phototransistor akan OFF.

Tegangan antara kolektor dengan emiter akan berada pada kondisi tinggi dimana

(47)

27

sebaliknya pada celah terang pada piringan penyandi yang terdeteksi maka

phototransistor akan ON dan tegangan antara kolektor dengan emitter menjadi

rendah. Dengan demikian, keluaran pada IC 74LS14 adalah logika tinggi (1).

Keluaran rangkaian pendeteksi (0 atau 1) yang telah ditegaskan rangkaian pemicu

Schmitt akan menjadi data masukan mikrokontroler AT89C51 lewat port

pararelnya. Data-data masukan itu akan diolah dalam program dan kemudian hasil

pengolahan data tersebut akan ditampilkan melalui rangkaian LED indicator atau

penampil LED.

3.2 Osilator Kristal

Rangkaian Osilator kristal ini terdiri dari dua kapasitor dan kristal.

Kedua nilai kapasitor tersebut adalah 30 pF.Rangkaian ini berfungsi sebagai

frekuensi kerja bagi mikrokontroler. Nilai dari frekuensi akan mempengaruhi

kecepatan kerja mikrokontroler dalam menyelesaikan suatu intruksi. Pada

perancangan digunakan kristal 12 MHz yang dapat memberikan instruksi cycle

time sebesar 1 µs. Satu siklus mesin mikrokontroler AT89C51 dikerjakan dalam

12 periode osilator. Dengan mengetahui cycle time dari mikrokontroler maka akan

mempermudah perhitungan waktu bagi alat dalam mengukur besarnya putaran

(48)

28 C1 30 pF C 2 30 pF U1 AT89C51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 12 MHz

Gambar 3.3 Rangkaian Osilator

3.3 Rancangan Encoder

Prinsip dari pengukuran kecepatan pada program dibawah ini adalah

perhitungan rotasi setiap detiknya, kemudian dikalikan dengan 60 agar menjadi

rotasi per menit. Dalam hal ini jumlah celah pada roda cacah juga berpengaruh.

Pada perancangan dipakai roda cacah dengan 10 buah celah. Dengan demikian

dalam 1 kali putaran akan menghasilkan pulsa dengan logika “0” dan logika “1”

sebanyak 10. Jika banyaknya pulsa setiap detiknya adalah p dan jumlah celah

adalah n, maka kecepatan putar motor setiap menitnya (rpm) dapat dihitung

dengan persamaan 2.3.

(49)

29

3.4 Motor DC

Motor DC jika diberi suatu tegangan akan menghasilkan putaran berupa

cw dan ccw. Dalam perancangan ini putaran motor akan diukur oleh suatu

rangkaina elektronis. Untuk dapat mengatur kecepatan motor yang digunakan

maka harus dihubungkan dengan sebuah potensiometer sebesar 10 Kohm. Motor

yang digunakan adalah dengan spesifikasi tegangan masukan 12 V dan

putarannya sampai 4000 RPM.

Gambar 3.5 Motor DC

3.5 Penampil LED

Penampil untuk pengukur kecepatan yang digunakan pada piranti ini

adalah suatu penampil indikator LED yang bekerja berdasarkan prinsip kerja

matrik LED. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa

perancangan rangkaian indikator LED yang digunakan adalah adalah matrik LED

5 x 5. Masing- masing dari tiap LED hanya dapat menjadi indik ator untuk satu

kondisi masukan saja. Karena kondisi yang dibutuhkan oleh piranti ini sebanyak

22 keadaan data masukan, sedangkan jumlah LED yang tersedia sebanyak 25

LED. Untuk menyalakan LED pada tiap baris dan kolom, diperlukan dua port dari

(50)

30

kolom, sedangkan port 2 (port 2.0 sampai dengan port 2.4) digunakan untuk

kelima baris dari matrik LED. Cara menyalakan tiap satu LED pada baris dan

kolom tertentu yaitu mengirim masing- masing 5 bit ke port 1 dan port 2. Apabila

LED D0 yang ingin dinyalakan, maka ur utan pada masing- masing port adalah :

Pada port 1 (port1.0 – port1.4) urutan bitnya adalah 1 0 0 0 0. Sedangkan pada

port 2 (port2.0 – port2.4) urut an bitnya adalah 1 0 0 0 0. Urutan bit tersebut

sebelumnya telah ditetapkan kesetaraanya dengan satu kondis i sinyal masukan

dalam program.

Gambar 3.6 Matrik LED

(51)

31

Tabel 3.1 dibawah ini merupakan tabel untuk kombinasi port dan urutan

bit pada tiap port untuk menyalakan masing- masing LED berikut kondisi data

masukan yang diwakilinya.

LED P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P2.0 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4

100 RPM 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0

200 RPM 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0

300 RPM 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0

400 RPM 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0

500 RPM 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0

600 RPM 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0

700 RPM 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0

800 RPM 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0

900 RPM 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0

1000 RPM 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0

1100 RPM 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0

1200 RPM 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0

1300 RPM 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0

1400 RPM 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0

1500 RPM 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0

1700 RPM 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0

1800 RPM 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0

1900 RPM 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0

2000 RPM 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0

2100 RPM 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0

2200 RPM 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1

2300 RPM 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1

Tabel 3.1 Kombinasi port dalam penyalaan LED

3.6 Penggerak LED

Arus keluaran dari mikrokontroler (15 mA sesuai data sheet) tidak cukup

kuat untuk menggerakan 5 buah LED sekaligus yang dipasang secara parallel

pada tiap baris dan kolom dari matrik LED. Sehingga pada perancangan ini

(52)

32

dapat bekerja dengan arus kolektor maksimal 1A (sesuai data sheet). Tentunya,

dengan arus sebesar itu dapat menyebabkan kerusakan pada mikrokontroler. Oleh

karena itu, dipasang transistor saklar dengan tipe yang sama pada katoda dari

matrik LED sebagai pengaman. Rangkaian penggerak LED dapat dilihat seperti

gambar 3.8 berikut:

VCC

250 Ohm T1

3 2

1

D0 250 Ohm

98Ohm

D1 D2 D3 D4

Dari P2

Dari P1

Gambar 3.8. Rangkaian penggerak LED

Dengan menggunakan persamaan 2.8 diatas maka dapat VRC:

VRC = 12V – 0,5V – 1,7V

= 9.8V

Besarnya hambatan kolektor Rc yang digunakan dalam perancangan ini adalah 98

ohm.

Maka besarnya tegangan Vc didapat sebesar:

VC = Vcc – VRC

VC = 12 V – 9.8 V

(53)

33

Tegangan VB adalah tegangan yang berasal dari port 1 I/O

mikrokontroler. Dari data sheet diketahui tegangan keluaran minimumnya sebesar

0,9 VCC. Bila VCC = 5V maka besarnya VB adalah 4,5V dan nilai RB sebesar:

V VRb=4,5−0,7=3.8

Ib VRb

Rb =

Rb= 253,33 ?

Nilai hambatan basis RB yang digunakan adalah 330 ohm untuk menjadi

transistor dalam kondisi saturasi saat tegangan port I/O mikrokontroler pada

keadaan minimum. Dibawah ini dapat dilihat gambar rangkaian penggerak LED

lengkap.

Untuk tegangan emiter besarnya adalah:

VE = IE . RE

VE = 15,05 mA . 250 Ohm

VE = 3,76 V

Maka didapat tegangan VRE sebesar:

VRE = VE – VLED

VRE = 3,76 V – 1,7 V

VRE = 2,06V

Pada gambar dibawah port 2.0 sampai dengan port 2.4 dihubungkan

dengan bagian kaki basis dari transistor BD139 yang kemudian kaki emiternya

(54)

34

dihubungkan juga dengan kaki basis transistor BD139, dan kaki kolektornya

dihubungkan ke bagian R dari dot matrik.

12 V U1 AT89C51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 Q4 250 100 Ohm 250 Q5 Q6 100 Ohm Q7 100 Ohm 250 100 Ohm 250 100 Ohm Q8 250 250 Ohm 250 Ohm 250 Ohm 250 Ohm 250 Ohm

L4 L3 L2 L1 L5

Gambar 3.9 Rangkaian Lengkap Penggerak LED

3.7Tombol Start/ Reset dan Stop

Kedua tombol start/reset, stop pada gambar dibawah ini digunakan

untuk pengaturan pengoperasian alat. Saat alat mendapatkan tegangan catu maka

tombol siap untuk dipergunakan. Tombol start ditekan maka proses pengukuran

dimulai diamana LED akan mulai bergerak sampai tombol stop ditekan. Tombol

stop untuk menghentikan proses pengukuran dan menampilkan data pengukuran

terakhir. Tombol reset akan membuat tampilan kembali kepada tampilan semula.

VCC 5 V VCC U1 AT89C51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 10 KOhm START 1 2 10 uF 10 KOhm STOP 1 2 10 uF 33 pF 33 pF 12 MHz 4,7 uF 8K2

(55)

35

3.8Skala

Pada perancangan ini skala yang digunakan yaitu100, 200, 300, 400,

500, 600, 700, 800, 900, 1000, 1100, 1200, 1300, 1400, 1500, 1600, 1700, 1800,

1900, 2000, 2100, 2200, 2300.

Pada saat motor mulai berbutar maka LED sebagai tampilan akan

menunjukkan posisi kecepatan motor. Jika pada saat kecepatan motor pada

kecepatan 150 rpm maka LED akan menyala pada angka 100.

3.9Perancangan Perangkat Lunak

Setelah mendapatkan gambaran tentang perangkat kerasnya, maka

perangkat lunak akan dibuat menyesuiakan perangkat kerasnya. Perangkat

lunaknya merupakan susunan program yang berbasis pada bahasa pemerograman

khusus mikrokontroler AT89C51. program ini akan dibagi menjadi dua bagian

yaitu program utama dan routine penangan interupsi, yang didukung oleh

routine-routine pengambilan data, routine-routine delay, routine-routine pengolahan data, routine-routine

perkalian, routine ubah bentuk ketampilan LED untuk menampilkan hasil

pengukuran.

3.9.1 Program Utama

Program utama merupakan bagian yang dikerjakan saat mikrokontroler

diberi catu daya. Program dimulai dengan proses inisialisasi antara lain dalah

inisialisasi alamat data dan inisialisasi mode timer/counter yang digunakan. Untuk

(56)

36

sebagai alamat penyimpanan data yang akan digunakan untuk proses berikutnya.

Kemudian dilakukan proses pengukuran, yaitu data masukan discounter selama 1

detik. Setelah 1 detik kecepatan dapat dihitung dengan proses perkalian anatara

hasil counter dengan pengalinya. kemudian hasilnya akan ditamplkan sebagai

kecepatan motor dalam rpm. Langkah selanjutnya, program akan membaca

tombol star/stop. jika tombol tersebut ditekan maka program akan menghentikan

proses pengukuran, dan akan menampilkan nilai rpm yang terakhir. Pada saat ini

program akan terus membaca tombol star/stop, jika pada saat yang diinginkan

tombol ditekan, maka program akan kembali melakukan proses pengukuran. Jika

tombol reset ditekan maka program akan menolkan tampilan, dan melakukan

(57)

37

Tombol start ditekan?

Mulai

T

Y

T

Y

Y T

Gambar 3.11. Diagram alir Program Utama

Inisialisasi alamat data Inisialisasi Timer/Counter

Hitung jumlah pulsa utama

Tampilkan RPM Hitung RPM

Tombol stop ditekan?

Tahan Nilai RPM

Tampilkan RPM

Tombol reset?

(58)

38

3.9.2 Diagram Alir Perhitungan Rpm

Karena jumlah celah (n) = 10, maka persamaan 2.3 tersebut dapat

disederhanakan menjadi

rpm = p x 6

Proses perhitungan rpm pada program adalah sebagai berikut:

1. Simpan pengali = 6

2. Data yang dimasukkan dicuplik selama 1 detik menggunakan timer.

3. Data yang sudah dicuplik oleh timer dihitung denga n proses counter sehingga

diperoleh jumlah pulsa (p)

4. Dengan proses perkalian, jumlah pulsa dikalikan dengan pengali dan hasilnya

dapat dikonversikan ke bentuk desimal serta ditampilkan sebagai kecepatan

(59)

39

Berikut ini adalah gambar alir proses perhitungan rpm:

T Y

Y

Gambar 3.12. Diagram alir proses perhitungan RPM Mulai

Simpan pengali = 6

Baca Data Masukan

Waktu =1 detik

?

Counter sebagai jumlah pulsa (p)

Kalikan Counter dengan Pengali

Tampilkan sebagai RPM

(60)

40

3.9.3 Proses Perkalian

Pada proses perhitungan rpm, dibutuhkan proses perkalian yaitu

perkalian antara pengali dengan jumlah pulsa yang sudah dihitung dalam setiap

detiknya. Setiap suatu bilangan dengan besar 32 bit akan menggunakan operasi

dasar perkalian 32 bit yang melibatkan penambahan. Proses perkalian dua buah

bilangan pada program adalah dengan menggunakan metode tambah dan geser.

suatu bilangan digeser kekanan dan yang lain digeser kekiri. Jika LSB pada

bilangan yang digeser kekanan bernilai 0 maka hasil kali dengan pengali tidak

ditambah, sebaliknya jika bernilai 1 maka akan ditambah. Proses perkalian akan

selesai jika bilangan yang digeser kekanan bernilai 0000.

Jika X3 X2 X1 X0 digeser kekanan akan menjadi X4 X3 X2 X1 X0,

dimana X0 adalah LSB yang telah tergeser kekanan, dan yang menentukan adalah

apakah pengali akan ditambah dengan hasil kali atau tidak. berikut disajikan

contoh perkalian bilangan biner 4 bit.

Bentuk desimalnya 6 x 12 = 72

Pengali (N) = 6 bentuk bilangan binernya 0110

Jumlah pulsa tiap detik (P) = 12 bentuk bilangan binernya 1100

Xo =LSB yang telah tergeser kekanan

(61)

41

Maka proses perkalian dengan metode tambah dan geser adalah sebagi berikut:

P N Xo HK

Keadaan awal 0110 1100 0 0000

N geser kanan 0110 0 0000

P geser kiri 1100

N geser kanan 0011 0 0000

P geser kiri 11000

N geser kanan 0001 1 0000

Xo= 1 0000 +

HK = HK + P 11000 0001 1 11000

P geser kiri 110000

N geser kanan 0000 1 11000

Xo= 1 11000 +

HK= HK + P 1001000

(62)

42

Gambar ini penjelasan proses perkalian menggunakan diagram alir

T

Y

T

Y

Gambar 3.13. Diagram alir proses Perkalian Mulai

Hasil register hasil bagi

Isi R0 dengan Pengali Isi A dengan Operand

RRC R0 RLC A

Carry R0 = 1 detik

?

Hasil Kali = Hasil Kali + A

R0 = 0 ?

(63)

43

3.9.3 Pencuplikan Data Selama Satu Detik

Pada perancangan program akan menggunakan Timer dan counter mode

1. Timer akan digunakan untuk mencuplik data selama 1 detik, sedangkan counter

akan mencacah data tersebut. Hasil cacahhan tersebut yang kemudian akan

diproses menjadi besaran kecepatan. berikut diagaram alir menentukan timer 1

detik

T Y

Y

Gambar 3.14. Diagram alir Timer satu detik Mulai

Selesai Cacah = 20

Isi Timer 50ms

Cacah= 0 ?

(64)

44

3.9.5 Proses Tampilan

Pada proses tampilan LED, maka digunakan P3.5 untuk menghidupkan

LED sedangkan P3.6 untuk mematikan LED

Y

Gambar 3.15 Diagram Alir Penampil LED Start

Baca isi port 3 dan simpan di akumulator

(A<-P3)

Register 0 =FEH? Akumulator

= FeH?

Hidupkan LED (P1<-0) Status LED Mati

(R0<-0)

Matikan LED (P1<-0)

Baca isi port 3 dan simpan di akumulator

(A<-P3)

Isi akumulator

(65)

45

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil akhir perancangan dan hasil

pengamatan pengukuran terhadap rangkaian-rangkaian elektronis (rangkaian

sensor dan rangkaian penggerak) yang merupakan implementasi dari sistem secara

keseluruhan yang telah dirancang. Berikut ini akan disajikan pembahasan

mengenai tiap-tiap bagian.

4.1 Hasil Akhir Perancangan

Hasil akhir perancangan sistem ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu: (1)

Bagian mekanik yang memberi data-data masukan, (2) Bagian penampil yang

terdiri dari rangkaian penggerak dan rangkaian LED.

Bagian mekanik terdiri dari piringan (encoder), satu buah sensor

optocoupler yang menghasilkan data-data masukan mengenai perubahan

kecepatan motor ke mikrokontroler. Piranti keluaran atau penampil, memuat

rangkaian pemicu Schmitt, mikrokontroler dan rangkaian penggerak LED. Pada

bagian depan penampil terdapat 115 buah LED yang dirancang sedemikian rupa

sehingga deretan LED-nya membentuk garis yang menyerupai jari- jari. Garis

yang dibentuk sebanyak 23 buah dan setiap garis dibentuk dengan LED sebanyak

5 buah yang dipasang secara parallel. Koneksi antara komponen-komponen dari

(66)

46

Gambar 4.1 Rangkaian catu daya

Gambar 4.1 adalah rangkaian catu daya 5 V dan 12 V, rangkaian tersebut

terdiri dari trafo, kapasitor polar, regulator, dioda bridge penyearah. Catu daya ini

berfungsi untuk memberikan tegangan DC yang dibutukan oleh mikrokontroler

AT89C51 sebesar 5 V. Sedangkan Catu daya 12 V digunakan untuk

menggerakkan LED penampil.

Gambar 4.2 Rangkaian mikrokontroler

Gambar 4.2 merupakan rangkaian sensor, rangkaian mikrokontroler, dan

rangkaian penggerak LED. Keluaran dari rangkaian sensor akan masuk ke dalam

port 3 di mikrokontroler, kemudian keluaran dari mikrokontroler berada di posisi

(67)

47

Gambar 4.3 Motor, encoder, dan tampilan LED

Gambar 4.3 adalah motor DC 12 V, encoder, dan tampilan LED. Putaran

pada kepala motor DC dipasang encoder yang berfungsi untuk mengkodekan

tegangan bagi optocoupler, sedangkan tampilan LED menunjukkan hasil dari

putaran motor DC tersebut.

Gambar 4.4 Tombol Start/Reset dan Stop

Gambar 4.4 adalah tombol start/reset dan stop. Tombol start akan

berfungsi pada saat memulai pengukuran, sedangkan tombol reset akan

mengembalikan tampilan pada keadaan semula. Tombol stop akan membuat

tampilan berhenti pada saat yang diinginkan.

(68)

48

4.2 Contoh Tampilan LED

Pada bagian ini akan diperlihatkan beberapa contoh tampilan pada

penampil LED dari hasil perancangan. Seperti diketahui, bahwa setiap garis dari 5

buah LED yang dipasang paralel pada papan penampil mewakili satu posisi dari

kecepatan motor dan besarnya perubahan (resolusi) adalah mengikuti skala.

Gambar 4.5 Tampilan LED pada posisi 600 Rpm

Gambar 4.5 merupakan tamplan pada saat putaran motor berada pada posisi 550

Rpm sampai pada 650 Rpm.

Gambar 4.6 merupakan tampilan pada saat 2000 Rpm, dimana LED akan

menyala jika putaran motor dc di 1950 Rpm sampai pada 2500 Rpm

(69)

49

Tabel 4.1 Perbandingan pengukuran dengan Tachometer

NO Pengukuran dengan Tachometer/Rpm

Posisi LED Ket

1 100 100

2 150 100

3 202 100 *

4 204 200

5 260 200

6 306 200 *

7 308 300

8 345 300

9 408 300 *

10 412 400

11 467 400

12 509 400 *

13 511 500

14 556 500

15 614 500 *

16 616 600

17 634 600

18 717 600 *

19 719 700

20 764 700

21 821 700 *

22 822 800

23 867 800

24 925 800 *

25 928 900

26 975 900

27 1035 900 *

28 1037 1000

29 1085 1000

30 1139 1000 *

31 1141 1100

32 1190 1100

33 1242 1100 *

34 1245 1200

35 1280 1200

36 1346 1200 *

37 1347 1300

38 1398 1300

39 1447 1300 *

40 1450 1400

(70)

50

NO Pengukuran dengan Tachometer/Rpm

Posisi LED Ket

42 1550 1400 *

43 1553 1500

44 1597 1500

45 1655 1500 *

46 1656 1600

47 1711 1600 *

48 1757 1600 *

49 1759 1700

50 1802 1700 *

51 1860 1700 *

52 1861 1800

53 1904 1800 *

54 1962 1800 *

55 1964 1900

56 1995 1900

57 2065 1900 *

58 2067 2000

59 2120 2000 *

60 2167 2000 *

61 2170 2100

62 2216 2100 *

63 2259 2100 *

64 2273 2200

65 2315 2200 *

66 2375 2200 *

67 2376 2300

68 2390 2300

69 4000 2300

Ket: * : Hasil tampilan LED tidak sesuai dengan rancangan

Dari hasil pengukuran Tachometer seperti tabel 4.1 maka didapati ada

ketidaksesuaian antara hasil pengukur an dengan hasil yang diinginkan. Misalnya

pada pengukuran no 9, pengukuran yang diperoleh adalah 408 Rpm, tetapi hasil di

tampilan LED pada 300 Rpm padahal seharusnya 400 Rpm. Untuk no 47 dan 48

pengukuran yang diperoleh adalah 1711 dan 1757 tetapi tampilan LED di 1600

Rpm padahal seharusnya 1700 Rpm. Selain itu titik-titik kritis alat ini tidak

(71)

51

putaran motornya digunakan catu daya variabel yang tidak mampu menggerakkan

motor secara linier setiap 1 Rpm. Tegangan yang dihasilkan catu daya variable

tersebut menghasilkan putaran motor tidak linier. Untuk titik kritis perubahan

posisi tampilan LED tidak dapat diamati, sehingga range pengukuran tidak dapat

ditentukan dengan pasti. Range yang didapat untuk menghidupkan tampilan setiap

100 Rpm dapat dilihat seperti tabel 4.2

Tabel 4.2 Putaran motor dengan posisi LED

Putaran Motor (Rpm) Posisi LED Yang Hidup(Rpm)

0-202 100

204-306 200

308-408 300

402-509 400

511-614 500

616-717 600

719-821 700

822-925 800

928-1035 900

1037-1139 1000

1141-1242 1100

1245-1346 1200

1347-1447 1300

1450-1550 1400

1553-1655 1500

1656-1757 1600

1759-1860 1700

1861-1962 1800

1964-2065 1900

2067-2167 2000

2170-2259 2100

2273-2375 2200

(72)

52

4.3 Pembahasan Rangkaian Elektronik

Pengukuran dilakukan terhadap rangkaian sensor optocoupler dan

rangkaian penggerak LED. Pada rangkaian sensor pengukuran dilakukan terhadap

tegangan keluaran (Vce) dan arus kolektor (Ic) fototransistor, sedangkan untuk

rangkain penggerak LED pengukuran dilakukan terhadap arus basis (Ib) dan arus

kolektor (Ic) transistor BD 139. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah nilai- nilai besarnya sesuai dengan yang diharapkan dalam perancangan.

4.3.1 Rangkaian Sensor Optik

Sebagaimana diketahui bahwa rangkaian sensor optik terdiri dari dua

bagian: bagian: bagian pemancar dan bagian penerima. Pada rangkaian sensor ini,

pengukuran dilakukan terhadap besarnya tegangan kolektor-emiter (Vce) dan kuat

arus yang melewati kolektor (Ic) dari fototransistor sebagai penerima sebelum

diterima oleh rangkaian pemicu Schmitt. Hasil pengukuran terhadap keluaran

rangkaian sensor pada saat fototransistor dalam keadaan tak terhalang dan

terhalang dapat dilihat di tabel 4.2

Tabel 4.3 Hasil pengukuran terhadap Fototransistor

Fototransistor Vce terhalang

Vce tak terhalang

Ic terhalang Ic tak terhalang

Q1 4,90 0,11 0 0,12

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa tegangan keluaran (Vce) foto transistor saat

terhalang adalah 4,90 V dan pada saat tidak terhalang adalah 0,11 V sedangkan

(73)

53

0,2 V saat tidak terhalang perbedaan ini disebabkan oleh catu daya yang dirancang

menghasilkan tegangan keluaran sebesar 4,90 V. Perbedaan nilai tegangan

menurut pengukuran tidak jauh bebeda dengan perancangan. Perbedaan kedua

nilai tegangan antara saat terhalang dan tidak terhalang merupakan perbedaan

nilai tegangan yang diterima oleh pemicu Schmitt. Pada saat tegangan masukan

rendah (input low voltage) yang diteriam pemicu schmitt sehingga keluarannya

adalah kondisi tinggi (high). Jadi. Dengan demikian kondisi keluaran seperti ini

dapat dikatakan bahwa fototransistor berada dalam kondisi aktif (ON). Pada saat

tegangan masukan tinggi (input high voltage) yang diterima pemicu schmit

sehingga keluarannya dalam kondisi rendah (low). Kondisi keluaran seperti ini

yang diperlihatkan fototransistor dapat dikatakan dalam keadaan cut off atau off.

Sesuai hasil pengukuran, tegangan kelua ran pemicu Schmitt adalah 0,15 V

saat fototransistor ON, dan 4,90 V saat fototransistor OFF. Nilai- nilai tegangan

ini nantinya akan dibaca oleh mikrokontroler sebagai data-data masukan yang

kemudian diproses untuk ditampilkan.

Agar dapat dibaca oleh mikrokontorler tegangan masukan rendah (input

lowvoltage) minimum -0,5 V dan maksimal 0,8 V dan tegangan masukan tinggi

(input high voltage) minimum 3,5 V dan maksimum 5,5 V. Dengan demikian

tegangan keluaran pemicu Schmitt sebesar 0,15 V, saat fototransistor ON, sudah

dapat diakses oleh mikrokontroler sebagai input low voltage, dan tegangan

(74)

54

4.3.2. Rangkaian Transistor Sebagai Saklar

Untuk rangkaian penggerak seperti gambar 3.9 yang mengunakan BD 139

sebagai piranti utamanya, pengkuran dilakukan terhadap tengangan basis (Vb),

tegangan kolektor (Vc) dan tegangan emitor (Ve) saat transistor dalam kondisi

aktif. Besarnya nilai- nilai pengukuran tersebut dapat dilihat dalam tabel. 4.4

Tabel 4.4 Hail pengukuran terhadap transistor sebagai saklar

Transistor Vb(V) Vc(V) Ve(V)

Gambar

gambar 2.2 (a) keluaran optocoupler berlogika ‘1’ jika ada cahaya yang mengenai
Gambar 2.4 Motor DC
gambar 2.7.
Gambar 2.8  Grafik Output dari Transistor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam survei yang dilakukan, empat responden ayah sepakat bahwa tugas pengasuhan adalah tugas ayah dan ibu, namun ketika kebutuhan anak sudah tertangani oleh ibu,

Motivasi konsumen memiliki pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian oleh konsumen diantara variabel bebas lainnnya yang diteliti yaitu sebesar 0,403 Hal

Ada perbedaan hasil jadi culotte menggunakan bahan katun dengan perbandingan ketebalan kain katun jepang 0,42 mm, kain katun twill 0,52 mm dan kain katun swiss 0,64 mm

bahwa di dalam struktur komunitas fitoplankton yang sedang diamati tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya, parameter- parameter

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan koordinasi fasilitator ekonomi dengan PT BRI setempat Sesuai dengan kebijakan dari PMU P2KP, saat ini sudah dimobilisasi 59 fasilitator

Alhamdulillah wasyukurillah, Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang mana telah memberikan rahmat-Nya

pengalaman dalam program pengabdian kepada masyarakat sebagai ketua pelaksana Program Ipteks bagi Masyarakat (2012) dan program-program pengabdian kepada masyarakat

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 9 Palopo, melalui