• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP TANGGUNG GUGAT DALAM PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI TRIPLE BOTTOM LINE DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP TANGGUNG GUGAT DALAM PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI TRIPLE BOTTOM LINE DI INDONESIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP TANGGUNG GUGAT DALAM PELAKSANAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM RANGKA

IMPLEMENTASI T RIPLE BOT T OM LINE DI INDONESIA

Misahardi Milamart a

Fakult as Hukum Universit as Bhayangkara Jakart a E-mail: misa@cbn. net . id

Abst ract

The goal of t hi s r esear ch i s t o det er mi ne t he appl i cat ion of t he account abi l i t y pr i nci pl e in t he i mpl ement at ion of cor por at e soci al r esponsi bi l it y wi t hi n t he f r amewor k of i mpl ement at i on of t r i pl e bot t om l i ne i n Indonesia. It i s a nor mat i ve l egal r esear ch usi ng secondar y dan pr imar y dat a. Seconda-r y dat a obt ai ned t hr ough l i babr y r esear ch, whi l e t he pr i mar y dat a obt ai ned t hr ough i n-dept h i nt er views. To ensur e t he dat a val i dit y i s used t he cr i t i ci sm sour ce. Dat a wer e anal yzed usi ng edit i ng anal ysi s st yle. The r esul t s of t hi s st udy i ndi cat e t hat t he appl i cat i on of an account abi l it y pr i nci pl e i s not easy. St andar d or cr it er i a t hat must be appl i ed i n case r el at i ng t o t he appl i cat i on of an account abi l i t y pr i nci pl e shoul d cl ear l y and obj ect ivel y.

Keywor ds : an account abi l i t y pr i nci pl e, cor por at e soci al r esponsibi l i t y, t r i pl e bot t om l i ne.

Abst rak

Penelit ian ini bert uj uan unt uk menget ahui penerapan prinsip t anggung gugat dalam pelaksanaan t anggung j awab sosial perusahaan dalam rangka implement asi t r i pl e bot t om l i ne di Indonesia. Penelit ian ini adalah penelit ian hukum normat if yang menggunakan dat a sekunder dan dat a primer. Dat a sekunder diperoleh melalui penelit ian pust aka sedangkan dat a primer diperoleh melalui wawancara mendalam. Unt uk menj amin validit as dat a dilakukan krit ik sumber. Dat a dianalisis dengan menggunakan t eknik edi t ing anal ysi s st yl e. Hasil dari penelit ian ini menunj ukkan bahwa penerapan prinsip t anggung gugat dalam pelaksanaan t anggung j awab sosial perusahaan t idaklah mudah. St andar at au krit eria yang harus dit erapkan dalam sebuah kasus yang berkait an dengan penerapan prinisp t anggung gugat harusnya j elas dan obj ekt if .

Kat a kunci : prinsip t anggung gugat , t anggung j awab sosial perusahaan, t r i pl e bot t om l ine.

Pendahuluan

Tanggung j awab sosial perusahaan at au yang lebih dikenal dengan ist ilah Cor por at e So-ci al Responsi bi l i t y/ CSR) mulai banyak dibahas sej ak dasawarsa t erakhir. Perusahaan, pada mu-lanya, menganggap et ika berbisnis sekedar se-bagai pemenuhan st andar legal dari segi admi-nist rasi dan kepat uhan t erhadap at uran dan per-at uran int ernal.1 Keadaan t ersebut t elah meng-alami perubahan sekarang. Perhat ian t erhadap t anggung j awab sosial dan et ika bisnis semakin besar dan semakin banyak perusahaan mulai menyadari bahwa keberhasilan perusahaan

1 W. F. Abbot t and R. J. Monsen, “ On t he Measure-ment of

Corporat e Social Responsibil it y” , Academy of Manage-ment Jour nal, Vol . 22, No. 3, 2007, hl m. 501–515.

rus dibangun dari penghargaan dan kepercaya-an masyarakat .2 Perusahaan, saat ini dimint a, di t unt ut dan didorong unt uk memperbaiki cara berusaha berdasarkan t ingkah laku et is dan ke-pat uhan hukum.3 Perusahaan j uga dit unt ut agar peka t erhadap kebut uhan semua pihak yang berkepent ingan dalam kegiat an usahanya.4 Pi-hak yang berkepent ingan yang dimaksud adalah

2

N. Berg and D. Hol t brugge, “ Publ ic Af f air s Mana-gement Act ivit i es of Ger man Mul t i nat ional Corporat ions in In-di a” , Jour nal of Busi ness Et hi cs, 30, 2009, hl m. 105–19.

3 L. Paine, “ Managing f or Organisat ional Int egrit y” , Har

-var d Busi ness Revi ew, Vol . 72 No. 2, 2010, hl m. 106–17.

4 A. R. Bel al , N. A. Khan, and S. A. Al am, “ Indust ri al Pol l

u-t ion and u-t he Environmenu-t in Bangl adesh: An Overview ” ,

(2)

mereka yang t erkena dampak/ mampu mempe-ngaruhi keput usan dan t indakan perusahaan.5

Sekt or indust ri at au korporasi skala besar, disat u sisi, t elah mampu memberikan kont ribusi t erhadap pert umbuhan ekonomi nasional, di sisi lain eksploit asi sumber daya alam oleh sekt or indust ri seringkali menyebabkan t erj adinya de-gradasi lingkungan yang parah.6 Karakt erist ik umum korporasi skala besar biasanya beroperasi secara encl ave at au t erpisah dan melahirkan apa yang disebut perspekt if dual societ y, yait u t umbuhnya dua karakt er ekonomi yang paradoks di dalam sat u area.7 Ekonomi t umbuh secara modern dan pesat , t et api masyarakat ekonomi j ust ru berj alan sangat lambat .

Kehidupan ekonomi masyarakat semakin involut if , disert ai dengan marginalisasi t enaga kerj a lokal. Hal ini t erj adi karena basis t ekno-logi t inggi menunt ut indust ri lebih banyak me-nyerap t enaga kerj a t erampil dari luar masyara-kat set empat , sehingga t enaga kerj a lokal yang umumnya memiliki ket erampilan rendah menj a-di t erbuang. Ket erpisahan (encl avi sm) ini yang menyebabkan hubungan indust ri dengan masya-rakat menj adi t idak harmonis dan diwarnai ber-bagai konf lik.8

Tanggung j awab sosial perusahaan dapat diart ikan sebagai komit men indust ri unt uk mempert anggungj awabkan dampak operasi da-lam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan (ekologi) sert a menj aga agar dampak t ersebut menyumbang manf aat kepada masyarakat dan lingkungannya.9 Tiga pilar inilah (ekologi, eko-nomi dan sosial) yang menj adi dasar bagi pelak-sanaan t anggung j awab perusahaan, at au yang dikenal dengan “t r i pl e bot t om l i ne” at au 3-P (Peopl e, Pr of i t , Pl anet).10 Pelaksanaan t anggung

5 Ibi d. 6

Ibi d.

7

Bing Bedj o Tanudj aj a, “ Perkembangan Corpor at e Social Responsibil t y di Indonesia” , Jur nal Ni r mana, Vol . 8 No. 2 Jul i 2006, hl m. 92-98.

8

Ibi d.

9

Nil ouf ar A. Park and Carmen M. But l er, “ Mayday Payday: Can Corpor at e Social Responsi bil it y Save Payday Len-ders” , Rut ger s Jour nal of Law & Ur ban Pol i cy, Fal l , 2005, hl m. 119.

10 C. L. Andersson and R. L. Bieni aszew ska, “ The Rol e of

Corporat e Soci al Responsibil it y in An Oil Company’ s Expansion Int o New Territ or ies” , Cor por at e Soci al Res-ponsi bi l i t y and Envi r onment al Management, Vol . 12, No. 1, 2008, hl m. 1–9.

j awab sosial perusahaan secara konsist en dalam j angka panj ang akan membuat masyarakat me-nerima t erhadap kehadiran perusahaan.

Hasil Program Penilaian Peringkat Perusa-haan (PROPER) 2004-2005 Kement erian Negara Lingkungan Hidup menunj ukkan bahwa dari 466 perusahaan yang dipant au, ada 72 perusahaan mendapat rapor hit am, 150 merah, 221 biru, 23 hij au, dan t idak ada yang berperingkat emas.11 Hal ini menunj ukkan, bahwa banyak perusahaan t idak menerapkan t anggung j awab lingkungan dan t anggung j awab perusahaan dalam menj a-lankan bisnis mereka. Tanggung j awab perusa-haan dianggap sebagai parasit yang dapat mem-bebani biaya capi t al mai nt enance. Dalam hal ini, apabila ada perusahaan yang melaksanakan t anggung j awab perusahaan, it u pun hanya ka-rena adu gengsi.

Suprapt o pada t ahun 2005 melakukan pe-nelit ian t erhadap 375 perusahaan di Jakart a, hasil penelit iannya menunj ukkan bahwa 166 at au 44, 27% perusahaan menyat akan t idak me-lakukan kegiat an t anggung j awab sosial perusa-haan dan 209 at au 55, 75% perusaperusa-haan mela-kukan kegiat an t anggung j awab sosial perusa-haan. Bent uk t anggung j awab sosial perusahaan yang dij alankan meliput i: per t ama, kegiat an kekeluargaan (116 perusahaan); kedua, sum-bangan pada lembaga agama (50 perusahaan); Ket i ga, sumbangan pada yayasan sosial (39) per-usahaan); dan keempat, pengembangan komuni-t as (4 perusahaan).12 Survei ini j uga mengemu-kakan, bahwa t anggung j awab sosial yang dila-kukan oleh perusahaan sangat t ergant ung pada keinginan dari pihak manaj emen perusahaan sendiri.

Pemerint ah Indonesia, melalui UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as Pasal 74, mewaj ibkan perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan at au berkait an dengan sum-ber daya alam melaksanakan t anggung j awab sosial dan lingkungan, t ermasuk melaporkan program t anggung j awab sosial t ersebut dalam laporan t ahunan. Hal ini harus dilakukan dan

11 www. menl h. go. i d, di akses t anggal 11 Juni 2011. 12 Suprapt o, Sit i Adipr ingadi Adiwoso, “ Pol a Tanggung

(3)

apabila kewaj iban ini t idak dilakukan, maka perseroan t ersebut akan dikenai sanksi sesuai dengan ket ent uan perundang-undangan. Pasal ini menimbulkan perdebat an t ent ang perlu t idak-nya t anggung j awab perusahaan diwaj ibkan me-lalui undang-undang, mengingat lemahnya pe-negakkan hukum di Indonesia secara umum.

At uran yang lebih t egas mengenai t ang-gung j awab perusahaan t erdapat dalam UU No. 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman Modal. Ke-t enKe-t uan Pasal 15 huruf b mengaKe-t ur bahwa seKe-t iap penanam modal berkewaj iban melaksanakan t anggung j awab sosial perusahaan, apabila t idak dilakukan, maka dapat akan dikenai sanksi mulai dari peringat an t ert ulis, pembat asan kegiat -an usaha, pembeku-an kegiat -an usaha d-an/ at au f asilit as penanaman modal, sampai pencabut an kegiat an usaha dan/ at au f asilit as penanaman modal.

Kedua ket ent uan undang-undang t ersebut membuat f obia sej umlah kalangan t erut ama pe-laku usaha lokal, apalagi adanya ket ent uan Pa-sal 74 Undang-undang Perseroan Terbat as yang t erdiri dari 4 ayat it u sempat mengundang pole-mik. Pro dan kont ra t erhadap ket ent uan t er-sebut masih t et ap berlanj ut sampai sekarang. Kelompok yang menolak mengaj ukan argument , bahwa perusahaan adalah organisasi pencari la-ba dan bukan person at au kumpulan orang se-pert i halnya dalam organisasi sosial. Perusahaan t elah membayar paj ak kepada negara dan oleh sebab it u, t anggung j awab perusahaan unt uk meningkat kan kesej aht eraan publik t elah diam-bil alih pemerint ah.13 Kelompok yang mendu-kung, berpendapat bahwa perusahaan t idak da-pat dipisahkan dari para individu yang t erlibat di dalamnya, yakni pemilik modal dan karya-wan. Oleh karena it u, perusahaan t idak boleh hanya memikirkan keunt ungan f inansial bagi perusahaan saj a, melainkan j uga harus memiliki kepekaan dan kepedulian t erhadap publik, khu-susnya masyarakat yang t inggal di sekit ar per-usahaan. Hal ini karena masyarakat adalah sum-ber dari segala sumsum-ber daya yang dimiliki dan

13 Pendapat yang kont r a ini dapat pul a dil i hat pada: P.

Bansal and T. Hunt er , “ St rat egi c Expl anat ions f or t he Earl y Adopt ion of ISO 14001” , Jour nal of Busi ness Et hi cs, Vol . 46, No. 3, 2008, hl m. 289–299.

direproduksi oleh perusahaan. Tanpa masyara-kat , perusahaan bukan saj a t idak akan berart i, melainkan pula t idak akan berf ungsi. Tanpa du-kungan masyarakat , perusahaan must ahil memi-liki pelanggan, pegawai dan sumber produksi lainnya yang berman-f aat bagi perusahaan.14

Perusahaan, sekalipun t elah membayar paj ak kepada negara, namun t idak berart i pula perusahaan t idak lagi bert anggung j awab t erha-dap kesej aht eraan publik. Pada negara yang ku-rang memperhat ikan kebij akan sosial (soci al pol i cy) at au kebij akan kesej aht eraan (wel f ar e pol i cy) yang menj amin warganya dengan berba-gai pelayanan dan skema j aminan sosial yang merat a, manf aat paj ak seringkali t idak sampai kepada masyarakat , t erut ama kelompok miskin dan rent an yang t idak memiliki posisi t awar yang kuat .15

Pembahasan

T riple Bot t om Line sebagai Pilar dari Tang-gung Jawab Sosial Perusahaan

Pendapat yang menyat akan bahwa t uj uan ekonomi dan t uj uan sosial suat u perusahaan adalah t erpisah dan bert ent angan adalah pan-dangan yang keliru. Perusahaan t idak berf ungsi secara t erpisah dari masyarakat sekit arnya. Fak-t anya, kemampuan perusahaan unFak-t uk bersaing sangat t ergant ung pada keadaan lokasi di mana perusahaan it u beroperasi. Oleh karena it u, pi-ramida t anggung j awab sosial perusahaan yang dikembangkan Archie B. Carrol harus dipahami sebagai sat u kesat uan. Konsep Piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol memberi j ust if ikasi t eorit is dan logis mengapa sebuah pe-rusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyara-kat di sekit arnya. Dalam pandangan Carrol, CSR adalah puncak piramida yang erat t erkait , dan bahkan ident ik dengan, t anggungj awab f ilant ro-pis. Piramida yang dikembangkan Carrol t erdiri dari empat t ingkat an yait u: t ingkat pert ama adalah t anggung j awab ekonomis. Kat a kuncinya

14 Ol iver Krackhar dt , “ Beyond t he Neem Tree Conf l i ct :

Quest ions of Corporat e Behaviour in a Gl obal i sed Worl d” , 21 New Zeal and Uni ver si t y Law Revi ew 347, June 2005, hl m. 347-355.

15 J. Crawf ord, “ Responsi bil it y t o t he Int ernat ional

(4)

adalah make a pr of it. Mot if ut ama perusahaan adalah mengha-silkan laba. Laba adalah f ondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai t ambah ekono-mi sebagai prasyarat agar per-usahaan dapat t erus hidup (sur vive) dan ber-kembang. Tingkat kedua adalah t anggung j awab legal. Kat a kuncinya adalah obey t he l aw. Peru-sahaan harus t aat hukum. PeruPeru-sahaan, dalam proses mencari laba, t idak boleh melanggar ke-bij akan dan hukum yang t elah dit et apkan peme-rint ah. Tingkat ket iga adalah t anggung j awab et is. Perusahaan memiliki kewaj iban unt uk menj alankan prakt ek bisnis yang baik, benar, adil dan f ai r. Norma-norma masyarakat perlu menj adi ruj ukan bagi perilaku organisasi per-usahaan. Kat a kuncinya adalah be et hi cal. Ting-kat keempat adalah t anggung j awab f ilant ropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, t aat hukum dan berperilaku et is, perusahaan j uga dit unt ut agar dapat memberi kont ribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyara-kat . Tuj uannya adalah unt uk meningmasyara-kat kan kua-lit as kehidupan semua. Kat a kuncinya adalah be a good ci t i zen. Para pemilik modal dan pegawai yang bekerj a di perusahaan memiliki t anggung j awab ganda, yakni kepada perusahaan dan ke-pada publik yang kini dikenal dengan ist ilah non-f i duci ar y r esponsi bi l i t y.

Tanggung j awab sosial perusahaan meru-pakan kepedulian perusahaan yang didasarkan pada t iga pilar dasar yang dikenal dengan ist ilah t r i pl e bot t om l i nes, yait u pr of i t, peopl e dan pl anet (3P).16Tr i pl e bot t om l ines art inya manu-sia at au f akt or somanu-sial, keunt ungan at au f akt or ekonomi, dan bumi at au f akt or lingkungan/ eko-logi, t et ap dalam keadaan seimbang; keadaan ideal yang diharapkan mendukung pembangu-nan berkelanj ut an. Pr of it, perusahaan t et ap ha-rus berorient asi unt uk mencari keunt ungan eko-nomi yang memungkinkan unt uk t erus berope-rasi dan berkembang. Peopl e, perusahaan harus memiliki kepedulian t erhadap kesej aht eraan manusia. Beberapa perusahaan mengembang-kan program t anggung j awab sosial perusahaan

16 C. L. Andersson and R. L. Bieni aszewska, Op. ci t. Li hat

pul a: W. Chappl e and J. Moon, ‘ Corporat e Social Responsibil it y (CSR) in Asia: A Seven Count ry St udy of CSR Web Sit e Report ing’ , Busi ness & Soci et y, Vol . 44, No. 4, 2005, hl m. 415–441.

sepert i pemberian beasiswa bagi pelaj ar sekit ar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehat an, penguat an kapasit as ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga set empat . Pl annet, bahwa perusahaan peduli t erhadap lingkungan hidup dan keberlanj ut an keragaman hayat i. Beberapa program t ang-gung j awab sosial perusahaan yang berpij ak pada prinsip ini biasanya berupa penghij auan ling-kungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwi-sat a (ekot urisme).17

Tanggung j awab sosial perusahaan yang meliput i f akt or prof it , peopl e dan pl anet ini pa-da pa-dasarnya dimaksudkan unt uk: mengut ama-kan/ melindungi kepent ingan umum; menganut kebij akan t idak merugikan pihak lain at au “ do no har m pol i cies”; melakukan kegiat an secara bert anggung j awab dan bukan sekedar bagi-bagi uang; melebihi persyarat an yang dit et apkan perat uran perundangan (beyond compl i ance).18 Cit ra perusahaan yang buruk dan sering dimun-culkan di media massa j elas t idak mendukung kelancaran operasional perusahaan dan bersif at kont ra-produkt if t erhadap upaya peningkat an produkt ivit as dan keunt ungan.

Perusahaan, saat ini semakin diakui seba-gai pelaku bisnis t idak akan bisa t erus berkem-bang j ika menut up mat a at au t idak peduli de-ngan sit uasi dan kondisi lingkude-ngan sosial t em-pat ia hidup. Penerapan t anggung j awab sosial perusahaan pun harus dipandang sebagai sebuah keharusan. Tanggung j awab sosial perusahaan adalah peran bisnis dan harus menj adi bagian dari kebij akan bisnis. Oleh karena it u, bisnis t i-dak hanya mengurus permasalahan laba, t et api j uga sebagai sebuah inst it usi pembelaj aran. Bis-nis harus mengandung kesadaran sosial t erhadap lingkungan sekit ar. Terdapat t iga t ingkat an mo-t ivasi perusahaan melakukan mo-t anggung j awab sosial yait u: t ahap pert ama adalah cor por at e char i t y, yakni dorongan amal berdasarkan mo-t ivasi keagamaan; mo-t ahap kedua adalah cor por

17 Loc. ci t .

18 Godwi n Li mberg, dkk, Bukan Hanya Laba Pr i nsi p-pr i nsi p

(5)

t e phi l ant r ophy, 19 yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan et ika universal unt uk menolong sesama dan memper-j uangkan pemerat aan sosial. Ide dibelakang cor -por at e phi l ant hr opy adalah aliansi ant ara unt uk keunt ungan dan bukan unt uk keunt ungan, di mana modal dapat digunakan unt uk keunt ungan dari organisasi yang t idak mencari keunt ungan. Suat u perusahaan, dengan demikian dapat me-ngait kan dirinya pada cor por at e phi l ant hr opy dan t idak bert anggung j awab sosial. Tahap ke-t iga adalah cor por at e cit i zenshi p, yait u mot ivasi kewargaan demi mewuj udkan keadilan sosial berdasarkan prinsip ket erlibat an sosial.

Penerapan Prinsip Tanggung Gugat dalam Pe-laksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai Kewaj iban Hukum

Tanggung j awab sosial perusahaan, seca-ra umum meliput i caseca-ra berusaha yang t seca- ranspa-ran dengan berdasarkan pada nilai-nilai et ika, kepat uhan t erhadap perat uran dan perundang-an dperundang-an menghargai, sert a menghormat i orperundang-ang lain, masyarakat dan lingkungan. Meskipun t er-dapat banyak def inisi yang berbeda sat u dengan yang lain, namun prinsip yang t erkan-dung di dalam t anggung j awab sosial perusaha-an ada-lah sama, yait u akunt abilit as; t ransparansi; pa-t uh pa-t erhadap perapa-t uran-perundangan, konvensi dan st andar int ernasional; dan menghormat i hak asasi manusia. Tulisan ini mengkaj i penerapan prinsip t anggung gugat yang berkait an dengan t anggung j awab sosial perusahaan, t ermasuk ke-pat uhan pada at uran. Apa perbedaan ant ara at uran dan prinsip? At uran yang t ert uang dalam perangkat hukum dikembangkan ant ara lain un-t uk mengaun-t ur kepenun-t ingan umum dan mengaun-t ur hubungan yang adil ant ara para pihak, sedang-kan prinsip mengandung unsur norma dan nilai dasar yang digunakan sebagai dasar unt uk me-ngarahkan t indakan. Terdapat pandangan bah-wa lebih mudah menerapkan dan menegakkan at uran daripada menerapkan prinsip. At uran di-nilai memberi kej elasan (ada pembat asan yang

19 St ef ano Zamagni and Henr y Schawal benberg, “ Rel igious

Val ues and Cor porat e Deci sion Making: An Economist ’ s Perspect ive” , For dham Jour nal of Cor por at e and Fi nanci al Law, 2006, hl m. 575-576.

j elas) dan ada sanksi apabila t erj adi pelanggar-an. Prinsip lebih menekankan pada kesadaran dan pengat uran diri. Sebaliknya, akan lebih sulit unt uk memant au dan memaksa pihak yang berniat kurang baik memat uhi at uran daripada mengat ur pihak yang mendasarkan t indakan pada prinsip-prinsip, karena didasarkan pada kesadaran dan pengat uran dirinya sendiri.

Diskursus mengenai perat uran ver sus prin-sip j uga muncul berkait an dengan penerapan t anggung j awab sosial perusahaan. Beberapa pihak t idak yakin bahwa penerapan t anggung j awab sosial perusahaan oleh perusahaan bisa diserahkan pada kesadaran dan et ika bisnis pe-rusahaan t ersebut . Mereka lebih mengut amakan penegakan at uran yang berlaku bagi perusahaan unt uk melindungi kepent ingan umum, sebalik-nya, sebagian pihak yang lain berpendapat bah-wa akan sulit unt uk memant au dan menegakkan semua at uran, sehingga lebih pent ing unt uk me-numbuhkan kesadaran agar perusahaan secara sukarela menj alankan t anggung j awab sosial-nya.20

Saat ini, belum ada kesamaan pandang mengenai konsep dan penerapan t anggung j a-wab sosial perusahaan, meskipun kalangan du-nia usaha menyadari, bahwa t anggung j awab so-sial perusahaan sangat pent ing bagi keberlan-j ut an usaha suat u perusahaan. Prakt ek t anggung j awab negara dipercaya menj adi landasan f un-dament al bagi pembangunan berkelanj ut an (sust ai nnabi l it y development), bukan hanya ba-gi perusahaan, t et api j uga baba-gi st akehol der s da-lam art i keseluruhan. Hal t ersebut t erlihat dari berbagai rumusan mengenai t anggung j awab sosial perusahaan. The Wor l d Busi ness Counci l f or Sust ai nabl e Devel opment (WBCSD) menye-but kan t anggung j awab perusahaan sebagai: “ …cont i nuing commit ment by busi ness t o beha-ve et hi cal l y and cont r i but e t o economi c debeha-ve- deve-l opment whi deve-l e i mpr ovi ng t he quadeve-l i t y of deve-l i f e of t he wor kf or ce and t hei r f ami l i es as whol e as of t he l ocal communi t y and soci et y at l ar ge” . John Elkingst on’ s menegaskan:

“ Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y i s a con-cept t hat or ganizat ion especi al l y (but not onl y) cor por at i ons, have an obl i gat i on t o

(6)

consi der t he i nt er est s of cust omer s, em-pl oyees, shar ehol der s, communit i es, and ecol ogi cal consi der at ions in al l aspect of t heir oper at i ons. Thi s obl i gat ion i s been t o ext end beyond t hei r st at ut or y obl i ge-t i on ge-t o compl y wige-t h l egisl age-t ion” .21

Penj elasan Pasal 15 huruf b Undang-un-dang Penanaman Modal (UUPM) mengat ur bah-wa yang dimaksud dengan t anggung j abah-wab sosial perusahaan adalah t anggung j awab yang mele-kat pada set iap perusahaan penanaman modal unt uk t et ap mencipt akan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat set empat . Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Perseroan Terbat as (UUPT) mengat ur bahwa t angung j awab sosial dan lingkungan adalah komit men perseroan un-t uk berperan serun-t a dalam pembangunan ekono-mi berkelanj ut an guna meningkat kan kualit as kehidupan dan lingkungan yang bermanf aat , baik bagi perseroan sendiri, komunit as set em-pat maupun masyarakat pada umumnya.

Beberapa pengert ian t anggung j awab so-sial perusahaan sepert i yang t elah dipaparkan di at as, belum t ampak adanya keseragaman at au-pun persamaan persepsi dan cara pandang me-ngenai t anggung j awab sosial perusahaan. Ke-t enKe-t uan dalam UUPM dan UUPT memiliki Ke-t iKe-t ik pandang yang berbeda dalam melihat t anggung j awab sosial perusahaan. UUPM lebih menekan-kan pada t anggung j awab sosial perusahaan se-bagai upaya perusahaan unt uk mencipt akan har-monisasi dengan lingkungan di mana ia berope-rasi, sedangkan UUPT j ust ru mencoba memisah-kan ant ara t anggung j awab sosial dengan t ang-gung j awab lingkungan. UUPM bert olak dari kon-sep t anggung j awab perusahaan yang meliput i aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (t r i ple bot t om l i ne). Namun demikian, keduanya mem-punyai t uj uan yang sama yait u mengarah pada t anggung j awab sosial perusahaan sebagai se-buah komit men perusahaan t erhadap pemba-ngunan ekonomi berkelanj ut an dalam upayan

21 John El kingt on, 2005, Canni bal s wi t h For ks, The Tr i pl e

Bot t om Li ne of Twent i et h Cent ur y Busi ness, dikut ip dar i Teguh Sri Pembudi , Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y, Sebuah Kehar usan dal am Invest asi Sosi al , Pusat Penyul uhan Sosi al (PUSENSOS) Depart emen Sosi al RI, Jakart a: La Tof i Ent erpr ise, 2005, hl m. 19.

meningkat kan kualit as kehidupan dan lingkung-an.

Berdasarkan berbagai pengert ian di at as, maka t anggung j awab sosial perusahaan meru-pakan komit men perusahaan t erhadap kepen-t ingan para st akehol der s dalam art i luas, t idak hanya sekedar kepent ingan perusahaan belaka. Dengan kat a lain, meskipun secara moral t uj uan dari perusahaan maupun penanam modal me-ngej ar keunt ungan, bukan berart i perusahaan at aupun penanam modal dibenarkan mencapai keunt ungan dengan mengorbankan kepent ingan-kepent ingan pihak lain yang t erkait . Tanggung j awab sosial sebagai sebuah kewaj iban dapat merubah cara pandang maupun perilaku dari pelaku usaha sehingga t anggung j awab sosial t idak hanya dimaknai sebagai sekedar t unt ut an moral an-si ch, namun j uga sebagai kewaj iban perusahaan yang harus dilaksanakan. Kesadaran ini memberikan makna bahwa perusahaan bukan lagi sebagai ent it as yang mement ingkan diri sendiri, alienasi dan/ at au eksklusivit as dari ling-kungan masyarakat , melainkan sebuah ent it as usaha yang waj ib melakukan adapt asi kult ural dengan lingkungan sosial. Oleh karena it u, t idak berkelebihan, apabila ke depan t anggung j awab sosial harus dimaknai bukan lagi hanya sekedar r esponsi bi l it y karena bersif at vol unt ar y, t et api harus dilakukan sebagai mandat or y dalam mak-na l i abi l i t y karena disert ai dengan sanksi.

(7)

diuj i oleh pengalaman dan pengalaman yang dikembangkan oleh akal.

Tanggung j awab sosial perusahaan dalam kont eks ini menimbulkan kewaj iban bert ang-gung j awab at as perint ah undang-undang dan memperbaiki at au sebaliknya memberi gant i ru-gi at as kerusakan apa pun yang t elah dit imbul-kan. Tanggung j awab sosial berada pada ranah moral, sehingga posisinya t idak sama dengan hukum. Moral dalam t anggung j awab sosial lebih mengarah pada t indakan lahiriah yang didasar-kan sepenuhnya dari sikap bat iniah, sikap inilah yang dikenal dengan “ moralit as” yait u sikap dan perbuat an baik yang bet ul-bet ul t anpa pamrih. Tanggung j awab hukum lebih menekankan pada kesesuaian ant ara sikap lahiriah dengan at uran, meskipun t indakan t ersebut secara obyekt if t i-dak salah, barang kali baik dan sesuai dengan pandangan moral, hukum, dan nilai-nilai budaya masyarakat . Namun demikian, kesesuaian saj a t idak dapat dij adikan dasar unt uk menarik suat u kesimpulan karena t idak t ahu mot ivasi at au maksud yang mendasarinya.22

Tanggung j awab sosial, apabila dihubung-kan dengan t eori t anggung j awab sosial dan ak-t iviak-t as perusahaan, maka lebih menekankan pa-da kepedulian perusahaan t erhapa-dap kepent ing-an st akehol der s dalam art i luas daripada kepe-dulian perusahaan t erhadap kepent ingan peru-sahaan belaka. Konsep t anggung j awab sosial le-bih menekankan pada t anggung j awab perusa-haan at as t indakan dan kegiat an usahanya yang berdampak pada orang-orang t ert ent u, masya-rakat dan lingkungan di mana perusahaan mela-kukan akt ivit as usahanya, sehingga t idak ber-dampak negat if pada pihak-pihak t ert ent u da-lam masyarakat . Hal ini, secara posit if mengan-dung makna bahwa perusahaan harus menj alan-kan kegiat annya sedemikian rupa sehingga da-pat mewuj udkan masyarakat yang lebih baik dan sej aht era.

Kondisi di Indonesia masih menghendaki adanya t anggung j awab sosial perusahaan seba-gai suat u kewaj iban hukum. Kesadaran akan

22 St ef ano Zamagni and Henr y Schawal benberg, “ Rel igious

Val ues and Cor porat e Deci sion Making: An Economist ’ s Perspect ive” , For dham Jour nal of Cor por at e and Fi nanci al Law, 2006, hl m. 575-576.

adanya t anggung j awab sosial masih rendah. Hal ini dibukt ikan dengan belum adanya kesadaran moral yang cukup dan bahkan seringkali t erj adi suat u yang diat ur saj a masih bisa dilanggar, apalagi apabila t idak diat ur. Hal ini disebabkan karena ket aat an orang t erhadap hukum masih sangat rendah. Tanggung j awab sosial lahir dari desakan masyarakat at as perilaku perusahaan yang mengabaikan lingkungan dan masyarakat sekit ar, sepert i: perusakan lingkungan, eksploi-t asi sumber daya alam, manipulasi paj ak, dan menindas buruh. Dit ambah lagi, kebanyakan pe-rusahaan j uga cenderung membuat j arak de-ngan masyarakat sekit ar. Jika sit uasi dan kondisi yang t erj adi masih sepert i ini, maka hukum harus berperan. Tanggung j awab sosial perusa-haan yang semula adalah t anggung j awab non-hukum (r esponsi bi l i t y) akan berubah menj adi t anggung j awab hukum (l i abi l it y). Ot omat is pe-rusahaan yang t idak memenuhi perundang-un-dangan dapat diberi sanksi.23

Pada dasarnya t anggung j awab sosial per-usahaan mengacu pada prinsip-prinsip t at a kelo-la yang baik (good gover nance), yait u prinsip akunt abilit as, t ransparansi, t aat hukum, dan part isipasi masyarakat . Prinsip-prinsip t at a ke-lola yang baik t idak hanya berlaku bagi per-usahaan, t et api berlaku bagi semua pihak. Pada t ingkat int ernasional, ada beberapa produk hu-kum int ernasional yang dikembangkan unt uk mendukung para pihak dalam menerapkan t ang-gung j awab sosial, sepert i gl obal r epor t i ng ini -t i t i ve, gl obal compac-t , UN Conf er ence on Tr a-de and Development.24 Inst rumen ini disebut co-de of conduct, yang hanya berisi prinsip-prinsip hukum saj a sert a bersif at sof t l aw. Prinsip yang t erkandung dalam inst rumen int ernasional t er-sebut meliput i menghargai hak asasi manusia25; melindungi hak buruh dan kondisi kerj a yang la-yak; t idak t erlibat dalam korupsi; memperhat i-kan aspek lingkungan hidup dalam beroperasi;

23

Loc. ci t .

24

Owen E. Herrnst adt , “ Ar e Int ernat ional Framework Agreement s a Pat h t o Corporat e Soci al Responsibil it y” ,

Uni ver si t y of Pennsyl vani a Jour nal of Busi ness and Empl oyment Law, Fal l 2007, hl m. 187

25 David Monsma, “ Equal Right s, Governance, and t he

(8)

sert a bert anggung j awab at as produk dan t ekno-logi yang digunakan.26 Selain prinsip, ada pula pengembangan inst rumen t anggung j awab sosial perusahaan per sekt or indust ri, misalnya sert if i-kasi oleh For est St ewar dshi p Counci l (FSC) un-t uk indusun-t ri perkayuan, Roundt abl e on Sust ai n-abl e Pal m Oi l (RSPO) unt uk indust ri kelapa sa-wit , Equat or Pr i nci pl e unt uk sekt or perbankan. Pedoman unt uk sekt or ini lebih t erinci, dan bia-sanya aspek int eraksi perusahaan dengan ling-kungan sosial dan alam disekit arnya lebih me-nonj ol.27

Sat u hal yang menarik adalah bahwa se-ringkali kepat uhan pada hukum dicant umkan sebagai salah sat u prinsip t anggung j awab so-sial. Kenyat aan bahwa diperlukan penegasan sepert i ini, menunj ukkan bahwa banyak pihak belum bert anggung j awab, karena it u seyogya-nya semua pihak harus memat uhi perat uran yang berlaku. Berdasarkan acuan ini dan penga-laman di lapangan dapat diident if ikasi prinsip-prinsip yang pent ing dalam mengembangkan t anggung j awab sosial yait u memat uhi perat ur-an yur-ang berlaku, akunt abilit as, t rur-ansparur-ansi, berperilaku et is (et hi cal behavi or), mengikut i norma dan konvensi int ernasional; menghargai hak azasi manusia, menghargai dan memper-hat ikan kepent ingan pihak lain, inklusif , meli-bat kan pihak-pihak dalam pelaksanaan t anggung j awab sosial perusahaan, adapt if dan prof esio-nal dalam melaksanakan t anggung j awab sosial perusahaan.

Tanggung gugat mengandung berbagai makna. Tanggung gugat seringkali digunakan sinonim dengan bert anggung j awab, t et api lebih menekankan kewaj iban unt uk menj awab/ men-j elaskan perbuat an, penegakan at uran, dan/ at au siap menerima hukuman at as perbuat an yang salah. Tanggung gugat merupakan salah sa-t u konsep pensa-t ing dalam diskusi sa-t ensa-t ang sa-t asa-t a kelola yang baik dan berkait an dengan dunia swast a dan pemerint ahan.

26 Surya Deva, “ Sust ai nabl e Good Governance and

Corpo-rat ion: An Anal ysi s of Asymmet ries” , Geor get own Int er -nat i onal Envi r onment al Law Revi ew, Summer 2006, hl m. 735-740.

27 J. Korhonen, “ On t he Et hics of Soci al Responsi bil i t y–

Consi dering t he Paradigm of Indust r ial Met abol i sm” ,

Jour nal of Busi ness Et hi cs. Vol . 48, 2008, hl m. 301–315.

Tanggung gugat didef inisikan sebagai A bert anggung gugat t erhadap B ket ika A waj ib unt uk menginf ormasikan kepada B t ent ang t in-dakan dan keput usannya (yang lalu at au yang akan dat ang), menj elaskan alasan/ j ust if ikasi dan siap menerima hukuman apabila melanggar. Berkait an dengan kepemimpinan, t anggung gu-gat adalah sikap mengakui dan menerima t ang-gung j awab at as t indakan, produk, keput usan dan kebij akan t ermasuk administ rasi, t at a kelo-la dan implement asi berkait an dengan peran a-t au posisi j abaa-t an dan melipua-t i kewaj iban una-t uk melaporkan, menj elaskan dan bert anggung j a-wab at as akibat yang t imbul.

Pelaksanaan akunt abilit as sering mengha-dapi beberapa masalah, sepert i: perusahaan t i-dak bert anggung gugat at as operasinya; siapa pihak yang menent ukan, apakah perusahaan at au pihak lain, sudah cukup bert anggung gu-gat ? St andar apa yang dipakai?; perusahaan ha-rus bert anggung gugat kepada siapa? Pemegang saham, pemerint ah nasional, pemerint ah dae-rah, masyarakat mana?; t idak seimbangnya pe-nerapan prinsip t anggung gugat ; mengapa hanya perusahaan yang dit unt ut bert anggung gugat ? apakah pihak lain t idak perlu bert anggung gu-gat ?. Dalam melaksanakan t anggung j awab so-sial perusahaan, para pihak harus bert anggung gugat at as rencana, kegiat an, dan dampak t in-dakan seluruh kegiat annya dengan mengguna-kan st andar dan t olok ukur yang j elas dan me-nyebarkan inf ormasi secara t ransparan kepada pihak lain.

Kesulit an yang dihadapi perusahaan da-lam penerapan prinsip t anggung gugat meli-put i:28 Per t ama, sebuah perusahaan yang bero-perasi di dekat kawasan konservasi diwaj ibkan berperan sert a dalam menj aga kelest arian ka-wasan konservasi t ersebut . Namun pada kenya-t aan, perusahaan kenya-t idak berbuakenya-t sesuakenya-t u unkenya-t uk kawasan t ersebut , bahkan membiarkan kegiat an perusahaan merusak kawasan. Kendalanya ada-lah kewenangan perusahaan yang t idak j elas/ t egas dalam ikut mengamankan kawasan konser-vasi di sekit arnya sert a pihak berwenang t idak mendukung at au mendorong perusahaan agar

(9)

dapat berperan sert a dalam pengamanan kawa-san konservasi. Kedua, perusahaan yang menye-barkan inf ormasi t ent ang operasional perusaha-an melalui berbagai media umum memberi gam-baran yang posit if . Namun gamgam-baran ini t idak mencerminkan sepenuhnya pelaksanaan di la-pangan at au kesulit an yang dialami dalam me-laksanakan t anggung j awab sosial perusahaan. Salah sat u masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah sumber inf ormasi sat u-sat unya sebagian pihak t erbat as pada inf ormasi resmi perusaha-an. Sebagian pihak yang lebih menget ahui kon-disi riil t idak dapat menyalurkan inf ormasi ini pada media umum. Ket i ga, pada saat t erj adi masalah, perusahaan induk dan kont rakt ornya saling lempar t anggung j awab. Maka muncul pert anyaan siapa yang sebenarnya bert anggung j awab? Bagaimana menilai apakah t unt ut an pi-hak lain t erhadap perusahaan (at au organisasi lain) it u sesuai at au berlebihan? Apa yang men-j adi t olok ukur yang bisa dit erima semua pihak, misalnya unt uk menj aga baku mut u lingkungan digunakan t olok ukur yang dapat diukur secara j elas meski belum t ent u dipahami at au dit erima oleh masyarakat . Keempat , kadang-kadang se-t elah perusahaan mendapase-t kan penghargaan, semangat unt uk mempert ahankan prest asi me-nurun, sedangkan pihak yang memberi penghar-gaan t idak melakukan evaluasi lanj ut an unt uk menilai apakah si penerima penghargaan bisa t et ap mempert ahankan prest asinya.

Beberapa dampak ket ika prinsip t anggung gugat t idak dit erapkan ant ara lain:29 Per t ama, merugikan pihak lain. Perusahaan, apabila t idak bert anggung gugat at as seluruh operasi, bisa t erj adi perusahaan memperoleh keunt ungan be-sar, sedangkan dampak negat if dari operasi yang t idak bert anggung gugat t erasa oleh dan di bebankan kepada pihak lain, misalnya pengga-lian bat u bara yang ceroboh menyebabkan t er-cemarnya air bersih yang dibut uhkan masyara-kat sekit ar.

Kedua, operasional perusahaan t ergang-gu. Perusahaan, apabila kurang bert anggung gu-gat , kemungkinan besar pada suat u ket ika pihak lain akan menunt ut mereka unt uk lebih

29 Ibi d.

t anggung gugat . Tunt ut an ini bisa dengan ber-bagai cara, t ermasuk yang mengganggu ope-rasional perusahaan at au berdampak negat if pa-da cit ranya, sepert i pencemaran sumber air oleh kegiat an perusahaan sering mengakibat -kan masyarakat t erkena dampaknya melaku-kan demonst rasi dengan menghent ikan seluruh ke-giat an perusahaan unt uk menunt ut perbaikan mut u lingkungan.

Ket i ga, kepercayaan pihak lain (invest or dan/ at au masyarakat ) t erhadap perusahaan me-nurun. Perusahaan, apabila di salah sat u bagian-nya t erdapat t indakan yang kurang bert anggung gugat , dapat mengakibat kan pihak lain bera-sumsi bahwa secara keseluruhan perusahaan ku-rang bert anggung j awab. Kepercayaan invest or yang menurun, dan ket ika masyarakat kurang percaya pada suat u perusahaan, penj ualan pro-duk at au j asa bisa menurun.

Keempat , pihak lain t idak t urut bert ang-gung gugat , sehingga sulit unt uk mendorong perusahaan beroperasi lebih baik. Pemerint ah yang t idak menj alankan f ungsi sebagaimana mest inya (kurang/ t idak bert anggung gugat ), akan lemah posisinya pada saat harus menunt ut t anggung j awab pihak lain.

Beberapa cara menerapkan prinsip t ang-gung gugat ant ara lain:30 Per t ama, pemant auan pelaksanaan t anggung j awab sosial perusahaan. Salah sat u pendekat an yang dapat dikembang-kan adalah pemant auan program t anggung j a-wab sosial perusahaan secara part isipat if . Pihak yang berkepent ingan langsung (perusahaan, pe-merint ah set empat dan masyarakat set empat ) bersama-sama mengembangkan t uj uan program t anggung j awab sosial perusahaan, indikat or yang hendak dipakai dan mekanisme pelaksana-an pempelaksana-ant aupelaksana-an. Pempelaksana-ant aupelaksana-an part isipat if secara t erat ur dapat mengurangi t unt ut an berkelebih-an t erhadap program t berkelebih-anggung j awab sosial perusahaan dan lebih menj amin pelaksanaan t anggung j awab sosial perusahaan yang ef ekt if dan ef isien.

Kedua, ket erlibat an pihak independen. Hal ini dapat dilakukan dengan secara berkala mengundang pihak independen (dengan reput asi

(10)

baik) unt uk melakukan evaluasi t erhadap seba-gian at au seluruh program t anggung j awab so-sial perusahaan. Penilaian keberhasilan oleh pihak yang independen dapat meningkat kan ke-percayaan pihak lain t ent ang kesungguhan pe-rusahaan dalam menj alankan t anggung j awab sosial perusahaan. Keunt ungan lainnya adalah bahwa evaluasi ini dapat memberikan masukan/ krit ikan yang membangun kepada perusahaan karena masyarakat dan pihak lain di luar per-usahaan kemungkinan t idak sungkan membe-rikan pendapat kepada pihak yang dianggap t i-dak punya kepent ingan t erhadap at au hubungan dengan perusahaan. Pendekat an ini dapat dilak-sanakan dengan baik dan diperlukan pemaha-man t ent ang t anggung j awab sosial perusahaan dari semua pihak, bukan hanya di pihak perusa-haan. Ini berkait an dengan pert anyaan siapa akan memilih pihak ket iga unt uk ikut t erlibat , bagaimana menanggung biaya ket erlibat an pi-hak ket iga dan penerimaan hasil pipi-hak ket iga. Misalnya, kaj ian menunj ukkan perusahaan cu-kup bert anggung gugat , namun ada pihak lain yang t idak t urut bert anggung gugat . Apakah pihak lain it u siap unt uk int rospeksi dan mela-kukan perbaikan sebagai bukt i t anggung j awab-nya, at au lebih memilih unt uk t et ap menyalah-kan perusahaan?

Ket i ga, sat u st andar unt uk perusahaan in-duk dan kont rakt or. Hal ini dilakukan agar t idak t erj adi saling melempar t anggung j awab. Pe-rusahaan induk t idak cukup mengembangkan t anggung j awab sosial perusahaan hanya di da-lam perusahaan sendiri, namun sej ak awal se-baiknya mendorong perusahaan kont rakt ornya unt uk mengikut i st andar yang sama dan ber-t anggung j awab aber-t as penerapan ber-t anggung j awab sosial perusahaan di perusahaannya. Keempat , penyebaran inf ormasi t ent ang program t ang-gung j awab sosial perusahaan. Perusahaan induk dapat menyebarluaskan inf ormasi t ent ang st an-dar yang dit erapkan dan st anan-dar t ersebut j uga berlaku bagi kont rakt ornya unt uk mendorong kont rakt or menggunakan st andar yang sama.

Kel i ma, akunt abilit as dalam penyebaran inf ormasi. Penyebaran inf ormasi t ent ang pelak-sanaan t anggung j awab sosial di suat u perusa-haan harus dilakukan secara bert anggung j awab

pula, sesuai kenyat aan dan dengan menj elaskan baik hal posit if maupun negat if nya. Hal ini akan meningkat kan kepercayaan pihak lain t erhadap inf ormasi yang disampaikan dan mengurangi kesalahpahaman.

Keenam, mendorong pihak lain unt uk t u-rut bert anggung gugat . Kepent ingan t erhadap lingkungan alam merupakan kepent ingan umum, dan t idak cukup hanya perusahaan yang ber-t anggung gugaber-t aber-t as dampaknya ber-t erhadap ling-kungan hidup. Semua pihak, baik pemerint ah maupun masyarakat harus ikut mengambil peran dalam menj aga lingkungan hidup. Perusahaan dapat menj adi pelopor dalam kegiat an lingkung-an, t idak hanya pada operasinya t et api j uga de-ngan mengaj ak kom-ponen masyarakat madani lain unt uk melakukan t indakan nyat a unt uk menj aga dan memperbaiki lingkungan hidupnya.

Penut up Simpulan

Penerapan prinsip t anggung gugat dalam pelaksanaan t anggung j awab sosial perusahaan dalam rangka implement asi t r i pl e bot t om l i ne di Indonesia belum menggunakan st andar dan paramet er yang j elas dan obj ekt if , karena be-lum mengakomodasi kepent ingan para st akehol -der secara seimbang, yait u kepent ingan perusa-haan/ penanam modal, kepent ingan pemerint ah dan kepent ingan masyarakat sekit ar. St andar dan paramet er yang digunakan selama ini lebih banyak mengunt ungkan pihak perusahaan dalam meng-ambil keunt ungan yang sebesar-besarnya dari beroperasinya perusahaan. Penerapan prin-sip t anggung gugat ini masih dirasa sulit karena belum ada at uran hukum yang j elas.

Saran

(11)

Daft ar Pust aka

Abbot t W. F. and R. J. Monsen. “ On t he Measure-ment of Corporat e Social Responsibilit y” . Academy of Management Jour nal, Vol. 22, No. 3, 2007;

Andersson C. L. and R. L. Bieniaszewska. “ The Role of Corporat e Social Responsibilit y in An Oil Company’ s Expansion Int o New Territ ories” . Cor por at e Soci al Responsi -bi l i t y and Envir onment al Management, Vol. 12, No. 1, 2008;

Bansal, P. and T. Hunt er, “ St rat egic Explana-t ions f or Explana-t he Early AdopExplana-t ion of ISO 140-01” . Jour nal of Busi ness Et hi cs, Vol. 46, No. 3, 2008;

Belal, A. R. ; N. A. Khan, and S. A. Alam, “ Indus-t rial PolluIndus-t ion and Indus-t he EnvironmenIndus-t in Bangladesh: An Overview” . Asi an Jour nal of Envi r onment al Management, Vol. 6, No. 2, 2008;

Berg N. and D. Holt brugge. “ Public Af f airs Mana-gement Act ivit ies of German Mult inat ional Corporat ions in India” . Jour nal of Busi -ness Et hi cs, Vol. 30, 2009;

Chapple, W. and J. Moon. “ Corporat e Social Res-ponsibilit y (CSR) in Asia: A Seven Count ry St udy of CSR Web Sit e Report ing” . Busi ness & Societ y, Vol. 44, No. 4, 2005;

Crawf ord, J. “ Responsibilit y t o t he Int ernat ional Communit y As a Whole” . 8 Indi ana Jour -nal of Gl obal Legal St udies (INJGLS) 2007; Deva, Surya. “ Sust ainable Good Governance and Corporat ion: An Analysis of Asymmet -ries” . Geor get own Int er nat ional Envi r on-ment al Law Revi ew, Summer 2006;

Elkingt on, John. 2005. Canni bal s wit h For ks, The Tr i pl e Bot t om Li ne of Twent iet h Cent ur y Busi ness, dikut ip dari Teguh Sri Pembudi, Cor por at e Soci al Responsi bi l it y. Sebuah Keharusan dalam Invest asi Sosial, Pusat Penyuluhan Sosial (PUSENSOS) Depart e-men Sosial RI, Jakart a: La Tof i Ent erprise;

Herrnst adt , Owen E. “ Are Int ernat ional Frame-work Agreement s a Pat h t o Corporat e Social Responsibilit y” . Univer sit y of Pen-nsyl vani a Jour nal of Business and Empl oy-ment Law, Fall 2007;

Korhonen, J. “ On t he Et hics of Social Respon-sibilit y–Considering t he Paradigm of Indus-t rial MeIndus-t abolism” . Jour nal of Busi ness Et hi cs. Vol. 48, 2008;

Krackhardt , Oliver. “ Beyond t he Neem Tree Conf lict : Quest ions of Corporat e Behavi-our in a Globalised World” . 21 New Zea-l and Uni ver sit y Law Review 347, June 2005;

Limberg, Godwin. dkk, Bukan Hanya Laba Pr i n-si p-pr i nn-si p Bagi Per usahaan Unt uk Mel ak-sanakan Tanggung Jawab Sosi al, Bogor: Cent er f or Forest ry Reseach (CIFOR); Monsma, David. “ Equal Right s, Governance, and

t he Environment : Int egrat ing Environment Just ice Principles in Corporat e Social Responsibilit y” . Ecology Law Quar t er l y, 2006;

Paine, L. “ Managing f or Organisat ional Int egri-t y” , Har var d Busi ness Review, Vol. 72 No. 2, 2010;

Park Nilouf ar A. and Carmen M. But ler. “ Mayday Payday: Can Corporat e Social Respon-sibilit y Save Payday Lenders” . Rut ger s Jour nal of Law & Ur ban Pol i cy, Fall, 2005; Suprapt o, Sit i Adipringadi Adiwoso. “ Pola

Tang-gung Jawab Sosial Perusahaan Lokal di Jakart a” . Gal ang, Vol. 1 No. 2, Januari 2006;

Tanudj aj a, Bing Bedj o. “ Perkembangan Corpo-rat e Social Responsibilt y di Indonesia” . Jur nal Ni r mana, Vol. 8 No. 2 Juli 2006; Zamagni, St ef ano. and Henry Schawalbenberg.

Referensi

Dokumen terkait

Secara ontologis, aliran ini bersifat critical realism yang memandang realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila suatu

Hal tersebut menunjukan bahwa kredibilitas dari pagelaran bajidoran berpengaruh terhadap minat mahasiswa dalam mengikuti atau menyaksikan pagelaran bajidoran

menunjukkan bahwa nilai tambah EVA tidak semata-mata mempengaruhi dalam mengukur tindakan manajerial untuk memaksimalkan kemakmuran (kekayaan) para pemegang saham, serta

1. Untuk mengetahui bagaimana proses yang dilakukan dalam pembelajaran materi himpunan dengan metode kooperatif tipe TAI. siswa kelas VII A SMP

Pada penelitian ini optimalisasi dalam penanganan gangguan jaringan distribusi listrik diimplementasikan kedalam sebuah model sistem dengan menerapkan neural

Perancangan sentral industri kreativ kulit memberikan fasilitas dan sarana edukasi dan rekreativ yang menjadi ruang penyamakan kulit, pusat produksi 1 untuk mengelola kulit

Dalam merancang alat penyimpan dan pendingin susu dengan memanfaatkan sumber energi dari biogas ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan, diantaranya

[r]