• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DISERTAI TEKNIK DIAGRAM VEE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK MATERI FUNGI KELAS X MAN 2 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DISERTAI TEKNIK DIAGRAM VEE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK MATERI FUNGI KELAS X MAN 2 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Biologi

Oleh :

AMANDA DIAH PANGESTIKA 1311060152

Jurusan : Pendidikan Biologi

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Biologi

Oleh :

AMANDA DIAH PANGESTIKA 1311060152

Jurusan : Pendidikan Biologi

Pembimbing I : Dr. Nanang Supriadi, M.Sc Pembimbing II : Laila Puspita, M.Pd.

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(3)

ii

KELAS X MAN 2 BANDAR LAMPUNG Oleh :

Amanda Diah Pangestika

Biologi merupakan pelajaran yang mengkaji tentang makhluk hidup dan komponen penyusun kehidupan. Guru Biologi harus bisa mengkomunikasikan pengetahuannya, mengajak peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam pelajaran serta dapat berinteraksi kepada sesama peserta didik, agar tercapainya tujuan pembelajaran. Kesulitan peserta didik mengungkapkan buah pikiran, kurangnya model pembelajaran yang menarik, aktif dan inovatif membuat peserta didik sukar dalam pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran creative peroblem solving disertai teknik diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik materi fungi kelas X MAN 2 Bandar Lampung.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian, seluruh kelas X MAN 2 Bandar Lampung. Sampel yang digunakan, kelas X Mia 3 dan X Mia 4. Teknik pengumpulan data menggunkan tes. Data-data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji normalitas, homogenitas dan uji t.

Berdasarkan hasil uji normalitas, Lhitung < Ltabel yaitu 0,1225 < 0,161 maka data berdistribusi normal sehingga H0 diterima. Uji homogenitas yaitu Fhitung < Ftabel maka 1,74 < 1.8608 sehingga H0 diterima, artinya data memiliki varians homoge. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t yaitu thitung 5,490 dan ttabel 2,001 maka thitung > ttabel, 5,490 > 2,001 sehingga dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka menunjukkan bahwa penggunaan model creative problem solving disertai teknik diagram vee memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa : Terdapat pengaruh model pembelajaran creative problem solving disertai teknik diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi fungi di MAN 2 Bandar Lampung.

(4)
(5)
(6)

v

ِ بِّ أَر أَ أَم نۡ أَر اْاوُج نۡزأَيأَو

يِوأَت نۡسأَي نۡ أَه

أَ يِذمَّٱ

أَو أَووُمأَ نۡ أَي

أَ يِذمَّٱ

اْاوُٱاْوُ ُزمَّكأَذأَتأَي اأَممَّنِإ ۗأَووُمأَ نۡ أَي أَلَ

ِ َٰأَ نۡٱأَ نۡٱ

) (9

(7)

vi

hidayahNya yang senantiasa diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Penulis mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan kasih sayang

penulis kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Parso dan Ibunda Siti Rahayu yang

memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, dukungan dan tiada

henti-hentinya mendoakanku dan menuntun langkahku hingga tercapainya

cita-citaku.

2. Kakakku Muhammad Wahid Hasyim dan Embakku Sitatun yang selalu

menyemangatiku, memberikan do’a, dukungan dan motivasi yang

membuatku semangat untuk menggapai cita-cita serta meraih kesuksesan,

canda tawa, kasih sayang dan persaudaraan yang selama ini terpatri, semoga

kita bisa membuat orang tua kita selalu tersenyum bahagia.

3. Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku, memotivasiku Mbak Sri Ardel,

Ma’rifatul Janah, Eka Yulianti, Cika D.S, Teguh, Fitria, Mbak Kiki A.W.P,

Indri Anggraeni, Keluargaku Biologi’De dan yang tak mungkin disebutkan

satu persatu yang selalu ada disaat suka dan duka.

4. Almamaterku Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Jurusan Pendidikan Biologi yang telah

(8)

vii

Bangun Sari, Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Lahir dari Ibu bernama

Siti Rahayu pasangan dari Bapak Parso putri ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar

Negeri (SDN) Bangun Sari 2 tamat dan berijazah pada tahun 2006. Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Abung Surakarta tamat dan berijazah

pada tahun 2009, selama menepuh pendidikan menengah pertama penulis aktif dalam

kegiatan Rohis dan Pramuka. Sekolah Menengah Atas (SMA) SMK N 1 Abung

Surakarta tamat dan berijazah pada tahun 2012, selama menempuh pendidikan

menengah atas penulis aktif dalam kegiatan Rohis.

Kemudian pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan

Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Raden Intan Lampung. Pada bulan Agustus 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di desa Ambarawa Timur, Kecamatan Ambarawa Kabupaten

Pringsewu. Penulis melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MAN 2

(9)

viii Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh.

Teriring salam dan doa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayahNya kepada kita. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umat yang senantiasa

istiqomah melaksanakan sunah-sunah Beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) Disertai Teknik Diagram Vee Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Materi Fungi Kelas X MAN 2 Bandar

Lampung dapat terselesaikan dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd selaku ketua jurusan prodi Biologi.

3. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku pembimbing I, dan Ibu Laila

Puspita, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberi

(10)

ix

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik

dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

6. Bapak Samsurizal, SPd, M.Si selaku kepala sekolah MAN 2 Bandar

Lampung yang telah memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan

dan Ibu Nurul Hamidah, S.Pd selaku guru Biologi yang telah banyak

membantu selama penulis mengadakan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku, teman-teman seperjuangan, teman-teman kelas, KKN,

PPL, dan Kompre, disinilah tempat penulis banyak belajar dan menemukan

saudara dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhirnya, dengan iringan terimakasih penulis memanjatkan do’a kehadirat Allah

SWT, semoga semua bantuan, bimbingan, Bapak, Ibu, serta teman-teman yang telah

diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dari Allah SWT semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umunya.

Aamiin.

Bandar Lampung, Desemberuhuy2018 Penulis

(11)

x

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

RIWAYAT HIDUP ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 13

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving ... 15

1. Pengertian Model Creative Problem Solving... 15

2. Sintaks Model Creative Problem Solving ... 19

3. Kelemahan dan Kelebihan Model Creative Problem Solving ... 22

B. Teknik Diagram Vee ... 23

1. Pengertian Diagram Vee ... 23

(12)

xi

1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif ... 29

2. Teori-Teori Berpikir Kreatif ... 31

3. Ciri-ciri Keterampilan Berpikir Kreatif ... 33

4. Prinsip-prinsip Berpikir Kreatif ... 35

D. Hakikat Pembelajaran Biologi ... 36

1. Hakikat Biologi ... 36

2. Tujuan Pembelajaran Biologi ... 39

3. Fungi ... 40

E. Kerangka Pemikiran ... 47

F. Penelitian Relevan ... 49

G. Hipotesis ... 50

1. Hipotesis Penelitian ... 51

2. Hipotesis Statistik ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

B. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... 52

C. Variabel Penelitian ... 53

D. Definisi Operasiaonal ... 54

E. Populasi dan Sampel ... 55

1. Populasi ... 55

2. Sampel ... 56

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 56

F. Prosedur Penelitian ... 57

1. Tahap Persiapan ... 57

(13)

xii

I. Analisis Uji Instrumen ... 60

1. Uji Validitas Instrumen ... 60

2. Uji Reabilitas ... 63

3. Uji Tingkat Kesukaran ... 65

4. Daya Beda ... 66

J. Teknik Analisis Data ... 69

1. Uji Normalitas ... 69

2. Uji Homogenitas... 70

3. Uji Hipotesis Statistik ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73

1. Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74

2. Nilai Hasil Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Perindikator ... 75

3. Analisis Data Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 78

B. Pembahasan ... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 94

C. Penutup ... 95

(14)

xiii

1 Hasil Observasi Awal Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X

MAN 2 Bandar Lampung ... 5

2 Desain Penelitian ... 53

3 Data Jumlah Peserta Didik Kelas X MAN 2 Bandar Lampung ... 55

4 Jumlah Sampel Kelas X MIA 3 dan X MIA 4... 56

5 Hasil Validitas Uji Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 63

6 Kriteria Reliabilitas ... 64

7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 65

8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Berpikir Kreatif Valid ... 66

9 Uji Daya Beda ... 67

10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 68

11 Hasil Nilai Postes Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74

12 Persentasi Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Perindikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76

13 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79

14 Hasil Uji Homogen Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80

(15)

xiv

1 Diagram Vee ... 27

2 Kerangka Pemikiran ... 48

3 Diagram Nilai Keterampilan Berpikir Kreatif ... 75

(16)

xv

1. Profil Sekolah ...97

2. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen X MIA 4 ...102

3. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol X MIA 3 ...103

4. Silabus Kegiatan Peminatan Matematika Dan Ilmu-Ilmu Alam Mata Pelajaran Biologi SMA/MA ...104

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen...108

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ...120

7. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ...131

8. LKK 1 ...141

9. Diagram Vee ...143

10.LKK 2 ...144

11.Diagram Vee ...146

12.Foto-Foto Kelas Eksperimen ...147

13.Foto-Foto Kelas Kontrol ...151

14.Uji Validitas Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ...154

15.Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ...155

16.Uji Tingkat Kesukaran ...156

17.Uji Daya Pembeda ...157

18.Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...158

19.Uji Normalitas Kelas Kontrol ...159

20.Uji Homogenitas ...160

21.Uji t Independent ...161

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji tentang makhluk

hidup dan komponen penyusun kehidupan. Menurut Nuryani, seorang guru Biologi

harus mengetahui prinsip Biologi yakni dapat berkomunikasi dengan alam terutama

makhluk hidup, gejala dan ciri hidup serta bisa merencanakan dan melakukan

persiapan-persiapan untuk mengajarkan pelajaran Biologi.1 Guru Biologi harus bisa

mengkomunikasikan pengetahuannya, mendemonstrasikan materi ajar agar konsep

pelajaran bisa dicapai, dan guru bisa mengajak peserta didiknya untuk aktif dalam

pelajaran dan dapat berinteraksi kepada sesama peserta didik. Dengan adanya

komunikasi ini maka proses pembelajaran dapat berlangsung. Karena proses

pembelajaran membutuhkan adanya interaksi timbal balik antara pendidik dan peserta

didik sehingga tercipta suasana belajar yang aktif.

Pembelajaran adalah mampu memberikan efek positif kepada peserta didik

dalam memaknai proses pembelajaran agar peserta didik bisa memiliki motivasi yang

tinggi dalam belajar, belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh

semangat, antusias, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.

Proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, peserta

1

(18)

didik, kurikulum, sarana dan prasarana, guru mempunyai tugas untuk memilih model

dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang di sampaikan demi

tercapainya tujuan pendidikan.2 Tanpa adanya hal-hal tersebut maka tidak akan

tercapai tujuan dari pembelajaran. Seperti sebelum melakukan pembelajaran, guru

harus sudah mempersiapkan diri, materi yang akan disampaikan, serta rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan di ajarkan kepada peserta didik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan

yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual

dan faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial.3 Faktor individual

antara lain : faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan

faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor

keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang

dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan

motivasi sosial. Faktor guru dan cara mengajarnya termasuk di dalamnya yaitu model

pembelajaran.

Joyce dan Weill berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (pembelajaran

jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain.4 Adanya model dalam pembelajaran akan

mempermudah guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan terstruktur yang

2Ibid.

h. 26

3

Purwanto, N. Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 123

4

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(19)

menarik minat peserta didik untuk ingin tahu lebih dalam materi pelajaran sehingga

dengan model tersebut dapat dilihat peserta didik yang aktif atau yang pasif dalam

pelajaran. Model-model pengajaran tersebut dirancang dengan tujuan untuk

pengajaran konsep-konsep informasi, cara-cara berpikir, nilai-nilai sosial, dan

sebagainya dengan meminta peserta didik untuk terlibat aktif dalam tugas-tugas

kognitif dan sosial tertentu.5

Untuk mengetahui keadaan sekolah yang akan diteliti, maka peneliti

melakukan observasi ke sekolah. Sekolah tersebut adalah MAN 2 Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, di MAN 2 Bandar Lampung

pada tanggal 18 Mei 2017, peneliti melihat bahwa proses pembelajaran terlihat cukup

efektif, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah diskusi. Pada

observasi kedua pada tanggal 23 Mei 2017, peneliti melakukan observasi lagi,

peneliti melihat bahwa guru menggunakan metode diskusi juga dengan materi yang

berbeda.

Saat observasi pertama peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Dra. Eny

Supriati selaku guru mata pelajaran biologi MAN 2 Bandar Lampung yaitu:6

1. Guru lebih sering menggunakan pembelajaran dengan metode diskusi

2. Keterampilan berpikir kreatif peserta didik sebagian sudah cukup baik dan

sebagiannya lagi belum baik.

5Ibid,

73

6

(20)

3. Saat pembelajaran keterampilan berpikir peserta didik berubah-ubah sesuai

kondisi lingkungan peserta didik, terkadang peserta didik kreatif dalam

pembelajaran dan terkadang juga kurang kreatif.

4. Belum pernah melakukan penilaian keterampilan berpikir kreatif peserta

didik, pengambilan nilai biasanya dilakukan dengan melihat keaktifan

peserta didik dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.

Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk mengembangkan atau

menemukan ide yang asli. Kemampuan untuk berpikir kreatif sangat dibutuhkan

untuk menghadapi berbagai masalah. Indikator untuk mengukur keterampilan

berpikir kreatif peserta didik yaitu: memprediksi, menemukan sebab-sebab, menerka

akibat dari suatu sebab kejadian dan bertanya.

Kegiatan belajar mengajar di kelas sebagian besar peserta didik masih

mengalami kesulitan mengungkapkan buah pikirannya secara verbal dan tertulis,

selama pembelajaran berlangsung ada peserta didik yang aktif dan banyak pula

peserta didik yang pasif. Peserta didik hanya mendapatkan informasi dari guru tanpa

mengembangkan kreativitasnya. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik kurang

aktif serta mudah merasa jenuh dalam proses pembelajaran.

Guru sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas.

Guru harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi peserta didiknya. Guru

harus mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna dan dapat

mengelola sumber belajar yang di perlukan. Di sisi lain, peserta didik harus terlibat

(21)

sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil

perolehannya secara komunikatif. Mereka di bimbing agar mampu menentukan

kebutuhannya, menganalisis informasi yang diterima, serta menyeleksi dan memberi

arti pada informasi baru.

Peneliti melakukan tes keterampilan berpikir kreatif kepada peserta didik

untuk mengetahui apakah peserta didik di MAN 2 Bandar Lampung memiliki

keterampilan berpikir kreatif yang tinggi atau rendah. Soal atau tes yang diberikan

berupa soal esai, sebanyak 6 soal. Soal-soal tersebut di ambil dari hasil penelitian Ana

Lizia Latifah, kemudian digunakan oleh peneliti untuk mengetahui keterampilan

berpikir kreatif peserta didik di sekolah tersebut.

Tabel 1

Hasil Observasi Awal Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X MAN 2 Bandar Lampung

No Kelas

Jumlah Peserta Didik

Tinggi Sedang Rendah

1 X MIA1 35 5 30% 15 29% 15 25%

2 X MIA 2 35 6 29% 12 41% 17 26%

3 X MIA 3 30 7 18% 3 28% 20 51%

4 X MIA 4 30 10 40% 12 30% 8 30%

Hasil data di atas dapat dilihat bawasannya dari keempat kelas di atas, yang

memiliki kategori tinggi dalam keterampilan berpikir kreatif adalah kelas X MIA 4.

Namun tingginya keterampilan berpikir kreatif kelas X MIA 4 hanya sebesar 40%.

Hal ini masih tergolong rendah. Rendahnya keterampilan berpikir peserta didik, di

karenkan peserta didik jarang sekali dirangsang dalam mengerjakan soal-soal yang

(22)

Berdasarkan hasil penelitian dari Eka Fitriah, aktivitas siswa untuk memberikan solusi kreatif sebagai upaya pemecahan masalah yang dilakukan melalui sikap dan pola kritis kreatif, memiliki banyak alternatif pemecahan masalah, memiliki ide baru dalam pemecahan masalah, terbuka dalam perbaikan, menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian menyampaikan pendapat, berpikir divergen, dan fleksibel dalam upaya pemecahan masalah.7 Contohnya seperti peserta didik sangat membutuhkan daya kritis dan kreatif peserta didik dalam menyikapi masalah-masalah alam yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan berpikir kreatif peserta didik dapat ditingkatkan dengan

berbagai cara yang dapat dilakukan pendidik. Misalnya, dengan menggunakan model

pembelajaran, strategi, metode, dan media pembelajaran yang dapat menarik

perhatian peserta didik saat proses pembelajaran. Kondisi lingkungan dan pemilihan

model pembelajaran yang sesuai dan mendukung materi pembelajaran juga menjadi

faktor yang mempengaruhi perkembangan berpikir kreatif peserta didik.

Pembelajaran yang diperlukan sekarang ini adalah pembelajaran yang kreatif

dan inovatif, teknik pembelajaran tersebut berpusat pada peserta didik yaitu

pembelajaran yang menekankan bahwa peserta didik sendirilah yang akan

membangun pengetahuannya. Sedangkan guru merancang kegiatan pembelajaran

bagi peserta didik untuk meningkatkan pengetahuannya. Sebagaimana dalam firman

Allah sebagai berikut :

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

7 Eka Fitriah, “Implementasi Model Creative Problem Solving

Bervisi SETS Dalam

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Kreativitas Siswa SMA Berbasis Pesantren”. Jurnal

(23)

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Qs. An-Nahl 125).8

Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru

ketika mengajar. Salah satunya adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) yaitu pembelajaran kooperatif yang memusatkan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model “Creative Problem Solving” (CPS) adalah suatu model pembelajaran

yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan

masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.9 Ketika dihadapkan dengan

suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan pemecahan masalah

untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.

Pemecahan masalah pada model pembelajaran ini tidak hanya dengan cara

menghafal tanpa dipikir, melainkan juga menggunakan keterampilan memecahkan

masalah memperluas proses berpikir. Suatu keaslian berpikir tanpa adanya contoh

penyelesaian sebelumnya. Jika ada masalah dan peserta didik tidak tahu bagaimana

cara menyelesaikannya, tetapi peserta didik disini akan tertarik dan tertantang untuk

menyelesaikannya. Peserta didik akan menggunakan segenap pemikirannya, memilih

strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu

masalah tersebut.

8

Departemen Agama RI, Al-Qur”an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2002), h. 383

9

Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM (Jakarta:

(24)

Penerapan model CPS dapat menimbulkan minat, kreatif, dan motivasi

peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga diperoleh manfaat yang maksimal

baik dari proses maupun hasil belajar. Dari proses tersebut dapat dilihat dengan

adanya perubahan cara berpikir peserta didik sehingga dapat menghasil hasil belajar

yang dapat dilihat juga melalui keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Ketika

dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan

memecahkan masalah (problem solving) untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan

memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Suatu soal yang dianggap sebagai

“masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh

penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada masalah ini,

peserta didik tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi peserta didik

tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Peserta didik menggunakan segenap

pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses sampai menemukan

penyelesaian dari suatu masalah.

Perbedaan CPS dengan model pembelajaran lainnya yaitu pada model

pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk dapat memecahkan masalah yang

diberikan oleh guru secara kreatif. Sehingga dalam pembelajaran peserta didik akan

merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Dengan

pemecahan masalah, maka guru menekankan agar pengajaran memberikan

kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif dan tahu benar apa

(25)

Selain itu untuk mempermudah dalam penerapan CPS di kelas maka

digunakan diagram vee sebagai salah satu cara untuk mengorganisasikan proses

pemecahan masalah yang menarik, menstrukturkan masalah sehingga lebih mudah

untuk dapat dipecahkan. Seperti pada sintaks atau langkah CPS ketiga, Problem Finding yaitu proses dari kreativitas. Kreatif dalam mendefinisikan kembali perihal permasalahan agar peserta didik dapat lebih dekat dengan masalah sehingga

memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Dengan digunakanya

diagram vee ini maka akan lebih mempermudah peserta didik untuk mengetahui

masalah yang dihadapi dan cara pemecahannnya secara cepat dan tepat. Menurut

Novak & Gowin, diagram vee pada dasarnya merupakan media untuk membuat

hubungan antara thinking dan doing yang terjadi selama di laboratorium.10 Diagram vee digunakan untuk menjelaskan ide pokok yang memperhatikan dasar pengetahuan dan proses penyusunan pengetahuan di dalam pengajaran laboratorium. Namun,

diagram vee ini sudah banyak digunakan sebagai media guru untuk mengetahui atau

menganalisis sampai mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang sudah di

sampaikan oleh guru. Diagram vee memiliki sisi konseptual (berfikir) dan sisi

metodologis (bekerja) yang berguna bagi peserta didik untuk mempermudah dalam

pemecahan suatu masalah.

Perkembangan berpikir seorang peserta didik bergerak dari kegiatan berpikir

konkret menuju berpikir abstrak. Seorang guru perlu memahami kemampuan berpikir

peserta didik sehingga tidak memaksakan materi-materi pelajaran yang tingkat

10

Sabri, Diagram V: Perangkat Metakognisi untuk Penyelesaian Masalah Matematika.

(26)

kesukarannya tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik. Apabila hal ini terjadi

maka peserta didik mengalami kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari

materi pelajaran yang diberikan, maka usaha guru untuk membelajarkan peserta didik

bisa disebut gagal, disini penting bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan

berpikir kreatif.

Fauzi dalam Supardi mengemukakan pendapatnya tentang pengertian

berpikir kreatif “berpikir kreatif yaitu berpikir untuk menentukan

hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,

menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru, dan sebagainya”.11

Oleh

karena itu dengan berpikir kreatif kita dapat menemukan dan menentukan hal-hal

baru dalam penyelesaian suatu masalah.

Materi fungi merupakan salah satu materi Biologi di kelas X yang berpotensi

untuk cara berbicara, penguasaan materi dan keterampilan peserta didik untuk

berpikir kreatif. Materi ini menuntut adanya penjelasan yang rinci disertai,

gambar-gambar yang jelas, dan peserta didik dituntut berpikir kreatif dalam pemecahan

masalah untuk menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Antusias peserta didik yang kurang dalam memecahkan masalah secara

kreatif dan terkonsep, mengakibatkan proses pembelajaran terlihat monoton dan

kurang aktif. Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan model CPS disertai

diagram vee adalah salah satu solusi alternatif yang mungkin dilakukan dalam

(27)

pembelajaran, sebab pembelajaran menggunakan model CPS akan membantu peserta

didik untuk memecahkan masalah secara kreatif dan dibantu diagram vee ini akan

mempermudah peserta didik dalam analisis akar permasalahan sehingga dalam

pemecahan masalah akan lebih kreatif dan tepat. Penggunakan diagram vee akan

membantu peserta didik untuk mengilustrasikan secara terbuka hasil penapsiran dan

pemahaman peserta didik tentang topik yang dikaji atau masalah yang dipecahkan

dan menganalisis akar permasalahannya.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang model pembelajaran CPS disertai diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif, yang tertuang dalam sebuah judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Disertai Teknik Diagram Vee Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Materi Fungi Kelas X MAN 2

Bandar Lampung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka identifikasi masalah

pada penulisan penelitian ini antara lain:

1. Peserta didik masih mengalami kesulitan mengungkapkan buah pikirannya

secara verbal dan tertulis, sehingga mengalami kesulitan dalam pemecahan

masalah.

2. Kurangnya model pembelajaran yang menarik, aktif dan inovatif yang

menekankan peserta didik berperan aktif dan menyenangkan dalam

(28)

3. Kurangnya konsep dalam belajar yang membuat peserta didik kreatif dalam

pemecahan masalah.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengatasi meluasnya permasalahan, maka dibuatlah batasan masalah

untuk penelitian ini, yaitu:

1. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X MAN 2 Bandar Lampung

2. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini dibatasi pada

pembelajaran model Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik diagram veeterhadap keterampilan berpikir kreatif dengan materi fungi.

3. Berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari 4 aspek yaitu:

memprediksi, menemukan sebab-sebab, menerka akibat dari suatu sebab

kejadian dan bertanya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CPS disertai teknik diagram

vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik materi fungi kelas X MAN 2

(29)

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

Mengetahui pengaruh model pembelajaran CPS disertai teknik

diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik materi fungi

kelas X MAN 2 Bandar Lampung

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Peserta Didik

Untuk meningkatkan minat belajar, keterampilan berpikir kreatif dan

cara pemecahan masalah secara kreatif sehingga hasil belajar yang diperoleh

dapat tercapai secara optimal, serta menumbuhkan kemampuan peserta didik

untuk bekerja sama, berinteraksi dan berkomunikasi antara sesama peserta

didik.

b. Bagi Guru

Sebagai informasi dalam meningkatkan kualitas mengajarnya dalam

menentukan pendekatan, metode, dan model pengajaran yang tepat guna

sehingga dapat meningkatkan cara berpikir kreatif peserta didik, serta

memberikan alternatif contoh, agar dapat mulai menggunakan CPS disertai

teknik diagram veesebagai salah satu pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran sains

(30)

d. Bagi Peneliti

Menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan penggunaan

model pembelajaran dalam pembelajaran Biologi dan sebagai acuan,

perbandingan, ataupun referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian

sejenis.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari agar tidak terjadinya kesalahpahaman dan

kesimpangsiuran dalam penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Objek penelitian ini adalah pembelajaran Biologi dengan menggunakan

model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik diagram veeterhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

2. Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X semester ganjil MAN

2 Bandar Lampung 2017/2018

3. Wilayah dalam penelitian ini adalah MAN 2 Bandar Lampung

4. Penelitian ini akan dilaksanakan pada saat peserta didik duduk dikelas X

(31)

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

1. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Pada pertengahan 1950, para pembisnis dan pendidik berkumpul bersama

di Annual Creative Problem Solving Institute yang dikoordinasi oleh Osborn di Buffalo.1 Mereka saling bertukar metode dan teknik dalam rangka dalam

mengembangkan suatu kreativitas kursus yang bisa berguna bagi masyarakat

pada umumnya. Akhirnya, diskusi itu melahirkan sebuah program yang dikenal

dengan Creative Problem Solving.

Model “Creative Problem Solving” (CPS) adalah suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan

pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.2 Ketika

dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan

keterampilan pemecahan masalah untuk memilih dan mengembangkan

tanggapannya.

1

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2014), h. 297

2

Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM (Jakarta:

(32)

Model pembelajaran CPS adalah suatu model pembelajaran yang

memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti

dengan pengutan ketampilan Problem Solving. Problem Solving diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian

masalah yang dihadapi secara ilmiah.3 Berpikir menggunakan metode ilmiah

adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Dilakukan melalui tahapan-tahapan

dengan didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Model CPS merupakan variasi dari pembelajaran Problem Solving dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematis dalam mengorganisasikan

gagasan kreatif untuk menyelesaikan masalah. CPS adalah suatu proses, metode,

atau sistem untuk mendekati suatu masalah di dalam suatu jalan imajinatif dan

menghasilkan tindakan efektif.4 Pendekatan pemecahan masalah, menekankan

agar pengajaran memberikan kemampuan cara pemecahan masalah yang objektif

dan tahu benar apa yang dihadapi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa CPS

adalah pembelajaran yang memusatkan pada pemecahan masalah dengan cara

berpikir kreatif. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan

memecahkan masalah memperluas proses berpikir.5 Suatu keaslian berpikir

3 Isti Zaharah, “Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan 1

-20 Melalui Model

Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Video Compact Disk(VCD) Pada Anak Tunarungu”.

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)Vol. 1 No. 2 (Mei 2012), h. 204

4 Fian Totiana, Elfi Susanti VH, Tri Redjeki. “Efektivitas Model Pembela

jaran Creative

Problem Solving (CPS) Yang Dilengkapi Media Pembelajaran Laboratorium Virtual Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid Kelas Xi Ipa Semester Genap Sma Negeri 1 Karanganyar

Tahun Pelajaran 2011/2012”. JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Hal. 74-79 ISSN 2337-9995 (2012), h. 75

5

(33)

tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal

latihan. Pada soal latihan, peserta didik telah mengetahui cara penyelesaiannya,

karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan

biasanya telah ada contoh soal. Jika ada masalah dan peserta didik tidak tahu

bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi peserta didik tertarik dan tertantang

untuk menyelesaikannya. Peserta didik menggunakan segenap pemikiran,

memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan

penyelesaian dari suatu masalah.

Pendekatan pemecahan masalah, menekankan agar pengajaran

memberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif

dan tahu benar apa yang dihadapi. Kesimpulan yang secara mendasar dibutuhkan

dalam kehidupan sehari-hari. Ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan,

peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk

memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara

menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dan memperluas

proses berpikir.

Terdapat 3 ciri utama dari Problem Solving.6

a. Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Problem Solving tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal

6

(34)

materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Solving peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya

menyimpulkan.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses

pembelajaran.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah

proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara

sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan

melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses

penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang

hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo, yaitu sebagai berikut :7

a. Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan

kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsic bagi peserta didik.

c. Potensi intelektual peserta didik meningkat.

7

(35)

d. Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui

proses melakukan penemuan.

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam

memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut : a. Menyajikan masalah dalam bentuk umum.

b. Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.

c. Menentukan strategi penyelesaian.

d. Menyelesaikan masalah.

Menurut Hudojo dan Sutawijaya, menjelaskan bahwa langkah-langkah

yang diikuti dalam penyelesaian problem solving yaitu sebagai berikut:8 a. Pemahaman terhadap masalah

b. Perencanaan penyelesaian masalah

c. Melaksanakan perencanaan

d. Melihat kembali penyelesaian

2. Sintaks Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Ada enam kriteria yang dijadikan landasan dan sering disingkat dengan

OFPISA: Objective Finding, Fact Finding, Problem Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding.

Osborn-lah yang pertama kali memperkenalkan struktur CPS sebagai

metode untuk menyelesaikan masalah secara kreatif. Menurut Osborn, hampir

semua upaya pemecahan masalah selalu melibatkan keenam karakteristik

8

(36)

tersebut. Dalam konteks pembelajaran, CPS juga melibatkan keenam tahap

tersebut untuk dapat dilakukan oleh peserta didik. Guru dalam CPS bertugas

untuk mengarahkan upaya pemecahan masalah secara kreatif. Guru juga

bertugas untuk menyediakan materi pelajaran atau topik diskusi yang dapat

merangsang peserta didik untuk kreatif dalam pemecahan masalah.

Sintaks proses CPS berdasarkan kriteria OFPISA model Osborn-Parnes

dapat dilihat sebagai berikut:9

Langkah 1: Objective Finding

Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Peserta didik

mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan mem-brainstorming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif mereka.

Sepanjang proses ini, peserta didik diharapkan bisa membuat suatu konsensus

tentang sasaran yang hendak dicapai oleh kelompoknya.

Langkah 2: Fact Finding

Peserta didik mem-brainstorming semua fakta yang mungkin berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang dihasilkan oleh

peserta didik. Guru memberi waktu kepada peserta didik untuk berefleksi tentang

fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling relevan dengan sasaran dan

solusi permasalahan.

9

(37)

Langkah 3: Problem Finding

Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan

kembali perihal permasalahan agar peserta didik bisa lebih dekat dengan masalah

sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Salah

satu teknik yang bisa digunakan adalah mem-brainstorming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas sebuah masalah.

Langkah 4: Idea Finding

Pada langkah ini, gagasan-gagasan didaftar agar dapat melihat

kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Langkah

mem-brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha peserta didik harus diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli seberapa relevan

gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah gagasan-gagasan terkumpul,

cobalah meluangkan beberapa saat untuk menyortir mana gagasan yang potensial

dan yang tidak potensial sebagai solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas

gagasan-gagasan tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan yang

sekiranya dapat menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.

Langkah 5: Solusi Finding

Tahap ini, gagasan-gagasan yang memilliki potensi terbesar dievaluasi

bersama. Salah satu caranya adalah dengan mem-brainstorming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria

ini dievaluasi hingga peserta didik menghasilkan penilaian yang final atas

(38)

Langkah 6: Acceptance Finding

Tahap ini, peserta didik mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan

cara berpikir yang sudah mulai berubah. Peserta didik diharapkan sudah

memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif.

Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa digunakan tidak hanya untuk

menyelesaikan masalah, tetapi mencapai kesuksesan.

3. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Kelebihan model CPS (membuat peserta didik gemar menghafal dan aktif

dalam berbicara) digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:10

a. Menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang

banyak dan berdasarkan pertimbangan didaktis lebih baik

didramatisasikan dari pada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat

dihayati oleh peserta didik.

b. Melatih peserta didik agar mampu menyelesaikan masalah-masalah

sosial-psikologis.

c. Melatih peserta didik agar mereka dapat bergaul dan memberi

kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya

dan dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.

Kelemahannya model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) menitik beratkan pada cara menghafal sehingga peserta didik kurang memahami

10

(39)

apabila ada soal yang masalah pikiran. Akibatnya, peserta didik kurang jeli akan

soal-soal tersebut. Membuat peserta didik malas belajar, apalagi materi yang

membutuhkan konsep yang membutuhkan konsep yang banyak, contohnya

materi sejarah, antropologi, dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving adalah model pembelajaran yang tidak hanya menghafal tanpa dipikir,

memecahkan atau menyelesaikan masalah secara kreatif, dan melatih peserta

didik untuk dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap

orang lain beserta masalahnya dan dapat membantu peserta didik dalam

mencapai tujuan-tujuan afektif.

B. Teknik Diagram Vee

1. Pengertian Diagram Vee

Diagram Vee mulanya dirancang oleh Professor Gowin dari Cornell

University pada awal tahun1980-an. Dipicu oleh terjadinya kesenjangan antara

kemampuan mahasiswa melaksanakan eksperimen laboratorium dan kesadaran

tentang hal yang mereka kerjakan dalam kaitannya dengan konstruksi teoretis

yang telah diperkenalkan kepada mereka. Diagram ini mengambil bentuk dasar

huruf V yang memuat empat bagian utama, yaitu: Pertanyaan Fokus, Sisi

Konseptual, Sisi Metodologis, dan Obyek.11

11 Sabri, “Diagram V: Perangkat Metakognisi untuk Penyelesaian Masalah Matematika”.

(40)

Diagram Vee merupakan salah satu alat metakognitif, diagram vee

digambarkan sebagai heuristik untuk pengetahuan pemahaman dan produksi

pengetahuan.12 Melatih peserta didik dengan untuk menumbuhkembangkan dan

meningkatkan pemahaman konseptual dan metodologis. Memfasilitasi peserta

didik untuk bekerja dan berkomunikasi secara matematis di kelas.

Diagram vee pada dasarnya merupakan metode untuk membuat

hubungan antara thinking dan doing yang terjadi selama di laboratorium. Diagram veedigunakan untuk menjelaskan idepokok yang memperhatikan dasar

pengetahuan dan proses penyusunan pengetahuan di dalam pengajaran

laboratorium.13 Diagram Vee adalah alat yang dirancang untuk membuka

struktur pengetahuan sebuah dokumen yang diberikan, program, atau peristiwa.

Diagram vee menggali informasi dengan cara yang mengembangkan pikiran

untuk berpikir dan kritis memeriksa struktur pengetahuan dari suatu karya.

Menurut Sudarmin bahwa suatu diagram vee menekankan pada dua

prosedural yaitu elemen konseptual atau berfikir yang terletak pada sisi kiri

diagram dan metodologis (bekerja) yang akan saling mengarahkan pada proses

pembentukan pengetahuan yang terletak pada sisi kanan diagram.14 Struktur

diagram vee dengan berbagai label dan pertanyaan membimbing memberikan

12 Novak & Gowin, “Learning How To Learn”

(New York: CAMBRIDGE UNIVERSITY

PRESS), h. 55

13Asrorul Azizi, Suciati, Maridi, “Pembelajaran Biologi Dengan Model PB

L Dengan Metode

Eksperimen Disertai Teknik “Vee Diagram” dan “Fishbone Diagram” Ditinjau dari Aktivitas Dan Kreativitas Belajar Siswa”. JURNAL INKUIRI, ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. I, 2014, h.10

14 Nurul Husna Annisa dan Sudarmin, “Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Berbantuan

(41)

panduan yang sistematis bagi peserta didik untuk alasan dari konteks masalah

(event / object) dan informasi yang diberikan (catatan) dalam mengidentifikasi prinsip yang relevan, teorema, definisiresmil dan aturan utama (prinsip-prinsip

dan konsep) yang dapat memandu pengembangan metode yang tepat dan

prosedur (transformasi) untuk menemukan jawaban (pengetahuan klaim) kepada

pertanyaan fokus.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diagram

vee adalah madia pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjelaskan,

mengetahui proses dan cara pemecahan masalah secara lebih tepat dan lebih

mudah. Diagram vee dirancang untuk membuka struktur pengetahuan, menggali

informasi dengan cara yang mengembangkan pikiran untuk berpikir dan kritis.

Memfasilitasi peserta didik untuk bekerja dan berkomunikasi secara matematis

di kelas.

2. Cara Menyusun Diagram Vee

Struktur diagram vee dengan segenap komponen dan pertanyaan

pemandunya memberikan kerangka kepada peserta didik untuk berpikir dan

bernalar secara lebih sistematis. Proses penalaran dalam penyelesaian masalah

dimulai dari identifikasi konsep dan prinsip yang relevan dan memberi arah

pengembangan strategi penyelesaian yang tepat (Transformasi) hingga

mengarahkan pada ditemukannya satu penyelesaian atau jawaban (Klaim

(42)

Apabila metode atau strategi penyelesaian masalah lebih mudah

ditemukan, jalur lain yang bisa digunakan adalah mulai dengan mengidentifikasi

prinsip atau konsep yang mendasari strategi penyelesaian yang ditempuh. Tanda

panah yang ada di tengah menandakan bahwa terjadi proses timbal balik saling

mempengaruhi antara kedua sisi V dengan berbagai komponennya. Proses

demikian ini diperlukan untuk menjamin bahwa landasan teoretis dan konseptual

diabstraksi dan ditampilkan di sisi kiri, dan pada saat yang sama, informasi,

penafsiran, dan transformasi untuk menemukan penyelesaian ditampilkan di sisi

kanan. Pada saat melengkapi diagram vee, informasi analisis konseptual

dipaparkan di sisi kiri. Informasi ini merupakan bentuk respon terhadap

pertanyaan “Teori apa yang relevan dengan masalah?” (teori landasan), “Apa

yang telah ketahui?” (misalnya, prinsip-prinsip matematika) dan “Apa ide

utamanya?” (konsep utama). Di sisi kanan tertera informasi yang tersedia dalam

soal (Informasi apa yang disediakan?) dan metode yang digunakan untuk

mentransformasi informasi yang diberikan (Bagaimana cara saya memperoleh

jawaban?) dengan menerapkan prinsip-prinsip yang telah dipaparkan.

Struktur diagram vee dengan berbagai label dan pertanyaan membimbing

memberikan panduan yang sistematis bagi peserta didik untuk alasan dari

konteks masalah (event / object) dan informasi yang diberikan (catatan) dalam mengidentifikasi prinsip yang relevan, teorema, definisiresmil dan aturan utama

(43)

tepat dan prosedur (transformasi) untuk menemukan jawaban (pengetahuan

klaim) kepada pertanyaan fokus.15

Gambar 1. Diagram vee

3. Kelebihan dan Kelemahan Diagram Vee

Kelebihan diagram vee di antaranya antara lain:16

a. Dapat mengajak peserta didik untuk berpikir ilmiah

b. Dapat mengajak peserta didik untuk menemukan konsep

Kelemahan dari diagram vee adalah perlunya banyak intruksi dan

bimbingan dari guru dimana diagram vee adalah sesuatu yang baru bagi peserta

didik.

4. Fungsi Diagram Vee

Diagram veeberfungsi untuk:

a. Menjelaskan ide pokok yang memperhatikan dasar pengetahuan proses

penyusunan pengetahuan pengajaran laboratorium.

15

Nurul Husna Annisa dan Sudarmin, Op.Cit, h.1694

16

(44)

b. Membantu sebagai penuntun untuk menjelaskan intruksi tentang proses

penelitian.

c. Memberikan suatu struktur untuk mengarahkan dan mendiskusikan

proses, suatu nilai penting bagi komunikasi dan suatu pengaturan

struktur yang bermanfaat.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif.

Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,

sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.17

Kreativitas ini menciptakan produk baru dari kemampuan berfikir kreatif.

Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari

proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari

aspek pendorong kreativitas dari perwujudanya memerlukan dorongan internal

maupun dorongan eksternal dari lingkungan. Kreativitas menuntut keseimbangan

aplikasi dari aspek ansensial kecerdasan analitis, kreatif dan praktis, beberapa aspek

yang ketika digunakan secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan

dan kesuksesan yang akan didapatkan oleh peserta didik.

Menurut teori Gestalt bahwa pemikiran kreatif merupakan rekonstruksi dari

gestalt atau pola-pola yang secara struktur tidak sempurna dan apabila orang

17

Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta,2014)

(45)

berhadapan dengan suatu masalah, maka ia memahami masalah tersebut secara

keseluruhan sehingga dinamika dari kekuatan dan ketegangan masalah tertekan di

dalam pikiranya hingga mengakibatkan desakan yang akan memunculkan suatu

penyelesaian masalah.18

1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir adalah keterampilan-keterampilan yang relatif

spesifik dalam memikirkan sesuatu yang diperlukan seseorang untuk memahami

suatu informasi berupa gagasan, konsep, teori dan sebagainya.19 Pengetahuan dan

keterampilan berpikir merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang. Dari

pengetahuan atau teori yang dipelajari, seseorang akan berpikir bagaimana cara

menerapkan teori yang telah di pelajarnya menjadi sesuatu yang baru. Seperti

melakukan inovasi merubah sesuatu benda yang sudah ada menjadi suatu benda

yang berbeda dari sebelumnya.

Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,

sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat

diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.20

Selanjutnya berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang

18

Agung Wahyudi, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar

matematika dengan menggunakan Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) Pada siswa kelas viid smp n 2 depok,(yogyakarta, skripsi, 2011) h. 26

19

Liliasari, Berpikir Kompleks Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. (Makasar:

UNM, 2013), h. 59

20

Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2014)

(46)

digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan baru. Berpikir kreatif

sebagai kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan

pada intuisi dalam kesadaran.

Sejalan dengan hal tersebut, berpikir kreatif merupakan salah satu tingkat

tertinggi seseorang dalam berpikir, yaitu dimulai ingatan (recall), berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir yang tingkatnya di atas ingatan (recall) dinamakan penalaran (reasoning). Sementara berpikir yang tingkatnya di atas berpikir dasar dinamakan berpikir tingkat tinggi (high order thinking).

Marzano mengemukakan 5 aspek berpikir kreatif sebagai berikut, yaitu:

Dalam kreatifitas, berkaitan erat keinginan dan usaha. Untuk menghasilkan

sesuatu yang kreatif diperlukan usaha, menghasilkan sesuatu yang berbeda dari

yang telah ada. Orang yang kreatif berusaha mencari sesuatu yang baru dan

memberikan alternatif terhadap sesuatu yang telah ada, kreativitas lebih

memerlukan evaluasi internal dibandingkan eksternal, kreatifitas meliputi ide

yang tidak dibatasi.21

Treffinger dalam Munandar mengatakan bahwa pribadi yang kreatif

biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan.22 Rencana inovatif serta produk

orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan

mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.

21Ibid

, h. 21

22

(47)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif

adalah aktivitas mental yang dialami jika dihadapkan pada suatu permasalahan

yang harus dipecahkan. Dimana berpikir kreatif termasuk kemampuan berpikir

tingkat tinggi yang mampu menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda dari

yang sudah ada. Selanjutnya indikator dari berpikir kreatif ini adalah

memprediksi, menemukan sebab-sebab, dan menerka akibat dari suatu sebab

kejadian, serta bertanya.

2. Teori-Teori Berpikir Kreatif

Teori-teori berpikir kreatif mengarah pada tiga perspektif berpikir kreatif.

Ketiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut:23

Perspektif pertama, perspektif supranatural adalah pandangan tradisional tentang berpikir kreatif. Di dalam perspektif ini, orang yang kreatif dilahirkan

dan tidak dibuat kreatif melalui pelatihan.

Perspektif kedua, perspektif rasionalisme menghadirkan proses berpikir dalam hal konsekuensi-konsekuensi alami yang dihasilkan dari

penerapan-penerapan prinsip-prinsip universal. Pandangan ini menyatakan bahwa semua

kegiatan dari dunia kita saling melengkapi satu sama lainnya.

Perspektif ketiga,perspektif developmental yang menekankan bahwa perkembangan berpikir kreatif sesuai dengan perkembangan pertumbuhan

seseorang. Menurut Gowan, tahapan-tahapan pertumbuhan kreatif meliputi

dunia, ego, dan tranformasi energi dari satu level pertumbuhan ketahap

23

(48)

selanjutnya dari perkembangan menjadi dewasa. Torrance menyatakan bahwa

berpikir kreatif sebagai salah satu perkembangan “puncak” di dalam tahapan

-tahapan pertumbuhan seseorang.

Periode-periode (fase) berpikir kreatif, proses yang terjadi ternyata

melalui beberapa fase tertentu. Suatu ide tidak dapat dengan tiba-tiba muncul di

dalam benak kita. Ide-ide terjadi setelah berbagai macam simbol diolah di alam

bawah sadar kita. Sehingga dapat dikatan bahwa dalam terjadinya berpikir kreatif

mau tidak mau akan melewati beberapa fase. Menurut Wallas; Chauhan; dan

Munandar mengemukakan fase-fase perkembangan berpikir kreatif yang

dilaporkan oleh para novelis, artis, dan komposer.24

Fase persiapan. Dalam fase ini individu memusatkan perhatian pada masalah, membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu,

mengorganisasikan data, merumuskan masalah, dan memprediksi informasi yang

terbatas, mengemukakan hipotesis yang relevan dengan masalah yang dihadapi.

Fase inkubasi. Pada fase inkubasi, individu membangun pengetahuan yang telah dimiliki untuk menguji hipotesis dan menyusun kembali serta mentes

ide-ide dengan memandang informasi yang berbeda mengajukan pertanyaan.

Pada fase ini individu benar-benar melibatkan diri dan mengalami masalah yang

dihadapi. Sekalipun nampak tidak ada kegiatan serat kemajuan yang nyata,

namun masalah tersebut sedang dalam penyelesaian secara tidak disadari.

24

(49)

Fase iluminasi. Pada fase ini, individu tiba-tiba memperoleh suatu inspirasi tentang tema dan hubungan, antara berbagai komponen dari masalah

yang dicapai.

Fase revisi. Fase revisi merupakan fase yang terakhir di dalam proses berpikir kreatif. Pada fase ini individu memikirkan, mengevaluasi, melakukan

perubahan dan perbaikan masalah, menyesuaikan hipotesis kembali.

3. Ciri-Ciri keterampilan berfikir kreatif

Pada penilaian keterampilan berpikir kreatif orang dewasa dan anak-anak

sering digunakan “The torrance test of creative thingking (TTCT)”. Ada tiga

komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT yaitu

kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Kelancaran mengacu pada ide-ide yang

dibuat dalam merespon sebuah perintah. Keluwesan terlihat dari

perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan adalah keaslian ide

yang dibuat dalam merespon perintah. Ciri-ciri berpikir kreatif adalah sebagai

berikut :

a. Keterampilan berpikir lancar (Fluency)

Keterampilan berpikir lancar adalah mencetuskan banyak ide,

jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak cara atas

saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan jawaban lebih

dari satu jawaban.

b. Keterampilan berpikir luwes (Flexibility)

Keterampilan berpikir luwes adalah menghasilkan gagasan, jawaban,

(50)

yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda,

mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c. Keterampilan berpikir orisinil kebaruan (originality)

Keterampilan berpikir orisinil adalah mampu melahirkan ungkapkan

yang berbeda dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri, mampu mebuat kombinasi yang tidak lazim dari

bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. Keterampilan memperinci (elaboration)

Ciri-ciri Keterampilan berpikir kreatif adalah mampu berkarya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci

secara detail subjek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Sementara pendapat dari liliasari, indikator keterampilan berpikir kreatif

adalah medeskripsikan, menemukan sebab-sebab, dan menerka akibat dari

suatu sebab kejadian, serta bertanya.

e. Kompleksitas (Complexity)

Keterampilan memasukkan suatu konsep, ide, atau hasil karya yang

sulit, ruwet, berlapis-lapis atau berlipat ganda ditinjau dari berbagai segi.

f. Keberanian mengambil resiko (Rask-taking)

Kemampuan bertekad dalam mencoba sesuatu yang penuh resiko.

g. Imajinasi (imaginasion)

Kemampuan untuk berimajinasi, menghayal, menciptakan

barang-barang baru melalui percobaan melalui yang dapat menghasilkan produk

(51)

h. Rasa ingin tahu (Curiosity)

Kemampuan mencari, meneliti, mendalami, dan keinginan mengetahui

sesuatu yang lebih jauh.

4. Prinsip-Prinsip Berpikir Kreatif

Menurut Perkins ada enam prinsip umum berpikir kreatif sebagai berikut:25

a. Estetika berpikir kreatif melibatkan standar praktis

Orang kreatif berusaha ingin tahu sesuatu yang mendasar, luas dan kuat.

b. Berpikir kreatif tergantung kepada tujuan yang akan dicapai

Orang kreatif mengeksplorasi tujuan dan menggunakan

pendekatan-pendekatan dalam mengenali sifat masalah, menemukan suatu solusi yang

standar, dan bersedia untuk mengubah pendekatan dikemudian hari, dan

bahkan mendefinisikan ulang masalah apabila diperlukan.

c. Berpikir kreatif lebih cenderung tidak terpusat pada suatu kompetensi

Orang kreatif mempertahankan standar yang tinggi, menerima

kebingungan, ketidakpastian dan resiko kegagalan yang lebih tinggi sebagai

bagian dari proses dan belajar untuk melihat kegagalan, dan bahkan menarik

dan menantang.

d. Berpikir kreatif lebih banyak bersifat subjektif

Orang kreatif mempertimbangkan berbagai sudut pandang berbeda

melakukan evaluasi dan menemukan ide-ide yang praktis.

25

(52)

e. Berpikir kreatif bergantung pada motivasi intrinsik daripada ekstrinsik

Orang kreatif dapat memilih apa yang harus dilakukan dan bagaimana

melakukan. Mereka memahami tugas sebagaimana kompetensi mereka miliki,

melihat apa yang mereka lakukan sebagai sesuatu yang berharga dalam

dirinya sendiri, dan menikmati kegiatan yang dilakukan.

D. Hakikat Pembelajaran Biologi 1. Hakikat Biologi

Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan

ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Biologi juga merupakan wadah

untuk membangun warga negara yang memperhatikan lingkungan serta

bertanggungjawab kepada masyarakat, bangsa, dan negara disamping beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi berkaitan dengan cara

mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Pendidikan Biologi

menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Kemungkinan untuk

mengembangkan teknologi relevan dari konsep-konsep Biologi yang dipelajari

sangat dianjurkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik

dapat merasakan manfaat pembelajaran Biologi tersebut bagi dirinya serta

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel  1 Hasil Observasi Awal Keterampilan Berpikir Kreatif
gambar yang jelas, dan peserta didik dituntut berpikir kreatif dalam pemecahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

disebut dalam Peraturan Perkawinan pasal 26, yakni : 1) Zinah, atau penjahat atau pemadat. 2) Yang diceraikan itu terikat dalam perkawinan dengan orang lain. 3) Yang

Adapun metode pengujian Internal Combustion Engine yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengamati kerja yang dihasilkan oleh Internal Combustion

Berdasarkan beberapa penjelasan diketahui kepramukaan adalah pendidikan luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik dan menyenangkan

Berdasarkan hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa: Peningkatan Hasil Belajar Lompat Tinggi Gaya Straddle melalui Metode Pembelajaran Inklusi pada

Dalam hal ini, jelaslah sudah bahwa jika dilihat dari sudut pandang Arti Lokalisasi bagi Usaha responden dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Padang Bulan, Turian,

Sistem neural network dapat mengenali pola distribusi medan magnet untuk semua layer pengamatan walaupun dengan nilai performansi yang semakin rendah jika layer

Al-Muwa&gt;s}ala&gt;t. Hal ini dapat diketahui dari rekapitulasi nilai siswa yang tuntas pada ra siklus. Jumlah 31 siswa, 14 siswa saja yang mendapatkan nilai tuntas. sedangkan 17

Peneliti menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Pelaksanaan perencanaan penelitian ini kegiatannya yaitu mengkoordinasikan terlebih dahulu tentang kegiatan pembelajaran