Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Biologi
Oleh :
AMANDA DIAH PANGESTIKA 1311060152
Jurusan : Pendidikan Biologi
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Biologi
Oleh :
AMANDA DIAH PANGESTIKA 1311060152
Jurusan : Pendidikan Biologi
Pembimbing I : Dr. Nanang Supriadi, M.Sc Pembimbing II : Laila Puspita, M.Pd.
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ii
KELAS X MAN 2 BANDAR LAMPUNG Oleh :
Amanda Diah Pangestika
Biologi merupakan pelajaran yang mengkaji tentang makhluk hidup dan komponen penyusun kehidupan. Guru Biologi harus bisa mengkomunikasikan pengetahuannya, mengajak peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam pelajaran serta dapat berinteraksi kepada sesama peserta didik, agar tercapainya tujuan pembelajaran. Kesulitan peserta didik mengungkapkan buah pikiran, kurangnya model pembelajaran yang menarik, aktif dan inovatif membuat peserta didik sukar dalam pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran creative peroblem solving disertai teknik diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik materi fungi kelas X MAN 2 Bandar Lampung.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian, seluruh kelas X MAN 2 Bandar Lampung. Sampel yang digunakan, kelas X Mia 3 dan X Mia 4. Teknik pengumpulan data menggunkan tes. Data-data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji normalitas, homogenitas dan uji t.
Berdasarkan hasil uji normalitas, Lhitung < Ltabel yaitu 0,1225 < 0,161 maka data berdistribusi normal sehingga H0 diterima. Uji homogenitas yaitu Fhitung < Ftabel maka 1,74 < 1.8608 sehingga H0 diterima, artinya data memiliki varians homoge. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t yaitu thitung 5,490 dan ttabel 2,001 maka thitung > ttabel, 5,490 > 2,001 sehingga dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka menunjukkan bahwa penggunaan model creative problem solving disertai teknik diagram vee memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa : Terdapat pengaruh model pembelajaran creative problem solving disertai teknik diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi fungi di MAN 2 Bandar Lampung.
v
ِ بِّ أَر أَ أَم نۡ أَر اْاوُج نۡزأَيأَو
يِوأَت نۡسأَي نۡ أَه
أَ يِذمَّٱ
أَو أَووُمأَ نۡ أَي
أَ يِذمَّٱ
اْاوُٱاْوُ ُزمَّكأَذأَتأَي اأَممَّنِإ ۗأَووُمأَ نۡ أَي أَلَ
ِ َٰأَ نۡٱأَ نۡٱ
) (9
vi
hidayahNya yang senantiasa diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penulis mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan kasih sayang
penulis kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Parso dan Ibunda Siti Rahayu yang
memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, dukungan dan tiada
henti-hentinya mendoakanku dan menuntun langkahku hingga tercapainya
cita-citaku.
2. Kakakku Muhammad Wahid Hasyim dan Embakku Sitatun yang selalu
menyemangatiku, memberikan do’a, dukungan dan motivasi yang
membuatku semangat untuk menggapai cita-cita serta meraih kesuksesan,
canda tawa, kasih sayang dan persaudaraan yang selama ini terpatri, semoga
kita bisa membuat orang tua kita selalu tersenyum bahagia.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku, memotivasiku Mbak Sri Ardel,
Ma’rifatul Janah, Eka Yulianti, Cika D.S, Teguh, Fitria, Mbak Kiki A.W.P,
Indri Anggraeni, Keluargaku Biologi’De dan yang tak mungkin disebutkan
satu persatu yang selalu ada disaat suka dan duka.
4. Almamaterku Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Jurusan Pendidikan Biologi yang telah
vii
Bangun Sari, Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Lahir dari Ibu bernama
Siti Rahayu pasangan dari Bapak Parso putri ketiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar
Negeri (SDN) Bangun Sari 2 tamat dan berijazah pada tahun 2006. Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Abung Surakarta tamat dan berijazah
pada tahun 2009, selama menepuh pendidikan menengah pertama penulis aktif dalam
kegiatan Rohis dan Pramuka. Sekolah Menengah Atas (SMA) SMK N 1 Abung
Surakarta tamat dan berijazah pada tahun 2012, selama menempuh pendidikan
menengah atas penulis aktif dalam kegiatan Rohis.
Kemudian pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung. Pada bulan Agustus 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di desa Ambarawa Timur, Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Pringsewu. Penulis melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MAN 2
viii Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh.
Teriring salam dan doa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kita. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umat yang senantiasa
istiqomah melaksanakan sunah-sunah Beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) Disertai Teknik Diagram Vee Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Materi Fungi Kelas X MAN 2 Bandar
Lampung dapat terselesaikan dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd selaku ketua jurusan prodi Biologi.
3. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku pembimbing I, dan Ibu Laila
Puspita, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberi
ix
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik
dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
6. Bapak Samsurizal, SPd, M.Si selaku kepala sekolah MAN 2 Bandar
Lampung yang telah memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan
dan Ibu Nurul Hamidah, S.Pd selaku guru Biologi yang telah banyak
membantu selama penulis mengadakan penelitian.
7. Sahabat-sahabatku, teman-teman seperjuangan, teman-teman kelas, KKN,
PPL, dan Kompre, disinilah tempat penulis banyak belajar dan menemukan
saudara dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya, dengan iringan terimakasih penulis memanjatkan do’a kehadirat Allah
SWT, semoga semua bantuan, bimbingan, Bapak, Ibu, serta teman-teman yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dari Allah SWT semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umunya.
Aamiin.
Bandar Lampung, Desemberuhuy2018 Penulis
x
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ...vi
RIWAYAT HIDUP ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Batasan Masalah... 12
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 13
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving ... 15
1. Pengertian Model Creative Problem Solving... 15
2. Sintaks Model Creative Problem Solving ... 19
3. Kelemahan dan Kelebihan Model Creative Problem Solving ... 22
B. Teknik Diagram Vee ... 23
1. Pengertian Diagram Vee ... 23
xi
1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif ... 29
2. Teori-Teori Berpikir Kreatif ... 31
3. Ciri-ciri Keterampilan Berpikir Kreatif ... 33
4. Prinsip-prinsip Berpikir Kreatif ... 35
D. Hakikat Pembelajaran Biologi ... 36
1. Hakikat Biologi ... 36
2. Tujuan Pembelajaran Biologi ... 39
3. Fungi ... 40
E. Kerangka Pemikiran ... 47
F. Penelitian Relevan ... 49
G. Hipotesis ... 50
1. Hipotesis Penelitian ... 51
2. Hipotesis Statistik ... 51
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
B. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... 52
C. Variabel Penelitian ... 53
D. Definisi Operasiaonal ... 54
E. Populasi dan Sampel ... 55
1. Populasi ... 55
2. Sampel ... 56
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 56
F. Prosedur Penelitian ... 57
1. Tahap Persiapan ... 57
xii
I. Analisis Uji Instrumen ... 60
1. Uji Validitas Instrumen ... 60
2. Uji Reabilitas ... 63
3. Uji Tingkat Kesukaran ... 65
4. Daya Beda ... 66
J. Teknik Analisis Data ... 69
1. Uji Normalitas ... 69
2. Uji Homogenitas... 70
3. Uji Hipotesis Statistik ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73
1. Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74
2. Nilai Hasil Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Perindikator ... 75
3. Analisis Data Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 78
B. Pembahasan ... 81
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 94
C. Penutup ... 95
xiii
1 Hasil Observasi Awal Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X
MAN 2 Bandar Lampung ... 5
2 Desain Penelitian ... 53
3 Data Jumlah Peserta Didik Kelas X MAN 2 Bandar Lampung ... 55
4 Jumlah Sampel Kelas X MIA 3 dan X MIA 4... 56
5 Hasil Validitas Uji Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 63
6 Kriteria Reliabilitas ... 64
7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 65
8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Berpikir Kreatif Valid ... 66
9 Uji Daya Beda ... 67
10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 68
11 Hasil Nilai Postes Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74
12 Persentasi Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Perindikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76
13 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79
14 Hasil Uji Homogen Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80
xiv
1 Diagram Vee ... 27
2 Kerangka Pemikiran ... 48
3 Diagram Nilai Keterampilan Berpikir Kreatif ... 75
xv
1. Profil Sekolah ...97
2. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen X MIA 4 ...102
3. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol X MIA 3 ...103
4. Silabus Kegiatan Peminatan Matematika Dan Ilmu-Ilmu Alam Mata Pelajaran Biologi SMA/MA ...104
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen...108
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ...120
7. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ...131
8. LKK 1 ...141
9. Diagram Vee ...143
10.LKK 2 ...144
11.Diagram Vee ...146
12.Foto-Foto Kelas Eksperimen ...147
13.Foto-Foto Kelas Kontrol ...151
14.Uji Validitas Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ...154
15.Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ...155
16.Uji Tingkat Kesukaran ...156
17.Uji Daya Pembeda ...157
18.Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...158
19.Uji Normalitas Kelas Kontrol ...159
20.Uji Homogenitas ...160
21.Uji t Independent ...161
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji tentang makhluk
hidup dan komponen penyusun kehidupan. Menurut Nuryani, seorang guru Biologi
harus mengetahui prinsip Biologi yakni dapat berkomunikasi dengan alam terutama
makhluk hidup, gejala dan ciri hidup serta bisa merencanakan dan melakukan
persiapan-persiapan untuk mengajarkan pelajaran Biologi.1 Guru Biologi harus bisa
mengkomunikasikan pengetahuannya, mendemonstrasikan materi ajar agar konsep
pelajaran bisa dicapai, dan guru bisa mengajak peserta didiknya untuk aktif dalam
pelajaran dan dapat berinteraksi kepada sesama peserta didik. Dengan adanya
komunikasi ini maka proses pembelajaran dapat berlangsung. Karena proses
pembelajaran membutuhkan adanya interaksi timbal balik antara pendidik dan peserta
didik sehingga tercipta suasana belajar yang aktif.
Pembelajaran adalah mampu memberikan efek positif kepada peserta didik
dalam memaknai proses pembelajaran agar peserta didik bisa memiliki motivasi yang
tinggi dalam belajar, belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh
semangat, antusias, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.
Proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, peserta
1
didik, kurikulum, sarana dan prasarana, guru mempunyai tugas untuk memilih model
dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang di sampaikan demi
tercapainya tujuan pendidikan.2 Tanpa adanya hal-hal tersebut maka tidak akan
tercapai tujuan dari pembelajaran. Seperti sebelum melakukan pembelajaran, guru
harus sudah mempersiapkan diri, materi yang akan disampaikan, serta rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan di ajarkan kepada peserta didik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan
yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual
dan faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial.3 Faktor individual
antara lain : faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan
faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan
motivasi sosial. Faktor guru dan cara mengajarnya termasuk di dalamnya yaitu model
pembelajaran.
Joyce dan Weill berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.4 Adanya model dalam pembelajaran akan
mempermudah guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan terstruktur yang
2Ibid.
h. 26
3
Purwanto, N. Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 123
4
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
menarik minat peserta didik untuk ingin tahu lebih dalam materi pelajaran sehingga
dengan model tersebut dapat dilihat peserta didik yang aktif atau yang pasif dalam
pelajaran. Model-model pengajaran tersebut dirancang dengan tujuan untuk
pengajaran konsep-konsep informasi, cara-cara berpikir, nilai-nilai sosial, dan
sebagainya dengan meminta peserta didik untuk terlibat aktif dalam tugas-tugas
kognitif dan sosial tertentu.5
Untuk mengetahui keadaan sekolah yang akan diteliti, maka peneliti
melakukan observasi ke sekolah. Sekolah tersebut adalah MAN 2 Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, di MAN 2 Bandar Lampung
pada tanggal 18 Mei 2017, peneliti melihat bahwa proses pembelajaran terlihat cukup
efektif, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah diskusi. Pada
observasi kedua pada tanggal 23 Mei 2017, peneliti melakukan observasi lagi,
peneliti melihat bahwa guru menggunakan metode diskusi juga dengan materi yang
berbeda.
Saat observasi pertama peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Dra. Eny
Supriati selaku guru mata pelajaran biologi MAN 2 Bandar Lampung yaitu:6
1. Guru lebih sering menggunakan pembelajaran dengan metode diskusi
2. Keterampilan berpikir kreatif peserta didik sebagian sudah cukup baik dan
sebagiannya lagi belum baik.
5Ibid,
73
6
3. Saat pembelajaran keterampilan berpikir peserta didik berubah-ubah sesuai
kondisi lingkungan peserta didik, terkadang peserta didik kreatif dalam
pembelajaran dan terkadang juga kurang kreatif.
4. Belum pernah melakukan penilaian keterampilan berpikir kreatif peserta
didik, pengambilan nilai biasanya dilakukan dengan melihat keaktifan
peserta didik dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk mengembangkan atau
menemukan ide yang asli. Kemampuan untuk berpikir kreatif sangat dibutuhkan
untuk menghadapi berbagai masalah. Indikator untuk mengukur keterampilan
berpikir kreatif peserta didik yaitu: memprediksi, menemukan sebab-sebab, menerka
akibat dari suatu sebab kejadian dan bertanya.
Kegiatan belajar mengajar di kelas sebagian besar peserta didik masih
mengalami kesulitan mengungkapkan buah pikirannya secara verbal dan tertulis,
selama pembelajaran berlangsung ada peserta didik yang aktif dan banyak pula
peserta didik yang pasif. Peserta didik hanya mendapatkan informasi dari guru tanpa
mengembangkan kreativitasnya. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik kurang
aktif serta mudah merasa jenuh dalam proses pembelajaran.
Guru sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas.
Guru harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi peserta didiknya. Guru
harus mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna dan dapat
mengelola sumber belajar yang di perlukan. Di sisi lain, peserta didik harus terlibat
sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil
perolehannya secara komunikatif. Mereka di bimbing agar mampu menentukan
kebutuhannya, menganalisis informasi yang diterima, serta menyeleksi dan memberi
arti pada informasi baru.
Peneliti melakukan tes keterampilan berpikir kreatif kepada peserta didik
untuk mengetahui apakah peserta didik di MAN 2 Bandar Lampung memiliki
keterampilan berpikir kreatif yang tinggi atau rendah. Soal atau tes yang diberikan
berupa soal esai, sebanyak 6 soal. Soal-soal tersebut di ambil dari hasil penelitian Ana
Lizia Latifah, kemudian digunakan oleh peneliti untuk mengetahui keterampilan
berpikir kreatif peserta didik di sekolah tersebut.
Tabel 1
Hasil Observasi Awal Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X MAN 2 Bandar Lampung
No Kelas
Jumlah Peserta Didik
Tinggi Sedang Rendah
1 X MIA1 35 5 30% 15 29% 15 25%
2 X MIA 2 35 6 29% 12 41% 17 26%
3 X MIA 3 30 7 18% 3 28% 20 51%
4 X MIA 4 30 10 40% 12 30% 8 30%
Hasil data di atas dapat dilihat bawasannya dari keempat kelas di atas, yang
memiliki kategori tinggi dalam keterampilan berpikir kreatif adalah kelas X MIA 4.
Namun tingginya keterampilan berpikir kreatif kelas X MIA 4 hanya sebesar 40%.
Hal ini masih tergolong rendah. Rendahnya keterampilan berpikir peserta didik, di
karenkan peserta didik jarang sekali dirangsang dalam mengerjakan soal-soal yang
Berdasarkan hasil penelitian dari Eka Fitriah, aktivitas siswa untuk memberikan solusi kreatif sebagai upaya pemecahan masalah yang dilakukan melalui sikap dan pola kritis kreatif, memiliki banyak alternatif pemecahan masalah, memiliki ide baru dalam pemecahan masalah, terbuka dalam perbaikan, menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian menyampaikan pendapat, berpikir divergen, dan fleksibel dalam upaya pemecahan masalah.7 Contohnya seperti peserta didik sangat membutuhkan daya kritis dan kreatif peserta didik dalam menyikapi masalah-masalah alam yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan berpikir kreatif peserta didik dapat ditingkatkan dengan
berbagai cara yang dapat dilakukan pendidik. Misalnya, dengan menggunakan model
pembelajaran, strategi, metode, dan media pembelajaran yang dapat menarik
perhatian peserta didik saat proses pembelajaran. Kondisi lingkungan dan pemilihan
model pembelajaran yang sesuai dan mendukung materi pembelajaran juga menjadi
faktor yang mempengaruhi perkembangan berpikir kreatif peserta didik.
Pembelajaran yang diperlukan sekarang ini adalah pembelajaran yang kreatif
dan inovatif, teknik pembelajaran tersebut berpusat pada peserta didik yaitu
pembelajaran yang menekankan bahwa peserta didik sendirilah yang akan
membangun pengetahuannya. Sedangkan guru merancang kegiatan pembelajaran
bagi peserta didik untuk meningkatkan pengetahuannya. Sebagaimana dalam firman
Allah sebagai berikut :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
7 Eka Fitriah, “Implementasi Model Creative Problem Solving
Bervisi SETS Dalam
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Kreativitas Siswa SMA Berbasis Pesantren”. Jurnal
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Qs. An-Nahl 125).8
Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru
ketika mengajar. Salah satunya adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) yaitu pembelajaran kooperatif yang memusatkan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model “Creative Problem Solving” (CPS) adalah suatu model pembelajaran
yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan
masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.9 Ketika dihadapkan dengan
suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan pemecahan masalah
untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.
Pemecahan masalah pada model pembelajaran ini tidak hanya dengan cara
menghafal tanpa dipikir, melainkan juga menggunakan keterampilan memecahkan
masalah memperluas proses berpikir. Suatu keaslian berpikir tanpa adanya contoh
penyelesaian sebelumnya. Jika ada masalah dan peserta didik tidak tahu bagaimana
cara menyelesaikannya, tetapi peserta didik disini akan tertarik dan tertantang untuk
menyelesaikannya. Peserta didik akan menggunakan segenap pemikirannya, memilih
strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu
masalah tersebut.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur”an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2002), h. 383
9
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM (Jakarta:
Penerapan model CPS dapat menimbulkan minat, kreatif, dan motivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga diperoleh manfaat yang maksimal
baik dari proses maupun hasil belajar. Dari proses tersebut dapat dilihat dengan
adanya perubahan cara berpikir peserta didik sehingga dapat menghasil hasil belajar
yang dapat dilihat juga melalui keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Ketika
dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan
memecahkan masalah (problem solving) untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Suatu soal yang dianggap sebagai
“masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh
penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada masalah ini,
peserta didik tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi peserta didik
tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Peserta didik menggunakan segenap
pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses sampai menemukan
penyelesaian dari suatu masalah.
Perbedaan CPS dengan model pembelajaran lainnya yaitu pada model
pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk dapat memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru secara kreatif. Sehingga dalam pembelajaran peserta didik akan
merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Dengan
pemecahan masalah, maka guru menekankan agar pengajaran memberikan
kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif dan tahu benar apa
Selain itu untuk mempermudah dalam penerapan CPS di kelas maka
digunakan diagram vee sebagai salah satu cara untuk mengorganisasikan proses
pemecahan masalah yang menarik, menstrukturkan masalah sehingga lebih mudah
untuk dapat dipecahkan. Seperti pada sintaks atau langkah CPS ketiga, Problem Finding yaitu proses dari kreativitas. Kreatif dalam mendefinisikan kembali perihal permasalahan agar peserta didik dapat lebih dekat dengan masalah sehingga
memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Dengan digunakanya
diagram vee ini maka akan lebih mempermudah peserta didik untuk mengetahui
masalah yang dihadapi dan cara pemecahannnya secara cepat dan tepat. Menurut
Novak & Gowin, diagram vee pada dasarnya merupakan media untuk membuat
hubungan antara thinking dan doing yang terjadi selama di laboratorium.10 Diagram vee digunakan untuk menjelaskan ide pokok yang memperhatikan dasar pengetahuan dan proses penyusunan pengetahuan di dalam pengajaran laboratorium. Namun,
diagram vee ini sudah banyak digunakan sebagai media guru untuk mengetahui atau
menganalisis sampai mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang sudah di
sampaikan oleh guru. Diagram vee memiliki sisi konseptual (berfikir) dan sisi
metodologis (bekerja) yang berguna bagi peserta didik untuk mempermudah dalam
pemecahan suatu masalah.
Perkembangan berpikir seorang peserta didik bergerak dari kegiatan berpikir
konkret menuju berpikir abstrak. Seorang guru perlu memahami kemampuan berpikir
peserta didik sehingga tidak memaksakan materi-materi pelajaran yang tingkat
10
Sabri, Diagram V: Perangkat Metakognisi untuk Penyelesaian Masalah Matematika.
kesukarannya tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik. Apabila hal ini terjadi
maka peserta didik mengalami kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari
materi pelajaran yang diberikan, maka usaha guru untuk membelajarkan peserta didik
bisa disebut gagal, disini penting bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan
berpikir kreatif.
Fauzi dalam Supardi mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
berpikir kreatif “berpikir kreatif yaitu berpikir untuk menentukan
hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,
menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru, dan sebagainya”.11
Oleh
karena itu dengan berpikir kreatif kita dapat menemukan dan menentukan hal-hal
baru dalam penyelesaian suatu masalah.
Materi fungi merupakan salah satu materi Biologi di kelas X yang berpotensi
untuk cara berbicara, penguasaan materi dan keterampilan peserta didik untuk
berpikir kreatif. Materi ini menuntut adanya penjelasan yang rinci disertai,
gambar-gambar yang jelas, dan peserta didik dituntut berpikir kreatif dalam pemecahan
masalah untuk menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Antusias peserta didik yang kurang dalam memecahkan masalah secara
kreatif dan terkonsep, mengakibatkan proses pembelajaran terlihat monoton dan
kurang aktif. Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan model CPS disertai
diagram vee adalah salah satu solusi alternatif yang mungkin dilakukan dalam
pembelajaran, sebab pembelajaran menggunakan model CPS akan membantu peserta
didik untuk memecahkan masalah secara kreatif dan dibantu diagram vee ini akan
mempermudah peserta didik dalam analisis akar permasalahan sehingga dalam
pemecahan masalah akan lebih kreatif dan tepat. Penggunakan diagram vee akan
membantu peserta didik untuk mengilustrasikan secara terbuka hasil penapsiran dan
pemahaman peserta didik tentang topik yang dikaji atau masalah yang dipecahkan
dan menganalisis akar permasalahannya.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang model pembelajaran CPS disertai diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif, yang tertuang dalam sebuah judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Disertai Teknik Diagram Vee Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Materi Fungi Kelas X MAN 2
Bandar Lampung”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka identifikasi masalah
pada penulisan penelitian ini antara lain:
1. Peserta didik masih mengalami kesulitan mengungkapkan buah pikirannya
secara verbal dan tertulis, sehingga mengalami kesulitan dalam pemecahan
masalah.
2. Kurangnya model pembelajaran yang menarik, aktif dan inovatif yang
menekankan peserta didik berperan aktif dan menyenangkan dalam
3. Kurangnya konsep dalam belajar yang membuat peserta didik kreatif dalam
pemecahan masalah.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengatasi meluasnya permasalahan, maka dibuatlah batasan masalah
untuk penelitian ini, yaitu:
1. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X MAN 2 Bandar Lampung
2. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini dibatasi pada
pembelajaran model Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik diagram veeterhadap keterampilan berpikir kreatif dengan materi fungi.
3. Berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari 4 aspek yaitu:
memprediksi, menemukan sebab-sebab, menerka akibat dari suatu sebab
kejadian dan bertanya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CPS disertai teknik diagram
vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik materi fungi kelas X MAN 2
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
Mengetahui pengaruh model pembelajaran CPS disertai teknik
diagram vee terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik materi fungi
kelas X MAN 2 Bandar Lampung
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Peserta Didik
Untuk meningkatkan minat belajar, keterampilan berpikir kreatif dan
cara pemecahan masalah secara kreatif sehingga hasil belajar yang diperoleh
dapat tercapai secara optimal, serta menumbuhkan kemampuan peserta didik
untuk bekerja sama, berinteraksi dan berkomunikasi antara sesama peserta
didik.
b. Bagi Guru
Sebagai informasi dalam meningkatkan kualitas mengajarnya dalam
menentukan pendekatan, metode, dan model pengajaran yang tepat guna
sehingga dapat meningkatkan cara berpikir kreatif peserta didik, serta
memberikan alternatif contoh, agar dapat mulai menggunakan CPS disertai
teknik diagram veesebagai salah satu pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran sains
d. Bagi Peneliti
Menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan penggunaan
model pembelajaran dalam pembelajaran Biologi dan sebagai acuan,
perbandingan, ataupun referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian
sejenis.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari agar tidak terjadinya kesalahpahaman dan
kesimpangsiuran dalam penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Objek penelitian ini adalah pembelajaran Biologi dengan menggunakan
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik diagram veeterhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik.
2. Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X semester ganjil MAN
2 Bandar Lampung 2017/2018
3. Wilayah dalam penelitian ini adalah MAN 2 Bandar Lampung
4. Penelitian ini akan dilaksanakan pada saat peserta didik duduk dikelas X
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
1. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Pada pertengahan 1950, para pembisnis dan pendidik berkumpul bersama
di Annual Creative Problem Solving Institute yang dikoordinasi oleh Osborn di Buffalo.1 Mereka saling bertukar metode dan teknik dalam rangka dalam
mengembangkan suatu kreativitas kursus yang bisa berguna bagi masyarakat
pada umumnya. Akhirnya, diskusi itu melahirkan sebuah program yang dikenal
dengan Creative Problem Solving.
Model “Creative Problem Solving” (CPS) adalah suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.2 Ketika
dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan
keterampilan pemecahan masalah untuk memilih dan mengembangkan
tanggapannya.
1
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), h. 297
2
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM (Jakarta:
Model pembelajaran CPS adalah suatu model pembelajaran yang
memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti
dengan pengutan ketampilan Problem Solving. Problem Solving diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah.3 Berpikir menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Dilakukan melalui tahapan-tahapan
dengan didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Model CPS merupakan variasi dari pembelajaran Problem Solving dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematis dalam mengorganisasikan
gagasan kreatif untuk menyelesaikan masalah. CPS adalah suatu proses, metode,
atau sistem untuk mendekati suatu masalah di dalam suatu jalan imajinatif dan
menghasilkan tindakan efektif.4 Pendekatan pemecahan masalah, menekankan
agar pengajaran memberikan kemampuan cara pemecahan masalah yang objektif
dan tahu benar apa yang dihadapi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa CPS
adalah pembelajaran yang memusatkan pada pemecahan masalah dengan cara
berpikir kreatif. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir.5 Suatu keaslian berpikir
3 Isti Zaharah, “Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan 1
-20 Melalui Model
Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Video Compact Disk(VCD) Pada Anak Tunarungu”.
E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)Vol. 1 No. 2 (Mei 2012), h. 204
4 Fian Totiana, Elfi Susanti VH, Tri Redjeki. “Efektivitas Model Pembela
jaran Creative
Problem Solving (CPS) Yang Dilengkapi Media Pembelajaran Laboratorium Virtual Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid Kelas Xi Ipa Semester Genap Sma Negeri 1 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011/2012”. JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Hal. 74-79 ISSN 2337-9995 (2012), h. 75
5
tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal
latihan. Pada soal latihan, peserta didik telah mengetahui cara penyelesaiannya,
karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan
biasanya telah ada contoh soal. Jika ada masalah dan peserta didik tidak tahu
bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi peserta didik tertarik dan tertantang
untuk menyelesaikannya. Peserta didik menggunakan segenap pemikiran,
memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan
penyelesaian dari suatu masalah.
Pendekatan pemecahan masalah, menekankan agar pengajaran
memberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif
dan tahu benar apa yang dihadapi. Kesimpulan yang secara mendasar dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan,
peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk
memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara
menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dan memperluas
proses berpikir.
Terdapat 3 ciri utama dari Problem Solving.6
a. Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Problem Solving tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal
6
materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Solving peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah
proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo, yaitu sebagai berikut :7
a. Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsic bagi peserta didik.
c. Potensi intelektual peserta didik meningkat.
7
d. Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui
proses melakukan penemuan.
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam
memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut : a. Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
b. Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
c. Menentukan strategi penyelesaian.
d. Menyelesaikan masalah.
Menurut Hudojo dan Sutawijaya, menjelaskan bahwa langkah-langkah
yang diikuti dalam penyelesaian problem solving yaitu sebagai berikut:8 a. Pemahaman terhadap masalah
b. Perencanaan penyelesaian masalah
c. Melaksanakan perencanaan
d. Melihat kembali penyelesaian
2. Sintaks Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Ada enam kriteria yang dijadikan landasan dan sering disingkat dengan
OFPISA: Objective Finding, Fact Finding, Problem Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding.
Osborn-lah yang pertama kali memperkenalkan struktur CPS sebagai
metode untuk menyelesaikan masalah secara kreatif. Menurut Osborn, hampir
semua upaya pemecahan masalah selalu melibatkan keenam karakteristik
8
tersebut. Dalam konteks pembelajaran, CPS juga melibatkan keenam tahap
tersebut untuk dapat dilakukan oleh peserta didik. Guru dalam CPS bertugas
untuk mengarahkan upaya pemecahan masalah secara kreatif. Guru juga
bertugas untuk menyediakan materi pelajaran atau topik diskusi yang dapat
merangsang peserta didik untuk kreatif dalam pemecahan masalah.
Sintaks proses CPS berdasarkan kriteria OFPISA model Osborn-Parnes
dapat dilihat sebagai berikut:9
Langkah 1: Objective Finding
Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Peserta didik
mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan mem-brainstorming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif mereka.
Sepanjang proses ini, peserta didik diharapkan bisa membuat suatu konsensus
tentang sasaran yang hendak dicapai oleh kelompoknya.
Langkah 2: Fact Finding
Peserta didik mem-brainstorming semua fakta yang mungkin berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang dihasilkan oleh
peserta didik. Guru memberi waktu kepada peserta didik untuk berefleksi tentang
fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling relevan dengan sasaran dan
solusi permasalahan.
9
Langkah 3: Problem Finding
Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan
kembali perihal permasalahan agar peserta didik bisa lebih dekat dengan masalah
sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Salah
satu teknik yang bisa digunakan adalah mem-brainstorming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas sebuah masalah.
Langkah 4: Idea Finding
Pada langkah ini, gagasan-gagasan didaftar agar dapat melihat
kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Langkah
mem-brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha peserta didik harus diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli seberapa relevan
gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah gagasan-gagasan terkumpul,
cobalah meluangkan beberapa saat untuk menyortir mana gagasan yang potensial
dan yang tidak potensial sebagai solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas
gagasan-gagasan tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan yang
sekiranya dapat menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.
Langkah 5: Solusi Finding
Tahap ini, gagasan-gagasan yang memilliki potensi terbesar dievaluasi
bersama. Salah satu caranya adalah dengan mem-brainstorming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria
ini dievaluasi hingga peserta didik menghasilkan penilaian yang final atas
Langkah 6: Acceptance Finding
Tahap ini, peserta didik mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan
cara berpikir yang sudah mulai berubah. Peserta didik diharapkan sudah
memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif.
Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa digunakan tidak hanya untuk
menyelesaikan masalah, tetapi mencapai kesuksesan.
3. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
Kelebihan model CPS (membuat peserta didik gemar menghafal dan aktif
dalam berbicara) digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:10
a. Menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang
banyak dan berdasarkan pertimbangan didaktis lebih baik
didramatisasikan dari pada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat
dihayati oleh peserta didik.
b. Melatih peserta didik agar mampu menyelesaikan masalah-masalah
sosial-psikologis.
c. Melatih peserta didik agar mereka dapat bergaul dan memberi
kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya
dan dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.
Kelemahannya model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) menitik beratkan pada cara menghafal sehingga peserta didik kurang memahami
10
apabila ada soal yang masalah pikiran. Akibatnya, peserta didik kurang jeli akan
soal-soal tersebut. Membuat peserta didik malas belajar, apalagi materi yang
membutuhkan konsep yang membutuhkan konsep yang banyak, contohnya
materi sejarah, antropologi, dan lain sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving adalah model pembelajaran yang tidak hanya menghafal tanpa dipikir,
memecahkan atau menyelesaikan masalah secara kreatif, dan melatih peserta
didik untuk dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap
orang lain beserta masalahnya dan dapat membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan-tujuan afektif.
B. Teknik Diagram Vee
1. Pengertian Diagram Vee
Diagram Vee mulanya dirancang oleh Professor Gowin dari Cornell
University pada awal tahun1980-an. Dipicu oleh terjadinya kesenjangan antara
kemampuan mahasiswa melaksanakan eksperimen laboratorium dan kesadaran
tentang hal yang mereka kerjakan dalam kaitannya dengan konstruksi teoretis
yang telah diperkenalkan kepada mereka. Diagram ini mengambil bentuk dasar
huruf V yang memuat empat bagian utama, yaitu: Pertanyaan Fokus, Sisi
Konseptual, Sisi Metodologis, dan Obyek.11
11 Sabri, “Diagram V: Perangkat Metakognisi untuk Penyelesaian Masalah Matematika”.
Diagram Vee merupakan salah satu alat metakognitif, diagram vee
digambarkan sebagai heuristik untuk pengetahuan pemahaman dan produksi
pengetahuan.12 Melatih peserta didik dengan untuk menumbuhkembangkan dan
meningkatkan pemahaman konseptual dan metodologis. Memfasilitasi peserta
didik untuk bekerja dan berkomunikasi secara matematis di kelas.
Diagram vee pada dasarnya merupakan metode untuk membuat
hubungan antara thinking dan doing yang terjadi selama di laboratorium. Diagram veedigunakan untuk menjelaskan idepokok yang memperhatikan dasar
pengetahuan dan proses penyusunan pengetahuan di dalam pengajaran
laboratorium.13 Diagram Vee adalah alat yang dirancang untuk membuka
struktur pengetahuan sebuah dokumen yang diberikan, program, atau peristiwa.
Diagram vee menggali informasi dengan cara yang mengembangkan pikiran
untuk berpikir dan kritis memeriksa struktur pengetahuan dari suatu karya.
Menurut Sudarmin bahwa suatu diagram vee menekankan pada dua
prosedural yaitu elemen konseptual atau berfikir yang terletak pada sisi kiri
diagram dan metodologis (bekerja) yang akan saling mengarahkan pada proses
pembentukan pengetahuan yang terletak pada sisi kanan diagram.14 Struktur
diagram vee dengan berbagai label dan pertanyaan membimbing memberikan
12 Novak & Gowin, “Learning How To Learn”
(New York: CAMBRIDGE UNIVERSITY
PRESS), h. 55
13Asrorul Azizi, Suciati, Maridi, “Pembelajaran Biologi Dengan Model PB
L Dengan Metode
Eksperimen Disertai Teknik “Vee Diagram” dan “Fishbone Diagram” Ditinjau dari Aktivitas Dan Kreativitas Belajar Siswa”. JURNAL INKUIRI, ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. I, 2014, h.10
14 Nurul Husna Annisa dan Sudarmin, “Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Berbantuan
panduan yang sistematis bagi peserta didik untuk alasan dari konteks masalah
(event / object) dan informasi yang diberikan (catatan) dalam mengidentifikasi prinsip yang relevan, teorema, definisiresmil dan aturan utama (prinsip-prinsip
dan konsep) yang dapat memandu pengembangan metode yang tepat dan
prosedur (transformasi) untuk menemukan jawaban (pengetahuan klaim) kepada
pertanyaan fokus.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diagram
vee adalah madia pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjelaskan,
mengetahui proses dan cara pemecahan masalah secara lebih tepat dan lebih
mudah. Diagram vee dirancang untuk membuka struktur pengetahuan, menggali
informasi dengan cara yang mengembangkan pikiran untuk berpikir dan kritis.
Memfasilitasi peserta didik untuk bekerja dan berkomunikasi secara matematis
di kelas.
2. Cara Menyusun Diagram Vee
Struktur diagram vee dengan segenap komponen dan pertanyaan
pemandunya memberikan kerangka kepada peserta didik untuk berpikir dan
bernalar secara lebih sistematis. Proses penalaran dalam penyelesaian masalah
dimulai dari identifikasi konsep dan prinsip yang relevan dan memberi arah
pengembangan strategi penyelesaian yang tepat (Transformasi) hingga
mengarahkan pada ditemukannya satu penyelesaian atau jawaban (Klaim
Apabila metode atau strategi penyelesaian masalah lebih mudah
ditemukan, jalur lain yang bisa digunakan adalah mulai dengan mengidentifikasi
prinsip atau konsep yang mendasari strategi penyelesaian yang ditempuh. Tanda
panah yang ada di tengah menandakan bahwa terjadi proses timbal balik saling
mempengaruhi antara kedua sisi V dengan berbagai komponennya. Proses
demikian ini diperlukan untuk menjamin bahwa landasan teoretis dan konseptual
diabstraksi dan ditampilkan di sisi kiri, dan pada saat yang sama, informasi,
penafsiran, dan transformasi untuk menemukan penyelesaian ditampilkan di sisi
kanan. Pada saat melengkapi diagram vee, informasi analisis konseptual
dipaparkan di sisi kiri. Informasi ini merupakan bentuk respon terhadap
pertanyaan “Teori apa yang relevan dengan masalah?” (teori landasan), “Apa
yang telah ketahui?” (misalnya, prinsip-prinsip matematika) dan “Apa ide
utamanya?” (konsep utama). Di sisi kanan tertera informasi yang tersedia dalam
soal (Informasi apa yang disediakan?) dan metode yang digunakan untuk
mentransformasi informasi yang diberikan (Bagaimana cara saya memperoleh
jawaban?) dengan menerapkan prinsip-prinsip yang telah dipaparkan.
Struktur diagram vee dengan berbagai label dan pertanyaan membimbing
memberikan panduan yang sistematis bagi peserta didik untuk alasan dari
konteks masalah (event / object) dan informasi yang diberikan (catatan) dalam mengidentifikasi prinsip yang relevan, teorema, definisiresmil dan aturan utama
tepat dan prosedur (transformasi) untuk menemukan jawaban (pengetahuan
klaim) kepada pertanyaan fokus.15
Gambar 1. Diagram vee
3. Kelebihan dan Kelemahan Diagram Vee
Kelebihan diagram vee di antaranya antara lain:16
a. Dapat mengajak peserta didik untuk berpikir ilmiah
b. Dapat mengajak peserta didik untuk menemukan konsep
Kelemahan dari diagram vee adalah perlunya banyak intruksi dan
bimbingan dari guru dimana diagram vee adalah sesuatu yang baru bagi peserta
didik.
4. Fungsi Diagram Vee
Diagram veeberfungsi untuk:
a. Menjelaskan ide pokok yang memperhatikan dasar pengetahuan proses
penyusunan pengetahuan pengajaran laboratorium.
15
Nurul Husna Annisa dan Sudarmin, Op.Cit, h.1694
16
b. Membantu sebagai penuntun untuk menjelaskan intruksi tentang proses
penelitian.
c. Memberikan suatu struktur untuk mengarahkan dan mendiskusikan
proses, suatu nilai penting bagi komunikasi dan suatu pengaturan
struktur yang bermanfaat.
C. Keterampilan Berpikir Kreatif.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.17
Kreativitas ini menciptakan produk baru dari kemampuan berfikir kreatif.
Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari
proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari
aspek pendorong kreativitas dari perwujudanya memerlukan dorongan internal
maupun dorongan eksternal dari lingkungan. Kreativitas menuntut keseimbangan
aplikasi dari aspek ansensial kecerdasan analitis, kreatif dan praktis, beberapa aspek
yang ketika digunakan secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan
dan kesuksesan yang akan didapatkan oleh peserta didik.
Menurut teori Gestalt bahwa pemikiran kreatif merupakan rekonstruksi dari
gestalt atau pola-pola yang secara struktur tidak sempurna dan apabila orang
17
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta,2014)
berhadapan dengan suatu masalah, maka ia memahami masalah tersebut secara
keseluruhan sehingga dinamika dari kekuatan dan ketegangan masalah tertekan di
dalam pikiranya hingga mengakibatkan desakan yang akan memunculkan suatu
penyelesaian masalah.18
1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif
Keterampilan berpikir adalah keterampilan-keterampilan yang relatif
spesifik dalam memikirkan sesuatu yang diperlukan seseorang untuk memahami
suatu informasi berupa gagasan, konsep, teori dan sebagainya.19 Pengetahuan dan
keterampilan berpikir merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang. Dari
pengetahuan atau teori yang dipelajari, seseorang akan berpikir bagaimana cara
menerapkan teori yang telah di pelajarnya menjadi sesuatu yang baru. Seperti
melakukan inovasi merubah sesuatu benda yang sudah ada menjadi suatu benda
yang berbeda dari sebelumnya.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.20
Selanjutnya berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang
18
Agung Wahyudi, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar
matematika dengan menggunakan Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) Pada siswa kelas viid smp n 2 depok,(yogyakarta, skripsi, 2011) h. 26
19
Liliasari, Berpikir Kompleks Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. (Makasar:
UNM, 2013), h. 59
20
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2014)
digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan baru. Berpikir kreatif
sebagai kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan
pada intuisi dalam kesadaran.
Sejalan dengan hal tersebut, berpikir kreatif merupakan salah satu tingkat
tertinggi seseorang dalam berpikir, yaitu dimulai ingatan (recall), berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir yang tingkatnya di atas ingatan (recall) dinamakan penalaran (reasoning). Sementara berpikir yang tingkatnya di atas berpikir dasar dinamakan berpikir tingkat tinggi (high order thinking).
Marzano mengemukakan 5 aspek berpikir kreatif sebagai berikut, yaitu:
Dalam kreatifitas, berkaitan erat keinginan dan usaha. Untuk menghasilkan
sesuatu yang kreatif diperlukan usaha, menghasilkan sesuatu yang berbeda dari
yang telah ada. Orang yang kreatif berusaha mencari sesuatu yang baru dan
memberikan alternatif terhadap sesuatu yang telah ada, kreativitas lebih
memerlukan evaluasi internal dibandingkan eksternal, kreatifitas meliputi ide
yang tidak dibatasi.21
Treffinger dalam Munandar mengatakan bahwa pribadi yang kreatif
biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan.22 Rencana inovatif serta produk
orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan
mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.
21Ibid
, h. 21
22
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif
adalah aktivitas mental yang dialami jika dihadapkan pada suatu permasalahan
yang harus dipecahkan. Dimana berpikir kreatif termasuk kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang mampu menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda dari
yang sudah ada. Selanjutnya indikator dari berpikir kreatif ini adalah
memprediksi, menemukan sebab-sebab, dan menerka akibat dari suatu sebab
kejadian, serta bertanya.
2. Teori-Teori Berpikir Kreatif
Teori-teori berpikir kreatif mengarah pada tiga perspektif berpikir kreatif.
Ketiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut:23
Perspektif pertama, perspektif supranatural adalah pandangan tradisional tentang berpikir kreatif. Di dalam perspektif ini, orang yang kreatif dilahirkan
dan tidak dibuat kreatif melalui pelatihan.
Perspektif kedua, perspektif rasionalisme menghadirkan proses berpikir dalam hal konsekuensi-konsekuensi alami yang dihasilkan dari
penerapan-penerapan prinsip-prinsip universal. Pandangan ini menyatakan bahwa semua
kegiatan dari dunia kita saling melengkapi satu sama lainnya.
Perspektif ketiga,perspektif developmental yang menekankan bahwa perkembangan berpikir kreatif sesuai dengan perkembangan pertumbuhan
seseorang. Menurut Gowan, tahapan-tahapan pertumbuhan kreatif meliputi
dunia, ego, dan tranformasi energi dari satu level pertumbuhan ketahap
23
selanjutnya dari perkembangan menjadi dewasa. Torrance menyatakan bahwa
berpikir kreatif sebagai salah satu perkembangan “puncak” di dalam tahapan
-tahapan pertumbuhan seseorang.
Periode-periode (fase) berpikir kreatif, proses yang terjadi ternyata
melalui beberapa fase tertentu. Suatu ide tidak dapat dengan tiba-tiba muncul di
dalam benak kita. Ide-ide terjadi setelah berbagai macam simbol diolah di alam
bawah sadar kita. Sehingga dapat dikatan bahwa dalam terjadinya berpikir kreatif
mau tidak mau akan melewati beberapa fase. Menurut Wallas; Chauhan; dan
Munandar mengemukakan fase-fase perkembangan berpikir kreatif yang
dilaporkan oleh para novelis, artis, dan komposer.24
Fase persiapan. Dalam fase ini individu memusatkan perhatian pada masalah, membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu,
mengorganisasikan data, merumuskan masalah, dan memprediksi informasi yang
terbatas, mengemukakan hipotesis yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
Fase inkubasi. Pada fase inkubasi, individu membangun pengetahuan yang telah dimiliki untuk menguji hipotesis dan menyusun kembali serta mentes
ide-ide dengan memandang informasi yang berbeda mengajukan pertanyaan.
Pada fase ini individu benar-benar melibatkan diri dan mengalami masalah yang
dihadapi. Sekalipun nampak tidak ada kegiatan serat kemajuan yang nyata,
namun masalah tersebut sedang dalam penyelesaian secara tidak disadari.
24
Fase iluminasi. Pada fase ini, individu tiba-tiba memperoleh suatu inspirasi tentang tema dan hubungan, antara berbagai komponen dari masalah
yang dicapai.
Fase revisi. Fase revisi merupakan fase yang terakhir di dalam proses berpikir kreatif. Pada fase ini individu memikirkan, mengevaluasi, melakukan
perubahan dan perbaikan masalah, menyesuaikan hipotesis kembali.
3. Ciri-Ciri keterampilan berfikir kreatif
Pada penilaian keterampilan berpikir kreatif orang dewasa dan anak-anak
sering digunakan “The torrance test of creative thingking (TTCT)”. Ada tiga
komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT yaitu
kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Kelancaran mengacu pada ide-ide yang
dibuat dalam merespon sebuah perintah. Keluwesan terlihat dari
perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan adalah keaslian ide
yang dibuat dalam merespon perintah. Ciri-ciri berpikir kreatif adalah sebagai
berikut :
a. Keterampilan berpikir lancar (Fluency)
Keterampilan berpikir lancar adalah mencetuskan banyak ide,
jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak cara atas
saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan jawaban lebih
dari satu jawaban.
b. Keterampilan berpikir luwes (Flexibility)
Keterampilan berpikir luwes adalah menghasilkan gagasan, jawaban,
yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda,
mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c. Keterampilan berpikir orisinil kebaruan (originality)
Keterampilan berpikir orisinil adalah mampu melahirkan ungkapkan
yang berbeda dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri, mampu mebuat kombinasi yang tidak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterampilan memperinci (elaboration)
Ciri-ciri Keterampilan berpikir kreatif adalah mampu berkarya dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci
secara detail subjek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Sementara pendapat dari liliasari, indikator keterampilan berpikir kreatif
adalah medeskripsikan, menemukan sebab-sebab, dan menerka akibat dari
suatu sebab kejadian, serta bertanya.
e. Kompleksitas (Complexity)
Keterampilan memasukkan suatu konsep, ide, atau hasil karya yang
sulit, ruwet, berlapis-lapis atau berlipat ganda ditinjau dari berbagai segi.
f. Keberanian mengambil resiko (Rask-taking)
Kemampuan bertekad dalam mencoba sesuatu yang penuh resiko.
g. Imajinasi (imaginasion)
Kemampuan untuk berimajinasi, menghayal, menciptakan
barang-barang baru melalui percobaan melalui yang dapat menghasilkan produk
h. Rasa ingin tahu (Curiosity)
Kemampuan mencari, meneliti, mendalami, dan keinginan mengetahui
sesuatu yang lebih jauh.
4. Prinsip-Prinsip Berpikir Kreatif
Menurut Perkins ada enam prinsip umum berpikir kreatif sebagai berikut:25
a. Estetika berpikir kreatif melibatkan standar praktis
Orang kreatif berusaha ingin tahu sesuatu yang mendasar, luas dan kuat.
b. Berpikir kreatif tergantung kepada tujuan yang akan dicapai
Orang kreatif mengeksplorasi tujuan dan menggunakan
pendekatan-pendekatan dalam mengenali sifat masalah, menemukan suatu solusi yang
standar, dan bersedia untuk mengubah pendekatan dikemudian hari, dan
bahkan mendefinisikan ulang masalah apabila diperlukan.
c. Berpikir kreatif lebih cenderung tidak terpusat pada suatu kompetensi
Orang kreatif mempertahankan standar yang tinggi, menerima
kebingungan, ketidakpastian dan resiko kegagalan yang lebih tinggi sebagai
bagian dari proses dan belajar untuk melihat kegagalan, dan bahkan menarik
dan menantang.
d. Berpikir kreatif lebih banyak bersifat subjektif
Orang kreatif mempertimbangkan berbagai sudut pandang berbeda
melakukan evaluasi dan menemukan ide-ide yang praktis.
25
e. Berpikir kreatif bergantung pada motivasi intrinsik daripada ekstrinsik
Orang kreatif dapat memilih apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukan. Mereka memahami tugas sebagaimana kompetensi mereka miliki,
melihat apa yang mereka lakukan sebagai sesuatu yang berharga dalam
dirinya sendiri, dan menikmati kegiatan yang dilakukan.
D. Hakikat Pembelajaran Biologi 1. Hakikat Biologi
Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan
ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Biologi juga merupakan wadah
untuk membangun warga negara yang memperhatikan lingkungan serta
bertanggungjawab kepada masyarakat, bangsa, dan negara disamping beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi berkaitan dengan cara
mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Pendidikan Biologi
menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Kemungkinan untuk
mengembangkan teknologi relevan dari konsep-konsep Biologi yang dipelajari
sangat dianjurkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik
dapat merasakan manfaat pembelajaran Biologi tersebut bagi dirinya serta