• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 6 - 1 - DOCRPIJM 17587c3d74 BAB VI6. BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab 6 - 1 - DOCRPIJM 17587c3d74 BAB VI6. BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai Rencana Program Investasi

Infrastruktur bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman,

rencana Penataan Bangunan Dan Lingkungan (PBL), rencana pengembangan

sistem penyediaan air minum, dan rencana Penyehatan Lingkungan Permukiman

(PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting,

permasalahan, dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan program

dan pembiayaan masing-masing sektor.

Dalam perencanaan tiap-tiap sektor dilakukan kajian terhadap program-program

sektoral pula dengan tetap mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan

kegiatan untuk merumuskan program dan kegiatan yang dibutuhkan oleh

masing-masing sektor sesuai isu-isu strategis yang mempengaruhinya. Berikut

fotret eksisting Kabupaten Tapanuli Utara.

BAB

VI

(2)

6.1. Pengembangan Permukiman

Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan

kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis

dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya

membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,

mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat

pendidikan keluarga, budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan

datang. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan

meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain

pemenuhan kebutuhan papannya. Sebagai dampak urbanisasi, saat ini

kota-kota di dunia termasuk di Indonesia menghadapi berbagai tantangan

pembangunan yang kompleks. Kota-kota menanggung beban dengan

tumbuhnya permukiman kumuh, meningkatnya kemiskinan dan pengangguran,

serta semakin lebarnya kesenjangan sosial, karena lebih kurang 50% penduduk

dunia saat ini tinggal di perkotaan.

Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian

yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai

prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi

lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan

permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan

kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri

dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan.

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan pada

hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang

layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

(3)

permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,

pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan

ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perkembangan

permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya

masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi

masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi

desain, pola,dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

Pertumbuhan penduduk dan kegiatan usahanya yang berdampak pada

bertambahnya kebutuhan perumahan belum seluruhnya mampu diakomodir

oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan dalam penyediaan

prasarana dan sarana sehingga sering kali dijumpai kawasan perkotaan menjadi

kumuh dan tidak layak huni. Pada kawasan permukiman di perdesaan

permasalahan yang sering dijumpai yaitu belum tersedianya atau masih

terbatasnya prasarana dan sarana dasar jalan poros desa (jalan usaha tani),

pelayanan air minum, sanitasi dan lain-lain.

Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan

yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Penyelenggaraan kawasan

permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai

dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman

dilaksanakan melalui:

 Pengembangan pada permukiman yang telah ada;  Pembangunan permukiman baru;

(4)

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Kegiatan pengembangan permukiman ditujukan untuk memenuhi standar

pelayanan minimal infrastruktur permukiman dan mendukung pengembangan

wilayah. Keterpaduan pengembangan permukiman dengan sektor lain untuk

lebih mendorong terwujudnya permukiman layak huni dan berkelanjutan.

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat

peraturan perundangan, antara lain:

1. Millenium Development Goals (MDGs) Target 7D.

Permukiman kumuh telah menjadi agenda global. Adapun target MDGs,

yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk

miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015-2019.

Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang terpenuhinya penyediaan air

minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan

mendukung pertanian, pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem

pembiayaan jangka panjang; terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

3. RPJMN 3 2015-2019.

Tema besar RPJMN 3 (tiga) tahun 2015-2019 adalah daya saing

(competitiveness) dengan demikain selayaknya ketersediaan layanan

infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air dan listrik) sudah

terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa arahan dalam bidang Permukiman

adalah:

 Terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi

kebutuhan dasar masyarakat menjadi 100% akses air minum dan

sanitasi;

 Dengan indikator meningkatnya akses penduduk terhadap air minum

layak menjadi 100% dan sanitasi layak menjadi 100%;

 Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

(5)

jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel serta kota

tanpa permukiman kumuh;

 Dengan Indikator Berkurangnya Proporsi rumah tangga yang menempati

hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%;

 Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung

pembangunan pertanian.

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan

perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d),

pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan

kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah

susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab

pemerintah.

6. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan

kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan

kumuh.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan

Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di

(6)

8. RPJMD Kabupaten Tapanuli Utara IV (2014-2019).

Pembangunan infrastruktur pada tahap ini akan diprioritaskan pada

percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dengan pengembangan

jaringan infrastruktur transportasi, jaringan irigasi, penyediaan sarana air

bersih dan sanitasi serta pembangunan ruang terbuka hijau dan

taman-taman kota di setiap wilayah kecamata sesuai dengan RTRW Kabupaten

Tapanuli Utara. Dalam tahap ini, tingkat kemantapan infrastruktur di

Kabupaten Tapanuli Utara diharapkan sudah dalam keadaan baik.

Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana permukiman di wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan pengembangan Prasarana Permukiman secara umum diarahkan

sesuai dengan karakteristik setempat, yaitu penyebaran pada

kawasan-kawasan perkotaan yang mempunyai status administrasi pemerintahan,

seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan; dan penyebaran pada

kawasan perdesaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan;

2. Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada Kawasan perkotaan

menekankan pada integrasi penyediaan sarana perumahan dengan

kebutuhan prasarana dan sarana dasar secara proporsional dengan tata

letak permukiman yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya batak;

3. Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada kawasan

perdesaan, penyediaan sarana perumahan diarahkan jaraknya tidak jauh

dari lokasi mata pencahariannya dan dengan pola mengelompok sampai

dengan 50 (lima puluh) unit rumah untuk memudahkan pelayanan

prasarana dan sarana dasar wilayah.

Sedangkan strategi-strategi yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan

kebijakan-kebijakan pengembangan prasarana permukiman di atas adalah

sebagai berikut:

a. Penataan kawasan permukiman di daerah jalur hijau atau sempadan danau

atau kawasan dalam radius 50 meter dari pinggiran danau dapat

(7)

b. Pembangunan jalan lingkungan perumahan di tepi danau untuk mendorong

perairan danau toba sebagai beranda depan kawasan permukiman;

c. Penataan sarana pemakaman didalam kawasan permukiman penduduk

diatur dalam rencana tata ruang yang lebih rinci dalam wilayah kecamatan.

Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada

masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat

untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah

mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan

dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan

pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata

ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa

konstruksi dan rancang bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya

manusia, kearifan lokal, serta peraturan perundang-undangan yang

mendukung.

Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan

dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di

daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan

adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah

daerah perlu memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat

berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan

perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan

dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan

hunian.

6.1.2 IsuStrategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan adalah papan

(perumahan). Sampai saat ini permintaan unit rumah terus meningkat sejalan

dengan pertumbuhan penduduk. Terbatasnya lahan untuk permukiman dan

(8)

ini merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat golongan menengah ke

bawah dalam memenuhi kebutuhan perumahannya. Tinggi harga rumah akibat

permintaan yang terus meningkat dan tingkat pendapatan penduduk yang

relatif rendah menyebabkan banyak rumah tangga menempati rumah yang

kurang layak, baik dipandang dari segi kesehatan maupun kepadatan

penghuninnya.

Penyediaan perumahan merupakan salah satu masalah yang masih

memerlukan penanganan secara serius baik mengenai kelengkapan sarana

perumahnya maupun kelengkapan fasilitas lingkungannya. Rumah yang layak

sebaiknya mampu memenuhi syarat kesehatan bagi penghuninnya. Hal ini

didasari bahwa perumahan saat ini tidak hanya sekedar tempat berteduh tetapi

juga merupakan sebagai tempat istirahat.

Pengembangan kegiatan permukiman merupakan kegiatan utama dalam

penataan ruang Kabupaten Tapanuli Utara. Strategi pengembangan diarahkan

mengikuti perkembangan perumahan yang telah ada dan pada lahan-lahan

yang sesuai untuk pengembangan kegiatan tersebut. Pada kawasan yang

sudah terbangun, pengembangan perumahan ditekankan pada perbaikan dan

penataan lingkungan dengan pengendalian fisik lingkungan serta penyediaan

fasilitas pelayanan.

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Penyerahan kewenangan pembangunan perumahan yang menjadi urusan wajib

pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan

dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara

dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan

perumahan. Selain itu koordinasi antar lembaga masih belum berjalan dengan

baik, salah satunya ditunjukkan dengan belum efektinya fungsi Badan

Koordinasi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Nasional (BKP4N).

(9)

Berbagai isu strategis sektor pengembangan permukiman yang berpengaruh

terhadap pengembangan permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara dapat

dilihat pada Tabel 6.1. berikut.

Tabel 6.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala

Kabupaten Tapanuli Utara

No. Isu Strategis Ket.

1 Terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan permukiman yang diakibatkan meningkatnya aglomerasi perkotaan.

2 Kondisi wilayah yang rentan rawan bencana gempa bumi dan longsor.

3 Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan.

4 Pengembangan jaringan jalan baik dalam kegiatan peningkatan dan pembangunan. Kegiatan tersebut penting dilakukan dalam membuka keterisoliran wilayah yang ada serta memacu pembangunan wilayah, terutama dalam pembangunan ekonomi wilayah.

5 Pengembangan sarana dan prasarana Dermaga di Kecamatan Muara, dalam mendukung jaringan pengangkutan danau dan penyeberangan disekitar kawasan Danau Toba.

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Bidang pengembangan permukiman bertujuan untuk mengembangkan

daerah-daerah tertinggal, terisolir dan kumuh demi terwujudnya permukiman yang

layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur dan mengarahkan

pertumbuhan wilayah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan

pengembangan permukiman khususnya bagi masyarakat yang membutuhkan

dan berpenghasilan rendah, direncanakan di lokasi yang telah memenuhi syarat

administrasi, fisik, ekologi dan tidak berdampak sosial negatif bagi masyarakat

disekitarnya.

Pertumbuhan penduduk secara umum memerlukan pembangunan permukiman

(10)

permukiman baru yang dikembangkan oleh swasta atau pembangunan

permukiman baru skala besar yang dikembangkan oleh Perumnas/Pemerintah.

Ketersediaan prasarana dan sarana wilayah merupakan komponen yang mutlak

ada sebagai pendukung pengembangan wilayah dan dalam rangka pemerataan

pelayanan terhadap masyarakat hingga ke pelosok di Kabupaten Tapanuli

Utara. Sehingga perlu diupayakan kegiatan pengembangan permukiman seperti

pengembangan permukiman kawasan perkotaan yang terdiri dari

pengembangan kawasan permukiman baru, peningkatan kualitas permukiman

kumuh, dan pengembangan kawasan perdesaan yang terdiri dari

pengembangan permukiman kawasan perdesaan, kawasan desa pusat

pertumbuhan, serta desa tertinggal.

1) Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Kawasan Perkotaan

Kondisi permukiman kawasan perkotaan di Kabupaten Tapanuli Utara terlihat

hampir disetiap wilayah terdapat permukiman tidak layak huni yang berdampak

pada lingkungan yang tidak sehat, dan perlu penanganan yang mendesak

seperti terdapat dibeberapa sebaran identifikasi kawasan yang sangat parah

diantaranya di lokasi sekitar stadiun menuju pasar Tarutung, lokasi wisata

rohani Onan Sitahuru Tarutung, lokasi wisata air panas Sipoholon, kawasan

tersebut dapat digambarkan dengan kepadatan bangunan permukimannya

sangat tinggi dan kualitas bangunan serta prasarana dan sarana yang tidak

(11)

Fotret Kondisi Eksisting Kawasan Perkotaan

(12)

Sementara itu di beberapa lokasi perumahan PNS yang terdapat di Kabupaten

Tapanuli Utara prasarana Cipta Karya sudah cukup memadai seperti

infrastruktur jalan dan saluran samping serta air minum. Sedangkan jalan

porosnya menggunakan konstruksi perkerasan aspal hotmix yang didanai APBD

Kabupaten. Data kondisi Perda, kawasan kumuh dan RSH di Kabupaten

Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 6.3. dan tabel 6.4. berikut.

Tabel 6.2. Peraturan Daerah Bupati/peraturan lainnya terkait

Pengembangan Permukiman

No.

Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan

Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal

(1) (2) (3) (4) (5)

1 - - - -

2 - - - -

Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014

Tabel 6.3. Data Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2013

No. Lokasi Kawasan Kumuh (Ha)

Luas Kawasan

(Ha)

Jumlah Rumah Permanen

(Unit)

Jumlah Rumah Semi Permanen

(Unit)

Jumlah Penduduk

(Jiwa) 1 Sekitar stadion sampai

pasar Tarutung - - - -

2 Onan Sitahuru, Tarutung - - - -

3 Daerah wisata air panas,

Sipoholon - - - -

(13)

Tabel 6.4. Data Kondisi RSH Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

No Lokasi RSH Tahun Pembangu

nan Pengelola

Jumlah

Beringin, Kec. Sipoholon

- Pemkab - Baik Jalan, Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014

Tabel 6.5. Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Tapanuli Utara

No Lokasi Rusunawa

Tahun

Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014

2) Kondisi Eksisting Pengembangan Kawasan Perdesaan

Program pengembangan kawasan agropolitan Tapanuli Utara telah dituangkan

kedalam pembuatan penyusunan detail plan agropolitan tahun 2006 kemudian

disempurnakan tahun 2007 dalam suatu penyusunan detail plan kawasan

agropolitan yang cukup detail sampai tingkat perdesaan, dimana

penyusunannya telah disesuaikan dengan Masterplan Pengembangan

Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan dalam jangka waktu 10-20 tahun, dan

melalui Forum Kerjasama Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kawasan Agropolitan

Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara pada tahun 2007, telah

menetapkan dan mengesahkan lokasi percontohan kawasan agropolitan

Kabupaten Tapanuli Utara di Desa Hutabulu, Kecamatan Siborong-borong,

dengan komoditi unggulan yang dikembangkan antara lain jagung, nenas, kopi,

ikan nila, ikan mas dan kerbau. Dengan pengesahan tersebut diharapkan dapat

(14)

akan dapat menarik pengembangan ekonomi berbasis pertanian di wilayah

hinterland sehingga tercipta hubungan dan keterpaduan antara kawasan

agropolotan dan hinterland.

Infrastruktur akses mobilitas penduduk yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara

sebagian juga terjadi kerusakan (ada yang rusak berat maupun rusak ringan)

karena seringnya mengalami bencana alam seperti gempa bumi, longsor dan

banjir, hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berada pada

jalur patahan Sumatera (Patahan Semangko) dan dibarengi intensitas curah

hujan yang tinggi. Selain itu masih terdapat 23 (dua puluh tiga) desa tertinggal

dan terisolir yang tersebar di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Data kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian

Kabupaten Tapanuli Utara dalam menyediakan kawasan permukiman yang

layak huni di perdesaan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel

6.6. dan tabel 6.7. berikut.

(15)

Tabel 6.6. Data Program Perdesaan KabupatenTapanuli Utara

No. Program/Kegiatan Lokasi Volume/

Satuan Status

Kondisi Infrastuktur

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tahun 2009

1 Pembangunan/

Peningkatan Jalan

Kec. Siborongborong Kawasan Selesai Baik

2 Pembangunan/ Optimalisasi STA Siborongborong

Kec. Siborongborong Kawasan Selesai Baik

3 Pembangunan Jalan Poros

Desa Kawasan STA

Siborongborong

Kec. Siborongborong Kawasan Selesai Baik

Tahun 2011

1 Peningkatan Jalan Poros

dan Saluran Drainase Desa Bariba, Kec. Muara Kawasan Selesai

Baik

Tahun 2012

1 PPIP Desa Huta Lontung,

Kec. Muara

Desa Selesai Baik

2 PPIP Desa Unte Mungkur, Kec

Muara

Desa Selesai Baik

3 PPIP Desa Aritonang, Kec.

Muara

Desa Selesai Baik

4 PPIP Desa Sitanggor, Kec.

Muara

Desa Selesai Baik

5 PPIP Desa Simatupang, Kec.

Muara

Desa Selesai Baik

6 PPIP Desa Batu Binumbun,

Kec. Muara

Desa Selesai Baik

7 PPIP Desa Huta Julu, Kec.

Parmonangan

Desa Selesai Baik

8 PPIP Desa Sisordak, Kec.

Parmonangan

Desa Selesai Baik

9 PPIP Desa Horisan

Ranggingit, Kec.

Parmonangan

Desa Selesai Baik

10 PPIP Desa Purba Dolok, Kec.

Parmonangan

Desa Selesai Baik

11 PPIP Desa Batuarimo, Kec.

Parmonangan

Desa Selesai Baik

12 PPIP Desa Dolok Sanggul,

Kec. Simangumban

Desa Selesai Baik

13 PPIP Desa Onan Runggu I,

Kec. Sipahutar

Desa Selesai Baik

(16)

Tabel 6.7. Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Kabupaten Tapanuli Utara

No. Infrastruktur Terbangun Lokasi Satuan Kondisi

Tahun 2009

1 Jalan Desa Kec. Siborongborong 3.780 m Baik

2 Loos, Sumur Bor, Saluran drainase, Paving Block

Kec. Siborongborong Paket Baik

3 Jalan Poros Desa Kec. Siborongborong 1.260 m Baik

Tahun 2011

1 Jalan Poros Desa dan Saluran drainase Desa Bariba Aek, Kec. Muara MCK dan Drainase.

Desa Huta Lontung,

Pembukaan Jalan, Pembuatan Gorong-gorong dan Pembuatan Rabat Beton.

Desa Aritonang, Kec. Muara

Desa Selesai

4 Pembuatan Jaringan Air Bersih,

Pembuatan Jalan Rabat Beton dan Pembuatan Tembok Penahan Tanah.

Desa Sitanggor, Kec. Muara

Desa Selesai

5 Pembuatan Jalan Rabat, Gorong-gorong, Drainase/Rehab Bendungan, dan Rehab Perpipaan.

Desa Simatupang, Kec. Muara

Penahan Tanah Dusun III dan Dusun II, Jalan Rabat Beton.

Desa Huta Julu, Kec.

Ranggingit, Kec.

Parmonangan

Desa Selesai

10 Saluran drainase dan Gorong-gorong. Desa Purba Dolok,

Kec. Parmonangan

Desa Selesai

11 Perkerasan Jalan Telford dan Gorong-gorong.

Desa Batuarimo, Kec. Parmonangan

Desa Selesai

12 Perkerasan Jalan Telford. Desa Dolok Sanggul,

Kec. Simangumban

Desa Selesai

13 Perkerasan Jalan Telford dan Gorong-gorong.

Desa Onan Runggu I, Kec. Sipahutar

Desa Selesai

(17)

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan Pengembangan Permukiman diantaranya:

Permasalahan yang dijumpai dalam hal pembangunan permukiman di

Kabupaten Tapanuli Utara adalah:

1. Proporsi penduduk perkotaan yang cenderung bertambah karena

urbanisasi adalah gejala normal pada tahap pembangunan, sehingga

menciptakan bangunan-bangunan permukiman baru di perkotaan dan

tingkat pelayanan prasarana dan sarana kebutuhan dasar tidak sebanding

lagi dengan laju pertumbuhan penduduk.

2. Keterbatasan jaringan prasarana, sarana fisik dan ekonomi dalam

mendukung pengembangan wilayah permukiman dan produk unggulan.

3. Proporsi penduduk perdesaan yang cenderung berkurang karena

urbanisasi.

Tantangan Pengembangan Permukiman diantaranya:

Tantangan yang dijumpai dalam hal pembangunan permukiman di Kabupaten

Tapanuli Utara adalah:

1. Masih terbatasnya pemahaman dan komitmen untuk melaksanakan

pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh di daerah dan belum

adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan pelaku pengembangan

wilayah permukiman;

2. Keterbatasan anggaran pendanaan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara

untuk memfasilitasi pembangunan dan koordinasi di kawasan andalan

strategis dan cepat tumbuh serta regulasi investasi yang kurang menarik

bagi swasta;

3. Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama antar pelaku-pelaku

pengembangan kawasan dalam upaya penentuan kebijakan, agenda

perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian dan evaluasi

pembangunan sehingga menyebabkan inefisiensi penggunaan anggaran

(18)

4. Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama lintas wilayah untuk

mendukung peningkatan daya saing, produk unggulan dan penyediaan

pasokan sumber daya alam dengan kebutuhan pembangunan;

5. Inisiatip proaktif yang masih pasif dalam mengatasi ketertinggalan daerah

sesuai potensi, masalah dan kewenangan yang dimiliki dan masih

rendahnya kualitas SDM serta belum optimalnya pengembangan potensi

SDA, kelembagaan dan keterbatasan penggunaan teknologi;

6. Belum lengkapnya Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Undang-Undang PA)

dan belum memadainya pengelolaan data dan informasi pertanahan untuk

pembangunan;

7. Biaya perpajakan yang cukup membebani rakyat dalam membayar pajak

(19)

Tabel 6.8. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tapanuli Utara

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

(1) (2) (3) (4)

1 Aspek Teknis

1) Jarak permukiman terhadap akses ekonomi dan sosial.

2) Proporsi penduduk perkotaan yang

cenderung bertambah karena urbanisasi,

sehingga menciptakan

bangunan-bangunan permukiman baru di perkotaan dan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kebutuhan dasar tidak sebanding lagi dengan laju pertumbuhan penduduk. 3) Keterbatasan jaringan prasarana, sarana

fisik dan ekonomi dalam mendukung pengembangan wilayah permukiman dan produk unggulan.

4) Proporsi penduduk perdesaan yang

cenderung berkurang karena urbanisasi.

1) Masih terbatasnya pemahaman dan

komitmen untuk melaksanakan

pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh di daerah dan belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan pelaku pengembangan wilayah permukiman.

2) Keterbatasan anggaran pendanaan

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk memfasilitasi pembangunan dan koordinasi di kawasan andalan strategis dan cepat tumbuh serta regulasi investasi yang kurang menarik bagi swasta.

3) Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan

kerjasama antar pelaku-pelaku

pengembangan kawasan dalam upaya

penentuan kebijakan, agenda perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian dan

evaluasi pembangunan sehingga

menyebabkan inefisiensi penggunaan

anggaran pembangunan.

4) Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama lintas wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing, produk unggulan dan penyediaan pasokan sumber daya alam dengan kebutuhan pembangunan.

1) Melakukan pemerataan pembangunan di

perdesaan dan daerah tertinggal sebagai upaya untuk menghempang arus urbanisasi.

2) Melakukan pembinaan bagi wirausaha pelaku pengembangan permukiman.

3) Pengembangan jaringan dan kemitraan dengan pihak swasta.

4) Mencari dan mengusahakan dana dari sumber-sumber lain.

5) Melakukan koordinasi dan kerjasama untuk mensinergikan penentuan kebijakan dengan

agenda perencanaan dan pelaksanaan

pengembangan permukiman.

6) Melakukan efisiensi penggunaan anggaran

7) Membangun/meningkatkan/merehab prasarana

pendukung untuk percepatan perbaikan

kualitas permukiman dan infrastruktur

pengembangan wilayah permukiman.

8) Mempersiapkan ketersediaan dan

(20)

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

(1) (2) (3) (4)

5) Inisiatip proaktif yang masih pasif dalam mengatasi ketertinggalan daerah sesuai potensi, masalah dan kewenangan yang dimiliki dan masih rendahnya kualitas SDM serta belum optimalnya pengembangan potensi SDA, kelembagaan dan keterbatasan penggunaan teknologi.

6) Belum lengkapnya Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Undang-Undang PA) dan belum memadainya pengelolaan data dan informasi pertanahan untuk pembangunan.

7) Biaya perpajakan yang cukup membebani rakyat dalam membayar pajak bangunan dan tanah.

2 Aspek Kelembagaan

1) Masalah yang paling utama dalam

kelembagaan adalah koordinasi yang

memerlukan kerjasama antar lintas

kelembagaan.

1) Koordinasi kelembagaan Pemerintah Pusat,

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten harus jelas, terarah dan terprogram.

1) Penataan kelembagaan secara terpadu dan menyeluruh, terutama yang meliputi semua aspek bidang PU Cipta Karya.

3 Aspek Pembiayaan

1) Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator dalam melihat keberhasilan pembangunan di suatu daerah, dimana

pertumbuhan PDRB suatu daerah

merupakan gambaran pertumbuhan

1) Kemampuan ekonomi masyarakat Kabupaten

Tapanuli Utara dengan pendapatan perkapita tahun 2012 sebesar Rp.16.080.379 dan pada Tahun 2013 meningkat menjadi sebesar

Rp.17.898.571,67 termasuk relatif

berpenghasilan rendah, sehingga membuat

1) Meningkatkan PAD dari sektor-sektor

(21)

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

(1) (2) (3) (4)

ekonomi suatu daerah. PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2012 sebesar 4.564,75 milyar rupiah dan pada Tahun 2013 sebesar 5.121,10 milyar rupiah, sedangkan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada tahun 2012 sebesar 1.805,19 milyar rupiah dan pada Tahun 2013 sebesar 1.914,41 milyar rupiah.

2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara jika dilihat berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada tahun 2012 sebesar 5,95 persen dan Tahun 2013 sebesar 6,05 persen, maka Tahun 2013 mengalami kenaikan 0,1 persen. PDRB

Perkapita Harga Berlaku Kabupaten

Tapanuli Utara pada tahun 2012 sebesar Rp.16.080.379 dan pada Tahun 2013

meningkat menjadi sebesar

Rp.17.898.571,67. Sektor pertanian

merupakan kontributor terbesar dalam membentuk PDRB Kabupaten Tapanuli Utara. Pada Tahun 2013 kontribusi sektor pertanian sebesar 50,52 persen, yang diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 15,90 persen, dan sektor jasa-jasa sebagai kontributor terbesar ketiga yaitu sebesar

masyarakat sangat membutuhkan bantuan pembangunan infrastruktur yang dapat berperan langsung atau tidak langsung

dalam usaha meningkatkan ekonomi

masyarakat perdesaan yang berbasis

(22)

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

(1) (2) (3) (4)

15,85 persen. Sedangkan sisanya sebesar 17,73 persen disumbangkan oleh enam sektor yang lainnya, dimana sektor

penyumbang terkecil adalah sektor

pertambangan dan penggalian yaitu

sebesar 0,15 persen.

4 Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta

1) Jarak permukiman terhadap akses

ekonomi, sosial yang cukup jauh dan sulit ditempuh karena keterbatasan infrastruktur jalan maupun sarana transportasi serta tingkat ekonomi yang relatif rendah memaksa masyarakat bekerja keras, hal tersebut menjadikan masyarakat sangat sulit untuk ikut berperan aktif dalam proses pembangunan di wilayahnya.

1) Partisipasi masyarakat dalam keterlibatan seluruh tahapan pembangunan mulai dari proses perencanaan seperti penentuan

lokasi, sampai pelaksanaan maupun

pembiayaan.

1) Melakukan pembinaan dan pelatihan

pengembangan SDM masyarakat.

5 Aspek Lingkungan Permukiman

1) Risiko sosial yang tidak diinginkan dalam

pengadaan tanah atau permukiman

kembali.

1) Menjamin bahwa program investasi

infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan.

1) Dalam Pelaksanaan RPI2-JM, dilakukan promosi

manfaat sosial dan pelaksanaan azas

transparansi/keterbukaan serta konsultasi publik

dengan warga yang terkena dampak

(23)

6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Kondisi eksisting infrastruktur bidang Cipta karya yang masih tertinggal dan

pembangunannya yang belum merata antar kecamatan, maka diperlukan

pembangunan untuk mempercepat mengatasi permasalahan pengembangan

permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan pengurangan

kesenjangan pembangunan antar wilayah maka kebutuhan pengembangan

permukiman di Kabupaten tapanuli Utara ditujukan untuk:

1. Mengurangi luasan permukiman kumuh hingga 25 persen dari jumlah yang

ada melalui penataan kawasanperumahan yang layak huni dan sehat untuk

meningkatkan kualitas lingkungan permukiman;

2. Peningkatan prasarana dasar perumahan sederhana yang layak huni;

3. Meningkatkan pemanfaatan dan pengendalian ruang dengan suatu sistem

perencanaan pembangunan kawasan strategis bagi pengembangan wilayah

untuk menjamin keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan;

4. Meningkatkan peran dan kontribusi kawasan permukiman di perdesaan

sebagai basis pertumbuhan ekonomi dan semakin meningkatnya peran

sektor-sektor yang terkait dalam mata rantai pengolahan bahan mentah,

bahan baku dan bahan jadi;

5. Terhujudnya percepatan pembangunan di wilayah-wilayah cepat tumbuh

dan strategis, desa tertinggal termasuk wilayah perbatasan dalam suatu

sistem wilayah pengembangan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis;

6. Mengarahkan pertumbuhan wilayah dan mendorong kegiatan ekonomi

melalui kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten tapanuli Utara.

Analisa kebutuhan dan target pencapaian pengembangan permukiman

(24)

Tabel 6.9. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di

Perkotaan untuk 5 Tahun

No. Uraian Unit Tahun

Proyeksi Persebaran Penduduk

Jiwa/Km2 100 130 180 250 301

Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin

Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014

Tabel 6.10. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman

di Perdesaan untuk 5 Tahun

No. Uraian Unit Tahun

 Padang Parsadaan,

(25)

No. Uraian Unit Tahun

 Lumban Silintong,

Kec. Pagaran

Desa Hutabarat Partali

Daerah rawan bencana

5 Kawasan

Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014

6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

(26)

1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan

Rusunawa serta;

2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial

(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau

kecil,

2. pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW

(RISE),

3. Desa tertinggal dengan program PPIP, RIS PNPM, Pamsimas, dan Sanimas.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman

dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun

review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

• Infrastruktur kawasan permukiman kumuh;

• Infrastruktur permukiman RSH;

• Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial

(Agropolitan/Minapolitan);

• Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana;

• Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil;

• Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW);

• Infrastruktur perdesaan PPIP;

• Infrastruktur perdesaan RIS PNPM.

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam

(27)

Gambar 6.1. Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan

(Readiness Criteria)

Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012 / Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bdang Cipta Karya 2014

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang

terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas;

 Kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra;

 Kesiapan lahan (sudah tersedia);

 Sudah tersedia DED;

(28)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi;

 Ada unit pelaksana kegiatan;

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus

Rusunawa

• Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA;

• Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh;

• Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya;

• Ada calon penghuni.

RIS PNPM

• Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra;

• Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya;

• Tingkat kemiskinan desa >25%;

• Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

PPIP

• Hasil pembahasan dengan Komisi V-DPR RI;

• Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya;

• Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik;

• Tingkat kemiskinan desa >25%.

PISEW

• Berbasis pengembangan wilayah;

• Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air

bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan;

(29)

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus

diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti

untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU Nomor

1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh

memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2)

ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas

rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas

umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut

diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya

meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan

dalam ruang kota;

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki

indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal

kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat

didalamnya;

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,

mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh

berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah

kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis;

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan

dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk

dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk

dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan

(30)

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk

kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana

a. Kondisi Jalan;

b. Drainase;

c. Air bersih;

d. Air limbah.

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan

kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan

penanganannya;

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana

penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (masterplan)

kawasan dan lainnya.

6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Untuk mewujudkan pengembangan prasarana dan sarana permukiman,

maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara memprogramkan

pengembangan permukiman yang meliputi:

1. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan.

Kegiatan:

(31)

2. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan.

Kegiatan:

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan /Minapolitan);

 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana.

Berdasarkan kesiapan kriteria maka dirumuskan usulan program dan kegiatan

pengembangan permukiman Kabupaten Tapanuli Utara yang disusun

berdasarkan prioritasnya seperti tabel 6.11. berikut.

Tabel 6.11. Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

Kabupaten Tapanuli Utara

No. Uraian Volume Satuan

Biaya (Juta Rupiah)

Lokasi Kriteria Kesiapan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

1. Pembangunan Jalan

Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.

Meter 2.500 Sekitar stadion sampai

pasar Tarutung

2. Pembangunan Jalan

Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.

Meter 2.500 Kel. Onan Sitahuru,

Tarutung

3. Pembangunan Jalan

Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.

Meter 3.000 Daerah wisata air panas, Sipoholon

II. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN

1. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

8.000 Meter 4.000 Desa Hutabulu, Kec.

Siborongborong

2. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 Meter 2.500 Desa Padang Parsadaan,

Kec. Pangaribuan

3. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 Meter 2.500 Desa Huta Lontung, Kec.

Muara

4. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 2.000 Desa Lbn Silintong, Kec.

Pagaran

5. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

6.000 Meter 3.000 Desa Sabungan Nihuta

(32)

No. Uraian Volume Satuan

Biaya (Juta Rupiah)

Lokasi Kriteria Kesiapan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

6. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 Meter 2.500 Desa Hutabarat Partali

Julu, Kec. Tarutung

7. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 Meter 2.500 Kec. Siborong-borong

8. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 3.000 Desa Sarulla, Kec. Pahae

Jae

9. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 Meter 2.500 Desa Parsaoran, Kec. Purbatua

10. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 3.000 Desa Sisordak, Kec. Parmonangan

11. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 Meter 2.500 Desa Lobu Hole, Kec. Siatas Barita

12. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 3.000 Desa Hutabarat, Kec. Pahae Julu

13. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 3.000 Desa Dolok Saut, Kec. Simangumban

14. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 3.000 Desa Hutauruk Hasundutan, Kec. Sipoholon

15. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 3.000 Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting

16. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 Meter 3.000 Taput (Rawan Bencana)

Sumber: RPIJM Kab. Tapanuli Utara 2014

b. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

Mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan prasarana dan

sarana dasar bagi kawasan permukiman dan dengan kemampuan keuangan

pemerintah daerah yang terbatas, maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara

mengusulkan realisasi pembangunan permukiman khususnya bagi masyarakat

tertinggal dan terisolir agar dapat dibantu oleh Pemerintah Pusat melalui APBN

dan Pemerintah Provinsi.

Dalam mencapai target universal acsess 100-0-100, mengingat keterbatasan

APBN dan sumber daya, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku

(33)

masyarakat. Dari sisi pembiayaan, dunia usaha juga dapat menjadi mitra

pemerintah dalam menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang dan juga

keterlibatan perusahaan dalam menyediakan sumber pembiayaan bagi

pekerjanya.

Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik

dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan

swasta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah Kabupaten

Tapanuli Utara. seperti tabel 6.12. berikut.

Tabel 6.12. Format Usulan Pembiayaan Infrastruktur Permukiman

Kabupaten Tapanuli Utara

Rp. x Juta

No. Program/Kegiatan APBN (Rp)

I. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

1. Pembangunan Jalan

Lingkungan dan Saluran

Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

2. Pembangunan Jalan

Lingkungan dan Saluran

Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

3. Pembangunan Jalan

Lingkungan dan Saluran

Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

II. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN

1. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.000 2.000

2. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

3. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

4. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

5. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

(34)

No. Program/Kegiatan APBN

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

7. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

8. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

9. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

10. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

11. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

2.500 2.500

12. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

13. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

14. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

15. Pembangunan Jalan Desa

dan Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

16. Pembangunan Jalan Desa

dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.

3.000 3.000

Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014

Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dilihat pada

tabel 6..13. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

(35)

Tabel 6.13. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tapanuli Utara

NO

OUTPUT

LOKASI VOL. SAT

SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN

INDIKATOR OUTPUT APBN

APBD

KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1 Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perkotaan

1.a Infrastruktur Kawasan

Permukiman Kumuh

1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta

2 Infrastruktur Kawasan Permukiman

(36)

NO

OUTPUT

LOKASI VOL. SAT

SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN

INDIKATOR OUTPUT APBN

APBD

2.a Infrastruktur Kawasan

Permukiman Perdesaan

Potensial yang

Meningkat Kualitasnya

1 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa Parit dan Bangunan Pelengkap.

Desa Huta Namora, Kec.

Siatas Barita

2.000 Meter 2,000

3 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa Parbubu Dolok, Kec.

Tarutung

2.000 Meter 2,000

4 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa dan Bangunan Pelengkap.

(37)

NO

OUTPUT

LOKASI VOL. SAT

SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN

INDIKATOR OUTPUT APBN

APBD dan Bangunan Pelengkap.

Desa Huta dan Bangunan Pelengkap.

Desa Lbn dan Bangunan Pelengkap.

Desa dan Bangunan Pelengkap.

Kec. Siborong-borong

2.500 Meter 2,500

10 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa Sarulla, Kec. Pahae Jae

3.000 Meter 3,000

11 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa Parsaoran, Kec. Purbatua

2.500 Meter 2,500

12 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa Sisordak, Kec. Parmonangan

3.000 Meter 3,000

13 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa Lobu Hole,

(38)

NO

OUTPUT

LOKASI VOL. SAT

SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN

INDIKATOR OUTPUT APBN

APBD

dan Bangunan Pelengkap.

Desa dan Bangunan Pelengkap.

Desa Dolok dan Bangunan Pelengkap.

DesaHutauruk dan Bangunan Pelengkap.

Desa Banuaji

2.b Infrastruktur Kawasan

Permukiman Rawan

Bencana

1 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap

Taput (Rawan

(39)

6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,

terutama untuk mewujudkan terselenggaranya penataan bangunan yang tertib,

funfsional, andal, efisien, produktif, berjati diri dan berwawasan lingkungan

sehingga dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi tanpa

meninggalkan arsitektur budaya lokal pada bangunan gedung yang dilindungi

dan dilestarikan dengan tetap memanfaatkan dan mengembangkan teknologi

dan rekayasa bangunan gedung untuk menunjang pembangunan yang

berkelanjutan di Kabupaten Tapanuli Utara.

Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada

pengaturan penataan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan

bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan

administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,

terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di

perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang

dan peraturan antara lain:

1) UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan,

(40)

kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat

yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU Nomor 1 tahun 2011 juga

diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus

sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan

yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan (RTBL).

2) UU Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

UU Nomor 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus

diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan

fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis

bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak

atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata

bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata

bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup

peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung,

dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan

bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan

kemudahan. UU Nomor 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam

penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan,

pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran

(41)

3) PP Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU

Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Secara lebih rinci UU Nomor 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP Nomor 36

Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU Nomor 28 tahun 2002.

PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan

bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat,

dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam

peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk

menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan

rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung

dan lingkungan.

4) Permen PU Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan

dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU Nomor 06/PRT/M/2007

tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam

peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan

baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru

berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan

rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut.

Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan

Walikota/Bupati.

5) Permen PU Nomor 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

Permen PU Nomor 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan

mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang

merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga

(42)

SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta

sektor-sektornya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU Nomor 8 tahun

2010).

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU Nomor 8 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa

Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang

perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan,

pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan

lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan

Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan

pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi

bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan

penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan

masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan

dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta

penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada

sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan

(43)

pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti

ditunjukkan pada Gambar 6.2. berikut.

Gambar 6.2. Lingkup Tugas PBL

Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik

sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

(44)

• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

• Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

• Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan.

• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

• Paket dan Replikasi.

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Penataan Bangunan dan Lingkungan

A. Isu Strategis

Berbagai isu strategis yang mempengaruhi pengembangan permukiman

saat ini di Kabupaten Tapanuli Utara seperti terlihat pada taben 6.14

berikut.

Tabel 6.14. Isu-Isu Strategis Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kabupaten Tapanuli Utara

No Isu Strategis Keterangan

1. Penataan Lingkungan

permukiman

a.Pengembangan Kawasan Bandar Udara Silangit untuk mendukung pengembangan pariwisata dan peningkatan pemasaran komoditas pertanian.

b.Penurunan luas kawasan resapan air (lingkungan) akibat berbagai aktifitas konversi lahan baik dari lindung menjadi budidaya dan semakin luasnya lahan-lahan kritis.

2. Penyelenggaraan

Bangunan Gedung dan Rumah Negara

(45)

No Isu Strategis Keterangan

3. Pemberdayaan

Komunitas dalam

Penanggulangan Kemiskinan

Terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Kinerja yang buruk pada satu wilayahnya akan menjadi kendala dalam perkembangan wilayah secara keseluruhan. Dalam jangka panjang ketertinggalan satu wilayah akan mengancam eksistensi wilayah lain yang memiliki kinerja

pengembangan yang baik. Untuk itu keberimbangan

pembangunan sangat penting diperhatikan agar pencapaian

kinerja pembangunan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dapat lebih optimal, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan keberimbangan, sinkronisasi dan kesinergian pembangunan.

Sumber: RPIJM Kab. Tapanuli Utara 2014

B. Kondisi Eksisting

Kabupaten Tapanuli Utara hampir di setiap wilayah terdapat lingkungan

permukiman penduduk yang tidak tertata dengan baik dan berdampak

pada lingkungan yang tidak sehat, diantaranya terdapat juga permukiman

tradisional bersejarah, seperti tidak adanya pembuangan limbah rumah

tangga dan limbah buangan manusia yang tidak jelas ke mana

pembuangannya, tidak adanya sistem pembuangan air hujan sehingga jika

hujan turun air lepas mengalir tidak terarah sehingga mengakibatkan

terjadi genangan-genangan pada daerah-daerah cekungan baik di

lingkungan permukiman penduduk maupun di badan jalan bahkan sering

dijumpai terjadi gerusan atau pengikisan tanah dan material badan jalan

pada daerah milik jalan yang berlereng berombak sampai curam karena

kuatnya energi air permukaan yang mengalir di atas permukaan badan

jalan maupun bahu jalan, dan masih banyak juga terdapat lingkungan

permukiman penduduk menyatu dengan kandang-kandang ternak di satu

(46)

Kondisi lingkungan permukiman

penduduk menyatu dengan

kandang-kandang ternak di satu lahan

pekarangan dan limpasan air hujan

lepas mengalir tidak terarah sehingga

mengakibatkan terjadi

genangan-genangan di badan dan bahu jalan.

Bangunan-bangunan dan gedung yang berdiri di Kabupaten Tapanuli Utara saat

ini sebagian besar merupakan bangunan peninggalan masa Kolonial Belanda

(47)

terdapat juga di beberapa lokasi merupakan banguna-bangunan baru, dan

bangunan-bangunan yang berdiri masih banyak dibangun tidak menurut aturan

penataan bangunan dan gedung terutama di daerah-daerah rawan bencana.

Bangunan-bangunan lama sudah ketinggalan dari segi model dan bahan

bangunan serta tidak bernilai ekonomis dan tidak mencerminkan lingkungan

permukiman yang sehat. Lahan pekarangan dibiarkan tidak tertata karena

banyaknya masyarakat yang tidak mampu dan berpenghasilan rendah sehingga

lahan-lahan pekarangan sering dimanfaatkan sebagai areal bercocok tanam dan

berternak yang hasilnya dapat dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual untuk

menambah penghasilan keluarga.

C.

D.

E.

F.

G.

(48)

Berikut gambaran kondisi eksisting yang mencakup kondisi peraturan daerah

(Perda) terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Permukiman.

Tabel 6.15 Peraturan Daerah Bupati terkait Penataan

Bangunan dan Lingkungan

No.

Peraturan Bupati

Amanat Jenis Produk Pengaturan Nomor &

Tahun Tentang

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Draft Raperda BG

Sumber: Bappeda Kabpaten Tapanuli Utara

Berikut data kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman yang menggambarkan

kondisi eksisting di Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 6.16

Gambar

Tabel 6.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala  Kabupaten Tapanuli Utara
Tabel 6.6. Data Program Perdesaan KabupatenTapanuli Utara
Tabel 6.7. Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Kabupaten Tapanuli Utara
Tabel 6.8. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tapanuli Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sikap positif itu adalah pengendalian diri agar senantiasa berfikir dengan melihat sisi positif disetiap obyek yang terlihat, terdengar, atau bahkan dalam bentuk afirmasi

Seperti pada UU Nomer 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan bahwa “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

Maramis, dr., SpKJ(K) Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

perlakuan akuntansi keuangan atas aset tetap pada CV Mutiara Wijaya

A simple RC filter with low corner frequency is needed during testing in order to filter the noise present on the voltage source driving the tuning line.

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Brog and Gall yang telah di modifikasi oleh Sugiyono. Ada 7