Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai Rencana Program Investasi
Infrastruktur bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman,
rencana Penataan Bangunan Dan Lingkungan (PBL), rencana pengembangan
sistem penyediaan air minum, dan rencana Penyehatan Lingkungan Permukiman
(PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting,
permasalahan, dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan program
dan pembiayaan masing-masing sektor.
Dalam perencanaan tiap-tiap sektor dilakukan kajian terhadap program-program
sektoral pula dengan tetap mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan
kegiatan untuk merumuskan program dan kegiatan yang dibutuhkan oleh
masing-masing sektor sesuai isu-isu strategis yang mempengaruhinya. Berikut
fotret eksisting Kabupaten Tapanuli Utara.
BAB
VI
6.1. Pengembangan Permukiman
Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan
kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis
dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya
membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat
pendidikan keluarga, budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan
datang. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain
pemenuhan kebutuhan papannya. Sebagai dampak urbanisasi, saat ini
kota-kota di dunia termasuk di Indonesia menghadapi berbagai tantangan
pembangunan yang kompleks. Kota-kota menanggung beban dengan
tumbuhnya permukiman kumuh, meningkatnya kemiskinan dan pengangguran,
serta semakin lebarnya kesenjangan sosial, karena lebih kurang 50% penduduk
dunia saat ini tinggal di perkotaan.
Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi
lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan
permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri
dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan.
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang
layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.
permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,
pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan
ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perkembangan
permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya
masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi
masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi
desain, pola,dan struktur, serta bahan material yang digunakan.
Pertumbuhan penduduk dan kegiatan usahanya yang berdampak pada
bertambahnya kebutuhan perumahan belum seluruhnya mampu diakomodir
oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan dalam penyediaan
prasarana dan sarana sehingga sering kali dijumpai kawasan perkotaan menjadi
kumuh dan tidak layak huni. Pada kawasan permukiman di perdesaan
permasalahan yang sering dijumpai yaitu belum tersedianya atau masih
terbatasnya prasarana dan sarana dasar jalan poros desa (jalan usaha tani),
pelayanan air minum, sanitasi dan lain-lain.
Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Penyelenggaraan kawasan
permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai
dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman
dilaksanakan melalui:
Pengembangan pada permukiman yang telah ada; Pembangunan permukiman baru;
6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Kegiatan pengembangan permukiman ditujukan untuk memenuhi standar
pelayanan minimal infrastruktur permukiman dan mendukung pengembangan
wilayah. Keterpaduan pengembangan permukiman dengan sektor lain untuk
lebih mendorong terwujudnya permukiman layak huni dan berkelanjutan.
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat
peraturan perundangan, antara lain:
1. Millenium Development Goals (MDGs) Target 7D.
Permukiman kumuh telah menjadi agenda global. Adapun target MDGs,
yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk
miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015-2019.
Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang terpenuhinya penyediaan air
minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan
mendukung pertanian, pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem
pembiayaan jangka panjang; terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
3. RPJMN 3 2015-2019.
Tema besar RPJMN 3 (tiga) tahun 2015-2019 adalah daya saing
(competitiveness) dengan demikain selayaknya ketersediaan layanan
infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air dan listrik) sudah
terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa arahan dalam bidang Permukiman
adalah:
Terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat menjadi 100% akses air minum dan
sanitasi;
Dengan indikator meningkatnya akses penduduk terhadap air minum
layak menjadi 100% dan sanitasi layak menjadi 100%;
Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel serta kota
tanpa permukiman kumuh;
Dengan Indikator Berkurangnya Proporsi rumah tangga yang menempati
hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%;
Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung
pembangunan pertanian.
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan
perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d),
pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.
6. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan
kumuh.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
8. RPJMD Kabupaten Tapanuli Utara IV (2014-2019).
Pembangunan infrastruktur pada tahap ini akan diprioritaskan pada
percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dengan pengembangan
jaringan infrastruktur transportasi, jaringan irigasi, penyediaan sarana air
bersih dan sanitasi serta pembangunan ruang terbuka hijau dan
taman-taman kota di setiap wilayah kecamata sesuai dengan RTRW Kabupaten
Tapanuli Utara. Dalam tahap ini, tingkat kemantapan infrastruktur di
Kabupaten Tapanuli Utara diharapkan sudah dalam keadaan baik.
Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana permukiman di wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan pengembangan Prasarana Permukiman secara umum diarahkan
sesuai dengan karakteristik setempat, yaitu penyebaran pada
kawasan-kawasan perkotaan yang mempunyai status administrasi pemerintahan,
seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan; dan penyebaran pada
kawasan perdesaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan;
2. Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada Kawasan perkotaan
menekankan pada integrasi penyediaan sarana perumahan dengan
kebutuhan prasarana dan sarana dasar secara proporsional dengan tata
letak permukiman yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya batak;
3. Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada kawasan
perdesaan, penyediaan sarana perumahan diarahkan jaraknya tidak jauh
dari lokasi mata pencahariannya dan dengan pola mengelompok sampai
dengan 50 (lima puluh) unit rumah untuk memudahkan pelayanan
prasarana dan sarana dasar wilayah.
Sedangkan strategi-strategi yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan pengembangan prasarana permukiman di atas adalah
sebagai berikut:
a. Penataan kawasan permukiman di daerah jalur hijau atau sempadan danau
atau kawasan dalam radius 50 meter dari pinggiran danau dapat
b. Pembangunan jalan lingkungan perumahan di tepi danau untuk mendorong
perairan danau toba sebagai beranda depan kawasan permukiman;
c. Penataan sarana pemakaman didalam kawasan permukiman penduduk
diatur dalam rencana tata ruang yang lebih rinci dalam wilayah kecamatan.
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada
masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat
untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah
mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan
dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan
pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata
ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa
konstruksi dan rancang bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya
manusia, kearifan lokal, serta peraturan perundang-undangan yang
mendukung.
Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan
dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di
daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan
adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah
daerah perlu memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan
perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan
dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan
hunian.
6.1.2 IsuStrategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
Salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan adalah papan
(perumahan). Sampai saat ini permintaan unit rumah terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan penduduk. Terbatasnya lahan untuk permukiman dan
ini merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat golongan menengah ke
bawah dalam memenuhi kebutuhan perumahannya. Tinggi harga rumah akibat
permintaan yang terus meningkat dan tingkat pendapatan penduduk yang
relatif rendah menyebabkan banyak rumah tangga menempati rumah yang
kurang layak, baik dipandang dari segi kesehatan maupun kepadatan
penghuninnya.
Penyediaan perumahan merupakan salah satu masalah yang masih
memerlukan penanganan secara serius baik mengenai kelengkapan sarana
perumahnya maupun kelengkapan fasilitas lingkungannya. Rumah yang layak
sebaiknya mampu memenuhi syarat kesehatan bagi penghuninnya. Hal ini
didasari bahwa perumahan saat ini tidak hanya sekedar tempat berteduh tetapi
juga merupakan sebagai tempat istirahat.
Pengembangan kegiatan permukiman merupakan kegiatan utama dalam
penataan ruang Kabupaten Tapanuli Utara. Strategi pengembangan diarahkan
mengikuti perkembangan perumahan yang telah ada dan pada lahan-lahan
yang sesuai untuk pengembangan kegiatan tersebut. Pada kawasan yang
sudah terbangun, pengembangan perumahan ditekankan pada perbaikan dan
penataan lingkungan dengan pengendalian fisik lingkungan serta penyediaan
fasilitas pelayanan.
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Penyerahan kewenangan pembangunan perumahan yang menjadi urusan wajib
pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan
dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara
dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan
perumahan. Selain itu koordinasi antar lembaga masih belum berjalan dengan
baik, salah satunya ditunjukkan dengan belum efektinya fungsi Badan
Koordinasi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Nasional (BKP4N).
Berbagai isu strategis sektor pengembangan permukiman yang berpengaruh
terhadap pengembangan permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara dapat
dilihat pada Tabel 6.1. berikut.
Tabel 6.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala
Kabupaten Tapanuli Utara
No. Isu Strategis Ket.
1 Terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan permukiman yang diakibatkan meningkatnya aglomerasi perkotaan.
2 Kondisi wilayah yang rentan rawan bencana gempa bumi dan longsor.
3 Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan.
4 Pengembangan jaringan jalan baik dalam kegiatan peningkatan dan pembangunan. Kegiatan tersebut penting dilakukan dalam membuka keterisoliran wilayah yang ada serta memacu pembangunan wilayah, terutama dalam pembangunan ekonomi wilayah.
5 Pengembangan sarana dan prasarana Dermaga di Kecamatan Muara, dalam mendukung jaringan pengangkutan danau dan penyeberangan disekitar kawasan Danau Toba.
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Bidang pengembangan permukiman bertujuan untuk mengembangkan
daerah-daerah tertinggal, terisolir dan kumuh demi terwujudnya permukiman yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur dan mengarahkan
pertumbuhan wilayah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan
pengembangan permukiman khususnya bagi masyarakat yang membutuhkan
dan berpenghasilan rendah, direncanakan di lokasi yang telah memenuhi syarat
administrasi, fisik, ekologi dan tidak berdampak sosial negatif bagi masyarakat
disekitarnya.
Pertumbuhan penduduk secara umum memerlukan pembangunan permukiman
permukiman baru yang dikembangkan oleh swasta atau pembangunan
permukiman baru skala besar yang dikembangkan oleh Perumnas/Pemerintah.
Ketersediaan prasarana dan sarana wilayah merupakan komponen yang mutlak
ada sebagai pendukung pengembangan wilayah dan dalam rangka pemerataan
pelayanan terhadap masyarakat hingga ke pelosok di Kabupaten Tapanuli
Utara. Sehingga perlu diupayakan kegiatan pengembangan permukiman seperti
pengembangan permukiman kawasan perkotaan yang terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman baru, peningkatan kualitas permukiman
kumuh, dan pengembangan kawasan perdesaan yang terdiri dari
pengembangan permukiman kawasan perdesaan, kawasan desa pusat
pertumbuhan, serta desa tertinggal.
1) Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Kawasan Perkotaan
Kondisi permukiman kawasan perkotaan di Kabupaten Tapanuli Utara terlihat
hampir disetiap wilayah terdapat permukiman tidak layak huni yang berdampak
pada lingkungan yang tidak sehat, dan perlu penanganan yang mendesak
seperti terdapat dibeberapa sebaran identifikasi kawasan yang sangat parah
diantaranya di lokasi sekitar stadiun menuju pasar Tarutung, lokasi wisata
rohani Onan Sitahuru Tarutung, lokasi wisata air panas Sipoholon, kawasan
tersebut dapat digambarkan dengan kepadatan bangunan permukimannya
sangat tinggi dan kualitas bangunan serta prasarana dan sarana yang tidak
Fotret Kondisi Eksisting Kawasan Perkotaan
Sementara itu di beberapa lokasi perumahan PNS yang terdapat di Kabupaten
Tapanuli Utara prasarana Cipta Karya sudah cukup memadai seperti
infrastruktur jalan dan saluran samping serta air minum. Sedangkan jalan
porosnya menggunakan konstruksi perkerasan aspal hotmix yang didanai APBD
Kabupaten. Data kondisi Perda, kawasan kumuh dan RSH di Kabupaten
Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 6.3. dan tabel 6.4. berikut.
Tabel 6.2. Peraturan Daerah Bupati/peraturan lainnya terkait
Pengembangan Permukiman
No.
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan
Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 - - - -
2 - - - -
Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014
Tabel 6.3. Data Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2013
No. Lokasi Kawasan Kumuh (Ha)
Luas Kawasan
(Ha)
Jumlah Rumah Permanen
(Unit)
Jumlah Rumah Semi Permanen
(Unit)
Jumlah Penduduk
(Jiwa) 1 Sekitar stadion sampai
pasar Tarutung - - - -
2 Onan Sitahuru, Tarutung - - - -
3 Daerah wisata air panas,
Sipoholon - - - -
Tabel 6.4. Data Kondisi RSH Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
No Lokasi RSH Tahun Pembangu
nan Pengelola
Jumlah
Beringin, Kec. Sipoholon
- Pemkab - Baik Jalan, Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014
Tabel 6.5. Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Tapanuli Utara
No Lokasi Rusunawa
Tahun
Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014
2) Kondisi Eksisting Pengembangan Kawasan Perdesaan
Program pengembangan kawasan agropolitan Tapanuli Utara telah dituangkan
kedalam pembuatan penyusunan detail plan agropolitan tahun 2006 kemudian
disempurnakan tahun 2007 dalam suatu penyusunan detail plan kawasan
agropolitan yang cukup detail sampai tingkat perdesaan, dimana
penyusunannya telah disesuaikan dengan Masterplan Pengembangan
Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan dalam jangka waktu 10-20 tahun, dan
melalui Forum Kerjasama Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kawasan Agropolitan
Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara pada tahun 2007, telah
menetapkan dan mengesahkan lokasi percontohan kawasan agropolitan
Kabupaten Tapanuli Utara di Desa Hutabulu, Kecamatan Siborong-borong,
dengan komoditi unggulan yang dikembangkan antara lain jagung, nenas, kopi,
ikan nila, ikan mas dan kerbau. Dengan pengesahan tersebut diharapkan dapat
akan dapat menarik pengembangan ekonomi berbasis pertanian di wilayah
hinterland sehingga tercipta hubungan dan keterpaduan antara kawasan
agropolotan dan hinterland.
Infrastruktur akses mobilitas penduduk yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara
sebagian juga terjadi kerusakan (ada yang rusak berat maupun rusak ringan)
karena seringnya mengalami bencana alam seperti gempa bumi, longsor dan
banjir, hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berada pada
jalur patahan Sumatera (Patahan Semangko) dan dibarengi intensitas curah
hujan yang tinggi. Selain itu masih terdapat 23 (dua puluh tiga) desa tertinggal
dan terisolir yang tersebar di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
Data kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian
Kabupaten Tapanuli Utara dalam menyediakan kawasan permukiman yang
layak huni di perdesaan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
6.6. dan tabel 6.7. berikut.
Tabel 6.6. Data Program Perdesaan KabupatenTapanuli Utara
No. Program/Kegiatan Lokasi Volume/
Satuan Status
Kondisi Infrastuktur
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tahun 2009
1 Pembangunan/
Peningkatan Jalan
Kec. Siborongborong Kawasan Selesai Baik
2 Pembangunan/ Optimalisasi STA Siborongborong
Kec. Siborongborong Kawasan Selesai Baik
3 Pembangunan Jalan Poros
Desa Kawasan STA
Siborongborong
Kec. Siborongborong Kawasan Selesai Baik
Tahun 2011
1 Peningkatan Jalan Poros
dan Saluran Drainase Desa Bariba, Kec. Muara Kawasan Selesai
Baik
Tahun 2012
1 PPIP Desa Huta Lontung,
Kec. Muara
Desa Selesai Baik
2 PPIP Desa Unte Mungkur, Kec
Muara
Desa Selesai Baik
3 PPIP Desa Aritonang, Kec.
Muara
Desa Selesai Baik
4 PPIP Desa Sitanggor, Kec.
Muara
Desa Selesai Baik
5 PPIP Desa Simatupang, Kec.
Muara
Desa Selesai Baik
6 PPIP Desa Batu Binumbun,
Kec. Muara
Desa Selesai Baik
7 PPIP Desa Huta Julu, Kec.
Parmonangan
Desa Selesai Baik
8 PPIP Desa Sisordak, Kec.
Parmonangan
Desa Selesai Baik
9 PPIP Desa Horisan
Ranggingit, Kec.
Parmonangan
Desa Selesai Baik
10 PPIP Desa Purba Dolok, Kec.
Parmonangan
Desa Selesai Baik
11 PPIP Desa Batuarimo, Kec.
Parmonangan
Desa Selesai Baik
12 PPIP Desa Dolok Sanggul,
Kec. Simangumban
Desa Selesai Baik
13 PPIP Desa Onan Runggu I,
Kec. Sipahutar
Desa Selesai Baik
Tabel 6.7. Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Kabupaten Tapanuli Utara
No. Infrastruktur Terbangun Lokasi Satuan Kondisi
Tahun 2009
1 Jalan Desa Kec. Siborongborong 3.780 m Baik
2 Loos, Sumur Bor, Saluran drainase, Paving Block
Kec. Siborongborong Paket Baik
3 Jalan Poros Desa Kec. Siborongborong 1.260 m Baik
Tahun 2011
1 Jalan Poros Desa dan Saluran drainase Desa Bariba Aek, Kec. Muara MCK dan Drainase.
Desa Huta Lontung,
Pembukaan Jalan, Pembuatan Gorong-gorong dan Pembuatan Rabat Beton.
Desa Aritonang, Kec. Muara
Desa Selesai
4 Pembuatan Jaringan Air Bersih,
Pembuatan Jalan Rabat Beton dan Pembuatan Tembok Penahan Tanah.
Desa Sitanggor, Kec. Muara
Desa Selesai
5 Pembuatan Jalan Rabat, Gorong-gorong, Drainase/Rehab Bendungan, dan Rehab Perpipaan.
Desa Simatupang, Kec. Muara
Penahan Tanah Dusun III dan Dusun II, Jalan Rabat Beton.
Desa Huta Julu, Kec.
Ranggingit, Kec.
Parmonangan
Desa Selesai
10 Saluran drainase dan Gorong-gorong. Desa Purba Dolok,
Kec. Parmonangan
Desa Selesai
11 Perkerasan Jalan Telford dan Gorong-gorong.
Desa Batuarimo, Kec. Parmonangan
Desa Selesai
12 Perkerasan Jalan Telford. Desa Dolok Sanggul,
Kec. Simangumban
Desa Selesai
13 Perkerasan Jalan Telford dan Gorong-gorong.
Desa Onan Runggu I, Kec. Sipahutar
Desa Selesai
c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan Pengembangan Permukiman diantaranya:
Permasalahan yang dijumpai dalam hal pembangunan permukiman di
Kabupaten Tapanuli Utara adalah:
1. Proporsi penduduk perkotaan yang cenderung bertambah karena
urbanisasi adalah gejala normal pada tahap pembangunan, sehingga
menciptakan bangunan-bangunan permukiman baru di perkotaan dan
tingkat pelayanan prasarana dan sarana kebutuhan dasar tidak sebanding
lagi dengan laju pertumbuhan penduduk.
2. Keterbatasan jaringan prasarana, sarana fisik dan ekonomi dalam
mendukung pengembangan wilayah permukiman dan produk unggulan.
3. Proporsi penduduk perdesaan yang cenderung berkurang karena
urbanisasi.
Tantangan Pengembangan Permukiman diantaranya:
Tantangan yang dijumpai dalam hal pembangunan permukiman di Kabupaten
Tapanuli Utara adalah:
1. Masih terbatasnya pemahaman dan komitmen untuk melaksanakan
pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh di daerah dan belum
adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan pelaku pengembangan
wilayah permukiman;
2. Keterbatasan anggaran pendanaan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
untuk memfasilitasi pembangunan dan koordinasi di kawasan andalan
strategis dan cepat tumbuh serta regulasi investasi yang kurang menarik
bagi swasta;
3. Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama antar pelaku-pelaku
pengembangan kawasan dalam upaya penentuan kebijakan, agenda
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian dan evaluasi
pembangunan sehingga menyebabkan inefisiensi penggunaan anggaran
4. Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama lintas wilayah untuk
mendukung peningkatan daya saing, produk unggulan dan penyediaan
pasokan sumber daya alam dengan kebutuhan pembangunan;
5. Inisiatip proaktif yang masih pasif dalam mengatasi ketertinggalan daerah
sesuai potensi, masalah dan kewenangan yang dimiliki dan masih
rendahnya kualitas SDM serta belum optimalnya pengembangan potensi
SDA, kelembagaan dan keterbatasan penggunaan teknologi;
6. Belum lengkapnya Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Undang-Undang PA)
dan belum memadainya pengelolaan data dan informasi pertanahan untuk
pembangunan;
7. Biaya perpajakan yang cukup membebani rakyat dalam membayar pajak
Tabel 6.8. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tapanuli Utara
No. Permasalahan Pengembangan
Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
(1) (2) (3) (4)
1 Aspek Teknis
1) Jarak permukiman terhadap akses ekonomi dan sosial.
2) Proporsi penduduk perkotaan yang
cenderung bertambah karena urbanisasi,
sehingga menciptakan
bangunan-bangunan permukiman baru di perkotaan dan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kebutuhan dasar tidak sebanding lagi dengan laju pertumbuhan penduduk. 3) Keterbatasan jaringan prasarana, sarana
fisik dan ekonomi dalam mendukung pengembangan wilayah permukiman dan produk unggulan.
4) Proporsi penduduk perdesaan yang
cenderung berkurang karena urbanisasi.
1) Masih terbatasnya pemahaman dan
komitmen untuk melaksanakan
pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh di daerah dan belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan pelaku pengembangan wilayah permukiman.
2) Keterbatasan anggaran pendanaan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk memfasilitasi pembangunan dan koordinasi di kawasan andalan strategis dan cepat tumbuh serta regulasi investasi yang kurang menarik bagi swasta.
3) Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan
kerjasama antar pelaku-pelaku
pengembangan kawasan dalam upaya
penentuan kebijakan, agenda perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian dan
evaluasi pembangunan sehingga
menyebabkan inefisiensi penggunaan
anggaran pembangunan.
4) Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama lintas wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing, produk unggulan dan penyediaan pasokan sumber daya alam dengan kebutuhan pembangunan.
1) Melakukan pemerataan pembangunan di
perdesaan dan daerah tertinggal sebagai upaya untuk menghempang arus urbanisasi.
2) Melakukan pembinaan bagi wirausaha pelaku pengembangan permukiman.
3) Pengembangan jaringan dan kemitraan dengan pihak swasta.
4) Mencari dan mengusahakan dana dari sumber-sumber lain.
5) Melakukan koordinasi dan kerjasama untuk mensinergikan penentuan kebijakan dengan
agenda perencanaan dan pelaksanaan
pengembangan permukiman.
6) Melakukan efisiensi penggunaan anggaran
7) Membangun/meningkatkan/merehab prasarana
pendukung untuk percepatan perbaikan
kualitas permukiman dan infrastruktur
pengembangan wilayah permukiman.
8) Mempersiapkan ketersediaan dan
No. Permasalahan Pengembangan
Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
(1) (2) (3) (4)
5) Inisiatip proaktif yang masih pasif dalam mengatasi ketertinggalan daerah sesuai potensi, masalah dan kewenangan yang dimiliki dan masih rendahnya kualitas SDM serta belum optimalnya pengembangan potensi SDA, kelembagaan dan keterbatasan penggunaan teknologi.
6) Belum lengkapnya Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Undang-Undang PA) dan belum memadainya pengelolaan data dan informasi pertanahan untuk pembangunan.
7) Biaya perpajakan yang cukup membebani rakyat dalam membayar pajak bangunan dan tanah.
2 Aspek Kelembagaan
1) Masalah yang paling utama dalam
kelembagaan adalah koordinasi yang
memerlukan kerjasama antar lintas
kelembagaan.
1) Koordinasi kelembagaan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten harus jelas, terarah dan terprogram.
1) Penataan kelembagaan secara terpadu dan menyeluruh, terutama yang meliputi semua aspek bidang PU Cipta Karya.
3 Aspek Pembiayaan
1) Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator dalam melihat keberhasilan pembangunan di suatu daerah, dimana
pertumbuhan PDRB suatu daerah
merupakan gambaran pertumbuhan
1) Kemampuan ekonomi masyarakat Kabupaten
Tapanuli Utara dengan pendapatan perkapita tahun 2012 sebesar Rp.16.080.379 dan pada Tahun 2013 meningkat menjadi sebesar
Rp.17.898.571,67 termasuk relatif
berpenghasilan rendah, sehingga membuat
1) Meningkatkan PAD dari sektor-sektor
No. Permasalahan Pengembangan
Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
(1) (2) (3) (4)
ekonomi suatu daerah. PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2012 sebesar 4.564,75 milyar rupiah dan pada Tahun 2013 sebesar 5.121,10 milyar rupiah, sedangkan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada tahun 2012 sebesar 1.805,19 milyar rupiah dan pada Tahun 2013 sebesar 1.914,41 milyar rupiah.
2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara jika dilihat berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada tahun 2012 sebesar 5,95 persen dan Tahun 2013 sebesar 6,05 persen, maka Tahun 2013 mengalami kenaikan 0,1 persen. PDRB
Perkapita Harga Berlaku Kabupaten
Tapanuli Utara pada tahun 2012 sebesar Rp.16.080.379 dan pada Tahun 2013
meningkat menjadi sebesar
Rp.17.898.571,67. Sektor pertanian
merupakan kontributor terbesar dalam membentuk PDRB Kabupaten Tapanuli Utara. Pada Tahun 2013 kontribusi sektor pertanian sebesar 50,52 persen, yang diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 15,90 persen, dan sektor jasa-jasa sebagai kontributor terbesar ketiga yaitu sebesar
masyarakat sangat membutuhkan bantuan pembangunan infrastruktur yang dapat berperan langsung atau tidak langsung
dalam usaha meningkatkan ekonomi
masyarakat perdesaan yang berbasis
No. Permasalahan Pengembangan
Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
(1) (2) (3) (4)
15,85 persen. Sedangkan sisanya sebesar 17,73 persen disumbangkan oleh enam sektor yang lainnya, dimana sektor
penyumbang terkecil adalah sektor
pertambangan dan penggalian yaitu
sebesar 0,15 persen.
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta
1) Jarak permukiman terhadap akses
ekonomi, sosial yang cukup jauh dan sulit ditempuh karena keterbatasan infrastruktur jalan maupun sarana transportasi serta tingkat ekonomi yang relatif rendah memaksa masyarakat bekerja keras, hal tersebut menjadikan masyarakat sangat sulit untuk ikut berperan aktif dalam proses pembangunan di wilayahnya.
1) Partisipasi masyarakat dalam keterlibatan seluruh tahapan pembangunan mulai dari proses perencanaan seperti penentuan
lokasi, sampai pelaksanaan maupun
pembiayaan.
1) Melakukan pembinaan dan pelatihan
pengembangan SDM masyarakat.
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1) Risiko sosial yang tidak diinginkan dalam
pengadaan tanah atau permukiman
kembali.
1) Menjamin bahwa program investasi
infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan.
1) Dalam Pelaksanaan RPI2-JM, dilakukan promosi
manfaat sosial dan pelaksanaan azas
transparansi/keterbukaan serta konsultasi publik
dengan warga yang terkena dampak
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting infrastruktur bidang Cipta karya yang masih tertinggal dan
pembangunannya yang belum merata antar kecamatan, maka diperlukan
pembangunan untuk mempercepat mengatasi permasalahan pengembangan
permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan pengurangan
kesenjangan pembangunan antar wilayah maka kebutuhan pengembangan
permukiman di Kabupaten tapanuli Utara ditujukan untuk:
1. Mengurangi luasan permukiman kumuh hingga 25 persen dari jumlah yang
ada melalui penataan kawasanperumahan yang layak huni dan sehat untuk
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman;
2. Peningkatan prasarana dasar perumahan sederhana yang layak huni;
3. Meningkatkan pemanfaatan dan pengendalian ruang dengan suatu sistem
perencanaan pembangunan kawasan strategis bagi pengembangan wilayah
untuk menjamin keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan;
4. Meningkatkan peran dan kontribusi kawasan permukiman di perdesaan
sebagai basis pertumbuhan ekonomi dan semakin meningkatnya peran
sektor-sektor yang terkait dalam mata rantai pengolahan bahan mentah,
bahan baku dan bahan jadi;
5. Terhujudnya percepatan pembangunan di wilayah-wilayah cepat tumbuh
dan strategis, desa tertinggal termasuk wilayah perbatasan dalam suatu
sistem wilayah pengembangan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis;
6. Mengarahkan pertumbuhan wilayah dan mendorong kegiatan ekonomi
melalui kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten tapanuli Utara.
Analisa kebutuhan dan target pencapaian pengembangan permukiman
Tabel 6.9. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di
Perkotaan untuk 5 Tahun
No. Uraian Unit Tahun
Proyeksi Persebaran Penduduk
Jiwa/Km2 100 130 180 250 301
Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin
Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014
Tabel 6.10. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
di Perdesaan untuk 5 Tahun
No. Uraian Unit Tahun
Padang Parsadaan,
No. Uraian Unit Tahun
Lumban Silintong,
Kec. Pagaran
Desa Hutabarat Partali
Daerah rawan bencana
5 Kawasan
Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014
6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan
Rusunawa serta;
2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau
kecil,
2. pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW
(RISE),
3. Desa tertinggal dengan program PPIP, RIS PNPM, Pamsimas, dan Sanimas.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman
dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun
review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
• Infrastruktur kawasan permukiman kumuh;
• Infrastruktur permukiman RSH;
• Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial
(Agropolitan/Minapolitan);
• Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana;
• Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil;
• Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW);
• Infrastruktur perdesaan PPIP;
• Infrastruktur perdesaan RIS PNPM.
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam
Gambar 6.1. Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan
(Readiness Criteria)
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012 / Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bdang Cipta Karya 2014
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang
terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas;
Kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra;
Kesiapan lahan (sudah tersedia);
Sudah tersedia DED;
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi;
Ada unit pelaksana kegiatan;
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
• Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA;
• Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh;
• Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya;
• Ada calon penghuni.
RIS PNPM
• Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra;
• Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya;
• Tingkat kemiskinan desa >25%;
• Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
• Hasil pembahasan dengan Komisi V-DPR RI;
• Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya;
• Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik;
• Tingkat kemiskinan desa >25%.
PISEW
• Berbasis pengembangan wilayah;
• Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan;
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti
untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU Nomor
1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh
memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2)
ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas
rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas
umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya
meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota;
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya;
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis;
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk
dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk
dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana
a. Kondisi Jalan;
b. Drainase;
c. Air bersih;
d. Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan
penanganannya;
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (masterplan)
kawasan dan lainnya.
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Untuk mewujudkan pengembangan prasarana dan sarana permukiman,
maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara memprogramkan
pengembangan permukiman yang meliputi:
1. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan.
Kegiatan:
2. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan.
Kegiatan:
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan /Minapolitan);
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana.
Berdasarkan kesiapan kriteria maka dirumuskan usulan program dan kegiatan
pengembangan permukiman Kabupaten Tapanuli Utara yang disusun
berdasarkan prioritasnya seperti tabel 6.11. berikut.
Tabel 6.11. Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Kabupaten Tapanuli Utara
No. Uraian Volume Satuan
Biaya (Juta Rupiah)
Lokasi Kriteria Kesiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
I. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
1. Pembangunan Jalan
Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.
Meter 2.500 Sekitar stadion sampai
pasar Tarutung
2. Pembangunan Jalan
Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.
Meter 2.500 Kel. Onan Sitahuru,
Tarutung
3. Pembangunan Jalan
Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.
Meter 3.000 Daerah wisata air panas, Sipoholon
II. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN
1. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
8.000 Meter 4.000 Desa Hutabulu, Kec.
Siborongborong
2. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 Meter 2.500 Desa Padang Parsadaan,
Kec. Pangaribuan
3. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 Meter 2.500 Desa Huta Lontung, Kec.
Muara
4. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 2.000 Desa Lbn Silintong, Kec.
Pagaran
5. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
6.000 Meter 3.000 Desa Sabungan Nihuta
No. Uraian Volume Satuan
Biaya (Juta Rupiah)
Lokasi Kriteria Kesiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
6. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 Meter 2.500 Desa Hutabarat Partali
Julu, Kec. Tarutung
7. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 Meter 2.500 Kec. Siborong-borong
8. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 3.000 Desa Sarulla, Kec. Pahae
Jae
9. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 Meter 2.500 Desa Parsaoran, Kec. Purbatua
10. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 3.000 Desa Sisordak, Kec. Parmonangan
11. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 Meter 2.500 Desa Lobu Hole, Kec. Siatas Barita
12. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 3.000 Desa Hutabarat, Kec. Pahae Julu
13. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 3.000 Desa Dolok Saut, Kec. Simangumban
14. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 3.000 Desa Hutauruk Hasundutan, Kec. Sipoholon
15. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 3.000 Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting
16. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 Meter 3.000 Taput (Rawan Bencana)
Sumber: RPIJM Kab. Tapanuli Utara 2014
b. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman
Mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan prasarana dan
sarana dasar bagi kawasan permukiman dan dengan kemampuan keuangan
pemerintah daerah yang terbatas, maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
mengusulkan realisasi pembangunan permukiman khususnya bagi masyarakat
tertinggal dan terisolir agar dapat dibantu oleh Pemerintah Pusat melalui APBN
dan Pemerintah Provinsi.
Dalam mencapai target universal acsess 100-0-100, mengingat keterbatasan
APBN dan sumber daya, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku
masyarakat. Dari sisi pembiayaan, dunia usaha juga dapat menjadi mitra
pemerintah dalam menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang dan juga
keterlibatan perusahaan dalam menyediakan sumber pembiayaan bagi
pekerjanya.
Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik
dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan
swasta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara. seperti tabel 6.12. berikut.
Tabel 6.12. Format Usulan Pembiayaan Infrastruktur Permukiman
Kabupaten Tapanuli Utara
Rp. x Juta
No. Program/Kegiatan APBN (Rp)
I. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
1. Pembangunan Jalan
Lingkungan dan Saluran
Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
2. Pembangunan Jalan
Lingkungan dan Saluran
Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
3. Pembangunan Jalan
Lingkungan dan Saluran
Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
II. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN
1. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.000 2.000
2. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
3. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
4. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
5. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
No. Program/Kegiatan APBN
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
7. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
8. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
9. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
10. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
11. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
2.500 2.500
12. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
13. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
14. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
15. Pembangunan Jalan Desa
dan Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
16. Pembangunan Jalan Desa
dan Saluran Mikro Drain serta Bangunan Pelengkap.
3.000 3.000
Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dilihat pada
tabel 6..13. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Tabel 6.13. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tapanuli Utara
NO
OUTPUT
LOKASI VOL. SAT
SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN
APBD
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1 Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perkotaan
1.a Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh
1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta Lingkungan dan Saluran Mikro Drain serta
2 Infrastruktur Kawasan Permukiman
NO
OUTPUT
LOKASI VOL. SAT
SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN
APBD
2.a Infrastruktur Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial yang
Meningkat Kualitasnya
1 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa Parit dan Bangunan Pelengkap.
Desa Huta Namora, Kec.
Siatas Barita
2.000 Meter 2,000 √
3 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa Parbubu Dolok, Kec.
Tarutung
2.000 Meter 2,000 √
4 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa dan Bangunan Pelengkap.
NO
OUTPUT
LOKASI VOL. SAT
SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN
APBD dan Bangunan Pelengkap.
Desa Huta dan Bangunan Pelengkap.
Desa Lbn dan Bangunan Pelengkap.
Desa dan Bangunan Pelengkap.
Kec. Siborong-borong
2.500 Meter 2,500 √
10 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa Sarulla, Kec. Pahae Jae
3.000 Meter 3,000 √
11 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa Parsaoran, Kec. Purbatua
2.500 Meter 2,500 √
12 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa Sisordak, Kec. Parmonangan
3.000 Meter 3,000 √
13 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa Lobu Hole,
NO
OUTPUT
LOKASI VOL. SAT
SUMBER PENDANAAN (JUTA RUPIAH) TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN
APBD
dan Bangunan Pelengkap.
Desa dan Bangunan Pelengkap.
Desa Dolok dan Bangunan Pelengkap.
DesaHutauruk dan Bangunan Pelengkap.
Desa Banuaji
2.b Infrastruktur Kawasan
Permukiman Rawan
Bencana
1 Pembangunan Jalan Desa dan Bangunan Pelengkap
Taput (Rawan
6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan terselenggaranya penataan bangunan yang tertib,
funfsional, andal, efisien, produktif, berjati diri dan berwawasan lingkungan
sehingga dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi tanpa
meninggalkan arsitektur budaya lokal pada bangunan gedung yang dilindungi
dan dilestarikan dengan tetap memanfaatkan dan mengembangkan teknologi
dan rekayasa bangunan gedung untuk menunjang pembangunan yang
berkelanjutan di Kabupaten Tapanuli Utara.
Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada
pengaturan penataan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan
bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang
dan peraturan antara lain:
1) UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan,
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU Nomor 1 tahun 2011 juga
diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus
sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan
yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL).
2) UU Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
UU Nomor 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis
bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak
atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata
bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup
peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung,
dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan
bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan
kemudahan. UU Nomor 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran
3) PP Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Secara lebih rinci UU Nomor 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP Nomor 36
Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU Nomor 28 tahun 2002.
PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat,
dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam
peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk
menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan
rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung
dan lingkungan.
4) Permen PU Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan
dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU Nomor 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam
peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan
baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru
berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan
rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut.
Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan
Walikota/Bupati.
5) Permen PU Nomor 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Permen PU Nomor 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan
mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta
sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU Nomor 8 tahun
2010).
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU Nomor 8 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang
perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan,
pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan
lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi
bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan
penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan
masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan
dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta
penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada
sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti
ditunjukkan pada Gambar 6.2. berikut.
Gambar 6.2. Lingkup Tugas PBL
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik
sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
• Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
• Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan.
• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
• Paket dan Replikasi.
6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
Penataan Bangunan dan Lingkungan
A. Isu Strategis
Berbagai isu strategis yang mempengaruhi pengembangan permukiman
saat ini di Kabupaten Tapanuli Utara seperti terlihat pada taben 6.14
berikut.
Tabel 6.14. Isu-Isu Strategis Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kabupaten Tapanuli Utara
No Isu Strategis Keterangan
1. Penataan Lingkungan
permukiman
a.Pengembangan Kawasan Bandar Udara Silangit untuk mendukung pengembangan pariwisata dan peningkatan pemasaran komoditas pertanian.
b.Penurunan luas kawasan resapan air (lingkungan) akibat berbagai aktifitas konversi lahan baik dari lindung menjadi budidaya dan semakin luasnya lahan-lahan kritis.
2. Penyelenggaraan
Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Isu Strategis Keterangan
3. Pemberdayaan
Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Kinerja yang buruk pada satu wilayahnya akan menjadi kendala dalam perkembangan wilayah secara keseluruhan. Dalam jangka panjang ketertinggalan satu wilayah akan mengancam eksistensi wilayah lain yang memiliki kinerja
pengembangan yang baik. Untuk itu keberimbangan
pembangunan sangat penting diperhatikan agar pencapaian
kinerja pembangunan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dapat lebih optimal, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan keberimbangan, sinkronisasi dan kesinergian pembangunan.
Sumber: RPIJM Kab. Tapanuli Utara 2014
B. Kondisi Eksisting
Kabupaten Tapanuli Utara hampir di setiap wilayah terdapat lingkungan
permukiman penduduk yang tidak tertata dengan baik dan berdampak
pada lingkungan yang tidak sehat, diantaranya terdapat juga permukiman
tradisional bersejarah, seperti tidak adanya pembuangan limbah rumah
tangga dan limbah buangan manusia yang tidak jelas ke mana
pembuangannya, tidak adanya sistem pembuangan air hujan sehingga jika
hujan turun air lepas mengalir tidak terarah sehingga mengakibatkan
terjadi genangan-genangan pada daerah-daerah cekungan baik di
lingkungan permukiman penduduk maupun di badan jalan bahkan sering
dijumpai terjadi gerusan atau pengikisan tanah dan material badan jalan
pada daerah milik jalan yang berlereng berombak sampai curam karena
kuatnya energi air permukaan yang mengalir di atas permukaan badan
jalan maupun bahu jalan, dan masih banyak juga terdapat lingkungan
permukiman penduduk menyatu dengan kandang-kandang ternak di satu
Kondisi lingkungan permukiman
penduduk menyatu dengan
kandang-kandang ternak di satu lahan
pekarangan dan limpasan air hujan
lepas mengalir tidak terarah sehingga
mengakibatkan terjadi
genangan-genangan di badan dan bahu jalan.
Bangunan-bangunan dan gedung yang berdiri di Kabupaten Tapanuli Utara saat
ini sebagian besar merupakan bangunan peninggalan masa Kolonial Belanda
terdapat juga di beberapa lokasi merupakan banguna-bangunan baru, dan
bangunan-bangunan yang berdiri masih banyak dibangun tidak menurut aturan
penataan bangunan dan gedung terutama di daerah-daerah rawan bencana.
Bangunan-bangunan lama sudah ketinggalan dari segi model dan bahan
bangunan serta tidak bernilai ekonomis dan tidak mencerminkan lingkungan
permukiman yang sehat. Lahan pekarangan dibiarkan tidak tertata karena
banyaknya masyarakat yang tidak mampu dan berpenghasilan rendah sehingga
lahan-lahan pekarangan sering dimanfaatkan sebagai areal bercocok tanam dan
berternak yang hasilnya dapat dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual untuk
menambah penghasilan keluarga.
C.
D.
E.
F.
G.
Berikut gambaran kondisi eksisting yang mencakup kondisi peraturan daerah
(Perda) terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Permukiman.
Tabel 6.15 Peraturan Daerah Bupati terkait Penataan
Bangunan dan Lingkungan
No.
Peraturan Bupati
Amanat Jenis Produk Pengaturan Nomor &
Tahun Tentang
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Draft Raperda BG
Sumber: Bappeda Kabpaten Tapanuli Utara
Berikut data kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman yang menggambarkan
kondisi eksisting di Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 6.16