• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

32 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

5.1 Kondisi Umum Kecamatan Labuan 5.1.1 Kondisi Geografis

Kecamatan Labuan terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Daerah ini memiliki luas 15,65 Km2. Kecamatan Labuan terdiri dari 9 desa, 71 rukun warga (RW) dan 216 rukun tetangga (RT). Luas wilayah Desa di Kecamatan Labuan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Wilayah Desa di Kecamatan Labuan

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang, 2009

Wilayah Kecamatan Labuan secara geografis terletak antara 06°13’ - 06°24’ Lintang Selatan dan 105°49’ - 105°54’ Bujur Timur. Kecamatan Labuan berjarak 41,1 km dari Kabupaten Pandeglang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : (1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Carita; (2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran; (3) Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda; (4) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cikedal. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Labuan pada umumnya merupakan dataran seperti Desa Rancateureup, Kalanganyar, Labuan, Banyumekar, Banyubiru serta pesisir pantai seperti Desa Cigondang, Sukamaju, Teluk dan Caringin dengan ketinggian rata-rata dibawah 50 m dari permukaan laut (dpl).

No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase Terhadap Luas Kecamatan(%) 1 Cigondang 0,98 6,26 2 Sukamaju 1,84 11,76 3 Rancateureup 1,80 11,50 4 Kalanganyar 0,99 6,33 5 Labuan 0,97 6,20 6 Teluk 0,97 6,20 7 Banyumekar 2,35 15,02 8 Banyubiru 2,55 16,09 9 Caringin 3,20 20,45 Jumlah 15,65 100

(2)

33 Kondisi iklim di Kecamatan Labuan diklasifisikan ke dalam iklim type A yaitu 0,3 % - 14,3 % dan type B yaitu 14,3 % - 33,3 %. Curah hujan rata-rata tahunan adalah sebesar 1.814 mm, sedangkan hari hujan rata-rata tahunan sebesar 101 hari. Musim hujan pada umumnya jatuh pada bulan Januari, Februari, Maret, November dan Desember dengan curah hujan rata-rata 374 mm/bulan. Musim kemarau jatuh pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober dengan curah hujan rata-rata 209 mm/bulan.

5.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Kecamatan Labuan berdasarkan data statistik pada tahun 2009 tercatat sebanyak 52.688 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 26.503 jiwa dan perempuan sebanyak 26.185 jiwa. Jumlah penduduk disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Labuan Tahun 2009

Sumber: Data Monografi Desa/Kelurahan Kecamatan Labuan, 2009

Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Labuan masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang tamat SD memiliki persentase yang paling besar yaitu 25,90 % dan persentase terkecil pada tingkat perguruan tinggi yaitu

No Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Cigondang 4.225 3.756 7.981 2 Sukamaju 1.428 1.440 2.868 3 Rancateureup 1.441 1.712 3.153 4 Kalanganyar 3.174 2.951 6.125 5 Labuan 5.807 5.717 11.524 6 Teluk 5.388 5.280 10.668 7 Banyumekar 988 1.008 1.996 8 Banyubiru 1.127 1.086 2.213 9 Caringin 2.895 3.235 6.130 Jumlah 26.503 26.185 52.688

(3)

34 sebesar 2,34 %. Komposisi penduduk Kecamatan Labuan berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Labuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah ( orang ) Persentase ( % )

1 Belum Sekolah 6.823 16,50

2 Tidak Sekolah 3.936 9,52

3 Tidak Tamat sekolah 4.108 9,93

4 Tamat SD 10.711 25,90

5 Tamat SLTP 6.678 16,15

6 Tamat SLTA 5.210 12,60

7 Tamat Akademi (D1-D3) 2.928 7,08

8 Tamat Perguruan Tinggi (S1-S3)

966 2,34

Jumlah 41.360 100

Sumber : Data Monografi Desa/Kelurahan Kecamatan Labuan (diolah), 2009 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Labuan beraneka ragam, antara lain : buruh tani, petani, pedagang, nelayan, dan lain sebagainya. Mayoritas mata pencaharian di Kecamatan Labuan adalah sebagai pedagang/wiraswasta/pengusaha yaitu sebesar 45,00 %. Kemudian nelayan yaitu sebesar 16,54 %. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Komposisi Penduduk Kecamatan Labuan Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah ( orang ) Persentase

1 Buruh Tani 2.135 9,57 2 Petani 1.465 6,57 3 Pedagang/Wiraswasta/Pengusaha 10.037 45,00 4 Pengrajin 889 3,99 5 Nelayan 3.690 16,54 6 PNS 692 3,10 7 TNI/Polri 38 0,17 8 Penjahit 104 0,47 9 Montir 72 0,32 10 Sopir 496 2,22 11 Pramuwisata 12 0,05 12 Karyawan Swasta 1.602 7,18 13 Kontraktor 13 0,06 14 Tukang Kayu 344 1,54

(4)

35 Lanjutan Tabel 10.

No Mata Pencaharian Jumlah ( orang ) Persentase

15 Tukang Batu 267 1,20

16 Guru Swasta 300 1,20

17 Lainnya 149 0,67

Jumlah 22.305 100

Sumber : Data Monografi Desa/Kelurahan Kecamatan Labuan (diolah), 2009 5.2 Kondisi Umum Sumberdaya Perikanan

Aktivitas perikanan tangkap mendominasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dan laut di Kecamatan Labuan dengan memanfaatkan perairan laut mulai dari perairan luar hingga perairan dalam tergantung pada alat tangkap yang digunakan. Aktivitas perikanan tangkap ini adalah aktivitas yang turun temurun bagi masyarakat di Kecamatan Labuan. Nelayan Labuan sangat bergantung kepada sumberdaya laut. Sebagian besar nelayan konsisten dengan alat tangkap yang digunakan, namun sebagian nelayan berganti-ganti sesuai dengan musim dan pertimbangan lain. Seluruh nelayan di Kecamatan Labuan pada dasarnya adalah nelayan harian (one day fishing), yakni melaut dalam waktu tidak lebih dari sehari, kecuali pada saat mereka berpindah lokasi penangkapan ketika musim barat.

5.2.1 Produksi dan Nilai Produksi Ikan di Kecamatan Labuan

Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kecamatan Labuan pada periode 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 11, Gambar 4 dan Gambar 5. Volume produksi cenderung mengalami penurunan, begitu juga dengan nilai produksi hasil tangkapan yang juga mengalami penurunan. Berbeda pada tahun 2009 terlihat volume produksi menunjukkan penurunan, akan tetapi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan antara lain harga jual ikan cenderung tinggi karena keterbatasan

(5)

36 jumlah produksi yang didaratkan dan nilai tukar rupiah. Selain itu, jenis ikan yang didaratkan adalah ikan yang berniali ekonomis tinggi. Kondisi menurunnya hasil tangkapan tidak hanya disebabkan oleh penurunan jumlah armada penangkapan, tetapi juga dimungkinkan oleh beberapa faktor lain, yaitu stok sumberdaya ikan yang tersedia, musim penangkapan dan keterbatasan kemampuan jelajah armada penangkapan ikan.

Apabila stok sumberdaya ikan tersedia, dan musim ikan terjadi, maka dengan upaya penangkapan ikan yang tetap, terlebih-lebih bila upaya penangkapan meningkat, secara langsung akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan dan begitu pula sebaliknya. Kemampuan jelajah armada juga akan berpengaruh. Kapal-kapal yang sudah berumur tua dan kondisi mesin yang sudah mengalami penurunan akan berpengaruh pada hasil. Kapal yang masih baru memiliki kemampuan jelajah yang lebih baik dan mampu menemukan wilayah-wilayah penangkapan yang tersedia banyak ikan dan sebaliknya. Perkembangan jumlah armada yang beroperasi juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang diperoleh, apabila armada tangkap berkembang baik dari segi jumlah dan atau dari segi kapasitas muat (tonage) maka secara langsung akan meningkatkan hasil tangkapan dan sebaliknya. Nelayan di Kecamatan Labuan mengenal 4 kategori tingkat perolehan ikan, yaitu: paila (perolehan sangat sedikit atau tidak ada), kosong (perolehan sedikit, namun ada cukup ikan untuk dibawa ke rumah), along (perolehan cukup atau lebih untuk membayar biaya melaut dan jatah memadai bagi awak kapal) dan along besar (perolehan berlebih banyak untuk membayar biaya melaut dan jatah awak kapal).

(6)

37 Tabel 11. Perkembangan Volume Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan di Kecamatan Labuan

Tahun Volume Produksi (Ton) Pertumbuhan (%) Nilai Poduksi (Juta Rp) Pertumbuhan (%) 2005 2.150 - 13.337 - 2006 1.907 -11,3 12.406 -7,0 2007 1.821 -4,5 9.031 -27,2 2008 1.802 -1,0 8.850 -2,0 2009 1.408 -21,9 10.451 18,1 Rata-rata 1.818 10.815

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang, 2009

Gambar 4. Perkembangan dan Kecenderungan Volume Produksi Hasil Tangkapan di Kecamatan Labuan

Gambar 5. Perkembangan dan Kecenderungan Nilai Produksi Hasil Tangkapan di Kecamatan Labuan

(7)

38 5.2.2 Unit Penangkapan Ikan di Kecamatan Labuan

Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan yang terdiri dari armada penangkapan, alat tangkap dan nelayan.

5.2.2.1Armada Penangkapan

Armada penangkapan merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah dan hasil tangkapan nelayan. Armada penangkapan di Labuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu perahu tanpa motor (PTM), perahu motor (PM) dan kapal motor (KM). Perahu tanpa motor adalah perahu yang pengoperasiannya tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan layar. Perahu motor adalah kapal/perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboard motor), sedangkan kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboard motor). Perkembangan jumlah armada penangkapan di Kecamatan Labuan dapat dilihat pada Tabel 12 sedangkan perkembangannya dapat dilihat pada Gambar 6. Jumlah armada penangkapan tahun 2005-2007 tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perkembangan skala usaha yang dilakukan oleh dinas setempat.

Tabel 12. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan di Kecamatan Labuan

Tahun Jumlah armada (unit) Total Pertumbuhan

PTM PM KM 2005 22 5 248 275 - 2006 22 5 248 275 0 2007 22 5 248 275 0 2008 22 5 256 283 2,91 2009 22 4 254 280 -1,06

(8)

39 Gambar 6. Perkembangan Armada Penangkapan di Kecamatan Labuan 5.2.2.2Alat Tangkap

Alat tangkap yang beroperasi di Kecamatan Labuan terdiri dari jenis Payang, Dogol, Arad, Purse seine, Gillnet, Jaring Rampus, Jaring klitik, Bagan tancap, Bagan rakit dan Pancing. Alat tangkap dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu alat tangkap yang menggunakan kasko kesil (seperti jenis Arad) dan alat tangkap yang menggunakan kasko besar (jenis purse seine dan payang). Perkembangan jumlah alat tangkap yang beroperasi dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 13 sedangkan perkembangannya dapat dilihat pada Gambar 7.

Perkembangan jumlah alat tangkap yang beroperasi di Kecamatan Labuan selama periode 2005-2009 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan adalah jaring arad. Berdasarkan wawancara dengan nelayan, alat tangkap arad memiliki jumlah yang dominan karena dianggap efektif untuk menghasilkan ikan dalam jumlah besar, harganya lebih murah, dapat menghasilkan hasil tangkapan ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan alat tangkap lain, serta komoditas yang ditangkap bernilai ekonomis seperti udang.

(9)

40 Tabel 13. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap di Kecamatan Labuan

No Alat tangkap Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1 Payang 44 43 43 45 42 2 Dogol 49 49 49 48 48 3 Arad 130 121 121 119 124 4 Purse seine 20 20 20 18 19 5 Gillnet 40 65 65 65 62 6 Jaring Rampus 32 32 32 35 32 7 Jaring Klitik 4 0 0 0 0 8 Bagan Tancap 8 8 8 0 0 9 Bagan Rakit 17 17 17 0 0 10 Pancing 65 68 68 68 63 Jumlah 409 423 423 398 390

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang, 2009

Gambar 7. Perkembangan Alat Tangkap di Kecamatan Labuan 5.2.2.3Nelayan

Mayoritas nelayan yang menetap di Kecamatan Labuan merupakan penduduk lokal (asli). Selain penduduk lokal, juga terdapat nelayan pendatang yang umumnya berasal dari daerah Jawa Tengah, Surabaya, Dadap dan Tegal. Perkembangan jumlah nelayan di Kecamatan Labuan cenderung mengalami penurunan dengan kisaran pertumbuhan -7,56 % sampai 2,82 %. Perkembangan jumlah nelayan di Kecamatan Labuan pada periode 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 8.

(10)

41 Tabel 14. Perkembangan Jumlah Nelayan di Kecamatan Labuan

Tahun Nelayan (Jiwa) Jumlah

(jiwa) Pertumbuhan (%) Lokal Pendatang 2005 4.289 221 4.510 - 2006 4.382 255 4.637 2,82 2007 4.300 240 4.540 -2,09 2008 3.905 292 4.197 -7,56 2009 3.690 294 3.984 -5,08 Rata-rata 4.113 260 4.373

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang, 2009

Gambar 8. Perkembangan Jumlah Nelayan di Kecamatan Labuan 5.2.3 Daerah Penangkapan

Bentuk kegiatan usaha penangkapan ikan di Kecamatan Labuan dikategorikan sebagai usaha perikanan yang berskala kecil. Kegiatan penangkapan dapat dilakukan sepanjang tahun dan sangat bergantung dari musim. Hal ini akan berdampak pada penentuan daerah penangkapan (fishing ground) yang menjadi sasaran penangkapan.

Daerah penangkapan ikan di Kecamatan Labuan adalah Selat Sunda, Selatan Jawa/Samudera hindia dan Laut Jawa. Berdasarkan wawancara dengan nelayan daerah penangkapan yaitu sekitar Selat Sunda, Tanjung Panaitan, Kepulauan seribu, Kerakatau, Rompang, Sumur, Kelapa Koneng, Pulau Pucang,

(11)

42 Kalianda, Cemara, Karang bawah dan Batu Item. Daerah penangkapan ini ditempuh para nelayan sekitar 3 – 4 jam perjalanan.

Penentuan daerah penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan-nelayan di Kecamatan Labuan umumnya masih berpedoman pada faktor-faktor alam. Nelayan masih menggunakan pengetahuan sederhana seperti adanya burung yang terbang di atas perairan atau riak di air yang menandakan adanya ikan. Dengan hanya mengandalkan sebatas pengetahuan tradisional ini maka nelayan yang beroperasi menangkap ikan berada pada keadaan berburu atau pergi dengan tujuan mencari yang tidak pasti letaknya. Akan tetapi karena tingkah laku ikan yang sudah diketahui nelayan yaitu dimana ikan memijah dan dimana ikan biasa berkelompok mencari makan maka hal ini dapat digunakan nelayan dalam menentukan posisi ikan. Keberadaan kelompok ikan juga juga dapat diketahui dengan melihat permukaan laut yang berbuih, adanya ikan-ikan yang melompat-melompat di permukaan atau burung yang menukik dan menyambar ke permukaan laut. Selain itu, penentuan daerah penangkapan juga ditentukan berdasarkan pengalaman dan informasi dari kapal yang baru mendarat.

5.2.4 Musim Penangkapan

Intensitas penangkapan ikan oleh nelayan sengat dipengaruhi oleh keadaan musim angin. Terdapat tiga musim penangkapan yaitu 1) puncak musim atau musim timur, pada musim ini aktivitas penangkapan mencapai frekuensi tertinggi sehingga menyebabkan terjadinya musim puncak pendaratan ikan yang biasanya terjadi sekitar bulan Mei sampai Agustus. Nelayan Labuan menyebutnya dengan rejeh (musim ketika perolehan ikan banyak), 2) musim normal atau musim peralihan, pada musim ini aktivitas penangkapan yang dilakukan nelayan berada

(12)

43 pada frekuensi normal dan menghasilkan volume produksi ikan normal terjadi dua kali dalam setahun, yaitu musim peralihan awal yang terjadi sekitar bulan Maret sampai April dan musim peralihan akhir yang terjadi sekitar bulan September sampai Oktober, 3) musim paceklik atau musim barat, pada musim ini cuaca dalam kondisi yang buruk sehingga nelayan jarang atau bahkan sama sekali tidak pergi melaut dengan alasan keamanan dan keselamatan sehingga hal ini mengakibatkan frekuensi pendaratan ikan rendah. Umumnya terjadi sekitar bulan November sampai Februari. Nelayan Labuan menyebutnya musim paila ( musim ketika perolehan ikan sedikit ).

5.2.5 Potensi Sumberdaya Perikanan

Kabupaten Pandeglang termasuk daerah dengan potensi sumberdaya ikan yang cukup tinggi. Potensi besar tersebut berada di sebelah barat dan selatan Pandeglang yaitu di perairan Selat Sunda dan Samudera Hindia. Potensi produksi kandungan hayati ikan laut di Kabupaten Pandeglang, berdasarkan MSY (Maximum Sustainable Yield)/batas maksimum penangkapan ikan laut adalah 92.917,7 ton/tahun dan baru dimanfaatkan sebanyak 26.403,6 ton/tahun (28,4%). Potensi sumberdaya perikanan laut masih sangat terbuka untuk dilakukannya intensifikasi dan ekstensifikasi (pengembangan) produksi, mengingat Kabupaten Pandeglang memiliki panjang pantai 307 km yang membentang sepanjang pesisir Barat dan Selatan Kabupaten Pandeglang (BKPM Banten, 2010)

Produksi hasil tangkapan di Kecamatan Labuan berupa kelompok jenis ikan karang, ikan pelagis dan ikan demersal. Beberapa jenis ikan pelagis yang didaratkan adalah cakalang, tongkol, tenggiri, tembang, kembung dan lain-lain.

(13)

44 Hasil tangkapan yang didaratkan beberapa diantaranya merupakan jenis yang bernilai tinggi seperti tenggiri, bawal, kerapu, cumi-cumi, kakap, dan ikan kuwe. 5.2.6 Pemasaran Hasil Tangkapan

5.2.6.1 Aktivitas Pemasaran

Proses pemasaran hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Labuan dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:

1) Langsung dibeli oleh “langgan” atau pihak yang membiayai proses penangkapan ikan atau bahkan membiayai pembelian armada penangkapan. Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan, untuk jenis udang khususnya, dengan biaya melaut berasal dari langgan akan langsung dibawa ke tempat langgan karena hal ini sesuai dengan perjanjian kedua pihak tersebut. Harga ikan akan ditentukan oleh pihak langgan.

2) Langsung dibeli pada saat di tempat hasil tangkapan didaratkan (tanpa melalui TPI). Pada saat hasil tangkapan sampai di daratan para pembeli ikan yang di daerah ini sudah menunggu di tempat pendaratan untuk membeli ikan yang akan dijual langsung oleh pemilik kapal yang tidak memiliki langgan dan tidak akan menjual hasil tangkapannya melalui tempat pelelangan ikan.

3) Dibawa langsung ke TPI untuk dilakukan penjualan dengan proses pelelangan.

Waktu dimulainya proses pelelangan dilakukan setelah seluruh kapal selesai mendaratkan dan membawa seluruh hasil tangkapannya yang akan dilelang ke TPI. Proses pelelangan ikan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari. Pada TPI 1 dilakukan sekitar pukul 06.00-08.00 WIB dan pukul 11.30-13.00 WIB

(14)

45 sedangkan di TPI 2 proses pelelangan dilakukan sekitar pukul 06.00-08.00 WIB dan pukul 18.30- 20.00 WIB. Lamanya proses pelelangan ikan tergantung banyaknya hasil tangkapan yang dilelang, dalam suatu proses lelang dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit untuk melelang ikan sebanyak 100 - 200 kg.

Proses pelelangan dimulai setelah seluruh ikan yang akan dilelang telah ditimbang dan diletakkan di atas lantai lelang. Ikan diletakkan di lantai tanpa menggunakan wadah dan ditumpuk, untuk ikan-ikan dengan ukuran besar tumpukan disusun secara beraturan seperti tuna, manyung, dan lain-lain, sedangkan ikan dengan ukuran kecil seperti kurisi, cumi-cumi, dan lain-lain tumpukan tidak disusun rapi atau disebut “gundukan”. Pelelangan dipimpin oleh seorang juru tawar yang didampingi oleh juru catat yang berasal dari pihak TPI dan dihadiri oleh pemilik ikan dan peserta lelang. Pada saat proses pelelangan dimulai juru tawar akan menentukan harga awal ikan yang dilelang sesuai dengan harga ikan yang berlaku di pasar saat itu, kemudian harga akan dinaikkan per seribu rupiah dan para peserta lelang akan mengacungkan tangan tanda setuju dengan penawaran yang diberikan juru tawar. Peserta lelang yang setuju dengan harga tertinggi di atas harga lelang awal akan mendapatkan ikan yang dilelang dengan menyetujui untuk membayar sesuai harga penawaran yang diberikan oleh juru tawar. Pembayaran dilakukan oleh pihak pembeli/bakul dengan cara dicicil sebanyak dua kali; pertama pada saat mengajukan menjadi peserta lelang dan kedua setelah ikan terjual kepada pihak selanjutnya.

Terdapat dua tempat dilakukannya pelelangan, yaitu di dalam dan di luar gedung TPI. Pelelangan yang dilakukan diluar gedung TPI tidak memungut biaya retribusi kepada peserta lelang. Pembeli yang membeli ikan dengan cara ini pada

(15)

46 umumnya adalah sama dengan pembeli pada proses pelelangan di TPI, yaitu pengumpul ikan, pengecer dan pengolah ikan. Setelah proses pelelangan tersebut selesai; maka untuk selanjutnya ikan akan didistribusikan dan dijual hingga sampai ke tangan konsumen.

Retribusi dalam proses pelelangan yang diselenggarakan oleh pihak TPI merupakan hal yang bersifat wajib untuk disetorkan oleh pihak nelayan/penjual ikan dan pembeli ikan (bakul). Berlakunya retribusi lelang ini yang menjadi salah satu penyebab nelayan memilih untuk tidak menjual ikannya melalui proses lelang di TPI. Adapun rincian retribusi lelang di TPI Labuan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No. 12 tahun 2001 adalah sebagai berikut:

Sumber pungutan berasal dari :

 Nelayan/penjual ikan sebesar 2%

 Bakul/pembeli ikan sebesar 2% Diperuntukkan:

 Pemda melalui bendahara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang sebesar 4%

Pungutan lainnya sebesar 4% diperuntukkan:

 Biaya pelelangan ikan sebesar 2%

 Tabungan Nelayan sebesar 1%

 Dana Paceklik yang dibagikan setiap tahun sekali menjelang Hari Raya Idul Fitri sebesar 0,5%

(16)

47 5.2.6.2Daerah Pemasaran

Ikan-ikan hasil tangkapan dipasarkan secara lokal (dalam kabupaten), antar kota dalam provinsi, Cilegon, Tangerang atau keluar provinsi seperti Lampung dan Jakarta. Daerah-daerah tujuan pemasaran dalam kabupaten meliputi kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang., diantaranya yaitu:

- Kecamatan Menes, dengan jarak 10 km dari Labuan - Kecamatan Saketi, dengan jarak 20 km dari Labuan - Kecamatan Cimanuk, dengan jarak 35 km dari Labuan - Kecamatan Pandeglang, dengan jarak 41 km dari Labuan

Daerah tujuan pemasaran antar kota dalam provinsi diantaranya yaitu daerah Serang dengan jarak 100 km dan Tangerang dengan jarak 200 km dari Labuan. Tujuan pemasaran luar propinsi yaitu Jakarta dengan jarak 300 km dari Labuan dan Lampung dengan satu hari perjalanan.

Gambar

Tabel  9.  Komposisi  Penduduk  Kecamatan  Labuan  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan
Gambar 4. Perkembangan dan Kecenderungan Volume Produksi Hasil  Tangkapan di Kecamatan Labuan
Gambar 7. Perkembangan Alat Tangkap di Kecamatan Labuan  5.2.2.3 Nelayan
Gambar 8. Perkembangan Jumlah Nelayan di Kecamatan Labuan  5.2.3  Daerah Penangkapan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor pendukung tercapainya kepuasan penggunaan Portal Akademik di Fispol Universitas Sam Ratulangi Manado

Hal tersebut bisa diselesaikan dengan menerapkan data mining, konsep data mining dalam pencarian dokumen menggunakan cosine similarity terdapat beberapa langkah –

Berikut ini saran yang peneliti paparkan yaitu (1) Penggunaan model active learning dengan metode ccrossword puzzle mampu menarik perhatian serta semangat siswa

Kem Kemote oterapi rapi jug juga a dapa dapat t dia diapli plikas kasika ikan n seb sebaga agai i upay upayaa untuk mengurangi efek dari gejala yang timbul atau

Pada dasarnya, ide eurosceptic dipicu oleh kekhawatiran mereka pada hilangnya kedaulatan negara atau fokus mereka terhadap terkikisnya demokrasi di Uni Eropa,

Penyakit Buerger disebabkan oleh vaskulitis, peradangan pembuluh darah, terutama dari tangan dan kaki. Kapal menjadi terbatas atau total diblokir, mengurangi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “Pengembangan Sistem Human

Dugaan subdivisi genetik pada populasi ikan ini juga didukung oleh data frekuensi ha- plotipe; frekuensi dua jenis haplotipe yang pa- ling sering muncul (ABA dan ABB), pada po-