rsslr{
t4t2
-
1026
'/o[ume
12
Nomor
l
Aprif
2012
lsolasi, ldentifikasi
dan Uji Resistensi
Antibiotika
Pengukuran Kadar
Fibrinogen
Sebagai Petanda
lnflamasi
Pola
Gangguan Pendengaran
di Poliklinik
THT-KL
Gambaran
Pola
Makan
dan Status Gizi Mahasiswa
KKS
Uji
Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
Tatalaksana
Hipertensi Pulmonal
pada
Anak
Pengendalian
lnfeksi
Nosokomial
di
Ruang
ICU
Rumah
Sakit
Analisis
Molekuler
Genom
Virus
Hepatitis
C
Kongj
u ngtivitis
Vernal
-rssN
t4t2-1026
Wffi#M
d
ffi%#
Jurnal
Kedokteran
Syiah
Kuala
Volume l2 Nomor
l
April20I2Hall-62
Daftar Isi
Petunjuk Penulisan
Artikel
Penelitian1.
Isolasi,Identifikasi Dan Uji Resistensi AntibiotikaMikroorganisme
I-
6dari Sputum Penderita Batuk Kronis
Azwar dan Liza Salawati
2.
Pengukuran Kadar Fibrinogen Sebagai Petanda Inflamasi Sistemik padaPasien
7-
15Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Yunita Arliny
3.
Pola Gangguan Pendengaran di Poliklinik Telinga HidungTenggorok
16-
22Kepala Leher
(THT-KI)
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda AcehBerdasarkan Audiometri
Teuku Husni dan Thursina
4.
Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Mahasiswa KuliahKlinik
Senior
23-30
(KKS) di Bagian Obsgyn RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Husncth
5.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kelopak BungaRosella
3l -36
(Hibisctts sabdardJa L.) Terhadap StreptococcLts pyogenes Secara
in
VitroYoo Soo
Ji,
Nova Dian Lestari dan Tristia RinandaTinjauan Kepustakaan
6.
Tatalaksana Hipertensi Pulmonal padaAnak
37-
46Herlina Dimiati dan Poppy Indriasari
7
.
Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang Inten.sive Care Unit RumahSakit
47-
52Liza Salawati
8.
Analisis Molekuler Genom Virus Hepatitis C Serta Peranannyadalam
53-
57Patogenesis [nfeksi
Tristia Rinanda
9.
KonjungtivitisVernal
58-
62-.
Liza Salawati, Pengendalian Infel<si NosokomialPENGENDALIAN
INFEKSI NOSOKOMIAL DI
RUANG
INTENSIVE
CARE
AI,{IT
RUMAH
SAIilT
'
Liza
Salawati
Abstrak. Infeksi nosokomial merupakan masalah serius dan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidi4,) dan angka kematian (mortali4) di rumah
sakit. Pasien yang dirawat
di
Intensive Care Unit (ICU) memiliki kecendemnganterkena infeksi nosokomial lebih besar dibandingkan pasien
di
ruang rawat biasa.Infeksi nosokomial banyak terjadi
di
ICU
pada kasus pasca bedah dan kasuspemasangan infus serta kateter yang tidak sesuai dengan prosedur standar pengendalian infeksi di rumah sakit. (,zKS 2012;
l:
47 - 52)Kata Kunci: Pengendalian infeksi nosokomial, ICU, rumah sakit
Abstract. Nosocontial infections are
a
serious problem and oneof
the causesof
increased ntorbidity and mortality in the hospital. Patients who treated in the IntensiveCare Unit (ICU) have a tendency of nosocomial infections is greater than the usual
patient cqre room. J{osocomial infections occur in ntanlt 611ss5 at ICU, that are in
postoperative cases, installation of infusiott attd catheter that doesn't comply with infection control standard procedrres in hospitals. (JKS 2012; 1:47
-
52)Key words: Nosocomial infection control, ICU, hospital
Pendahuluan
Infeksi
nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnyaangka
kesakitan (morbidity) dan angka kematian(mortality)
di
rumah sakit.
Infeksi
nosokomial
dapatmenjadi
masalah kesehatanbaru,
baik
dinegara
berkembang
maupun
di
negara maju. Oleh karenaitu
rumah sakit dituntutuntuk
dapat memberikan pelayanan yang bermufu sesuai dengan standar yang sudahditentukan
dan
harus
diterapkan
olehsemua kalangan petugas kesehatan. 1
Penelitian
yang
dilakukan
National
Nosokomial
Infections
Surveillance(NNIS)
dan
Centersqf
Disease
Control and P revention's(CDC's)
pada tahun 2002melaporkan
bahwa
5
sampai
6
kasusinfeksi
nosokomial
dari
setiap
100kunjungan
ke
rumah sakit. Diperkirakan 2juta
kasus infeksi nosokomial terjadi setiaptahun di Amerika Serikat.2
Penelitian
di
berbagai universitas
diAmerika
Serikat
menyebutkan
bahwapasien yang dirawat di Intensive Care Unit
Liza
Salawatiadalah Dosen Bagion
llmuKedokteran Komtmitas
Fahitas
Kedokteran(Jniversitas Sviah Kuala Banda Aceh
(ICU)
mempunyai kecenderungan terkenainfeksi
nosokomial
5-8
kali
lebih
tinggi
dari
pada pasien
yang dirawat
diruangrawat biasa. Infeksi
nosokomial
banyakterjadi
di
ICU
pada kasus pasca bedah dankasus
dengan
pemasangan
infus
dan kateter yangtidak
sesuai dengan prosedurstandar
pencegahan
dan
pengendalian infeksi yang diterapkan di rumah sakit.3Berdasarkan
hasil sulvei yang
dilakukanoleh
DepkesRI
bersamaWHO
di
rumahsakit
propinsi/kabupaten/kota disimpulkanbahwa Komite
Pencegahan
danPengendalian
Infeksi
di
Rumah
Sakit(KPPIRS) selama
ini
belum
berfungsi optimal sebagaiman a yang diharapkan.aInfeksi
Nosokomial
Infeksi
yang muncul
selama
seseorangtersebut
dirawat dirumah sakit
dan rnulaimenunjukkan
suatu
gejala
selamaseseorang
itu
dirawat
atau setelah selesaidirawat
disebut
infeksi
nosokomial.5'6Secara
umum
pasienyang
masuk rumahsakit
dengan
tanda infeksi yang
timbul
kurang
dari
3
kali
24
jam,
menunjukkanbahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi
-JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume I2 Nomor I April2012
sebelum
pasien masuk
rumah
sakit,sedangkan
infeksi
dengan gejala3
kali
24jam
setelahpasien
beradadirumah
sakittanpa
tanda-tanda
klinik
infeksi
padawaktu
penderitamulai
dirawat, serta tandainfeksi
bukan merupakansisa'dari
infeksisebelumya, maka
ini
yang
disebut infeksinosokomial.T
Pengendalian
Infeksi Nosokomial
Infeksi
nosokomial
merupakan
masalahserius
bagi rumah sakit. Kerugian
yangditimbulkan
sangat membebani
rumahsakit dan
pasien.
Pencegahan
danpengendalian
infeksi
nosokomialmerupakan
upaya
penting
dalammeningkatkan
mutu
pelayanan
medisrumah sakit.s
Program
pengendalianinfeksi
ini
dapat dikelompokan dalam tigakelompok
yaitu
tindakan
operasional,tindakan
organisasi,
dan
tindakan struktural. Tindakan operasional mencakupkewaspadaan
standar
dan
kewaspadaanberdasarkan
penularan/transmisi.eKewaspadaan
Standar
Komponen utama standar pencegahan dan
pengendalian
infeksi
nosokomial
dalamtindakan
operasionalmencakup
kegiatansebagai berikut:
1.
Mencuci tangan2.
Menggunakan alat pelindungdiri/APD
seperti: sarung tangan,
masker, pelindung wajah, kacamata dan apron pelindung3.
Praktik keselamatan kerja4.
Perawatan pasien5.
Penggunaan
antiseptik,
penangananperalatan dalam perawatan pasien dan
kebersihan lingkungan.a'6 a.
Mencuci
tanganMencuci
tangan sebaiknya dilakukan padaair
yangmengalir
dan dengan sabun yangdigosokkan selama
15
sampai
20
detik.Mencuci
tangan dengan sabunbiasa
danair
bersih adalah samaefektifnya
mencucitangan dengan sabun
antimikroba.o
Adubeberapa
kondisi yafig
mengharuskanpetugas
kesehatan menggunakan
sabunantiseptik
ini,
yaitu
saatakan
melakukantindakan
invasif,
sebelumkontak
denganpasien
yang
dicurigai mudah
terkenainfeksi
(misalnya:bayi
yang barulahir
danpasien yang dirawat
di
ICU).toMencuci tangan
sebaiknya
dilakukansebelum
dan
sesudah
memeriksa
danmengadakan
kontak
langsung
denganpasien,
saat
memakai melepas
sarungtangan
bedah
steril
atau yang telah
di disinfeksitingkat
tinggi
pada operasi sertapada
pemeriksaanuntuk
prosedur
rutin,saat
menyiapkan, mengkonsumsi
dansetelah
makan
juga
pada situasi
yangmembuat tangan
terkontaminasi
(misal:memegang
instrumen
kotor,
menyentuhmembran
mukosa, cairan darah,
cairan tubuh lain, melakukan kontak yangintensif
dalam
waktu yamg lama
dengan pasien, mengambil sampel darah, saat memeriksatekanan darah, tanda
vital
lainnyajuga
saatkeluar masuk unit isolasi).4'6
b. Penggunaan
alat pelindung
diri
Alat
pelindungdiri
yang paling baik adalah yang terbuatdari
bahan yangtelah
diolahatau bahan sintetik yang tidak tembus oleh
cairan.a
Sarung tangan melindungi tangan
daribahan yang dapat menularkan penyakit dan
dapat
melindungi
pasien
dari mikroorganismeyang
terdapat
di
tanganpetugas
kesehatan.
Sarung
tanganmerupakan penghalang
(banier)
yangpaling penting untuk
mencegah penyebaraninfeksi..
Satu
pasang sarungtangan harus digunakan untuk setiap pasien
sebagai
upaya
menghindari
kontaminasi., 4.5
slrang.
Sarung
tangan
dipakai
saat
adakernungkinan
kontak
dengan darah
atau cairanfubuh
lain,
membran mukosa ataukulit
yang
terlepas, saatakan
melakukanprosedur
medis
yang
bersifat
invasif
(seperti:
pemasangankateter
dan
infusintravena),
saat
menangani
bahan-bahanbekas pakai yang telah terkontaminasi atau
menyentuh permukaan
yang
tercemar, sertamemakai
sarung tanganbersih
atau-pasien yang telah
diketahui
atau dicurigaimengidap penyakit menular.a
Masker dipakai untuk
mencegah percikan darah atau cairan tubuh memasuki hidungatau mulut
petugas
kesehatan,
juga
menahan
cipratan
yang
keluar
s"bwaktupetugas
kesehatanberbicara,
bersin
danbatuk.6
Masker
juga
dipakai
untukmencegah
partikel melalui udara
ataudroplet
dari
penderita
penyakit
menular(tuberkulosis).
Masker dilepas
setelah pemakaian selama20 menit
secaraterus-menerus atau masker sudah tampak kotor
atau lembab.lo
Pelindung
mata dan wajah harus
dipakaipada prosedur yang
memiliki
kemungkinanterkena
percikan
darah ataucairan
tubuh. Pelindung mata harusjernih,
tidak
mudahberembun,
tidak
menyebabkan
distorsi,dan terdapat penutup disampingnya.
Pemakaian gaun pelindung terutama untuk
rnelindungi
baju dan kulit
petugaskesehatan
dari
sekresi
respirasi.
Gaunpelindung
juga
harus dipakai
saat
adakemungkinan terkena darah, cairan fubuh.6
Apron
terbuat
dari
karet
atau
plastik,merupakan penghalang tahan
air
sepanjangbagian depan tubuh
petugas
kesehatan.Apron
harus dikenakan dibawah
gaunpelindung
ketika
melakukan
perawatanlangsung
pada
pasien,
membersihkanpasien
atau
melakukan
prosedur
saatterdapat
risiko
terkena tumpahan darah dancairan
tubuh.
Hal
ini
penting
jika
gaun tidak tahan air.ac.
Praktik
keselamatankerja
Praktik
keselamatankerja
berhubungandengan pemakaian instrumen tajam seperti
jarum
suntik.l'
Hul
ini
meliputi:
hindarimenutup kembali
jarum
suntik
yang telah digunakan.Bila
terpaksa dilakukan, makagunakan
teknik
safu tangan untuk menutupjarum, hindari
melepasjarum yang
telah digunakandari
spuit sekali pakai,
hindarimembengkokkan, menghancurkan
ataumemanipulasi
jarum
suntik
dengan tanganserta masukkan instrumen tajam
ke
dalamwadah
yang tahan tusukkan
dan
tahanair.a'6
Liza Salawati, Pengendalian Infeksi Nosokomial
d.
Perawatan
pasienPerawatan
pasien
yang
sering
dilakukanmeliputi
tindakan: pemakaian kateter urin,pemakaian
alat
intravaskular,
transfusidarah,
pemasangan
selang
nasogastrik, pemakaianventilator
dan
perawatan luka bekas operasi.l2Kateterisasi kandung
kemih
membawarisiko tinggi
terhadap infeksi saluran kemih(ISK).
Penelitian menunjukkan
bahwakebanyakan
ISK
nosokomialterjadi
akibatinstrumentasi
traktus urinarius,
terutamapada tindakan
kateterisasi.
Pemasangankateter
urin
merupakan tindakan perawatanyang
sering dilakukan
di
rumah
sakit. Prosedur pemasanganhingga
pencabutan kateterurin
harus dilakukan sesuai prinsipaseptik untuk
mencegah
danmengendalikan
ISK
nosokomial. 1 IPenggunaan
alat
intravaskular
untukmemasukkan
cairan
steril, obat
ataumakanan serta
untuk
memantau tekanandarah sentral
dan
fungsi
hemodinamikmeningkat tajam pada
dekade
terakhir.Kateter yang
dimasukkan
melalui
alirandarah vena atau arteri melewati mekanisrne
pertahanan
kulit
yang
normal
danpenggunaan
alat
ini
dapat membuka jalanuntuk
masuknya
mikroorganisme.ll Transfusi darahmemiliki
kesamaan dalambeberapa
hal
dengan
penggunaan pemberian pengobatanmelalui
pembuluh darah. Terdapatrisiko
seriusbagi
pasienyang
menerima transfusi darah. Pedomandalam
melakukan
proses
seleksi,pemeriksaan sefta prosedur transfusi yang
tepat
dan
aman
telah
dikembangkan mengingatresiko infeksi
HBV, HCV
danHIV.I
IProsedur
pencegahandan
pengendalianinfeksi
nosokomial
dan
komplikasitransfusi
meliputi:
transfusi dilakukanjika
dibutuhkan, seleksi donor potensial secara
penuh
untuk
menghindari
penularaninfeksi
serius, donor darahdiambil
secaraaseptik dan dengan sistem tertutup, simpan
darah pada suhu yang tepat, pastikan darah cocok agar
tidak
membahayakan penerimadonor,
terapkan
teknik
aseptik
saatmelakukan transfusi, pantau tanda
vital
dan-JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor I April2012 reaksi pasien serta hentikan transfusi
jika
reaksi berlawanan.5'lo
Prosedur
yang
melibatkan
traktus gastrointestinal(GI)
harus memperhatikan penerapan kewaspadaandi
rumah
sakit seperti prosedurlainnya
untuk
mencegahtangan,
memakai
sarungtangan dan
alatpelindung
diri,
teknik ganti balut
secaraaseptik
dan
peralatan
steril
merupakanprosedur
perawatan
luka
paska
operasi yang sering diabaikan.rae. Penggunaan
antiseptik
Larutan antiseptik
dapat digunakan unfukmencuci
tangan terutama
pada
tindakanbedah, pembersihan
kulit
sebelum tindakanbedah
atau
tindakan
invasif
lainnya.sInstrumen yang
kotor,
sarung tangan bedahdan
barang-baranglain
yang
digunakankembali dapat
diproses
dengan dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasiatau
disinfeksi tingkat
tinggi (DTT)
untukmengendalikan infeksi.a
Dekontaminasi
dan
pembersihanmerupakan
dua tindakan
pencegahan danpengendalian
yang
sangat
efektif
meminimalkan
risiko
penularan
infeksi. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasialat
tersebut.
Dengan merendarndalarn larutan
kloron
o,5
%selama
10
menit.
Langkah
ini
dapat menonaktifkanHBV, HCV
danHIV
sertadapat
mengamankan petug_as
yang
membersihkan
alat
tersebut.5
Setelahmelakukan
langkah
dekontaminasi,selanjutnya
adalah pembersihan.
Prosespembersihan
penting
dilakukan
karenatidak
ada prosedur sterilisasi
dan
DTT
yang
efektif
tanpa melakukan pembersihanterlebih dahulu.
Pembersihan
dapat dilakukan dengan menggunakan sabun cair danair untuk
membunuh mikroorganisme.Gunakan pelindung
saat
membersihkan alat.loSterilisasi harus
dilakukan
untuk
alat-alat yangkontak
langsung dengan aliran darahatau cairan
tubuh lainnya
dan
jaringana.Sterilisasi
dapat
dilakukan
denganmenggunakan
uap
bertekanan
tinggi
(autoclafe),
pemanasan
kering
(oven),sterilisasi
kimiawi
dan fisik.l3penularan
mikroorganisme
yangberbahaya. Pemasangan selang nasogastrik merupakan salah satu prosedur traktus GI
yang paling
sering
dilakukan
dalamperawatan pasien
di
rumah
sakit.12 Risikoinfeksi
dalam
prosedur
ini
berasal
daritrauma
membranmukosa
akibat
tekananpada
membran
dan
anoksia
jaringan.Pengisapan
dan
gerakan selang
dapatmenciderai
jaringan.
Pajanan
terhadapmikroorganisme meningkat, agen
infeksidapat masuk
dari
reservoir tangan petugaskesehatan,
kulit
yang rusak, selang, balutandan dari makanan.ll
Prosedur-prosedur
yang
berhubungandengan
perawatan
respiratori
sepertiintubasi
endotrakeal, pengisapan
danventilasi mekanik memberi
kesempatantransmisi mikroorganisme
dari
benda-benda
mati
ke
pasien
(pada
komponenhumidifier,
nebulizer dan ventilator
yangterkontaminasi)
serta
pemindahanmikroorganisme
melalui tangan
petugaskesehatan
yang
terkontaminasi,dari
satupasien
ke
pasien
lainnya.
Prosedur
lainyang
dapat
membahayakan
saluranpernapasan
adalah pemberian
oksigen,pengobatan pemapasan
tekanan positif
intermitten, pemasangan dan pemeliharaan
jalan
napas buatan
dan
pengisapanendotrakeal.lr
Cara yang paling
penting untuk mencegah infeksi nosokomial adalahrnemutus
cata
penularan
yangberhubungan dengan
prosedur
perawatanperalatan. Dekontaminasi,
pembersihan dan sterilisasi atau disinfeksi tingkattinggi
harus
diperhatikan sebelum
peralatandigunakan kembali.l I'r3
Infeksi luka
paskaoperasi alau
surgicalsite
infection (SSD
dapat
terjadi
akibatperawatan
luka
yang
tidak
memenuhi syarat aseptik. Transmisi mikroorganismemudah terjadi
saat prosedur
ganti
balut-Kewaspadaan
Berdasarkan
Penularan
atau
Transmisi
Kewaspadaan berdasarkan
transrnisiditerapkan pada pasien yang menunjukkan
gejala,
dicurigai terinfeksi
atau mengalamikolonisasi dengan kuman
yang
" sangat mudah menular. Kewaspadaan berdasarkantransmisi
perlu
dilakukan
sebagaitambahan
kewaspadaan
standar.aKewaspadaan berdasarkan
transmisimeliputi:
penangananlinen
dan
pakaian kotor, penanganan peralatan makan pasien,dan
pencegahaninfeksi
untuk
proseduryang
menimbulkan aerosol
pada
pasien suspekatau probabel
menderita penyakitmenular
melalui udara atau
airbornetj.
Selain tindakan diatas isolasi pasien yang
akan
menjadi
sumber
infeksi juga
perludiperhatikan
untuk
mencegah
transmisilangsung atau tidak langsung.e
a. Penanganan
linen
danpakaian
kotor
Penanganan
linen dan
pakaian
kotornienjadi
hal
yang penting karena
linenyang
tercemaroleh
mikroorganisme yangsangat patogen,
risiko
penularannya dapatminimal
apabrlalinen
tersebut
ditanganidengan
baik
sehingga
dapat
mencegahpenularan mikroorganisme
pada
pasien, petugas dan lingkunga.ab.Isolasi
Selain
itu,
pasien dengan penyakit menularmelalui udara perlu dirawat di ruang isolasi
untuk
mencegahtransmisi
langsung atautidak
langsung.l0 Beberapa
persyaratandalam
pelaksanaan
isolasi
bagi
pasien denganpenyakit menular adalah
sebagaiberikut: kamar khusus yang selalu tertutup,
cuci
tangan
dengan sabun
atau
larutanantiseptik
sebelum
dan
sesudah masuk kamar, gunakan masker dan sarung tanganserta
baju
pelindung, peralatan
makan khususuntuk
pasien, bahan pemeriksaan laboratorium diletakkan pada tempat steriltertutup rapat,
setelahdipakai
alat
suntikdimasukkan
pada
tempat khusus
dandibuang,
alat
pemeriksaan
lengkap,penanganan instrumen secara tepat,
jumlah
Liza Salawati, P engendalian Infeks
i
Nos o komialpengunjung
pasien dibatasi
dan
kamar dibersihkan setiap hari.aKesimpulan
Pasien yang dirawat di Intensive Care
(Init
(lCU)
mempunyai kecenderungan terkenainfeksi
nosokomial
5-8
kali
lebih
tinggi
dari
pada pasien yang dirawat
diruangrawat
biasa.
Infeksi
nosokomial
banyakterjadi
di
ICU
pada kasus paska bedah dankasus
dengan
pemasangan
infus
dan kateter yangtidak
sesuai dengan prosedurstandar
pencegahan
dan
pengendalianinfeksi yang
diterapkan
di
rumah
sakit.Upaya yang harus
dilakukan
untuk meminimalkanrisiko
terjadinyainfeksi
dirumah
sakit
dan
fasilitas
pelayanankesehatan
lainnya
adalah pencegahan danpengendalian
infeksi
(PPI),yaitu
kegiatanyang meliputi
perencanaan, pelaksanaan,pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta
monitoring
dan evaluasi. Pencegahan danPengendalian
Infeksi
di
Rumah
Sakit(PPIRS) sangat penting
karenamenggambarkan
mutu
pelayanan
rumahsakit.
Daftar
Pustaka1.
Darmadi.
2008. Infeksi
NosokomialProblematika
dan
Pengendaliannya.Salemba Medika. Jakarta.
2.
CDCNNIS.
2004. National NosocomialInfections
Sureillance
(NNIS)
systemrepoft.
www. cdc. gov/nhsn/PDFs/datastatAtrNlS
-2004.pdf .
3.
Zulkarnain,I.
2009. Infeksi Nosokomialp:2906-2910. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam
III.
Edisi ke-5. Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.
4.
Departemen
Kesehatan
RepublikIndonesia.
2007.
Pedoman ManajerialPencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah
Sakit dan
Fasilitas
PelayananKesehatan Lainnya. Jakarla.
5.
Tjietjen, L., Bossemeyer, D., Mclntosh, N.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk
Fasilitas
Pelayanan Kesehatan denganSumber
Daya
Terbatas. Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
6.
Bayuningsih,R.
2010. BreathalyzerFor
The Hand LYashing (Reminding For Hand
7.
8.
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor I April2012
IAashing)
Bagi
PerawatDi
ruang ICU.Fakultas
Ilmu
Keperawatan UniversitasIndonesia.
Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit
Paru USU.
2005.
Faktor-Faktor YangMempengaruhi
Terjadinya
Inf'eksiNosokomial Serta
Pengendaliannya DiBHG. UPF.
ParuRS.
Dr.
Pirngadi/Lab.Penyakit Paru FK-USU Medan. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
Bady,
A.
M.,
Handono, D., Kusnanto, H.2007.
Analisis
Kinerja
Perawat Dalam PengendalianInfeksi
Nosokomial
DiIRNA
I
RSUPDr.
Sardjito Yogyakarta.KMPK
Universitas
Gadjah
Mada.Yogyakarta.
9.
Kayser,F. H.,
Bienz,K.
A.,
Eckert, J.,Zinkernagel,
R. M.
2005.
MedicalMicrobiologi. Thieme
Stuttgart.
New York.Gusfitri.
2005.
Pengendalian Infeksi(Control Infection).
BPK
Rumah
SakitUmum Daerah dr. Zainoel Abidin. Banda
Aceh.
Schaffer,
S. D.,
Garzon.,
Heroux.,Korniewicz. 2000. Pencegahan Infeksi dan
Praktik Yang Aman. EGC. Jakarta.
Guntur,
A. H.
2001.
The Role
of
Cefepirne: Empirical Treatment In Critical
Illnes. Dexa Media Jumal Kedokteran dan
Farmasi; 2007; Vol 20121;59-62.
Hidayat, T.2003. Panduan CSSD (Sentral
Sterilisasi
Suplai
Departemen) Modern.Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Nurkusuma,
D. D.
2009-Faktor
YangBerpengaruh
Terhadap
KejadianM e t hic i I I in - Re s i s t ant Staphylococcus
Aureus (MRSA) Pada Kasus Infeksin Luka
Pasca Operasi
Di
Ruang Perawatan BedahRumah
Sakit
DokterKariadi
Semarang.Zesls. Universitas Dipenogoro. Semarang. 10.
I
l.
t2.
13.