• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Mikroba Uji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Mikroba Uji"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERCOBAAN

3.1 Bahan

Serbuk simplisia daun pepaya (Carica papaya Linn.), papain (Wako 166-00171),

tetrasiklin hidroklorida baku, etanol, aquadest, amonia, kloroform, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, asam hidroklorida, serbuk magnesium, amil alkohol, besi (III) klorida, larutan gelatin 1 %, pereaksi Steasny, natrium asetat, natrium hidroksida, pereaksi Liebermann-Burchard, eter, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, toluena, pelat kromatografi lapis tipis silika gel GF254, metanol, pereaksi semprot ninhidrin 0,2 %, pereaksi semprot H2SO4 10 %, nutrient agar (NA), Triptone Soya Broth (TSB), Potato Dextrosa Agar (PDA), Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC), Hidroksipropil selulosa

(HPC-LV), Karbopol 934, trietanolamin (TEA), metil paraben, fenoksi etanol, propilen glikol, natrium metabisulfit, dan disodium EDTA.

3.2 Alat

Rotavapor (Büchi R-124/ B-480), tanur, hair dryer, seperangkat alat destilasi, seperangkat

alat penentuan kadar air, lampu ultraviolet 254 nm dan 366 nm, spektrofotometer ultraviolet-sinar tampak (Desaga, Sarstedt-Gruppe), oven vakum, pengaduk listrik (Eurostar digital, Ika Labortechnik), pH meter (Beckman ΦTM 50), Viskometer (Brookfield DV-I+), Viskometer (Brookfield RVT), spektronik-21D (Milton Roy), vortex, digital counter colony, inkubator 37 oC, otoklaf, lemari pendingin, dan peralatan gelas di

laboratorium.

3.3 Mikroba Uji

Bakteri uji Staphylococcus epidermidis dari koleksi laboratorium Mikrobiologi Sekolah

Farmasi Institut Teknologi Bandung dan bakteri uji Propionibacterium acnes dari Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

(2)

3.4 Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman

Tanaman diperoleh dari Perkebunan bibit Cihideung, Bandung. Daun pepaya dipilih yang tua (berwarna hijau tua; kira-kira usia tanaman 1-1,5 tahun). Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung.

3.5 Persiapan Simplisia

Daun pepaya dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan pengotor, kemudian dirajang dan dikeringkan (diangin-anginkan selama lima hari). Daun pepaya yang telah kering kemudian digiling dengan mesin penggiling hingga menjadi serbuk simplisia berukuran 20 mesh.

3.6 Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sejumlah 1,3 kg serbuk simplisia diekstraksi dengan pelarut etanol-air (1:3). Ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap vakum berputar (rotavapor) hingga diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya, ekstrak kental tersebut

diuapkan dengan menggunakan oven vakum suhu 38 ± 2 oC.

3.7 Karakterisasi Mutu Serbuk Simplisia dan Ekstrak

Karakterisasi mutu serbuk simplisia dan ekstrak meliputi pemeriksaan secara makroskopik, pemeriksaan kandungan, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol. Khusus terhadap ekstrak juga dilakukan penentuan pola kromatogram, penentuan bobot jenis, penentuan pH, penentuan angka kapang, dan angka lempeng total.

3.7.1 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia dan Ekstrak

Pemeriksaan makroskopik simplisia dan ekstrak dilakukan dengan mengamati warna, bau, adanya lendir, cendawan serta pengotor lainnya, ukuran partikel, dan konsistensi (DitJen POM, 1995a; WHO, 1998).

(3)

3.7.2 Penapisan Fitokimia Simplisia dan Ekstrak (Fransworth, 1966)

Serbuk simplisia dan ekstrak yang dihasilkan kemudian diperiksa kandungan kimianya meliputi pemeriksaan terhadap keberadaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, steroid/triterpenoid, kuinon, dan saponin.

a) Alkaloid

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5,0 g dibasakan dengan 5,0 mL amonia 25 %, digerus dalam mortar, kemudian ditambahkan 20 mL kloroform sambil terus digerus. Filtrat diteteskan di atas kertas saring, kemudian ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Warna yang akan terbentuk adalah warna merah jingga pada kertas saring menunjukkan alkaloid positif. Setelah disaring, filtrat dikocok dengan asam klorida 2 N (1:10). Lapisan asam dipisahkan, kemudian dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama (5,0 mL) digunakan sebagai blangko. Bagian kedua ditetesi pereaksi Mayer, kemudian diamati adanya atau tidaknya endapan berwarna putih yang menunjukkan alkaloid positif. Bagian ketiga ditetesi pereaksi Dragendroff, kemudian diamati adanya atau tidaknya endapan berwarna merah bata yang menunjukkan alkaloid positif. Untuk memastikan benar atau tidaknya keberadaan senyawa alkaloid, maka endapan dapat ditetesi etanol. Endapan yang dihasilkan akan larut jika keberadaan senyawa alkaloid positif (true false positive).

b) Flavonoid

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5,0 g dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk magnesium dan satu mL asam klorida 5 N. Campuran dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid akan menyebabkan filtrat berwarna kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol.

c) Tanin

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 10 g dan 100 mL air dipanaskan di atas tangas air selama 5 menit, kemudian disaring panas-panas dan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama (5,0 mL filtrat) ditetesi larutan pereaksi besi (III) klorida. Adanya tanin dan fenol alam ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru-hitam. Bagian kedua (5,0 mL filtrat) diuji ulang dengan penambahan larutan gelatin 1 %. Adanya tanin

(4)

ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih. Bagian ketiga (5,0 mL filtrat) ditambah dengan pereaksi Steasny. Apabila terbentuk endapan merah muda, menunjukkan tanin katekat positif. Hasil pemeriksaan tanin katekat disaring, filtrat kemudian dijenuhkan dengan natrium asetat dan ditambah beberapa tetes larutan besi (III) klorida, apabila terbentuk endapan berwarna biru-hitam, maka menunjukkan tanin galat positif.

d) Saponin

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing masing-masing simplisia dan ekstrak sebanyak 5,0 g dicampurkan dengan 100 mL air dan dipanaskan beberapa saat di atas penangas air, kemudian disaring panas-panas. Setelah dingin, 10 mL filtrat dalam tabung reaksi dikocok kuat-kuat selama lebih kurang 30 detik. Pembentukkan busa sekurang-kurangnya setinggi 1 cm dan persisten selama 10 menit serta tidak hilang pada penambahan sedikit asam, maka dapat dinyatakan terdapat saponin.

e) Steroid dan Triterpenoid

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5,0 g disari dengan 20 mL eter, kemudian sari eter (filtrat) diuapkan dalam cawan penguap hingga kering. Hasil pengeringan filtrat ditambahkan pereaksi Liebermann-Buchard, dalam media bebas air.

Terbentuknya warna ungu menunjukkan bahwa dalam filtrat terkandung senyawa kelompok triterpenoid, sedangkan bila terbentuk warna hijau-biru menunjukkan adanya senyawa kelompok steroid.

f) Kuinon

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 1,0 g ditambah 10 mL air dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air selama lima menit, kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan natrium hidroksida 1 N. Adanya senyawa kuinon ditandai dengan terjadinya warna kuning hingga merah.

3.7.3 Penetapan Kadar Air Simplisia dan Ekstrak

Tabung penerima dan pendingin dibersihkan dengan asam pencuci, kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan dalam lemari pengering. Sejumlah 200 mL toluena dimasukkan ke dalam labu, kemudian didestilasi selama dua jam, dan dibiarkan dingin selama 30 menit (hingga suhu kamar). Volume air yang terdestilasi diamati.

(5)

Kemudian ke dalam labu dimasukkan sejumlah zat (masing-masing simplisia dan ekstrak sebanyak 5,0 g) yang ditimbang seksama. Selanjutnya dipanaskan selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan diatur sehingga kecepatan destilasi dua tetes tiap detik, sampai sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga empat tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama lima menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, tabung penerima digosok dengan karet yang diikatkan pada sebuat kawat tembaga dibasahi dengan toluena hingga tetesan air turun. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca. Selisih volume air yang didestilasi mula-mula dan yang terakhir sesuai dengan kandungan air yang ada dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (%) (DepKes RI, 1995a dan Sampurno, 2000).

3.7.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air Simplisia dan Ekstrak

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5,0 gram dikeringkan di udara, kemudian dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform P (2,5 mL kloroform dalam air sampai 1000 mL) (DepKes RI, 1995b), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama enam jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sejumlah 20 mL filtrat, yang telah disaring, diambil kemudian diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105 oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (DepKes RI, 1995a).

3.7.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol Simplisia dan Ekstrak

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5,0 gram dikeringkan di udara, kemudian dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol (95 %), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama enam jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Maserat disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol (95 %), kemudian diambil 20 mL filtrat dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105 oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol (95 %), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (DepKes RI, 1995a).

(6)

3.7.6 Penentuan Pola Kromatogram

Pemeriksaan kandungan ekstrak dilakukan dengan penapisan fitokimia dan penentuan pola kromatogram melalui kromatografi lapis tipis (KLT), menggunakan fase diam silika gel GF 254, pengembang kloroform-metanol-30 % amonia- etil asetat (2 : 2 : 1: 2) dengan penampak bercak H2SO4 10 % dalam metanol, penampak bercak Dragendorff, dan sinar UV (λ 254 nm, dan 366 nm) serta pengembang kloroform-metanol-30 % amonia (2 : 2 : 1) dengan penampak bercak larutan ninhidrin 0,2 % dalam etanol dan sinar UV (λ 254 nm, dan 366 nm) (Kibardin, S.A. and V.B. Lazurkins, 1969; Allen, 1989).

3.7.7 Penentuan Bobot Jenis Ekstrak

Penentuan bobot jenis ekstrak dilakukan dengan menimbang ekstrak dalam vial yang sudah ditara dengan 1 mL air. Penentuan bobot jenis ekstrak dihitung terhadap bobot air.

3.7.8 Penentuan pH ekstrak

Pengukuran pH ekstrak dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan pH baku 4 dan 7.

3.7.9 Penentuan Angka Kapang Ekstrak

Sebanyak 1,0 gram ekstrak ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL air-etanol. Ekstrak tersebut kemudian diencerkan hingga mencapai konsentrasi 10-3. Selanjutnya Potato Dextrosa Agar (PDA) steril sebanyak 20 mL dituang ke dalam cawan petri steril kemudian ke dalam cawan petri juga dimasukkan 1 mL ekstrak. Cawan petri digoyang perlahan agar ekstrak tersebar merata dan didiamkan supaya mengeras.

Lempeng agar tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 4 x 24 jam. Setelah inkubasi, dihitung jumlah koloni yang terbentuk pada lempeng agar dengan menggunakan

digital countercolony.

3.7.10 Penentuan Angka Lempeng Total Ekstrak.

Sebanyak 1,0 gram ekstrak ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL air-etanol. Ekstrak tersebut kemudian diencerkan hingga mencapai konsentrasi 10-4. Selanjutnya Nutrient Agar (NA) steril sebanyak 20 mL dituang ke dalam cawan petri steril kemudian ke dalam cawan petri juga dimasukkan 1 mL ekstrak. Cawan petri digoyang perlahan agar ekstrak tersebar merata dan didiamkan supaya mengeras.

(7)

Lempeng agar tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 4 x 24 jam. Setelah inkubasi, dihitung jumlah koloni yang terbentuk pada lempeng agar dengan menggunakan

digital countercolony.

3.8 Penyiapan Biakan Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes Untuk uji potensi gel ekstrak, Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes

dibuat biakan Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes

3.8.1 Penyiapan Biakan Staphylococcus epidermidis

Sebanyak satu ose dari stock Staphylococcus epidermidis (koleksi laboratorium

Mikrobiologi Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung) digoreskan pada agar miring Nutrient agar (NA) steril dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Hasil biakan tersebut kemudian disuspensikan dalam 10 mL natrium klorida. Suspensi bakteri ini kemudian digunakan untuk membuat beberapa konsentrasi (pengenceran) hingga diperoleh suspensi bakteri yang dapat dihitung koloninya (30-300) dan diukur transmitannya pada panjang gelombang 580 nm.

3.8.2 Penyiapan Biakan Propionibacterium acnes

Sebanyak satu koloni stock Propionibacterium acnes (koleksi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia) dilarutkan dalam 5,0 mL Triptone Soya Broth (TSB) steril, kemudian diinkubasi pada 37 oC selama 72 jam. Selanjutnya sebanyak satu ose dari stock

Propionibacterium acnes digoreskan pada agar miring Nutrient agar (NA) steril dan

diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Hasil biakan tersebut kemudian disuspensikan dalam 10 mL TSB dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Suspensi bakteri ini kemudian digunakan untuk membuat beberapa konsentrasi (pengenceran) hingga diperoleh suspensi bakteri yang dapat dihitung koloninya (30-300) dan diukur transmitannya pada panjang gelombang 580 nm.

3.9 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum(KHM)

Penentuan KHM ekstrak daun pepaya dan papain dilakukan terhadap bakteri

(8)

3.9.1 Penentuan KHM Ekstrak Daun Pepaya

a. Penentuan KHM Ekstrak Daun Pepaya terhadap Staphylococcus epidermidis

Nutrient agar (NA) steril sebanyak 20 mL dituang ke dalam cawan petri steril kemudian ke dalam cawan petri juga dimasukkan 1,0 mL suspensi bakteri (8,65.109 cfu/mL). Cawan petri digoyang perlahan agar suspensi bakteri tersebar merata dan didiamkan supaya mengeras. Setelah mengeras, pada agar tersebut dibuat 4-6 lubang reservoar dan masing-masing lubang kemudian diisi dengan 0,02 mL larutan ekstrak daun pepaya dengan berbagai konsentrasi. Lempeng agar tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC.

Staphylococcus epidermidis diinkubasi selama 24 jam secara aerob. Setelah inkubasi,

diameter zona hambat yang dihasilkan oleh setiap larutan uji diukur pada tiga titik yang berbeda.

b. Penentuan KHM Ekstrak Daun Pepaya terhadap Propionibacterium acnes

Nutrient agar (NA) steril sebanyak 20 mL dituang ke dalam cawan petri steril kemudian ke dalam cawan petri juga dimasukkan 0,1 mL suspensi bakteri (2,7 . 107 cfu/mL) yang sudah dipreinkubasi selama 24 jam. Cawan petri digoyang perlahan agar suspensi bakteri tersebar merata dan didiamkan supaya mengeras. Setelah mengeras, pada agar tersebut dibuat 4-6 lubang reservoar dan masing-masing lubang kemudian diisi dengan 0,02 mL larutan ekstrak daun pepaya dengan berbagai konsentrasi. Lempeng agar tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC. Propionibacterium acnes diinkubasi selama 24 jam secara

anaerob. Setelah inkubasi, diameter zona hambat yang dihasilkan oleh setiap larutan uji diukur pada tiga titik yang berbeda.

3.9.2 Penentuan KHM Papain

Metode yang dilakukan sama seperti pada penentuan KHM, namun larutan yang dimasukkan ke dalam reservoar adalah larutan papain yang telah dibuat beberapa seri konsentrasi.

3.10 Penentuan Kesetaraan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya dan Tetrasiklin Hidroklorida terhadap Staphylococcus epidermidis

Penentuan kesetaraan aktivitas ekstrak daun pepaya dan tetrasiklin hidroklorida dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan reservoar. Metode yang dilakukan sama seperti pada penentuan KHM, namun larutan yang dimasukkan ke dalam reservoar adalah larutan

(9)

tetrasiklin hidroklorida yang telah dibuat beberapa seri konsentrasi. Setelah diperoleh hasil pengukuran diameter zona hambat tetrasiklin hidroklorida, kemudian dibuat persamaan garis antara diameter zona hambat terhadap logaritma konsentrasi. Melalui persamaan garis yang diperoleh, kemudian dibandingkan aktivitas yang diberikan ekstrak daun pepaya yang telah diketahui pada penentuan KHM dengan aktivitas tetrasiklin hidroklorida.

3.11 Orientasi Komposisi Basis Gel

Basis gel dibuat dengan menggunakan tiga basis, yaitu Karbopol 934, HPMC, dan HPC (LV).

3.11.1 Basis Karbopol 934

Gel dibuat dengan cara mendispersikan Karbopol dalam 50 mL air hingga mengembang selama 24 jam dan diaduk sempurna dengan kecepatan 150 rpm hingga terbentuk basis gel (selama ± 10 menit). Kemudian ditambahkan sejumlah TEA sampai pH 6,5 – 7, dilanjutkan dengan pengadukan selama lima menit. Selanjutnya ditambahkan sisa air hingga volume akhir mencapai 100 mL dan pengadukan dilanjutkan selama lima menit (hingga homogen). Setelah itu pengadukan dihentikan dan gel disimpan dalam wadah tertutup, kemudian dilakukan pengukuran pH dan viskositas gel. Pengukuran pH dan viskositas diulang pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 setelah pembuatan gel.

3.11.2 Basis HPMC

Gel dibuat dengan cara mendispersikan HPMC dalam 40 mL etanol-air (1:3) hingga mengembang selama 48 jam dan diaduk dengan kecepatan 75 rpm hingga terbentuk basis gel (selama ± 10 menit). Ke dalam basis ditambahkan 0,3 gram metil paraben yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan 5 mL propilen glikol, 0,1 gram natrium metabisulfit yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3), 0,1 gram disodium EDTA yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan diaduk (selama lima menit) sampai homogen, kemudian ditambahkan 1 mL fenoksi etanol dan sisa propilen glikol, diaduk homogen. Kemudian digenapkan dengan pelarut etanol-air (1:3) sampai volume 100 mL dan pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan 100 rpm selama 20 menit (hingga homogen). Setelah itu pengadukan dihentikan dan gel disimpan dalam wadah tertutup. Gel didiamkan selama 24 jam hingga gelembung hilang, kemudian dilakukan pengukuran pH

(10)

dan viskositas gel. Pengukuran pH dan viskositas diulang pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 setelah pembuatan gel.

3.11.3 Basis HPC (LV)

Gel dibuat dengan cara mendispersikan HPC (LV) dalam 30 mL etanol-air (1:3) hingga mengembang selama 24 jam dan diaduk dengan kecepatan 50 rpm hingga terbentuk basis gel (selama ± lima menit). Ke dalam basis ditambahkan 0,3 gram metil paraben yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan 5 mL propilen glikol, 0,1 gram natrium metabisulfit yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3), 0,1 gram disodium EDTA yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan diaduk (selama lima menit) sampai homogen, kemudian ditambahkan 1 mL fenoksi etanol dan sisa propilen glikol, diaduk homogen. Kemudian digenapkan dengan pelarut etanol-air (1:3) sampai volume 100 mL dan pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan 50 rpm selama 10 menit (hingga homogen). Setelah itu pengadukan dihentikan dan gel disimpan dalam wadah tertutup. Gel didiamkan selama 24 jam hingga gelembung hilang, kemudian dilakukan pengukuran pH dan viskositas gel. Pengukuran pH dan viskositas diulang pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 setelah pembuatan gel.

3.12 Formulasi Gel Ekstrak Daun Pepaya

Formulasi gel ekstrak daun pepaya dibuat dengan menggunakan basis HPMC dan HPC-LV.

3.12.1 Formulasi Gel Ekstrak Daun Pepaya dengan Basis HPMC

Gel dibuat dengan cara mendispersikan HPMC dalam 40 mL etanol-air (1:3) hingga mengembang selama 48 jam dan diaduk dengan kecepatan 75 rpm hingga terbentuk basis gel (selama ± 10 menit). Ke dalam basis ditambahkan 0,3 gram metil paraben yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan 5 mL propilen glikol, 0,1 gram natrium metabisulfit yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3), 0,1 gram disodium EDTA yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan diaduk (selama lima menit) sampai homogen, kemudian ditambahkan 1 mL fenoksi etanol dan sisa propilen glikol, diaduk homogen. Ke dalam basis ditambahkan 21 g ekstrak yang sudah dilarutkan dalam 5,0 mL etanol-air, kemudian digenapkan dengan pelarut etanol-air (1:3) sampai volume 100 mL

(11)

dan pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan 100 rpm selama 20 menit (hingga homogen). Setelah itu pengadukan dihentikan dan gel disimpan dalam wadah tertutup. Gel didiamkan selama 24 jam hingga gelembung hilang, kemudian dilakukan pengukuran pH dan viskositas gel. Pengukuran pH dan viskositas diulang pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 setelah pembuatan gel.

3.12.2 Formulasi Gel Ekstrak Daun Pepaya dengan Basis HPC-LV

Gel dibuat dengan cara mendispersikan HPC-LV dalam 30 mL etanol-air (1:3) hingga mengembang selama 24 jam dan diaduk dengan kecepatan 50 rpm hingga terbentuk basis gel (selama ± lima menit). Ke dalam basis ditambahkan 0,3 gram metil paraben yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan 5 mL propilen glikol, 0,1 gram natrium metabisulfit yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3), 0,1 gram disodium EDTA yang sudah dilarutkan dalam 1 mL etanol-air (1:3) dan diaduk (selama lima menit) sampai homogen, kemudian ditambahkan 1 mL fenoksi etanol dan sisa propilen glikol, diaduk homogen. Ke dalam basis ditambahkan 21 g ekstrak yang sudah dilarutkan dalam 5,0 mL etanol-air, kemudian digenapkan dengan pelarut etanol-air (1:3) sampai volume 100 mL dan pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan 50 rpm selama 10 menit (hingga homogen). Setelah itu pengadukan dihentikan dan gel disimpan dalam wadah tertutup. Gel didiamkan selama 24 jam hingga gelembung hilang, kemudian dilakukan pengukuran pH dan viskositas gel. Pengukuran pH dan viskositas diulang pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 setelah pembuatan gel.

3.13 Evaluasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Pepaya

Evaluasi gel ekstrak daun pepaya meliputi evaluasi fisik dan biologi. Evaluasi fisik meliputi evaluasi homogenitas, pengukuran viskositas dan pH sediaan serta pengamatan terhadap terjadinya sineresis, pertumbuhan mikroba dan perubahan warna serta bau pada gel ekstrak daun pepaya. Evaluasi biologi meliputi penentuan aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak daun pepaya terhadap Staphylococcus epidermidis.

(12)

3.13.1 Evaluasi Penampilan Sediaan

Evaluasi penampilan sediaan dilakukan melalui pengamatan terhadap terjadinya perubahan warna, bau, sineresis, dan pertumbuhan mikroba serta homogenitas pada gel ekstrak daun pepaya.

3.13.2 Pengukuran pH Sediaan

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengukuran pH dilakukan pada hari pembuatan gel, dan hari ke-7, 14, 21, 28 setelah pembuatan gel.

3.13.3 Pengukuran Viskositas Sediaan

Viskositas sediaan diukur dengan alat viscometer (Brookfield DV-1+), Spindel No. 28 dan viskometer (Brookfield RVT), spindel F.

3.13.4 Penentuan Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Daun Pepaya terhadap

Staphylococcus epidermidis

Gel ektrak daun pepaya dibuat dengan basis HPMC dan HPC-LV masing-masing sebanyak 3 batch, setiap batch diuji aktivitas antibakterinya terhadap suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis (8,65.109 cfu/mL). Aktivitas antibakteri gel ekstrak daun

pepaya juga dibandingkan dengan aktivitas antibakteri gel papain serta gel tetrasiklin hidroklorida dengan konsentrasi yang beredar di pasaran.

Referensi

Dokumen terkait

Dia mengimbau kepada masyarakat Kabu- paten Serang bagi yang sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap atau DPT, warga yang belum terdaftar sebagai pemilih, baru beru- sia 17

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “ANALISIS TENTANG KONSOLIDASI TANAH PADA DESA

Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai perbedaan adversity quotient pada mahasiswa yang mengikuti Objective Structured Clinical Skills (OSCE) berdasarkan motivasi

1) Fokus sasaran: balita pada rumahtangga miskin, terutama balita laki-laki berusia 1- 3 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, dengan tetap tidak mengabaikan balita perempuan. 2)

Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis pengaruh pola asuh belajar, lingkungan pembelajaran, motivasi belajar, dan potensi akademik terhadap prestasi akademik siswa

Dengan dikembangkannya aplikasi Alat Musik Tradisional Jawa Tengah dengan metode single marker dan markerless 3D objek tracking, serta dilakukan pengujian aplikasi

Tugas Akhir ini mengambil judul “ Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Plastik Injeksi pada Front bumper Spoiler Dengan Menggunakan Metode Failure Mode and

Setelah melalui proses evaluasi dan analisa mendalam terhadap berbagai aspek meliputi: pelaksanaan proses belajar mengajar berdasarkan kurikulum 2011, perkembangan