• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCf BERBULU HALUSKILAP MELALUi PERSllANGAN BANGSA KELlNCl REX DENGAN SATIN. Oleh R. SOEGENG PRASETYO PTKIS3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCf BERBULU HALUSKILAP MELALUi PERSllANGAN BANGSA KELlNCl REX DENGAN SATIN. Oleh R. SOEGENG PRASETYO PTKIS3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCf BERBULU

HALUSKILAP MELALUi PERSllANGAN BANGSA

KELlNCl

REX

DENGAN

SATIN

Oleh

R. SOEGENG PRASETYO

9351

71PTKIS3

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

R. SOEGENG PRASETYO. Kajian Pembentukan Bangsa Kelinci Berbulu Halus Kilap Melalui Persilangan Bangsa Kelinci Rex dan Satin (di bawah bimbingan H. Harimurti Martojo sebagai ketua, Yono C. Raharjo, H.A.A.Mattjik, Sri Supraptini Mansjoer dan H. Tant?? R. Wiradarya sebagai anggota).

Penelitian dilakukan dari bulan Nopember 1996 hirtgga bulan Desember 1997 di Balai Penelitian Ternak-Ciawi, Bogor. Penelitian terdiri atas penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus, penyebab bulu Satin kilap, pengaruh induk terhadap sifat bulu dan polalsiklus pertumbuhan bulu Rex dan Satin. Penelitian utama untuk mengetahui kemungkinan terbentuknya kelinci berbulli halus dan kilap (kelinci H-

-

K) melalui perkawinan silang bangsa kelinci Rex dengan bangsa kelinci Satin serta untuk mengetahui cara pembentukannya yang efisien. Baik pada penelitian pendahuluan maupun penelitian utama digunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Pada penelitian pendahuluan digunakan 120 ekor kelinci umur satu hari keturunan generasi pertama berupa kelinci Satin (FISS), Rex (FIRR) dan persilangan antara kelinci jantan Satin den betina Rex (FISR) serta resiprokalnya

(FtRS), masing-masing sebanyak 30 ekor (15 jantan dan 15 betina). Pada analisis kualitatif, dalam penelitian utama, digunakan seluruh anak kelinci (unsexed) dari kelinci contoh hasit penelitian pendahuluan, sedangkan pada

(3)

analisis kuantitatif digunakan 220 ekor kelinci junsexed) umilr salu hari keturunan generasi kedua dari hasil keempat perkawinan silang (RSxRS; RSxSR; SRx3R dan SRxSR). Seluruh kelinci percobaan ditempa!kan secara acak dalam lingkungan yang sama. Pakan berupa pelet dengan kandungan protein kasar 22% dan enersi sebanyak 2750 kalori per kg ransum, diberikan a d libitum hingga umur 12 minggu, untuk selanjutnya dibetasi ssbanyak 100 g per ekor per hari. Air minum juga diberikan a d libitum.

Pada penelitian pendahuluan, peubah yang diamati untuk mengetahui penyebab bulu kelinci Rex halus dan pengaruh induk pada sifat-sifat bulu adalah panjang bulu halus (PBH), panjang bulu kasar (PBK), nisbah PBWPBH, diameter bulu halus bagian bawah (DBHb), diameter bulu kasar bagian bawah (DBKb), kelebatan bulu kasar (LBK), kelebatan bulu halus (LBH) dan total kelebatan bulu (LB) pada umur 20 minggu. Khusus untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus ditambah peubah bobot bulu (BBL), nisbah LBHILB dan koefisien kehalusan bulu halus (KKBH) serta koefisien kehalusan bulu kasar (KKBK). Peubah pada pertumbuhan bulu berupa PBK, PBH, DBKa, DBHa, DBKb, DBHb, LBK,LBH dan BBL umur 4, 8, 12, 16, dan 24 minggu. Peubah pada penelitian utama adalah DBHa, DBKa, DBHb, DBKb, PBK, PBH dan PBWPBH umur empat minggu. Khusus untuk mengetahui cara efisien membentljk kelinci H-K diamati peubah DBHa, DBKa, mortalitas umur empat minggu dan bobot badan umur 20 minggu.

Untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus dilakukan analisis kuantitatif dan analisa kualitatif. Pada analisis kuantitatif dibandingkan DBHb, DBKb, LBHILB dan KKB dari kelinci._Rex (F,RR) dengan kelinci Sal~n (F,SS) dan kedua

(4)

persilangannya (FIRS) dan (FISR). Pada analisis kualitatif, dilakukan pengamat- an folikel bulu (dengan bantuan mikroskop) dan struktur kutikula dari batang bulu halus dan bulu kasar (dengan bantuan scanning electron microscope) untuk menambah informasi tentang penyebab halusnya bulu Rex. Untuk mengetahui penyebab bulu Satin kilap, dilakukan pembandingan mikroskopis pada contoh bulu kilap dan tidak kilap pada saudara sekandung. Pembandingan dilakukan pada semua anak dari 10 induk yang diambil secara acak yang masing-masing melahirkan anak berbulu kilap dan tidak kilap pada F2. Pengamatan dilakukan pada: keberadaan sel pada batang bulu, tipe kutikula, tipe tapi kutikula dan jarak antar tepi kutikula. Untuk mengetahui pengartrh induk, dibandingkan peubah- peubah bulu pada ketururian pertama dari hasil persilangan (FIRS) dengan

-

"reciprocal' nya (FISR). Untuk mengetahui pertumbuhan bulu, diamati peubah bulu dari sejak umur empat hingga umur 24 minggu. Lokasi dan umur saat tumbuh dan rontok bulu juga diamati untuk mendapatkan pola dan siklus pertumbuhan bulu. Pada penelitian utama, untuk mengetahui terbentuknya kelinci H-K dilakukan analisis kualitatif. Caranya, diamati terdapatnya kelinci berbulu Normal (N), Satin (S), Rex ( R ) dan kombinasi kombinasi Rex dan Satin (halus-kilap disingkat H-K) pada kelinci-kelinci F2 dari masing-masing galur F2RSRS, F2RSSR, F2SRRS dan F2SRSR. Selanjutnya, kelinci-kelinci dikelonipokkan berdasarkan tipe bulu (N, S, R dan H-K) dengan pendekatan makroskopis dan mikrositopis. Pada analisis kuantitatif, dibandingkan DBH, DBK, PBH dan PBK antar kelinci-kelinci yang befbulu N, R, S dan H-K untuk mendapatkan kriteria morfologis bulu kelinci Halus- kilap. Untuk mengetahui cara efisien membentuk kelinci H-K, dibandingkan

(5)

peubah DBHa, DBKa, mortalitas umur empat minggu dan bobot badan umur 20 minggu antar kelinci H-K pada keempat gal'ur (F,RSRS, F2RSSH, FzSRRS dan F2SRSR). Untuk pembandingan peubah antar bangsalgalur, di penelitian pendahuiu-an dan penelitian utama, digunakan analisis ragam pola satu arah, dilanjutkan dengan uji Tukey. Analisis statistik dibsntu dengan menggunakan paket program statistika Minitab 11.

Dari hasil penelitian diperoleh: Kehalusan bulu pada Rex disebabkan oleh kecilnya diameter batang bulu kasar dan folikel bulu, helai kutikula yang relatif pendek, tidak terjadi overlaying antar helai kutiicclla, ujung tepi helai kutikula yang halus serta menempel rapat pada bagian korteks; Kilap pada bulu Satin disebabkan oleh ketiadaan sel medula dari batang bulu; Struktur kutikula tidak mempengaruhi kilapan bulu; Tidak terdapat pengaruh induk pada diameter, kelebatan dan bobot bulu; Kelinci berbulu halus dan kilap (H-K) dapat berhasil dibentuk melalui persilangan bangsa kelinci Satin dan Rex; Cara membentuk kelinci H-K yang efisien adalah lewat pembentukan garur F2SRSR, karena kelinci H-K pada galur ini mempunyai bulu yang pafiny halus, tingkat kematian cenderung lebih rendah daripada galur yang lain, serta mempunyai bobot badan yang tinggi.

(6)

R. Soegeng Prasetyo adalah putra bungsu dari tujuh bersaudara, dilahirkan di Yogyakarta pada 6 Juni 1948 dari R. S. Hardjosoeparto (almarhurn) dengan R.A.Siti Hasiyah (almarhumah). PenuIis tnenikah dengan Septhenawaty Sumantra pada 2lJanuari 1975 dan dikaruniai dua orang anak masing-masing bernama R. Eko Teguh Budiono P. dan Rr. Nadya Dvjl Hapsari P.

Penulis rnenyelesaikan Sekolah Dasai Negeri Petinggen di Yogyakarta (1960), Sekolah Menengah Pertama Negeri VII di Yogyakarta (1963), Sekolah Menengah Atas Negeri IV di Yogyakarta (1966) dan mendapatkan gelar Sarjana Peternakan di UGM Yogyakarta (1973) serta gelar M.Agr.S. di School of Agricultural and Forestry, Melbourne University (1984). Kemudian pada tahun 1993 memperoleh kesempatan rnelanjutkan studi pada program S3 Program Studi llmu Ternak pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor atas beasiswa IAEUP (Indosia -Australia Eastern Universities Project).

Dari tahun 1974 hingga sekarang bskerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Peternakan Universitas Mstaram

(7)

-

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yarig Maha Esa, karena dengan ridhoNya penulisan Disertasi Penelitian ini dapat diselesaikan.

Disertasi sebagai hasil penolitian diajukan untuk mamenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Doktor $3) dengan Program Studi llmu Ternak.

Disertasi Penelitian dengan Judul Kajian Pembentukan Etangsa Kelinci Berbulu Halus Kilap melalui Persilangan Bangsa Kelinci Rex dengan Satin dilakukan di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. H. Harimurti Martojo, sebagai Ketua, Bapak Dr. Ir. H. A.A. Mattjik, Bapak Dr.lr. Yono C. Raharjo, APU., Ibu Dr.lr. Sri Supraptini Mansjoer dan Bapak Dr.1r.H. Tantar~ R. Wiradarya sobagai anggota. Atas bimbingan dan pengarahan selama melakukan penelitian dan penulisan disertasi ini penulis ucapkan banyak terima kasih.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu kami dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Kepada Pemerintah RI cq. Departemen Pendidikan dan, Kebudayaan dan Pemerintah Australia yang telah memberikan kesempatan bahkan membiayai studi ini iewat beasiswa IAEUP (Indonesia- Australia Eastern Universities Project). Kepada Bapak Rektor dan Bapak Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram atas pembsrian ijin melanjutkan studi serta bantuan moril dan materiil penulis ucapkan banyak terima kasih.

(8)

KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCI BERBULU

HALUS KILAP MELALUI PERSILANGAN BANGSA

KELINCI REX DENGAN SATIN

Oleh

R. SOEGENG PRASETYO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar doktor pada Program Pascasarjana

lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul

Disertasi

:

KAJIAN

PEMBENTUKAN

BANGSA

KELDJCI

BERBUW

HALUS KILAP MELALUI PERSILANGAN

BANGSA

JCELINCI REX

DENGAN SATIN

Nama Mahasiswa

:

R. SOEGENG PRASETYO

Nomor Pokok

:

9351

7lPTK

Program Studi

:

Ilmu Ternak

Meny

etujui

1 . Komisi Pembimbing

Ketua

Dr.

Ir.

Yono

C.

Raharjo, APU.

Dr.

Ir.

H. A.A. Mattjik

Anggota

Anggota

ogram Pascasarjana

(10)

Pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan iancar berkat terdapatnya kemudahan dari Laboratorium Pemuliaan dan Genetika . Ternak Fakultas

Peternakan IPB, Balai Penelitian Ternak-Ciawi dan Bapak Billy Gan serta Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata Lernbaga Peneiitian IPB. Untuk itu kepada Bapak Kepala LPG Fakultas Peternakan IPB, Bapak Kepala Balitnak- Ciawi (beserta Ibu Rini Dharsana dan stafnya di Lab. Kesehatan Hewan dan para Staf Teknik di Kandang Kelinci terutama Bapak I Wayan Pasek S. dan Bapak Ujang Yusa), Bapak Billy Gan dan Bapak Kepala PSSP LP-IPB beserta staf penulis ucapkan banyak terima kasih

Ucapan terima kasih khusus teruntuk isteri tersayang dengan segala pengorbanannya dan puteralputeri kami tersayang yang telah memberikan dorongan, inspirasi dan semangat sehingga studi ini dapat selesai.

Penulis akui bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat rnengharapkan terdapatnya saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakannya.

Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangnn pada dunia ilmu pengetahuan dan secara tidak langsung bagi pembangunan ekonomi Indonesia.

Bogor, Juni 1999

(11)

-

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL DAFTAR GAM BAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah, potensi ekonomis dan biologis 2.2. Kelinci Rex

2.3. Kelinci Satin

2.4. Peluang terbentuknya kelinci berbulu halus dan kilap

2.5. Pengaruh lnduk

2.6. Bulu

2.6.1. Bagian bulu 2.6.2. Folikel bulu 2.6.3. Pertumbuhan bulu

2.6.4. Siklus pertumbuhan bulu 2.6.5. Peng~kuran kualitas bulu Ill. MATERI DAN METODE PENELlTlAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian

3.2.1. Penelitian pendahuluan 3.2.1 . I . Materi penelitian

3.2.1.2. Cara pengambilan contoh 3.2.1.3. Macam peubah yang diarnati 3.2.1.4. Cara mengukur peubah 3.2.1.5. Sistem perkawinan 3.2.1.6. Analisis data 3.2.2. Penelitian utama

3.2.2.1. Materi penelitian

3.2.2.2. Cara pengambilan contoh 3.2.2.3. Macam peubah yang diamati 3.2.2.4. Cara mengukur peubah 3.2.2.5. Sistem perkawinan 3.2.2.6. Analisis data

(12)

Halaman

IV. HASlL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Tempat dan Bahan Penelitian 4.1.1. Keadaan umum tempat penelitian 4.1.2. Bahan penelitian

4.2. Karakteristik Genetik Kelinci Satin dan Rex 4.2.1. Umum

4.2.2. Karakteristik bulu kelinci Rex dan Satin 4.2.2.1. Kehalusan bulu Rex

4.2.2.2. Kilapan bulu Satin 4.2.2.3. Sifat bulu lainnya

4.2.2.3.1. Sudut tumbuh bulu 4.2.2.3.2. Panjang bulu 4.2.2.3.3. Kelebatan bulu 4.2.3. Pertumbuhan bulu Rex dan Satin

4.2.3.1. Pola dan siklus pertumbuhan bulu 4.2.3.2. Panjang bulu

4.2.3.3. Diameter batang bulu 4.2.3.4. Kelebatan bulu 4.2.3.5. Bobot bulu per cm2 4.2.4. Pengaruh induk pada sifat bulu,

4.2.4.1. Panjang bulu 4.2.4.2. Diameter bulu 4.2.4.3. Kelebatan bulu 4.2.4.4. Bobot bulu per cm2

4.3. Pembentukan Kelinci Berbulu Halus dan Kilap

4.4. Cara Pembentukan Kelinci Halus-kilap yang Baik dan Efisien

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 5.2. Saran

(13)

No.

-

OAFTAR TABEL

Halaman Teks

1. Produksi dan reproduksi kelinci Rex 10

2. Diameter batang bagian bawah dari bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya ~ a d a beberapa baaian tubuh dari kelinci New Zealand

White, daliiornian dan i e r m o i d White 20 3. Panjang bulu kasar, Sulu halus dan nisbahnya pada beberapa

bagian tubuh dari kelinci New Zealand Whlte, Californian dan Termond White

4. Koefisisn kehalusan bulu kasar dan bulu htilus pada beberspa bagian tubuh dari kelinci New Zealand White, Californian dan Termond White

5. Nisbah kelebatan bulu bulu kasar dari keseiuruhan bulu pada

beberapa bagian tubuh dari kelinci New Zealand White, Californian

dan Termond White 37

6. Jumlah temak yang diamati dalam penelitian pendanuluan 40 7. Komposisi pakan kelinci yang digunakan dalam penelitian 44 8. Jumlah ternak yang diamati pada penelitian utania 56 9. Bobot lahir, bobot sapih dan bobot badan dewasa kelinci Rex dan Satin 68 10. Pertambahan bobot badan per hari sebeluni dan sesudah disapih

pada kelinci Rex dan Satin 69

11. Perbandingan kehalusan bulu pada Satin, Rex dan persilangannya

umur 20 minggu 72

12. Rataan panjang bulu halus, bulu kasar dan nisbahnya pada Satin,

Rex dan persilangannya pada umur 20 minggu 8 1

13. Rataan kelebatan bulu pada kelinci Satin, Rex dan persilangannya

(14)

No.

Teks

xiv

Halaman

14. Panjang bulu halus kelinci Rex dan Satin umur 4-24 minggu 15. Rataan panjang bulu halus, bulu kasar dan nisbahnya pada kelinci

Satin, Rex dan persilangannya umur 20 minggu

16. Rataan diameter bulu halus, bulu kasar psda kelinci Satin, Rex dan

persilangannya umur 20 minggu

17. Rataan kelebatan dan bobot bulu pada kelinci Satin, Rex dan

persilangannya umur 20 minggu

18. Jumlah kelinci berbulu Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap pada

galur F2RSRS, F2RSSR, FSRRS, dan F2SRSR

19. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap urnur 4 minggu pada F2RSRS

20. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan

Halus-kilap umcr 4 minggu pada FzRSSR

21. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan

Halus-kilap urnur 4 minggu pada FzSRRS

22. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap umur 4 minggu pada F2SRSR

23. Kriteria morfologis bulu kelinci Halus-kilap

24. Diameter Uulu halus dan kasar bagian atas dan bawah dari bulu

Halus-kilap umur 4 minggu pada 4 galur

(15)

.DAFTAR GAMBAR

-

No. Halaman

Teks

1. Skema perkawinan silang berdasarkan teori Mendel 15 2. Skema batang bulu kasar dan bulu halus pada kelinci Angora 19

3. Skema bulu kasar dengan bagian-bagiannya 4. Macam tipe medula menurut Wildman

5. Medula tipe tangga menurut Wildman 6. Tipe kutikula bulu menurut Wildman

7. Tipe bentuk tepi kutikula bulu menurut Wildman 8. Jarak antar tepi kutikula bulu menurut Wildman

9a. Skema perkawinan murni pembentukan kelinci Rex dan

Satin keturunan generasi pertama 52

9b. Skema perkawinan silang dalam rangka pembentukan kelinci

berbulu halus dan kilap 52

10. Skema perkawinan dalam rangka pembenlukan kelinci H-K 6 1 11. Persen kematian kelinci Rex dan Satiil umur 0-20 minggu 70

12. Folikel bulu kelinci Rex dan 'Satin 74

13. Batang bulu kasar bulu kilap dan tak kilap dari kelinci

79

(16)

No.

Teks

15. Panjang bulu kelinci Satin dan Rex 86

16. Diameter butu kasar atas Satin dan Rex umur 4-20 minggu 88 17. Diameter bulu kasar bawah Satin dan Rex umur 4-20 minggu 89 18. Kelebatan bulu Satin dan Rex umur 4-20 minggu 90 19. Bobot bulu per cm2 Satin dan Rex umur 4-20 minggu 91 20. Kutikula bulu kasar kelinci Normal (a), Rex ( b ) , Satin (c) dan

Halus-kilap (d)

.I

00

21. Kutikula bulu halus kelinci Nofmal(a), Rex (b), Satin (c) dan

Halus-kilap (d) 101

22. Batang buiu kasar kelinci Halus-kilap 103

23. Perkawinan antar sesama kelinci Halus-kilap 104 24. Perkawinan silang kelinci Halus-kilap dangan kelinci Rex 105 25. ~erkawinan silang kelinci Halus-kilap dongan kelinci Satin 105 26. Cara pembentukan kelinci Halus-kilap yang baik dan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Panjang bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada kelinci Satin

umur 4-20 minggu 125

2. Diameter batang bulu bagian atas dari bulu kasar, bulu halus dan

nisbahnya pada kelinci Satin (F,) umur dawasa (20 minggu) 126 3. Diameter batang bulu bagian bawah dari bulu kasar, bulu halus

dan nisbahnya pada kelinci Satin (F,) umur dewasa (20 minggu) 127 4. Kelebatan bulu kasar, halus dan total kelinci Satin (F,) umur

dewasa (20 minggu) 128

5. Bobot bulu kelinci Satin (F,) per cm2 urnur 4-20 minggu (0.0000g) 129 6. Panjang bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada kelinci Rex

(F1) umur 4-20 minggu 130

7. Diameter batang bulu bagian atas dari bulu kasar, bulu halus dan

nisbahnya pada kelinci Rex (F1) umur 4-20 minggu 131 8. Diameter batang bulu bagian bawah dari bulu kasar, bulu htlus dan

nisbahnya pada kelinci Rex (F1) umur 4-20 rninygu 132

9. Kelebatan bulu kasar, halus dan total serta nisbahnya dari kelinci

Rex (F1) umur 4-20 minggu 133

10. Pembuktian batang bulu kilap tidak bersel 134 11. lklim di Stasiun Citeko-Ciawi Kab. Bogor Th. 1996 135

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pembagian fungsi dan peran tersebut, pada dasarnya terdapat sifat saling melengkapi (komplementaritas) dan sinergitas antara Kampus Utama, dengan 'Lokasi-Lokasi' lainnya yang

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, faktor biaya menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan yang cukup besar pengaruhnya. Untuk proyek yang melibatkan dana dalam jumlah

Pada analisis reception studies, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti, sementara dalam teks media, makna

Jadi, tujuan dari mengidentifikasi risiko potensial adalah untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko-risiko apa saja yang ada dan yang diantisipasi akan terjadi yang

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

permohonan ketua program studi Teknik Informatika, dengan ini kami menugaskan kepada dosen yang tercantum dalam lampiran Surat Tugas ini sebagai "Pembimbing

Berdasarkan beberapa pandangan dan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh kemajuan pendidikan terhadap kepemimpinan wanita terlihat lebih

Dengan menganalisis kondisi diatas, maka beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu agar pemerintah daerah dalam hal ini DKPP Kabupaten