i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA
(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Fitriyatuz Zahroh
NIM: 21412022
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp: 4 (empat) eksemplarHal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Fitriyatuz Zahroh
NIM : 214-12-022
Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
iii
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA
(Studi Kasus Di BMT Tumang Cabang Salatiga) Oleh:
Fitriyatuz Zahroh NIM: 214-12-022
Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, tanggal 29 September 2016, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam
Dewan Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang : Prof. Dr. H. Muh Zuhri, MA. ...
Sekretaris Sidang : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. ...
Penguji I : Evi Ariyani, M.H. ...
Penguji II : Sukron Ma’mun, M.Si. ...
Salatiga, 29 September 2016
Dekan Fakultas Syari’ah
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fitriyatuz Zahroh
Nim : 214-12-022
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari
karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 September 2016
Yang menyatakan
Fitriyatuz Zahroh
v
HALAMAN MOTTO
1. Orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan,
kesenangan atau kenyamanan, tetapi mereka dibentuk
dari tantangan dan air mata.
2. Dimana ada keinginan, pasti ada jalan menuju
kesuksesan.
3. Orang yang ingin sukses tak akan pernah mengeluh,
bagaimana kalau gagal, namun berusaha bagaimana
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiyah berupa skripsi ini
kepada:
1. Ayahku tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta
pengorbanan selama ini.
2. Suamiku tersayang, Heri Purnomo Hasan, yang telah mendoakan,
menyemangati dan mendukung dalam proses belajar ini.
3. Kakakku tercinta, Nur Hidayati yang selalu mendoakan agar selalu tetap
semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.
4. Pak Guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis
sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan
penuh kesabaran.
5. Sahabat-sahabatku jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Angkatan 2012,
terimakasih untuk semua hal, semua kenangan indah yang kita lalui
bersama-sama selama 4 tahun ini.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI
HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)”.
Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad
yang telah membawa umat dari zaman kebodohan ke zaman yang tahu akan ilmu.
Semoga selalu mendapatkan Syafa’at dari beliau di dunia maupun di akhirat nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
peran berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan
pengarahan. Dengan segala ketulusan hati penyusun menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah.
4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang
viii
5. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
mendidik, meberikan arahan, dan bimbingan dari awal hingga akhir skripsi ini
selesai.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa
halangan apapun.
7. Sahabat- sahabatku Siti Jamilatun, Iva Ekowati, Masadah, Dwi Astuti,
Zakiyatur Rafi’ah yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.
8. Teman-temanku S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012, yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Bapak Ni’am, selaku Manager BMT Tumang Cabang Salatiga yang telah berkenan memberikan izin penelitian di BMT Tumang Cabang Salatiga serta
jajaran pegawai yang telah memberikan informasi yang berkaitan dengan
penulisan skrispsi ini.
Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi
pembaca pada umumnya.
Salatiga, 20 September 2016
ix ABSTRAK
Zahroh, Fitriyatuz, 2016. TinjauanHukum Islam Terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga. Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
Kata Kunci: Tinjauan, Hukum Islam, Praktek, Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka.
Kegiatan Bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga melainkan atas dasar prinsip bagi hasil.Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan seseorang untuk menabung atau mendepositokan uangnya pada bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung atau mendepositokan uangnya dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Peneliti melakukan penelitian mengenai
bagaimana pelaksanaan Bagi Hasil simpanan mudharabah berjangka dan
Tinjauan Hukum Islamnya terhadap pelaksanaan Bagi Hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga.
Jenis penelitian yang digunakan nanti adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dalam penelitian kualitatif ini, metode yang bisaa digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.
x DAFTAR ISI
JUDUL… ... i
NOTA PEMBIMBING… ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN… ... iv
HALAMAN MOTO … ... v A. Latar Belakang Masalah... ... 1
B. Rumusan Masalah… ... 6
C. Tujuan Penelitian… ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah… ... 7
F. Tinjauan Pustaka… ... 9
G. Metode Penelitian…... 12
H. Sistematika Penulisan… ... 20
BAB IIKERANGKA TEORI A. Konsep Akad Mudharabah... ... 22
1. Pengertian Mudharabah... ... 22
xi
3. Jenis-jenis Mudharabah... ... 26
4. Rukun dan Syarat Mudharabah... ... 30
5. Berakhirnya Mudharabah... ... 32
6. Manfaat dan ResikoMudharabah... ... 33
B. Deposito (Simpanan Mudharabah) ... 34
1. Pengertian Deposito Mudharabah... ... 35
2. Landasan Hukum Deposito Mudharabah... ... 36
3. Jenis- jenis Deposito Mudharabah... ... 38
4. Sifat- sifat Deposito Mudharabah... ... 40
5. Deposito dalam Fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito... ... 41
C. Konsep Bagi Hasil Dalam Islam ... 42
1. Pengertian Bagi Hasil... ... 43
2. Dasar Hukum Bagi Hasil... ... 47
3. Macam-macam Bagi Hasil... ... 47
4. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah... 51
D. Implementasi Prinsip Mudharabah Dalam Produk Deposito ... 53
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil… ... 54
BAB III BMT TUMANG DAN SISTEMNYA A. Gambaran Umum BMT Tumang Cabang Salatiga ... 57
1. Sejarah BMT Tumang Cabang Salatiga... ... 57
2. Profil KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga... ... 59
3. Kelengkapan Organisasi... 60
4. Visi Dan Misi BMT Tumang Cabang Salatiga... ... 61
5. Keunggulan BMT Tumang Cabang Salatiga... ... 61
6. Kondisi Sumber Daya Insani (SDI) ... ... 62
7. Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Salatiga... ... 64
xii
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA DI BMT TUMANG
A. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga ... 86
1. Operasional Deposito Mudharabah di BMT Tumang Cabang
Salatiga ... 86
a. Strategi Pemasaran Produk SimpananMudharabah Berjangka
di BMT Tumang Cabang Salatiga ... 87
b. Prosedur Pembukaan Rekening dan Ketentuan Yang Berlaku
dalam SimpananMudharabah Berjangka di BMT Tumang
Cabang Salatiga ... 89
c. Pengelolaan Dana Simpanan Mudharabah Berjangka ... 91
d. Kelebihan dari Simpanan Mudharabah Berjangka ... 92
e. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka
di BMT Tumang Cabang Salatiga ... 93
2. Pengambilan Simpanan Mudharabah Berjangka sebelum Jatuh
Tempo yang Sudah di Tentukan oleh BMT Tumang Cabang
Salatiga ... 95
B. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga Dalam Perspektif Hukum Islam ... 98
C. Pengambilan Simpanan Mudharabah Berjangka sebelumjatuh tempo
di BMT Tumang Cabang Salatiga DalamPerspektif Hukum Islam..114
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Mudharabah Muthlaqah ... 27
Gambar 2.2 Skema Mudharabah Muqayyadah ... 30
Gambar 3.1Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang ... 65
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Pengelola BMT Tumang sampai Bulan Oktober 2015 ... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua
fase, yaitu sebelum tahun 1998 dan fase setelah tahun 1998. Fase pertama
ini diawali dengan berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992, namun
jauh sebelum berdirinya Bank Muamalat konsep Perbankan Syariah ini
sudah merupakan bahan diskusi ulama, cendekiawan islam pada awal
tahun 1980-an. Bahkan pada saat itu juga dilakukan uji coba terhadap
bentuk lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip bagi hasil, yaitu Baitul
Tamwil Salman Bandung dan koperasi Ridho Gusti di Jakarta.
Fase kedua adalah setelah dikeluarkannya Undang- undang Nomor
10 tahun 1998, di mana pemerintah semakin menunjukkan komitmennya
kepada Perbankan Syariah dengan memberikan landasan hukum yang kuat
dengan mengizinkan perbankan konvensional untuk membuka unit usaha
Syariah (Pasal 1 UU No. 10 tahun 1998), kebijakan ini tentu saja
membuka jalan bagi perkembangan Perbankan Syariah, karena sejak Bank
Muamalat didirikan pada tahun 1992, tidak ada lagi Bank Syariah yang
berdiri. Namun sejak dikeluarkannya Undang- undang tersebut, beberapa
bank konvensional mulai membuka unit- unit Syariahnya.Maraknya unit-
unit Syariah yang dibuka pasca undang- undang tersebut juga didorong
2
yang signifikan pada saat krisis pada pertengahan tahun 1997.
(Hasanuddin, 2008: 154).
Kegiatan Bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya
merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan
dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem
bunga melainkan atas dasar prinsip bagi hasil.Tingkat bunga merupakan
salah satu pertimbangan seseorang untuk menabung atau mendepositokan
uangnya pada bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang
untuk menabung atau mendepositokan uangnya dan mengorbankan
konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Dimana
para penabung atau deposan bersifat profit motif, yang mana
mengandalkan keuntungan disaat bunga bank tinggi.
Konsep mengenai bunga adalah sangat berlawanan dengan konsep
yang ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah
menekankan pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang
ditabung atau didepositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan
untuk pembiayaan ke sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau
keuntungan yang didapat akan di bagi menurut nisbah yang disepakati
bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi,
jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga
besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha
tersebut. Dari uraian di atas mengenai penabung atau deposan bersifat
3
jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil maka nasabah
memilih untuk menyimpan uangnya di bank konvensional dan sebaliknya
jika tingkat bagi hasil lebih besar dari tingkat suku bunga maka nasabah
memilih untuk menyimpan uangnya di bank syariah. Pada masyarakat
sekarang lebih memilih untuk mendepositokan uangnya dari pada
menabung bisaa dengan alasan bahwa keuntungan yang di dapat adalah
lebih besar walaupun memang risiko yang di hadapi cukup besar juga.
(Muhammad Faozan dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Bagi
Hasil terhadap peningkatan volume deposito mudharabah pada BRI
Syariah Cirebon” Tahun 2012).
Salah satu dari akad mudharabah adalah tabungan Mudharabah,
dimana pihak yang kelebihan dana untuk menyalurkan dananya tersebut
kepada pihak Bank yang kemudian Bank tersebut mengelola dana dengan
akad yang sesuai dengan kesepakatan bersama, sehingga pihak yang
kelebihan dana atau pihak pihak yang menyalurkan dananya ke Bank
tersebut akan mendapatkan bagi hasil yang jumlahnya telah disepakati
kedua belah pihak. Dalam hal ini Bank harus benar- benar mengelola
dengan baik dana yang telah disalurkan oleh pihak yang menyediakan
dananya tersebut. Menurut Undang- undang Perbankan Syariah No. 10
tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainya dalam rangka
4
Dalam mengaplikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai
mudharib (pengelola).Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan
pembiayaan mudarabah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu.
Kemudian hasil usaha tersebut akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah
yang telah disepakati berasama. Apabila bank menggunakan untuk
melakukan pembiayaan mudharabah, maka Bank bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi. (Sudarsono, 2003: 65)
Dari uraian diatas, masyarakat di harapkan supaya lebih kritis dan
jeli dalam usaha berinvestasi, yaitu dengan meneliti realitas penghasilan
yang mungkin diperoleh dan metode yang diterapkan oleh institusi
pemutar uangnya.Nampaknya metode bagi hasil yang diterapkan oleh
bank syariah lebih logis dan fair bagi mereka, sehingga keberadaan bank
syariah bisa berkembang dengan pesat. (Wibowo, Edi dan Untung Hendy
Widodo dalam bukunya yang berjudul “Mengapa memilih Bank Syariah?.Tahun 2005).
Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Cabang Tumang Salatiga
ini adalah salah satu Lembaga Keuangan Syariah yang bergerak di bidang
penyedia jasa simpanan dan pembiayaan bagi para nasabahnya.Di tengah-
tengah persaingan yang sangat ketat Bank- bank pemerintah maupun
swasta, Koperasi Jasa Keuangan Syariah ini selalu berusaha untuk
mengembangkan usahanya.Salah satu produk simpanan di Koperasi Jasa
5
simpananmudharabah berjangka.Dalam simpanan mudharabah berjangka
ini merupakan simpanan dengan berbagai macam variasi jangka waktunya
seperti 1, 3, 6 maupun 12 bulan.Produk simpanan mudharabah ini di
jalankan dengan menggunakan akad mudharabah, yang mana keuntungan
antara kedua belah pihak ini berdasarkan presentase yang di dapat BMT
Cabang Tumang Salatiga itu sendiri. Besar dari presentase itu adalah 70%
untuk BMT sebagai pengelola dananya sedangkan 30% untuk nasabah
sebagai pemilik dana. Mengenai pemberian bagi hasil terhadap produk
simpanan mudharabah ini mempunyai karakteristik seperti: tidak
diperbolehkan menjanjikan keuntungan secara pasti di muka, penentuan
keuntungan yaitu pada waktu akad atau perjanjian dengan pedoman
kemungkinan untung, rugi dan besarnya presentase adalah berdasarkan
jumlah keuntungan yang di peroleh, dan juga pemberian bagi hasil tersebut
selalu berubah- ubah setiap bulannya. Di sini juga ada perjanjian diawal
apabila dalam pengambilan bagi hasil seorang nasabah sebelum jatuh
tempo tiba, maka dengan pasti besarnya bagi hasil tersebut tidak keluar
atau hangus.
Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud mnengadakan
penelitian terhadap pelaksanaan bagi hasil pada produk simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Dengan judul
6 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berkut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah
berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga?
2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan bagi
hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang
Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga.
2. Ingin mengetahui tentang bagaimana pandangan hukum islam terhadap
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka berjangka di
BMT Tumang Cabang Salatiga.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis
a. Untuk menambah pengalaman dan wawasan serta dapat
membandingkan antara praktek teori yang diperolah dibangku
perkuliahan dengan praktek langsung dilapangan yang
7
b. Untuk mengetahui secara langsung tentang bagaimana praktek bagi
hasil deposito berjangka ini sudah sesuai dengan syariat islam atau
belum.
2. Bagi BMT Tumang Salatiga
Sebagai referensi dalam membuat terosan produk- produk baru
serta pemakaian strategi yang tepat dalam pemasaran produk-produk
pendanaan maupun produk- produk pembiayaan.Serta dapat di
gunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi kembali sistem kinerjanya
yang mungkin belum efisien.
3. Bagi IAIN Salatiga
Dari penelitian yang disampaikan dalam bentuk laporan ini
diharapkan dapat memperbanyak referensi bagi perpustakaan IAIN
Salatiga, bagi Mahasiswa dan Mahasiswi yang akan melakukan
penelitian.
E. Penegasan Istilah
1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah ketetapan-ketetapan Allah sebagaimana
yang tercantum didalam AlQur’an dan sunah Rasul untuk dipatuhi oleh
setiap muslim dan haram barang siapa yang tidak berhukum dengan apa
yang diturunkan oleh Allah, mereka termasuk golongan orang kafir,
8 2. Mudharabah (Bagi Hasil)
Mudharabah adalah sebuah akad kerja sama antar pihak, yaitu
pihak pertama (shahibul al-mal) menyediakan seluruh modalnya,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Abdurrahman Al-Jaziri yang memberikan arti
mudharabah sebagai ungkapan pemberian harta dari seseorang kepada
oran lain sebagai modal usaha. Namun, keuntungan yang diperoleh
akan dibagi di antara mereka berdua, dan jika rugi akan ditanggung oleh
pemilik modal.
Keuntungan usaha secara mudharabah, dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.Apabila rugi, ditanggung
oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si
pengelola.Seandainya kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian atau
kecurangan pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi. (Zainuddin Ali, 2008: 25)
3. Simpanan
Simpanan menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998
adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainya yang dipersamakan
dengan itu. (Kashmir, 2004:57)
4. Deposito mudharabah, adalah simpanan masyarakat di bank syariah
9
syariah. Variasi deposito mudharabah ini diklasifikasikan ke dalam
deposito: 1, 3, 6 dan 12 bulan. (Muhamad, 2001: 6-7)
5. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan dengan
prinsip mudharabah. (Karim, 2010: 347)
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian yang ada. Karena penelitian yang akan penulis teliti
mendiskripsikan analisis pelaksanaan praktek bagi hasil pada produk
deposito berjangka, dimana produk ini berbeda dengan simpanan bisaa
karena ada aturan dan jangka waktu yang disepakati dalam pengambilan
uang nasabah. Dengan bermunculannya lembaga-lembaga keuangan
syariah pada saat ini, bermunculan pada para pemikir islam serta
ekonom-ekonom islam yang menuangkan karyanya mengenai lembaga-lembaga
keuangan syariah tersebut. karya-karya tersebut dituangkan melalui
literatur-literatur tertulis maupun sebuah buku. Hal ini tentu akan
bermanfaat sekali bagi penulis, karena nantinya dapat di jadikan sebagai
referensi guna mendukung penulisan skripsi ini. Diantara buku-buku atau
penelitian-penelitian tersebut tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Resti (2011), dalam
penelitiannya yang berjudul “ Produk Tabungan Muamalat di Bank
Muamalat Indonesia Capem Salatiga”, yang bertujuan untuk
10
di Bank Muamalat Indonesia dan sejauh mana perkembangan atau
peningkatan tabungan syariah di Bnak Muamalat Capem Salatiga.
Menyimpulkan bahwa dengan melakukan analisis langsung serta
dilengkapi dengan teknik perhitungannya, maka dengan mudah
dapat diketahui bagaimana caranya untuk perhitungan bagi hasil
tabungan muamalat. Selain itu, peneliti juga menggunakan data-data
yang diperoleh dari wawancara langsung kepada pegawai yang
bersangkutan mengenai rumus Hi-1000 dan rumus bagi hasil serta
perkembangan nasabah tabungan muamalat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perhitungan bagi hasil pada bank syariah
berpedoman pada Hi-1000. Sehingga hasil yang didapatkan oleh
nasabah setiap bulannya selalu berbeda. Dari sini terlihat bahwa
bank syariah terdapat sistem bagi hasil yang adil, sedangkan dalam
Bank konvensional belum terdapat prinsip keadilan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suryo Wicaksono Mawasid (2012)
dalam skripsinya yang berjudul “tinjauan Hukum Islam pengelolaan
dana deposito syariah di BNI Cabang Surakarta”. Penelitian ini
menjelaskan bahwa dalam operasional pengelolaan dana deposito
syariah, bank menghimpun dana dari nasabah yang tertuang pada
akad pembukaan rekening yang kemudian dana tersebut dikelola dan
disalurkan kepada pembiayaan atau usaha yang sesuai dengan
syariah, dengan tujuan memaksimalkan keuntungan dengan tetap
11
investasi, kemudian bank menghitung pendapatan dari penyalur dana
dan menentukian bagi hasil kepada nasabah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Daryani (2011), dalam tugas
akhirnya yang meneliti tentang “Sistem dan prosedur Produk
simapanan di BMT Berkah Makmur Klero Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang”, yang bertujuan untuk mengetahui sistem dan
prosedur produk simpanan di BMT Berkah Makmur. Berdasarkan
obsevarsi dan studi kepustakaan maka diperoleh kesimpulan bahwa
sebagai lembaga pelayanan simpanan dan pinjaman, BMT Berkah
Makmur memiliki berbagai macam jenis simpanan. Keputusan atas
simpanan yang diajukan, maka akan berpengaruh pada penyimpan
atau penyedia simpanan. Berdasarkan analisa pengamatan yang
penulis lakukan bahwa sistem dan prosedur produk simpanan pada
BMT Berkah Makmur sudah bagus dan tidak jauh dari teori yang
ada. Maka dibutuhkan komitmen untuk menjaga hubungan baik serta
meningkatkan interaktif antara pihak BMTdengan anggota atau
dengan calon anggota agar nasabah tersebut tidak mudah untuk
memutuskan dari pada lembaga penyedia simpanan yang lain.
Sedangkan untuk perkembangan nasabah simpaann di BMT Berkah
Makmur walaupun mengalami pasang surut akan tetapi sejauh ini
jumlah nasabah BMT Berkah Makmur mengalami peningkatan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Irma Suryani (2005) dalam
12
Deposito Mudharabah Study kasus pada BMT Fajar Sidiq.” Skripsi
ini menerangkan bahwa deposito mudahrabah merupakan suatu
investasi yangdijadikan sebagai alat penghimpun dana oleh bank dan
berdasarkan prinsip bagi hasil, yang mana penarikannya pada saat
jatuh tempo. Sedangkan penerapan akad akad mudharabah mutlaqah
dalam produk deposito mudharabah pada BMT Fajar Sidiq ini
memberikan kebebasan pada BMT untuk mengelola dana deposan
ke dalam aktiva produktif tanpa adanya batasan. Sistem bagi hasil
yang ditetapkan oleh BMT Fajar Sidiq ini adalah revenue sharing,
dengan alasan agar manajemen lebih hati-hati dan produktif demi
mendapatkankeuntungan yang besar.
Dilihat dari beberapa hasil penelitian- penelitian yang sudah ada,
terlihat bahwa adanya kedekatan ataupun kemiripan judul penelitian yang
penulis lakukan.Namun penelitian yang penulis lakukan ini berbeda
dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya.Di sini letak
perbedaanya ada pada titik permasalahan yang penulis fokuskan.Penulis
menitkberatkan pada bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap
pelaksanaan bagi hasil pada simpanan mudharabah berjangka yang terjadi
di BMT Tumang Cabang Salatiga, apakah dalam pelaksanaanya itu sudah
sesuai denganhukum Islam atau belum.
G. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian yang akan penulis teliti ini adalah sebagai
13 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a) Pendekatan
Dalam penelitian ini nanti, penulis menggunakan
pendekatan hukum empiris, Artinya dengan medekati masalah
yang di teliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial
yang sesuai dengan kenyatan hidup dalam masyarakat.
Penelitian hukum yang berparadigma sebagai fakta sosial yang
mana hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi hukum di
masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat
kepatuhan masyarakat terhadap hukum. (Utsman, 2014:2-3)
Pendekatan hukum ini,dimaksudkan untuk memahami
gejala hukum yang akan diteliti di BMT Tumang Cabang Saltiga
yang berhubungan dengan pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka, apakah dalam kenyataanya sudah sesuai
dengan hukum Islam atau belum.
b) Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakannanti adalah penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan
bahasa denganmemanfaatkanberbagai metode ilmiah. Dalam
14
wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. (Moleong,
2011:6)
Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui serta mendalami
bagaimana tinajuan hukum Islam terhadap pelaksanaan bagi
hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang
Salatiga, kami sebagai peneliti memilih metode kualitatif dipilih
karena dipandang cocok untuk mendeskripsikan temuan kasus-
kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan bagi hasil mudharabah
tersebut dengan terjun langsung kelapangan yaitu di BMT
Tumang Cabang Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindaksebagai
pengumpul di lapangan, dengan menggunakan alat penelitian
aktif dan mengumpulkan data- data di lapangan. Selain itu alat
yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-
dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta
alat- alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya
penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempatdi mana lokasi penelitian
iu akan dilakukan. Dalampenelitian yang akan penulis teliti
adalah di koperasi jasa keuangan BMT Tumang Cabang
15
Penulis memilih lokasi inikarena ingin mengetahui bagaimana
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di
BMT Tumang Cabang Salatiga, sehingga penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dan mengungkap kebenaran bagaimana
dalam pelaksanaan praktek bagi hasil simapanan
mudharabahberjangka ini apakah sudah sesuai dengan syariat
Islam atau belum.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian nanti, penulis menggunakan
sumber data penelitian berupa:
a) Sumber Data Primer
Adalah sumber data yang langsung didapatkan dari
lapangan atau lokasi penelitian.
(i) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan
informasi tentang hal- hal yang berhubungan dengan
penelitian.Dalam penelitian nanti yang menjadi
informan adalah Manager BMT Tumang Cabang
Salatiga ini dan juga nasabahnya.
(ii) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-
data primer, yaitu dokumen- dokumen yang
16
yang di antaranya adalah struktur organisasi di BMT
Tumang Cabang Salatiga, data- data berupa tabungan-
tabungan deposito dari para nasabah tersebut.
b) Sumber Data Skunder
Bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema
sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung
penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-
buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang
meneliti hal serupa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian yaitu sebagai berukut:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secar langsung dan sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139). Dalam
observasi nanti, data yang ingin peneliti peroleh secara langsung
dari BMT Tumang Cabang Salatiga dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada
obyek penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar
17
hasil simpanan mudharabah berjangka, serta fasilitas yang ada
di BMT Tumang Cabang Salatiga.
b. Interview
Interview adalah cara memperoleh keterangan atau data
dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada
pihak BMT Tumang Cabang Salatiga kepada pihak Manager,
pegawai, dan nasabah yang mendepositokan uangnya di BMT
Tumang Cabang Salatiga tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan, menyusun dan
mengelola dokumen- dokumen tertulis yang terdapat di BMT
Tumang Cabang Salatiga dan kegiatan- kegiatan yang di anggap
berguna untuk dijadikan sebagai bahan keterangan yang
berhubungan denga penelitian nanti.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis.Analisis data yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif terhadap data primer dan skunder.Selanjutnya diuraikan
dan disimpulkan dengan memakai metode berfikir induktif yaitu
pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyatan atau fakta- fakta
khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum. (Sudjana,
18
Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus
berdasarka pengamatan di lapangan untuk menilai apakah
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT
Tumang Cabang Salatiga ini sudah sesuai dengan syariat Islam atau
belum.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu
penelitian, sehingga untuk mendapatkan data yang valid
diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.
Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan
pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik
triangulasi. Menurut Sugiyono (2010:274) Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber yaitu untuk menguji kreadilitas data
dilakukan data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kreadibitasdata
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu yaitu pengecekan data dengan wawancara
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
19
Dalam penelitian nanti, penulis menggunaan teknik
triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara dan
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
8. Tahap- tahap penelitian
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan
sebelum melakukan penelitian seperti penulis menentukan
topic penelitian, mencari informasi tentang pelaksanaan akad
mudharabah pada produk simpanan mudharabah berjangka di
BMT Tumang Cabang Salatiga, pembuatan proposal
penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang
harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke
lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti
wawancara kepada informan, melakukan observasi dn
dokumentasi.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan
dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa
data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga
bisa memberi arti pada obyek yang akan diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah
20
pembimbing maka yang akan dilakukan penulis selanjutnya
adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan
pedoman penulis yang telah ditentukan.
9. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil penelitian nanti adalah sebagai
berikut:
Bab 1 Pendahuluan yang merupakan garis-garis besar
pembahasan isi pokok penelitian yang terdiri atas: latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang
pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka menurut
hukum Islam. Dijelaskan pula mengenai tentang mudharabah (bagi
hasil), tinjauan umum tentang deposito berjangka, dan juga
tentang bagi hasil deposito berjangka dalam DSN MUI No.
03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito
Bab III Paparan Data dan Temuan penelitian- penelitian
yaitu mendeskripsikan tentang pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada
bab ini dijelaskan sekilas tentang objek penelitian seperti sejarah
berdirinya, struktur organisasi beserta tugas-tugasnya, dan visi-
21
Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang tinjauan
hukum islam terhadap pelaksanaan bagi hasil simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada
bab ini menguraikan tentang jawaban terhadap pokok
permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan praktek
bagi hasil deposito berjangka, apakah cara pelaksanaanya sendiri
sudah sesuai hukum Islam atau belum.
Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan
saran- saran mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-
bab sebelumnya. Kemudian pada akhir dari skripsi ini nanti daftar
22
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Konsep Akad Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berati memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya
(Antonio, 2009: 95).
Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua belah
pihak atau lebih dimana pihak pertama (shahibul al-mal) menyediakan
seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik sejumlah dana
sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek), sedangkan nasabah
sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan
dan untuk ini nasabah sebagai pengelola (mudharib) menyediakan
keahliannya (Rivai, 2007: 471).
Menurut istilah Syara’, mudharabah dikenal sebagai suatu akad atau perjanjian atas sekian uang untuk di pertimbangkan oleh
amil (pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungan
dibagikan diantara keduanya menurut syarat-syarat yang ditetapkan
terlebih dahulu, baik dengan sama rata maupun dengan kelebihan
23
Dalam Fiqh muamalah, definisi terminologi (istilah) bagi
mudharabah diungkapkan secara bermacam-macam. Diantaranya
menurut Madzhab Hanafiyah (dalam Haroen: 2007) mendefinisikan
mudharabah adalah suatu perjanjian untuk bersero di dalam
keuntungan dengan kapital (modal) dari salah satu pihak dan skill
(keahlian) dari pihak yang lain.
Mudharabah adalah akad kerjasama antara shahibul maal
(pemilik modal) dengan mudharib (yang mempunyai keahlian) untuk
mengelola suatu usaha yang produktif dan halal, keuntungan dibagi
sesuai kesepakatan bersama, jika terjadi kerugian ditanggung shahibul
maal (pemilik modal).
( http://economicvalueoftime.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-skema-dan-contoh-mudharabah_1545.html)
Dari beberapa definisi sebenarnya secara global dapat
dipahami dan dapat kita simpulkan bahwa Mudharabah adalah kontrak
antara dua belah pihak di mana satu pihak yang disebut investor
mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang disebut
mudharib untuk menjalankan usaha niaga.Mudharib menyumbangkan
tenaga, ketrampilan, dan waktunya untuk mengelola perseroan mereka
sesuai dengan syarat-syarat kontrak.
Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa
keuntungan jika ada akan dibagi antara investor dan mudharib
24
ada akan ditanggung sendiri oleh si investor. Secara teknis,
al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana
pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola.
Mudharabah terdiri dari 2 (dua) jenis:
a) Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu
mudharabah yang di mana pemilik dana memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya.
b) Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu
mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan pada
pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi.
Misalnya, pengelola dana diperintahklan untuk:
a) Tidak mencampurkan dana pemilik dengan dana lainnya.
b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan
cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan.
c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi
sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik maupun pengelola
dan apabila bank bertindak sebagai pemilik dana maka dana yang
disalurkan disebut pembiayaan Mudharabah. Apabila bank sebagai
25
a) Dalam Mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan
perubahan investasi terikat sebagai investasi.
b) Dalam Mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca
sebagai investasi tidak terikat. (Osmad, 2012:147-149)
2. Landasan hukum Mudharabah
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat-ayat dan hadits berikut ini:
a. Al-Qur’an
يرِللَّهِٱ يرِ ضۡ وَ ي رِ ي وَو رُ وَ ضۡ وَ يرِ ضۡ وَ ضۡٱ ي رِ يوَو رُ رِ ضۡ وَ يوَو رُ وَا وَ وَ
Artinya:"
…
dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumimencari sebagian karunia Allah SWT…” (Al-
Muzzammil: 20)
b. Ijma
Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak
seorangpun mengingkari mereka.Karenanya, hal itu dipandang
sebagai ijma. (Zuhaily, 1989: 838)
c. Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam fatwa DSN
No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1April 2000 yang menyatakan
bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan
26
produk perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat
adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
nasabah penyimpan dengan baik. (DSN MUI&BI, 2006: 18-19)
3. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Mudharabah Muthlaqah
Penerapan mudharabah muthlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu:
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan
prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan
dana yang dihimpun.
Ketentuan umum:
1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dana atau
pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan
dari penyimpanan dana, yang dicantumkan dalam akad.
2) Untuk tabungan mudharabah bank dapat memberikan buku
tabungan sebagai bukti penyimpanan. Untuk deposito
mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda
27
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh
penabungan sesuatu dengan perjanjian yang disepakati, namun
tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.
4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang
diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama
seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan
perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.
5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan deposito
atau tabungan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan syariah.
Mudharabah muqayyadah pada dasarnya sama dengan
28
pada adanya pembatasan penggunaan modal sesuai dengan perm
intaan pemilik modal.
Dalam praktik perbankan jenis mudharabah jenis ini terbagi pula
menjadi dua jenis yaitu:
1) Mudharabah Muqayyadahon Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus dimana
pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus
dipenuhi oleh bank.
Karakteristik jenis simpanan ini meliputi:
(a) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus
diikuti oleh bank.
(b) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana
mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan.
(c) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti
simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari
rekening lain.
(d) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan
sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan.
2) Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran
danamudharabah langsung kepada pelaksana usahanya,
dimana bank bertindak sebagai perantara yang
29
usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat
tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari
kegiatan usah yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya.
Adapun karakteristik dari jenis mudharabah seperti
ini meliputi:
(a) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti
simpanan khusus.
(b) Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.
(c) Rekening khusus dicatat pada pos tersendiri dalam
rekening administrative.
(d) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara
langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik
dana.
(e) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan
kedua pihak.
(f) Antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku
30
4. Rukun dan syarat Mudharabah
a. Rukun mudharabah antara lain:
1) Ijab dan Qabul
Yang dimaksud dengan Ijab dan qabul adalah perkataan yang
diucapkan oleh pihak pertama yang menghendaki terjalinannya
akad mudharabah.Sedangkan Qabul ialah jawaban yang
mengandung persetujuan yang diucapkan oleh pihak kedua
yang mewakilinya.
2) Pemodal dan Pelaku usaha
Orang yang dibolehkan untuk menjalani akad mudharabah
31
baligh, berakal sehat, dan mampu membelanjakan hartanya
dengan baik dalam hal-hal yang berguna. (M. Arifin, 2009:
137-138)
3) Modal
Yang dimaksud dengan mdal adalah harta milik pihak pertama
kepada pihak kedua guna membiayai usaha yang dikerjakan
oleh pihak kedua. (M. Arifin, 2009: 141-14)
4) Usaha
Secara global akad mudharabah yang terjalin antara dua orang
atau lebih, dapat dibagi menjadi dua bagian, selaras dengan
perjanjian antara kedua belah pihak.
5) Keuntungan
Tujuan utama diadakan akad mudharabah adalah keuntungan,
sehingga kedua belah pihak terkait mendapatkan kemanfaatan
materi, pemodal diuntungkan karena dananya berkembang,
sebagaimana pengusaha beruntung, karena mendapatkan
bagian dari hasil. (M. Arifin, 2009: 149)
b. Syarat Mudharabah, antara lain:
1) Modal
a. Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya,
seandainya modal berbentuk barang maka barang tersebut
harus dihargakan dengan harga semasa dalam uang yang
32
b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
c. Modal harus diserahkan kepada mudharib, untuk
memungkinkannya melakukan usaha.
2) Keuntungan
a. Pembagain keuntungan harus dinyatakan dalam presentase
dari keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti.
b. Kesepakatan rasio presentase harus dicapai melalui
negoisasi dan dituangkan dalm kontrak.
c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah
mudharib mengembalikan seluruh (atau sebagian) modal
kepada rab al-mal.
3) Al –Musyarakah
Al-Musyarakah adalah kerja sama antara dua belah pihak
atau lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai
suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut, yang tidak harus
sama dengan penguasa modal masing-masing pihak. Dalam hal
terjadi kerugian, maka pembagian kerugian dilakukan sesuai
penguasa modal masing-masing. (warkum, 1997: 32-33)
5. Berakhirnya Akad Mudharabah
Mudharabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara sebagai
berikut:
33
b. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai
pengelola modal atau pengelola berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan tujuan akad.
c. Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia atau salah
seorang pemilik modal meninggal dunia, mudharabah menjadi
batal. (Hendi, 2010: 143)
6. Manfaat dan Risiko Mudharabah
a. Manfaat mudharabah antara lain:
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan
atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spreat.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan
nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yng
benar, halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan
yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan
34
pembiayaan atau nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.
b. Risiko Mudharabah antara lain:
Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah, terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi. Di antaranya:
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya
tidak jujur. (M. Syafi’i Antonio, 2001: 97-98). B. Deposito (Simpanan Mudharabah)
Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk
deposito.Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan)
bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib.Penerapan
mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian yang terdapat di
antara keduanya. Misalnya, seperti yang dikemukakan di atas bahwa akad
mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antra penyetoran dan
penarikan agar dana itu bisa diputarkan. Tenggang waku ini merupakan
salah satu sifat deposito, bahkan dalam deposito terdapat pengaturan
35
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah
minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan hasilnya lebih tinggi dari pada
tabungan.Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu
dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat
mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk penghimpun dana ini
bisaanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan dana, sehingga
selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah
satu sarana berinvestasi (Nurianto, 2010: 35).
1. Pengertian Deposito Mudharabah
Deposito adalah harta benda atau uang yang diberiakan ke
dalam pengusaha bank untuk pengamatan, investasi atau sebagai
agunan. Bila seseorang mendepositokan uang ke suatu bank, maka
uang tersebut merupakan harta milik bank dan hubungan antara bank
dengan orang tersebut sama dengan hubungan antara pihak utang
dengan pihak piutang. (Rivai, dkk, 1999: 122)
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan Bank. (http://rudyyalianto.wordpress.com)
Deposito menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik.
36
Deposito Mudharabah adalah bentuk simpanan oleh nasabah
kepada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka
waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, jenis penyimpan ini.
Kepada penyimpan dana diberikan hak untuk memperoleh laba Bank
sesuai dengan presentase yang diperjanjiakan, yang dihitung sesuai
dengan peranan dananya dalam pembentukan laba Bank.
Deposito Mudharabah adalah merupakan investasinya melalui
simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(jatuh tempo) dengan mendapat bagi hasil.
(Lubis, 2004: hlm. 61)
Deposito investasi Mudharabah adalah dana yang disimpan
nasabah hanya bisaa ditarik berdasarkan jangka waktu, yang telah
ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan
bersama. (Martono, 2004: hlm. 107)
Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga yang
diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya
dapat diakukan pada waktu menurut perjanjian antara penantara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan. (Rivai, 2007: 417)
2. Landasan hukum Deposito mudharabah
a) Dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
37
Depsoito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan
atau Unit Usaha Syariah.
b) Dewan Syariah Nasional dalam fatwa Nomor
03/DSN-MUI/IV/2000 menjelaskan tentang ketentuan umum deposito
berdasarkan akad mudharabah.
Dalam bank syariah, praktik deposito mudharabah dapat
dijelaskan dengan merujuk pada beberapa aspek berikut:
1) Deposito mudharabah merupakan kategori investasi, sehingga
disebut investment accounts bukan saving accounts
sebagaimana pada tabungan.
2) Dana deposito boleh diperdayakan pihak bank, dan deposan
akan mendapatkan “bagi hasil”.
3) Dana deposito pada prinsip dasarnya tidak boleh diambil
sesuai dengan permintaan deposan (off call), kecuali pada
tanggal telah disepakati. Akan tetapi jika deposan berkehendak
untuk tetap mengambil dana investasi pada tanggal yang tidak
sesuai perjanjian maka akan dikenakan “denda” sesuai dengan kebijakan bank.
38
5) Terdapat deposito bisaa, maksudnya jika tanggal waktu
deposito habis maka perjanjian akan habis pada tepat waktunya
dan tidak diperpanjang, dengan atau tidak pemberitahuan dari
deposan.
6) Automatic Roll Over merupakan model lain dari deposito
bisaa. Maksudnya jika tanggal waktu deposito habis,
sedangkan deposan tidak ada pemberitahuan maka secara
otomatis pihak bank akan memperpanjang waktu deposito.
7) Perjanjian atau akad mencantumkan shahibul maal yaitu
nasabah sebagai pihak pertama, mudharib yaitu bank sebagai
pihak kedua. (A. Dahlan, 2012: 150-152)
3. Jenis-jenis Deposito
Untuk mencairkan deposito yang dimiliki deposan dapat
menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito, dalam
prakteknya terdapat paling tiga jenis deposito, yaitu deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposito on call. Masing- masing
jenis deposito memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan
khususnya deposito berjangka diterbitkan pula dalam mata uang asing.
Berikut ini jenis-jenis simpanan deposito yang ada di Indonesia saat ini.
(kasmir, 2003: hlm. 62)
1. Deposito berjangka
Deposito berjangka (DB) merupakan deposito yang diterbitkan
39
berjangka bisaanya berfariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai
dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik
perseorangan maupun lembaga, artinya di dalam bilyet deposito
tercantum nama perorangan atau lembaga si pemilik deposito
berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka yang diterbitkan
dalam valuta asing, bisanya diterbitkan oleh Bank devisa.
Perhitungan, penerbitan umum. Penerbitan deposito berjangka
dalam valas bisanya diterbitkan dalam valas yang kuat, seperti US
dollar, Yen Jepang, DM Jerman atau mata uang yang kuat lainnya.
2. Sertifikat deposito
Sama seperti halnya deposito berjangka, sertifikat deposito
diterbitkan atas untuk dalam bentuk sertifikat serta dapat
diperjual-belikan atau dipindah-tangankan kepada pihak lain.
Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat
dilakukan di muka baik tunai disamping setiap bulan atau jatuh
tempo.Kemudian penerbiatan nilai sertifikatdeposito sudah dicetak
dalam berbagai nominal dan bisaanya dalam jumlah yang
bulat.Sehingga, nasabah dapat membeli dalam lembaran yang
bervariasi untuk jumlah yang diinginkan.
3. Depsosito on Call
Depsoito on Call (DOC) merupakan deposito digunakan untuk
deposan yang memiliki jumlah uang dalm jumlah uang yang besar
40
on Call memiliki jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama
kurang dari 1 bulan. DOC diterbitkan atas nama pencairan bunga
dilakukan pada saat pencairan deposito on Call. Namun,
sebelumnya sudah membriatahukan Bank penerbit bahwa yang
bersangkutan akan mencairkan DOC-nya. Besarnya bunga DOC
bisaanya dihitung perbulan dan untuk menentukan jumlah bunga
yang diberlakukan terlebih dahulu dilakukan negoisasi antara
nasabah dengan pihak bank.
4. Sifat-sifat Deposito
a) Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi
mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan jatuh tempo yang
mendapatkan bagi hasil.
b) Imbalan dibagi dalam bentuk berbagai pendapatan (revenue
sharring) atas penggunaan dana tersebut secara syariah dengan
proporsi pembagian, misalnya: 70:30, 70% untuk deposan dan 30%
untuk bank.
c) Deposito mudharabah berjangka berkisar antara 1, 3, 6, dan 12
bulan. (Parwiraatmadja, K. A., 1992: 20-21)
d) Perbedaan suku bunga atas deposito berjangaka 24 bulan, sejak
Januari 1978, didasarkan atas pertimbangan bahwa kepada para
41
karena menurut catatan 75% dari seluruh penabung adalah
penabung dengan nilai dibawah Rp 2,5 juta. (Pangestu, J.E. P.,
1984: 75)
5. Deposito dalam fatwa DSN MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000, menetapkan tentang:
Pertama : Deposito ada dua jenis:
1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang
berdasarkan perhitungan bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip
Mudharabah.
kedua : ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah:
1. Dalam transkasi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukana)
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
42
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.(Abdul Ghofur,
2007: 80)
C. Konsep Bagi hasil dalam Islam
Kegiatan utama dari sebuah lembaga keuangan adalah
penghimpunan dan penyaluran dana, dimana penyaluran dana hanya dapat
dilakukan apabila dana telah dihimpun, penghimpunan dana ini perlu
dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan
dengan penggunaan dana tersebut. bank maupun lembaga keuangan non
bank seperti BMT sendiri mempunyai empat alternative untuk
menghimpun dana guna kepentingan usahanya, yaitu: Dana sendiri, dan
dari masyarakat, dana pinjaman, dansumber dana lain.
Salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan
menyediakan produk simpanan deposito berjangka dengan sistem bagi
hasil. Simpanan deposito ini dimaksudkan untuk menghimpun dana dari
para nasabah dengan cara membuka rekening deposito. Selanjutnya dana
deposito tersebut akan dijadikan sebagai modal bagi BMT untuk
menjalankan usahanya. Dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari
43
istiqomah. Dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang
besar, baik untuk nasabah maupun BMT. Sehingga BMT dapat
memberikan bagi hasil kepada nasabah.
1. Pengertian Bagi hasil
Bagi hasil menurut tertimologi asing (inggris) dikenal dengan
profit sharing.Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai
laba. Secara definitive profit sharing diartikan:” Distribusi beberapa
bagian dari laba para pegawai dari suatu perusahaan.” Lanjut laba
dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai
tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun
sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.
(Muhammad, 2001: 18)
Dalam dunia perbankan Muhammad lebih lanjut menjelaskan
bahwa profit sharing (bagi hasil) adalah suatu sistem yang meliputi
tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal)
engan mengelola dana (mudharib). (Muhammad, 2000: 52)
Pembagian hasil usaha ini terjadi antara pihak bank (mudharib)
dengan penyimpan dana (shahibul maal), amupun antara bank dengan
nasabah penerima dana (pengusaha). Hasil usaha bank yang dibagikan
kepada nasabah penyimpan dana adalah laba usaha bank yang dihitung
selama priode tertentu. Sedangkan hasil usaha nasabah penerima dana