• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI

SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN

SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

TAMAM SYARIF

11110195

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id email : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelahdikoreksidandiperbaiki, makaskripsisaudara:

Nama : Tamam Syarif

NIM : 11110195

Fakultas : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN

KECAMATAN SURUH KABUPATEN

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id email : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tamam Syarif

NIM : 11110195

Fakultas : Tarbiyah

Program studi : PAI

(4)

KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN SANTRIWATI

PONDOK PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KABUPATEN

SEMARANG

TAHUN 2015

DISUSUN OLEH

NAMA TAMAM SYARIF

NIM 11110195

(5)

MOTTO























































(6)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan baik moril maupun materil;

2. Saudara-saudaraku (Mas Badarudin, Mak Sri, Mbak Siti Mudhaqiroh, Mas Sugiyanto, Mas Sofwan, Mbak Lichah, Mas Rohmat, Mbak Yani, Mbak Fidah, Mas Yidin, Mbak Tsuaibatul, Mas Dul, Mas Barrul, Mbak iin, Faticha, Nandy, Maghfur, dan segenap ponakanku semua yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, yang telah mendukungku dalam segala hal;

3. Bapak M Ghufron, M.Ag. yang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini;

4. Teman-teman (Ustadz Safarudin, Agus, Majid, Salis, Nova) yang selalu memberikan semangat dan dorongan;

5. Teman-teman HIMMATUTTAQWA (Himpunan Muda-Mudi Masjid Baituttaqwa) dan GEMMARS (Generasi Muda Mandiri RT Sepuluh) Krajan Kedugringin;

6. Teman-teman HAPE (Himpunan Anak PAI.E)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yangtelah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang revormasi sejati yaitu Nabiyullah Agung Muhammad SAW keluarga serta para sahabatnya yang membawa kebenaran dari zaman jahiliyyah hingga terang seperti saat ini. Yang akan kita nanti-nantikan syafaatnya besok di yaumil qiyamah. Amin.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang 2014/2015. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari kehendak Allah SWT, dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga 3. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd sebagai Ketua Studi Pendidikan Agama Islam 4. Bapak M. Ghufron, M.Ag yang telah memberikan bimbingan dan

(8)

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selsesai;

6. Ibudan Bapakku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita;

7. Saudara-Saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang telah membantu memeberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini;

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi agama, nusa dan bangsa, amin.

Salatiga, 16 Maret 2015

(9)

ABSTRAK

Syarif, Tamam. 2015. 11110195. NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN SURUH KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Ghufron, M.Ag.

Kata Kunci : Nilai Pendidikan Islam, Sedekah Desa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: sejarah sedekah desa kedungringin kecamatan suruh kabupaten semarang. Subyek penelitian, tokoh agama, tokoh masyarakat dan warga. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mengetahui data yang falid.Pendidikan merupakan organisasi, teknik dan upaya yang dipergunakan sebagai sarana untuk mentransfer nilai-nilai dan tradisi masyarakat dari tradisi terdahulu ke generasi yang akan datang, atau dari orang tua ke anaknya. Melalui pendidikan pulalah, peradaban umat manusia yang berkembang dikarenakan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sesuai pandangan dan misi masyarakat dalam kehidupanya.

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, peneliti mengamati secara langsung pada acara sedekah desa dan wawancara dengan tokoh masyarakat, dan tokoh agama juga warga.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

1. Nilai... ... 8

2. Pendidikan Islam... ... 9

3. Tradisi... ... 10

(11)

F. Metode Penelitian... 10

1. Jenis Penelitian... ... 10

2. Tempat Penelitian... ... 10

3. Subjek Penelitian... ... 11

4. Metode Pengumpulan Data... ... 11

5. Teknik Analisis Data... ... 14

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam ... 18

1. Pengertian Nilai... 18

2. Pendidikan Islam ... 20

3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam... 35

4. Ruang Lingkup Pendidkan Islam... .... 38

5. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam... 39

6. Metode Pendidikan Islam... ... 45

B. Tinjauan Tentang Tradisi Sedekah Desa ... 47

BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kedungringin... 53

1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 54

2. Pemeluk Agama ... 55

3. Pendidikan Masyarakat Desa Kedungringin ... 56

4. Sarana... .... 57

B. Upacara Sedekah Desa……….. ... 58

(12)

1. Bersih Lingkungan... 63 2. Doa Bersama... 63 3. Hiburan Pagelaran Wayang... 63 BAB IV PEMBAHASAN

A. Sejarah Tradisi Sedekah Desa ... 69 B. Prosesi Tradisi Sedekah Desa ... 69 C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ... 71 BAB V PENUTUP

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 54

Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama ... 55

Tabel 3.3 Pendidikan Masyarakat Desa Kedungringin ... 56

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Pustaka... 81

Pedoman Wawancara... 82

Riwayat Hidup Penulis... 83

Surat Bukti Penelitian...84

Lembar Konsultasi... 85

Surat Keterangan Kegiatan... 86

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan organisasi, teknik dan upaya yang dipergunakan sebagai sarana untuk mentransfer nilai-nilai dan tradisi masyarakat dari tradisi terdahulu ke generasi yang akan datang, atau dari orang tua ke anaknya. Melalui pendidikan pulalah, peradaban umat manusia yang berkembang dikarenakan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sesuai pandangan dan misi masyarakat dalam kehidupanya.

(16)

Pendidikan dan pengajaran adalah sesuatu yang hidup dan dinamis, berkembang dalam masyarakat karena untuk mengabdi kepada kebudayaan dan peradabanya dan generasi muda untuk hidup di masyarakat, mengembangkanya untuk berangsur-angsur,rasional sesuai dengan kebutuhan dan filsafatnya dalam kehidupan (Hafid&Kastolani, 2009:8).

Kiyai dimasyarakat desa kedungringin ini mengadakan tradisi sedekah desa ini menggunakan dasar niat yaitu niat syukur atas rahmat, nikat iman, nikmat kesehatan, yang sampai saat ini masyarkat telah diberi umur panjang, kesehatan, aman desanya, tentram dan sejahtera, dari Allah SWT. Kiyai juga meluruskan aqidahnya atau keimananya bahwa segala sesuatu yang ada dibumi ini adalah milik Allah dan Allah lah yang patut disembah dan tempat untuk berdoa atau meminta.

Mengenalkan atau meluruskan akidah masyarakat Desa Kedugringin kepada Allah SWT. Bukan jin atau pohon-pohon besar tempat memintamu tapi hanya Allah Jallajalaluh tempat memintamu Allah Maha Agung. Sperti dalam Al-Qur‟an Allah berfirman:















Artinya Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

(17)

Selain itu upacara berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan solidoritas. Sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial, kultural dan religi. Dalam masyarakat agraris dapat dijumpai tradisi yang masih dilakukan dan dilestarikan oleh pedukungnya saat ini. Salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai saat ini ada tradisi dekahan desa. Tradisi ini dilaksanakan masyarakat sebagai wujud rasa syukuran adat Desa atas karunia Allah SWT berupa rizki, kesehatan dan ketentraman.

(18)

penyewaan tenda, konsumsi, dan untunk mengundang penyelenggaraan wayang.

Kemudain pada Hari Selasa Pukul 07:00 WIB seluruh warga dan masyarakat berkumpul bersama dilokasi utuk menyiapkan tempat pagelaran wayang yang akan diselenggarakan pada puncak acara pada siang dan malam harinya, biasanya sebelum menyiapkan tempat, menata berbagai keperluan dsb. Seluruh warga dan masyarakat menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh panitia.

Setelah selesai menikmati hidangan, warga dan masyarakat memanjatkan doa bersama dengan membaca Tahmid, Tahlil, Sholawat,dan doa sesudah Tahlil yang di khususkan untuk arwah dan para leluhur yang telah meninggal dunia, doa ini biasanya dipimpin oleh Kiyai yang dianggap paling sepoh dari segi umur dan dari segi keilmuanya. Setelah membaca doa bersama-sama seluruh warga dan masyarakat diminta untuk menikmati hidangan yang berupa Nasi Tumpeng/ambengan dan ingkung, ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat pedesaan apabila setelah selesai membaca tahlil dan doa biasanya ada makan bersama, ini adalah bentuk rasa terimakasih oleh panitia karena sudah mau hadir dan mau untuk mendoakan para sesepoh danleluhur yang sudah meninggal dunia. Kemudian setelah menikmati hidangan warga dan masyarakat membersihkan lapangan yang berukuran 20x25m bersama-sama dan menyiapkan keperluan dsb.

(19)

pada acara wayang ini biasanya warga mengajak keluarga untuk menyaksikan langsung dan mendengarkan suara dalang yang lincah memainkan wayang dan suara gendang dan alat musik tradisioal yang sangat khas suaranya untuk didengarkan, ada juga yang ingin membeli berbagai makanan dan kuliner baik anak-anak maupun orang dewasa sekalipun, adapun isi dari pada wayang ini adalah “mboyong Mbok Sri” maksutnya adalah boyong artinya menghilangkan

dan Sri artinya tikus, maka dapat dijelaskanyaitu menghilngkan tikus yang ada di sawah karena mayoritas penduduk desa kedungringin ini sebagian besar petani padi, karena banyak sekali pedagang-pedagang makanan yang datang dari luar daerah, ada juga pengunjung yang hanya ingin menyaksikan betapa ramainya pengunjung ia pun rela walaupun harus berdesak-desakan di lokasi pagelaran wayang tersebut hingga pukul 03:00 Wib dini hari.

Betapa pentingnya tradisi dan kebudayaan di indonesia lebih-lebih tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin ini, antusias warga dan seluruh elemen masyarakat bersatu padu bergotong royong untuk menunjukan kerukunan saling menghormati, menghargai dan bisa menunjukan eksistensi diri pada masyarakat di Desa Kedungringin ini, sebagaiwarga negara indonesia yang cinta tanah air maka sebaiknya kita wujudkan dengan menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi agar tetap terjaga dan tidak hilang sampai generasi ke generasi berikutnya.

(20)

sunan disini sangat banyak sekali, tetapi kalau wali hanya 9 yaitu wali songo, kalau wali disini adalah waliyullah atau kekasih Allah, Seperti dalam hadis ulama adalah warisan para Nabi, kalau sunan belum tentu wali tetapi kalau wali sudah pasti sunan, dahuluada salah satu yang pertama kali masuk didesa ini yaitu namanya Nyai Mboro, dan yang pertama kali menempati kuburan/Makam di Desa Kedungringin, masyarakat disini khususnya kiyai itu syukuran adat desa kemudian mengirim doa kepada yang pertama kali menempati makam di desa kedungringin yaitu Nyai Mboro, dengan menggunakan dasar Nabi Muhammad SAW, dahulu pernah berjalan ditengah perjalan beliau mendengarkan didalam kubur ada yang menangis kemudian Nabi membaca al ikhlas 3 kali dan kemudian menancapkan bunga, bertujuan untuk meringankan siksa kubur.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Maka peneliti mengajukan penelitian yang berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI

SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang?

(21)

3. Apa sajakah Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejara Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui prosesi Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

3. Untuk mengetahui Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pendidikan Islam terkait dengan strategi pendidikan Islam melalui kebudayaan.

2. Manfaat praktis

(22)

E.Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memahami pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut :

1. Nilai

a. Harga; kualitas; pada tingkat.

b. Sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai.Nilai pembentuk adalah nilai usaha pendidikan yang dapat mempertinggi pengetahuan, kemampuan,prestasi, dan pembentukan watak. Nilai Praktis Adalah Sesuatu yang dianggap bermanfaat dan berharga dalam praktek kehidupan sehari-hari.Nilai religius adalah sesuatu yang dianggap bermanfaat ditinjau dari segi keagamaan (Sastrapradja, 2010:339)

Nilai Harga, angka kepandaian, isi, kadar, mutu, sifat/hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan

Nilai agama Nilai-nilai yang berhubungan dengan aktivitas keagamaan, akhlak, sifat yang terpuji, Sikap yang sesuai dengan aturan agama, dan sebagainya.

(23)

Nilai ekstrinsik nilai karya sastra yang ditentukan oleh faktor-faktor di luar karya yakni faktor sejarah, sosial, psikologi, dll.Nilai estetika nilai yang berkaitan dengan keindahan perilaku, penampilan, gaya hidup, dan sebagainya. Nilai etika nilai yang berkaitan dengan sopan santun, kesusilaan, kesopanan ucapan, tingkah laku, cara berpakaian dan cara berhias.Nilai intrinsik nilai karya sastra yang ditentukan oleh karya sastra itu sendiri.Nilai kehidupan sifat-sifat atau hal-hal penting yang bermanfaat bagi kehidupan. Nilai moral nilai yang berkaitan dengan baik buruknya perilaku.Nilai pendidikan nilai yang berkaitan dengan tigkah laku dan sifat manusia yang terbentuk melalui proses. Nilai psikologi hal-hal yang berhubungan dengan kejiwaan. Nilai sosial hal-hal yang berhubungan dengan antara manusia dengan manusia atau berkaitan dengan kegiatan dengan kegiatan kemanusiaan, sosial dalam suatu masyarakat.

Nilai–nilai kehidupan pesan moral, agama, atau etika sosial yang disampaikan (Haryanta, 2012:178-179). Nilai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, nilai-nilai agama yang perlu kita indahkan (W.J.S. Poerwadarminta, 2006:677).

2. Pendidikan Islam

(24)

asy-Syaibani sebagai disitir oleh M. Arifin, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya (Roqib, 2009:17-18)

3.Tradisi

Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dsb) yang turun-temurun dari nenek moyang (W.J.S Poerwadarminta, 2006:1088)

4.Sedekah

Memberi kepada orang miskin dsb (berdasarkan cinta kasih kepada sesama manusia) memberi kepada fakir miskin (Poerwadarminta, 2006:883)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Lofland mengemukakan bahwa penelitian kualitatif ditandai dengan jenis-jenis pertanyaan yang diajukannya, yakni: apakah yang berlangsung disini? Bagaimanakah bentuk-bentuk fenomena ini?variasi apa yang kita temukan dalam fenomena ini? Lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara terinci. Secara lebih spesifik (Mulayana, 2010:149).

2.Tempat dan waktu penelitian

(25)

3.Subjek penelitian

Dalam penelitian ini dipilih yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat dan warga sebagai subjek penelitian atau 3 orang. Subjek yang telah dipilih tersebut diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

4.Metode Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergatung beberapa faktor.Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/ metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.

Wawancara (interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview giude (panduan wawancara) (Nazir, 2003:) interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan berdasarkan tujuan penelitian (Supriyanto &Mahfudz, 2010:199).

(26)

Observasi adalah pengamatan dan pencatan suatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarmudi, 2004:69), Observasi ini digunakan untuk memperoleh data, Keadaan dalam Tradisi Sedekah

Desa di Kedungringin.

Penelitimelakukanobservasisecaralangsungpadasaatacaratradisisedekahdes adanpuncakacarawayanganmelihatsuasanadankeadaandisekitar.

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006). Penelitimenggunakanalatuntukmengambilgambarsecaralangsungpadasaatb erdoabersama-samamaupunpuncakacarayaituwayangan.

Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (arikunto, 2002). Teknik ini digunakanuntuk mengambil data internal perusahan seperti sejarah perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi( Supriyanto & Mahfudz, 2010:199-200).

Selain wawancara dan dokumentasi juga menggunakan observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap proses/tahapan dalam pelaksanaan sedekah desa di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

(27)

peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan Guba (Rianse,2009) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap orientasi, exsplorasi, dan member check. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut:

1.Tahap Orientasi

Pada saat ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan tokoh Agama, tokoh masyarakat dan warga yang menjadi obyek penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian, serta memilih jumlah informasi awal yang memadai untuk memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyususn kerangka penelitian dan teori-teor. Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian.

2.Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu tokoh agama, kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun.

(28)

Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dan dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data.pengecekan data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap.Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data siswa yang melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

(29)

keputusan dan verifikasi. Analisis data dalam penilitian naturalistik kualitatif menurut rianse (2009:65) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya.

1.Reduksi Data

Tahap ini dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,pengamatan lapangan, dan dokumen hal-hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.

2.Display Data

(30)

3.Verifikasi

(31)

G. SistematikaPenulisanSkripsi

Sistematika penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan Subyek,Metode Pengumpulan Data, Metode, Analisis Data serta Sistematika Penulisan

BAB II: Kajian Pustaka

a. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Islam meliputi: Definisi Nilai dan Pendidikan Islam

b. Tinjauan tentang Sedekah Desa BAB III: Hasil Penelitianan

a. Gambaran umumDesa Kedungringin dan Keadaan Sosial Masyarakat.

b. Tradisi Sedekah Desa di Kedungringin BAB IV: Analisis Data,meliputi

a) Analisis data tentang tradisi sedekah desa dan nilai pendidikan islam dalam tradisi sedekah desa

b) Analisis data tentang tradisi sedekah desa serta pembahasan tradisi sedekah desa

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Nilai

Keindahan itu disebut nilai estetik, ia merupakan sejenis nilai, disamping jenis-jenis nilai lainya. Ada nilai sain dan teknologi, nilai etik, nilai ekonomi, nilai agama, nilai sosial, nilai politik dan lain-lain, di samping nilai estetik. Apa yang dikatakan nilai?

Sesuatu yang bernilai ialah sesuatu yang dihargai. Karena ia berharga, ia dikehendaki, dihasrati, disukai, diamalkan, dicita-citakan. Sesuatu yang tidak bernilai tidak dihargai, tidak dikehendaki, tidak disukai atau tidak diamalakan. Salah satu definisi nilai ialah: “Daya

yang dipercayai ada pada sesuatu benda untuk memuaskan hasrat manusia. Seseorang atau golongan tertarik kepadanya”

Sifat kepuasan menentukan sifat nilai. Kepuasan keindahan ditimbulkan oleh nilai estetik, kepuasan keindahan ditimbulkan oleh nilai estetik, kepuasan kebenaran dihasilkan oleh nilai sains dan falsafah, kepuasan peralatan oleh nilai teknologi, kepuasan kebendaan oleh nilai ekonomi dan lain-lain. Maka menyatakan suatu benda bernilai ialah karena alasan tertentu, misalnya alasan kebenaran, alasan peralatan, alasan ekonomi dan lain-lain.

(33)

bernilai itu ialah sains dan teknologi, pakaian barat, kesenian kontemporer. Definisi lain baik ditambahkan untuk memperlengkap gambaran pengertian, suatu benda bernilai, kalau ia berharga bagi kita. Tanda ia berharga ialah ia menimbulkan kepuasan dalam hati kita ketika mendapat nilai itu” (Madya, 1988:68) .

Ada bermacam sifat nilai

a. Nilai subjektif dan nilai objektif

nilai subjektif ialah nilai yang berkaitan dengan subjek, sedangkan nilai objektif berkaitan dengan objek, lepas daripada subjek. Misalnya, kapak batu (chopper) yang menurut palaean tropoogi dipergunakan oleh Homo Soloensis, secara objektif nilainya sama dengan batu b. yang berserakan disungai atau dijalan, tapi bagi ilmuan ia amat bernilai.

b. Nilai pribadi dan nilai sosial

Nilai pribadi berharga bagi individu, nilai sosial berharga bagi masyarakat.

c. Nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik;

(34)

Nilai positif dan nilai negatif

Benda bernilai positif mengandung nilai, benda yang bernilai negatif tidak mengandung nilai.(Madya, 1988:67-69)Nilai angka kepandaian; harga sesuatu yang diukur dengan uang; sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan (Saliman&Sudarsono, 1994:339) 2. Pendidikan Islam

Menurut bahwa pendidikan agama islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan islam. Istilah “Pendidikan Islam” dapat dipahami dalam

berbagai perspektif, yaitu:

1. Pendidikan menurut Islam atau pendidikan yang berdasarkan Islam, dan atau sistem pendidikan yang Islami . yakni pendidikan yang di pahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur‟an dan al-sunnah/hadis. Dalam pengertian ini pendidikan Islam

(35)

khasanah keilmuan ulama klasik; (3) pemikiran, teori danpraktik penyelenggaraanya mempertimbangkan situasi sosio-historis dan kultural masyarakat kontemporer,dan melepaskan diri dari pengalaman-pengalaman serta khasanah intelektual ulama klasik; (4) pemikiran,teori dan praktik penyelenggaraanya mempertimbangkan pengalaman dan khasanah intelektual Muslim klasik serta mencermati situasi sosio-historis dan kultural masyarakat kontemporer.

2. Pendidikankeislaman atau pendidikan agama islam, yakni upaya mendidik agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilai nya agar menjadi way of lifee (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini dapat berwujud: (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan/atau menumbuh kembangkan ajaran islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari; (2) segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya dan/atau tumbuh kembangnya ajaran islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.

(36)

Islam. Dalam arti proses bertumbuh kembangnya Islam dan umatnya, baik Islam sebagai agama, ajaran maupun sistem budaya dan peradaban, sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Sampai sekarang. Jadi, dalam pengertian yang ketigaini istilah “pendidikan

Islam” dapat dipahami sebagai proses pembudayaan dan pewarisan

ajaran agama, budaya dan peradaban umat islam dari generasi sepanjang sejarahnya (Muhaimin, 2003:6-8).

Pendidikan islam pada hakikatnya adalah proses perubahan menuju kearah yang positif dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalan Tuhan yang telah dilaksanakan sejak Zaman Nabi Muhammad SAW. Pendidikan Islam dalam konteks perubahan ke arah yang positif ini identik dengan kegiatan dakwah yang biasanya dipahami sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Sejak wahyu pertama diturunkan dengan program iqro‟ (membaca), pendidikan islam praktis telah lahir, berkembang, dan eksis dalam kehidupan umat Islam, yakni sebuah proses pendidikan yang melibatkan dan menghadirkan Tuhan. Membaca sebagai sebuah proses pendidikan dilakukan dengan menyebut nama Tuhan yang maha Menciptakan (Roqib,2009:18-19)

(37)

Manusia tidak puas dengan hanya apa yang terdapat dalam alam kebendaan. Manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu dengan kesadaran dan cita-citanya. Karena itu, ada enam nilai yang amat menentukan wawasan etik dan kepribadian manusia maupun masyarakat. Mengenai keenam nilai budaya, st. Takdir Alisjahbana mengatakan:Jika tujuan proses itu mengetahui alam sekitarnya yaitu menentukan dengan objektif identitas benda-benda dan kejadian-kejadian, kita menghadapi proses penilaian teori yang menuju kearah pengetahuan yang kita sebut nilai teori. Jika tujuanya adalah memakai atau menggunakan benda-benda dan kejadian-kejadian, kita menghadapi proses penilaian ekonomi, yang berlaku menurut logika efisiensi dan menuju kearah guna yang sebesar besarnya untuk hidup dan kesenagan hidup, yaitu nilai ekonomi atau kegunaan. Kombinasi antara nilai teori dan nilai ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek progresif dari kebudayaan (Simuh, 2003:2).

Jika dalam proses penilaian dunia sekitar dihadapi sebagai ekspresi dari pada rahasia dan kebesaran hidup dan alam semesta, kita menghadapi nilai agama,kekudusan, yang terhadapnya manusia merasa takzim, penuh tremendum et fecinans (kegemetaran dan ketakjuban). Jika yang dialami

(38)

Kita juga melihat sesama kita, yaitu dalam hubungan kekuasaan dan solidoritas. Dalam proses penilaian kuasa yang dituju kekuasaan, yaitu kita merasa puas jika orang lain mengikuti norma-norma dan nilai-nilai kita; pendeknya kita mempunyai otoritas dan kuasa atas mereka. Dengan proses penilaian solidoritas, kita tiba pada hubungan cinta,persahabatan, simpati dengan sesama manusia, yaitu kita menghargai mereka sebagai individu atau golongan dengan kemungkinan-kemungkinannya sendiri, dan kita puas jika dapat membantu dalam perkebangan kemungkinan-kemungkinan mereka.

(39)

Tiga nilai budaya, yaitu nilai agama, seni, dan solidoritas, berkaitan dengan rasa, yang menurut St. Takdir Alisjahbana bersendi pada perasaan, intuisi dan imajinasi. Budaya ekspresif umumnya berwatak konserfatif. Agama misalnya, jika tidak didukung oleh pemikiran yang rasional. Karena itu yang utama bagi kemajuan umat manusia adalah bagaimana cara mengembangkan budaya yang memiliki keserasian nilai progresif dan ekspresif. Hal ini hanya mungkin jika nilai agama dijadikan sendi utama dan didukung oleh nilai teori dan ekonomi (Simuh, 2003:1-3)

(40)

Istilah pendidikan dalam kontek islam pada umumnya mengacu kepada term al-tabiyah, al-ta‟dib, dan al-ta‟lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktik pendidikan islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta‟dib dan al-ta‟lim jarang sekali digunakan sejak awal pertumbuhan Pendidikan Islam.

Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tesendiri dari beberapa para ahli pendidikan Islam.

a. Istilah al-Tarbiyah

Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kta rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.(Nizar, 1997:25).

Dalam penjelasan lain kata al-tarbiyahberasal dari tiga kata yaitu : 1) rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh, dan berkembang



































(41)

berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).(syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:408).

2) rabiya-yarbu berarti menjadi besar.

3) rabba-yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.

Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al Fatihah/1:2















Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:1)

Alhamdu segala puji. memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

Rabb (tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang

(42)

benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.

Keduanya mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan istilah al-Tarbiyah. Sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah Pendidik Yang Maha Agung bagi seluruh alam semesta.

Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan. bahwa proses pendidikan islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaanya-Nya, termasuk

manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu : (1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh). (2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.(Nizar, 1997:26)

Penggunaan term al-tarbiyah untuk menunjukan makna pendidikan Islam dapat difahami dengan menunjuk firman Allah:

































(43)

Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S. Al Israa‟/17:24).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:284).

b. Istilah al-ta‟lim

istilah al-ta‟limtelah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal di banding dengan al-tarbiyah maupun al-ta‟dib. Rasyid Ridha, misalnya mengartikan al-ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada ayat ini;











































Artimya:Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 151).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:23).

Kalimat wa yu‟allimuhum al-kitab wa al-hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan aktivitas Rasulullah mengerjakan tilawah al-Quran kepada kaum muslimin. Menurut Abdul Fatah Jalal, apa

(44)

bisa membaca, melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (pensucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinkanya menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu, maka al-ta‟lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang lahiriyah akan

tetapi mencakup pengetahuann teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk perilaku.(Nizar, 1997:27)

Kecenderungan Abdul Fatah Jalal sebagaimana dikemukakan di atas, didasarkan pada argumentasi bahwa manusia pertama yang mendapat pengajaran langsung dari Allah adalah Nabi Adam a.s. Hal ini secara eksplisit disinyalir dalam Q.S. Al Baqarah 2:31.







































Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(Syamil Al-Quran Terjemah, 2007:6).

(45)

nilai lebih yang sama sekali tidak dimiliki para malaikat.(Nizar, 1997:28)

Dalam argumentasi yang agak berbeda, istilah al-ilmu (sepadan dengan al-ta‟lim) dalam Al-Quran tidak terbatas hanya berarti ilmu saja. Lebih jauh kata tersebut dapat diartikan ilmu dan amal. Hal ini didasarkan ayat berikut ini;





































Artinya:Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan

tempat kamu tinggalmu.”(Q.S.

Muhammad/47:19).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:508).

Kata ta‟lim (ketahuilah) pada ayat di atas memiliki makna sekedar mengetahui (ilmu) secara teoritis yang tidak memiliki pengaruh bagi jiwa, akan tetapi mengetahui yang membekas dalam jiwa dan ditampilkan dalam bentuk aktifitas (amaliah).(Nizar, 1997:29)

Dalam hal ini Allah berfirman :































(46)

Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang-binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun(Q.S.

Fathir/35:28).(Mujama‟ Al Malik Fahd Li Thiba‟at Al Mush-Haf, 2007:700)

Dalam konteks ini, makna kata ulama dalam ayat di atas adalah orang-orang yang mengetahui ajaran agama dan mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, fungsi ilmu pada dasarnya menuntut adanya amal. Tanpa amal, maka ilmu tidak akan berfungsi sebagai alat bagi manusia melaksanakan amanat-Nya sebagai khalifah fi al-ardh.

c. Istilah al-ta‟dib

Menurut al-Attas, Istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-ta‟dib. Konsep ini didasarkan pada hadis Nabi SAW:

بييدءات نسحاف بير نيبدا

(

يلع نع يركسعلا ها ور

)

Artinya:“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku”.(H.R. al-Askary dari Ali r.a).

Kata addabadalam hadis di atas dimaknai al-Attas “mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadis tersebut bisa dimaknai kepada “Tuhanku telah membuatku mengenali dan

(47)

segala sesuatu di dalam penciptaan, sehingga hal itu membimbingku ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian, serta –sebagai akibatnya- Ia telah membuat pendidikanku yang paling baik.

Berdasarkan batasan tersebut,maka al-ta‟dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.(Nizar,1997:30)

Lebih lanjut ia ungkapkan bahwa, penggunaan istilah tarbiyah terlalu luas untuk mengungkap hakikat dan operasinalisai pendidikan Islam. Sebab kata al-tarbiyah yang memiliki arti pengasuh, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya digunakan untuk manusia, tetapi juga digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau makhluk Allah lainya (Nizar, 1997:31). Oleh karenanya, penggunaan istilah al-tarbiyah tidak memiliki akar yang kuat dalam khazanah bahasa Arab. Timbulnya istilah ini dalam dunia Islam merupakan terjemahan dari bahasa Latin “educatio” atau

bahasa inggris “education”. Kedua kata tersebut dalam batasan

(48)

al-ta‟dib merupakan terma yang paling tepat dalam khazanah bahasa Arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran, dan pengasuh yang baik sehingga makna al-tarbiyah dan al-ta‟lim sudah tercakum dalam terma al-ta‟dib.

Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term di atas, secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasi pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah :

1) al-Syaibaniy ; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat (Nizar, 1997:31).

2) Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendifinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatanya (Nizar, 1997:32).

(49)

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya yang utama (insan kamil) (Nizar, 1997:32).

4) Ahmad Tafsir, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Nizar, 1997:32). Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah sesuatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupanya sesuai ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan darinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam yang diyakininya (Nizar,1997:32).

3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam

Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontineu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.

(50)

fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memunginkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.

Telaah liter di atas,dapat difahami bahwa, tugas pendidikan Islam-setidaknya-dapat dilihat dari tiga pendekatan, Ketiga pendidikan tersebut adalah ; pendidikan Islam sebagai pengembanganpotensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.

Sebagai pengembangan potensi, tugas pendidikan Islam adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupanya sehari-hari.

Sementara sebagai pewarisan budaya, tugas Pendidikan Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok-pokok budaya dari satu generasi kegenerasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas pendidikan Islam adalah sebagai proses transaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkunganya. Dengan proses ini peserta didik (manusia) akan dapat menciptakan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengubah atau memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkunganya (Nizar, 1997:33).

(51)

mungkin bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berari bahwa pendidikan Islam dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya, baik secara struktural maupun institusional.

Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisai yang mengatur proses jalannya pendidikan, baik pada dimensi vertikal maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang. Untuk itu, diperlukan kerja sama berbagai jalur dan jenis pendidikan mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.

Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu : (a) Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional. (b) Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimilki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis (Nizar, 1997:34)

4. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

(52)

seutuhnya, tidak hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan), ibadah (ritual), dan akhlak (norma-etika) saja, tetapi jauh lebih luas dan dalam dari pada semua itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai bidang: (1) keagamaan, (2) akidah dan amaliah, (3) akidah dan budi pekerti, dan (4) fisik biologis, eksak, mental psikis, dan kesehatan. Dari sisi akhlak, pendidikan Islam harus dikembangkan dengan didukung oleh ilmu-ilmu lain yang terkait.

Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:

a. Setiap proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan perkembangan berdasarkan ruh ajaran islam.

b. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental, perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).

c. keseimbangan antara pendidikan jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan pikir-dzikir, ilmiah-amaliah, materiil-spiritual, individual-sosial dan dunia akhirat.

d. Realisai dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai hamba Allah („adullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan fungsi kekhalifahan sebagai khalifah Allah (khalifatullah) yang diberitugas untuk menguasai, memelihara,

(53)

5. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Persoalan pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup dan kehidupan manusia yang senantia satelah terproses dan berkembang dalam kehidupanya. Di antara persoalan pendidikan yang cukup penting dan mendasar adalah mengenai cita pendidikan. Tanpa adanya perumusan tujuan pendidikan yang baik, maka perbuatan mendidik menjadi tidak jelas, tanpa arah dan bahkan tersesat. Sebagaimana diketahui, bahwa suatu usaha tanpa tujuan tidak akan berarti apa-apa (Aziz, 2009:37).

sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasn kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan ke kuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Quran dan Sunnah Rasulullah (hadis).

(54)

dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al-Quran tidak ada keraguan padanya.

















Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Q.S. Al Baqarah/2:2).(Syamil Al-Quran Terjemah, 2007:2)

Ia tetap terpelihara kebenaran dan kesucianya























Artinya:Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang

Maha besar lagi Maha tinggi..(Q.S. Ar Ra‟d/15:9).(Syamil Al-Qur‟an

Terjemah, 2007:250).

Baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,perbuatan, serta ketetapanya. Keperibadian Rasul sebagai uswatunal-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (Nizar, 1997:35).























(55)

dan Dia banyak menyebut Allah(Q.S. Al Ahzab/33:21).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:420).

Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh Allah SWT (Q.S. An Najm/53:3-4).

















Artinya: Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:526).

Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul SAW mempuanyai dua fungsi, yaitu : (1) menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya. (2) menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perilakunya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.

Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa‟id Ismail Ali

sebagaimana dikutip Langgulung terdiri atas 6 macam, yaitu ; Al-Quran, Sunnah, qaul al-shahabat, masalih al-mursalah, urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim. Seluruh rangkaian dasar tersebut secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan Islam.

(56)

a. Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal.

b. Sifat-sifat dasar manusia.

c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan. d. Dimensi-dimensi ideal Islam. Dalam aspek ini setidaknya ada 3

macam dimensi ideal Islam, yaitu ; (a) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi. (b) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik. (c) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirat al-hasanah).

Berdasarkan batasan di atas, para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan pendidikan Islam. Diantaranya al-Saebani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi Pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan ardh. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan

(57)

Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Quran meliputi ; (1) menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. (2) menjelaskan hubunganya sebagai makhluk sosial dan tanggungjawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (4) menjelaskan hubunganya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.

Konsepsi di atas secara global mengisyaratkan bahwa ada dua kematian yang perlu direalisasikan dalam praktek pendidikan Islam, yaitu dimensi dialektika horizontal dan dimensi ketundukan vertikal. Peda dimensi dialektika horizontal, pendidikan Islam hendaknya mampu mengembangkan relitas kehidupan, baik yang menyangkut dengan dirinya, masyarakat, maupun alam semesta beserta segala isinya. Sementara dalam dimensi ketundukan vertikal mengisyaratkan bahwa, pendidikan Islam selain sebagai alat untuk memelihara, memanfaatkan, dan melestarikan sumberdaya alami, juga kehendaknya menjadi jembatan untuk memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam upaya mencapai hubungan yang abadi dengan Khaliqnya.

Gambar

1.Tabel 3.1  Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
4.Tabel 3,4  Sarana Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyatakan bahwa ada perubahan pengetahuan produk dan proses pengambilan keputusan pembelian produk asuransi kecelakaan pribadi yang dimiliki oleh mahasiswa,

- guru lebih bersikap masa bodoh, lebih mementingkan kemampuan akademis -Kemampuan moral anak kurang, belum bisa mengucap dan menjawab salam -Anak belum dapat bersikap

Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan seleksi kepala sekolah dasar di Kecamatan Cilongok, mengetahui langkah-langkah

Tuhan membrikan sesuatu bukan karena apa yang kamu inginkan, tetapi Tuhan memberikan sesuatu padamu karena Dia tahu kamu membutuhkan itu.. Cobaan bukan yang kamu inginkan tetapi

Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya, yang telah memberikan ilmu yang tak akan ada nilainya hingga akhir hayat.. Nenekku, Isjah Sofiati, yang terus

Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upanya meningkatkan pembelajaran dan memperkaya kajian tentang peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja secara parsial terhadap. motivasi

Hasil belajar adalah suatu gambaran yang menjelaskan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dalam bentuk aspek pengetahuan dan keterampilan setelah mendapat