• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI TIGA LOKASI ALIRAN SUNGAI SUMBER KULUHAN JABUNG, KABUPATEN MAGETAN Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI TIGA LOKASI ALIRAN SUNGAI SUMBER KULUHAN JABUNG, KABUPATEN MAGETAN Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

RINGKASAN

KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI TIGA LOKASI ALIRAN SUNGAI SUMBER KULUHAN JABUNG, KABUPATEN MAGETAN

Prima Firstyananda

080610117

Departemen Biologi

Prima_nanda55@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian tentang “ Komposisi dan Keanekaragaman Makrozoobentos Di Tiga Lokasi Aliran Sungai Sumber Kuluhan Jabung, Kabupaten Magetan” telah dilaksanakan pada tanggal 20-25 Agustus 2011. Sampel diambil dari 7 stasiun penelitian dan dilakukan 5 pengambilan pada setiap stasiun. Lokasi sampling dipilih berdasarkan wilayah pemanfaatannya. Sampel diambil dengan menggunakan surber net kemudian diidentifikasi di Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya. Parameter fisikokimia perairan yang diukur yaitu kecepatan arus, Dissolved Oxygen (DO), suhu air, kedalaman sungai dan organik substrat. Dari hasil penelitian didapatkan komposisi substrat dasar perairan dari sumber mata air sampai daerah irigasi berupa krikil, granul, pasir dan lumpur. Pengukuran substrat dilakukan dengan menggunakan mesh. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan indeks kenekaragaman Shannon Weaner. Dari ketujuh stasiun penelitian nilai keanekaragaman makrozoobentos yang didapatkan ada perbedaan, nilai keanekaragaman dikategorikan rendah yakni 1,13−1,29 terdapat di stasiun penelitian II, III dan I sedangkan nilai keanekaragaman jenis makrozoobentos dikategorikan sangat rendah yakni 0,28−0,96 terdapat di stasiun penelitian V, IV, VI dan VII. Makrozoobentos yang mendominasi pada masing-masing stasiun penelitian adalah dari genus Elimia, Chironomus, Leptoxis dan Tubifex. Genus yang mendominasi pada Stasiun I adalah Tubifex. Genus yang mendominasi pada Stasiun II, IV, V, VI adalah Elimia . Genus yang mendominasi pada Stasiun VII adalah Leptoxis dan Genus yang mendominasi pada Stasiun III adalah Chironomus.

(2)

ABSTRACT

Research about “Composition and Diversity of Macrozoobentos in three research site in Kuluhan Jabung, Kabupaten Magetan” was performed in August 20-25.2012. Sample were collected from seven research site with five replications in each station. Research site is chosen based on it’s utilization to human actvities neraby. Collection of sample is done using surber net and taken to Biosystematic Laboratory of Airlangga University for identification. Measured physicochemical parameters of water flow velocity, Dissolved Oxygen (DO), water temperature, water depth, organic substrates. Analysis from the research it was discovered that substrate composition in spring water till irigation consist of, small spones, granules, sand and silt. Measurement of substrate size is done using mesh filter. Data from identification is later analyzed using Shannon-wiener of diversity. Of the seven research stations diversity values obtained makrozoobentos there are differences, diversity values are considered low at 1.13 to 1.29 at the research station II, III and I while the value of species diversity classified makrozoobentos very low at 0.28 to 0.96 contained in the research station V, IV, VI and VII. Makrozoobentos which dominate at each research station is of the genus Elimia, Chironomus, Leptoxis and Tubifex. Genus dominate at Station I is Tubifex. The genus that dominates at Station II, IV, V, VI are Elimia. Genus dominate at Station VII is Leptoxis and Genus dominate at Station III is Chironomus.

Keywords: Diversity, Makrozoobentos, sources of water and its flow, substrate composition, Mesh filter

Latar belakang masalah

Air tawar hanya menempati 3 % dari jumlah air dipermukaan bumi, yang sebagian besar tersimpan dalam bentuk bekuan berupa gletser dan es, atau terbenam dalam akuifer, sedangkan sebagian kecil terdapat dalam kolam, sungai, dan danau (Kimball, 1992). Walaupun hanya memiliki proporsi yang relatif kecil, namun manfaat air tawar sangat besar bagi kepentingan makhluk hidup khususnya manusia. Manusia memanfaatkan air tawar untuk

memenuhi kebutuhan akan sumber air bersih.

(3)

dari sungai Bengawan Solo. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan irigasi persawahan. Mayoritas penduduk desa Jabung adalah petani dan peternak.

Berkembangnya kegiatan penduduk di sekitar sub-DAS sumber Kuluhan, seperti bertambahnya pemukiman penduduk, kegiatan rumah tangga dan kegiatan pertanian dapat berpengaruh terhadap kualitas air karena limbah yang dihasilkan dibuang langsung ke sungai. Adanya masukkan bahan-bahan yang tak terlarut dari kegiatan penduduk di sekitar sumber Kuluhan dan alirannya sampai batas-batas tertentu tidak akan menurunkan kualitas air sungai. Apabila beban masukkan bahan-bahan terlarut tersebut melebihi kemampuan sungai untuk membersihkan sendiri maka akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan dan kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai tersebut.

Secara umum sungai didefinisikan sebagai tempat/wadah serta jaringan pengaliran dari mata air sampai muara (Anonim, 1999). Definisi tentang sungai yang lebih rinci antara lain sebagai berikut, (1) suatu daerah yang di dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus dan

(2) suatu daerah yang keadaan topografi dan tanaman atau keadaan lainnya mirip dengan suatu daerah yang di dalamnya terdapat air terus menerus tetapi tidak termasuk daerah yang hanya sementara saja terisi oleh air yang mengalir yang disebabkan oleh banjir atau peristiwa alam lainnya (Tominaga dan Sosrodarsono, 1987 dalam Setiarini, 2000).

Keberadaan hewan akuatik seperti hewan bentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam pemantauan kualitas air sungai secara kontinyu, karena hewan bentos dapat menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan tersebut. Dalam memantau kualitas air sungai secara biologi, idealnya melibatkan seluruh komunitas (full community) yang melibatkan seluruh taksa yang ada pada tingkat tropik (tropic lavel) yang berbeda, namun hal ini sangat sulit dilakukan sehingga dalam prakteknya digunakan kelompok tunggal (single group) seperti makroinvertebrata bentik (Hawkes, 1979 dalam Soegianto, 1990). Sedangkan penggunaan parameter fisika dan kimia hanya akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan interpretasi dan kisaran yang lebar (Verheyen, 1990 dalam Sastrawijaya, 2000).

(4)

dalam atau pada sedimen dasar perairan. Payne, (1989) dalam Sinaga, (2009) menyatakan bahwa makrozoobentos adalah hewan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan, baik sesil, merayap maupun menggali lubang. Berdasarkan cara hidupnya, bentos di bedakan atas 2 kelompok yaitu: infauna dan epifauna (Barnes dan Mann, 1994 dalam Sinaga, 2009). Infauna adalah kelompok makrozoobentos yang hidup terbenam di dalam lumpur (berada di dalam substrat), sedangkan epifauna adalah kelompok makrozoobentos yang menempel di permukaan dasar perairan (Hutchinson, 1993 dalam Sinaga, 2009).

Tujuan penelitian Tujuan penelitian adalah:

Mengetahui apakah terjadi perbedaan komposisi substrat dari daerah sumber mata air Kuluhan sampai daerah sungai irigasi di desa Jabung, Kabupaten Magetan.

Mengetahui apakah terjadi perubahan komposisi jenis spesies makrozoobentos dari daerah sumber mata air Kuluhan sampai daerah sungai irigasi di desa Jabung, Kabupaten Magetan.

Mengetahui jenis-jenis makrozoobentos dominan mulai daerah sumber mata air

Kuluhan sampai dengan aliran sungai irigasi di desa Jabung, Kabupaten Magetan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sumber mata air Kuluhan dan alirannya di Desa Jabung Kecamatan Panekkan Kabupaten Magetan. Sumber mata air Kuluhan terletak ± 1000 m dpl dan memiliki aliran dengan lebar rata-rata 4 m dan kedalaman rata-rata-rata-rata 50 cm. Proses identifikasi dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

Prosedur Pengambilan Sampel dan Analisis Hewan Makrozoobentos

(5)

Analisis Data

A. Kepadatan Absolut (KA)

Untuk perhitungan kepadatan absolut makrozoobentos, digunakan rumus (Michael, 1984 dalam Simamora, 2009)

B. Kepadatan Relatif (KR)

Untuk menggunakan kepadatan relatif makrozoobentos, digunakan rumus (Brower et. al, 1990 ) :

C. Frekuensi Kehadiran (FK)

Untuk menghitung frekuensi kehadiran suatu makrozoobentos, digunakan rumus (Krebs, 1985 dalam Simamora, 2009) :p

Dimana nilai FK (Frekuensi Kehadiran ): 0 – 25% = sangat jarang 26 – 50% = jarang 51 – 75% = sering

> 76% = sangat sering

D. Penghitungan indeks keanekaragaman

Penghitungan indeks keanekaragaman makrozoobentos menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Weaver, (1949) dalam Odum, (1993) yaitu:

Keterangan

H‟ = Indeks Keanekaragaman = jumlah individu ke-i

N = Jumlah total individu

E. Analisis komunitas

Untuk mengetahui tingkat kesamaan komunitas antar dua stasiun penelitian, data makrozoobentos dianalisis menggunakan Indeks Sorensen (1948) dalam Odum (1993) yaitu:

F. Diagram cluster

Setelah melakukan analisis kesamaan komunitas kemudian dilanjutkan dengan average cluster methods (Brower et al, 1997 dalam Hariyanto dkk., 2008) dengan menggunakan rumus :

Dengan keterangan:

(6)

G. Penghitungan indeks dominansi Untuk melihat dominansi suatu organisme dalam komunitas digunakan rumus indeks dominansi Simpson (1949) dalam Odum (1993) yaitu:

Keterangan :

= Indeks dominansi

=

Jumlah individu N = Jumlah total individu

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Tingkat Keanekaragaman (H’) Makrozoobentos pada Masing-masing Stasiun Penelitian

Berdasarkan analisis data, didapatkan nilai keanekaragaman (H‟) makrozoobentos yang didapatkan pada ketujuh stasiun penelitian berkisar antara 0,28−1,29. Indeks keanekaragaman (H‟) tertinggi terdapat pada stasiun I (sumber mata air Kuluhan) yakni sebesar 1,29 dan dapat di kategorikan “rendah”. Sangat rendahnya indeks keanekaragaman ini disebabkan adanya penyebaran jumlah dari beberapa individu pada tiap spesies yang tidak merata. Odum (1993), menyatakan kenekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya

tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. indeks kenekaragaman jenis makrozoobentos tertera pada gambar 4.2 berikut ini :

Gambar 4.2. Indeks keanekaragaman makrozoobentos pada semua stasiun penelitian di Tiga Lokasi Aliran Sungai Sumber Kuluhan Jabung

(7)

memiliki indeks keanekaragaman yakni 1,16, stasiun IV dan V (daerah pemukiman penduduk 1 dan 2) tergolong kedalam kelompok perairan yang „tercemar berat‟ karena memiliki indeks keanekaragaman yakni 0,32dan 0,28, stasiun VI (di daerah persawahan 1) tergolong kedalam kelompok perairan yang „tercemar berat‟ karena memiliki indeks keanekaragaman yakni 0,90, stasiun VII (di daerah persawahan 2) tergolong kedalam kelompok perairan yang tercemar berat karena memiliki indeks keanekaragaman yakni 0,96.

Komposisi dan Indeks Dominansi Makrozoobentos Pada Tiap Stasiun Penelitian

Dalam penelitian kenekaragaman dan komposisi makrozoobentos yang berhasil di koleksi selama penelitian berjumlah 10 genus dari 7 stasiun penelitian. Pada stasiun I yang berhasil dikoleksi berjumlah 5 genus diantaranya yaitu Elimia (7), Chironomus (27), Tubifex (28), Lumbriculus (1) dan Limnodrilus (9). Genus yang mendominasi adalah Tubifex dengan indeks dominansi yakni 38,8%. Pada stasiun I Tubifex dapat hidup dan bekembang biak dengan baik karena tingginya bahan organik substrat di perairan ini sangat mendukung bagi kehidupan Tubifex. Pada stasiun II yang

berhasil dikoleksi berjumlah 5 genus diantaranya yaitu Elimia (115), Chironomus (13), Hidrobiosella (5), Tubifex (2), dan Limnodrilus (26). Genus yang mendominasi pada stasiun II yaitu Elimia dengan indeks dominansi sebesar 71,4%. Pada stasiun III yang berhasil dikoleksi berjumlah 6 genus diantaranya yaitu Elimia (30), leptoxis (2),

Heterocleon (8), Chironomus (49),

(8)

(45), leptoxis (67), Heterocleon (2), Chironomus (7) dan Paratya (1). Genus yang mendominasi pada stasiun VII yaitu leptoxis dengan indeks dominansi sebesar 54,9%. Gambar 4.4 merupakan hewan yang mendominasi dari tiap-tiap stasiun :

Elimia Chironomus

Leptoxis Tubifex Gambar 4.4 Makrozoobentos yang mendominasi di tiap-tiap stasiun penelitian

Komposisi Substrat Ditujuh Stasiun Penelitian

Hasil pengukuran tekstur substrat yang di peroleh dari tujuh stasiun penelitian yaitu berupa krikil, granul (butiran-butiran), pasir dan lumpur. Pada umumnya lokasi penelitian memiliki kandungan substrat krikil dan pasir, tetapi lebih dari 50% diseluruh stasiun penelitian mengandung krikil. Gambar 4.5 merupakan grafik hasil

dari pengukuran komposisi substrat yang dilakukan di tujuh stasiun yang berbeda:

Gambar 4.5 Grafik hasil dari pengukuran komposisi substrat yang dilakukan di tujuh stasiun penelitian

(9)

kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (75,10%), granul (9,10%), pasir (7,30%), dan lumpur (3%). Substrat yang mendominasi pada stasiun III adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun III adalah Chironomus. Pada stasiun IV memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (70,60%), granul (10,00%), pasir (8%), dan lumpur (3,10%). Substrat yang mendominasi pada stasiun IV adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun IV adalah Elimia. Pada stasiun V memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (94,70%), granul (5,20%), pasir (3.40%), dan lumpur (3,40%). Substrat yang mendominasi pada stasiun V adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun V adalah Elimia. Pada stasiun VI memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (54,20%), granul (21,90%), pasir (19,10%), dan lumpur (9,60%). Substrat yang mendominasi pada stasiun VI adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun VI adalah Elimia. Pada stasiun VII memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (52,80%), granul (13,30%), pasir (19,10%), dan lumpur (13,30%). Substrat yang mendominasi pada stasiun VII adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun VII adalah leptoxis.

Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:

(10)

2. Analisis data keanekaragaman makrozoobentos menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Weaner. Dari ketujuh stasiun penelitian nilai keanekaragaman makrozoobentos yang didapat, menunjukkan adanya perbedaan keanekaragaman. Nilai kenekaragaman makrozoobentos dikategorikan “rendah” yakni 1,13−1,29 terdapat di stasiun penelitian II, III dan I sedangkan nilai keanekaragaman jenis makrozoobentos dikategorikan “sangat rendah” yakni 0,28−0,96 terdapat di stasiun penelitian V, IV, VI dan VII.

3. Makrozoobentos yang berhasil di koleksi selama penelitian berjumlah 10 genus dari 7 stasiun penelitian. Makrozoobentos yang mendominasi di masing-masing stasiun penelitian adalah dari genus Elimia, Chironomus,dan Tubifex. Genus yang mendominasi pada Stasiun I adalah Tubifex. Genus yang mendominasi pada Stasiun II, IV, V, VI dan VII adalah Elimia . Genus yang mendominasi pada Stasiun III adalah Chironomus.

Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlunya dilakukan pemantauan pada musim hujan dan kemarau sehingga dapat dipantau kualitas air sepanjang tahun. 2. Perlunya dilakukan penelitian dengan

jumlah stasiun penelitian yang lebih banyak mengingat luasnya sistem mata air Kuluhan dan Jabung.

(11)

Ket:

Stasiun 1 : Sumber Kuluhan Stasiun 4 : Pemukiman penduduk I Stasiun 7 : Area persawahan II

Stasiun 2 : Pemandian umum Stasiun 5 : Pemukiman penduduk II

Stasiun 3 : Area luar pemandian Satsiun 6 : Area persawahan I

1

2

3

4

5

6

(12)

LAMPIRAN 3

Lokasi pengambilan makrozoobentos dan sampel substrat

Stasiun I

(13)

Stasiun III

Stasiun IV

(14)

Stasiun VI

(15)

LAMPIRAN 4

Keberadaan jenis-jenis makrozoobentos di tujuh stasiun penelitian

A. Stasiun 1

B. Stasiun 2

No Genus Stasiun 1 (Jumlah)

1 2 3 4 5

1 Elimia 6 0 1 0 0 7

2 Leptoxis 0 0 0 0 0 0

3 Stoliczia 0 0 0 0 0 0

4 Paratya 0 0 0 0 0 0

5 Heterocleon 0 0 0 0 0 0

6 Chironomus 1 2 17 6 1 27

7 Hidrobiosella 0 0 0 0 0 0

8 Tubifex 7 6 0 15 0 28

9 Lumbriculus 0 0 0 0 1 1

10 Limnodrilus 0 0 0 8 1 9

∑(Jumlah takson) 72

No Genus 1 2 Stasiun 2 3 4 5 (Jumlah)

1 Elimia 0 6 52 54 3 115

2 Leptoxis 0 0 0 0 0 0

3 Stoliczia 0 0 0 0 0 0

4 Paratya 0 0 0 0 0 0

5 Heterocleon 0 0 0 0 0 0

6 Chironomus 6 0 2 3 2 13

7 Hidrobiosella 0 0 2 3 0 5

8 Tubifex 0 0 0 1 1 2

9 Lumbriculus 0 0 0 0 0 0

10 Limnodrilus 9 0 8 4 5 26

(16)

C. Stasiun 3

D. stasiun 4

No Genus 1 2 Stasiun 3 3 4 5 (Jumlah)

1 Elimia 5 0 3 0 22 30

2 Leptoxis 1 0 0 0 1 2

3 Stoliczia 0 0 0 0 0 0

4 Paratya 0 0 0 0 0 0

5 Heterocleon 0 0 0 8 0 8

6 Chironomus 0 2 2 26 19 49

7 Hidrobiosella 0 0 0 1 0 1

8 Tubifex 0 0 0 0 0 0

9 Lumbriculus 0 0 0 0 0 0

10 Limnodrilus 0 0 1 0 2 3

∑ (Jumlah takson) 93

No Genus Stasiun 4 (Jumlah)

1 2 3 4 5

1 Elimia 9 118 36 22 63 248

2 Leptoxis 0 0 0 0 0 0

3 Stoliczia 0 1 0 0 0 1

4 Paratya 0 0 0 0 0 0

5 Heterocleon 0 0 0 0 0 0

6 Chironomus 0 0 0 0 0 0

7 Hidrobiosella 0 0 0 0 0 0

8 Tubifex 0 0 0 0 0 0

9 Lumbriculus 0 0 0 0 0 0

10 Limnodrilus 0 20 2 1 1 24

(17)

E. Stasiun 5

F. Stasiun 6

No Genus Stasiun 5 (Jumlah)

1 2 3 4 5

1 Elimia 2 2 3 1 3 11

2 Leptoxis 0 1 0 0 0 1

3 Stoliczia 0 0 0 0 0 0

4 Paratya 0 0 0 0 0 0

5 Heterocleon 0 0 0 0 0 0

6 Chironomus 0 0 0 0 0 0

7 Hidrobiosella 0 0 0 0 0 0

8 Tubifex 0 0 0 0 0 0

9 Lumbriculus 0 0 0 0 0 0

10 Limnodrilus 0 0 0 0 0 0

∑ (Jumlah takson) 12

No Genus 1 2 Stasiun 6 3 4 5 (Jumlah)

1 Elimia 0 4 14 15 19 52

2 Leptoxis 0 0 6 6 3 15

3 Stoliczia 0 1 0 0 0 1

4 Paratya 0 0 0 4 0 4

5 Heterocleon 0 0 0 1 0 1

6 Chironomus 0 0 0 0 0 0

7 Hidrobiosella 0 0 0 0 0 0

8 Tubifex 0 0 0 0 0 0

9 Lumbriculus 0 0 0 0 0 0

10 Limnodrilus 0 1 0 0 0 1

(18)

G. Stasiun 7

No Genus 1 2 Stasiun 7 3 4 5 (Jumlah)

1 Elimia 0 7 3 11 24 45

2 Leptoxis 5 3 5 5 49 67

3 Stoliczia 0 0 0 0 0 0

4 Paratya 0 0 1 0 0 1

5 Heterocleon 0 0 0 1 1 2

6 Chironomus 1 0 1 0 5 7

7 Hidrobiosella 0 0 0 0 0 0

8 Tubifex 0 0 0 0 0 0

9 Lumbriculus 0 0 0 0 0 0

10 Limnodrilus 0 0 0 0 0 0

(19)

LAMPIRAN 5

Indeks Dominasi (%) Makrozoobentos dalam tiap-tiap Stasiun

No Genus

Stasiun

1 2 3 4 5 6 7

∑/ind. dominan ∑/ind. Ind. dominan ∑/ind. Ind. dominan ∑/ind Ind. dominan ∑/ind Ind. dominan ∑/ind Ind. dominan ∑/ind Ind. dominan Ind.

1 Elimia 7 9.7% 115 71.4% 30 32.2% 248 90.8% 11 91.6% 52 70.2% 45 36.8%

2 Leptoxis 0 0 0 0 2 2.1% 0 0 1 8.3% 15 20.2% 67 54.9%

3 Stoliczia 0 0 0 0 0 0 1 0.3% 0 0 1 1.3% 0 0

4 Paratya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 5.4% 1 0.8%

5 Heterocleon 0 0 0 0 8 8.6% 0 0 0 0 1 1.3% 2 1.6%

6 Chironomus 27 37.5% 13 8.1% 49 52.6% 0 0 0 0 0 0 7 5.7%

7 Hidrobiosella 0 0 5 3.1% 1 1.1% 0 0 0 0 0 0 0 0

8 Tubifex 28 38.8% 2 1.2% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Lumbriculus 1 1.3% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Limnodrilus 9 12.5% 26 16.1% 3 3.2% 24 8.8% 0 0 1 1.3% 0 0

(20)

LAMPIRAN 6

Dokumentasi makrozoobentos

1

Filum : Molusca Kelas : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda Famili : Pleucaridae Genus : Elimia

6

Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili : Potamidae Genus : Stoliczia

2

Filum : Molusca Kelas : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda Famili : Pleucaridae Genus : Leptoxis

7

Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili : Atyidae Genus : Paratya

3

Filum : Arthropoda Kelas : Insekta

Ordo : Ephemeroptera Famili : Baetidae Genus : Heterocleon

6

(21)

4

Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Diptera

Famili : Chironomidae Genus : Chironomus

9

Filum : Annelida Kelas : Oligochaeta Ordo : Tubificida Famili : Tubificidae Genus : Tubifex

5

Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Trichoptera Famili : Philopotamidae Genus : Hidrobiosella

10

Gambar

Gambar 4.2.
Gambar 4.5  Grafik hasil dari pengukuran

Referensi

Dokumen terkait

Sawahlunto adalah kota tambang yang menikmati kejayaan akibat ekploitasi batubara oleh pemerintah kolonial Belanda yang dimulai 1880an.. Tetapi pada awal tahun 1930an hingga

Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi problematika tersebut yaitu sosialisasi Kurikulum 2013 yang lebih banyak, memanfaatkan forum diskusi (MGMP) untuk

Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak dijadikan sebagai studi kasus penelitian dengan asumsi bahwa kedua pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan dengan

“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Media Grafis dalam Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa pada Mata Pelajaran PKn kelas IV SDN Munggu

4.1.1.1. Etika dakwah; pesanten Darusy Syahadah menerapkan 3 etika dakwah sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Quran yaitu: 1) Bil ḥ ikmah; pembagian porsi materi

Secara operasional yang dimaksud dengan peran guru dalam meningkatkan prestasi non akademik melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMAN 1 Kedungwaru adalah

4 ADE TIKA TAZ'ZAHROH 1801035021 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Matematika.. 5 ADE TIKA TAZ'ZHAHROH 1801035021 Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

) Orang yang berada dalam masa keanggotaan asuransi pensiun dari negara-negara yang terikat Kesepakatan Penjumlahan Asuransi (per bulan Januari 2007,Jerman, Amerika dan