• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD NATSIR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD NATSIR SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

MOHAMMAD NATSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh

Mahfur

NIM 11105015

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

ii

(3)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

MOHAMMAD NATSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh

Mahfur

NIM 11105015

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(4)

Prof. Dr. H Mansur, M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOT A PLYIHIMIHM 1 ampiran : 3 (tiga) eks.

Hal Naskah Skripsi Saudara Mahfur

Kepada Yth.

Ketua STAIN SALATIGA Di tempat

A ssaiam u ulaikum Wr. Wb

Setelah dikoreksi dan diperbaiki. maka skripsi sau lara : Nama : Mahfur

NIM : 11105 015 Jurusan . Tarbiyah

Progam Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD N/> TSIR

Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara terseb it di atas dapat dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi pcrhatian

H as salam u aiaikum Wr Wb .

(5)

KEMENTRIAN A( AMA

SEKOI.AH TINGGI AGAMA ISL/ M NEGERI (SI AIN) SALATIGA

Jl T e n ta r a P e la ja r N o . 0 2 T e lp .3 2 3 7 0 6 ,; 23433 Kode Pos 50721

Website: www.stamsalatiga.ac.id E -m a il: adrinistrasig>stainsalatiga.ac.ic

PENGESAHAN KELULl! SAN

Skripsi saudara MAHFUR dergan Nomor Induk Mahasiswa 11105015 yang berjudul

KONSEP PEND1DIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD NATS IR.

Telah dimunaqosahkan dalam silang Panitia Ujian Tarbivah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari Selasa, 31 Jurusan Agustus 2010 M dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-svarat untuk memperoleh gelar Sa jana Pendidikan Islam

Salatiga,7 September 2010 NIP 19690110 199403 2 002 Pembimbing

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mahfiir

NIM : 111 05 015

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tubs ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tubs orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 12 Agustus 2010

Yang Menyatakan

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Dimananapun berada semua orang suka dan jadilah orang yang selalu bermanfaat

bagi orang lain, agama, bangsa dan Negara.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayahanda tercinta (Wastainu) dan Ibunda terkasih (Harni), adikku (Norie’)

dan semua keluarga di rumah

2. Almamaterku Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

3. Pengasuh Pondok Pesantren An Nida Salatiga K.H. Syamsudin serta segenap

pengurus dan Asatidz Ponpes dan TPQ, serta santri putra putri Pondok

Pesantren AnNida Salatiga

4. Semua rekan-rekan Pondok Pesantren An Nida

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada

Rosululloh saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga. Terselesainya skripsi ini tidaklah semata-mata hasil dari

jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait yang telah membantu

baik moril maupun spiritual, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga, beserta para staf-

stafnya yang telah menyediakan tempat serta fasilitas gedung kuliah yang nyaman

dan kondusif.

2. Bapak dosen pembimbng tercinta Prof. H. Mansur, M.Ag yang tulus, ikhlas dan

senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pemikiran, serta waktunya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

3. Ayahanda tercinta (Wastainu) dan Ibunda terkasih (Harni) yang selalu tulus dan

ikhlas mencurahkan segalanya demi penulis serta kakak-kakaku (Nur Ro’is,

Arfiatun, Istaufim, Imroati, Triyani) dan adiku (Norie’).

4. Almarhum Pengasuh Pondok Pesantren An Nida Drs K.H Ahmad Nuh Muslim

dan semoga Allah memberikan tempat terindah di alam keabadian.

5. Pengasuh Pondok Pesantren An Nida Salatiga K.H. Syamsudin dan segenap

dewan Asatidz Pondok Pesantren dan TPQ yang selalu memberi semangat dalam

menuntut ilmu.

6. Pengurus Pondok Pesantren An Nida yang telah memberikan perhatian lebih dan

fasilitas yang memadai kepada penulis.

7. Sahabat-sahabatku satu atap, senasib dan seperjuangan Salim, Jamal, Mas Bayu,

Bang Imam, Agus tio dan adik adik santriwan santriwati Pondok Pesantren An

Nida yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dek Norie’ yang senantiasa

memberikan semangat serta motivasi kepada penulis dan juga mbak sofi yang

bersedia meminjami printemya hingga terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang setimpal, baik di kehidupan

dunia maupun di kehidupan yang akan datang. Demikian kiranya, semoga tulisan ini

dapat bermanfaat dan menjadi wacana keilmuan barn bagi para pembaca.

Salatiga, 12 Agustus 2010

Penulis

(10)

ABSTRAK

Tujuan penelitian dalam skripsi ini ada tiga hal, yaitu : (1) Apa konsep

Mohammad Natsir tentang pendidikan Islam ?, (2) Apa landasan konsep pemikiran

Mohammad Natsir dalam pendidikan Islam ?, (3) Bagaimana relevansi pemikiran

Mohammad Natsir terhadap pemikiran pendidikan Islam di Indonesia saat ini ?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan

penelitian kepustakaan. Karena penelitian disini adalah kajian pustaka atau liteler,

maka penulis dalam mengkaji konsep pemikiran Mohammad Natsir dengan bantuan

buku-buku tulisan beliau sendiri maupun buku-buku tulisan orang lain yang

menceritakan tentang pemikiran pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Mohammad Natsir tentang

pendidikan Islam adalah: Pendidikan harus dapat membawa manusia mencapai tujuan

hidupnya, yaitu menghambakan diri kepada Allah, berakhlakul karimah dan

mendapat penghidupan yang layak di dunia. Sedangkan landasan pendidikan Islam

adalah mengenal tuhan, mentauhidkan tuhan dan tidak menyukutukan sedikitpun

Allah kepada siapapun.

Relevansi pemikiran Mohammad Natsir terhadap pendidikan di Indonesia

sekarang ini, terbukti dengan adanya sekolah-sekolah umum dan madrasah, bahkan

pesantren yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Begitu

juga dengan koordinasi antar sekolah-sekolah dengan diadakannya ujian Nasional

secara bersama-sama.

(11)

DAFTARISI

Sampul... ... ... i

Lembar Berlogo... ii

Judul... iii

Persetujuan Pcmbimbing... iv

Pengesahan Kelulusan ... v

Pemyataan Keaslian... vi

Motto dan Persembahan... vii

Kata Pengantar... viii

A bstrak... x

Daftar Is i... xi

BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah... 8

C. Rumusan M asalah... 9

D. Tujuan... 9

(12)

F. M eto d e Penelitian Skripsi 1 0

G. Sistematika Penulisan Skripsi... 14

BAB II : BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR... 16

H. Silsilah Mohammad N atsir... 16

I. Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir... 17

J. Karir Politik Mohammad Natsir... 20

K. Karya Ilmiah Mohammad N atsir... 23

L. Mohammad Natsir dan PERSIS (Persatuan Islam )... 24

M. Sumbangan Mohammad Natsir Dalam Dunia Pendidikan .. 26

BAB III : KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD NATSIR... 28

A. Peran Dan Fungsi Pendidikan Islam ... 28

B. Tujuan Pendidikan Islam ... 29

C. Landasan Pendidikan Islam ... 32

D. Pengembangan Pendidikan Islam ... 37

BAB IV : RELEVANSI PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI NDONESIA SEKARANG INI ... 50

A. Peran dan Fungsi Pendidikan Islam... 50

B. Tujuan Pendidikan Islam... 51

C. Landasan Pendidikan Islam ... 52

D. Pengembangan Pendidikan Islam ... 57

(13)

E. Kesimpulan... 62

F. S aran ... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak sckali buku-buku pcndidikan yang menerangkan tcntang

manfaat dan tujuan pcndidikan. Diantaranya yang terdapat dalam tujuan

pendidikan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Undang-undang

Republik Indonesia Norner 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang bunyinya sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

•n

membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat. berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan

menjadi warga ncgara yang demokratis serta bertanggnng jawab (Peratnran

Pemcrintah Republik Indonesia. 2005: 94).

Jika kita mclihat tentang tujuan pendidikan diatas. jika tugas

pendidikan selain mencerdaskan bangsa juga bar us hidup mandiri. Dapat kita

ketahui, jika banyak lulusan dari perguruan tinggi yang masih memenuhi

daftar pengangguran di Indonesia berarti pendidikan di Indonesia belum

sesuai dengan apa yang dicita-citakan bangsa kita. Apalagi bila kita lihat di

banyak media masa saat ini yang meliput tentang para aksi mahasiswa untuk

menyerukan aspirasinya kepada pemerintahan terkesan masih kurang sesuai BAB I

(15)

2

dengan Tujuan Pedidikan Nasional yang berkaitan dengan budi pekcrti. Di

tempat-tcmpat terjadinya demo sering terdapat kcjadian yang dapat

meresahkan masyarakat, diantaranva seperti peinblokiran jalan. membakar

ban bekas yang mengakibatkan pencemaran. dan mengganggu fasilitas umum.

Muhammad Natsir mengatakan, bahwa tak ada satu bangsa yang

terbelakang menjadi maju, melainkan sesudahnya mengadakan dan

mamperbaiki didikan anak-anak dan pemuda-pemuda mereka. Bangsa Jepang,

satu bangsa Timur yang sekarang jadi buah mulut orang seluruh dunia

lantaran majunya, masih akan terus tinggal dalam kegelapan sekiranya mereka

tidak mengatur pendidikan bangsa mereka; kalau sekiranya mereka tidak

membukakan pintu negerinya yang selama ini tertutup rapat, untuk orang-

orang pintar dan ah 1 i ilmu ncgeri lain yang akan memberi didikan dan ilmu

pengetahuan kepada pemuda-pemuda mereka disamping mengirim pemuda-

pemuda mereka keluar ncgeri mencari ilmu.(M. Natsir. 1954:77).

Jika kita ingin membandingkan pendidikan di Indonesia dengan

pendidikan di Eropa agaknya kurang begitu sesuai, dikarenakan secara

setruktur wilayah sudah sangat berbeda. Jika di Eropa dan Negara-nec ..ra

yang lain dapat dengan mudah mengontrol dan memberi bantuan kepada

sekolah-sekolah sampai pelosok desa, karena tempatnya yang memang mudah

dilalui. Berbeda dengan wilayah di Indonesia yang antara pulau satu dengan

pulau yang lainnya sangat jauh, sehingga menyulitkan pemerintah untuk

mengontrol dan memberikan bantuan untuk meningkatkan mutu pendidikan

(16)

3

bom atom biasa keluar dari masalah yang mereka hadapi mengapa bangsa

Indonesia tidak.

Bila kita mulai melirik Pendidikan Islam bukan menjadi wacana yang

barn bagi kalangan pemikir, pendidik dan dunia pendidikan sendiri bahwa

pendidikan Islam merupakan salah satu jawaban atas ketidakteraturan sistem

pendidikan yang ada pada dekade terakhir ini. Hampir di selurnli penjuru

Indonesia mulai menerapkan system pendidikan Islam dalam proses •»

pembelajaran dan pengajaran mereka. Maka bukan hal yang tabu jika orang-

orang non-Islam pun mulai melirik kekhasan dari pendidikan Islam.

Secara garis besar. pendidikan Islam memiliki ruang lingkup yang

luas. Disebutkan dalam beberapa poin, diantaranya adalah:

1. Setiap proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan perkembangan

berdasarkan ruh ajaran Islam.

2. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental, perasaan

(emosi). dan rohani (spiritual).

3. Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan. pikir-dzikir.

ilmiah-amaliah. material-spiritual, individual-sosial. dan dunia-akhirat.

■1. Realisasi dvvi lungsi manusia. vaitu peribadatan sebagai hamba Allah

( ‘Abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan

fungsi kekhalifahau sebagai khalifah Allah (khalifatullah) yang diberi

(17)

4

memakmurkan alam semesta (rahmatan lil ‘alamiri) (M Rokib, 2009:

22

).

Akan tetapi, rcalitas soasial yang dihadapi saat ini menempatkan

pendidikan Islam pada posisi yang dilematis. Seakan pendidikan Islam masih

terkungkung dalam hegemoni “determinisme-historis” dan “realisme-praktis”.

Di samping itu kejayaan di masa lampau serta kondisi sosial saat ini pun

makin membuat posisi pendidikan terombang-ambing, layaknya masih

mencari-cari jati diri yang mulai tergerus tuanya jaman. Seiring kemajuan di

bidang ilmu pcngetahuan dan teknologi serta gencamya arus modernisasi

mengakibatkan pendidikan Islam yang mau tak mau dihadapkan pada kondisi

yang serba materialis, sekularis, pluralis serta multikulturalis.

Selain pendidikan Islam terpuruk dalam kondisi yang dilematis seperti

itu, problematika dikotomi yang kerap d\-floor-kan dalam diskursus-diskursus

pendidikan pun belum mendapatkan porsi jawaban yang memuaskan. Secara

jelas, baik normatif maupun konseptual. Islam tidak memiliki ruang dikotomi

ilmu. Dalam beberapa pembahasan. dikotomi ilmu sebenarnya muneul

dikarenakan beberapa hal, diantaranya: Perkembangan pembidangan ilmu itu

sendiri, historis perkembangan umat Islam ketika mengalami kenuinduran dan

laktor internal kelermbagaan pendidikan Islam yang kurang mampu

melakukan upaya pembenahan dan pembaruanakibat kompleksnya

(18)

5

Diantara beberapa faktor tersebut tidak menjadi sebuah keniscayaan

ketika dari hal yang paling fundamental, pendidikan Islam melakuan recheck

recorrect serta reform terhadap hal-hal yang sekiranya mulai menjauh dari

dasar dan tujuan adanya pendidikan Islam itu sendiri. Dasar pendidikan Islam

sebagai aeuan pergerakan pendidikan Islam memiliki posisi yang pouting serta

sakml. Dasar-dasar pendidikan Islam tersebut berupa Al-Qur’an sebagai

sumber pendidikan Rasul, Sahabat serta sebagai sumber yang edul atif dan

As-Sunnah sebagai teladan pendidukan Islam.

Belajar pada sejarah bukan berarti silau akan kejayaan masa lalu.

Belajar suatu ilmu bukan berarti membatasi gerak ilmu itu sendiri. Maka dari

itu, perlu adanya analisis kritis dan komprehensif atas problem yang dihadapi

saat ini. Dengan belajar pada pengalaman dan ide-ide dari para tokoh pemikir,

pendidikan Islam harus mampu mengembalikan keunikannva sebagaimana

yang lelah Rasul 111lah ajarkan. Konsep pendidikan Qur'ani pun beberapa

waktu terakhir mulai genear dikembangkan dan terbukti membawa nilai lebih

bagi kemajuan dunia pendidikan Islam khususnva. Seruan it/ro' sebagaimana

yang tersurat dengan jelas dalam Al-Qur'an bukan tanpa maksud khusus dan

krusial diturunkan oleh Allah sebagai wahyu yang pertama. Budaya membaca

apapun, baik itu berupa teks atau ay at kauniyah sekalipun merupakan bahan

ajar yang harus kita jadikan sebagai sebuah sumber ilmu yang disediakan oleh

Allah. Akan tetapi, kcuyataan yang kita hadapi saat ini adalah budaya

(19)

6

Maka perlu dan harus bagi kita saat ini. dimulai dari diri sendiri dan

dari yang terkecil nntuk mengembalikan hasanah pendidikan Islam yang

berbasis Qur'an dan Sunnah guna memcetak generasi Ulul Albab yang

paripuma.

Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata “Islam”

dari kata “pendidikan”, karena selain sebagai predikat, Islam juga merupakan

satu subtansi dan subjek penting yang cukup komplek. Karenanya, untuk

memahami pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama missi

agama Islam yang diturunkan kepada umat manusia dari sisi pedagogis. Islam

sebagai ajaran yang datang dari Allah Sesungguhnya merefleksikan nilai-nilai

pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga

menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah memberikan

pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia. yang pencapaiannya

bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting untuk

m em bukajalan kehidunan manusia. (Musthofa Rahman, 2001:2).

Dalam bukunya Capita Selekia, Natsir mengatakan bahwa seringkali

pula kenyataan, ada yang mengganggap bahwa didikan Islam itu ialah didikan

Timur, dan didikan Barat ialah lawan dari didikan Islam. Boleh jadi, ini reaksi

terhadap didikan “kebaratan ” yang ada dinegeri kita, yang memang sebagian

dari akibat-akibatnya tidak mungkin kita menyetujuinya sebagai umat Islam.

(20)

7

kita katakana bahwa Islam anti-Barat dan pro-Timur, khususnya dalam

pendidikan?.

Muhammad Natsir adalah salah seorang tokoh yang dikenal sebagai

birokrat, politisi, dan juga sebagai dai temama. Muhammad Natsir pemah

menduduki jabatan sebagai wakil Rabithoh Alam Islam, serta menjadi ketua

Dewan Dakwah Isiamiyah Indonesia sejak tahun 1967 sampai wafatnya beliau

tahun 1993. Dalam organisasi inilah beliau mulai berkiprah dalam bidang

pendidikan, polotik dan dakwah. Perjuangan beliau dan kawan-kawannya

adalah ingin menghidupkan dan membangkitkan kembali ajaran Islam,

khususnya di Indonesia dari keterpumkan. sehingga tidak ketinggalan dalam

peradaban. Diantara jalan yang ditempuh Muhammad Natsir dan kawan-

kawannya adalah dengan mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan

umum tanpa memisahkan keduanya.

Muhammad Natsir adalah tokoh yang sangat berpengaruh di

Indonesia, yang pemah menduduki dua jabatan penting, yaitu sebagai menteri

penerangan dalam Kabinet Syahrir dan perdana menteri pertama pada masa

pemerintahan Soekarno. Sebagai politisi, beliau juga pemah menduduki

jabatan puncak partai Islam terbesar. yaitu Masyumi. dan menjadi ketua

Dewan Dakwah Isiamiyah Indonesia. (Thohir Luth. 1999:9).

Melihat begitu luasnya cakupan pengalaman Muhammad Natsir dan

beliau adalah salah satu pemikir pendidikan Islam di Indones:a yang tidak

memilah-milah antara pendidikan Islam dan pendidikan umum. Beliau

(21)

8

- itu dari Allah, maka tak berlebihan jika penulis mengangkat Skripsi dengan

tema “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MUHAMMAD

NATSIR”. Semoga mam^u memberikan kesegaran dalam dahaga kita akan

wacana tentang pendidikan, khususnya pendidikan Islam.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekaburan dalam

penafsiran judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata dan istilah

yang dipakai dalam judul skripsi ini agar dapat dipahami secara kongkrit

dan lebih oprasional. Adapun batasan istilah tersebut adalah :

1) Konsep

Konsep berarti “rancangan, ide atau pengertian diabstraksikan dari

peristiwa kongrit (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:

205)

2) Pendidikan Islam

Pendidikan Islam ialah: “Segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada

padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insun kamil)

sesuai dengan norma Islam.“(Achmadi.l992: 20)

Menurut Natsir, Pendidikan (didikan) ialah suatu pembinaan

jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempumaan dan

lengkapnva sifat-sifat kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya

(22)

lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya

(Mohammad Natsir, 1954: 73).

C.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai b erik u t:

1. Apa Konsep Mohammad Natsir tentang Pendidikan Islam ?

2. Apa landasan konsep Pemikiran Mohammad Natsir dalam Pendidikan

Islam?

3. Bagaimana Relevansi Pemikiran Mohammad Natsir terhadap

Pendidikan Islam di Indonesia saat ini?

D. Tujuan

Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan kegunaan, maka tujuan

penelitian ini ad alah :

1. Untuk mendeskripsikan konsep Mohammad Natsir tentang pendidikan

Islam.

2. Untuk mendeskripsikan landasan konsep pemikiran Mohammad Natsir

dalam Pendidikan Islam.

3. Memaparkan kesamaan dan perbedaan Konsep Pendidikan Islam

Muhammad Natsir dengan Konsep Pendidikan Islam HOS Tjokroaminito.

E.

Manfaat Penelitian

Penulis melakukan penelitian tentang Pemikiran Pendidikan Islam

Mohammad Natsir, agar kita mulai melirik kembali para ilmuan Islam di

(23)

Indonesia yang lebih mengetahui tentang kondisi dan situasi yang teijadi

di Indonesia dibanndingkan dengan para ilmuan-ilmuan luar yang sering

kita jumpai dalam buku-buku pendidikan.

Beliau bukan saja sebagai negarawan atau politisi yang

sebagaimana dikenal kebanakan orang, tetapi seorang pemikir pendidikan

yang sangat gigih dalam meluruskan pendidikan Islam agar sesuai dengan

ajaran Islam yang sesungguhnya. Meskipun begitu beliau juga sangat

mementingkan pendidikan umum.

Semoga dengan melihat kembali tokoh-tokoh Islam yang ada di

Indonesia dapat membangkitkan semangat para generasi muda untuk

meneruskan peijuangan Mohammad Natsir yang telah lebih dulu di

panggil yang maha kuasa.

Dengan banyaknya masalah sangat komplek yang teijadi di

Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya, bukan tidak

mungkin jika pendidikan Islam akan dilirik kembali seperti masa kejayaan

Islam yang lalu.

F. Metode Penelitian Skripsi

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan {Library

Research). Penelitian ini dilakukan dengan bertumpu pada data

(24)

adalah studi teks yang seluruh substansinya diolah secara filosofis dan

teoritis.(Noeng Muhajir, 1996: 158-159).

Karena penelitian disini sifatnya adalah kajian pustaka atau

literer, maka penulis dalam mengkaji Konsep Pemikiran Mohammad

Natsir dengan bantuan buku-buku, yang kami ambil dan tulisan beliau

dan juga tulisan orang lain yang menceritakan tentang kehidupan

maupun pemikiran Mohammad Natsir.

2. Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul tersebut kemudian dianalisis

dengan menggunakan metode sebagai b erik u t:

a. Metode Analisa Content atau isi. Analisis isi merupakan analisis

ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi (Noeng Muhadjir, 1992:

76). Menurut Burhan Bungin, analisis isi adalah teknik penelitian

untuk membuat inferensi-inferensi (proses penarikan kesimpulan

berdasarkan pertimbangan yang dibuat sebelumnya atau

pertimbangan umum; simpulan) yang dapat ditiru (Replicabel),

dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya (Burhan

Bungin, 2001: 172-173).

b. Metode Analisa Historis, dengan metode ini penulis bermaksud

untuk menggambarkan sejarah biografis Muhammad Natsir yang

meliputi riwayat hidup, pendidikan, karir politik, serta

karyakaryanya (Anton Bakker, 1990: 70).

(25)

c. Metode analisa deskriptif, yaitu suatu metode yang menguraikan

secara teratur seluruh konsepsi dari tokoh yang dibahas dengan

lengkap tetapi ketat (Sidarto, 1997: 100).

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dihimpun merupakan sumber tertulis yang secara

garis besar ada dua macaxn sumber yaitu:

a) Sumber Primer

Sumber primer disini adalah data yang penulis ambil dari

karya tulis asli dari tokoh yang dibahas dalam penulisan

sekripsi ini. Yang diantaranya adalah sebagai b erik u t:

a. Mohammad Natsir, 1954, Capita Selecta, Jakarta:

Bulan Bintang

b. Mohammad Natsir, 1947, Islam dan Aqal Merdeka,

Jakarta: Media D a’wah.

b) Sumber Sekunder

Diantaranya:

a. Muhammad Syafii Antonio. 2009, Muhammad Saw

The Super Leader Super Manager, Jakarta: ProLM

dan Tazkia Publishing.

b. Yusuf Abdullah Puar, 1978, Kenang-kenangan

(26)

c. Musthofa Rahman. 2001, Pendidikan Islam dalam

Perspektif al-Qur 'an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

d. Abudin Nata. 2005, Tokoh-Tokoh Pembaruan

Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja

Grafmdo Persada.

e. Thohir Luth. 1999, M. Natsir Dakwah dan

Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Press.

f. Ajip Rosyidi. 1990, M Natsir, sebuah Biografi,

Jakarta: Girimukti Pasaka, cet I,

g. Badiatul Roziqin. 2009 Badiatul Mukhlisin Junaidi

dan Abdul Munif, 101 Jejak Tokoh Islam,

Yogyakarta: e-Nusantara,

h. E S Anshari/ M A Rais/ Mohammad Natsir, (ed).

1988, Pak Natsir 80 Tahun: Pandangan dan

Penilaian Generasi Muda, Jakarta: Media D a’wah

i. Abibullah Djaini. 1996, Pemikiran dan Perjuangan

Mohammad Natsir, Jakarta: Pustaka Firdaus.

j. Mansur. 2004, Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan

Bangsa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

k. Dan referensi lainnya yang bersangkutan dengan

judul yang penulis angkat.

(27)

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab dengan

sistematika sebagai b erik u t:

BAB I : Pendahuluan

BAB II

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Penegasan

Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan M anfaat

Penelitian, Metode Penulisan Skripsi, Serta dilengkapi

dengan Sistematika penulisan skripsi untuk

mempermudah membaca alur pemikiran yang ada.

: Biografi Mohammad Natsir

Pada bab ini membahas tentang Silsilah Mohammad

Natsir, Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir, Karir

Politik Mohammad Natsir, Karya Ilmiah Mohammad

Natsir, Mohammad Natsir dan PERSIS (Persatuan

Islam) dan Sumbangan Mohammad Natsir Dalam

Dunia Pendidikan.

BAB III : Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Mohammad

Natsir

Pada bab ini penulis akan manyajikan mengenai

gambaran umum pemikiran Mohammad Natsir

tentang Pendidikan Islam. Yang meliputi (Peran dan

(28)

Landasan Pendidikan Islam yang meliputi (Pendidikan

Tauhid Sebagai Dasar Pendidikan Islam dan

Pendidikan Akhlak). Ideologi dan Pendekatan dalam

Pendidikan yang meliputi: (Adanya Koordinasi

Perguruan-perguruan Islam, Fungsi Bahasa Asing,

Sifat-Sifat Yang Hams Dimiliki Gum, Pendidikan

Yang Bersifat Integral).

BAB IV :Relevansi Pemikiran Mohammad Natsir terhadap

Pendidikan Islam di Indonesia

BAB V : Penutup

Bab terakhir dalam skripsi iniadalah penutup, berisi

kesimpulan dan saran-saran yang mungkin dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi yang

membutuhkan.

(29)

BAB II

BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR

A. Silsilab .Mohammad Natsir

Muhammad Natsir lahir di Jembatan Bemkir, Alalian Panjang,

Kabupnten Solok, Sumatra Barat, pada hari Jumat' 17 Jumadil Akhir 1326

Hijriah, bertepatan dengan 17 Juli 1908 Masehi. Ibimya bemaina Khadijah,

sedang ayahnya bemama Mohammad Idris Sutnn Snripndo. seorang pcgnwni

rendah yang pernah menjadi juru tlis pada kantor kontroler di Maninjau dan

sipir penjara di Sulawesi selatan (Ajib Rosyidi. 1990: 150

Mohammad Natsir dilahirkan di Kampung Jembatan, Baukia, Alahan,

Alahan Panjang. Minangkabau, pada tanggal 17 Juli 1908. Kampung

Jembatan terletak di balik Gunung Talang olok Profinsi Sumatra Barat.

Mohammad Natsir adalah putra ketiga Idris Sutan Sari Pado dan Khadijah.

Ayahnya adalah seorang pegawai bawahan. yakni sebagai juru tulis kontrolir

di masa pemerintahan Hindia Belanda. ( Badiatul Ro/iqin (dkk). 2009; 221)

Ketika pindali ke Bekeru, dia diajak oleh mamaknya Ibrahim pindah

kepadang. Mamaknya ymig biasa dikenal dengan nuikcik Ibrahim adalah

bekerja sebagai buruh harian disebuah pabrik kopi yang hanya mcmpcroleh

upah bebcrapa puluh sen sehari. Sehari-hari mereka hidup sangat sede.hana,

bahkan dalam urusan makanan hanya ketika hari raya saja atau peristiwa-

peristiwa penting saja. Sehingga dapat dikatakan bila sejak kecil Natsir sudah

(30)

17

Pada tanggal 20 Oktober 1934, M. Natsir melangsuiigkan

pemikahannya dengan Putri Nur Nahar, guru Taman Kanak-kanak Pendidikan

Islam. Pemikahan dilaksanakan dengan sederhana saja. Tamu-tamu makan di

langgar yang tcrletak di depan rumah tempat pemikahan dilangsungkan.

Pergaulan selama dua tahun sesama pengasuh Pendidikan Islam, menambah

perkenalan sebelumnya tatkala keduanya sama-sama aktif di JIB. telah

mengeratkan kedua insan yang sama-sama tulus mengabdikan hidupnya bagi

kemajuan umat Islam(Ajib Rosyidi, 1990: 177)

Natsir wafat pada tanggal 6 Februari 1993, bertepatan dengan tanggal

14 Sya’ban 1413 H, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam

usia 85 tahun. Berita wafatnya menjadi berita utama diberbagai media cetak

dan elektronik. Berbagai komentar muncul, baik dari kalangan kawan

seperjuangan maupun lawan politiknya. Ada yang bersifat pro terhadap

kepemimpinannya dan ada pula yang bersifat kontra. Mantan Perdana Mentcri

Jepang yang diwakili oleh Nakadjima. menyanipaikan beta sungkawa atas

kepergian M. Natsir dengan ungkapan. “ Berita wafatnya M. Natsir terasa

lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom di Hirosima(Thohir Luth. 1999: 28).

B. Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir

N«itsir perama kali masuk ke Sekolah Kelas II di Maninjau, yaitu

Sekolah Rakyat yang memakai bahasa pengantar bahasa Melayu. Disitu

Natsir duduk sampai kelas dua. Kemudian ketika ayahnya pindah ke Bekem,

(31)

18

HIS. Natsir gcmbirn sekali mcncritna tawaran itu. Dia pun akan meninggnlkan

Sekolah Rakyat untuk masuk HIS. Tetapi apa hendak dikata. HIS Padang

menolaknya sebagai murid. Menurut Natsir sendiri, karcna ayahnva hanya

pegawai kecil yang gajinya tak sampai F. 70 sebulan, padahal untuk diterima

di HIS mestilah anak pegawai negeri yang gajinya minimum F.70, atau anak

saudagar yang kaya raya. Untunglah pada waktu itu di Padang sudah berdiri

HIS Abadiyah, sebuah usaha swasta yang menyelenggarakan pendidikan bagi

anak-anak negeri. Natsir diterima disitu sebagai murid.

Natsir sekolah di HIS Adabiyah hanya lima bulan saja. Ayahnya yang

telah pindah keija ke Alahan Pajang. mengajak Natsir imtuk pindah karena

telah dibuka HIS pemerintah di Solok.

Karena jauhnya jarak Solok dan tempat Natsir sekolah, maka Natsir

dititipkan di rumah Pak Haji Musa, memiliki anak yang sekolah di HIS kolas

salu, scdang Natsir langsung masuk ke kelas dua. karena lowongan yang ada

cuma kelas dua. Akan tetapi Natsir diberi kesempatan untuk mencoba di kelas

dua selama beberapa hari. Temyata Natsir berhasil, sehingga diterima di

sekolah tersebut secara resmi.

Setelah menamatkan HIS di Padang, Natsir remaj i meneruskan

pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang pada

tahun 1923. Karena prestasinya, Natsir remaja dapat sekolah MULO gratis. la

mendapatkan beasiswa dari pemerintahan Belanda. (Badiatul Roziqin.

(32)

19

mulai bcrkenalan dengan organisasi kepemudaan, seperti Jong Surratra

(Pemuda Sumatra), Jong Islamieteten Bond(Perserikatan Pemuda Islam.

Beliau melanjutkan studinya di AMS (Algemeene Midel School) di

Bandung. Natsir remaja mengambil jurusan Sastra Barat Klasik.

Pendidikannya di AMS juga dibiyayai oleh Pemerintahan Belanda. Saat

study di AMS, Natsir remaja berkanalan dengan ustadz A. Hasan, Tokoh

PKRS1S (IVrsntuan Islam) garis koras, yang membimbing dirinya melakukan

studi tentang Islam. Dengan ustadz ini ia mengelola majalah "Pembela Islam”

sampai tahun 1932. Pendidikan AMS diselesaikan pada tahun 1930 saat

usianya 22 tahun. (Badiatul Roziqin, Badiatul Mukhlisin Junaidi dan Abdul

Munif, 2009: 222).

Meskipun Natsir melanjutkan pendidikannya di sekolah Belanda, yaitu

dari A.M.S. Bandung. Tetapi dalam hidupnya sehari-hari, hidup secara orang

santrilah yang banvak tertonjol. Kalau berbicara di hadapan umum. tidak

bersifat agitatif. menggeledek dan mengguntur. Tetapi dengarkanlah

ucapannva dengan tenang. kian lama kian mendalam dan tidak akan %

membosankan. Karena semua berisi dan terarah (Ajib Rosvidi. 1990: 194).

Diawali dari sejak beliau monamatkan sokolahnya di I IIS. Natsir

melanjutkan sckolahnya M U I.0 di Padang dan AMS di Bandung dengan

mengambil jurusan sastra Barat dengan mengandalkan beasiswa. Sehingga

bisa dikatakan bahwa Natsir adalah seorang anak yang cerdas.

Selain beliau mengikuti sekolah formal, beliau juga mengikuti kursus

(33)

2 0

Karena prestasinya yang gemilang, beliau juga pemah mendapatkan

tawaran beasiswa dari pemerintah Belanda untuk melanjutkan sekolahn.ya ke

Fakultas hokum Hukum Jakarta, Fakultasa Ekonomi Rotterdam Belanda,

namun Natsir remaja menolaknya. Natsir remaja lebih tertarik untuk teijun di

dunia Pendidikan dan melakukan pembenahan serta pembelaan kepada kaum

yang tertindas (Badiyatul Ro/iqin. dkk. 2009: 222).

C. Karir Politik Mohammad Natsir

Mohammad Natsir mulai aktif dibidang politik dengan melibatkan diri

sebagai anggota Persatuan Islam Indonesia (PII) cabang Bandung. Pada tahun

1940-1942, Natsir menjabat ketua PII, dan pada tahun 1942-1945, ia

merangkap jabatan sebagai Kepala Biro Pendidikan Kota Jakarta yang

merupakan Perguruan Tinggi Islam pertama yang berdiri paska kemerdekaan.

Karir politik Natsir pasca kemerdekaan diawali sebagai anggota

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). yang berlangsimg dari tahun 1945-

1946. Kemudiau menjadi Menteri 1'enerangan Republik Indonesia pada

cabinet Syahrir ke-1 dan ke-2 serta cabinet Hatta ke-1. Dari tahun 1949samoai

1958 ia diangkat menjadi ketua Masyumi, hingga partai ini dibubarkan.

Puncak karir Natsir dalam bidang politik terjadi ketika Natsir diangkat sebagai

Perdana Menteri Republik Indonesia (1950-1951). Dalam Pemilihan Umum

(Pemilu) 1955 Natsir terpelih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR), dan dari tahun 1956-1957, ia menjadi anggota Konstituante Republik

(34)

21

Sebagai pemimpin politik Islam. M Natsir tclah mcmbcrikan scluruh

tenaga dan fikirannya bagi kepentingan seluruh umat Islam di Indonesia pada

khususnya dan pada seluruh rakyat Indonesia pada lunumnya. Dengan

munculnya pemikiran untuk menyatukan masing-masing Negara bagian uniuK

bersatu kembali dalam Negara kesatuan RI. Yang telah dibicarakan terlebih

dahulu dalam Dewan Pimpinan Partai Masyumi.

Mosi Integral disampaikan M. Natsir dalam Sidang Dewan Perwakilan

RIS pada tanggal 3 April 1950. Dari mosi integral inilah kemudian lahir

proklamasi kedua yang dikumandangkan oleh Presiden Soekamo pada tanggal

17 Agustus 1950 di Istana Merdeka. Jakarta. Intinya, RI untuk kedua kalinya

diproklamasikan mcnjadi Negara kesatuan. Ini berarti pembubaran RIS dan

pembentukan cabinet barn. Dengan demikian, M. Natsir ditunjuk sebagai

pembentuk cabinet karena ia dengan Masyumi mempunyai konsepsi untuk

menyelamatkan Republik melalui konstitusi. Bahkan, menurut A.H. Nasution.

ide M. Natsir ini kemudian dijadikan doktrin ABRI, sebab ide itu sesuai

dengan doktrin tentara, yang tidak hanya bertempur, tetapi terus menggali

dukungan rakyat. Mosi integral merupakan debut politik M. Natsir yang amat

cemerlang yang sampai sekarang Indonesia menjadi satu dan kokoh. Yang

man a mosi ini dikenal dengan “Mosi Integral M. Natsir” (Thohir Lut, 1999:

48).

Natsir tidak digunakan lagi dalam peir.erintahan. bahkan partai

Masyumi yang dipimpinnya dibubarkan karena perbedan pandangan tcntang

(35)

2 2

sebagai dasar Negara. Pada puncak konflik aiitara keduanya, Natsir juga

melibatkan diri dalam gerakan opososi, Pemcrintahan Revolusioner Republik

Indonesia (PRRI) di Sumatra. Tokoh-tokoh ini menyatakan bahwa

pemerintahan Soekamo telah menyeleweng dari Undang-Undang Dasar 1945,

yang mengakibatkan Natsir dan kawan-kawannya ditangkap dan dimasukkan

kedalam penjara.

Kctika Pemerintahan Orde Baru muncul Natsir juga tidak diberikan

tempat untuk ikut memimpin negeri ini. Beliau tersingkir bukan karena

keraguan orang terhad:>p-kredibilitas dan kemampuannya. akan tetapi karena

masalah idiologi pula yang menyebabkan pemerintahan Orde Baru tidak

menginginkannya.

Dalam keadaan yang demikian Natsir meneruskan peijuangannya

dengan menggunakan media dakwah yang dibentuknya bersama (Jlama di

Jakarta, yaitu Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Sehingga

menyebabkan hubungan Natsir dengan Pemerintahan Orde Baru kurang

harmonis. Kritiknya yang tajam menyengat dan menunjuk langsung pada

persoalan-persoalan yang mendasar. tetap menjadi aktifitas rutinnya.

Keberaniannya mengoreksi Pemcrintahan Orde Baru dan ikut menandatangani

Pctisi 50 pada tanggal 5 Mei 1980, Menyebabkan M. Natsir dicekal ke luar

negeri tanpa melcwati proses pengadilan. Pencekalan ini pun terus

berlangsuiv: tanpa ada proses hukum yang jelas dari Pemerintahan Orde Bam.

dan ini berjalan hin^ga M.Natsir dipanggil ke hadirat Allah SWT (Thohir

(36)

23

Dikancah Intemasional M. Natsir pada tahun 1956, bersama Syekh

Maulana Abul A ’la al-Maududi (Lahore) dan Abu Hasan an-Nadawi

(Lucknow), M. Natsir memimpin sidang Muktamar Alam Aslamy di

Damaskus. la juga menjabat Wakil Persiden Kongres Islam Sedunia. la

mcncrima pcnghargaan intemasional berupa Bintang Penghargaan dari

Tunisia dan Yayasan Raja Faisal Arab Saudi (1980). Di dunia akadcmik, ia

menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Islam

Lebanon (1967) dalam bidang Sastra, dari Universitas Kebangsaan Malaysia

dan Universitas Saint Teknologi Malaysia (1991) dalam bidang pemikiran

Islam.

D. Karya Ilmiah Mohammad Natsir

Meski aktif di dunia politik beliau adalah seorang cendekiawan

Muslim yang sangat produklif menulis. Baginya menulis adalah cara yang

sangat cfcktif untuk berjuang menegakkan kebenaran. Tulisan-tulisan itu

banyak lerdapat di artikel-artikcl. majalah. dan juga buku yang terkumpul

lebih dari sembilan puluh buku.

Dalam salah satu laporannya. Yusuf Abdullah Puar menyebutkan ada

52 judul telah ditulis M. Natsir dalam berbagai kcsempatan sejak tahun 1930

(Yusuf Abdullah Puar, 1978: 4). Tidak jelas apa yang dimaksud dengan 52

judul tulisan M. Natsir tersebut, apakah itu judul yang telah dihimpun menjadi

buku atau judul artikel Iepas yang berada di berbagai media massa. Kalau

(37)

24

karena berbagai buku M. Natsir itu isinya berupa kumpulan artikel-artikel,

seperti Kapita Selekta I dan II dan sebagainya. Akan tetapi, jika judul tersebut

juga lermasuk tulisan Icpas M. Natsir, maenurut penults, lebih dari itu.(Thohir

I Aith. 1999:28).

Pada tahun 1936, lahirlah buku cultur Islam. yang ditulisnva bersama

Prof. C.p. W olf Kemal Schoemaker dalam bahasa Indonesia. Lalu

Mohammad als Projhet dan Q ur’an en Evangieli pada tahun 1929. Gauden

Regels uit den Quran, pada tahun 1932. Dan De Islamietische Vrouw en haar

Recht, ditulis pada tahun 1933. Pada tahun 1954, muncul karyanya Some

Obsrvations concerning the Role- o f Islam in National and International

Affair, yang mempakan bagian dari program Asia Tenggara Universitas

Cornell, Ithaca, AS. (Badiatul Roziqin, Badiatul Mukhlisin Junaidi dan Abdul

Munif, 2009: 224). _

E. Mohammad Natsir dan PERSIS (Persatuan Islam)

Dengan mengikuti organisasi Persatuan Islam (Persis) Natsir mulai

meniti karimya sebagai negarawan dan pejuang Islam. Dengan mendapatkan

bimbingan dari Ahamad Hasan, yaitu salah satu tokoh dari organisasi

Persatuan Islam yang sangat berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah,

sehingga tidak heran jik a Natsir mengikuti jejak beliau untuk menegakkan

syariat Islam dari yang beliau anggap penyimpangan, seperti kurofat, taqlid

(38)

25

Persisi didiriknn oleh Haji Zam Zam tanggal 12 September 1923 di

Bandung. Pendirian Persis ini sangat terlambat jika dibandingkan dengan

gerakan-gerakan modem Islam lainnya seperti Jam i’at Khoir (1905),

Persyarikatan Ulama (1911), Muhammadiyah (1912), Al-Irsyad (1913).

Memang, pada tahun 1913, di Bandung telah didirikan Sarekat Islam, namun

usaha pengikutnya dalam aktivitas keagamaan tidak tampak jelas, karena pada

umumnya mereka para saudagar. Dengan demikian kesadaran atas

keterlambatan ini merupakan salah satu pendorong untuk mendirikan

organisasi ini. Awal mula ide yang menjadi cikal bakalnya Persis ini adalah

dari diskusi-diskusi tidak resmi yang dilakukan oleh Haji Zam Zam yang

helaknngun iianti menjadi tokoh berdirinya Persis. Diskusi-diskusi tidak resmi

tersebut membahas bagaimana jawaban Islam terhadap masalah-masalah yang

sedang berkembang. Dengan menggunakan kesempatan berkenduri. para

jamaah yang dimotori oleh Haji Zam Zam itu mencoba menjawab masalah-

masalah khurafat, tahayul, b id ’ah dan taqlid, yang menurut pengamatannya

sedang merasuk jiw a dan alam pandangan masyarakat pada waktu itu, disksi

tersebut belum mendapat bentuk dan arah yang jelas sebagai organisasi

dakwah yang bisa digerakkan untuk kepentingan dakwah Islam. Organisasi ini

mendapat bentuk yang jelas setelah bergabungnya Ahmad Hasan dan M.

Natsir di dalamnya pada tahun 1927. Ketertarikan Muhammad Hasan dan M.

Natsir pada Persis tak lepas dari jasa atau ajakan temannya. Fahrudin al-

Khaeri, untuk menghadiri pengajian dan pengajaran yang dilakukan oleh

(39)

BAB III

KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MOHAMMAD NATSIR

A. Peran dan Fungsi Pendidikan Islam

Dalam hubungan ini paling kurang terdapat enam rumusan yang

dimajukan Natsir.

1. Pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk memimpin

dan membimbing agar manusia yang dikenakan sasaran

pendidikan tersebut dalam mencapai pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani secara sempuma.

2. Pendidikan harus diarahkan untuk menjadikan anak didik

memiliki sifat-sifat kemanusiaan dan mencapai akhlaq al-

Karimah yang sempuma.

3. Pendidikan hams berperan sebagai sarana untuk menghasilkan

manusia yang jujur dan benar (bukan pribadi yang hipokrit).

4. Pendidikan agar berperan membawa manusia agar dapat

mencapai tujuan hidupnya, yaitu menjadi hamba Allah SWT.

5. Pendidikan hams dapat menjadikan manusiayang dalam segala

perilaku atau interaksi vertikal maupun horisontal selalu

(40)

29

6. Pendidikan harus benar-benar mendorong sifat-sifat

kesempumaan dan bukan sebaliknya, yaitu menghilangkan dan

menyesatkan sifat-sifat kemanusiaan (Abudin Nata, 2005:81).

B. Tujuan Pendidikan Islam

• »

Sekiranya orang bertanya kepada pemimpin-pemimpin sekoiah agama

kiln, dari Sabang sampai nndeh. dari Balikpapan sampai Cilaca|p, dari kota-

kota yang besar samapi kedusun-dusun: “Apakah dasar dan cita-cita dari

pendidikan yang tuan berikan?”. maka sudah tentu akan mendapat jawaban.

pendek ataupun panjang, dapat disimpulkan dengan: " Dasar didikan kamia

ialah Tuhid, yang tersimpul dalam dua kalimah syahadat, Tauhid, yang

menjadi pokok dari kemerdekaan dan kekuatan ruhani, dasar dari kemajuan

dan kecerdasan manusia. Tujuan didikan kami adalah mendidik anak-anak

kami, agar sanggup memenuhi syarat-syarat penghidupan manusia sebagai

yang tersimpul dalam kalam Allah: “Wabtaghi fim a ata kallahud daral

akhirala, wa la tansa nashibaka rninad dun y a ”.... supaya anak-anak kami

dapat memenuhi kuajiban-kuajiban yang perlu pencapai tingkat “hamba

Allah”, yakni setinggi-tinggi derajat yang menjadi tujun bagi tiap-tiap

manusia menurut keyakinan Muslimin. sebagaimana yang terlukis dalam

firman Allali: “wa makholacjtul jinna m il insu ilia liya 'budun", Begitulah

jawaban yang akan kita dengar lebih kurang, disegenap perguruan-perguruan

(41)

30

Untuk lebih jelasnya dalam memaparkan tentang tujuan pendidikan

menurut Mohammad Natsir, kami terangkan sedikit mengenai didikan itu

sendiri. Menurut Natsir didikan ialah satu pimpinan jasmani de n rohani yang

menuju kepada kesempumaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dcngan

arti yang sesungguhnya. Pimpinan scinacam ini sekurangnya antara lain perlu

kepada kedua perkara:

1. Satu tujuan yang tertentu tempat mengarahkan didikan didikan.

2. Satu asas tempat mendasarkannya.

Kaitannya dalam menjelaskan tujuan pendidikan Islam, Natsir terlebih

dahulu menyarankan agar terlebih dahulu mengetahuai apakah kiranya yang

menjadi tujuan hidup kita di dunia?. Natsir mengutip dalamn al-Qur’an bahwa

manusia diciptakan oleh Allah tidak lain adalah untuk menyembah Allah

Menurut M.Natsir. tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah

mcrealisasikan idealitas Islam yang pada intinya adalah menghasilkan

manusia yang berperilaku islami. yaitu manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Allah sebagai sumher kekuasaan mutlak yang hams ditaati. Ketaatan

kepada Allah yang mutlak itu mangandung makna menyerahkan diri secara

total kepada Allah, menjadikan manusia menghambakan diri hanya kepada

Allah.

Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap ruhani dan

jasmaninya kepada Allah SWT untuk kemenangan dirinya dengan arti yang

(42)

31

diatas dunia. Dan itulah tujuan didikan yang hams kita berikan kepada anak-

anak kita kaum Muslimin.

Inilah “Islamietisch Paedagogische Ideaal” yang gemerlapan yang

hams mcmberi suara kepada tiap-tiap pendidik Muslimin dalam

mengemudikan perahu pendidikannya(Ajib Rosyidi, 1990: 175-176).

Selanjutnya Natsir mengatakan balnva apabila manusia telah

menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, berarti ia telah berada dalam

dimensi kehidupan yang menyejahterakan di dunia dan membahagiakan di

akhirat. Menumt Natsir, dalam menetapkan tujuan pendidikan Islam,

hendaknya mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang

terbaik dan sebagai kholifah di muka bumi (Abudin Nata, 2005: 82-83).

Dari rumusan-rumusan tersebut ada beberapa hal yang perlu

dikomentari. Pertama, M. Natsir menyebut pendidikan sebagai satu pimpinan

atau bimbingan agar manusia yang dididik itn dapat bertumbuh dan

berkembang jasmani dan rohani. KeJua. pendidikan itu diarahkan agar si

terdidik dapat mcmiliki kesempumaan sitst-silat kemanusiaan dalam arti

kesempurnaan akhlak karimah-nya. Ketiga, pendidikan tidak boleh

membentuk manusia yang dalam kehidupannya terkesan suka berpura-pura

dalam perilakunya untuk hipokrit. Keempat, tujuan pendidikan itu sama

dengan tujuan hidup, berarti para pendidik hams dapat membentuk peserta

didik menjadi manusia-manusia yang mengabdi kepada Tuhan dan mencari

keridhoan-Nya. Kelima, alumnus pendidikan hams dapat menjadi manusia

(43)

32

menjadi rahmat bagi sosania. Keenam, scgala informasi dalam pendidikan

yang bertujuan mcnyesatkan pcscrta didik. apalagi menghilangkan sitat-sitat

kemanusiaan mereka, harus dijauhkan (Thohir Luth, 1999: 95-96).

Landasan Pendidikan Islam

1. Tauhid Sebagai Dasar Pendidikan Islam

Semua umat manusia wajib bersyukur kepada Allah yang telah

memberikan nikmat yang paling berharga, yaitu kenikmatan yang

membedakan antara orang-orang Islam dengan orang-orang yang yang

tidak memiliki agama alias Ateis dan agama-agama lain selain Islam.

Yaitu hidayah yang telah diberikan Allah kepada kita semua. yang semoga

sampai kita keninggal dunia tetap dalam keadaan Islam, yang akhir dari

ucapan kila adalah dua kalimah syahadat amin.

Tidak akan selesai ketika akan mengajarkan tauhid kepada anak

perfikiran tentang takdir seseorang, dengan dalih bahwa ajarannya tentang

tauhid kepada anaknya jika nantinya Allah akan mentaqdirkan anak

tersebut mati dalam keadaan kafir. Meskipun tidak diajari Tauhid, jika

Allah berkehendak lain dan member hidayah kepada anak tersebut dan

mencabut nyawanya dalam keadaan telah mengucapkan dua kalimah

syahadat, maka anak itu juga akan masuk surga insyaAllah. Demikianlah

perkiraan kepada Allah bagi orang-orang yang hanya belajar agama secara

(44)

33

Sangat berbeda sekali dengan ajaran Allah dalarn alquran melalui

hikmah yang dicontohkan oleh Allah melalui Luqman, yang

memerintahkan kita untuk mendidik yang anak pertama kali adalah agar

anak tersebut jangan sekali-kali menyekutukan Allah.

Nabi Muhammad SAW telah menerangkan bahwa ketika anak

dilahirkan kedalm dunia, orangtuanyalah yang akan menjadikan mereka

agama Yahudi, Nasrani atau Majusi. Maka sangatlah penting bagi para

orangtua untuk sejak dini dalam mengajarkan anaknya tentang tauhid dan

hal-hal yang dapat mengeluarkan anak tersebut darinya yaitu berbuat

syirik atau menyekutukan Allah, yang bentuknya sangat banyak dan

bermacam-macam.

Mengenalkan Tuhan. mentauhidkan Tuhan, mempercayai dan

menyerahkan diri kepada Tuhan. tak dapat tidak harus menjadi dasar bagi

tiap-tiap pendidikan yang Lendak diberikan kepada generasi yang kita

latih, jikalau kita sebagai guru ataupun sebagai ibu bapa, betul-betul cinta

kepada anak-anak yang telah dipetaruhkan Allah kepada kita itu (M

Natsir, 1954: 142).

Ketika membahas tentang tauhid, Natsir sering kali mencontohkan

kepada kepada kita tentang seorang yang bemama Paul Ehrenfest. Dia

adalah seorang terpelajar, seorang intelektual, berasal dari keluarga yang

baik, dan beliau adalah seorang yang terkenal dengan budi pekertinva

yang baik, karena tidak pemah terder.gan melakukan pc kerjaan yang

(45)

34

kenapa sekarang ia melakukan suatu berbuatan yang lebih buas

dan ganas 1 sifatnya dari perbuatan seorang penjahat, membunuh anak

sendiri, dan setelah itu membunuh dirinya sendiri?.

Dari suatu snrat yang ditinggalkan untuk teman sejawatnya yang

paling rapat, yakni Prof. Kohnstamm itu nyatalah, bahwa perbuatan yang

menewaskan dua jiw a itu bukan suatu pekeijaan terburu nafsu, melrinkan

suatu perbuatan yang difikir lama, berasal dari suatu perjuangan ruhani

yang telah mendalam, yang tak dapat diselrsaikan dengan lautan ilmu

yang ada padanya itu(M Natsir, 1954: 140).

Pidato beliau pada rapat Persatuan Islam di Bogor. 17 juni 1934,

dengan judul “Idiologi Didikan Islam " maupun tulisan beliau di Pedoman

Masyarakat tiga tahun kemudian (1937). Dengan judul "Tauhid Se hagai

Dasar Didikan " dengan jelas dan gambling sekali menggariskan ideologi

pendidikan ummat Islam yang harus bertitik tolak dari dan berorientasi

kepada kata Tauhid, yang bersimpul dalam dua kalimah syahadah itu

(Abibullah Djaini, 1996: 100).

Pentingnya tauhid sebagai dasar pendidikan ini menurut Natsir

barhubungan erat dengan akhlak yang mulia. Tauhid dapat terlihat

manifestasinya pada kepribadian yang mulia seperti yang dirumuskan

dalam tujuan pendidikan. Yaitu pribadi yang memiliki keikhlasan.

kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas atau

(46)

35

Selain itu juga Natsir mengisahkan tentang kisah Ismail yang rela

disembelih oleh bapaknya sendiri kalau memang itu adalah perintah

Alllah. Sehinnga Allah menurunkan karnping untuk disembelih

menggantikan Ismail. Yang sering dilakukan umat Islam ketika hari raya

Idul Adha dan tiga hari setelahnya.

Pak Natsir menyarankan kepada kita bahwa landasan pendidikan

•»

bagi umat Islam sebagai butir dari berbagai butir dalam sistem pendidikan.

adalah Tauhid. Keyakinan akan keesaan Allahakan menempa ketangguhan

pribadi seseorang dalam melaksanakan tugas kemanusiaannya sebagai

hamba Allah. Maupun yang beribadah kepada-Nya sebagai makhluk

sosial, yang mampu melaksanakan kewajiban dengan penuh tanggung

jaw ab demi kepentingan masyarakat. Tauhid pada hakikatnya adalah

landasan seluruh aspek kehidupan manusia dalam melaksanakan ibadah

kepada Allah SWT (Abibullah Djaini, 1996: 89).

Hubungan manusia dan sesama makhluk dapat diadakan kapan

saja waktunya. Akan tetapi hubungan dengan Ilahi tidaklah boleh dinanti-

nantikan setelahnya besar atau berumur lanjut.

Maka berbahagialah scorang anak apabila ia tnempunyai seorang

bapa yang tabu mcnanamkan tauhid dalam sanubarinya sedari kecilnya.

Akan terpelihara ia dari malapetaka, karena senantiasa ada hubungan

kepada khulik yang menjadikannya, serta mengutamakan m u ’amalah

(47)

36

dipakai supaya mendapat keselamatan dan kebahagiaan hidup, lahir dan

batin(M Natsir, 1954: 143).

2. Pendidikan Akhlak

Akhlak adalah sikap yang terpuji yang harus dimiliki oleh seorang

guru. Kcmudian in memerintahkiui kepada murid-muridnya untuk

berakhlak baik. Ucapan yang baik. senyuman, dan raut rnuka yang berseri

dapat menghilangkan jarak yang membatasi antara seorang guru dengan

muridnya. Sikap kasih dan saying, serta kelapangan hati seorang pendidik

akan dapat menangani kebodohan seorang murid(Muhammad Syafii

Antoni, 2009: 201).

Sering kali kebanyakan orang meremehkan akan pentingnya

pendidikan akhlak, mereka beranggapan bahwa pendidikan akhlak cuma

berputar pada kesopanan saja. Padahal jika kita telusuri sangat bany«k

sekali cabang-cabang yang terdapat dalam pendidikan akhlak. bahkan

silking pcntingnyn nisulullah diutus keduuia tidnk lain adalah untuk

menyempumakan akhlak manusia.

Dalam agama islam pendidikan akhlak inengajarkan tentang

bekeija dengan giat, rajin, optimis, toleransi, tidak boleh curang dan

sebagainya. Jadi bias disimpilkan jika seseorang memiliki akhlak yang

baik maka anak juga memiliki kecerdasan yang baik pula

Pemah diadakan penelitian pada salah satu pendidikan dasar di

Negara liberal, tentang pendidikan yang diperoleh anak-anak didik di

(48)

37

pendidikan disana adalah. guru-guru lebih memperhatikan dan

mengutamakan anak didik mereka pandai dalam mengantre kclika

menyeberang daripada pandai dalam pelajaran matematika atau pelajaran

_ . goegrafi. Salah sat dari para guru mengatakan bahwa mengajari anak

untuk dapat mengantre dengan baik lebih sulit dibandingkan mengajari

anak untuk pandai dalam pelajaran matematika maupun geografi, untuk

mengajari anak belajar mengantre bias memerlukan waktu sampai lima

belas tahunan, akan tetapi anak dapat pandai dalam matematika ataupun

geografi cuma dengan belajar beberapa bulan saja.

1). Pcngcmbnngan Pendidikan Islam

1. Adanya koordinasi pcrguruan-perguruan Islam

Akibat tidak adanya koordinasi antara pcrguruan-perguruan Islam,

mengakibtakan banyak sekali murid-murid sekolah kita yang terlantar

pelajarannya, bilaman mereka terpaksa pindah dari satu tempat ketempat

yang lainnya.

Bukan kita tidak memberi pelajaran yang ba’k, akan tetapi kurang

memberi jaminan dan ketentraman hati kepada para wali murid, lantaran

sekolah-sekolah kurang menjaga hubungan yang rapat diantara pelajaran

satu sekolah dengan sekolah yang lainnya.

Jika dilihat dari dasar, tujuan pendidikan Islam pasti semua sama.

Yang membedakan antara sekolah satu dengan sekolah yang lainnya

(49)

38

Jangan kita lupakan, bahwa koordinasi itu bukan satu banjir besar

yang akan menghancurkan dan mengikis semua yang ada, dan mendirikan

suatu bangunan yang baru sama sekali. Koordinasi dalam kalangan

didikan itu tidaklah bisa disamakan dengan normalisasi dalam kalangan

tehnik dan industri. Lantaran yang menjadi bah an dalam kalangan didikan

bukanlah kayu, atau semen atau salah satu logam yang hendak ditetapkan

sama rata bcrapa panjang. lebar dan tebalnya. Melainkan manusia yang

hidup, yang mempunyai, disamping beberapa si fat-si fat yang umum,

bebcrapa si fat dan tabiat yang terkluisus pula. Si fat dan tabiat yang tak

dapat, dan memang tak bolah dibentuk dan dicetak seperti tanah liat ).~ig

dijadikan belanga dan batu-bata.

Kalau kita menoleh kekanan dan kekiri, akan kelihatanlah dinegeri

orang lain, seperti di Negeri Belanda umpamanya, bahwa sebagian besar

dari perguruan mereka dipegang oleh partikelir. Dari pelajaran rendah,

menengah dan sampai kepada universitasnya. Didirikan oleh bermacam-

macam golongan: Katolik, Protestan dengan bermacam-macam

mashabnya pula: Doopsgezinden, Adventisten, Pinkstergcmoente.

Calvinistcn dan lain-lainnya. Masing-masing memiliki si fat khusus. Akan

tetapi pandai dan mungkin mereka mempersatukan isi dan rencana

pelajaran. Pandai dan mungkin mereka mengadakan pada saat-saatnya

yang tertente satu “Algemeen Onderwivs Congres" dengan tidak

memandang mazhab agama dan parati politik.(Mohammad Natsir, 1954:

(50)

39

* Meskipun memang ada sifat-sifat terkhusus dari setiap sekolahan

tertentu, akan tetapi mengingat anak-anak didik maka perlu adanya

koordinasi antara sekolah satu dengan sekolah yang lainnya.

Natsir juga menghimbau akan pcntingnya koordinasi antara

sekolahan rendah. menengah dan universitas, agar peserta didik yang

kctika mcnamatkan sekolah mereka di nendidikan dasar dan akan

melanjutkan ke sekolah menengah akan teijadi kesinambungan. Begitu

pula mereka yang dari sekolah menengah yang akan melanjutkan ke

universitas Islam. Sehingga pendidikan yang didapat sejak sekolah dasar

samapi perguruan tinggi tidak akan teijadi adanya pengulangan dalam

pelajaran dan juga kurang bisa mengikutinya siswa ketika berada di suatu

perguruan tinggi, dikarenakan di sekolahnya dahulu belum diajarkan.

Cara ntemulai koordinasi yang pertama yaitu: perguruan tinggi

menawarkan beberapa syarat yang hams dipenuhi pleh kandidat student

yang akan diterima. Berdasar kepada tawaran itu, Perguruan Menengah

mengatur rencana pelajarannya yang sepadan dengan itu. Sesudah itu terns

pula menawarkan kepada Perguruan Rendah. syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh kandidat-kandidat murid Sekolah Menengah nantinya.

Dengan begitu rencana pelajaran segenap lapisan dapat tersusun

Cara yang kedua: Pemimpin-pemimpin Perguruan Rendah

memulai merancangkan satu rencana pelajaran yang sedapat-dapatnya

diturut oleh kalangan Sekolah-sekolah Rendah. Rancangan itu

(51)

40

setelahnya musyawarah itu menghasilkan satu buah yang tertentu, maka

dapatlah Perguruan Menengah mendasarkan rencana pelajaran-

pelajarannya atas rencana pelajaran Perguruan Rendah itu pula. Dan

seterusnya menjadi kewajiban pula bagi Perguruan Menengah menjadikan

kesempatan bagi murid-murid yang hendak menyambung pelajaran ke

Sekolah Tinggi(M Natsir, 1954: 110).

Sehingga Natsir bercita-cita imtuk membentuk semacam wadah

bersama bagi perguruan-perguruan Islam itu. yang mnamanyapun sudah

dia temukan. yaitu “Perikatan Perguruan-perguruan Muslim Indonesia"

disingkat menjadi “Permusi". Dia menganggap karangannva yang dimuat

dalam majalah Panji Islam itu sebagai seruan kepada perguruan-perguruan

Islam yang ada, yang-dim inta agar dikirimi majalah tersebut supaya

mcreka dapat menyatakan persetujuaanya melaluai redaksi. Tetapi

harapan itu sia-sia. Tak ada sambutan yang antusias terhadap gagasan

tersebut, sehinnga ia terbengkalai begitu saja. Dan perguruan-perguruan

Islam tetap saja beijalan menurut garisnya masing-masing tanpa

memperdulikan kesulitan yang dihadapi murid-muridnya yang misalnya

karena orang tuanya pindah keija dia pun harus pindah sekolah pula (Ajib

Rosyidi, 1990: 204-205).

2. Fungsi Bahasa Asing

Menurut Natsir, dengan berbahasa Indonesia berarti telah

(52)

41

bagi seluruh bangsa adalah sebuah tulang punggung dari sebuah

kebudayaari suatu bangsa.

“Sebagai dasar bagi kecerdasan salah satu bangsa”, kata Natsir,

“adalah bahasa Ibnnya sendiri. Bahasa yang bersangkut paut dan tak do "at

diccmikiiu dari ulirnn hcrllkir. Bahasa dari salah satu bangsa. adalah

tulang punggung dari kebudayaannya. Mempcrtahnnkan bahasa sendiri

berarti mempertahankan sifat-sifat dan kebudayaan sendiri.” Untuk itu

Natsir mengutip L. Weisgeber dalam kitabnya Mutterspacha and

Geisterbildunx (1920): “Kultur salah satu bangsa berdiri atau jatuh dengan

bahasa bangsa itu sendiri.”

Ini semua tidak berarti bahwa untuk kemajuan dan kecerdasan

bangsa kita, yakni kecerdasan yang lebih luas, kita sudah memadakan saja

dengan bahasa kita itu sendiri. Kemajuan berfikir, bergantung sangat

kepmki keluasan medan yang niungkin dikuasai oleh bahasa yang dipakai.

Dan apabila suatu bahasa seperti bahasa Indonesia, masih berada pada

lingkat seperti sekarang, dan belum pula eukup kekayaannva untuk

mengutarakan bermacam-maeam pengertian yang ma'nawi, maka bahasa

itu sendiri akan menjadi kurungan yang membatasi ruang-gerak kita dalam

menuju kecerdasan umum yang lebih luas. Yaitu sekiranya kita puaskan

diri dengan sekedar mengetahui bahasa kita sendiri itu saja. Bentuk dan

bangunan fikiran suatu bangsa betjalin rapat dan boleh dikatakan terpaksa

Referensi

Dokumen terkait

Saya mahasiswa Ekstensi Keperawatan Pagi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peran kepala

Pemahaman terhadap tujuan dakwah seperti ini dapat dikaji dengan mengadakan analisis terhadap beberapa ayat al- Qur’an yang berbicara tentang upaya mengeluarkan

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan tandan Kososng Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery.. Universitas

Dengan banyaknya tawaran yang diberikan oleh berbagai macam jasa bimbingan belajar maka mengharuskan orang tua untuk lebih teliti dalam memutuskan jasa bimbingan belajara yang akan

Mereka menyimpulkan bahwa mahasiswa yang terampil cenderung menggunakan representasi non-matematik, sementara mahasiswa yang kurang terampil cenderung langsung

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Kerinci Tahun Anggaranl0l?, Nomor : 123 IPPBJ-DPT{?:01Z Tanggat Agustus 2012, maka tetah ditetapkan Pernenang yaitu :. Demiltian Pengurnuman ini untuk diketahui dan

Laporan Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang dengan