KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT
MOHAMMAD NATSIR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh
Mahfur
NIM 11105015
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
ii
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT
MOHAMMAD NATSIR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh
Mahfur
NIM 11105015
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Prof. Dr. H Mansur, M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOT A PLYIHIMIHM 1 ampiran : 3 (tiga) eks.
Hal Naskah Skripsi Saudara Mahfur
Kepada Yth.
Ketua STAIN SALATIGA Di tempat
A ssaiam u ulaikum Wr. Wb
Setelah dikoreksi dan diperbaiki. maka skripsi sau lara : Nama : Mahfur
NIM : 11105 015 Jurusan . Tarbiyah
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD N/> TSIR
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara terseb it di atas dapat dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi pcrhatian
H as salam u aiaikum Wr Wb .
KEMENTRIAN A( AMA
SEKOI.AH TINGGI AGAMA ISL/ M NEGERI (SI AIN) SALATIGA
Jl T e n ta r a P e la ja r N o . 0 2 T e lp .3 2 3 7 0 6 ,; 23433 Kode Pos 50721
Website: www.stamsalatiga.ac.id E -m a il: adrinistrasig>stainsalatiga.ac.ic
PENGESAHAN KELULl! SAN
Skripsi saudara MAHFUR dergan Nomor Induk Mahasiswa 11105015 yang berjudul
KONSEP PEND1DIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD NATS IR.
Telah dimunaqosahkan dalam silang Panitia Ujian Tarbivah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari Selasa, 31 Jurusan Agustus 2010 M dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-svarat untuk memperoleh gelar Sa jana Pendidikan Islam
Salatiga,7 September 2010 NIP 19690110 199403 2 002 Pembimbing
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mahfiir
NIM : 111 05 015
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tubs ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tubs orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 12 Agustus 2010
Yang Menyatakan
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Dimananapun berada semua orang suka dan jadilah orang yang selalu bermanfaat
bagi orang lain, agama, bangsa dan Negara.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Ayahanda tercinta (Wastainu) dan Ibunda terkasih (Harni), adikku (Norie’)
dan semua keluarga di rumah
2. Almamaterku Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
3. Pengasuh Pondok Pesantren An Nida Salatiga K.H. Syamsudin serta segenap
pengurus dan Asatidz Ponpes dan TPQ, serta santri putra putri Pondok
Pesantren AnNida Salatiga
4. Semua rekan-rekan Pondok Pesantren An Nida
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada
Rosululloh saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga. Terselesainya skripsi ini tidaklah semata-mata hasil dari
jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait yang telah membantu
baik moril maupun spiritual, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga, beserta para staf-
stafnya yang telah menyediakan tempat serta fasilitas gedung kuliah yang nyaman
dan kondusif.
2. Bapak dosen pembimbng tercinta Prof. H. Mansur, M.Ag yang tulus, ikhlas dan
senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pemikiran, serta waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Ayahanda tercinta (Wastainu) dan Ibunda terkasih (Harni) yang selalu tulus dan
ikhlas mencurahkan segalanya demi penulis serta kakak-kakaku (Nur Ro’is,
Arfiatun, Istaufim, Imroati, Triyani) dan adiku (Norie’).
4. Almarhum Pengasuh Pondok Pesantren An Nida Drs K.H Ahmad Nuh Muslim
dan semoga Allah memberikan tempat terindah di alam keabadian.
5. Pengasuh Pondok Pesantren An Nida Salatiga K.H. Syamsudin dan segenap
dewan Asatidz Pondok Pesantren dan TPQ yang selalu memberi semangat dalam
menuntut ilmu.
6. Pengurus Pondok Pesantren An Nida yang telah memberikan perhatian lebih dan
fasilitas yang memadai kepada penulis.
7. Sahabat-sahabatku satu atap, senasib dan seperjuangan Salim, Jamal, Mas Bayu,
Bang Imam, Agus tio dan adik adik santriwan santriwati Pondok Pesantren An
Nida yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dek Norie’ yang senantiasa
memberikan semangat serta motivasi kepada penulis dan juga mbak sofi yang
bersedia meminjami printemya hingga terselesainya skripsi ini.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang setimpal, baik di kehidupan
dunia maupun di kehidupan yang akan datang. Demikian kiranya, semoga tulisan ini
dapat bermanfaat dan menjadi wacana keilmuan barn bagi para pembaca.
Salatiga, 12 Agustus 2010
Penulis
ABSTRAK
Tujuan penelitian dalam skripsi ini ada tiga hal, yaitu : (1) Apa konsep
Mohammad Natsir tentang pendidikan Islam ?, (2) Apa landasan konsep pemikiran
Mohammad Natsir dalam pendidikan Islam ?, (3) Bagaimana relevansi pemikiran
Mohammad Natsir terhadap pemikiran pendidikan Islam di Indonesia saat ini ?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
penelitian kepustakaan. Karena penelitian disini adalah kajian pustaka atau liteler,
maka penulis dalam mengkaji konsep pemikiran Mohammad Natsir dengan bantuan
buku-buku tulisan beliau sendiri maupun buku-buku tulisan orang lain yang
menceritakan tentang pemikiran pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Mohammad Natsir tentang
pendidikan Islam adalah: Pendidikan harus dapat membawa manusia mencapai tujuan
hidupnya, yaitu menghambakan diri kepada Allah, berakhlakul karimah dan
mendapat penghidupan yang layak di dunia. Sedangkan landasan pendidikan Islam
adalah mengenal tuhan, mentauhidkan tuhan dan tidak menyukutukan sedikitpun
Allah kepada siapapun.
Relevansi pemikiran Mohammad Natsir terhadap pendidikan di Indonesia
sekarang ini, terbukti dengan adanya sekolah-sekolah umum dan madrasah, bahkan
pesantren yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Begitu
juga dengan koordinasi antar sekolah-sekolah dengan diadakannya ujian Nasional
secara bersama-sama.
DAFTARISI
Sampul... ... ... i
Lembar Berlogo... ii
Judul... iii
Persetujuan Pcmbimbing... iv
Pengesahan Kelulusan ... v
Pemyataan Keaslian... vi
Motto dan Persembahan... vii
Kata Pengantar... viii
A bstrak... x
Daftar Is i... xi
BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penegasan Istilah... 8
C. Rumusan M asalah... 9
D. Tujuan... 9
F. M eto d e Penelitian Skripsi 1 0
G. Sistematika Penulisan Skripsi... 14
BAB II : BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR... 16
H. Silsilah Mohammad N atsir... 16
I. Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir... 17
J. Karir Politik Mohammad Natsir... 20
K. Karya Ilmiah Mohammad N atsir... 23
L. Mohammad Natsir dan PERSIS (Persatuan Islam )... 24
M. Sumbangan Mohammad Natsir Dalam Dunia Pendidikan .. 26
BAB III : KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MOHAMMAD NATSIR... 28
A. Peran Dan Fungsi Pendidikan Islam ... 28
B. Tujuan Pendidikan Islam ... 29
C. Landasan Pendidikan Islam ... 32
D. Pengembangan Pendidikan Islam ... 37
BAB IV : RELEVANSI PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI NDONESIA SEKARANG INI ... 50
A. Peran dan Fungsi Pendidikan Islam... 50
B. Tujuan Pendidikan Islam... 51
C. Landasan Pendidikan Islam ... 52
D. Pengembangan Pendidikan Islam ... 57
E. Kesimpulan... 62
F. S aran ... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak sckali buku-buku pcndidikan yang menerangkan tcntang
manfaat dan tujuan pcndidikan. Diantaranya yang terdapat dalam tujuan
pendidikan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Norner 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang bunyinya sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
•n
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat. berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan
menjadi warga ncgara yang demokratis serta bertanggnng jawab (Peratnran
Pemcrintah Republik Indonesia. 2005: 94).
Jika kita mclihat tentang tujuan pendidikan diatas. jika tugas
pendidikan selain mencerdaskan bangsa juga bar us hidup mandiri. Dapat kita
ketahui, jika banyak lulusan dari perguruan tinggi yang masih memenuhi
daftar pengangguran di Indonesia berarti pendidikan di Indonesia belum
sesuai dengan apa yang dicita-citakan bangsa kita. Apalagi bila kita lihat di
banyak media masa saat ini yang meliput tentang para aksi mahasiswa untuk
menyerukan aspirasinya kepada pemerintahan terkesan masih kurang sesuai BAB I
2
dengan Tujuan Pedidikan Nasional yang berkaitan dengan budi pekcrti. Di
tempat-tcmpat terjadinya demo sering terdapat kcjadian yang dapat
meresahkan masyarakat, diantaranva seperti peinblokiran jalan. membakar
ban bekas yang mengakibatkan pencemaran. dan mengganggu fasilitas umum.
Muhammad Natsir mengatakan, bahwa tak ada satu bangsa yang
terbelakang menjadi maju, melainkan sesudahnya mengadakan dan
mamperbaiki didikan anak-anak dan pemuda-pemuda mereka. Bangsa Jepang,
satu bangsa Timur yang sekarang jadi buah mulut orang seluruh dunia
lantaran majunya, masih akan terus tinggal dalam kegelapan sekiranya mereka
tidak mengatur pendidikan bangsa mereka; kalau sekiranya mereka tidak
membukakan pintu negerinya yang selama ini tertutup rapat, untuk orang-
orang pintar dan ah 1 i ilmu ncgeri lain yang akan memberi didikan dan ilmu
pengetahuan kepada pemuda-pemuda mereka disamping mengirim pemuda-
pemuda mereka keluar ncgeri mencari ilmu.(M. Natsir. 1954:77).
Jika kita ingin membandingkan pendidikan di Indonesia dengan
pendidikan di Eropa agaknya kurang begitu sesuai, dikarenakan secara
setruktur wilayah sudah sangat berbeda. Jika di Eropa dan Negara-nec ..ra
yang lain dapat dengan mudah mengontrol dan memberi bantuan kepada
sekolah-sekolah sampai pelosok desa, karena tempatnya yang memang mudah
dilalui. Berbeda dengan wilayah di Indonesia yang antara pulau satu dengan
pulau yang lainnya sangat jauh, sehingga menyulitkan pemerintah untuk
mengontrol dan memberikan bantuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
3
bom atom biasa keluar dari masalah yang mereka hadapi mengapa bangsa
Indonesia tidak.
Bila kita mulai melirik Pendidikan Islam bukan menjadi wacana yang
barn bagi kalangan pemikir, pendidik dan dunia pendidikan sendiri bahwa
pendidikan Islam merupakan salah satu jawaban atas ketidakteraturan sistem
pendidikan yang ada pada dekade terakhir ini. Hampir di selurnli penjuru
Indonesia mulai menerapkan system pendidikan Islam dalam proses •»
pembelajaran dan pengajaran mereka. Maka bukan hal yang tabu jika orang-
orang non-Islam pun mulai melirik kekhasan dari pendidikan Islam.
Secara garis besar. pendidikan Islam memiliki ruang lingkup yang
luas. Disebutkan dalam beberapa poin, diantaranya adalah:
1. Setiap proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan perkembangan
berdasarkan ruh ajaran Islam.
2. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental, perasaan
(emosi). dan rohani (spiritual).
3. Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan. pikir-dzikir.
ilmiah-amaliah. material-spiritual, individual-sosial. dan dunia-akhirat.
■1. Realisasi dvvi lungsi manusia. vaitu peribadatan sebagai hamba Allah
( ‘Abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan
fungsi kekhalifahau sebagai khalifah Allah (khalifatullah) yang diberi
4
memakmurkan alam semesta (rahmatan lil ‘alamiri) (M Rokib, 2009:
22
).Akan tetapi, rcalitas soasial yang dihadapi saat ini menempatkan
pendidikan Islam pada posisi yang dilematis. Seakan pendidikan Islam masih
terkungkung dalam hegemoni “determinisme-historis” dan “realisme-praktis”.
Di samping itu kejayaan di masa lampau serta kondisi sosial saat ini pun
makin membuat posisi pendidikan terombang-ambing, layaknya masih
mencari-cari jati diri yang mulai tergerus tuanya jaman. Seiring kemajuan di
bidang ilmu pcngetahuan dan teknologi serta gencamya arus modernisasi
mengakibatkan pendidikan Islam yang mau tak mau dihadapkan pada kondisi
yang serba materialis, sekularis, pluralis serta multikulturalis.
Selain pendidikan Islam terpuruk dalam kondisi yang dilematis seperti
itu, problematika dikotomi yang kerap d\-floor-kan dalam diskursus-diskursus
pendidikan pun belum mendapatkan porsi jawaban yang memuaskan. Secara
jelas, baik normatif maupun konseptual. Islam tidak memiliki ruang dikotomi
ilmu. Dalam beberapa pembahasan. dikotomi ilmu sebenarnya muneul
dikarenakan beberapa hal, diantaranya: Perkembangan pembidangan ilmu itu
sendiri, historis perkembangan umat Islam ketika mengalami kenuinduran dan
laktor internal kelermbagaan pendidikan Islam yang kurang mampu
melakukan upaya pembenahan dan pembaruanakibat kompleksnya
5
Diantara beberapa faktor tersebut tidak menjadi sebuah keniscayaan
ketika dari hal yang paling fundamental, pendidikan Islam melakuan recheck
recorrect serta reform terhadap hal-hal yang sekiranya mulai menjauh dari
dasar dan tujuan adanya pendidikan Islam itu sendiri. Dasar pendidikan Islam
sebagai aeuan pergerakan pendidikan Islam memiliki posisi yang pouting serta
sakml. Dasar-dasar pendidikan Islam tersebut berupa Al-Qur’an sebagai
sumber pendidikan Rasul, Sahabat serta sebagai sumber yang edul atif dan
As-Sunnah sebagai teladan pendidukan Islam.
Belajar pada sejarah bukan berarti silau akan kejayaan masa lalu.
Belajar suatu ilmu bukan berarti membatasi gerak ilmu itu sendiri. Maka dari
itu, perlu adanya analisis kritis dan komprehensif atas problem yang dihadapi
saat ini. Dengan belajar pada pengalaman dan ide-ide dari para tokoh pemikir,
pendidikan Islam harus mampu mengembalikan keunikannva sebagaimana
yang lelah Rasul 111lah ajarkan. Konsep pendidikan Qur'ani pun beberapa
waktu terakhir mulai genear dikembangkan dan terbukti membawa nilai lebih
bagi kemajuan dunia pendidikan Islam khususnva. Seruan it/ro' sebagaimana
yang tersurat dengan jelas dalam Al-Qur'an bukan tanpa maksud khusus dan
krusial diturunkan oleh Allah sebagai wahyu yang pertama. Budaya membaca
apapun, baik itu berupa teks atau ay at kauniyah sekalipun merupakan bahan
ajar yang harus kita jadikan sebagai sebuah sumber ilmu yang disediakan oleh
Allah. Akan tetapi, kcuyataan yang kita hadapi saat ini adalah budaya
6
Maka perlu dan harus bagi kita saat ini. dimulai dari diri sendiri dan
dari yang terkecil nntuk mengembalikan hasanah pendidikan Islam yang
berbasis Qur'an dan Sunnah guna memcetak generasi Ulul Albab yang
paripuma.
Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata “Islam”
dari kata “pendidikan”, karena selain sebagai predikat, Islam juga merupakan
satu subtansi dan subjek penting yang cukup komplek. Karenanya, untuk
memahami pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama missi
agama Islam yang diturunkan kepada umat manusia dari sisi pedagogis. Islam
sebagai ajaran yang datang dari Allah Sesungguhnya merefleksikan nilai-nilai
pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga
menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah memberikan
pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia. yang pencapaiannya
bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting untuk
m em bukajalan kehidunan manusia. (Musthofa Rahman, 2001:2).
Dalam bukunya Capita Selekia, Natsir mengatakan bahwa seringkali
pula kenyataan, ada yang mengganggap bahwa didikan Islam itu ialah didikan
Timur, dan didikan Barat ialah lawan dari didikan Islam. Boleh jadi, ini reaksi
terhadap didikan “kebaratan ” yang ada dinegeri kita, yang memang sebagian
dari akibat-akibatnya tidak mungkin kita menyetujuinya sebagai umat Islam.
7
kita katakana bahwa Islam anti-Barat dan pro-Timur, khususnya dalam
pendidikan?.
Muhammad Natsir adalah salah seorang tokoh yang dikenal sebagai
birokrat, politisi, dan juga sebagai dai temama. Muhammad Natsir pemah
menduduki jabatan sebagai wakil Rabithoh Alam Islam, serta menjadi ketua
Dewan Dakwah Isiamiyah Indonesia sejak tahun 1967 sampai wafatnya beliau
tahun 1993. Dalam organisasi inilah beliau mulai berkiprah dalam bidang
pendidikan, polotik dan dakwah. Perjuangan beliau dan kawan-kawannya
adalah ingin menghidupkan dan membangkitkan kembali ajaran Islam,
khususnya di Indonesia dari keterpumkan. sehingga tidak ketinggalan dalam
peradaban. Diantara jalan yang ditempuh Muhammad Natsir dan kawan-
kawannya adalah dengan mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan
umum tanpa memisahkan keduanya.
Muhammad Natsir adalah tokoh yang sangat berpengaruh di
Indonesia, yang pemah menduduki dua jabatan penting, yaitu sebagai menteri
penerangan dalam Kabinet Syahrir dan perdana menteri pertama pada masa
pemerintahan Soekarno. Sebagai politisi, beliau juga pemah menduduki
jabatan puncak partai Islam terbesar. yaitu Masyumi. dan menjadi ketua
Dewan Dakwah Isiamiyah Indonesia. (Thohir Luth. 1999:9).
Melihat begitu luasnya cakupan pengalaman Muhammad Natsir dan
beliau adalah salah satu pemikir pendidikan Islam di Indones:a yang tidak
memilah-milah antara pendidikan Islam dan pendidikan umum. Beliau
8
- itu dari Allah, maka tak berlebihan jika penulis mengangkat Skripsi dengan
tema “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MUHAMMAD
NATSIR”. Semoga mam^u memberikan kesegaran dalam dahaga kita akan
wacana tentang pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekaburan dalam
penafsiran judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata dan istilah
yang dipakai dalam judul skripsi ini agar dapat dipahami secara kongkrit
dan lebih oprasional. Adapun batasan istilah tersebut adalah :
1) Konsep
Konsep berarti “rancangan, ide atau pengertian diabstraksikan dari
peristiwa kongrit (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:
205)
2) Pendidikan Islam
Pendidikan Islam ialah: “Segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insun kamil)
sesuai dengan norma Islam.“(Achmadi.l992: 20)
Menurut Natsir, Pendidikan (didikan) ialah suatu pembinaan
jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempumaan dan
lengkapnva sifat-sifat kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya
lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya
(Mohammad Natsir, 1954: 73).
C.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai b erik u t:
1. Apa Konsep Mohammad Natsir tentang Pendidikan Islam ?
2. Apa landasan konsep Pemikiran Mohammad Natsir dalam Pendidikan
Islam?
3. Bagaimana Relevansi Pemikiran Mohammad Natsir terhadap
Pendidikan Islam di Indonesia saat ini?
D. Tujuan
Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan kegunaan, maka tujuan
penelitian ini ad alah :
1. Untuk mendeskripsikan konsep Mohammad Natsir tentang pendidikan
Islam.
2. Untuk mendeskripsikan landasan konsep pemikiran Mohammad Natsir
dalam Pendidikan Islam.
3. Memaparkan kesamaan dan perbedaan Konsep Pendidikan Islam
Muhammad Natsir dengan Konsep Pendidikan Islam HOS Tjokroaminito.
E.
Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian tentang Pemikiran Pendidikan Islam
Mohammad Natsir, agar kita mulai melirik kembali para ilmuan Islam di
Indonesia yang lebih mengetahui tentang kondisi dan situasi yang teijadi
di Indonesia dibanndingkan dengan para ilmuan-ilmuan luar yang sering
kita jumpai dalam buku-buku pendidikan.
Beliau bukan saja sebagai negarawan atau politisi yang
sebagaimana dikenal kebanakan orang, tetapi seorang pemikir pendidikan
yang sangat gigih dalam meluruskan pendidikan Islam agar sesuai dengan
ajaran Islam yang sesungguhnya. Meskipun begitu beliau juga sangat
mementingkan pendidikan umum.
Semoga dengan melihat kembali tokoh-tokoh Islam yang ada di
Indonesia dapat membangkitkan semangat para generasi muda untuk
meneruskan peijuangan Mohammad Natsir yang telah lebih dulu di
panggil yang maha kuasa.
Dengan banyaknya masalah sangat komplek yang teijadi di
Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya, bukan tidak
mungkin jika pendidikan Islam akan dilirik kembali seperti masa kejayaan
Islam yang lalu.
F. Metode Penelitian Skripsi
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan {Library
Research). Penelitian ini dilakukan dengan bertumpu pada data
adalah studi teks yang seluruh substansinya diolah secara filosofis dan
teoritis.(Noeng Muhajir, 1996: 158-159).
Karena penelitian disini sifatnya adalah kajian pustaka atau
literer, maka penulis dalam mengkaji Konsep Pemikiran Mohammad
Natsir dengan bantuan buku-buku, yang kami ambil dan tulisan beliau
dan juga tulisan orang lain yang menceritakan tentang kehidupan
maupun pemikiran Mohammad Natsir.
2. Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul tersebut kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode sebagai b erik u t:
a. Metode Analisa Content atau isi. Analisis isi merupakan analisis
ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi (Noeng Muhadjir, 1992:
76). Menurut Burhan Bungin, analisis isi adalah teknik penelitian
untuk membuat inferensi-inferensi (proses penarikan kesimpulan
berdasarkan pertimbangan yang dibuat sebelumnya atau
pertimbangan umum; simpulan) yang dapat ditiru (Replicabel),
dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya (Burhan
Bungin, 2001: 172-173).
b. Metode Analisa Historis, dengan metode ini penulis bermaksud
untuk menggambarkan sejarah biografis Muhammad Natsir yang
meliputi riwayat hidup, pendidikan, karir politik, serta
karyakaryanya (Anton Bakker, 1990: 70).
c. Metode analisa deskriptif, yaitu suatu metode yang menguraikan
secara teratur seluruh konsepsi dari tokoh yang dibahas dengan
lengkap tetapi ketat (Sidarto, 1997: 100).
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dihimpun merupakan sumber tertulis yang secara
garis besar ada dua macaxn sumber yaitu:
a) Sumber Primer
Sumber primer disini adalah data yang penulis ambil dari
karya tulis asli dari tokoh yang dibahas dalam penulisan
sekripsi ini. Yang diantaranya adalah sebagai b erik u t:
a. Mohammad Natsir, 1954, Capita Selecta, Jakarta:
Bulan Bintang
b. Mohammad Natsir, 1947, Islam dan Aqal Merdeka,
Jakarta: Media D a’wah.
b) Sumber Sekunder
Diantaranya:
a. Muhammad Syafii Antonio. 2009, Muhammad Saw
The Super Leader Super Manager, Jakarta: ProLM
dan Tazkia Publishing.
b. Yusuf Abdullah Puar, 1978, Kenang-kenangan
c. Musthofa Rahman. 2001, Pendidikan Islam dalam
Perspektif al-Qur 'an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
d. Abudin Nata. 2005, Tokoh-Tokoh Pembaruan
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafmdo Persada.
e. Thohir Luth. 1999, M. Natsir Dakwah dan
Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Press.
f. Ajip Rosyidi. 1990, M Natsir, sebuah Biografi,
Jakarta: Girimukti Pasaka, cet I,
g. Badiatul Roziqin. 2009 Badiatul Mukhlisin Junaidi
dan Abdul Munif, 101 Jejak Tokoh Islam,
Yogyakarta: e-Nusantara,
h. E S Anshari/ M A Rais/ Mohammad Natsir, (ed).
1988, Pak Natsir 80 Tahun: Pandangan dan
Penilaian Generasi Muda, Jakarta: Media D a’wah
i. Abibullah Djaini. 1996, Pemikiran dan Perjuangan
Mohammad Natsir, Jakarta: Pustaka Firdaus.
j. Mansur. 2004, Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan
Bangsa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
k. Dan referensi lainnya yang bersangkutan dengan
judul yang penulis angkat.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab dengan
sistematika sebagai b erik u t:
BAB I : Pendahuluan
BAB II
Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Penegasan
Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan M anfaat
Penelitian, Metode Penulisan Skripsi, Serta dilengkapi
dengan Sistematika penulisan skripsi untuk
mempermudah membaca alur pemikiran yang ada.
: Biografi Mohammad Natsir
Pada bab ini membahas tentang Silsilah Mohammad
Natsir, Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir, Karir
Politik Mohammad Natsir, Karya Ilmiah Mohammad
Natsir, Mohammad Natsir dan PERSIS (Persatuan
Islam) dan Sumbangan Mohammad Natsir Dalam
Dunia Pendidikan.
BAB III : Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Mohammad
Natsir
Pada bab ini penulis akan manyajikan mengenai
gambaran umum pemikiran Mohammad Natsir
tentang Pendidikan Islam. Yang meliputi (Peran dan
Landasan Pendidikan Islam yang meliputi (Pendidikan
Tauhid Sebagai Dasar Pendidikan Islam dan
Pendidikan Akhlak). Ideologi dan Pendekatan dalam
Pendidikan yang meliputi: (Adanya Koordinasi
Perguruan-perguruan Islam, Fungsi Bahasa Asing,
Sifat-Sifat Yang Hams Dimiliki Gum, Pendidikan
Yang Bersifat Integral).
BAB IV :Relevansi Pemikiran Mohammad Natsir terhadap
Pendidikan Islam di Indonesia
BAB V : Penutup
Bab terakhir dalam skripsi iniadalah penutup, berisi
kesimpulan dan saran-saran yang mungkin dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi yang
membutuhkan.
BAB II
BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR
A. Silsilab .Mohammad Natsir
Muhammad Natsir lahir di Jembatan Bemkir, Alalian Panjang,
Kabupnten Solok, Sumatra Barat, pada hari Jumat' 17 Jumadil Akhir 1326
Hijriah, bertepatan dengan 17 Juli 1908 Masehi. Ibimya bemaina Khadijah,
sedang ayahnya bemama Mohammad Idris Sutnn Snripndo. seorang pcgnwni
rendah yang pernah menjadi juru tlis pada kantor kontroler di Maninjau dan
sipir penjara di Sulawesi selatan (Ajib Rosyidi. 1990: 150
Mohammad Natsir dilahirkan di Kampung Jembatan, Baukia, Alahan,
Alahan Panjang. Minangkabau, pada tanggal 17 Juli 1908. Kampung
Jembatan terletak di balik Gunung Talang olok Profinsi Sumatra Barat.
Mohammad Natsir adalah putra ketiga Idris Sutan Sari Pado dan Khadijah.
Ayahnya adalah seorang pegawai bawahan. yakni sebagai juru tulis kontrolir
di masa pemerintahan Hindia Belanda. ( Badiatul Ro/iqin (dkk). 2009; 221)
Ketika pindali ke Bekeru, dia diajak oleh mamaknya Ibrahim pindah
kepadang. Mamaknya ymig biasa dikenal dengan nuikcik Ibrahim adalah
bekerja sebagai buruh harian disebuah pabrik kopi yang hanya mcmpcroleh
upah bebcrapa puluh sen sehari. Sehari-hari mereka hidup sangat sede.hana,
bahkan dalam urusan makanan hanya ketika hari raya saja atau peristiwa-
peristiwa penting saja. Sehingga dapat dikatakan bila sejak kecil Natsir sudah
17
Pada tanggal 20 Oktober 1934, M. Natsir melangsuiigkan
pemikahannya dengan Putri Nur Nahar, guru Taman Kanak-kanak Pendidikan
Islam. Pemikahan dilaksanakan dengan sederhana saja. Tamu-tamu makan di
langgar yang tcrletak di depan rumah tempat pemikahan dilangsungkan.
Pergaulan selama dua tahun sesama pengasuh Pendidikan Islam, menambah
perkenalan sebelumnya tatkala keduanya sama-sama aktif di JIB. telah
mengeratkan kedua insan yang sama-sama tulus mengabdikan hidupnya bagi
kemajuan umat Islam(Ajib Rosyidi, 1990: 177)
Natsir wafat pada tanggal 6 Februari 1993, bertepatan dengan tanggal
14 Sya’ban 1413 H, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam
usia 85 tahun. Berita wafatnya menjadi berita utama diberbagai media cetak
dan elektronik. Berbagai komentar muncul, baik dari kalangan kawan
seperjuangan maupun lawan politiknya. Ada yang bersifat pro terhadap
kepemimpinannya dan ada pula yang bersifat kontra. Mantan Perdana Mentcri
Jepang yang diwakili oleh Nakadjima. menyanipaikan beta sungkawa atas
kepergian M. Natsir dengan ungkapan. “ Berita wafatnya M. Natsir terasa
lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom di Hirosima(Thohir Luth. 1999: 28).
B. Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir
N«itsir perama kali masuk ke Sekolah Kelas II di Maninjau, yaitu
Sekolah Rakyat yang memakai bahasa pengantar bahasa Melayu. Disitu
Natsir duduk sampai kelas dua. Kemudian ketika ayahnya pindah ke Bekem,
18
HIS. Natsir gcmbirn sekali mcncritna tawaran itu. Dia pun akan meninggnlkan
Sekolah Rakyat untuk masuk HIS. Tetapi apa hendak dikata. HIS Padang
menolaknya sebagai murid. Menurut Natsir sendiri, karcna ayahnva hanya
pegawai kecil yang gajinya tak sampai F. 70 sebulan, padahal untuk diterima
di HIS mestilah anak pegawai negeri yang gajinya minimum F.70, atau anak
saudagar yang kaya raya. Untunglah pada waktu itu di Padang sudah berdiri
HIS Abadiyah, sebuah usaha swasta yang menyelenggarakan pendidikan bagi
anak-anak negeri. Natsir diterima disitu sebagai murid.
Natsir sekolah di HIS Adabiyah hanya lima bulan saja. Ayahnya yang
telah pindah keija ke Alahan Pajang. mengajak Natsir imtuk pindah karena
telah dibuka HIS pemerintah di Solok.
Karena jauhnya jarak Solok dan tempat Natsir sekolah, maka Natsir
dititipkan di rumah Pak Haji Musa, memiliki anak yang sekolah di HIS kolas
salu, scdang Natsir langsung masuk ke kelas dua. karena lowongan yang ada
cuma kelas dua. Akan tetapi Natsir diberi kesempatan untuk mencoba di kelas
dua selama beberapa hari. Temyata Natsir berhasil, sehingga diterima di
sekolah tersebut secara resmi.
Setelah menamatkan HIS di Padang, Natsir remaj i meneruskan
pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang pada
tahun 1923. Karena prestasinya, Natsir remaja dapat sekolah MULO gratis. la
mendapatkan beasiswa dari pemerintahan Belanda. (Badiatul Roziqin.
19
mulai bcrkenalan dengan organisasi kepemudaan, seperti Jong Surratra
(Pemuda Sumatra), Jong Islamieteten Bond(Perserikatan Pemuda Islam.
Beliau melanjutkan studinya di AMS (Algemeene Midel School) di
Bandung. Natsir remaja mengambil jurusan Sastra Barat Klasik.
Pendidikannya di AMS juga dibiyayai oleh Pemerintahan Belanda. Saat
study di AMS, Natsir remaja berkanalan dengan ustadz A. Hasan, Tokoh
PKRS1S (IVrsntuan Islam) garis koras, yang membimbing dirinya melakukan
studi tentang Islam. Dengan ustadz ini ia mengelola majalah "Pembela Islam”
sampai tahun 1932. Pendidikan AMS diselesaikan pada tahun 1930 saat
usianya 22 tahun. (Badiatul Roziqin, Badiatul Mukhlisin Junaidi dan Abdul
Munif, 2009: 222).
Meskipun Natsir melanjutkan pendidikannya di sekolah Belanda, yaitu
dari A.M.S. Bandung. Tetapi dalam hidupnya sehari-hari, hidup secara orang
santrilah yang banvak tertonjol. Kalau berbicara di hadapan umum. tidak
bersifat agitatif. menggeledek dan mengguntur. Tetapi dengarkanlah
ucapannva dengan tenang. kian lama kian mendalam dan tidak akan %
membosankan. Karena semua berisi dan terarah (Ajib Rosvidi. 1990: 194).
Diawali dari sejak beliau monamatkan sokolahnya di I IIS. Natsir
melanjutkan sckolahnya M U I.0 di Padang dan AMS di Bandung dengan
mengambil jurusan sastra Barat dengan mengandalkan beasiswa. Sehingga
bisa dikatakan bahwa Natsir adalah seorang anak yang cerdas.
Selain beliau mengikuti sekolah formal, beliau juga mengikuti kursus
2 0
Karena prestasinya yang gemilang, beliau juga pemah mendapatkan
tawaran beasiswa dari pemerintah Belanda untuk melanjutkan sekolahn.ya ke
Fakultas hokum Hukum Jakarta, Fakultasa Ekonomi Rotterdam Belanda,
namun Natsir remaja menolaknya. Natsir remaja lebih tertarik untuk teijun di
dunia Pendidikan dan melakukan pembenahan serta pembelaan kepada kaum
yang tertindas (Badiyatul Ro/iqin. dkk. 2009: 222).
C. Karir Politik Mohammad Natsir
Mohammad Natsir mulai aktif dibidang politik dengan melibatkan diri
sebagai anggota Persatuan Islam Indonesia (PII) cabang Bandung. Pada tahun
1940-1942, Natsir menjabat ketua PII, dan pada tahun 1942-1945, ia
merangkap jabatan sebagai Kepala Biro Pendidikan Kota Jakarta yang
merupakan Perguruan Tinggi Islam pertama yang berdiri paska kemerdekaan.
Karir politik Natsir pasca kemerdekaan diawali sebagai anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). yang berlangsimg dari tahun 1945-
1946. Kemudiau menjadi Menteri 1'enerangan Republik Indonesia pada
cabinet Syahrir ke-1 dan ke-2 serta cabinet Hatta ke-1. Dari tahun 1949samoai
1958 ia diangkat menjadi ketua Masyumi, hingga partai ini dibubarkan.
Puncak karir Natsir dalam bidang politik terjadi ketika Natsir diangkat sebagai
Perdana Menteri Republik Indonesia (1950-1951). Dalam Pemilihan Umum
(Pemilu) 1955 Natsir terpelih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), dan dari tahun 1956-1957, ia menjadi anggota Konstituante Republik
21
Sebagai pemimpin politik Islam. M Natsir tclah mcmbcrikan scluruh
tenaga dan fikirannya bagi kepentingan seluruh umat Islam di Indonesia pada
khususnya dan pada seluruh rakyat Indonesia pada lunumnya. Dengan
munculnya pemikiran untuk menyatukan masing-masing Negara bagian uniuK
bersatu kembali dalam Negara kesatuan RI. Yang telah dibicarakan terlebih
dahulu dalam Dewan Pimpinan Partai Masyumi.
Mosi Integral disampaikan M. Natsir dalam Sidang Dewan Perwakilan
RIS pada tanggal 3 April 1950. Dari mosi integral inilah kemudian lahir
proklamasi kedua yang dikumandangkan oleh Presiden Soekamo pada tanggal
17 Agustus 1950 di Istana Merdeka. Jakarta. Intinya, RI untuk kedua kalinya
diproklamasikan mcnjadi Negara kesatuan. Ini berarti pembubaran RIS dan
pembentukan cabinet barn. Dengan demikian, M. Natsir ditunjuk sebagai
pembentuk cabinet karena ia dengan Masyumi mempunyai konsepsi untuk
menyelamatkan Republik melalui konstitusi. Bahkan, menurut A.H. Nasution.
ide M. Natsir ini kemudian dijadikan doktrin ABRI, sebab ide itu sesuai
dengan doktrin tentara, yang tidak hanya bertempur, tetapi terus menggali
dukungan rakyat. Mosi integral merupakan debut politik M. Natsir yang amat
cemerlang yang sampai sekarang Indonesia menjadi satu dan kokoh. Yang
man a mosi ini dikenal dengan “Mosi Integral M. Natsir” (Thohir Lut, 1999:
48).
Natsir tidak digunakan lagi dalam peir.erintahan. bahkan partai
Masyumi yang dipimpinnya dibubarkan karena perbedan pandangan tcntang
2 2
sebagai dasar Negara. Pada puncak konflik aiitara keduanya, Natsir juga
melibatkan diri dalam gerakan opososi, Pemcrintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) di Sumatra. Tokoh-tokoh ini menyatakan bahwa
pemerintahan Soekamo telah menyeleweng dari Undang-Undang Dasar 1945,
yang mengakibatkan Natsir dan kawan-kawannya ditangkap dan dimasukkan
kedalam penjara.
Kctika Pemerintahan Orde Baru muncul Natsir juga tidak diberikan
tempat untuk ikut memimpin negeri ini. Beliau tersingkir bukan karena
keraguan orang terhad:>p-kredibilitas dan kemampuannya. akan tetapi karena
masalah idiologi pula yang menyebabkan pemerintahan Orde Baru tidak
menginginkannya.
Dalam keadaan yang demikian Natsir meneruskan peijuangannya
dengan menggunakan media dakwah yang dibentuknya bersama (Jlama di
Jakarta, yaitu Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Sehingga
menyebabkan hubungan Natsir dengan Pemerintahan Orde Baru kurang
harmonis. Kritiknya yang tajam menyengat dan menunjuk langsung pada
persoalan-persoalan yang mendasar. tetap menjadi aktifitas rutinnya.
Keberaniannya mengoreksi Pemcrintahan Orde Baru dan ikut menandatangani
Pctisi 50 pada tanggal 5 Mei 1980, Menyebabkan M. Natsir dicekal ke luar
negeri tanpa melcwati proses pengadilan. Pencekalan ini pun terus
berlangsuiv: tanpa ada proses hukum yang jelas dari Pemerintahan Orde Bam.
dan ini berjalan hin^ga M.Natsir dipanggil ke hadirat Allah SWT (Thohir
23
Dikancah Intemasional M. Natsir pada tahun 1956, bersama Syekh
Maulana Abul A ’la al-Maududi (Lahore) dan Abu Hasan an-Nadawi
(Lucknow), M. Natsir memimpin sidang Muktamar Alam Aslamy di
Damaskus. la juga menjabat Wakil Persiden Kongres Islam Sedunia. la
mcncrima pcnghargaan intemasional berupa Bintang Penghargaan dari
Tunisia dan Yayasan Raja Faisal Arab Saudi (1980). Di dunia akadcmik, ia
menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Islam
Lebanon (1967) dalam bidang Sastra, dari Universitas Kebangsaan Malaysia
dan Universitas Saint Teknologi Malaysia (1991) dalam bidang pemikiran
Islam.
D. Karya Ilmiah Mohammad Natsir
Meski aktif di dunia politik beliau adalah seorang cendekiawan
Muslim yang sangat produklif menulis. Baginya menulis adalah cara yang
sangat cfcktif untuk berjuang menegakkan kebenaran. Tulisan-tulisan itu
banyak lerdapat di artikel-artikcl. majalah. dan juga buku yang terkumpul
lebih dari sembilan puluh buku.
Dalam salah satu laporannya. Yusuf Abdullah Puar menyebutkan ada
52 judul telah ditulis M. Natsir dalam berbagai kcsempatan sejak tahun 1930
(Yusuf Abdullah Puar, 1978: 4). Tidak jelas apa yang dimaksud dengan 52
judul tulisan M. Natsir tersebut, apakah itu judul yang telah dihimpun menjadi
buku atau judul artikel Iepas yang berada di berbagai media massa. Kalau
24
karena berbagai buku M. Natsir itu isinya berupa kumpulan artikel-artikel,
seperti Kapita Selekta I dan II dan sebagainya. Akan tetapi, jika judul tersebut
juga lermasuk tulisan Icpas M. Natsir, maenurut penults, lebih dari itu.(Thohir
I Aith. 1999:28).
Pada tahun 1936, lahirlah buku cultur Islam. yang ditulisnva bersama
Prof. C.p. W olf Kemal Schoemaker dalam bahasa Indonesia. Lalu
Mohammad als Projhet dan Q ur’an en Evangieli pada tahun 1929. Gauden
Regels uit den Quran, pada tahun 1932. Dan De Islamietische Vrouw en haar
Recht, ditulis pada tahun 1933. Pada tahun 1954, muncul karyanya Some
Obsrvations concerning the Role- o f Islam in National and International
Affair, yang mempakan bagian dari program Asia Tenggara Universitas
Cornell, Ithaca, AS. (Badiatul Roziqin, Badiatul Mukhlisin Junaidi dan Abdul
Munif, 2009: 224). _
E. Mohammad Natsir dan PERSIS (Persatuan Islam)
Dengan mengikuti organisasi Persatuan Islam (Persis) Natsir mulai
meniti karimya sebagai negarawan dan pejuang Islam. Dengan mendapatkan
bimbingan dari Ahamad Hasan, yaitu salah satu tokoh dari organisasi
Persatuan Islam yang sangat berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah,
sehingga tidak heran jik a Natsir mengikuti jejak beliau untuk menegakkan
syariat Islam dari yang beliau anggap penyimpangan, seperti kurofat, taqlid
25
Persisi didiriknn oleh Haji Zam Zam tanggal 12 September 1923 di
Bandung. Pendirian Persis ini sangat terlambat jika dibandingkan dengan
gerakan-gerakan modem Islam lainnya seperti Jam i’at Khoir (1905),
Persyarikatan Ulama (1911), Muhammadiyah (1912), Al-Irsyad (1913).
Memang, pada tahun 1913, di Bandung telah didirikan Sarekat Islam, namun
usaha pengikutnya dalam aktivitas keagamaan tidak tampak jelas, karena pada
umumnya mereka para saudagar. Dengan demikian kesadaran atas
keterlambatan ini merupakan salah satu pendorong untuk mendirikan
organisasi ini. Awal mula ide yang menjadi cikal bakalnya Persis ini adalah
dari diskusi-diskusi tidak resmi yang dilakukan oleh Haji Zam Zam yang
helaknngun iianti menjadi tokoh berdirinya Persis. Diskusi-diskusi tidak resmi
tersebut membahas bagaimana jawaban Islam terhadap masalah-masalah yang
sedang berkembang. Dengan menggunakan kesempatan berkenduri. para
jamaah yang dimotori oleh Haji Zam Zam itu mencoba menjawab masalah-
masalah khurafat, tahayul, b id ’ah dan taqlid, yang menurut pengamatannya
sedang merasuk jiw a dan alam pandangan masyarakat pada waktu itu, disksi
tersebut belum mendapat bentuk dan arah yang jelas sebagai organisasi
dakwah yang bisa digerakkan untuk kepentingan dakwah Islam. Organisasi ini
mendapat bentuk yang jelas setelah bergabungnya Ahmad Hasan dan M.
Natsir di dalamnya pada tahun 1927. Ketertarikan Muhammad Hasan dan M.
Natsir pada Persis tak lepas dari jasa atau ajakan temannya. Fahrudin al-
Khaeri, untuk menghadiri pengajian dan pengajaran yang dilakukan oleh
BAB III
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MOHAMMAD NATSIR
A. Peran dan Fungsi Pendidikan Islam
Dalam hubungan ini paling kurang terdapat enam rumusan yang
dimajukan Natsir.
1. Pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk memimpin
dan membimbing agar manusia yang dikenakan sasaran
pendidikan tersebut dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani secara sempuma.
2. Pendidikan harus diarahkan untuk menjadikan anak didik
memiliki sifat-sifat kemanusiaan dan mencapai akhlaq al-
Karimah yang sempuma.
3. Pendidikan hams berperan sebagai sarana untuk menghasilkan
manusia yang jujur dan benar (bukan pribadi yang hipokrit).
4. Pendidikan agar berperan membawa manusia agar dapat
mencapai tujuan hidupnya, yaitu menjadi hamba Allah SWT.
5. Pendidikan hams dapat menjadikan manusiayang dalam segala
perilaku atau interaksi vertikal maupun horisontal selalu
29
6. Pendidikan harus benar-benar mendorong sifat-sifat
kesempumaan dan bukan sebaliknya, yaitu menghilangkan dan
menyesatkan sifat-sifat kemanusiaan (Abudin Nata, 2005:81).
B. Tujuan Pendidikan Islam
• »
Sekiranya orang bertanya kepada pemimpin-pemimpin sekoiah agama
kiln, dari Sabang sampai nndeh. dari Balikpapan sampai Cilaca|p, dari kota-
kota yang besar samapi kedusun-dusun: “Apakah dasar dan cita-cita dari
pendidikan yang tuan berikan?”. maka sudah tentu akan mendapat jawaban.
pendek ataupun panjang, dapat disimpulkan dengan: " Dasar didikan kamia
ialah Tuhid, yang tersimpul dalam dua kalimah syahadat, Tauhid, yang
menjadi pokok dari kemerdekaan dan kekuatan ruhani, dasar dari kemajuan
dan kecerdasan manusia. Tujuan didikan kami adalah mendidik anak-anak
kami, agar sanggup memenuhi syarat-syarat penghidupan manusia sebagai
yang tersimpul dalam kalam Allah: “Wabtaghi fim a ata kallahud daral
akhirala, wa la tansa nashibaka rninad dun y a ”.... supaya anak-anak kami
dapat memenuhi kuajiban-kuajiban yang perlu pencapai tingkat “hamba
Allah”, yakni setinggi-tinggi derajat yang menjadi tujun bagi tiap-tiap
manusia menurut keyakinan Muslimin. sebagaimana yang terlukis dalam
firman Allali: “wa makholacjtul jinna m il insu ilia liya 'budun", Begitulah
jawaban yang akan kita dengar lebih kurang, disegenap perguruan-perguruan
30
Untuk lebih jelasnya dalam memaparkan tentang tujuan pendidikan
menurut Mohammad Natsir, kami terangkan sedikit mengenai didikan itu
sendiri. Menurut Natsir didikan ialah satu pimpinan jasmani de n rohani yang
menuju kepada kesempumaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dcngan
arti yang sesungguhnya. Pimpinan scinacam ini sekurangnya antara lain perlu
kepada kedua perkara:
1. Satu tujuan yang tertentu tempat mengarahkan didikan didikan.
2. Satu asas tempat mendasarkannya.
Kaitannya dalam menjelaskan tujuan pendidikan Islam, Natsir terlebih
dahulu menyarankan agar terlebih dahulu mengetahuai apakah kiranya yang
menjadi tujuan hidup kita di dunia?. Natsir mengutip dalamn al-Qur’an bahwa
manusia diciptakan oleh Allah tidak lain adalah untuk menyembah Allah
Menurut M.Natsir. tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah
mcrealisasikan idealitas Islam yang pada intinya adalah menghasilkan
manusia yang berperilaku islami. yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah sebagai sumher kekuasaan mutlak yang hams ditaati. Ketaatan
kepada Allah yang mutlak itu mangandung makna menyerahkan diri secara
total kepada Allah, menjadikan manusia menghambakan diri hanya kepada
Allah.
Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap ruhani dan
jasmaninya kepada Allah SWT untuk kemenangan dirinya dengan arti yang
31
diatas dunia. Dan itulah tujuan didikan yang hams kita berikan kepada anak-
anak kita kaum Muslimin.
Inilah “Islamietisch Paedagogische Ideaal” yang gemerlapan yang
hams mcmberi suara kepada tiap-tiap pendidik Muslimin dalam
mengemudikan perahu pendidikannya(Ajib Rosyidi, 1990: 175-176).
Selanjutnya Natsir mengatakan balnva apabila manusia telah
menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, berarti ia telah berada dalam
dimensi kehidupan yang menyejahterakan di dunia dan membahagiakan di
akhirat. Menumt Natsir, dalam menetapkan tujuan pendidikan Islam,
hendaknya mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang
terbaik dan sebagai kholifah di muka bumi (Abudin Nata, 2005: 82-83).
Dari rumusan-rumusan tersebut ada beberapa hal yang perlu
dikomentari. Pertama, M. Natsir menyebut pendidikan sebagai satu pimpinan
atau bimbingan agar manusia yang dididik itn dapat bertumbuh dan
berkembang jasmani dan rohani. KeJua. pendidikan itu diarahkan agar si
terdidik dapat mcmiliki kesempumaan sitst-silat kemanusiaan dalam arti
kesempurnaan akhlak karimah-nya. Ketiga, pendidikan tidak boleh
membentuk manusia yang dalam kehidupannya terkesan suka berpura-pura
dalam perilakunya untuk hipokrit. Keempat, tujuan pendidikan itu sama
dengan tujuan hidup, berarti para pendidik hams dapat membentuk peserta
didik menjadi manusia-manusia yang mengabdi kepada Tuhan dan mencari
keridhoan-Nya. Kelima, alumnus pendidikan hams dapat menjadi manusia
32
menjadi rahmat bagi sosania. Keenam, scgala informasi dalam pendidikan
yang bertujuan mcnyesatkan pcscrta didik. apalagi menghilangkan sitat-sitat
kemanusiaan mereka, harus dijauhkan (Thohir Luth, 1999: 95-96).
Landasan Pendidikan Islam
1. Tauhid Sebagai Dasar Pendidikan Islam
Semua umat manusia wajib bersyukur kepada Allah yang telah
memberikan nikmat yang paling berharga, yaitu kenikmatan yang
membedakan antara orang-orang Islam dengan orang-orang yang yang
tidak memiliki agama alias Ateis dan agama-agama lain selain Islam.
Yaitu hidayah yang telah diberikan Allah kepada kita semua. yang semoga
sampai kita keninggal dunia tetap dalam keadaan Islam, yang akhir dari
ucapan kila adalah dua kalimah syahadat amin.
Tidak akan selesai ketika akan mengajarkan tauhid kepada anak
perfikiran tentang takdir seseorang, dengan dalih bahwa ajarannya tentang
tauhid kepada anaknya jika nantinya Allah akan mentaqdirkan anak
tersebut mati dalam keadaan kafir. Meskipun tidak diajari Tauhid, jika
Allah berkehendak lain dan member hidayah kepada anak tersebut dan
mencabut nyawanya dalam keadaan telah mengucapkan dua kalimah
syahadat, maka anak itu juga akan masuk surga insyaAllah. Demikianlah
perkiraan kepada Allah bagi orang-orang yang hanya belajar agama secara
33
Sangat berbeda sekali dengan ajaran Allah dalarn alquran melalui
hikmah yang dicontohkan oleh Allah melalui Luqman, yang
memerintahkan kita untuk mendidik yang anak pertama kali adalah agar
anak tersebut jangan sekali-kali menyekutukan Allah.
Nabi Muhammad SAW telah menerangkan bahwa ketika anak
dilahirkan kedalm dunia, orangtuanyalah yang akan menjadikan mereka
agama Yahudi, Nasrani atau Majusi. Maka sangatlah penting bagi para
orangtua untuk sejak dini dalam mengajarkan anaknya tentang tauhid dan
hal-hal yang dapat mengeluarkan anak tersebut darinya yaitu berbuat
syirik atau menyekutukan Allah, yang bentuknya sangat banyak dan
bermacam-macam.
Mengenalkan Tuhan. mentauhidkan Tuhan, mempercayai dan
menyerahkan diri kepada Tuhan. tak dapat tidak harus menjadi dasar bagi
tiap-tiap pendidikan yang Lendak diberikan kepada generasi yang kita
latih, jikalau kita sebagai guru ataupun sebagai ibu bapa, betul-betul cinta
kepada anak-anak yang telah dipetaruhkan Allah kepada kita itu (M
Natsir, 1954: 142).
Ketika membahas tentang tauhid, Natsir sering kali mencontohkan
kepada kepada kita tentang seorang yang bemama Paul Ehrenfest. Dia
adalah seorang terpelajar, seorang intelektual, berasal dari keluarga yang
baik, dan beliau adalah seorang yang terkenal dengan budi pekertinva
yang baik, karena tidak pemah terder.gan melakukan pc kerjaan yang
34
kenapa sekarang ia melakukan suatu berbuatan yang lebih buas
dan ganas 1 sifatnya dari perbuatan seorang penjahat, membunuh anak
sendiri, dan setelah itu membunuh dirinya sendiri?.
Dari suatu snrat yang ditinggalkan untuk teman sejawatnya yang
paling rapat, yakni Prof. Kohnstamm itu nyatalah, bahwa perbuatan yang
menewaskan dua jiw a itu bukan suatu pekeijaan terburu nafsu, melrinkan
suatu perbuatan yang difikir lama, berasal dari suatu perjuangan ruhani
yang telah mendalam, yang tak dapat diselrsaikan dengan lautan ilmu
yang ada padanya itu(M Natsir, 1954: 140).
Pidato beliau pada rapat Persatuan Islam di Bogor. 17 juni 1934,
dengan judul “Idiologi Didikan Islam " maupun tulisan beliau di Pedoman
Masyarakat tiga tahun kemudian (1937). Dengan judul "Tauhid Se hagai
Dasar Didikan " dengan jelas dan gambling sekali menggariskan ideologi
pendidikan ummat Islam yang harus bertitik tolak dari dan berorientasi
kepada kata Tauhid, yang bersimpul dalam dua kalimah syahadah itu
(Abibullah Djaini, 1996: 100).
Pentingnya tauhid sebagai dasar pendidikan ini menurut Natsir
barhubungan erat dengan akhlak yang mulia. Tauhid dapat terlihat
manifestasinya pada kepribadian yang mulia seperti yang dirumuskan
dalam tujuan pendidikan. Yaitu pribadi yang memiliki keikhlasan.
kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas atau
35
Selain itu juga Natsir mengisahkan tentang kisah Ismail yang rela
disembelih oleh bapaknya sendiri kalau memang itu adalah perintah
Alllah. Sehinnga Allah menurunkan karnping untuk disembelih
menggantikan Ismail. Yang sering dilakukan umat Islam ketika hari raya
Idul Adha dan tiga hari setelahnya.
Pak Natsir menyarankan kepada kita bahwa landasan pendidikan
•»
bagi umat Islam sebagai butir dari berbagai butir dalam sistem pendidikan.
adalah Tauhid. Keyakinan akan keesaan Allahakan menempa ketangguhan
pribadi seseorang dalam melaksanakan tugas kemanusiaannya sebagai
hamba Allah. Maupun yang beribadah kepada-Nya sebagai makhluk
sosial, yang mampu melaksanakan kewajiban dengan penuh tanggung
jaw ab demi kepentingan masyarakat. Tauhid pada hakikatnya adalah
landasan seluruh aspek kehidupan manusia dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah SWT (Abibullah Djaini, 1996: 89).
Hubungan manusia dan sesama makhluk dapat diadakan kapan
saja waktunya. Akan tetapi hubungan dengan Ilahi tidaklah boleh dinanti-
nantikan setelahnya besar atau berumur lanjut.
Maka berbahagialah scorang anak apabila ia tnempunyai seorang
bapa yang tabu mcnanamkan tauhid dalam sanubarinya sedari kecilnya.
Akan terpelihara ia dari malapetaka, karena senantiasa ada hubungan
kepada khulik yang menjadikannya, serta mengutamakan m u ’amalah
36
dipakai supaya mendapat keselamatan dan kebahagiaan hidup, lahir dan
batin(M Natsir, 1954: 143).
2. Pendidikan Akhlak
Akhlak adalah sikap yang terpuji yang harus dimiliki oleh seorang
guru. Kcmudian in memerintahkiui kepada murid-muridnya untuk
berakhlak baik. Ucapan yang baik. senyuman, dan raut rnuka yang berseri
dapat menghilangkan jarak yang membatasi antara seorang guru dengan
muridnya. Sikap kasih dan saying, serta kelapangan hati seorang pendidik
akan dapat menangani kebodohan seorang murid(Muhammad Syafii
Antoni, 2009: 201).
Sering kali kebanyakan orang meremehkan akan pentingnya
pendidikan akhlak, mereka beranggapan bahwa pendidikan akhlak cuma
berputar pada kesopanan saja. Padahal jika kita telusuri sangat bany«k
sekali cabang-cabang yang terdapat dalam pendidikan akhlak. bahkan
silking pcntingnyn nisulullah diutus keduuia tidnk lain adalah untuk
menyempumakan akhlak manusia.
Dalam agama islam pendidikan akhlak inengajarkan tentang
bekeija dengan giat, rajin, optimis, toleransi, tidak boleh curang dan
sebagainya. Jadi bias disimpilkan jika seseorang memiliki akhlak yang
baik maka anak juga memiliki kecerdasan yang baik pula
Pemah diadakan penelitian pada salah satu pendidikan dasar di
Negara liberal, tentang pendidikan yang diperoleh anak-anak didik di
37
pendidikan disana adalah. guru-guru lebih memperhatikan dan
mengutamakan anak didik mereka pandai dalam mengantre kclika
menyeberang daripada pandai dalam pelajaran matematika atau pelajaran
_ . goegrafi. Salah sat dari para guru mengatakan bahwa mengajari anak
untuk dapat mengantre dengan baik lebih sulit dibandingkan mengajari
anak untuk pandai dalam pelajaran matematika maupun geografi, untuk
mengajari anak belajar mengantre bias memerlukan waktu sampai lima
belas tahunan, akan tetapi anak dapat pandai dalam matematika ataupun
geografi cuma dengan belajar beberapa bulan saja.
1). Pcngcmbnngan Pendidikan Islam
1. Adanya koordinasi pcrguruan-perguruan Islam
Akibat tidak adanya koordinasi antara pcrguruan-perguruan Islam,
mengakibtakan banyak sekali murid-murid sekolah kita yang terlantar
pelajarannya, bilaman mereka terpaksa pindah dari satu tempat ketempat
yang lainnya.
Bukan kita tidak memberi pelajaran yang ba’k, akan tetapi kurang
memberi jaminan dan ketentraman hati kepada para wali murid, lantaran
sekolah-sekolah kurang menjaga hubungan yang rapat diantara pelajaran
satu sekolah dengan sekolah yang lainnya.
Jika dilihat dari dasar, tujuan pendidikan Islam pasti semua sama.
Yang membedakan antara sekolah satu dengan sekolah yang lainnya
38
Jangan kita lupakan, bahwa koordinasi itu bukan satu banjir besar
yang akan menghancurkan dan mengikis semua yang ada, dan mendirikan
suatu bangunan yang baru sama sekali. Koordinasi dalam kalangan
didikan itu tidaklah bisa disamakan dengan normalisasi dalam kalangan
tehnik dan industri. Lantaran yang menjadi bah an dalam kalangan didikan
bukanlah kayu, atau semen atau salah satu logam yang hendak ditetapkan
sama rata bcrapa panjang. lebar dan tebalnya. Melainkan manusia yang
hidup, yang mempunyai, disamping beberapa si fat-si fat yang umum,
bebcrapa si fat dan tabiat yang terkluisus pula. Si fat dan tabiat yang tak
dapat, dan memang tak bolah dibentuk dan dicetak seperti tanah liat ).~ig
dijadikan belanga dan batu-bata.
Kalau kita menoleh kekanan dan kekiri, akan kelihatanlah dinegeri
orang lain, seperti di Negeri Belanda umpamanya, bahwa sebagian besar
dari perguruan mereka dipegang oleh partikelir. Dari pelajaran rendah,
menengah dan sampai kepada universitasnya. Didirikan oleh bermacam-
macam golongan: Katolik, Protestan dengan bermacam-macam
mashabnya pula: Doopsgezinden, Adventisten, Pinkstergcmoente.
Calvinistcn dan lain-lainnya. Masing-masing memiliki si fat khusus. Akan
tetapi pandai dan mungkin mereka mempersatukan isi dan rencana
pelajaran. Pandai dan mungkin mereka mengadakan pada saat-saatnya
yang tertente satu “Algemeen Onderwivs Congres" dengan tidak
memandang mazhab agama dan parati politik.(Mohammad Natsir, 1954:
39
* Meskipun memang ada sifat-sifat terkhusus dari setiap sekolahan
tertentu, akan tetapi mengingat anak-anak didik maka perlu adanya
koordinasi antara sekolah satu dengan sekolah yang lainnya.
Natsir juga menghimbau akan pcntingnya koordinasi antara
sekolahan rendah. menengah dan universitas, agar peserta didik yang
kctika mcnamatkan sekolah mereka di nendidikan dasar dan akan
melanjutkan ke sekolah menengah akan teijadi kesinambungan. Begitu
pula mereka yang dari sekolah menengah yang akan melanjutkan ke
universitas Islam. Sehingga pendidikan yang didapat sejak sekolah dasar
samapi perguruan tinggi tidak akan teijadi adanya pengulangan dalam
pelajaran dan juga kurang bisa mengikutinya siswa ketika berada di suatu
perguruan tinggi, dikarenakan di sekolahnya dahulu belum diajarkan.
Cara ntemulai koordinasi yang pertama yaitu: perguruan tinggi
menawarkan beberapa syarat yang hams dipenuhi pleh kandidat student
yang akan diterima. Berdasar kepada tawaran itu, Perguruan Menengah
mengatur rencana pelajarannya yang sepadan dengan itu. Sesudah itu terns
pula menawarkan kepada Perguruan Rendah. syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh kandidat-kandidat murid Sekolah Menengah nantinya.
Dengan begitu rencana pelajaran segenap lapisan dapat tersusun
Cara yang kedua: Pemimpin-pemimpin Perguruan Rendah
memulai merancangkan satu rencana pelajaran yang sedapat-dapatnya
diturut oleh kalangan Sekolah-sekolah Rendah. Rancangan itu
40
setelahnya musyawarah itu menghasilkan satu buah yang tertentu, maka
dapatlah Perguruan Menengah mendasarkan rencana pelajaran-
pelajarannya atas rencana pelajaran Perguruan Rendah itu pula. Dan
seterusnya menjadi kewajiban pula bagi Perguruan Menengah menjadikan
kesempatan bagi murid-murid yang hendak menyambung pelajaran ke
Sekolah Tinggi(M Natsir, 1954: 110).
Sehingga Natsir bercita-cita imtuk membentuk semacam wadah
bersama bagi perguruan-perguruan Islam itu. yang mnamanyapun sudah
dia temukan. yaitu “Perikatan Perguruan-perguruan Muslim Indonesia"
disingkat menjadi “Permusi". Dia menganggap karangannva yang dimuat
dalam majalah Panji Islam itu sebagai seruan kepada perguruan-perguruan
Islam yang ada, yang-dim inta agar dikirimi majalah tersebut supaya
mcreka dapat menyatakan persetujuaanya melaluai redaksi. Tetapi
harapan itu sia-sia. Tak ada sambutan yang antusias terhadap gagasan
tersebut, sehinnga ia terbengkalai begitu saja. Dan perguruan-perguruan
Islam tetap saja beijalan menurut garisnya masing-masing tanpa
memperdulikan kesulitan yang dihadapi murid-muridnya yang misalnya
karena orang tuanya pindah keija dia pun harus pindah sekolah pula (Ajib
Rosyidi, 1990: 204-205).
2. Fungsi Bahasa Asing
Menurut Natsir, dengan berbahasa Indonesia berarti telah
41
bagi seluruh bangsa adalah sebuah tulang punggung dari sebuah
kebudayaari suatu bangsa.
“Sebagai dasar bagi kecerdasan salah satu bangsa”, kata Natsir,
“adalah bahasa Ibnnya sendiri. Bahasa yang bersangkut paut dan tak do "at
diccmikiiu dari ulirnn hcrllkir. Bahasa dari salah satu bangsa. adalah
tulang punggung dari kebudayaannya. Mempcrtahnnkan bahasa sendiri
berarti mempertahankan sifat-sifat dan kebudayaan sendiri.” Untuk itu
Natsir mengutip L. Weisgeber dalam kitabnya Mutterspacha and
Geisterbildunx (1920): “Kultur salah satu bangsa berdiri atau jatuh dengan
bahasa bangsa itu sendiri.”
Ini semua tidak berarti bahwa untuk kemajuan dan kecerdasan
bangsa kita, yakni kecerdasan yang lebih luas, kita sudah memadakan saja
dengan bahasa kita itu sendiri. Kemajuan berfikir, bergantung sangat
kepmki keluasan medan yang niungkin dikuasai oleh bahasa yang dipakai.
Dan apabila suatu bahasa seperti bahasa Indonesia, masih berada pada
lingkat seperti sekarang, dan belum pula eukup kekayaannva untuk
mengutarakan bermacam-maeam pengertian yang ma'nawi, maka bahasa
itu sendiri akan menjadi kurungan yang membatasi ruang-gerak kita dalam
menuju kecerdasan umum yang lebih luas. Yaitu sekiranya kita puaskan
diri dengan sekedar mengetahui bahasa kita sendiri itu saja. Bentuk dan
bangunan fikiran suatu bangsa betjalin rapat dan boleh dikatakan terpaksa