• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KETENTUAN HUKUM MENGENAI KEJAHATAN TERHADAP KEMERDEKAAN BURUH 3.1. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana 3.2.1. Pengertian Tindak Pidana - SANKSI PIDANA BAGI PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III KETENTUAN HUKUM MENGENAI KEJAHATAN TERHADAP KEMERDEKAAN BURUH 3.1. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana 3.2.1. Pengertian Tindak Pidana - SANKSI PIDANA BAGI PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

pidana mengenai arti dari tindak / perbuatan pidana antara lain:

- Menurut Moeljatno bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang

oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (saksi) yang berupa

pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.34

- Menurut Pompe, pengetian tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma

(gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun dengan tidak

sengaja telah dilakukan seorang pelaku, dimanapun penjatuhan hukuman

terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan

terjaminnya kepentingan umum.35

- Menurut E. Utrecht, pengertian tindak pidana dengan istilah peristiwa pidana

yang sering juga ia sebut delik, karena peristiwa sebuah perbuatan (handelen

atau doen positif) atau suatu melalikan (natalennegatif) , maupun

34

Moeljatno, Asas – Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 59. (selanjutnya Moeljanto I)

35

(2)

akitbatnya (keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau melalaikan

itu).36

- Menurut Simons menerangkan, bahwa strafbaar feit adalah kelakuan

(handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum,

yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang

mampu bertanggung jawab.37

- Menurut Van Hamel merumuskan strafbaar faith adalah kelakuan orang

(menselijke gedraging) yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan

hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan

kesalahan.38

3.2.2.Unsur – Unsur Tindak Pidana

Menurut Moeljanto, bahwa pada hakikatnya setiap perbuatan pidana

memiliki unsur – unsur sebagai berikut:39

a) Kelakuan dan akibat.

Dalam hal kelakuan dan akibat merupakan unsur lahiriah (fakta) yang berarti

perbuatan yang mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan

karenanya.

b) Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan.

(3)

Mengenai hal ikhwal yang mana oleh Van Hamel dibagi menjadi 2 (dua)

golongan, yaitu yang mengenai diri orang yang melakukan perbuatan dan

yang mengenai di luar diri si pelaku.

Selain itu, keadaan tertentu yang menyertai perbuatan merupakan unsur

tambahan yang bahwa tanpa adanya keadaan itu, perbuatan yang dilakukan

tidak cukup.

c) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.

Keadaan tambahan yang dimaksud di atas yaitu suatu keadaan dimana setelah

para pelaku pidana melakukan perbuatan tertentu setelah terjadi tindak pidana

yang menimbulkan kerugikan bagi orang lain, sehingga ada atau tidaknya

keadaan tambahan dalam suatu tindak pidana, pelaku tetap dijatuhi sanksi

pidana. Tetapi dengan adanya keadaan tambahan maka dapat memberatkan

ancaman pidana bagi pelakunya.

d) Melawan hukum yang objektif.

Dalam unsur melawan hukum yang objektif merujuk kepada perbuatan atau

keadaan lahiriah.

e) Melawan hukum yang Subjektif.

Keadaan subyektif yaitu dalam batin terdakwa apakah terdakwa benar - benar

ingin melakukan suatu tindakan pidana atau tidak. Dalam teori unsur

melawan hukum yang demikian ini dinamakan subjektif onrechtselement

yaitu, unsur melawan hukum yang subyektif.

(4)

3.2.3.Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana

Membahas mengenai tindak pidana maka akan membahas juga

mengenai pertanggungjawaban dalam hukum pidana. Walaupun dalam pengertian

tindak pidana tidak termasuk masalah pertanggungjawaban pidana karena pada

tindak pidana hanya merujuk pada dilarangnya suatu perbuatan.40 Asas dalam

pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah tidak dipidana jika tidak ada

kesalahan (Geen straf zonder schuld; actus non facit reum nisi mens sist rea).41

Tetapi menurut Moeljanto, meskipun melakukan perbuatan pidana tidak selalu dia

dapat dipidana karena orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan, jika dia

punya waktu melaksanakan perbuatan pidana.42

Selain itu, pertanggungjawaban dalam hukum pidana selalu

berhubungan dengan kemampuan untuk bertanggung jawab

(toerekeningsvarbaarheid). Dalam hal kemampuan bertanggung jawab harus

ada:43

1) Kemapuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang

buruk; yang sesuai hukum dan yang melawan hukum (faktor akal atau

intelektual factor);

2) Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsafan tentang baik

dan buruknya perbuatan tadi (factor khendak atau volitional factor).

40

Dwidja Priyanto, Kebijakan Legisalasi Tentang Sistem Pertanggungjawaban Pidana

Koorporasi di Indonesia,CV. Utama, Bandung, 2004, hlm.30.

(5)

3.2.Peraturan Mengenai Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Buruh

3.2.1.Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Hak - hak buruh dikaitkan dengan kemerdekaan maka dilihat adanya

persamaan antara hak dan kemerdekaan karena sebelum kemerdekaan Republik

Indonesia terlihat jelas bahwa terjadi pelanggaran terhadap hak – hak buruh atau

pekerja oleh para penjajah yang ada di Negara Republik Indonesia, namun setelah

masa penjajahan tepatnya pada masa Kemerdekaan Republik Indonesia, para

Buruh mendapatkan kembali hak – haknya untuk hidup layak, mendapatkan upah

layak, menyampaikan pendapat, berserikat dan berkumpul serta terbebas dari

perbudakan. Maka dapat disimpulkan bahwa kemerdekaan buruh merupakan

hak-hak yang dimiliki oleh para pekerja atau buruh.

Oleh karena itu, apabila hak-hak buruh tidak dipenuhi maka

kemerdekaan buruh tidak dapat terwujud. Sehingga pemerintah membuat Undang

– Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan untuk mengatur

hubungan antara pekerja atau buruh dengan pemberi kerja atau pengusaha serta

hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Dalam Undang –

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berisi mengenai

ketentuan khusus yang mengatur Pada pasal 183 sampai 189 mengenai ketentuan

pidana serta pada pasal 190 mengenai sanksi administratif dalam Undang –

Undang Nomor 13 Tahun 2003. Ketentuan pidana dalam Undang – Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

(6)

(1)Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74,

dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling

lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak

pidana kejahatan.

b. Pasal 184

(1)Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

167 ayat (5), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit

Rp100.000.000.00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak

pidana kejahatan.

c. Pasal 185

(1)Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42

ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal

90 ayat (1), Pasal 139, Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7),

dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling

(7)

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus

juta rupiah).

(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak

pidana kejahatan.

d. Pasal 186

(1)Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35

ayat (2) dan ayat (3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1),

dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling

lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp10.000.000,00

(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus

juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak

pidana pelanggaran.

e. Pasal 187

(1)Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37

ayat (2), Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71

ayat (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2), Pasal

85 ayat (3), dan Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan paling

singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda

paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak

(8)

f. Pasal 188

(1)Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 108

ayat (1), Pasal 111 ayat (3), Pasal 114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi

pidana denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak

pidana pelanggaran.

g. Pasal 189

Sanksi pidana penjara, kurungan, dan/atau denda tidak menghilangkan

kewajiban pengusaha membayar hak-hak dan/atau ganti kerugian kepada

tenaga kerja atau pekerja/buruh.

Di samping itu, terdapat juga ketentuan mengenai sanksi administratif

dalam Pasal 190 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan yang berbunyi :

(1)Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas

pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6,

Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1),

Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1) dan

ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

(9)

b. peringatan tertulis;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pembatalan persetujuan;

f. pembatalan pendaftaran;

g. penghentian sementara sebahagian atau seluruh alat produksi;

h. pencabutan ijin.

(3)Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

3.2.2.Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh

Hak berorganisasi merupakan salah satu dari hak yang dimiliki para

buruh, yang telah diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000

Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Dalam ketentuan pasal tersebut diatur

mengenai siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh

untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi

pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau

tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dengan cara :

a. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara,

menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;

b. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;

c. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun ;

(10)

Apabila pengusaha melanggar kententuan Pasal 28 dapat dikenakan

sanksi sebagaimana yang diatur Pasal 43 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000

Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang berbunyi :

1. Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan sanksi pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana

kejahatan.

Oleh karena adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang

Serikat Pekerja/Serikat Buruh dapat melindungi hak buruh untuk berorganisasi

atau berserikat dari pemutusan hubungan kerja, intimidasi, upah tidak dibayar

maupun kampanye anti serikat pekerja/serikat buruh yang dilakukan oleh

pengusaha. Selain itu, pengusaha tidak lagi dapat menghalangi maupun memaksa

para buruh/ pekerja untuk tidak melakukan kegiatan organisasi atau berserikat.

3.3.Pengingkaran Terhadap Pesangon Pemutusan Hubungan Kerja

Istilah pesangon atau biasa disebut uang pesangon tentu saja sudah

tidak asing lagi dalam dunia perekonomian, pesangon sendiri dapat diartikan

sebagai uang yang diberikan sebagai bekal kepada karyawan (pekerja atau buruh)

yang diberhentikan dari pekerjaan dalam rangka pengurangan tenaga kerja.44

Pembayaran pesangon biasanya bukanlah hukuman yang dijatuhkan kepada

44

(11)

majikan karena tindakan yang salah, tetapi pembayaran uangan sebagai tambahan

atas upah atau gaji yang menjadi hak pekerja semata – mata karena pekerja

diberhentikan setelah bekerja pada majikan itu selama waktu tertentu.45 Dalam hal

pengikaran terhadap pesangon dapat ditinjau dari salah satu kasus yaitu 17 Tahun

Kerja, di PHK Tanpa Pesangon yang beritanya sebagai berikut:46

BINTAN (HK) - Nasib malang menimpa Sunarto (45), asisten Chief

Engenering hotel berbintang lima, Bintan Lagoon Resort, Lagoi, sudah

mengabdi selama 17 tahun di hotel internasional tersebut harus mengakhiri

karirnya secara pahit. Ia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara tidak

hormat dan tidak mendapat pesangon. Sunarto di PHK berawal dari penemuan

sebuah ponsel yang rusak, dianggap manajemen perusahaan telah melakukan

penggelapan serta mencemarkan nama baik perusahan, akhirnya ia di PHK.

"Ponsel itu saya temukan dalam keadaan kumal dan tidak aktif. Saat itu tidak ada

yang merasa kehilangan dan diperbaiki, namun setelah mengetahui dari

manajemen ponsel itu milik warga negara asing maka langsung saya kembalikan

kepada chief security. Tapi malah di PHK," ujar Sunarto dengan nada sedih, Rabu

(12/6).

Ia menjelaskan, penemuan ponsel iPod itu ditemukannya sekitar bulan

Maret 2013 lalu. Setelah diperbaiki dan ponsel tersebut aktif lantas WNA

pemiliknya melacak keberadaan ponsel dan disampaikan kepada manajemen.

Karena mendapatkan informasi tersebut, lantas ponsel tersebut langsung

45

Lanny Ramli,,Op.cit, hlm.36. 46

(12)

dikembalikan melalui Maridan, Chief Security Bintan Lagoon. "Manajemen

menganggap ada penggelapan dan pencemaran nama baik sehingga dijadikan

alasan untuk membrikan sanksi serta keluarnya surat PHK dua minggu

kemudian," terangnya.

Surat PHK yang dikeluarkan oleh manajemen Hotel Bintan Lagoon

Resort, Senin (10/6), menyebutkan Sunarto telah melakukan pelanggaran berat.

Sehingga seluruh hak karyawan seperti pesangon dan hak lainnya, tidak diberikan.

Sunarto berharap kepada manajemen Bintan Lagoon dapat memberikan

hak-haknya selaku karyawan yang sudah di PHK, sebagaimana Undang-undang dan

peraturan yang berlaku. Sementara itu Raja Bambang Sutikno, HRD Bintan

Lagoon secara terpisah melalui ponselnya mengatakan dirinya tidak bisa

memberikan keterangan. "Berhubungan dengan masalah itu, saya no comment,"

jawabnya singkat.(rof)

Maka dilihat dari kasus diatas bahwa Sunarto merupakan salah satu

contoh Pemutusan Hubungan kerja tanpa pesangon. Dalam penyelesaiannya dapat

dilakukan melalui penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan hubungan Industrial.

Dalam Undang-Undang ini diatur penyelesaian perselisihan hubungan

industrial sebagaimana diatur dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2004 dapat dilakukan dengan cara:

(13)

Perundingan antara pekerja atau buruh atau serikat pekerja atau serikat buruh

dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

(Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004)

2. Konsiliasi

Penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan

kerja, atau perselishan antar serikat pekerja atau serikat buruh hanya dalam

satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih

konsiliator yang netral. (Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2004)

3. Pengadilan Hubungan Industrial

Pengadilan khusus yang dibentuk dilingkungan pengadilan negeri yang

berwenang memeriksa, mengadili, dan memberikan putusan terhadap

perselisihan hubungan industrial.

Dalam hal ini, apabila dalam penyelesaian perselisihan buruh melalui

pengadilan hubungan industrial dan putusan pengadilan bahwa Sunarto terbukti

melakukan pengelapan dan pencemaran nama baik Hotel Bintan Lagoon Resort

maka Hotel Bintan Lagoon Resort harus membayar uang penggantian hak

sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (4) dan uang pisah yang besarnya dan

pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau

perjanjian kerja bersama. (Pasal 158 ayat (1) juncto Pasal 158 ayat (4) Undang –

(14)

Tetapi apabilla Sunarto tidak terbukti melakukan pengelapan dan

pencemaran nama baik Hotel Bintan Lagoon Resort maka Hotel Bintan Lagoon

Resort harus membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja

dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana diatur dalam

Pasal 156 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003.

Terkait Sunarto tidak terbukti melakukan penggelapan dan

pencemaran nama baik Hotel Bintan Lagoon Resort, Sunarto bias menuntut balik

kepada Hotel Bintan Lagoon Resort atas pencemaran nama baik dengan dasar

hukum Pasal 310 ayat (1) KUHP yaitu Barangsiapa sengaja menyerang

kehormatan atau nama baik seorang dengan menuduh sesuatu halyang maksudnya

terang supaya hal itu diketahui umum, diancam, karena pencemaran, dengan

pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus

rupiah.47 Perbuatan yang dituduhkan itu tidak perlu suatu perbuatan yang boleh

dihukum seperti mencuri, menggelapkan, berzina dan sebagainya, cukup dengan

perbuatan biasa, sudah tentu suatu perbuatan yang memalukan.48

47

Moeljanto II, Op.cit, hlm. 114. 48

Referensi

Dokumen terkait

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukan bahwa jenis dan komposisi nutrisi media tanam jamur tiram putih memberikan pengaruh yang nyata pada persentase

Lembar Penilaian Tes Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 11- 20 Siswa Kelas VIII SMP Takhassus Plus Al-Mardliyah Kaliwungu Selatan Kendal.. No Nama Siswa

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan

Data produksi karkas ayam broiler yang meliputi bobot potong dan bobot karkas umur lima minggu dengan perlakuan 0,0; 0,5; 1,0; dan 1,5% tepung kulit manggis tertera

Selanjutnya untuk memberikan gambaran arah dan sasaran yang jelas serta sebagaimana pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Negeri Yogyakarta diselaraskan dengan arah

Hasil penelitian tentang produk KPR Muamalat iB Pembelian yang dilakukan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Pembantu Salatiga diantaranya: 1) Syarat pembiayaan di BMI yaitu

Lupiyoadi (2001:134) mendefinisikan Pelanggan adalah seorang individu yang secara continue dan berulang kali datang ke tempat yang sama untuk

Prinsip yang sangat penting dalam memberikan makanan tambahan untuk rehabilitasi anak dengan gangguan gizi kurang adalah memberikan makanan dengan konsep