• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengasuhan 1. Pengertian Pengasuhan - Wahyu Wiji Pamungkas BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengasuhan 1. Pengertian Pengasuhan - Wahyu Wiji Pamungkas BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengasuhan

1. Pengertian Pengasuhan

Orangtua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi, dan membimbing dari banyi hingga tahap dewasa (Brooks, 2011). Orang tua memberikan perhatian dan interaksi langsung dengan anak seperti memberi makan, mengajar, dan bermaian. Mereka juga memberikan perhatian melalui tindakan tidak langsung yang bias muncul dalam berbagai bentuk seperti orang tua berperan sebgai penasehat bagi anak di dalam masyarakat, di rumah dan di sekolah.

Pengertian pengasuhan menurut Alvita (2009) sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua/pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orang tua/pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.

(2)

merupakan perlakuan kerabat sebagai orang tua tua asuh atau orang tua yang ditinggalkan dirumah berinteraksi langsung dengan anak dengan tujuan memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengasuhan Orangtua

Faktor yang memperngaruhi pengasuhan orangtua menurut Pratjipto (dalam Soekanto,2004), bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan orangtua yaitu faktor eksternal serta faktor internal. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik serta lingkungan kerja orangtua, sedangkan faktor internal adalah model pola pengasuhan yang didapat sebelumnya.

a. Faktor eksternal :

Lingkungan sosial dan fisik tempat keluarga tinggal

Pola pengasuhan suatu keluarga turut dipengaruhi oleh tempat dimana keluarga itu tinggal. Apabila suatu keluarga tinggal di lingkungan yang otoritas pendudukya berpendidikan rendah serta tidak sopan santun yang rendah, maka anak akan dapat dengan mudah juga menjadi ikut terpengaruh.

Lingkungan kerja orangtua

(3)

terdekat misalnya saudara atau ke nenek kakenya. Oleh karena itu pola pengasuhan yang didapat oleh anak sesuai dengan orang yang mengasuh anak tersebut.

b. Faktor Internal

Model pola pengasuhan yang didapat sebelumnya. Artinya orangtua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini diperkuat apabila meerka memandang pola pengasuhan yang pernah mereka dapatkan dipandang berhasil.

3. Aspek Dalam Pengasuhan

Menurut Rita keterlibatan dalam parenting anak/remaja mengandung aspek :

a. Waktu

(4)

agama, bahkan mungkin mengajarkan anak untuk membersihkan rumah.

b. Interaksi

Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Dalam membentuk dasar pendidikan dan perkembangan perilaku anak, keluarga memiliki peran sangat penting. Agar perkembangan perilaku anak dapat tercapai maka orangtua perlu adanya interksi, keterbukaan, menjaga ketenangan jiwa anak, rasa saling menyayangi, saling menghormati antara orang tua dan anak, juga mengadakan pendekatan ataupun banyak berkumpul dan bercengkerama antara orang tua dan anak. Apabila dalam membentuk dasar pendidikan dan perkembangan kepribadian anak yang tertanam dalam keluarga berjalan dengan baik, maka anak dirasa akan menunjukan sikap yang baik sebagai hasilnya, dan anak juga siap untuk menjalani proses kehidupan dalam lingkungan yang lebih luas (masyarakat).

c. Komunikasi

(5)

dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

Proses pembelajaran komunikasi ini akan mematangkan pembelajaran etika, nilai (value), kepribadian dan sikap anak. Orang tua harus aktif mengajak anak berkomunikasi agar pencapaian kemampuan berbahasa anak maksimal, memberi contoh pengucapan dan penggunaan bahasa yang baik. Komunkasi yang baik antara orang tua dengaan anak, sangat membantu anak memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan keinginannya. Anak dapat mengidentifikasi perasaannya secara tepat sehingga membantunya untuk mengenali dan memahami perasaan yang sama pada orang lain.

d. Perhatian

(6)

e. Kontrol positif

Orangtua memfasilitasi kebutuhan anak dengan memberikan bimbingan positif pada saat yang tepat, menerapkan aturan yang konsisten dan memiliki tuntutan sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kontrol yang positif diharapkan anak menjadi lebih terpantau perkembangan dan perilaku sosialnya.

f. Afek positif

Ekspresi emosional yang positif pada anak yang mengindikasikan adanya kehangatan dan perasaan positif akan kesenangan penerimaan terhadap perilaku anak, misalnya ekspresi verbal (tidak menghardik, mengancam, mengejek, penolakan) maupun ekspresi non verbal (berupa senyuman, pelukan) tidak merefleksikan kemarahan, kecemasan akan perilaku anak.

g. Proteksi yang tidak berlebihan

(7)

h. Tiadanya hukuman fisik

Tidak memberikan hukuman fisik bila anak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan harapan orangtua. Menurut peneliti intensitas waktu, interaksi, perhatian, kehangatan, control positif, afek positif, proteksi yang tidak berebihan dan tiadanya hukuman fisik dalam pengasuhan merupakan hal yang mendasar untuk mencapai suatu kenyamanan dalam diri anak/remaja maupun pengasuhnya.

Aspek penting dalam pengasuhan menurut Chuck (2007), dalam artikelnya menyatakan 7 aspek penting dalam pengasuhan diantaranya : a. Disiplin

Dalam pengasuhan, disiplin merupakan aspek yang perlu diperhatikan. Sehubungan dengan hal tersebut, disiplin berfokus pada tingkah laku apa yang orangtua inginkan untuk dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang anak.

Self kontrol merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh orang tua khususnya dalam pengasuhan. Self kontrol merupakan kesadaran akan pikiran dan perasaannya sendiri. Dengan memiliki self kontrol maka seseorang akan menjadi seorang penunjuk arah terhadap tingkah lakunya.

Dalam parenting self kontrol merupakan “remote control” yang

(8)

yang terjadi disekitar mereka. Mereka sebaiknya dapat menentukan bagaimana berada dalam situasi tertentu daripada mengulang kegiatan yang sama terus-menerus.

Dalam buku karangan Santrock (2002) membagi pengasuhan orang tua dalam 3 jenis, yaitu: otoriter, otoritatif/demokratis, dan permisif. • Authoritarian Parenting (pengasuhan otoriter)

Pengasuhan authoritarian adalah cara orang tua mengasuh anak dengan menetapkan standar perilaku bagi anak, tetapi kurang responsif pada hak dan keinginan anak. Orang tua berusaha membentuk, mengendalikan, serta mengevaluasi tingkah laku anak sesuai dengan standar tingkah laku yang ditetapkan orang tua. Dalam pengasuhan ini orang tua berlaku sangat ketat dan mengontrol anak tapi kurang memiliki kedekatan dan komunikasi berpusat pada orang tua. Orang tua sangat jarang terlibat dalam proses memberi-menerima (take & give) dengan anaknya. Mereka mengekang dan memaksa anak untuk bertindak seperti yang mereka inginkan. Selain itu, mereka juga selalu menekankan bahwa pendapat orang dewasa paling benar dan anak harus menerima dengan tidak mempertanyakan kebenaran ataupun memberi komentar.

(9)

pengasuhan seperti ini biasanya memiliki kecenderungan emosi tidak stabil (moody), murung, takut, sedih, dan tidak spontan. Anak laki-laki yang orang tuanya berpengasuhan authoritarian, akan menjadi anak mudah marah dan bersikap menentang, sedangkan pada anak perempuan akan menjadi sangat tergantung dan kurang dalam bereksplorasi, serta menghindari tugas-tugas menantang (Bee & Boyd, 2004).

• Permissive / permisif

(10)

Pada bentuk pengasuhan ini, orang tua memberi bimbingan terlalu sedikit, sehingga anak menjadi bingung mengenai apa yang seharusnya dilakukan, serta merasa cemas apakah ia sudah melakukan sesuatu dengan benar atau belum (Papalia, 2004). Anak dengan pengasuhan ini kurang dewasa dalam mengambil keputusan, mempunyai kesulitan dalam mengontrol dorongan hati, tidak patuh jika diminta melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginan mereka. Ia juga kurang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas prasekolah jika dibandingkan dengan anak yang orang tuanya lebih menunjukkan kontrol.

• Authoritative Parenting ( Pengasuhan demokratis)

(11)

Anak yang orang tuanya demokratis seringkali berperilaku kompeten secara sosial, mereka cenderung mandiri, tidak cepat puas, mudah bergaul dan memperlihatkan harga diri yang tinggi. Karena hasil gaya ini positif (Diana dalam Santrock, 2007).

b. Hukuman dan Reward

Pada kenyataannya hukuman dan reward berjalan bersama-sama menurut Alfie (dalam Chuck, 2005) bukunya Unconditional Parenting menyatakan bahwa system hukuman dan reward sangat berpengaruh pada anak, pengaruh kedua sistem tersebut merupakan sebuah teknik dalam pengasuhan.

Sebagai dasar dari teknik parenting dalam sebuah sistem reward dan hukuman adalah untuk mendasari pandangan orang tua terhadap anak-anak mereka dalam respon kondisional (antara pengambilan kasih sayang atau penguatan positif).

c. Komunikasi Orangtua

Bahasa dan bagaimana orangtua berkomunikasi dengan anak-anak mereka secara langsung berpengaruh pada harga diri anak serta nilai-nilai yang orang tua tunjukan pun berpengaruh. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa pada dasarnya mempengaruhi bagaimana pikiran anak tumbuh dan berkembang.

(12)

maka semakin kita mendekati pengasuhan dari keseluruhan pandangan yang akan diberikan kepada anak.

d. Kesalahan.

Sebagai orang tua, mereka harus bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Bagaimana cara mereka memandang kesalahan-kesalahan dan konflik-konflik memiliki pengaruh langsung terhadap bagaimana anak belajar untuk melihat kesalahan-kesalahan mereka. Sehingga anak-anak akan dapat memutuskan keputusan dalam hidup mereka sendiri saat remaja dan saat tumbuh dewasa. Tugas sebagai orang tua tidak hanya menunjukkan bagaimana untuk membuat keputusan yang baik, namun juga bagaimana mereka merespon dan belajar dari keputusan yang buruk ataupun tidak baik. Orang tua memberikan pengarahan dan pendidikan kepada anak agar kesalahan yang dilakukan anak tidak di ulang kembali.

e. Kasih Sayang Tanpa Syarat

Anak-anak sangat membutuhkan kasih sayang orang tua tanpa syarat. Kasih sayang tanpa syarat adalah kasih sayang yang melebihi apapun, kesalahan dan apapun pandangan-pandangan orang tua didalamnya.

(13)

memberikan kasih sayang kepada anak-anak. Hal yang mustahil untuk memberikan cinta kepada anak-anak adalah jika orang tua tidak pernah memelihara cinta dalam diri mereka. Oleh karena itu untuk dapat menebarkan cinta pada anak mereka, mereka harus terlebih dahulu memelihara cinta dalam diri mereka.

f. Permainan

Permainan memperkenankan anak untuk menggunakan kreatifitasnya saat mengembangkan imajinasi, ketangkasan, dan fisik mereka, serta kekuatan kognitif dan emosional mereka. Permainan sangat penting untuk kesehatan perkembangan otak anak. Melalui permaianan anak pada usia yang sangat dini meningkatkan dan mempengaruhi dunia yang ada di sekitar mereka.

Permainan membuat anak-anak mampu membuat dan mengeksplor dunia yang dia kuasai, menyingkirkan ketakutan mereka ketika berperan sebagai seorang dewasa. Permaianan membantu mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan baru mereka yang dapat menuntun mereka untuk meningkatkan kepercayaan diri dan ketabahan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan dimasa depan.

(14)

kemampuan membuat keputusan, berpindah, menemukan, dan meningkatkan keinginan mereka secara penuh.

g. Hubungan

Anak-anak membutuhkan bimbingan dan struktur ynag digunakan untuk mengembangkan tanggung jawab, ketelitian, perhatian dan kesehatan masa dewasa mereka. Orang tua hanya perlu berfokus pada pembentukan sebuah hubungan kasih sayang, yang mana akan mustahil untuk dilakukan jika orang dewasa mengadili secara kritis. Anak-anak tidak akan belajar dan mempertahankan dirinya dalam waktu yang sama.

Inti pokok dari sebuah hubungan orang tua dan anak adalah orang tua dapat mengajarkan kasih sayang. Mereka hanya bisa mengasihi dan keadaan alamiah anak akan merespon kasih sayang tersebut.

Dari 2 aspek parenting diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini mengambil aspek menurut Chuck (2007) diantaranya sebagai berikut: Disiplin, hukuman dan reward, komunikasi orangtua, kesalahan, kasih sayang tanpa syarat, permainan, dan hubungan.

B. Keluarga

(15)

(dalam Yasin, 2007) berpendapat bahwa dalam melaksanakan pendidikan keluarga harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak terkecuali di dalam mendidik emosi anak. Orang tua yang berperan sebagai pendidik harus memiliki pemahaman tentang perkembangan emosi anak karena anak memiliki ciri khas sendiri dalam perkembangannya.

Dalam sebuah keluarga orang tua memiliki fungsi penting, yang antara lain:

a. Fungsi religious : Artinya, orang tua mempunyai kewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota lainnya kepada kehidupan beragama. Untuk melaksanakan fungsi ini, orang tua sebagai tokoh inti dalam keluarga itu harus terlebih dahulu menciptakan iklim yang religius dalam keluarga itu, yang dapat dihayati oleh seluruh anggotanya.

b. Fungsi edukatif : Pelaksanaan fungsi edukatif keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua. Sebagai salah satu unsur pendidikan, keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Orang tua harus mengetahui tentang pentingnya pertumbuhan, perkembangan, dan masa depan seorang anak secara keseluruhan.

(16)

mengajak bekerja sama dan saling membantu, memberikan contoh dan tauladan dalam hal-hal yang diharapkan.

d. Fungsi sosialisasi : Tugas orang tua dalam mendidik anaknya tidak saja mencakup pengembangan pribadi, agar menjadi pribadi yang mantap tetapi meliputi pula mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Melaksanakan fungsi sosialisasi berarti orang tua memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial, dan membutuhkan fasilitas yang memadai. Dalam menjalankan fungsi sosialisasi orang tua berkewajiban memberikan pemahaman kepada anak bahwa orang tua akan berkerja. Orang tua akan bekerja sebagai TKI dan akan meninggkalkan anak. Hal ini orang tua mempunyai peran yang sangat penting diberikan sosialisasi kepada anaknya agar tidak meninmbulkan penolakan pada anak dan anak berperilaku baik.

(17)

Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan peran penting dari keluarga yaitu orang tua yang terdekat dengan anak yaitu ibu. Ibu adalah orang yang mengenal seluk beluk anak, mengasuh anak, dan mendidik anak di lingkunagn kelaurga dan lembaga pendidikan, terutama peran ibu sangatlah vital bagi kelangsungan pendidikan generasi muda maupun pembinaan bengsa pada umumnya. Namun pada kenyataannya banyak dari orang tua yang kurang bahkan tidak memperhatikan perkembangan sikap dan perilaku anak. Para orang tua sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga tanpa memperhatikan kebutuhan batiniah si anak (Shanti, Suyahmo, dan Slamet, 2011).

Pengasuhan keluarga telah berfokus pada tiga yaitu kasih sayang, kontrol perilaku, dan psikologis yang mengacu pada kontrol orang tua dan perilaku anak . Peran orangtua sangatlah penting dalam perkembangan anak, namun ketika orang tua bekerja sebagai TKI maka peran yang seharusnya berjalan dengan baik menjadi kurang sesuai dengan keinginan anak.

(18)

ayah dalam pengasuhan akan membawa manfaat besar bagi perkembangan anak, hanya apabila keterlibatan tersebut cocok, hangat, bersifat positif, membangun dan memfasilitasi anak untuk berkembang (Farida, Dian dan Karyono, 2011).

Peranan Ibu dalam Pengasuhan

Hubungan yang pertama dan terutama dalam kehidupan seseorang anak adalah dengan ibunya dan dari hubungan ini anak akan membentuk pola hubungan antara dirinya dengan orang lain sepanjang hidupnya. Hubungan yang terjalin antara orangtua dengan anak bukan merupakan proses yang searah, akan tetapi timbal balik karena perilaku anak dapat mempengaruhi perilaku orangtua. Peranan orangtua khususnya ibu selaku pengasuh dan pendidik anak dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan anak secara positif maupun negatif (Shely, 2010).

Penelitian yang dilakukan Jatiningsih (2004) menunjukkan bahwa semakin banyak alokasi waktu yang dicurahkan ibu dalam pengasuhan anak maka skor perkembangan sosial anak akan semakin baik.

Peranan Ayah dalam Pengasuhan

(19)

memiliki kesempatan dan peranan yang lebih kecil dalam mengembangkan anak-anaknya. Dengan meningkatnya usia anak, maka peranan ayah semakin banyak dan kompleks. Ayah harus dapat mengerti keadaan anak, bertindak sebagai teman atau rekan, membimbing perkembangan anak serta melakukan sesuatu bersama anak. Peran ayah dalam pengasuhan mempunyai pengaruh nyata pada tingkat perkembangan anak. Ayah berusaha mengembangkan kemampuan-kemampuan, keahlian, mengarahkan minat dan mengembangkan kemampuan intelektualnya. Pada umumnya peran ayah dalam pengasuhan adalah mengajak anak bermain.

C. Perilaku Sosial a. Pengertian

(20)

dipandang sebagai perilaku yang memberikan efek negatif dalam masyarakat atau disebut dengan perilaku antisosial (Baumeister dan Bushman, 2008).

b. Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Sosial

Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :

1) Perilaku dan karakteristik orang lain

Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.

2) Proses kognitif

(21)

jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar. 3) Faktor lingkungan

Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalambertutur kata.

4) Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak.

c. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial

(22)

Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antarpribadi, yaitu :

1) Kecenderungan Perilaku Peran

a) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial

Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan kepentingannya.

b) Sifat berkuasa dan sifat patuh

(23)

c) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif

Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak sauka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan.

d) Sifat mandiri dan tergantung

Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil.

2) Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial a) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain

(24)

dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang di tolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

b) Suka bergaul dan tidak suka bergaul

Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.

c) Sifat ramah dan tidak ramah

Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang,dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya.

d) Simpatik atau tidak simpatik

Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.

3) Kecenderungan perilaku ekspresif

a) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerjasama)

(25)

dikalahkan, memperkaya dirisendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifatyang sebaliknya

b) Sifat agresif dan tidak agresif

Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh padapenguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya. c) Sifat kalem atau tenang secara sosial

Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang.

d) Sifat suka pamer atau menonjolkan diri

Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.

Sementara itu, Buhler ( dalam Abin, 2003) mengemukakan tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial individu sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial

Tahap Ciri-Ciri

Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3) Subyektif

Segala sesuatu dilihat berdasarkan pandangan sendiri Kritis I ( 3 – 4 )

Trozt Alter

Pembantah, keras kepala

(26)

Masa Obyektif Anak Sekolah ( 6 – 12 )

Masa Obyektif

Membandingkan dengan aturan – aturan

Kritis II ( 12 – 13 ) Masa Pre Puber

Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji

Remaja Awal ( 13 – 16 ) Masa Subyektif Menuju

Masa Obyektif

Mulai menyadari adanya kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya

Remaja Akhir ( 16 – 18 ) Masa Obyektif

Berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemampuan dirinya

D. Anak

Menurut tinjauan secara sosial, anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Sedangkan menurut hukum UU No. 4 Tahun 1979, Pasal 1 Ayat 2, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.

(27)

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Perkembangan kognitif anak mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya.

Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku sosial pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku sosial yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).

(28)

 Pengasuhan

a. Aspek Pengasuhan b. Faktor yang

mempengaruhi pengasuhan orangtua

- Perilaku sosial anak

Keluarga TKI

Faktor pembentuk : 1) Perilaku dan

karakteristik orang lain.

2) Proses kognitif 3) Faktor

lingkungan

menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku sosial yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Pratjipto, ( 2007) ,Diana Baumrind (dalam Bee & Boyd (2004), Syamsu Yusuf (2009),

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial
Gambar 2.1  Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Penelitian Tugas Akhir yang dilakukan adalah membangun aplikasi yang menerapkan Kalman Filter untuk menelusur multi-blob dari bayangan tangan yang ditangkap

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji (1) aktivitas siswa pada saat penerapan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi rumah sakit atau dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan dalam hal

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada