• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHEUMATOID A R TH R I T I S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI DESA SEKARKRAJAN PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHEUMATOID A R TH R I T I S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI DESA SEKARKRAJAN PASURUAN"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

A R T H R I T I S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI DESA

SEKARKRAJAN PASURUAN

Oleh :

MAYA PUJI ASTUTIK NIM. 1801117

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021

(2)

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI DESA SEKARKRAJAN PASURUAN

Sebag ai Prasy arat untuk Memp erol eh Gela r Ahli Mady a Kep era watan (Amd. Kep ) Di Poli teknik Kes ehatan Kerta Cendeki a Sidoa rjo

Oleh :

MAYA PUJI ASTUTIK NIM. 1801117

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021

(3)

Nama NIM

Tempat, Tanggal Lahir Institusi

Maya Puji Astutik

1801 I 17

Pasuruarl 29 Mret 2000

Politekdk Kesehatail Kerta Cendekia Sidoarjo Menyatakan

bahwa Krya Tulis Ihniah yang

berjudul *ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN REEUMATOID ARTHMTTS DENGAN MASALAH KEPERAWATAI\ GANGGUAN MOBILTTAS TISIK DI DESA SEKARKRAJAN PASURUAN' adalah bukan Karya Tulid Ilmiah orang lain

baik

sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalan bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernydaan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Pasuruan, 25 Februari 202 I

Mengetahui,

Pembimbi4g 2

.-*

Ns Ayu ller,?i Nrstiti S.K6- lWKeo NIDN.348098801

Mavd'Puii Astutik NIM. 1801 117

NrDN.070406890I

111

(4)

Nama Judul

: Maya Puji Astutik

: AST}IIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN R-flEUfuIATOID

ARTHRITIS DENGAN

MASATAH

KEPERAWATAN GANGGUAI\

MOBILITAS MSIK DI DESA SEKARKRAJAN PASURUAN

Telah disetujui untuk {rujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tutis Ikniah padatangal :27 MLet 2021

Oleh:

Ns Ayu Ilewi Nastiti S.I{etrl.. MJ(en NrDN.3409098801

Mengetahui,

lV

Pembfunbing2

NrDN.0704068901

Kerta Cendekia

(5)

Program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal

:

27 M.ei}AZl

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua:

NIDN.070807606

Anggota

: l.

Ns. Avu DewiNastiti. S.Ken.. M.Ken NIDN.3409098801

7.

Ns Dini

hstvo

\Yiiavanti. S.Iftr..ll{.Keo NIDN. 07040068901

Mengetahui, Direktur

(6)

vi

“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”

(QS 94: 6-7).

“Orang bilang halangan, kita bilang tantangan. Orang bilang hutan rimba, kita bilang jalan raya. Orang bilang nekat, kita bilang nikmat. Orang bilang jalan

buntu, kita bilang mainan baru. “ (Anonim)

“Visi adalah awal dari keberhasilan” (Anonim)

“sedikit pengetahuan yang ditetapkan jauh lebih berharga ketimbang banyak pengetahuan yang tak dimanfaatkan.” (Kahlil Gibran)

(7)

vii

Alhamdulillah Hirobbilalamin saya ucapkan kepada Allah S.W.T karena atas ijinNya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :

Untuk Ayah, ibu, kakak, dan adik saya ucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah memberi dukungan, do’a, dan semangat. Semoga Allah S.W.T memberi saya kesempatan untuk membahagiakan kalian kelak.

Untuk kekasih tersayang M. Jefri Darmawan terima kasih banyak telah sabar menunggu, mendampingi dan memberi semangat saya hingga pendidikan yang saya jalani ini selesai.

Untuk sahabat saya Luluk Ilmaknun, Meilina Sumarno, Aisyatuz Zahro, Mustofal Amin, Xena Delfina Antono, Zainul Akbar, Mukhammad Ubaidillah terima kasih karna sehingga saat ini tetap mensupport dan saling memberi semangat. Semoga kebersamaan tetap terjalin erat.

Untuk bapak dan ibu dosen terutama ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes, ibu Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep, dan ibu Ayu Dwi Nastiti, S.Kep.Ns., M.Kep terima kasih saya ucapkan atas ilmu, bimbingan dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada saya tanpa ibu dosen semua tidak akan berarti.

Untuk teman seperjuangan saya yang tidak dapat disebutkan satu per satu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini, ada suka dan duka yang kita lewati. Tetapi tak apa semua itu untuk pendewasaan kita masing-masing. Semoga kita dapat meraih kesuksesan sesuai yang harapan kita. Aamiin.

(8)

viii

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI DESA SEKARKRAJAN PASURUAN” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Kedua orang tua saya, yang selalu mendukung saya baik dalam hal moral maupun materil dan mencurahkan kasih sayangnya kepada saya serta mendoakan keberhasilan dan kelancaran penulis selama menempuh studi di Akademi Kerta Cendekia Sidoarjo.

3. Agus Sulistyowati, S.Kep,.M.Kes selaku direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah mengesahkan.

4. Ns. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep,.M.Kep selaku dosen pembimbing 1 yang banyak membantu, meluangkan waktu dan memberikan masukan sehingga pembuatan Karya Tulis Ilmiah studi kasus ini dapat terselesaikan.

5. Ns. Ayu Dewi Nastiti, S.Kep,.M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang banyak membantu, meluangkan waktu dan memberikan masukan sehingga pembuatan Karya Tulis Ilmiah studi kasus ini dapat terselesaikan.

6. Pihak keluarga pasien yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian.

(9)

prosespenyelesaian Karya Tulis llmiah ini.

8.

Pihak-pihak yang hrrut berjasa dalam pen5rusunan karya tulis ilmiah ini yang tidak bisa disebutkm satu persafir.

Penrlis sadar bahwa Karya

Tulis Ilmiah ini

belum me,ncapai

kcsernpumaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterimakasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalm bentr* kritikan maupun saran demo kesempurnaan Karya Tulis Ihniah ini.

Pemrlis berharap Karya Tulis Itmiah ini bermanfaat bagi pe,mbaca dan bagi keperawatan.

Pasrnrau 2

Maya Puji A'stutik

lx

(10)

x

Sampul Dalam dan Persyaratan Gelar... ii

Surat Pernyataan... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Halaman Pengesahan ... v

Motto ... vi

Lembar Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Metode Penulisan ... 5

1.5.1 Metode ... 5

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5.3 Sumber Data ... 6

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep Rheumatoid Arthritis ... 8

2.1.1 Definisi ... 8

2.1.2 Klasifikasi ... 9

2.1.3 Etiologi ... 10

2.1.4 Patofisiologi ... 11

2.1.5 Tanda dan Gejala ... 11

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ... 12

2.1.7 Penatalaksanaan ... 14

2.2 Konsep Keluarga ... 15

2.2.1 Definisi ... 15

2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga ... 16

2.2.3 Tahap Perkembangan Keluarga ... 16

2.2.4 Karakteristik Keluarga ... 19

2.2.5 Struktur Keluarga ... 20

2.2.6 Tipe – tipe Keluarga ... 21

2.2.7 Fungsi Keluarga ... 23

(11)

xi

2.3.1 Definisi ... 25

2.3.2 Etiologi ... 25

2.3.3 Tanda dan Gejala ... 26

2.3.4 Kondisi Klinis Terkait ... 27

2.3.5 Komplikasi ... 27

2.3.6 Pentalaksanaan ... 28

2.3.7 Derajat Kekuatan Otot ... 28

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ... 29

2.4.1 Pengkajian ... 29

2.4.2 Diagnosa ... 36

2.4.3 Diagnosa dan Intervensi ... 37

2.4.4 Implementasi ... 40

2.4.5 Evaluasi ... 40

2.5 Kerangka Masalah ... 42

BAB 3 TINJAUAN KASUS... 43

3.1 Pengkajian ... 43

3.2 Analisa Data ... 50

3.3 Skoring ... 51

3.4 Diagnosa Keperawatan... 52

3.5 Intervensi Keperawatan ... 53

3.6 Implementasi Keperawatan ... 55

3.7 Catatan Perkembangan ... 58

3.8 Evaluasi Keperawatan ... 60

BAB 4 PEMBAHASAN ... 61

4.1 Pengkajian ... 61

4.2 Diagnosa Keperawatan... 62

4.3 Intervensi Keperawatan ... 63

4.4 Implementasi Keperawatan ... 64

4.5 Evaluasi Keperawatan ... 65

BAB 5 PENUTUP ... 67

5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 72

(12)

xii

Tabel 2.3.7 Derajat kekuatan otot 28

Tabel 2.4.3 Diagnosa dan Intervensi keperawatan 37

Tabel 3.1.1 Identitas Pasien 43

Tabel 3.1.2 Komposisi keluarga 43

Tabel 3.1.3 Tipe keluarga 45

Tabel 3.1.4 Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga 45

Tabel 3.1.5 Data lingkungan 46

Tabel 3.1.6 Struktur keluarga 46

Tabel 3.1.7 Fungsi keluarga 47

Tabel 3.1.8 Stress dan Koping keluarga 47

Tabel 3.1.9 Pemeriksaan Kesehatan Keluarga 48

Tabel 3.1.10 Harapan Keluarga 49

Tabel 3.2.1 Analisa Data 50

Tabel 3.2.2 Skoring 51

Tabel 3.3.1 Daftar Diagnosa Keperawatan 52

Tabel 3.4.1 Intervensi Keperawatan 53

Tabel 3.5.1 Tabel 3.6.1 Tabel 3.7.1

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Catatan Perkembangan

Evaluasi Keperawatan

55 58 60

(13)

xiii

Gambar 2.5 Kerangka Masalah 42

Gambar 3.1.2 Genogram keluarga 44

Gambar 3.1.3 Denah rumah keluarga 46

(14)

xiv Lampiran 1

Lampiran 2

Lembar Permohonan Izin Penelitian Lembar Informed Consent

72 73 Lampiran 3 Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP) 74 Lampiran 4

Lampiran 5

Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 1) Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 2)

79 80

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit dengan nama Rheumatoid Arthritis ini banyak diderita seiring dengan bertambahnya usia yang disebabkan oleh adanya pengapuran sendi, sehingga orang dengan jenis penyakit ini akan mengalami nyeri dan keterbatasan gerak (Meliny,2018). Penyakit Rheumatoid Arthritis biasanya disebabkan karena kekakuan pada sendi

terutama pada sendi tangan dan kaki yang terjadi sekitar 30 – 60 menit secara teratur di pagi hari atau sore hari, sehingga menyebabkan penderita rematik akan mengalami keterbatasan dalam gerakan. Hal tersebut perlu adanya dukungan keluarga untuk melatih gerakan fisik yaitu dengan melakukan latihan Range Of Motion (ROM). Namun biasanya yang terdapat di masyarakat, keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami rheumatoid arthritis akan mengalami kesulitan saat merawatnya, sehingga terjadi masalah gangguan mobilitas fisik yang biasanya ditandai dengan adanya kesulitan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka kejadian rheumatoid arthritis pada tahun 2016 mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20%

adalah mereka yang berusia 55 tahun (WHO, 2016). Menurut Riskesdes (2018) jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai 7,30%. Seiring bertambahnya jumlah penderita rheumatoid arthritis di

(16)

Indonesia justru tingkat kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Pravalensi penyakit sendi di Kabupaten/Kota Pasuruan berdasarkan Diagnosis Dokter pada penduduk umur 15 Tahun ke atas menurut Riskesdes 2018 sebanyak 5,14% untuk wilayah Kabupaten Pasuruan dan 3,54% untuk Kota Pasuruan. Berdasarkan data di Desa Sekarkrajan Pasuruan jumlah penderita rheumatoid arthritis sebanyak 10 orang ditahun 2020.

Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik, karena sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri yang ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dampak nyeri pada rheumatoid arthritis yang dirasakan akan memberikan pengaruh terhadap fungsi tubuh sehari- hari atau imobilisasi dan psikologis, yang diantaranya adalah adanya nyeri yang membuat penderita merasa tidak nyaman dan seringkali takut untuk bergerak karena takut terjadi keparahan sehingga menurunkan produktifitas. Sedangkan dampak pada gangguan mobilitas bisa mengganggu keseimbangan tubuh yang menjadi tidak stabil yang menyebabkan terbatasnya gerakan, sehingga penderita terjadi ketergantungan kepada orang lain dan dapat menyebabkan stress.

Upaya promotif yaitu dilakukan untuk mengubah gaya hidup keluarga dan bergerak kearah kesehatan yang optimal dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai penyakit Rheumatoid Arthritis. Upaya preventif yaitu upaya untuk mencegah kondisi yang memperberat penyakit Rheumatoid Arthritis. Upaya kuratif yang

(17)

dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan klien, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dengan latihan Range Of Motion (ROM), dan meningkatkan kesehatan keluarga. Dari masalah tersebut sehingga muncul pentingnya asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan Rheumatoid Arthritis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, penyusun tertarik untuk membuat Proposal Studi Kasus dengan mengangkat judul “ Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa Sekarkrajan Pasuruan ? ”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Dengan Masalah Keperawatan Gangguan

Mobilitas Fisik Di Desa Sekarkrajan Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menggambarkan pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa

Sekarkrajan Pasuruan.

2. Menggambarkan diagnosa Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa

(18)

Sekarkrajan Pasuruan.

3. Menggambarkan rencana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa

Sekarkrajan Pasuruan.

4. Menggambarkan tindakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa

Sekarkrajan Pasuruan.

5. Menggambarkan evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa

Sekarkrajan Pasuruan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1. Dapat digunakan dalam memberikan intervensi yang tepat pada penderita Rheumatoid Arthritis dengan gangguan mobilitas fisik 2. Dapat membantu proses penyembuhan klien dengan

menggunakan intervensi yang tepat sesuai dengan penyakit yang di derita klien.

3. Dapat dijadikan bahan penyuluhan kepada klien dalam upaya promosi kesehatan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Dapat menjadi sumber pengetahuan dalam pencegahan dan penanganan Rheumatoid Arhtritis yang menimbulkan gangguan mobilitas fisik.

2. Dapat menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada

(19)

klien yang mengalami gangguan mobilitas fisik pada klien Rheumatoid Arthritis.

3. Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penulisan asuhan keperawatan dengan gangguan mobilitas fisik pada klien Rheumatoid Arthritis.

1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.5.2.1 Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

(20)

1.5.3 Sumber Data 1.5.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien 1.5.3.2 Data sekunder

Data sekunder adalah yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, catatan medis perawat, hasil – hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.6.1 Bagian awal

Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti

Bagian inti terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari sub-bab berikut ini:

1.6.2.1 Bab 1: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus 1.6.2.2 Bab 2: Tujuan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa

(21)

Remathoid Arthritis, serta kerangka masalah.

1.6.2.3 Bab 3: Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.6.2.4 Bab 4: Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada dilapangan.

1.6.2.5 Bab 5: Penutup, berisi tentang simpulan dan saran 1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(22)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Rheumatoid Arthritis

2.1.1 Definisi

Rematik adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti bakteri, virus dan jamur, keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada penyakit rematik, sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium yaitu selaput tipis yang melapisi sendi. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak, rusak, nyeri, meradang, kehilangan fungsi bahkan cacat (Setyaningsih, 2013).

Rematik atau Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membrane synovial yang melapisi sendi. Pada Rheumatoid Arthritis, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi

disekitarnya, kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya ligament dan tendon mengalami inflamasi. Inflamasi ditandai dengan akumulasi sel darah putih, aktivitas komplemen, fagositos ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovil mengalami hipertrofi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal ditutup oleh jaringan granula inflamasi yang

(23)

disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (Elizabeth J.

Corwin, 2009).

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan penyakit rematik adalah penyakit autoimun dengan peradangan yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ diluar persendian. Peradangan kronis dipersendian mengakibatkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan sendi terjadi akibat sinovis (radang selaput sendi) serta pembentukan panus yang mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya.

2.1.2 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :

1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

2) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

(24)

4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

2.1.3 Etiologi Rematik

Menurut Zain Nur Helmi (2012), penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui. Faktor genetik, lingkungan, hormon, imunologi, dan faktor-faktor infeksi mungkin memainkan peran penting. Sementara itu, faktor sosial ekonomi, psikologis, dan gaya hidup dapat mempengaruhi progresivitas dari penyakit.

a. genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRBI dan factor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%.

b. Hormanal : Hormon seks mungkin memainkan peran, terbukti dengan jumlah perempuan yang tidak proporsional dengan rheumatoid arthritis, ameliorasi selama kehamilan, kambuh dalam periode postpartum dini, dan insiden berkurang pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.

c. Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit rheumatoid arthritis.

d. Faktor lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok dan aktifitas yang berat sehari-harinya.

(25)

2.1.4 Patofisiologi

Inflamasi mula – mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. peradangan yang berkelanjutan, synovial menjadi menebal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus atau parut yang menutupi kartilago. Panus masuk ketulang subchondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikular.

Kartilago menjadi nekrosis, tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka menjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi dari persendian invasi dari tulang subchondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.

Lamanya rheumatoid arthritis berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga klien terutama yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012).

2.1.5 Tanda dan Gejala

Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut adalah beberapa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit rematik :

a. Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30 – 60 menit dipagi hari

(26)

b. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan

c. Bengkak dari nyeri pada umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan

d. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sedi yang sama dikedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan

e. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendian pergelangan jari tangan, kaki, bahu, lutut, pinggung, punggung dan sekitar leher

f. Sakit rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus diberbagai persendian

g. Sakit rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau hujan setelah mengkonsumsi makanan pantangan seperti, sayur bayam, kangkung, kelapa, santan, jeroan dan lain-lain (Setyaningsih, 2013).

2.1.6 Pemeriksaan penunjang 1. Studi laboratorium

Tidak ada tes patognomonik tersedia untuk mengonfirmasi diagnosis rheumatoid arthritis, melainkan dibuat menggunakan klinis, laboratorium

dan fitur imaging.

1) Tanda peradangan, seperti LED dan CRP, berhubungan dengan aktivitas penyakit. Selain itu, nilai CRP dari waktu ke waktu berkolerasi dengan kemajuan radiografi.

2) Parameter hematologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan synovial.

(27)

a. Profil sel darah lengkap anemia, trombositosis, trombositopenia, leukositosis dan leukopenia.

b. Analisis cairan synovial: inflamasi cairan synovial, dan dominasi neutrofil (60-80%).

c. WBC count (>2000/uL) hadir dengan sejumlah WBC umumnya dari 5.000-50.000/uL.

d. Parameter imunologi: faktor rheumatoid hadir pada sekitar 60-80% pasien dengan rheumatoid arthritis.

2. Studi imaging

1) Radiografi: perhatikan bahwa erosi mungin ada pada kaki, bahkan tanpa adanya rasa sakit dan tidak adanya erosi ditangan.

2) MRI: modalitas ini digunakan terutama pada pasien dengan kelainan tulang belakang leher, pengenalan awal erosi berdasarkan Citra MRI telah cukup divalidasi.

3) Ultrasonografi: modalitas ini memungkinkan pengakuan evolusi pada sendi yang tidak mudah diakses (misalnya sendi pinggul dan sendi bahu pada pasien obesitas) dan kista (kista baker).

4) Bone scanning: temuan dapat membantu membedakan inflamasi dari perubahan yang bisa menyebabkan peradangan pada pasien dengan minimal pembengkakan.

5) Densitometri: temuan yang berguna untuk membantu mendiagnosis perubahan dalam kepadatan mineral tulang mengindikasikan osteoporosis.

(28)

3. Pengujian lain

HLA-DR4 (shared apitop) dapat merupakan penanda yang dapat membantu membedakan arthritis di awal.

4. Prosedur

Bersama aspirasi, artroskopi diagnostik (histologi) dan biopsi (misalnya, kulit, saraf, lemak, rektum, ginjal) dapat dipertimbangkan jika vaskulitis atau amiloidosis ditemukan.

2.1.7 Penatalaksanakan medik a. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgetik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.

1.) Analgetik yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6 – 4 g/hr atau propeksifen HCL. Asam asilisat namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.

2.) Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAINS seperti fenoproin, piroksikam, ibuprofen, dan sebagainya dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasa 1,2 – 1,3 dosis untuk rheumatoid arthritis. Oleh karena itu pemakaian biasanya untuk jangka panjang efek samping utama gangguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal

(29)

b. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga untuk lordosis lumbal, ativitas yang berlebihan pada sendi yang sakit, dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kera sendi.

c. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

d. Dukungan psikososial

e. Persoalan seksual, terutama pada pasien dengan osteoarthritis ditulang belakang

f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat

g. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi

(Mujahidullah,2012).

2.2 Konsep Keperawatan Keluarga

2.2.1 Definisi

Keluarga adalah salah satu aspek terpenting dari perawatan. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan entry point dalam upaya mencapai kesehatan masyarakat secara optimal. Keluarga juga disebut sebagai sistem sosial karena terdiri dari individu-individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain diwujudkan dengan

(30)

adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam hal ini, keluarga mempunyai anggota yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sesama individu yang tinggal dirumah tangga tersebut (Andarmoyo, 2012).

2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga

1.) Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat

2.) Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual

3.) Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat

4.) Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya

5.) Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi anggotanya.

2.2.3 Konsep Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga:

a. Tahap 1(keluarga pasangan baru/ beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. (Harmoko,2012).

(31)

b. Tahap ll (keluarga dengan kelahiran anak pertama/child bearing family)

Tahap ll mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi kemasa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu sistem berlangsung tanpa memperhatikan hasil dari pernikahan) (Marilyn M. Friedman,2010).

c. Tahap lll (keluarga dengan anak prasekolah/families with preschooll)

Tahap lll siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, putri-saudara perempuan.

Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda (Marilyn M. Friedman, 2010).

d. Tahap IV (keluarga dengan anak sekolah/families with children)

Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahundan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas di sekolah, masing-masing akan memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. (Harmoko, 2012).

(32)

e. Tahap V (keluarga dengan anak remaja/families with teenagers)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah biasanya anak usia sekolah. Tujun utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. (Marilyn M.

Friedman, 2010).

f. Tahap VI (keluarga dengan anak dewasa/launcing center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya untuk hidup sendiri. (Harmoko, 2012).

g. Tahap VII (keluarga usia pertengahan/middle age families)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus

(33)

untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktiftas. (Harmoko, 2012).

h. Tahap VIII (keluarga usia lanjut)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya. (Marilyn M. Friedman, 2010) .

2.2.4 Karakteristik keluarga

Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu sistem (Harmoko, 2012).

a. Pola komunikasi keluarga

Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilkukan secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan. Sedangkan pola komunikasi sistem tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan membingungkan.

b. Aturan keluarga

a) Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat

b) Sistem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai perkembangan zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas.

(34)

c. Perilaku anggota keluarga

a) Sistem terbuka: sesuai dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri, mengikat, dan mampu mengembangkan dirinya.

b) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri, ragu-ragu, dan kurang dapat dukungan untuk mengembangkan.

2.2.5 Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, 2012) sebagai berikut:

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hirarki kekuatan.

Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan, memberikan umpan balik, dan valid.

b. Struktur peran

Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan.

Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.

c. Struktur kekuatan

Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau merubah perilaku orang lain. Hak (Legitimate power), ditiru (referent power),

(35)

keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.

d. Struktur nilai dan norma

a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.

b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

c) Budaya, kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.2.6 Tipe – tipe Keluarga

Menurut Andarmoyo (2016) tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Keluarga tradisional atau keluarga inti, merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu rumah, dimana ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai rumah tangga. Varian keluarga inti adalah:

a. Keluarga pasangan suami istri bekerja, keluarga dimana pasangan suami istri keduanya bekerja diluar rumah.

b. Keluarga tanpa anak (Dyadic Nuclear), keluarga dimana suami- istri sudah berumur, tetapi tidak mempunyai anak.

c. Commuter family, keluarga dengan pasangan suami-istri terpisah tempat tinggal secara sukarela karena tugas dan pada kesempatan tertentu keduanya bertemu dalam satu rumah.

d. Reconstituted nuclear, pembentukan keluarga baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam

(36)

satu rumah dengan anaknya, baik anak bawaan dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan baru.

e. Keluarga besar (Extended Family), satu bentuk keluarga dimana pasangan suami istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang tua, anak saudara, atau kerabat dekat lainnya.

f. Keluarga dengan orang tua tunggal (Single Parent), bentuk keluarga yang didalamnya hanya terdapat satu orang kepala rumah tangga yaitu ayah atau ibu.

2. Keluarga Non Tradisional

Bentuk varian keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam struktur maupun dinamiknya, meskipun lebih memiliki persamaan satu sama lain dalam hal tujuan dan nilai dari pada keluarga inti tradisional. Bentuk-bentuk keluarga inti meliputi:

a. Communal family, keluarga dimana dalam satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami tanpa pertalian keluarga dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

b. Unmarried parent and child, keluarga yang terdiri dari ibu-anak, tidak ada perkawinan dan anaknya hasil adopsi.

c. Cohibing couple, keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

d. Institusional, keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang-orang

(37)

dewasa yang tinggal bersama-sama dalam panti.

2.2.7 Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilitas kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga (Marilyn M. Friedman,2010).

b. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, 2010).

c. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat (Marilyn M. Friedman, 2010).

d. Fungsi Ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya (Marilyn M.Friedman, 2010).

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan (Marilyn M.Friedman, 2010).

(38)

2.2.8 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Friedman,2010):

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik diantara keluarga dan lembaga- lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas- fasilitas kesehatan yang ada.

2.2.9 Ciri – ciri Keluarga

1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara

3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunan

4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkannya

(39)

Ciri Keluarga Indonesia

1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dilandasi semangat gotong royong 2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah

4) Berbentuk monogram 5) Bertanggung jawab

6) Mmempunyai semangat gotong royong

2.3 Konsep Gangguan Mobilitas Fisik

2.3.1 Definisi

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri (Fadhillah, dkk 2017).

Berdasarkan uraian diatas, seseorang yang mengalami masalah gangguan kebutuhan mobilitas fisik akan mengalami sulit untuk melakukan aktifitas sehari- hari. Hal tersebut menandakan bahwa bagian ekstermitas sangat penting dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2.3.2 Etiologi

Menurut Fadhillah, dkk (2017), faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik sebagai berikut:

1.) Kerusakan intergritas struktur tulang 2.) Perubahan metabolisme

3.) Ketidakbugaran fisik

(40)

4.) Penurunan kendali otot 5.) Penurunan massa otot 6.) Penurunan kekuatan otot 7.) Keterlambatan perkembangan 8.) Kekakuan sendi

9.) Malnutrisi

10.) Gangguan muskuloskeletal

2.3.3 Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut Fadhillah, dkk (2017) yaitu:

a. Tanda dan gejala mayor subjektif:

1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas b. Tanda dan gejala mayor objektif:

1) Kekuatan otot menurun 2) Rentang gerak menurun a. Tanda dan gejala minor subjektif

1) Nyeri saat bergerak

2) Enggan melakukan pergerakan 3) Merasa cemas saat bergerak b. Tanda dan gejala minor objektif

1) Sendi kaku

2) Gerakan tidak terkoordinasi 3) Gerakan terbatas

(41)

4) Fisik lemah

2.3.4 Kondisi klinis terkait

Menurut Fadhillah, dkk (2017) yaitu:

1) Stroke

2) Cedera medula spinalis 3) Trauma

4) Fraktur 5) Osteoarthritis 6) Osteomalasia 7) Keganasan

2.3.5 Komplikasi

Menurut Garrison (dalam Bakara D.M & Warsito S, 2016) gangguan mobilitas fisik dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep ven trombosis, serta kontraktur. Selain itu,

komplikasi yang dapat terjadi adalah pmbekuan darah yang mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan dan pembengkakan.

Kemudian, juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru. Selanjutnya, yaitu dekubitus.

Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit.

Bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi. Atrofi dan kekakuan sendi juga menjadi salah satu komplikasi dari gangguan mobilitas fisik. Hal itu disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi.

(42)

2.3.6 Penatalaksanaan

Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan mobilitas fisik, antara lain:

a. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims, posisi trendelenburg, posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent, dan posisi litotomi.

b. Ambulasi dini

salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskuler. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk ditempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan yang lainnya.

c. Melakukan aktivitas sehari-hari

Melakukan aktivitas sehari-hari dapat dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, dan kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

d. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif.

2.3.7 Derajat Kekuatan Otot

Tabel 2.3.7 Derajat Kekuatan Otot Skala Presentase

kekuatan otot

Karakteristik 0 0 Tidak ada gerakan otot sama sekali

1 10 Ada kontraksi saat palpasi tetapi tidak ada gerakan yang terlihat

2 25 Ada gerakan tetapi tidak dapat melawan gravitasi 3 50 Dapat bergerak melawan gravitasi

4 75 Dapat bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi masih lemah

5 100 Dapat bergerak dan melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan penuh

(43)

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Rheumatoid Arthritis Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik upaya yang harus dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan keluarga yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan keluarga klien juga orang terdekat atau masyarakat.

Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksana dan evaluasi.

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksana asuhan keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode:

1. Wawancara keluarga 2. Observasi fasilitas rumah

3. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga

4. Data sekunder hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear, dan sebagainya.

Hal – hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah (Model Friedman).

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

(44)

1. Nama kepala keluarga 2. Alamat dan nomor telefon 3. Pekerjaan kepala keluarga 4. Pendidikan kepala keluarga 5. Komposisi keluarga

6. Genogram : (minimal 3 generasi) 7. Tipe keluarga

8. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

9. Suku keluarga

10. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan

11. Agama

12. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan

13. Status sosial ekonomi keluarga

14. Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang dilakukan oleh keluarga.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

2. Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti

(45)

3. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

4. Riwayat keluarga inti, menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

5. Riwayat keluarga sebelumnya, dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan 1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah rumah, jumlah cendela, pemantauan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunikasi RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan produk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

(46)

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.

5) System pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga 2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

(47)

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga 1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, untuk melaksanakan tindak, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

(48)

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a) Berapa jumlah anak.

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.

c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan

b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

f. Stress dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan.

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.

3) Strategi kopimg yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

(49)

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

1. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.

2. Pemeriksaan fisik

a) Kulit lembab dan bersih b) Turgor baik

c) Tidak ada kelainan pada kulit 3. Pemeriksaan kepala

a) Raut wajah: pengkajian kontak mata saat diajak berkomunikasi, fokus atau tidak

b) Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik c) Telinga: bersih, tidak ada serumen, tidak ada luka

d) Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung, bersih, tidak ada lesi

e) Mulut : mukosa bibir lembab 4. Pemeriksaan leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

(50)

5. Pemeriksaan dada

Tidak ada wheezing, ronchi, dan suara tambahan 6. Pemeriksaan abdomen

Suara abdomen tympani dan tidak ada nyeri tekan 7. Pemeriksaan ekstermitas

Nyeri pada kaki, sendi terasa kaku dan telapak kaki terasa panas.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.4.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis, tentang respon individu, keluarga atau komunikasi terhadap proses kehidupan atau masalah kesehatan.

Actual atau potensial dan kemungkinan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan problem (P), yang berkenan pada individu dalam keluarga yang sakit berhubungan dengan etiologi (E) yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.

Dalam satu keluarga dapat saja perawat menemukan lebih dari 1 diagnosa keperawatan keluarga.

(51)

37 2.4.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Tabel 2.4.3 Diagnosa dan intervensi SLKI-SIKI

NO SDKI SLKI SIKI

Kode Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi

1. D.0054 Gangguan Mobilitas Fisik Tanda dan gejala:

1. Mengeluh sulit menggerakkan

ekstermitas

2. Kekuatan otot menurun 3. Rentang gerak (ROM)

menurun 4. Sendi kaku 5. Nyeri saat bergerak 6. Gerakan terbatas Faktor yang berhubungan:

1. Nyeri

2. Penurununan kekuatan otot

3. Gangguan muskuloskeletal 4. Kekakuan sendi

5. Program pembatasan gerak

6. Kurang terpapar informasi 7. Keengganan melakukan

pergerakan

L.05042

Luaran Utama:

Mobilitas fisik

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam didapatkan data dengan kriteria :

1. Kemampuan meningkatkan

pergerakan ekstermitas 2. Kemampuan dalam

meningkatkan kekuatan otot

3. Kemampuan dalam merentang gerak (ROM).

1.05173

1.12361 1.08238 1.02062 1.05185

Intervensi Utama:

Dukungan Mobilisasi Observasi

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi Terapeutik

1. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan 2. Fasilitas melakukan

pergerakan.

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.

2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

Intervensi Pendukung:

1. Dukungan kepatuhan program pengobatan

2. Manajemen nyeri 3. Pemberian obat

4. Teknik latihan penguatan sendi

(52)

38 2. D.0078 Nyeri Kronis

Tanda dan gejala:

1. Mengeluh nyeri

2. Merasa depresi (tertekan) 3. Tampak meringis 4. Gelisah

5. Tidak mampu

menuntaskan aktivitas 6. Merasa takut mengalami

cedera berulang 7. Pola tidur berubah 8. Berfokus pada diri sendiri 9. Anoreksia

Faktor yang berhubungan:

1. Kondisi muskuloskeletal kronis

2. Kerusakan sistem saraf 3. Gangguan fungsi

metabolic

4. Kondisi pasca trauma 5. Tekanan emosional 6. Peningkatan indeks massa

tubuh

7. Riwayat penyalahgunaan obat/zat

8. Riwayat posisi kerja statis Kondisi klinis terkait:

1. Kondisi kronis (mis, Rheumatoid Arthritis) 2. Infeksi

3. Cedera medulla spinalis 4. Kondisi pasca trauma 5. Tumor

L.08066

Luatan Utama:

Tingkat Nyeri

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam didapatkan data tingkat nyeri membaik dengan kriteria:

1. Keluhan nyeri klien berkurang

2. Kemampuan mengontrol nyeri 3. Kemampuan mengenali

penyebab nyeri 4. Kemampuan

menuntaskan aktivitas meningkat

1.08238

1.09260 1.12383 1.12391

Intervensi Utama:

Manajemen Nyeri Observasi :

1. Identifikasi skala nyeri 2. Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

3. Monitor efek samping penggunaan analgesik Terapeutik :

1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

2. Berikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 3. Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi :

1. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

2. Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik.

Intervensi Pendukung:

1. Dukungan koping keluarga 2. Edukasi kesehatan

3. Edukasi manajemen nyeri

(53)

39 3. D.0115 Manajemen Kesehatan Keluarga

Tidak Efektif Tanda dan gejala:

1. Mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita 2. Mengungkapkan kesulitan

menjalankan perawatan yang ditetapkan

3. Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat

4. Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah tidak tepat

5. Gagal melakukan

tindakan untuk

mengurangi faktor resiko Faktor yang berhubungan:

1. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan 2. Kompleksitas program

perawatan/pengobatan 3. Konflik pengambilan

keputusan

4. Kesusahan ekonomi 5. Banyak tuntutan 6. Konflik keluarga Kondisi klinis terkait:

1. PPOK 2. Nyeri kronis 3. Penyalahgunaan zat 4. Gagal ginjal/hati tahap

terminal

5. Rheumatoid Arthritis 6. Sklerosis multiple

L.12105

Luaran Utama:

Manajemen Kesehatan Keluarga Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam didapatkan data Tingkat Pengetahuan Meningkat dengan kriteria :

1. Kemampuan

menjelaskan masalah kesehatan yang dialami meningkat

2. Aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat

3. Tindakan untuk mengurangi faktor resiko meningkat

1.13477

1.12360 1.10334 1.13483

Intervensi Utama:

Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan

Obseravsi :

1. Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan

2. Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga Terapeutik :

1. Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya kesehatan 2. Gunakan sarana dan fasilitas

yang ada dalam keluarga 3. Ciptakan perubahan

lingkungan rumah secara optimal

Edukasi :

1. Informasikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga 2. Anjurkan menggunakan

fasilitas kesehatan yang ada 3. Ajarkan cara perawatan yang

bisa dilakukan keluarga Intervensi Pendukung :

1. Bimbingan sistem kesehatan 2. Konseling

3. Mobilisasi keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Obat Sipilis Ampuh Herbal Sembuhkan Sipilis Dalam Waktu Singkat ~ Penyakit sifilis ditandai dengan gejala munculnya luka pada daerah kelamin, bisa juga mulut

Bagi masyarakat pemilik cerita rakyat daerah dalam konteks menumbuhkan sikap kepemilikan terhadap budaya dan tradisi lisan; hasil analisis dapat dijadikan media

Penulis mencoba membuktikan kembali hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan secara normatif dan empiris di Kabupaten Gresik yang diaplikasikan dengan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir beserta laporan

Pemberian jus Aloe vera dengan dosis 2ml/hari, 3ml/hari, 4 ml/hari selama 15 hari pada tikus putih Wistar jantan hiperlipidemia terbukti mampu menurunkan

Kerawanan fisik alamiah di kawasan Perumahan Bukit Manyaran Permai adalah memiliki kelerengan agak curam (15-25%), karakteristik jenis tanah grumosol bertekstur

Jika suatu percobaan dapat menghasilkan N macam hasil yang berkemungkinan sama, dan jika tepat sebanyak n dari hasil berkaitan dengan kejadian A, maka peluang kejadian A adalah. (

Tujuan dari penelitian yaitu menghubungkan algoritma Hermite, Bezier, B-Spline pada fungsi harmonisnya dengan menciptakan gambar atau citra yang tepat untuk suatu bentuk yang