• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketiga, variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, maknanya bertambahnya jumlah tenaga kerja yang mereka miliki maka tingkat produktivitas dan pendapatan mereka juga akan semakin bertambah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Ketiga, variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, maknanya bertambahnya jumlah tenaga kerja yang mereka miliki maka tingkat produktivitas dan pendapatan mereka juga akan semakin bertambah"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KULINER DI KOTA JAMBI PADA MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Mey Sundari NIM. C1C018078

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI

2023

(2)
(3)
(4)
(5)

berganda dimanfaatkan sebagai alat analisis sebagai metode analisis yaitu analisis deskriptif pada penelitian ini. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kota Jambi, jumlah UMKM Kuliner di Kota Jambi yang menjadi populasi pada penelitian ini berjumlah 18.587 UMKM. Teknik pengambilan sampel memakai proportionate simple random sampling maka didapatlah sampel sejumlah 45. penelitian ini menggunakan dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan mengedarkan kuesioner/angket kepada semua responden. Sehingga, dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa; pertama, variabel akses e-commerce berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, maknanya semakin tinggi tingkat pemasaran produk pada platform penjualan online, maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan. Kedua, variabel modal usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, Maknanya pendapatan pengusaha akan meningkat apabila pengusaha berani untuk melakukan penambahan kuantitas jenis dan barang yang diperjual belikan, tentu saja yang paling berpengaruh adalah menambah modal usaha. Ketiga, variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, maknanya bertambahnya jumlah tenaga kerja yang mereka miliki maka tingkat produktivitas dan pendapatan mereka juga akan semakin bertambah.

Kata Kunci: E-commerce, Modal Usaha, Tenaga Kerja, Pendapatan

(6)

vi ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the influence of e-commerce access, business capital, and labor on the income of culinary MSMEs in Jambi City during the Covid-19 pandemic. Multiple linear regression is used as an analytical tool and as an analysis method, namely descriptive analysis, in this study. Based on data from the Jambi City Manpower, Cooperatives and SMEs Office, the number of Culinary MSMEs in Jambi City that became the population in this study amounted to 18,587 MSMEs. The sampling technique using proportionate simple random sampling then obtained a sample of 45. This study used two types of data, namely primary data and secondary data. Data collection techniques are carried out by circulating questionnaires to all respondents. Thus, from the research that has been carried out, the results are obtained that: First, the variable of e-commerce access has a positive and significant effect on revenue, meaning that the higher the level of product marketing on online sales platforms, the higher the level of income. Second, the variable of business capital has a positive and significant effect on income, meaning that the income of entrepreneurs will increase if entrepreneurs dare to increase the quantity of types and goods traded. Of course, the most influential thing is to increase business capital. Third, the labor variable has a positive and significant effect on income, meaning that the increase in the number of workers they have, the level of productivity and income will also increase.

Keywords: E-commerce, Business Capital, Labor, Income

(7)

vii

tanpa hambatan, adapun judul dari skripsi ini yaitu “Pengaruh Akses E- Commerce, Modal Usaha, dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan UMKM

Kuliner Kota Jambi Pada Masa Pandemi Covid-19”.

Penulisan skripsi ini guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada pada Program Studi Akuntansi Universitas Jambi yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam rangka merampungkan tugas akhir pendidikan. Begitu banyak bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak yang diterima oleh penulis pada proses pengerjaan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Junaidi, S.E.,M.S.i., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

2. Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

3. Ibu Dr. Fitrini Mansur, S.E., M.SI., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

4. Bapak Dr. Ilham Wahyudi, S.E.,M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

5. Ibu Dr. Rita Friyani, S.E.,M.SI., selaku Pembimbing I yang sudah membimbing, mendorong, memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

6. Ibu Dr. Wiralestari, S.E.,M.SI., selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian telah mengarahkan dan membimbing penulis selama ini.

7. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

(8)

viii

9. Kepada kakak saya Haris Riyanto dan kakak ipar saya Desni Fitra yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungannya kepada saya.

10. Kepada Sahabat-sahabat saya, Andini Alma Dita, Asri Ningtyas dan Nurul Rizki Septiani, Melda Junita dan Lesgawati Purwonegoro atas doa, dukungan dan semangatnya.

11. Kepada kak Ihtiar Yuni Sasmita yang telah mengajari dan membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

12. Kepada Teman-teman R12 Akuntansi serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini, terima kasih banyak.

Penyusunan skripsi ini tentu tidak luput oleh kekurangan dan keterbatasan, sehingga penulis meminta kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang bersifat membangun dari pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga tulisan ini mampu memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan ekonomi, khususnya bagi mahasiswa Akuntansi sebagai tambahan studi literatur terkait dengan pendapatan UMKM Kuliner dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, sehingga kehendak yang diharapkan dapat terkabul. Aamiin.

Jambi, 28 November 2022 Penulis,

Mey Sundari

(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I ... 16

PENDAHULUAN ... 16

1.1 Latar Belakang ... 16

1.2 Rumusan Masalah ... 24

1.3 Tujuan Penelitian ... 25

1.4 Manfaat Penelitian ... 25

BAB II ... 27

TINJAUAN PUSTAKA ... 27

2.1 Kerangka Teoritis ... 27

2.1.1 Teori Akuntansi (Konsep Pendapatan) ... 27

2.1.2 Teori Produksi ... 28

2.1.3 Pandemi Covid-19 ... 29

2.1.4 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 32

2.1.4.1 Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 32

(10)

x

2.1.4.5 Tantangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 35

2.1.5 UMKM Kuliner ... 36

2.1.5.1 Pengertian UMKM Kuliner ... 36

2.1.5.2 Jenis-Jenis UMKM Kuliner ... 36

2.1.5 Pendapatan ... 38

2.1.5.1 Pengertian Pendapatan... 38

2.1.5.2 Jenis-Jenis Pendapatan ... 38

2.1.5.2 Indikator Pendapatan ... 39

2.1.6 Akses E-Commerce ... 39

2.1.6.1 Pengertian E-Commerce ... 39

2.1.6.2 Karakteristik E-Commerce ... 40

2.1.6.3 Kelebihan dan Kekurangan E-Commerce ... 40

2.1.6.4 Indikator Akses E-Commerce ... 41

2.1.7 Modal Usaha ... 43

2.1.7.1 Pengertian Modal Usaha... 43

2.1.7.2 Faktor Yang Mempengaruhi Modal Usaha ... 43

2.1.7.3 Sumber Modal Usaha ... 43

2.1.7.4 Indikator Modal Usaha ... 44

2.1.8 Tenaga Kerja ... 45

2.1.8.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 45

2.1.8.2 Jenis-Jenis Tenaga Kerja ... 45

2.1.8.3 Indikator Tenaga Kerja ... 46

(11)

xi

BAB III ... 52

METODE PENELITIAN ... 52

3.1 Pendekatan Penelitian ... 52

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 52

3.4 Metode Penarikan Sampel ... 53

3.4.1 Populasi Penelitian ... 53

3.4.2 Sampel Penelitian ... 53

3.4.3 Teknik Pengambalian Sampel ... 54

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 55

3.6 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ... 55

3.6.1 Variabel Penelitian ... 55

3.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 57

3.7 Metode Analisis Data ... 58

3.7.1 Uji Kualitas Data ... 58

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 58

3.7.3 Metode Analisis ... 59

3.7.4 Penguji Hipotesis ... 60

BAB IV ... 61

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 61

4.1 Gambaran Umum UMKM Kota Jambi ... 61

4.1.1 Sejarah UMKM Kota Jambi ... 61

(12)

xii

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

5.1 Karakteristik Responden ... 65

5.1.1 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

5.1.2 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 66

5.1.3 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Modal Awal ... 66

5.1.4 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 67

5.1.5 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 68

5.1.6 Deskripsi Jawaban Responden ... 68

5.2 Hasil Penelitian ... 77

5.2.1 Hasil Uji Statistik ... 77

5.2.1.1 Uji Validitas ... 77

5.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 79

5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 80

5.2.2.1 Uji Normalitas ... 80

5.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 81

5.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 82

5.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 83

5.2.4 Hasil Uji Hipotesis ... 85

5.2.4.1 Hasil Uji t (Parsial) ... 85

5.2.4.2 Hasil Uji Determinasi (R2) ... 86

5.3 Pembahasan ... 87

5.3.1 Pengaruh Akses E-Commerce (X1) Terhadap Pendapatan UMKM (Y) ... 87

(13)

xiii

PENUTUP ... 95

6.1 Kesimpulan ... 95

6.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 104

(14)

xiv

Tabel 2.1 Peran UMKM dalam Meningkatkan Perekonomian ... 34

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 47

Tabel 3.1 Proporsi Sampel Per Kecamatan ... 55

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 57

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Jambi ... 63

Tabel 5.1 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 5.2 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 66

Tabel 5.3 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Modal Awal ... 66

Tabel 5.4 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 67

Tabel 5.5 Karakteristik Data Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 68

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel E-Commerce ... 69

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Modal Usaha ... 71

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Tenaga Kerja ... 73

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Pendapatan ... 75

Tabel 5.10 Hasil Uji Validitas ... 78

Tabel 5.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 79

Tabel 5.12 Hasil Uji Normalitas ... 80

Tabel 5.13 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

Tabel 5.15 Hasil Uji Regresi ... 83

Tabel 5.16 Hasil Uji t ... 85

Tabel 5.17 Hasil Uji Determinasi (R2) ... 86

(15)

xv

Gambar 5.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 82

(16)

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada tanggal 31 Desember 2019, telah dikabarkan ditemukannya kasus pneunomia di kota Wuhan oleh Country Office WHO di China yang tidak diketahui pemicunya. Kasus pneumonia tersebut diperkenalkan oleh China sebagai jenis baru dari virus corona (coronavirus disease, Covid-19) pada 7 Januari 2020. International Public Health of Emergency Concer (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia pada 30 Januari 2020 diumumkan oleh World Health Organization (WHO) atas munculnya virus Covid-19 tersebut. Pertambahan jumlah kasus Covid-19 terlampau cepat dan sudah menjangkit ke berbagai area di Wuhan dan negara lain. Pada 16 Februari 2020 sejumlah 51.857 kasus diverifikasi dan telah dilaporkan dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%) di 25 negara di seantero dunia (Kementerian Kesehatan, 2020)

Kasus pertama Covid-19 terdeteksi di Indonesia pada 2 Maret 2020, dan hingga saat ini jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat hingga mencapai 130.718 kasus dan 5.903 kematian teridentifikasi per Agustus 2020 di 3 Provinsi Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2021). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-5 di Asia dengan jumlah kasus terkonfirmasi sebanyak 549.431 kasus dan urutan ke-3 di Asia dan angka kematian urutan ke-21 di dunia (World Health Organization, 2022). Hingga pada tanggal 24 Februari 2022 diperoleh 5.457.775 kasus dan 147.586 kematian di seluruh Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2022).

Penularan Covid-19 terbilang sangat cepat, sehingga diperlukan upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 antara lain; tinggal di rumah, membatasi

(17)

mobilitas, tidak bepergian dengan kondisi kesehatan yang buruk, dan menjaga jarak dengan orang lain. Selain itu, upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah mengonsumsi makanan sehat agar dapat meningkatkan daya tahan tubuh, menggunakan masker, rutin mencuci tangan, aktif olahraga dan istirahat yang cukup (Erlina Burhan, 2015). Selain itu, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah ditetapkan oleh pemerintah guna mempercepat penanganan kasus Covid-19 di Indonesia yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.21 Tahun 2020 (Menteri Kesehatan, 2020).

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga telah diberlakukan di Kota Jambi untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pada 6 Juli 2021 Walikota Jambi telah menetapakan Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan dan Optimalisasi Sarana Pengolahan Covid-19 Tingkat Desa dan Kecamatan untuk Membatasi Penyebaran Covid-19, yang merupakan isi dari Keputusan Walikota No. 14/INS/VII/HKU/2021, dimana sesuai Peraturan 10 D, makan dan minum di tempat umum didefinisikan seperti ini:

1. Hanya sebesar 25% dari kapasitas tempat usaha dapat digunakan untuk kegiatan makan dan minum;

2. Dibatasinya jam operasional hanya sampai dengan pukul 17.00 WIB;

3. Tetap diizinkannya takeaway dan pesan antar hanya sampai pukul 20.00 WIB;

4. Untuk restoran dapat beroperasi selama 24 jam hanya untuk yang melayani pesan antar dan takeaway;

5. Tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat pelaksanaan kegiatan yang tertera dari angka 1- 4 dapat dilaksanakan.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sektor bisnis yang secara khusus terimbas oleh adanya peraturan tersebut. Keadaan tersebut secara serius mempengaruhi UMKM yang secara khusus memiliki posisi di

(18)

perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018 jumlah UMKM diketahui mencapai 64,2 juta berdasarkan data BPS, dari seluruh usaha yang beroperasi di Indonesia angka tersebut mencapai 99,9 persennya. Total Produk Domestik Bruto (PDB) dari kontribusi UMKM sekitar 60,3%, dan dari total tenaga kerja menyerap sekitar 97%, serta dari total lapangan kerja sebesar 99% (Silfia & Utami, 2021). Namun, di tengah pandemi Covid-19, sebanyak 163.713 UMKM terkena dampak pandemi. Dilaporkan kepada Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia bahwa pandemi telah mempengaruhi bisnis sekitar 37.000 UMKM. Dari jumlah tersebut, dilaporkan penurunan penjualan sekitar 56%, masalah pembiayaan sekitar 22%, masalah distribusi produk sekitar 15%, dan dilaporkan kesulitan mendapatkan bahan baku sekitar 4% sisanya. Dpengan adanya permasalahan tersebut, untuk mempertahankan suatu usaha cukup sulit untuk dilakukan dikarenakan pendapatan para pelaku UMKM yang pada pandemi seperti saat ini dapat dikatakan tidak stabil (S, Leny, 2021).

Pendapatan adalah peningkatan modal yang diakibatkan oleh peningkatan kekayaan, namun bukan berasal dari hutang atau tambahan modal pemilik, tetapi berasal dari pihak lain yang diperoleh dari proses penjualan jasa dan barang.

Pendapatan tersebut dapat dinyatakan sebagai kompensasi atas jasa yang telah diberikan kepada pihak lain, pengertian ini merupakan penjelasan dari buku

“Akuntansi Keuangan Menengah Intermediate“ menurut Kusnadi (Polandos et al., 2019). Terdapat survei terkait pendapatan UMKM yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC). Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sekitar 1,6% pelaku UMKM yang meningkatkan penjualan mereka sebesar 30% atau lebih, dan 2,2%

dari mereka yang meningkatkan penjualannya kurang dari 30%. Di sisi lain, lebih banyak UMKM mengalami penurunan penjualan selama pandemi, dengan persentase sebesar 63,9% mengalami penurunan penjualan 30% atau lebih, dan sisanya tidak menunjukkan perubahan omzet penjualan selama pandemi (Katadata Insight center, 2020).

(19)

Selain pendapatan, Katadata Insight Center (KIC) juga melakukan survei terkait kondisi UMKM di Indonesia baik sesudah dan sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Data menunjukkan UMKM di Indonesia dalam kondisi baik/sangat baik sebelum merebaknya pandemi Covid-19 mencapai 92,70%, dibandingkan 6,30%

dalam kondisi normal. Namun, dalam kondisi yang sangat buruk, hanya mencapai 1%. Di sisi lain, pada juni 2020 ditemukan bahwa kondisi UMKM di Indonesia pasca terjadinya Covid-19 berbanding terbalik, dengan persentase kondisi usaha sangat buruk meningkat menjadi 56,80%, kondisi baik/sangat baik terjun bebas mencapai angka 14,10%, serta kondisi usaha biasa juga tercatat mengalami peningkatan mencapai angka 29,10% (S, Leny, 2021).

Tabel 1.1

Jumlah UMKM Kota Jambi Tahun 2018-2021

No Kecamatan Jumlah UMKM

2018 2019 2020 2021

1 Kota Baru 736 1.173 3.057 4147

2 Alam Barajo 932 1.213 4.095 5189

3 Jambi selatan 1.031 1.180 3.773 4721 4 Paal merah 1.115 1.489 5.719 7360

5 Jelutung 553 764 3.827 4982

6 Pasar jambi 929 964 1.034 1434

7 Telanai pura 1.195 1.444 2.903 3957 8 Danau sipin 1.578 1.815 3.103 4248

9 Danau teluk 656 670 1.329 2323

10 Pelayangan 615 648 2.026 3051

11 Jambi timur 1.423 1.487 4.279 7084 Jumlah 10.763 12.763 35.145 48.496 Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kota Jambi, 2022

Berdasarkan data dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah UMKM di Kota Jambi sebelum terjadinya pandemi Covid-19 pada tahun 2018 berjumlah 10.763 dan pada tahun 2019 berjumlah 12.763, dan setelah terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia Jumlah UMKM di Kota Jambi pada tahun 2020 berjumlah 35.145

(20)

dan pada tahun 2021 berjumlah 48.496 UMKM. Dapat dilihat pula bahwa dari tahun ke tahun meski sedang menghadapi pandemi Covid-19 jumlah UMKM di Kota Jambi terus mengalami peningkatan, hal tersebut dikarenakan menurut Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kota Jambi para pelaku UMKM mendapatkan bantuan dana usaha dari pemerintah.

UMKM dari tahun ke tahun terus tumbuh dan berkembang menjadikan UMKM salah satu penggerak ekonomi terbesar di Indonesia. Namun, karena pandemi Covid-19, beberapa UMKM menderita bahkan bangkrut. Secara khusus, UMKM di bidang kuliner yang menjadi fokus kajian ini juga terkena dampak parah dari pandemi Covid-19. Menurut Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Jambi, UMKM kuliner cukup dominan di Kota Jambi.

Usaha kuliner ialah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan aktivitas jual beli makanan dan minuman dengan perancangan yang terstruktur supaya memperoleh keuntungan dengan cara menghasilkan dan menjajakan barang atau jasa guna mencukupi kepentingan masyarakat (Hidayatullah et al., n.d.).

Tabel 1.2

Jumlah UMKM Kuliner Kota Jambi Tahun 2020-2021

No Kecamatan Jumlah Usaha Kuliner

2020 2021

1. Jambi timur 1.864 2.963

2. Jambi selatan 1.646 2.037

3. Danau teluk 352 620

4. Danau sipin 1.185 1.611

5. Kota Baru 1.084 1.454

6. Pasar jambi 302 595

7. Alam Barajo 1.539 1.911

(21)

8. Jelutung 1.536 2.017

9. Telanai pura 1.112 1.527

10. Pelayangan 712 1.046

11. Paal merah 2.205 2.806

Jumlah 13.629 18.587

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kota Jambi, 2022

Berdasarkan data dari tabel 1.2 dapat diketahui bahwa jumlah usaha kuliner di Kota Jambi yang terbagi dalam beberapa kecamatan dari tahun 2020-2021 mengalami peningkatan jumlah UMKM. Pada data tersebut dijelaskan bahwa di Kecamatan Jambi Timur pada tahun 2020 UMKM berjumlah 1.864 unit dan pada tahun 2021 berjumlah 2.963 unit, selanjutnya di Kecamatan Jambi Selatan tahun 2020 berjumlah 1.646 unit dan pada tahun 2021 berjumlah 2.037 unit, Kecamatan Danau Teluk berjumlah 352 unit tahun 2020 dan berjumlah 620 unit pada tahun 2021, Kecamatan Danau Sipin tahun 2020 berjumlah 1.185 unit dan pada tahun 2021 berjumlah 1.611 unit, Kecamatan Kota Baru tahun 2020 berjumlah 1.084 dan tahun 2021 berjumlah 1.454, Kecamatan Pasar Jambi tahun 2020 berjumlah 302 unit dan tahun 2021 berjumlah 595 unit, Kecamatan Alam Barajo tahun 2020 berjumlah 1.539 unit dan tahun 2021 berjumlah 1.911 unit, Kecamatan Jelutung tahun 2020 berjumlah 1.536 unit dan tahun 2021 berjumlah 2.017 unit, Kecamatan Telanai Pura tahun 2020 berjumlah 1.112 unit dan pada tahun 2021 berjumlah 1.527 unit, Kecamatan Pelayangan berjumlah 712 unit pada tahun 2020 dan berjumlah 1.046 unit pada tahun 2021, yang terakhir pada Kecamatan Paal Merah berjumlah 2.205 unit pada tahun 2020 dan berjumlah 2.806 unit pada tahun 2021.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan usaha antara lain akses e-commerce, modal usaha dan tenaga kerja. Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Martha Rianty dan Pipit Fitri Rahayu (2021) perihal e- commerce berpengaruh terhadap pendapatan UMKM Kuliner. Selain itu, terdapat

(22)

pula penelitian yang dilksanakan oleh Andri Waskita Aji dan Sela Putri Listyaningrum (2021) yang memaparkan bahwa modal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM. Serta penelitian dari Yuniarum Fatin Laili dan Achma Hendra Setiawan (2020) yang memaparkan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM.

E-Commerce yakni transaksi bisnis berbasis individu yang memfokuskan diri pada suatu jenis mekanisme bisnis elektonis dengan media pertukaran jasa dan barang menggunakan internet melewati kendala ruang dan waktu antara dua buah institusi (business to business) maupun antar institusi dan konsumen langsung (business-to-consumer) (Romindo, 2019). Namun, UMKM menghadapi beberapa kendala seperti: hanya sekitar 8% dari 64 juta UMKM yang sudah go online (e-commerce) di Indonesia. Dibutuhkan serangkaian langkah adaptasi kepada pelaku UMKM yang belum terbiasa menggunakan teknologi agar dapat mengubah pola penjualan dari fisik ke platform internet. Kedua, pada beberapa daerah terpencil atau pedesaan akses infrastruktur internet tidak merata. Ketiga, perusahaan financial technology telah menyediakan layanan pembayaran, namun para pelaku UMKM kurang belajar dan kurang memiliki informasi mengenai hal tersebut. Kesulitan menjangkau konsumen di luar wilayah karena tingginya biaya logistik merupakan kendala terakhir yang dialami UMKM (Annur, 2020).

Selain akses e-commerce, modal usaha menjadi faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan UMKM pada masa pandemi Covid-19. Penelitian yang dilakukan oleh Andri Waskita Aji dan Sela Putri Listyaningrum (2021) menjelaskan bahwa modal usaha mempengaruhi pendapatan UMKM. Selain itu, selama masa pandemi Covid-19 sekitar 69,02% UMKM di Indonesia menurut survei Badan Pusat Statistik tahun 2020 mengalami masalah terhadap permodalan.

Menurut James C Van Harne dalam Nase Saipudin Zuhri (2017) modal usaha adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan usaha dan digunakan baik

(23)

untuk pengeluaran tetap maupun tidak tetap setiap bulannya. Berdasarkan data dari dinas tenaga kerja, koperasi dan UMKM di Kota Jambi, pandemi Covid-19 membuat UMKM tertekan karena aktivitas perdagangan mengalami penurunan berupa penurunan penjualan sekitar 60% dan penurunan modal sekitar 15%

lumpuh, sekitar 10% hambatan distribusi produk dan sekitar 6% masalah bahan baku (Putri, 2021). Namun menurut data dari pihak Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kota Jambi, disatu sisi pemerintah memberikan keringanan berupa bantuan kepada pelaku UMKM agar dapat terus melangsungkan usahanya meski tengah menghadapi pandemi, bantuan tersebut disebut juga dengan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM).

Tentunya, bantuan ini memungkinkan untuk membantu para pelaku UMKM yang benar-benar berjuang dalam urusan permodalan di masa pandemi saat ini.

Namun, menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), ada banyak masalah dengan distribusi BPUM. Mengutip laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2020, penyebab permasalahan tersebut adalah belum terpenuhinya standar yang dipersyaratkan penerima bantuan, tidak sesuainya penyaluran dana dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan minimnya dana kepada penerima bantuan adalah terjadinya distribusi ganda (Kompas.TV, 2021).

Akibatnya, banyak pelaku UMKM yang sangat membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya terpaksa gulung tikar.

Faktor terakhir yang diketahui mempengaruhi pendapatan UMKM selama pandemi Covid-19 adalah tenaga kerja. Menteri Tenaga Kerja Ida Fawziya mengatakan kelompok yang paling terkena dampak penyebaran virus corona adalah pekerja di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pasalnya, pada masa pandemi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan kasus yang paling sering ditemui pada para pelaku UMKM. (merdeka.com, 2020).

(24)

Definisi tenaga kerja menurut Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No.

13, Tahun 2003 yaitu setiap orang yang sanggup melaksanakan pekerjaan untuk mencukupi kepentingan sendiri maupun untuk masyarakat guna menghasilkan jasa atau barang baik di dalam maupun diluar ikatan kerja. Namun, banyak pelaku UMKM yang harus menamatkan masa kerja karyawannya pada masa pandemi Covid-19. Bersumber pada informasi dari Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan UKM Kota Jambi, pada tahun 2020 telah tercatat 23 kasus PHK dengan menyeret 96 orang pekerja Kota Jambi, setelah itu tercatat 76 kasus dengan menyeret 121 pekerja. Ini adalah beberapa informasi pemberhentian pekerja yang terdaftar, diyakini masih banyak lagi informasi dari pekerja yang diberhentikan yang tidak terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan UKM Kota Jambi (TribunJambi.com, n.d.).

Berdasarkan paparan penjelasan latar belakang di atas, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Akses E- Commerce, Modal Usaha, dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan UMKM Kuliner Kota Jambi Pada Masa Pandemi Covid-19”.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut merupakan permasalahan yang dapat dirumuskan setelah menilik latar belakang yang telah diuraikan:

1. Apakah akses e-commerce berpengaruh terhadap pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi pada masa pandemi Covid-19?

2. Apakah modal usaha berpengaruh terhadap pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi pada masa pandemi Covid-19?

3. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi pada masa pandemi Covid-19?

(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut tujuan dilakukannya penelitian ini setelah menilik perumusan masalah yang telah diuraikan:

1. Untuk mengetahui pengaruh akses e-commerce terhadap pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi pada masa pandemi Covid-19.

2. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha terhadap pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi pada masa pandemi Covid-19.

3. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi pada masa pandemi Covid-19.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut merupakan manfaat dari dilakukannya penelitian ini:

1. Manfaat Teoritis

a. Meningkatkan wawasan perihal pengaruh akses e-commerce, modal usaha dan tenaga kerja terhadap pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi pada masa pandemi Covid-19.

b. Sebagai referensi tambahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya oleh pihak-pihak yang ingin meneliti topik yang sama.

c. Diharapkan dapat menambah khasanah baru dan memberikan kontribusi bagi perkembangan teori akuntansi serta karya-karya sebelumnya dengan topik yang sama .

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Hal ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mempraktekkan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemikiran, sikap kreatif dan menambah pengalaman

(26)

di bidang akuntansi khususnya bidang usaha kecil dan menengah dalam pemecahan berbagai masalah.

b. Bagi Pemerintah Kota Jambi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan UMKM dapat menjadi dasar evaluasi. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah untuk menyusun program atau strategi yang tepat guna meningkatkan pendapatan UMKM Kuliner di Kota Jambi selama pandemi Covid-19.

c. Bagi Pelaku UMKM/ Masyarakat

Memberikan pelajaran bagi pelaku UMKM perihal faktor-faktor yang dapat meningkatkan pendapatan UMKM Kuliner pada masa pandemi Covid-19, yakni dengan menafsirkan betapa bermanfaatnya akses e- commerce, modal usaha dan tenaga kerja.

d. Bagi Universitas Jambi

Dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya dan memperkuat bukti ilmiah terkait uji faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan UMKM Kuliner pada masa pandemi Covid-19.

(27)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Teori Akuntansi (Konsep Pendapatan)

Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam akuntansi pendapatan dan beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Pendapatan merupakan pernyataan moneter mengenai barang dan jasa yang ditransfer perusahaan kepada langganan-langganannya dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan dapat disebut sebagai inflow of asset ke dalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa .

Menurut ilmu Akuntansi, konsep pendapatan dapat ditelusuri dari 2 sudut pandang, yaitu:

1. Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan.

Pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk atau inflow.

2. Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyerahan barang dan jasa atau outflow (Chariri &

Ghozali, 2007).

Menurut Suherman Rosyidi (2009:55) pendapatan usaha dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Modal, besar kecilnya modal yang dipergunakan dalam kegiatan produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima perusahaan. Agar usaha produksi berjalan dengan baik dan lancar, maka diperlukan modal yang cukup memadai.

(28)

b. Tenaga kerja, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang aktif untuk mengolah dan mengorganisir faktor-faktor lain. Banyak sedikitnya tenaga kerja juga berpengaruh pada pendapatan.

Selain kedua faktor tersebut tingkat teknologi yang digunakan oleh suatu usaha juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan usaha.

Dikarenakan apabila usaha tersebut memiliki teknologi yang sederhana, maka jumlah barang serta jasa yang akan dihasilkan relatif lebih sedikit serta sebaliknya (Rosyidi, 2009).

2.1.2 Teori Produksi

Produksi merupakan sebuah rangkaian proses yang meliputi semua aktivitas dalam rangka menciptakan atau menambah nilai dari barang atau jasa, baik menjadi produk setengah jadi atau produk jadi. Produksi dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk bahan, memindah bahan ke tempat lain, atau menyimpannya.

Teori produksi sendiri bisa diartikan sebagai sebuah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tujuan produksi yang diinginkan dengan faktor-faktor produksi yang terlibat. Dengan kata lain, teori produksi mengajarkan sebuah mekanisme agar produksi dapat mencapai tujuang yang diharapkan dengan memaksimalkan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh produsen.

Konsep utama yang digunakan dalam teori produksi adalah menghasilkan output semaksimal mungkin, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, dengan input tertentu. Dan menghasilkan sejumlah output yang ditargetkan dengan biaya produksi seminimal mungkin. Jika kondisi tersebut tercapai, perusahaan dapat mencetak keuntungan yang optimal.

(29)

Faktor-faktor produksi dibagi menjadi dua sebagai berikut:

1. Faktor Produksi Asli, Faktor produksi asli meliputi sumber daya alam dan tenaga kerja. Karena hanya dengan dua faktor tersebut, manusia sudah dapat memproduksi barang. Sumber daya alam yang dimaksud di sini meliputi udara, hewan, tumbuhan, panen hasil alam, dan lain-lain. Dengan bahan- bahan tersebut manusia dapat mengolahnya menjadi bahan mentah, setengah jadi, atau bahkan barang jadi. Sementara untuk tenaga kerja adalah manusia yang mengolah sumber daya alam tersebut menjadi barang yang siap dikonsumsi.

2. Faktor Produksi Turunan, Faktor produksi turunan merupakan faktor produksi yang tidak berhubungan secara langsung dan merupakan karya yang berasal dari pemikiran dan kemajuan budaya manusia. Di antara yang termasuk faktor produksi turunan adalah modal, kewirausahaan atau entrepreneur, dan teknologi. Produksi dalam skala besar memerlukan modal agar dapat mencapai output yang telah ditargetkan. Yang termasuk modal adalah dana, mesin, gedung bangunan, dan peralatan lainnya yang berperan dalam proses produksi. Sedangkan yang dimaksud dengan entrepreneurship adalah kemampuan seseorang untuk melakukan manajemen tim hingga bisnis sehingga usaha yang dijalankan menghasilkan keuntungan. Pemanfaatn teknologi yang tepat guna juga merupakan faktor penting dalam produksi sehingga kegiatan produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien (Harnanto, 2017).

2.1.3 Pandemi Covid-19

Sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2) adalah penyakit menular yang disebut dengan corona virus. Pada Desember 2019 di Wuhan, provinsi Hubei, China penyakit ini pertama kali terdeteksi dan saat itu juga Covid-19 menyebar ke seluruh dunia dan mengakibatkan pandemi. International Public Health of Emergency Concer (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan

(30)

Masyarakat yang Meresahkan Dunia pada 30 Januari 2020 diumumkan oleh World Health Organization (WHO) atas munculnya virus Covid-19 tersebut (Supriatna, 2020). Pada 2 Maret 2020 di Indonesia pertama kali Covid-19 terdeteksi dua kasus. Sejak itu dikonfirmasi 1.528 kasus dan 136 kematian.

Menurut data per 31 Maret 2020 sekitar 8,9% angka kematian Covid-19 di Indonesia dan itu merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara (Sumarni, 2020).

Gejala ringan, sedang atau berat dapat ditimbulkan pada ciri-ciri orang yang sudah terinfeksi virus Covid-19. Batuk, demam dengan suhu tubuh lebih dari 38°C, dan dispnea merupakan gejala klinis yang paling mudah diidentifikasi.

Selain itu, dapat disertai kelelahan, nyeri otot, sesak napas yang parah, gangguan saluran cerna seperti intersitas tinggi dalam buang air besar, dan kesulitan bernapas lainnya. Sesak napas dalam waktu seminggu kebanyakan dialami pasien.

Kondisi dengan pemburukan yang cepat dan progresif dalam beberapa hari terjadi pada kasus yang parah. Namun pada gejalanya ringan seperti demam bahkan tidak tampak ada gejala dialami oleh beberapa pasien, sebagian kecil pasien mengalami sakit parah atau bahkan meninggal karena kebanyakan pasien memiliki prognosis yang buruk (PDPI, 2020). Dalam kasus infeksi, sindrom klinis berikut yang mungkin dapat terjadi:

1. Tidak kompleks/bergejala

Keadaan ini adalah gejala terendah. Sebuah gejala yang memanifestasikan dirinya dalam bentuk gejala yang tidak dapat ditentukan. Selain gejala utama yang persisten seperti batuk dan demam, seringkali disertai dengan hidung tersumbat, sakit tenggorokan, malaise, nyeri otot dan sakit kepala. Pada pasien lanjut usia dan pasien immunocompromised merupakan presentasi gejala atipikal yang perlu dicatat. Gejala yang relatif ringan dan demam dapat terlihat pada beberapa kasus bahkan dehidrasi, sesak napas atau sepsis terjadi pada kondisi ini.

(31)

2. Pneumonia ringan

Sesak napas, batuk dan demam merupakan gejala yang mungkin terjadi.

Namun, tanda pneumonia berat tidak ada. Pneumonia ringan pada beberapa anak ditandai dengan kesulitan bernafas dan batuk.

3. Pneumonia berat. Pada pasien dewasa:

a. Gejalanya meliputi demam atau dugaan infeksi saluran pernapasan.

b. Gejalanya adalah takipnea (pernafasan: >30x/mnt), saturasi oksigen pasien

<90% udara luar atau sesak nafas berat (Yuliana, 2020).

Kompasiana (2020) menuliskan beberapa akibat yang timbul di berbagai negara sejak merebaknya pandemi Covid-19:

1. Aspek Ekonomi, yaitu adanya kemelut ekonomi.

2. Aspek Politik, yakni terjadi modifikasi peraturan pemerintah.

3. Aspek Sosial Budaya, yakni diadakannya peraturan menjaga jarak sosial dapat mengacaukan proses kerja, pembelajaran dan kerentanan sosial.

4. Pertahanan dan Keamanan, Yakni, pemerintah dinilai terlalu fokus pada pengurangan angka kematian sehingga besar kemungkinan terjadi kemunculan ancaman keamanan nasional.

5. Aspek tenaga kerja, Artinya, pengangguran dan kemiskinan bisa meningkat seiring dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

6. Pendidikan, proses pembelajaran kurang optimal karena tidak meratanya akses dan infrastruktur yang dimiliki oleh setiap siswa saat melakukan pembelajaran online.

7. Aspek Pariwisata, yakni penurunan kunjungan wisatawan domestik dan internasional (Leny Sukmayanti, 2021).

(32)

2.1.4 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

2.1.4.1 Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dijabarkan pada Undang-Undang No.20 tahun 2008 seperti berikut:

1. Usaha mikro, dalam undang-undang tersebut mengatur perseorangan atau badan yang memiliki usaha produktif yang memenuhi kualifikasi usaha mikro. Berikut merupakan kualifikasi usaha mikro yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut:

a. Kekayaan bersih melebihi Rp 50.000.000, tidak terhitung tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Omzet tahunan melebihi Rp 300.000.000.

2. Usaha kecil yaitu usaha mandiri produktif yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dijalankan oleh perseorangan atau badan yang dikuasai atau menjadi bagian dari usaha kecil atau besar secara langsung maupun tidak langsung. Berikut merupakan kualifikasi usaha kecil yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut:

a. Kekayaan bersih melebihi Rp 50.000.000-Rp 500.000, tidak terhitung tanah dan gedung untuk kepentingan usaha.

b. Omzet tahunan melebihi Rp 300.000.000-Rp 2.500.000.000.

3. Usaha menengah yaitu usaha mandiri produktif yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dijalankan oleh perseorangan atau badan serta dikuasai atau menjadi bagian dari usaha kecil atau besar baik secara langsung atau tidak langsung. Berikut merupakan kualifikasi usaha menengah yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut:

a. kekayaan bersih melebihi Rp500.000.000-Rp10.000.000.000,00, tidak terhitung tanah dan bangunan untuk keperluan usaha.

b. Omzet tahunan melebihi Rp 2.500.000.000.

(33)

2.1.4.2 Ciri-Ciri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berikut merupakan ciri-ciri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah:

1. Jenis produk yang diproduksi adalah produk yang dibutuhkan pelanggan.

2. Lokasi usaha pada dasarnya bersifat tetap dan tidak berpindah.

3. Mempunyai legalitas atau izin usaha seperti Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan lain sebagainya.

4. Mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berjiwa kewirausahaan, dapat menjaga bisnis tetap berkembang.

5. Menyusun rencana bisnis yang baik dapat membantu perusahaan mencapai tujuan bisnisnya.

6. Untuk menyusun laporan keuangan, perusahaan setidaknya harus memiliki akuntansi dasar yang memisahkan aset, kewajiban, dan modal perusahaan dari milik pribadi.

2.1.4.3 Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pada UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 dituturkan bahwa dengan berlandaskan demokrasi ekonomi berkeadilan guna menciptakan perekonomian nasional yang mampu menumbuhkan dan meningkatkan usaha merupakan fungsi dari usaha mikro dan kecil. Maknanya UMKM berperan dengan keikutsertaan terhadap PDB dalam membentuk perekonomian, penyerapan tenaga kerja, dan pembuatan lapangan pekerjaan. Berikut merupakan peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi:

1. Pemeran utama aktivitas ekonomi.

2. Berkontribusi menciptakan lapangan kerja tertinggi.

3. Berkontribusi dalam pengembangan perekonomian domestik dan pemberdayaan masyarakat.

4. Ikut andil dalam menaikkan kualitas SDM, pembaharuan dan penghasil pasar baru.

(34)

5. Penopang perekonomian nasional dan berperan serta dalam neraca pembayaran.

2.1.4.4 Peluang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Berikut merupakan peluang usaha Mikro, Kecil dan Menengah:

1. Mampu bertahan saat krisis mata uang karena produk yang dihasilkan mampu menembus pasar global, tidak membutuhkan modal besar atau modal asing, dan mampu menaikkan pendapatan nasional.

2. Mampu menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga melahirkan lapangan kerja baru di masyarakat dan dengan demikian menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia.

3. Berfungsi menyampaikan fasilitas ekonomi pada masyarakat, kestabilan, mampu mewujudkan stabilitas nasional, memajukan tingkat pendapatan masyarakat, serta merangsang kemajuan ekonomi di Indonesia.

4. Usaha lebih fleksibel dipadankan dengan usaha rasio besar. Oleh karena itu, UMKM perlu atensi yang tinggi untuk menciptakan koneksi bisnis antara pelaku UMKM dan pemekaran usaha karena jaringan pasar yang lebih luas.

5. Dalam meningkatkan perekonomian Indonesia UMKM mempunyai peran yang cukup statategis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.

Tabel 2.1

Peran UMKM dalam Meningkatkan Perekonomian Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosial

 UMKM mampu

membuka peluang baru, sedangkan dalam konteks APEC dan ASEAN, UMKM memiliki kerjasama antar negara yang cukup pesat

 UMKM ikut serta dalam pendirian PDB

 Taraf investasi yang rendah sudah cukup mampu mengembangkan UMKM

 UMKM ikut andil dalam ekspor non migas

 SektorUMKM memastikan pasar tenaga kerja yang stabil

 Penanganan

pengangguran akan menjadi alat bagi munculnya

wirausahawan baru

(35)

2.1.4.5 Tantangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 1. Tantangan dari sisi internal

Berikut merupakan tantangan bagi pelaku UMKM dari sisi internal:

a. Modal

Sukarnya meminjam modal, terutama ketika pelaku usaha telah mengajukan pinjaman kepada pihak perbankan. Sebagai syarat pengajuan pinjaman UMKM wajib menyusun laporan keuangan, hal tersebut diterapkan oleh beberapa lembaga keuangan di Indonesia.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

Berikut merupakan tantangan sumber daya manusia yang harus dihadapi UMKM:

1) Teknologi terbaru yang mampu meningkatkan keunggulan produk yang dibuat kurang dipelajari dan dikuasai oleh sebagian besar pelaku UMKM.

2) Kegiatan promosi produk masih terlalu lazim, kurang memanfaatkan media sosial untuk mempublikasikan produk.

3) Belum mampu menguasai pangsa pasar dengan baik sehingga kurang bisa memahami keinginan para pelanggan.

4) Kurang berkecukupan untuk menggaji karyawan sehingga belum mampu mengikutsertakan banyak tenaga kerja.

5) Minimnya pengendalian strategi ataupun sasaran jangka panjang.

c. Hukum

Bentuk badan hukum pelaku UMKM umumnya persekutuan atau perseorangan.

d. Akuntabilitas

manajemen keuangan dan operasional yang buruk masih menjadi masalah sebagian besar UMKM.

2. Tantangan dari sisi eksternal

Berikut merupakan tantangan pelaku UMKM dari sisi ekternal:

(36)

a. Infrastruktur

UMKM terbatas dalam teknologi, serta sarana dan prasarana yang mereka gunakan untuk memproduksi produknya.

1) Kurang mampu menandingi kesukaan pembeli yang mudah berganti, terutama bagi UMKM yang sudah melangsungkan kegiatan ekspor, sehingga kadang kala terbelakang oleh usaha berasio besar.

2) Keterbatasan akses teknologi, terutama bila pasar dipimpin oleh perusahaan atau kelompok bisnis tertentu (Sujarweni, 2020) (Wijaya, 2018).

2.1.5 UMKM Kuliner

2.1.5.1 Pengertian UMKM Kuliner

Usaha kuliner ialah dilakukannya aktivitas jual beli minuman dan makanan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan perancangan yang terstruktur supaya memperoleh keuntungan dengan cara menghasilkan dan menjajakan barang atau jasa guna mencukupi kepentingan masyarakat.

2.1.5.2 Jenis-Jenis UMKM Kuliner Ada beberapa jenis usaha kuliner yaitu :

1. Usaha Tempat Makan yakni usaha yang menjajakan produknya disuatu tempat sehingga pembeli dapat mengkonsumsi produk yang dibeli di tempat.

Usaha tempat makan memiliki aktiva rasio usaha sebesar kurang dari 250 juta. Berikut adalah pembagiannya:

a. Usaha Restoran, dana yang dibutuhkan pada usaha ini umumnya berkisar dari 50-100 juta. Usaha restoran mempunyai tempat yang luas, lokasi yang ramai dan strategis, serta rancangan dan beraneka ragam menu yang sejenis dan rancangan restoran yang sesuai dengan konsepnya. Hal ini lah yang membedakan usaha restoran dengan usaha tempat makan yang memiliki rasio lebih kecil.

(37)

b. Usaha Warung Makan, Usaha warung makan pada pemanfaatan modalnya memiliki rasio yang lebih kecil dari usaha restoran. Letak dari usaha ini umumnya berada dimana-mana dengan sajian makanan yang cukup sederhana, dengan harga yang sesuai dengan lingkungan tempat usaha ini didirikan.

c. Usaha Gerobakan/Kaki Lima, sesuai dengan namanya usaha gerobakan ini menjajakan produknya dengan gerobak. Untuk memulai usaha ini tidak memerlukan modal usaha sebesar mendirikan usaha warung atau restoran. Karena daya tampung gerobak yang minim membuat usaha ini hanya dapat memperjual belikan satu atau beberapa menu saja.

2. Usaha rumahan ialah usaha yang dijalankan oleh si empunya usaha berlokasi dirumah, sehingga untuk tempat usaha umumnya usaha ini tidak perlu mengontrak. Umumnya usaha ini tidak menerima pembelian untuk di konsumsi di tempat. Memanfaatkan media sosial dan platfrom online untuk melangsungkan usaha seperti maxim, shopeefood dan GrabFood merupakan salah satu ciri usaha ini. Berikut merupakan jenis usaha rumahan:

a. Katering, usaha catering biasanya memakai media sosial seperti instagram atau facebook untuk menjajakan produknya. katering umumnya dipesan dalam kuantitas besar untuk kegiatan perjamuan tertentu.

b. Usaha makanan beku (frozen food) ialah usaha penyediaan produk olahan daging beku. Menurut Kementerian Pertanian tahun 2015, konsumsi umum makanan beku semakin berkembang pesat. Karena tingginya permintaan makanan beku, bisnis ini sangat populer di kalangan usaha rumahan. Hanya dengan menyiapakan frezeer atau kulkas usaha ini dapat dijalankan (Izati, 2021).

(38)

2.1.5 Pendapatan

2.1.5.1 Pengertian Pendapatan

Menurut Kusnadi dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah Intermediate (2000:9) pendapatan adalah peningkatan modal yang diakibatkan oleh peningkatan kekayaan, namun bukan berasal dari hutang atau tambahan modal pemilik, tetapi berasal dari pihak lain yang diperoleh dari proses penjualan jasa dan barang. Pendapatan tersebut dapat dinyatakan sebagai kompensasi atas jasa yang telah diberikan kepada pihak lain.

2.1.5.2 Jenis-Jenis Pendapatan

Berikut merupakan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Tahun 2010 dalam membagi pendapatan:

1. Penjualan Barang

barang yang dibeli untuk dijual ulang atau barang yang dijual dari hasil produksi sehingga menghasilkan pendapatan ini. Contohnya seperti properti yang dibeli untuk dijual ulang atau barang yang diproduksi suatu usaha lalu diperjual belikan.

2. Penjualan Jasa

Dengan memperjual belikan jasa/keterampilan sehingga menghasilkan pendapatan ini. Kontrak yang disepakati pada penjualan jasa umumnya melibatkan pengerjaan tanggung jawab dalam jangka waktu tertentu.

3. Bunga, Royalty, dan Deviden

Royalti, deviden dan bunga muncul karena pihak lain menggunakan kekayaan perusahaan, sehingga menghasilkan pendapatan ini. Berikut merupakan penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain yang dapat menghasilkan pendapatan:

a. Bunga adalah penggunaan setara kas atau sejumlah utang atau kas kepada perseroan dapat menimbulkan imbalan/bunga.

(39)

b. Royalti adalah penggunaan merek dagang, hak paten, hak cipta atas aset jangka panjang perusahaan dapat menimbulkan biaya.

c. Deviden adalah pembagian keuntungan sesuai bagian dari jenis modal secara proporsional kepada pemegang saham. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2018).

2.1.5.2 Indikator Pendapatan

Berikut merupakan indikator pendapatan:

1. Kewajiban dapat ditutupi dan usaha dapat dikembangkan oleh perusahaan karena pendapatan dapat memberikan surplus.

2. Modal dan tenaga kerja yang dimiliki perusahaan mampu menghasilkan keuntungan.

3. Aktivitas operasi perusahaan merupakan sumber pendapatan.

4. Sang empunya perusahaan dapat berpuas hati dengan pendapatan yang diraih.

5. Perusahaan mampu membayar pekerjaan yang telah dikerjakan dan jasa yang telah dilakukan oleh tenaga kerja dengan pendapatan (Rosadi, 2019).

6. Pendapatan sampingan mampu menunjang pendapatan dan menjadi pengaman apabila terjadi masalah pada pendapatan usaha pokok.

7. Kenaikan dan penurunan pendapatan yang diperoleh perusahaan.

8. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan baik untuk kepentingan produksi maupun penjualan harus seimbang dengan pendapatan yang dihasilkan.

9. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penjualan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan.

2.1.6 Akses E-Commerce

2.1.6.1 Pengertian E-Commerce

E-commerce yakni transaksi bisnis berbasis individu yang memfokuskan diri pada suatu jenis mekanisme bisnis elektonis dengan media pertukaran jasa dan barang menggunakan internet melewati kendala ruang dan waktu antara dua

(40)

buah institusi (business to business) maupun antar institusi dan konsumen langsung (business-to-consumer) (Amir Hartman, 2000).

2.1.6.2 Karakteristik E-Commerce

Berikut merupakan karakteristik e-commerce menurut Rerung (2018):

1. Transaksi Tanpa Batas

Penjualan produk dan jasasekarang tidak lagi terbatasi oleh apapun, hal tersebut disebabkan oleh adanya teknologi saat ini yang semakin canggih.

Misalnya, dengan teknologi seseorang dapat membeli produk suatu usaha hanya dalam hitungan detik meskipun usaha tersebut berada di lokasi yang jauh.

2. Transaksi Anonym

Saat menjual di e-commerce, selama pembayaran telah diotorisasikan, tidak perlu identitas fisik atau bahkan bertemu secara langsung antara pembeli dan penjual.

3. Produk Digital Dan Non Digital

Dengan e-commerce, lebih banyak variasi produk dapat ditawarkan.

4. Produk Barang Tak Berwujud

E-commerce memungkinkan Anda untuk menjual tidak hanya barang berwujud tetapi juga barang tidak berwujud seperti perangkat lunak dan ide secara online.

2.1.6.3 Kelebihan dan Kekurangan E-Commerce

Berikut merupakan kelebihan penjualan melalui sistem e-commerce:

1. Aliran pendapatan. Pada transaksi konservatif tidak dapat ditemukan aliran pendapatan baru yang lebih berpotensi.

2. Pangsa pasar. Dapat dengan mudah melumpuhkan pangsa pasar dengan kemudahan dan keunggulan teknologi untuk mengukuhkan strategi.

3. Biaya operasional. Lazimnya perlu banyak staf untuk menjalankan, sehingga akan memerlukan dana yang besar untuk menggaji staf yang dipekerjakan.

(41)

Selain itu, memangkas dana pembelian kertas karena segalanya telah memanfaatkan digitalisasi sehingga hal tersebut mampu meningkatkan pendapatan.

4. Jangkauan global. E-commerce memperluas jangkauan ke seluruh dunia.

5. Umumnya bagi masyarakat berguna untuk menurunkan tingkat kontaminasi alam. Intinya konsumen tidak ikut andil dalam arus lalu lintas belanja yang masif. Berikut merupakan kekurangan dari penjualan menggunakan sistem e- commerce:

a. Rahasia bernilai mudah dicuri. Kerugian besar dapat diakibatkan adanya pencurian dan malfungsi data oleh pihak tidak berwenang atas informasi perusahaan.

a. Gangguan layanan. pelayanan dapat terusik karena adanya kesalahan non teknis.

b. Memanfaatkan kemampuan untuk mengakses ke suatu sumber oleh pihak yang tidak berwenang.

c. Individualisme meningkat. Pada penjualan online, tanpa bertemu dengan siapapun sesorang mampu bertransaksi dan memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

d. Adakalnya memicu kekecewaan. Adakalanya produk yang tampak secara kasat mata tidak sesuai dengan yang ditampilkan di layar komputer (Rerung, 2018).

2.1.6.4 Indikator Akses E-Commerce

Berikut merupakan indikator e-commerce Menurut Nuray Terzi (2011) yang dipercaya mampu untuk mempengaruhi pendapatan usaha:

1. Akses internet

Meningkatkan daya saing dapat menambah nilai perusahaan hal tersebut dapat dilakukan dengan menambah kecepatan akses internet. Karena akses

(42)

layanan yang cepat dapat membuat konsumen tertarik dan kemudian berkeinginan membeli produk yang ditawarkan.

2. Kemudahan informasi mampu memperluas jangkauan usaha

Semakin banyak informasi yang muncul seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, sehingga informasi ini dapat digunakan oleh sumber daya manusia untuk menawarkan inovasi yang lebih memukau dan menguasai e-commerce sehingga pelaku usaha mampu menjangkau pasar yang lebih luas.

3. Kemampuan Sumber Daya Manusia

Proses produksi dan permintaan konsumen memaksa sumber daya manusia untuk cepat belajar dalam mengaplikasikan teknologi informasi yang semakin hari semakin berkembang.

4. Tanggung jawab manajerial

Proses bisnis yang dilakukan terkait dengan menyampaikan dan menjaga keputusan, untuk itu diperlukan tanggung jawab manajemen agar dapat membangun keunggulan kompetitif (Terzi, 2011).

5. Distribusi

Sistem dan jaringan yang terintegrasi disertai perkembangan mode transportasi akan memudahkan pengiriman barang sehingga mampu menjangkau pasar yang lebih luas (Polytechnic, 2022).

6. Omzet/Laba Usaha

Sistem penjualan melalui e-commerce diharapkan mampu memperbaiki sistem penjualan lama sehingga mampu mencapai pasar yang lebih luas, memelihara dan meningkatkan omzet yang didapatkan (Wulansari, 2015).

7. Kestabilan Usaha

Dalam menjalankan suatu usaha untuk dapat menguatkan daya saing harus memiliki kemampuan berinovasi dan berpikir kreatif (Rizki, 2021).

(43)

2.1.7 Modal Usaha

2.1.7.1 Pengertian Modal Usaha

Menurut James C Van Harne dalam Nase Saipudin Zuhri (2017) modal usaha adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan usaha dan digunakan baik untuk pengeluaran tetap maupun tidak tetap setiap bulannya (Habriyanto et al., 2021).

2.1.7.2 Faktor Yang Mempengaruhi Modal Usaha

Berikut merupakan faktor yang mempengaruhi modal usaha menurut Hampton:

1. Kuantitas Penjualan

2. Perusahaan memerlukan modal usaha guna menyangga aktivitas produksi ketika terjadi kenaikan penjualan.

3. Kepentingan modal usaha dapat berefek pada penjualan tergantung pada siklus fluktuasi dan musim.

4. Perubahan dalam teknologi yakni apabila terjadi transformasi kemajuan teknologi maka dapat berkaitan dengan proses produksi dan dapat memberi efek terhadap kepentingan modal usaha.

5. Kebijakan perusahaan yakni kebijakan yang dipergunakan perusahaan yang dapat memberikan efek terhadap kepentingan modal usaha (Zuhri, 2016).

2.1.7.3 Sumber Modal Usaha

Berikut merupakan sumber modal menurut Jumingan (2017):

1. Pendapatan Bersih

Uang kas dan piutang dapat ditingkatkan dari hasil pendapatan maupun penjualan barang sehingga dihasilkannya modal usaha. Namun, untuk menghasilkan pendapatan, biaya produksi barang yang di jual serta biaya operasi tetap harus ditutupi dengan sebagian dari modal ini, dalam bentuk biaya penjualan dan administrasi. Operasi jangka pendek menghasilkan jumlah modal usaha dan pendapatan bersih sebagi modal usaha.

(44)

2. Keuntungan dari penjualan aktiva tetap dan surat-surat berharga

Untuk meningkatkan likuiditas perusahaan dapat dilakukan dengan menjual surat berharga maupun aset. Namun, apabila terjadi kerugian maka modal usaha akan berkurang.

3. Dana pinjaman dari bank atau pinjaman jangka pendek lainnya

Bagi beberapa usaha modal usaha guna menambah modal guna memenuhi kebutuhan yang bersumber dari pinjaman jangka pendek seperti pinjaman bank/koperasi sangatlah penting. Agar pendapatan tercapai secara maksimal penggunaan modal usaha yang tepat merupakan bentuk sokongan terhadap peningkatan usaha (Jumingan, 2019).

2.1.7.4 Indikator Modal Usaha

Berikut merupakan indikator modal usaha:

1. Modal sebagai syarat untuk usaha

Dalam menjalankan bisnis tentu saja modal usaha sangatlah penting, bisnis akan sulit dijalankan apabila tidak ada modal. Oleh karena itu, sebelum memulai suatu usaha diperlukan sejumlah modal sebagai syarat untuk memulainya. Ada beberapa sumber modal yang dimiliki oleh suatu usaha, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu:

a. Pendapatan bersih sebagai modal pribadi

b. Keuntungan dari penjualan aktiva tetap dan surat-surat berharga c. Dana pinjaman dari bank atau pinjaman jangka pendek lainnya 2. Besar modal

Sebelum melangsungkan usaha perusahaan harus memiliki elemen usaha yang sangat penting yaitu modal usaha. Ukuran modal dapat memengaruhi ukuran bisnis, yang pada gilirannya memengaruhi pendapatan perusahaan (Purwanti, 2012).

(45)

2.1.8 Tenaga Kerja

2.1.8.1 Pengertian Tenaga Kerja

Setiap orang yang sanggup melaksanakan pekerjaan untuk mencukupi kepentingan sendiri maupun untuk masyarakat guna menghasilkan jasa atau barang baik di dalam maupun diluar ikatan kerja disebut dengan tenaga kerja yang dipaparkan dalam Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 13, Tahun 2003.

Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja merupakan jenis dari tenaga kerja menurut Simanjuntak (2001:3). Jumlah orang yang memasarkan jasa untuk produksi dalam masyarakat dalam banyaknya cadangan tenaga kerja merupakan angkatan kerja. Kelompok kerja adalah orang yang tergabung dalam angkatan kerja melakukan kegiatan produksi barang dan jasa. Sedangkan, pencari kerja atau pengangguran adalah kelompok orang yang siap bekerja dan sedang berjuang mendapatkan pekerjaan (Tabanan & Artini, 2019).

2.1.8.2 Jenis-Jenis Tenaga Kerja

Berikut merupakan jenis-jenis tenaga kerja:

1. Tenaga kerja kasar ialah tenaga kerja yang tidak mempunyai keterampilan pada kelompok pekerjaan tertentu dan berpendidikan rendah bahkan tidak berpendidikan. Contohnya adalah pembantu rumah tangga, tukang sampah, kurir dan lainnya.

2. Tenaga kerja terampil ialah angkatan kerja yang mempunyai keterampilan dari profesionalisme atau pelatihan. Contohnya pelukis, designer, chef dan lainnya.

3. Tenaga terdidik ialah angkatan kerja yang mahir dan mempunyai pendidikan cukup tinggi pada ilmu tertentu . Contohnya: dosen, advokat, apoteker dan lainnya. (Putra, 2018).

(46)

2.1.8.3 Indikator Tenaga Kerja

Berikut merupakan indikator tenaga kerja menurut Masyhuri:

1. Ketersediaan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja yang hendaknya disesuikan dengan yang dibutuhkan. Tingkat upah, kapasitas tenaga kerja dan gender berkenaan dengan ketersediaan tenaga kerja.

2. Kualitas tenaga kerja. Kinerja tidak boleh disepelekan ketika suatu profesi tertentu dengan jumlah yang terbatas membutuhkan spesialisasi. Besar peluang akan terjadi kemacetan produksi jika kualitas tenaga kerja tidak diawasi.

3. Jenis kelamin (gender). Gender dapat menetapkan tipe pekerjaan. Pekerjaan pria umumnya memiliki tanggung jawab yang lumayan bertentangan dengan pekerjaan wanita seperti halnya pengiriman, pengemasan dan lainnya, kecondongan lebih cocok untuk pekerjaan pria.

4. Upah tenaga kerja wanita dan pria berlainan. Jenjang kalangan, pendidikan, golongan pekerjaan dan lain sebagainya merupakan ukuran pembeda upah tenaga kerja (Masyhuri, 2007).

5. Skill atau keterampilan tenaga kerja

ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk menghadapi persaingan global masa kini, tetapi juga perlu diimbangi dengan tingkat keterampilan kerja.

6. pengalaman tenaga kerja

Tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja akan lebih siap dan mampu beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan yang baru bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang belum memiliki pengalaman kerja (Riandini, 2016).

7. Masa kerja

Semakin lama masa kerja karyawan pada sebuah perusahaan, maka semakin banyak pula pengalaman yang ia dapatkan. Banyaknya pengalaman kerja akan memperluas wawasan, dengan demikian hal tersebut juga akan meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal yang baru, sehingga karyawan mampu meningkatkan pendapatan (Prasetia et al., 2015).

(47)

8. Jam kerja

jam kerja yang digunakan secara optimal oleh tenaga kerja mampu meningkatkan pendapatan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa observasi yang berkaitan dengan subjek penelitian ini:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Muhammad Yusuf (2022)

Pengaruh Electronic

Commerce (E-Commerce) terhadap Peningkatan Pendapatan pada UMKM di Kecamatan Bekasi Utara

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa e-commerce berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan UMKM di Kecamatan Bekasi Utara (Yusuf, 2022).

2. Siti Nopiyanti (2022)

Pengaruh Modal dan Lama

Usaha Terhadap

Pendapatan Pedagang

Sembako di Pasar

Parungkuda Kabupaten Sukabumi

Hasil dari penelitian ini memaparkan terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel modal terhadap pendapatan pedagang sembako di pasar Parungkuda Kabupaten Sukabumi (Nopiyanti, 2022).

3. Martha Rianty

Dan Pipit

Fitrirahayu (2021)

Pengaruh E-Commerce

Terhadap Pendapatan

UMKM yang Bermitra

Gojek Dalam Masa

Pandemi Covid-19

Hasil penelitian memaparkan variabel interface, navigasi, konten dan reliabilitas berpengaruh signifikan terhadap pendapatan UMKM di Sumsel selama masa pandemi Covid-19, sedangkan variabel teknis tidak berpengaruh terhadap pendapatan UMKM di Sumsel. (Rianty & Fitri Rahayu, 2021).

4. Andri Waskita Aji Dan Sela Putri

Listyaningrum (2021)

Pengaruh Modal Usaha,

Lokasi Usaha, Dan

Teknologi Informasi

Terhadap Pendapatan

UMKM Di Kabupaten Bantul

Modal usaha berpengaruh pada pendapatan UMKM, letak usaha yang strategis berpengaruh pada pendapatan, wawasan luas tentang teknologi informasi dan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi menyebabkan pertumbuhan pendapatan UMKM. (Aji

& Listyaningrum, 2021).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat belum mendaftarkan tanahnya yang masih berupa Letter C dan upaya

Logika dasar perancangan tentang desain merchandise t-shirt Keroncong Tugu “Cafrinho” penulis ingin mengangkat komunitas musik Keroncong Tugu “Cafrinho” dengan

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data melalui pengamatan langsung tentang pelaksanaan pembelajaran fiqih di kelas XI IPA dan XI IPS dengan menggunakan

Beberapa lukisan diangkan sudah bisa mewakili apa yang menjadi maksud yang ingin disampaikan, namun ada juga beberapa lukisan yang masih belum begitu yakin karena cukup

Pada karya ilmiah ini akan dipelajari penggunaan metode Carathéodory untuk mencari solusi periodik dari persamaan diferensial takotonom orde dua yang memiliki syarat batas

Dalam tugas akhir ini, untuk mempermudah melakukan analisis maka penulis membatasi konteks permasalahan yaitu penulis menggunakan fungsi waktu ݃(ݐሻ = ݐ untuk

Dari hasil kesimpulan yang penulis sampaikan, program sistem informasi pengendalian persediaan logistik ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi

pada anak sekolah dasar di Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Propinsi Kalimantan Selatan meliputi kebiasaan minum air mentah, makanan tumbuhan rawa mentah,