• Tidak ada hasil yang ditemukan

However, the informant's perception of profit considers that the prevention of COVID-19 is of great benefit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "However, the informant's perception of profit considers that the prevention of COVID-19 is of great benefit"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PENCEGAHAN COVID-19 DIANTARA PARA DIFABEL PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

(UMKM) DIFABEL ZONE YOGYAKARTA Oleh:

Fransiska Wardiani 1) Anhari Achadi 2)

Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 1) Departemen Administrasi Dan kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia 1,2) E-mail :

wardianifransiska@gmail.com 1) aachadi@gmail.com 2)

ABSTRACT

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) has had a major impact on the economy in Indonesia, one of which is MSME players. The Disabled Zone is an MSME actor for the disability group in the field of batik. Persons with disabilities are at very high risk of transmission of COVID-19 due to limited understanding and access to information obtained about promotive and preventive efforts. This study aims to determine individual knowledge, perceptions and practices in efforts to prevent COVID-19 during the pandemic in the Yogyakarta Disabled Zone in 2021. This research is a qualitative research using the Health Belief Model (HBM) approach which was conducted by interviewing online using the zoom meeting application. The results of the study showed differences from initial allegations which stated that persons with disabilities were limited in accessing information, but in fact the informants had sufficient knowledge to understand the causes, modes of transmission and prevention of COVID-19. In the perception of vulnerability, most understand that anyone can be vulnerable to COVID-19 and the impacts it has. The perception of the threat of COVID 19 is very dangerous for health because of the risk of contracting it, it also has an impact on their economy. However, the informant's perception of profit considers that the prevention of COVID-19 is of great benefit. In terms of perceived barriers, informants thought that friends or closest people and visitors who came to the workshop could hinder them in preventing COVID-19. Meanwhile, on the perception of self-ability, most of the informants said that with confidence and prayer they were able to prevent COVID-19. In individual practice, the average informant considers that COVID-19 prevention behavior is a routine in everyday life.

Keywords: Knowledge, Perception, Practice, Prevention of COVID-19, Persons with Disabilities

ABSTRAK

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) memberi pengaruh besar terhadap perekonomian di Indonesia, salah satunya adalah pelaku UMKM. Difabel Zone merupakan pelaku UMKM kelompok disabilitas di bidang pembatikan. Penyandang disabilitas sangat berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19 karena keterbatasan pemahaman maupun akses informasi yang didapatkan tentang upaya promotif dan preventif. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengetahuan, persepsi dan praktik individu dalam upaya pencegahan COVID-19 selama masa pandemi pada Difabel Zone Yogyakarta tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Health Belief Model (HBM) yang dilakukan dengan wawancara secara online menggunakan aplikasi zoom meeting. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan dengan dugaan awal yang menyatakan penyandang disabilitas terbatas dalam mengakses informasi, namun pada kenyataannya informan memiliki pengetahuan yang cukup dalam memahami penyebab, cara penularan dan pencegahan COVID-19. Pada persepsi kerentanan

(2)

sebagian besar memahami bahwa siapa saja bisa rentanan terhadap COVID-19 serta dampak yang ditimbulkan. Persepsi ancaman COVID 19 sangat berbahaya bagi kesehatan karena resiko tertular, juga berdampak pada perekonomian mereka. Namun persepsi keuntungan informan menganggap bahwa pencegahan COVID-19 sangat besar manfaatnya. Pada persepsi hambatan informan mengganggap bahwa teman atau orang terdekat serta pengunjung yang datang ke workshop dapat menghambat dalam melakukan pencegahan COVID-19. Sedangkan pada persepsi kemampuan diri informan sebagian besar mengatakan bahwa dengan percaya diri dan berdoa mampu mencegah COVID-19. Pada praktik individu rata-rata informan menganggap bawa perilaku pencegahan COVID-19 merupakan rutinitas dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci : Pengetahuan, Persepsi, Praktik, Pencegahan COVID-19, Penyandang Disabilitas

1. PENDAHULUAN

Coronavirus Disease 2019 (COVID- 19) merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh virus baru yang termasuk ke dalam golongan SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Munculnya penyakit ini diawali dengan penemuan kasus pneumonia di Wuhan China pada akhir Desember 2019. Tercatat 250 juta kasus konfirmasi secara global dengan 5,5 juta kematian yang tersebar di seluruh dunia (WHO, 2021). Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak COVID-19 dengan kasus konfirmasi sebanyak 4,2 juta dan kematian 144 ribu per 7 November 2021. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menekan kasus konfirmasi dan kematian akibat COVID-19. Diantaranya adalah dengan ditetapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan anjuran Social Distancing.

Pemberlakuan kebijakan tersebut menimbulkan dampak di beberapa sektor

penting seperti sektor ekonomi, sektor pendidikan maupun sektor politik.

Dampak COVID-19 pada

perekonomian di Indonesia terjadi di berbagai sektor diantaranya perdagangan, investasi, pariwisata, industri ritail/pemasaran maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Salah satu pelaku UMKM yang mampu berkontribusi nyata terhadap perekonomian terutama di sektor informal adalah penyandang disabilitas (Luthfia, 2020). Penyandang disabilitas merupakan kumpulan masyarakat yang mempunyai keterbatasan fisik yang dapat menghambat partisipasi dan peran serta mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Selama status penanganan tanggap darurat virus Covid-19, ternyata berdampak pada semakin terpuruknya kehidupan kelompok penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas umumnya berkerja sebagai pemijat, pedagang (pelaku UMKM), seniman dan penjual jasa service. Untuk itu dengan

(3)

adanya himbauan pemerintah untuk social distancing, menyebabkan kebimbangan penyandang disabilitas antara tetap di rumah dengan tidak mendapat penghasilan atau tetap melakukan usaha. Problema tersebut mengakibatkan ekonomi penyandang disabilitas menjadi terpuruk.

Selain itu juga berdampak terhadap kerentanan terinfeksi virus corona.

Difabel Zone merupakan komunitas disabilitas yang ada Yogyakarta sebagai pelaku UMKM di bidang pembatikan.

Risiko terpapar COVID-19 pada penyandang disabilitas lebih tinggi karena terbatasnya pemahaman maupun akses informasi yang didapatkan terutama tentang upaya promotif dan preventif (Sabatello et al., 2020). Selain itu keterbatasan dalam penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta terbatasnya akses air bersih dan sarana cuci tangan merupakan penghambat bagi penyandang disabilitas.

Dalam menyikapi persoalan tersebut perlunya perlindungan bagi penyandang disabilitas agar tidak rentan terlular COVID-19. Mengingat kurangnya informasi tentang kesehatan yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas maka penelitian ini bertujuan mengetahui pengetahuan, persepsi dan praktik individu dalam upaya pencegahan terhadap COVID-19 selama masa pandemi.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dari pengetahuan, persepsi dan praktik individu mengenai pencegahan COVID-19 pada penyandang disabilitas di UMKM Difabel Zone Yogyakarta. Penelitian dilakukan menggunakan media Zoom meeting.

Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data primer dengan wawancara mendalam. Informan dipilih secara purposive sampling dengan kriteria pengurus dan pekerja yang merupakan penyandang disabilitas di Difabel Zone yang mengetahui informasi seputar kegiatan di Difabel Zone sebanyak 5 orang informan.

.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengetahuan

Berkenaan dengan gambaran pengetahuan tentang pencegahan COVID- 19, rata-rata semua informan memiliki pengetahuan yang cukup dalam memahami penyebab dari COVID-19 dan cara penularannya. Para informan juga mengetahui penerapan protokol kesehatan di lingkungan tempat kerja. Berikut kutipan wawancara bersama informan.

“Penularannya sangat cepat ya, mungkin dari interaksi ketemu orang lain, berbicara pada waktu orang yang kita ajak berbicara sedang batuk dan bersin

(4)

langsung tertular, interaksi langsung, bersalaman, seperti itu kurang lebihnya…”

“COVID itu virus mbak, menular melalui percikan air yang keluar dari saluran pernafasan mbak, gejalanya bisa gangguan pernafasan ringan, infeksi paru- paru yang berat bisa menyebabkan kematian” .

“Melakukan 5 M, Seperti mencuci tangan, rajin mencuci tangan, pake masker, mengurangi kerumunan dan mengurangi mobilitas”.

Persepsi Kerentanan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Informan dapat memahami siapa saja yang bisa mengalami kerentanan terhadap virus COVID-19 serta dampak yang ditimbulkan. Berikut beberapa kutipan wawancara mendalam dengan informan.

“....semua orang sih punya kemungkinan bisa terjangkit…yang paling rentan sih, jantung, tekanan darah tinggi mungkin, diabetes, kemudian mungkin apa ya, asma mungkin sejenis itu...dampak yang lebih serius kan mungkin kematian ya”.

Keterangan dari informan tersebut menunjukkan bahwa persepsi mereka tentang COVID-19 dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga persepsi membentuk pola yang mendukung dalam perilaku pencegahan

COVID-19.

Persepsi Ancaman

Berdasarkan wawancara mendalam kepada informan menyatakan bahwa informan memahami ancaman terhadap COVID-19. Para informan menganggap bahwa ancaman tersebut merupakan alarm untuk melakukan pencegahan. Berikut kutipan hasil wawancara terhadap informan terkait dengan persepsi ancaman terhadap COVID-19:

“Ya sebenernya sih kalau dibilang mengancam ya memang mengancam. tapi saya lebih berpikir positif ketika sebenarnya ini adalah seperti warning system alarm”

“Iya itu terdampak banget sih dari segi ekonomi…”

“...jadi ragu pokoknya beraktifitas, jadi was-was, mau pergi kemana-mana…”

Para informan merasa bahwa pandemi COVID-19 sangat mengancam bagi kehidupan mereka sehari-hari dan cenderung membuat mereka was-was dalam beraktifitas.

Persepsi Keuntungan

Hampir semua informan mengetahui tentang manfaat terhadap pencegahan COVID-19. Berikut hasil kutipan wawancara pada para informan:

“Manfaatnya sangat besar sekali…untuk pencegahan COVID dan

(5)

juga untuk meningkatkan imun bagi yang sudah vaksin…”

“ Ya cukup efektif dan sangat baik menurut saya, Selain itu manfaatnya untuk terhindar dari COVID-19, mengurangi tertularnya COVID-19, dan mengurangi penyebaran”

“Kita harus menjalankan prokes dan mematuhi 5M, Memakai masker, cuci tangan, menjauhi mobilitas, menjauhi keramaian”.

Selain agar terhindar dari COVID-19, beberapa informan juga menganggap bahwa tindakan pencegahan dapat mengurangi penyebaran COVID-19 dengan cara menjalankan protokol kesehatan melalui mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas (5M).

Persepsi Hambatan

Berdasarkan wawancara mendalam diperoleh informasi adanya hambatan dalam melakukan pencegahan COVID-19 terhadap informan. Banyak faktor yang menyebabkan adanya hambatan pencegahan COVID-19 terutama di lingkungan sekitar. Sebagai contoh informan mengatakan ada salah satu kerabat atau teman dekat yang kerap kali meremehkan pentingnya menerapkan protokol kesehatan dan menganggap hal tersebut hanyalah suatu hal yang tidak

penting dan dampaknya tidak begitu besar.

Adapun ketika pengunjung mengunjungi tempat workshop beberapa dari pengunjung tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik. berikut hasil wawancara mendalam dari para informan:

“kalau masyarakat dalam umumnya

„kan susahnya „kan masih berkerumun, tanpa memakai masker, mungkin kalau persaudaraan mungkin kayak, gapapalah saudara kita ini tapi „kan kita nggak tahu dia darimana, ketemu siapa, itu juga kita nggak tahu.”

“mungkin kalau hambatan buat saya, di sisi teman-teman itu. Cara menanamkan budaya untuk menerapkan protokol kesehatan. Apalagi „kan kita tahu kebutuhan masyarakat, bagaimana menerapkannya, terlalu memberi pengetahuan gimana caranya untuk bisa menahan ini dengan baik itu yang lebih sulit”

Para informan menyatakan bahwa meskipun diri sendiri sudah menerapkan protokol kesehatan yang tepat namun tidak menutup kemungkinan orang di sekitar mereka tidak dapat menerapkan protokol kesehatan yang berlaku sehingga penyebaran COVID-19 akan terus terjadi sebab dalam melakukan pencegahan penyebaran COVID-19, masyarakat harus saling melindungi diri satu sama lain.

(6)

Persepsi Kemampuan diri

Dari hasil wawancara mendalam diperoleh informasi tentang persepsi kemampuan diri dalam pencegahan COVID-19 pada informan sudah cukup baik. Berikut beberapa kutipan hasil wawancara mendalam terkait kemampuan diri dalam upaya pencegahan COVID-19.

“Ya, harus percaya diri dengan doa dan segala macem nya itu mbak. Doa penting sih menurut saya, untuk lebih ke apa ya, personal healing termasuk bagus, doa, meditasi, kayak gitu-gitu saya termasuk yang memakai treatment itu ya, dari selain medis ya. Kadang vitamin juga penting, tapi saya lebih banyak sekarang ini lebih ke asupan yang dari alam ya misalnya kayak makan makanan plant based gitu.”

“Penting mba penting, Menurut saya penting, kita yakin bahwa virus ada dan harus meningkatkan kesehatan dengan prokes dan peningkatan kesehatan. Iya merasa percaya diri mbak. Kita harus kuat mbak, bisa memotivasi diri sendiri punya keyakinan diri untuk mencegah, dengan 5M, prokes, memakai masker.”

Beberapa informan berpendapat bahwa percaya diri itu penting sebagai upaya pencegahan COVID-19. Percaya diri menurut mereka diyakini dapat berguna untuk meningkatkan imunitas, dimana saat mereka yakin bahwa mereka sehat maka kekebalan tubuh menjadi lebih baik, maka dengan hal tersebut bisa mencegah

COVID-19 masuk ke dalam tubuh.

Praktik Individu

Berdasarkan wawancara mendalam, diperoleh gambaran praktik individu terhadap pencegahan COVID-19 pada informan. Semua informan sudah menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Mereka menyatakan praktik pencegahan COVID- 19 yang dilakukan adalah sebagai berikut:

“Mungkin setiap mau beraktivitas maupun sesudah beraktifitas sering mencuci tangan, tetap selalu pakai masker walaupun di mana saja. Mungkin patuhi protokol itu, protokol kesehatan itu harus dipatuhi dan dilakukan secara benar- benar...”

“Ya, patuhi protokol kesehatan, selalu cuci tangan, sekarang jadi malah bersih banget. Kan yang tadinya nggak pernah cuci tangan, ya cuci tangan sih tapi nggak sesering sekarang. Terus, jangan berkerumun, itu pastinya. Pokoknya patuhi protokol kesehatan saja sih mbak.”

Pernyataan dua informan di atas menunjukkan bahwa anggota Difabel Zone telah melaksanakan protokol pencegahan COVID-19 sebelum atau sesudah beraktivitas. Dengan kata lain, mereka telah menjadikan perilaku pencegahan COVID-19 sebagai bagian dari rangkaian aktivitas sehari-hari, baik di luar maupun di wilayah tempat kerja Difabel Zone.

(7)

Bahkan, mereka mengakui bahwa penerapan protokol ini dapat membuat tubuhnya lebih bersih dan lingkungannya menjadi lebih sehat sehingga lebih aman dari COVID-19.

Pembahasan Pengetahuan

Pengetahuan informan menunjukkan adanya kemampuan untuk menerima dan menggunakan informasi tentang COVID- 19 untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pernyataan Siltrakool bahwa pengetahuan merupakan pemahaman seseorang tentang topik yang diberikan. Pengetahuan adalah kemampuan untuk menerima, mempertahankan dan menggunakan informasi yang dipengaruhi oleh pengalaman dan keterampilan. Sebagian besar pengetahuan yang dimiliki seseorang berasal dari pendidikan baik formal dan informal, pengalaman pribadi maupun orang lain, lingkungan serta media massa.

Persepsi Kerentanan

Persepsi kerentanan menurut Notoatmodjo (2007) mengacu pada keyakinan seseorang tentang kemungkinan mendapatkan suatu penyakit. Kerentanan yang dirasakan merupakan salah satu persepsi yang kuat untuk seseorang mengadopsi perilaku kesehatan. Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa persepsi informan tentang COVID- 19 bisa menimbulkan kerentanan yang

berbahaya bagi kesehatan. Perilaku pencegahan COVID-19 dapat memberi manfaat yang positif dalam upaya mengurangi penularan COVID-19.

Kepercayaan tentang rentan atau tidak rentan terhadap COVID-19 dan persepsi mereka tentang manfaat dari pencegahan COVID-19, dipengaruhi oleh kesiapan mereka untuk bertindak. Kaum disabilitas merupakan kaum yang rentan terhadap COVID-19. Penelitian Zegarra, et al (2020) menyimpulkan bahwa persepsi kerentanan yang tinggi terhadap perilaku berisiko tertentu terlepas dari kemungkinan rute penularan lainnya.

Persepsi Ancaman

Persepsi ancaman menurut Goei (2014) merupakan suatu penilaian kognitif individu terkait tingkat bahaya dari objek atau situasi persepsi terkait seberapa besar kondisi tersebut akan berdampak pada dirinya. Persepsi ancaman terkait penyakit ditentukan oleh persepsi masyarakat akan tingkat keparahan dan kerentanan terhadap suatu penyakit. Persepsi informan terhadap ancaman COVID-19 selain berbahaya bagi kesehatan karena resiko tertular, juga berdampak pada perekonomian mereka. Di sisi lain juga mereka menganggap bahwa ancaman tersebut merupakan warning system sehingga membuat untuk lebih berhati- hati. Hal tersebut sejalan dengan konsep

(8)

persepsi ancaman yang merupakan hal yang mengancam dan berbahaya. Dalam hal ini individu akan melakukan tindakan preventif dalam memperkecil kerentanan dan tingkat keparahan serta mencegah penularan dengan mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, menjauhi kerumunan serta mengurangi mobilitas yang berdampak semakin meningkatkan resiliensi individu di masa pandemi COVID-19.

Persepsi Manfaat/Keuntungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi salah satu informan terhadap manfaat dari tindakan pencegahan penularan COVID-19 melalui vaksin berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Jose, et al (2020) yang menyatakan bahwa sebagian besar individu lebih mudah mencegah COVID- 19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Persepsi manfaat juga berhubungan dengan perubahan perilaku untuk mematuhi protokol kesehatan.

Sebagian besar informan yang memiliki persepsi manfaat yang positif maka tingkat kepatuhannya dalam pencegahan dengan protokol kesehatan juga semakin baik.

Persepsi Hambatan

Beberapa hambatan yang dirasakan oleh informan, terutama dari lingkungan

sekitar karena tidak semua masyarakat yang ada di lingkungan UMKM Difabel Zone menaati protokol 5M. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastyawati, et al (2020) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki hambatan dalam menerapkan perubahan perilaku kesehatan terjadi karena perubahan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi. Sebagai contoh, tidak mudah untuk membiasakan seseorang selalu menggunakan masker ketika bepergian sebab sehari-harinya mereka tidak pernah menggunakan masker sebelum pandemi terjadi sehingga perubahan perilaku ini juga bisa menjadi hambatan dalam pencegahan penyebaran COVID-19.

Persepsi Kemampuan Diri

Para informan merasa yakin bahwa kepercayaan diri bisa membantu mereka tercegah dari COVID-19. Hal ini tidak terlepas dari keyakinan bahwa mereka telah menerapkan protokol kesehatan dan sudah melaksanakan vaksin. Mereka yakin bahwa rasa percaya diri yang tinggi bisa meningkatkan imun sehingga virus tidak mudah masuk ke dalam tubuh. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Shahnazi (2020) yang meneliti tentang perilaku pencegahan COVID-19 dengan HBM di Iran, yaitu sebagian besar responden memiliki kepercayaan diri (self

(9)

efficacy) yang tinggi dalam pencegahan COVID-19. Dalam penelitian tersebut sebanyak 43,1% responden menjawab sangat setuju dan 40,5% responden menjawab setuju terkait pernyataan memiliki kemampuan untuk mengikuti setiap instruksi pencegahan COVID-19.

Kemampuan dan kepercayaan diri tersebut adalah hal yang penting dalam pencegahan COVID-19.

Praktik Individu

Dalam hal praktik pencegahan COVID- 19, semua informan telah menyatakan bahwa mereka menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Riani (2021) yang meneliti tentang praktik pencegahan COVID-19 bagi pegawai yang bekerja dari kantor, di Purwokerto, Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (98,2%) menggunakan masker saat bekerja, menerapkan praktik menjaga jarak (73,7%), dan sebagian besar responden menerapkan praktik cuci tangan (86%).

Praktik pencegahan COVID-19 tersebut adalah hal baik bagi Difabel Zone, karena sesuai dengan protokol pencegahan COVID-19 dari Kemenkes, sehingga bermanfaat untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.

4. SIMPULAN

Penelitian yang dilakukan menunjukkan sebagian besar informan mempunyai pengetahuan yang cukup mendalam tentang COVID-19 serta pencegahan yang harus dilakukan. Beberapa informan juga memahami persepsi terhadap kerentanan yang dapat berpengaruh bagi siapa saja.

Selain itu, seluruh informan mengatakan bahwa COVID-19 dapat memberikan pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan. Dalam melaksanakan praktik pencegahan COVID-19 sebagian besar informan sudah menerapkan protokol kesehatan dengan 5M. Kondisi tempat bekerja juga sangat mendukung dengan tersedianya sarana cuci tangan, tersedianya masker bagi pekerja, dan adanya kebijakan pembatasan kunjungan di workshop.

5. DAFTAR PUSTAKA

Buono, S., Zingale, M., Città, S., Mongelli, V., Trubia, G., Mascali, G., Occhipinti, P., Pettinato, E., Ferri, R., Gagliano, C., & Greco, D. (2021).

Clinical management of individuals with Intellectual Disability: The outbreak of Covid-19 pandemic as experienced in a clinical and research center Research in Developmental Disabilities. Research in Developmental Disabilities, 110, 103856.

(10)

https://doi.org/10.1016/j.ridd.202 1.103856 De Zwart, O., et al. (2009). Perceived

Threat, Risk Perception, and Efficacy Beliefs Related to SARS and other (emerging) Infectious Diseases:

Results of an International survey.

International Journal of Behavioral Medicine.

https://doi.org/10.1007/s12529-008- 9008-2

JHU CSSE. (2021). Novel Coronavirus

(Covid-19) Cases.

https://github.com/CSSEGISandData/

COVID-19 diakses pada 7 November 2021

Jose, Regi et al. (2020). Public perception and preparedness for the pandemic COVID 19: A Health Belief Model approach. Clinical Epidemiology and Global Health journal.

Li, Q., Guan, X., Wu, P., Wang, X., Zhou, L., Tong, Y., Ren, R., Leung, K. S.

M., Lau, E. H. Y., & Wong, J. Y.

(2020). Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel Coronavirus–Infected Pneumonia.

New England Journal of Medicine.

Prastyawati, et al. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan COVID-19 Mahasiswa FKM UMJ Pada Pandemi COVID-19 Tahun 2020. Jurnal Kajian dan Pengembangan Masyarakat. Vol. 1 Nomor 2 Januari 2021 Hal. 173-184.

Riani, Evicenna Naftuchah dan Ratih Indraswari. (2021). COVID-19 Prevention Practices for Employees who Work from Office (WFO). Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education, Vol. 9 No. 1 (2021) 44-49.

https://e-

journal.unair.ac.id/PROMKES/article/

download/21263/13687

Sabatello, M., Burke, T. B., McDonald, K.

E., & Appelbaum, P. S. (2020).

Disability, ethics, and health care in the COVID-19 pandemic. American journal of public health, 110(10), 1523-1527.

Shahnazi, Hossein, et al. 2020. Assessing Preventive Health Behaviors from COVID-19 Based on the Health Belief Model (HBM) among People in Golestan Province: A Cross-Sectional Study in Northern Iran. Research Square. V1 April 2020.

https://assets.researchsquare.com/files /rs-24871/v1/41c29fe3-b0af-4430- 99ab-

751b27a82dff.pdf?c=1631833482 Sunarti E. (2021). Ketahanan Keluarga

Indonesia Di Masa Pandemi Covid-19

;1:144 + 18 hal romawi.

WHO. (2021). WHO Coronavirus

(COVID-19) Dashboard.

https://covid19.who.int/

(11)

Zegarra, J. A., et al. (2020). Knowledge, perception and attitudes in Regard to COVID-19 Pandemic in Peruvian

Population. Universidad Nacional de San Agustín de Arequipa, Perú.

Referensi

Dokumen terkait

Regarding the perception of the non-English lecturers of the EPT, it is concluded that most of the lecturers agreed on several aspects including 1) the fact that EPT is

Objective This study aimed to determine the relationship between knowledge and public perception of the behavior of implementing the COVID-19 prevention protocol in Central

Findings: The study found that social media is the most important source of awareness on COVID 19 vaccination, the perception of COVID 19 vaccination is poor among

The conclusion of the results of the study shows that public knowledge about various matters related to the prevention of covid 19, starting from the benefits

However, the challenges of the COVID-19 pandemic actually encourage these activities to be continued and integrated into ongoing COVID-19 prevention.Reinvigorating

Karena rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, rasio solvabilitas dapat menggambarkan keuntungan lebih dari

The aim of this review paper is to identify the important role of teachers about reporting child abuse in their classroom to reduce and prevention of child abuse with considers

Acceptance of COVID-19 vaccination in Salatiga City is related to fear of pain, doubt about the COVID-19 vaccine, perception of fear of AEFI, perception of accessibility