LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA ABDOMEN (LUKA TEMBAK)
A. Konsep Penyakit 1. Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa trauma abdomen adalah suatu kerusakan pada daerah abdomen yang dapat disebabkan oleh benda tumpul atau benda yang menusuk yang dapat menyebabkan cidera baik psikologis ataupun emosional.
2. Etiologi
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian. Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah :
a. Penyebab trauma penetrasi 1) Luka akibat terkena tembakan
2) Luka akibat tikaman benda tajam
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
3. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2005) terdiri dari :
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
4. Tanda dan Gejala a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragik
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
5. Anatomi fisiologi
Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.
6. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
7. Patoflow
Luka tusuk / luka tembak
Trauma tembus seluler oleh gangguan integritas saluran
Kerusakan pada organ cidera
Kerusakan sel / jejas jaringan
Pengeluaran media kimia oleh sel mast
Masuknya isi lambung kedalam esofagus
Penumpukan cairan atau sekret
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tindakan
8. Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
a. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1) Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2) Terjadi perdarahan intra abdominal.
3) Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4) Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
5) Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
b. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1) Terdapat luka robekan pada abdomen.
2) Luka tusuk sampai menembus abdomen.
3) Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen.
4) Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan dan dapat memperburuk keadaan
9. Komplikasi
a. Segera : hemoragik, syok, dan cedera.
b. Lambat : infeksi
d. Emboli Pulmonar
e. Stress Ulserasi dan perdarahan
f. Pneumonia
g. Tekanan ulserasi
h. Atelektasis
i. Sepsis
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen, yaitu:
a. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard). Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya 2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang) 6) Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut : 1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal 3) Operator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan g. Ultrasonografi dan CT Scan
Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khusus untuk trauma abdomen, yaitu: a. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. b. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
11. Penatalaksanaan Medis a. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
c. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
d. Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan
e. Pemberian antibiotic
Untuk mencegah terjadinya infeksi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis 1. Pengkajian
Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip–prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A(Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.
a) Anamnesa
1) Biodata
Biasanya bisa menimpa siapa saja baik laki-laki maupun perempuan.
2) Keluhan Utama
Biasanya mengeluh nyeri hebat.
3) Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya
saat jatuh.
Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada
Kuadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
4) Riwayat Penyakit yang lalu
Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan
5) Riwayat psikososial spiritual
Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
b)Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernapasan (B1 = Breathing)
Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada
serta jalan napasnya.
Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan
tertinggal.
Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2) Sistem Kardiovaskuler (B2 = blood)
Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah
abdominal dan adakah anemis.
Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana
suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
3) Sistem Neurologis (B3 = Brain)
Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow
4) Sistem Gatrointestinal (B4 = bowel) Pada inspeksi :
Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
Pada palpasi :
Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya. Pada perkusi :
Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
Kemungkinan–kemungkinan adanya cairan/udara bebas dalam cavum abdomen.
Pada Auskultasi :
Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
Pada rectal toucher :
Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
5) Sistem Urologi (B5 = bladder)
Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi
pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya. Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6) Sistem Tulang dan Otot (B6 = Bone)
Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah
pelvis.
Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
Aktifitas/istirahat
2. Data lain yang sering muncul a) Aktivitas
1) Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
2) Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)
b) Sirkulasi
1) Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c) Integritas ego
d) Eliminasi
1) Data Objektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
e) Makanan dan cairan
1) Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan. 2) Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
f) Neurosensori.
1) Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
2) Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
g) Nyeri dan kenyamanan
1) Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
2) Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih. h) Pernafasan
1) Data Subyektif : Perubahan pola nafas. i) Keamanan
1) Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
2) Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif atau gangguan rentang gerak.
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a) Nyeri
b) Resiko infeksi
d) Ketidakefektifan pola nafas
e) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas f) Kerusakan integritas kulit
g) Resiko ketidakseimbangan nutrisi h) Resiko perdarahan
4. Nurse Care Planning
No Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit Definition :
Perubahan / gangguan epidermis dan / atau dermis
Batasan karakteristik : Kerusakan lapisan kulit
Gangguan permukaan kulit
Invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan Eksternal
zat kimia
usia yang ekstrem
kelembapan
hipertermia
hipotermia
imobilisasi fisik
Internal
perubahan status cairan
perubahan turgor
perubahan pigmentasi
penurunan imunologis
NOC : Tissue integrity : Skin & Mucous Membranes
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan perbaikan integritas kulit dengan kriteria hasil :
No Indikator Awal Tujuan
1 Perfusi jaringan normal 5
2 Tidak ada tanda infeksi 5
3 Tekstur jaringan normal 5
4 Proses penyembuhan luka 5
5 Jaringan kulit kering 5
Indikator
1. Gangguan ekstrem 2. Berat
3. Sedang 4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
NIC : Incission Site Care
1. Kaji luka insisi ( kemerahan dan pemasangan selang drainase )
2. monitor luka insisi untuk menemukan tanda dan gejala infeksi
3. lakukan perawatan luka steril 4. gunakan antiseptik sesuai indikasi
5. anjurkan klien cara untuk meminimalisasi stress / tekanan dari luka insisi
6. ajarkan klien / keluarga cara merawat luka post operasi
7. jelaskan kepada klien / keluaraga tanda dan gejala infeksi
8. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi farmakologis
Definition : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( international Association for study of pain ) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan
Batasan karakteristik : Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernafasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Mengekspresikan perilaku ( mis : gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah )
Masker wajah ( mis : mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis )
Sikap melindungi area nyeri
Fokus menyempit ( miss : gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan )
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, klien menunjukkan perbaikan level nyeri dengan kriteria hasil :
No Indikator Awal Tujuan
1 Melaporkan nyeri berkurang 5 2 Ekspresi wajah saat nyeri 5
3 Gelisah 5
4 Mengerang / merintih 5
5 TTV 5
5. Tidak ada gangguan
1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri secara komfrehensif
2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam 4. Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri 5. Monitor TTV
6. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum nyeri menjadi berat
7. Pastikan klien menerima pemberian analgetik 8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agens cedera ( mis : biologis, zat kimia, fisik, psikologis )
3. Resiko Infeksi Defenition :
Mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik
Faktor Resiko Penyakit kronis
diabete militus obesitas
Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen
pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
gangguan peristaltik kerusaskan integritas kulit perubahan sekresi PH trauma jaringan
NOC : Risk Control : Infectious Process
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan terbebas dari infeksi, dengan kriteria hasil :
No Kriteria Awal Tujuan
1 Mengakui resiko diri untuk
infeksi 5
2 Menggunakan tekhnik
desinfektan 5
3 Identifikasi diri dari tanda dan
gejala yang potensial 5
4 Mempertahankan lingkungan
bersih 5
5 Menggunakan pelayanan
kesehatan 5
NIC : Infection Control
1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan klien
2. pertahankan tekhnik isolasi
3. batasi jumlah pengunjung
4. ajarkan untuk meningkatkan mencuci tangan untuk setiap tindakan
5. instruksikan klien untuk hand hygiene
6. instruksikan pengunjung untuk hand hygiene sebelum dan sesudah memasuki ruangan klien
7. gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
8. cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
9. gunakan sarung tangan steril
10.pastikan penanganan aseptik dari semua IV line
11.Anjurkan istirahat
12.dorong untuk memenuhi intake cairan
13.pertahankan lingkungan aseptik
5. Tidak ada gangguan 4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definition : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
Batasan Karakteristik Tidak ada batuk
Suara nafas tambahan
Perubahan frekuensi napas
Perubahan irama napas
Sianosis
Keslutian berbicara/mengeluarkan suara
Penurunan bunyi nafas
Dispnea
Sputum dalam jumlah yang berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Ortopnea
Gelisah
Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan Spasme jalan nafas
NOC : Respiratory Status : Ventilation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, klien menunjukan perbaikan bersihan jalan nafas dengan kriteria hasil:
No Kriteria Awal Tujuan
1 Tingkat pernafasan 5
2 Irama pernafasan 5
3 Akumulasi sputum 5
4 Retraksi dada 5
5 Kedalaman inspirasi 5
Indikator :
1. Gangguan ekstrem 2. Berat
3. Sedang 4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
NIC : Airway Suction 1. pastikan kebutuhan oral
2. auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
3. informasikan kepada keluarga dan klien tentang suction
4. minta klien nafas dalam sebelum dan sesudah suction
5. gunakan alat steril untul setiap tindakan
6. Monitor status oksigen pasien
7. buka jalan nafas dengan tekhnik chinlift / jaw trust
8. keluarkan cairan / secret dengan batuk efektif / suction
Mukus dalam jumlah berlebihan
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam jalan nafas
Adanya jalan nafas buatan
Sekresi yang tertahan/sisa sekresi
Sekresi dalam bronki
Fisiologis
Jalan nafas alergik
Asma
Penyakit paru obstruksi kronis
Hiperplasia dinding bronkial
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
5. Risiko kekurangan volume cairan Definisi :beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, seluler, atau intraseluler.
Faktor risiko :
Kehilangan volume cairan aktif
Kurang pengetahuan
Penyimpangan yang mempengaruhi absorpsi cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi akses cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan
Kehilangan berlebihan melalui rute
NOC : Hydration
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:
No Indikator Awal Tujuan
1 Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal 5
2 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran Mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
5
3 Ferfusi jaringan 5
4 Intake oral dan intravena
adekuat 5
NIC : Fluid Management
1. Monitor status hidrasi
2. Monitor vital sign
3. Monitor intake output
4. Monitor status nutrisi
5. Anjurkan keluarga untuk
memberikan masukan nutrien dan cairan
6. Monitor berat badan
7. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian cairan intravena
8. Monitor status cairan,
normal ( mis : diare )
Usia lanjut
Berat bdan ekstrem
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan ( mis : status hipermetabolik )
Kegagalan fungsi regulator
Kehilangan cairan melalui rute abnormal : mis : slang menetap )
Agens farmaseutikal ( mis : diuretik)
5. Tidak ada gangguan
6. Ketidakefektifan pola nafas
Definition : inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Batasan Karakteristik :
Perubahan kedalaman pernafasan
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik
Bradipnea
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Dispnea
Peningkatan diameter anterior – posterior
Pernafasan cuping hidung
Ortopnea
NOC : Respiratory Status : Airway Patency
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan jalan nafas patent, dengan kriteria hasil :
No Kriteria Awal Tujuan
1 Kecepatan pernafasan 5
2 Irama pernafasan 5
3 Kedalaman inspirasi 5
4 Cemas / kegelisahan 5
5 Terengah – engah 5
NIC :
Respiratory Monitoring
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan usaha untuk inspirasi
2. Monitor pola bernafas, bradypnea, tachypnea, dyspnea
3. Monitor terjadinya dyspne, dan peristiwa yang dapat memperburuk keadaan
4. Perhatikan lokasi trakea
5. Buka jalan nafas dengan tekhnik chinlift
6. Membaca mekanisme ventilator
Fase ekspirasi memanjang
Deformitas dinding dada
Keletihan
Keletihan otot pernafsan Cedera medula spinalis
5. Tidak ada gangguan
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebeutuhan tubuh
Definition : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik : Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
NOC : Nutritional status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan perubahan status nutrisi seimbang, dengan indikator :
No Indikator Awal Tujuan
1 BB meningkat 5
2 IMT 5
3 Mal nutrisi 5
4 Mampu menelan makanan 5
5 Turgor kulit 5
6 Hb, Ht 5
NIC : Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Monitor adanya penurunan BB 3. Monitor Hb dan kadar Ht 4. Monitor mual dan muntah 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
Pemberian diet
Pemberian suplemen makanan 6. Dorong asupan oral
7. Anjurkan makan sedikit tapi sering 8. Monitor intake nutrisi
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Membran mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan makanan
Mengeluh gangguan sensai rasa
Faktor yang berhubungan : Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5. Tidak ada gangguan
8. Resiko Perdarahan Defenition :
Beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehata
Faktor resiko aneurisme
sirkumsisi
Trauma
NOC : Blood Koagulation ( kougulasi darah )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan perbaikan status koagulasi darah, Dengan kriteria hasil :
No Kriteria Awal Tujuan
1 Hematokrit 5
2 Trombosit 5
3 Petekie 5
4 Hemoglobin 5
5 Perdarahan 5
Indikator :
1. Gangguan ekstrem 2. Berat
3. Sedang 4. Ringan
NIC : Bleeding Percoution ( pencegahan perdarahan)
1. monitor tanda-tanda perdarahan
2. catat nilai hemoglobin
3. catat nilai hematokrit
4. monitor nilai laboratorium (koagulasi) trombosit
5. lindungi klien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
6. anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak mengandung vitamin K
7. hindari terjadinya konstipasi dengan
5. Tidak ada gangguan 9. Defisit perawatan diri NOC : Activity Intolerance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, klien menunjukkan status perbaikan perawatan diri secara mandiri, dengan kriteria hasil :
No Kriteria Awal Tujuan
1 Makan 5
2 Berbaju 5
3 Mandi 5
4 Kebersihan 5
Indikator :
1. Gangguan ekstrem 2. Berat
3. Sedang 4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
NIC : Self Care Assistance
1. Monitor kemampuan pasien untuk menelan 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman selama waktu
makan
3. Tempatkan pasien dalam posisi yang nyaman untuk makan
4. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas 5. Pertahankan posisi dan privasi pasien saat
berpakaian