• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan P3K CJL Fikra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan P3K CJL Fikra"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

(P3K)

LAPORAN PRAKTIKUM

CEDERA JARINGAN LUNAK

Oleh :

Nama

: Fikra Justiar Abdillah

Kelas

: K3-5A

NRP

: 6512040007

D4 - TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2014

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan sering kali terjadi dan kita temui di kehidupan sehari-hari, di mana saja, kapan saja dan tanpa terduga. Kecelakaan dapat disebabkan karena faktor internal (human error) maupun faktor eksternal (kesalahan sistem ataupun faktor luar/ lingkungan). Kerugian yang dapat ditimbulkan dari kecelakaan pun beragam, mulai dari kerugian material, kesehatan, lingkungan, dan lain sebagainya. Dalam hal kesehatan, kecelakaan dapat mengakibatkan luka atau cedera, baik ringan, berat atau bahkan sampai meninggal dunia. Cedera dapat terjadi pada jaringan lunak tubuh.

Dalam tubuh manusia, kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat, membran, kelenjar, otot dan saraf termasuk dalam kelompok jaringan lunak. Kulit manusia merupakan mekanisme pertahanan tubuh lapisan pertama terhadap gaya dari luar, walaupun kuat, namun tetap mudah mengalami cedera. Cedera jaringan lunak yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit sebenarnya merupakan alat tubuh yang paling besar.

Pertolongan pertama cedera jaringan lunak berkaitan erat

dengan perdarahan dan pertolongan pertama untuk mengatasinya. Hal ini karena cedera jaringan lunak adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, untuk mengurangi atau meminimalisir tingkat keparahan dari cedera jaringan lunak, perlu adanya penanganan segera terhadap cedera jaringan lunak. Dalam Praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) mengenai “Cedera Jaringan Lunak”, kita dapat mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak serta dapat melakukan penanganan yang tepat terhadap cedera jaringan lunak tersebut.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan cedera jaringan lunak ?

2. Bagaimana cara mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak ?

3. Bagaimana cara melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak ?

1.3 Tujuan

TIU : Dapat mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

TIK : 1. Dapat mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak.

2. Mampu melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari Praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) mengenai “Cedera Jaringan Lunak” adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), khususnya mengenai cedera jaringan lunak.

2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan terhadap cedera jaringan lunak.

3. Dapat mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak.

4. Dapat melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak.

5. Dapat melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan terhadap korban kecelakaan khususnya cedera jaringan lunak.

(4)

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari Praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) mengenai “Cedera Jaringan Lunak” ini yaitu :

1. Praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan “Cedera Jaringan Lunak” ini dilaksanakan di Laboratorium Ergonomi Gedung K Lantai 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).

2. Objek praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan “Cedera Jaringan Lunak” ini merupakan Mahasiswa Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (TK3) PPNS Kelas 5-A Angkatan 2012.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Cedera Jaringan Lunak 2.1.1 Jaringan Lunak

Dalam tubuh manusia, kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat, membran, kelenjar, otot dan saraf termasuk dalam kelompok jaringan lunak. Kulit manusia merupakan mekanisme pertahanan tubuh lapisan pertama terhadap gaya dari luar, walaupun kuat, namun tetap mudah mengalami cedera.

Cedera jaringan lunak yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit sebenarnya merupakan alat tubuh yang paling besar.

2.1.2 Cedera Jaringan Lunak

Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat ruda paksa (benturan dengan suatu benda).

Dalam bahasa sehari-hari cedera jaringan lunak dikenal sebagai istilah luka. Luka adalah terputusnya keutuhan jaringan lunak baik di luar maupun di dalam tubuh. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah pendarahan, kelumpuhan dan lainnya sesuai dengan luasnya dan jaringan lunak yang terkena.

(sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html)

2.2 Klasifikasi Luka

Berdasarkan keterlibatan jaringan kulit, maka luka dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Luka Terbuka

Cedera jaringan lunak yang disertai kerusakan/ terputusnya jaringan kulit atau selaput lendir, yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit. Jenis-jenis dari luka terbuka adalah sebagai berikut :

(6)

a. Luka Lecet

 Terjadi akibat gesekan, sehinga permukaan kulit (epidermis) terkelupas, mungkin tampak titik-titik perdarahan.

 Kadang-kadang sangat nyeri karena ujung-ujung saraf juga cedera karena terbuka.

 Tepi luka tidak teratur.

Gambar 2.1 Luka Lecet

(sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak)

Penanganan luka lecet yaitu dengan membersikan luka dan mengobati luka dengan povidone iodine.

b. Luka Sayat/ Iris

 Terjadi akibat kontak dengan benda tajam.

 Jaringan kulit dan lapisan dibawahnya terputus sampai kedalaman yang bervariasi.

 Tepi luka teratur.

Gambar 2.2 Luka Sayat/Iris

(7)

Penanganan luka sayat/ iris :

a. Bersihkan luka dan mengobatinya dengan povidone iodine.

b. Balut dengan plester apabila perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler).

c. Luka Robek

 Akibat benturan keras dengan benda tumpul.

 Karakteristik luka hampir sama seperti luka sayat, perbedaannya terletak pada tepi luka yang tidak teratur.

 Seperti luka lecet tetapi lebih dalam dari luka lecet.  Jika terkena pembuluh darah besar sulit dikendalikan.

Gambar 2.3 Luka Robek

(sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak)

Penanganan luka robek :

1. Bersihkan luka, aliri dengan air yang mengalir. 2. Bila terjadi perdarahan hentikan dengan balut tekan.

3. Usahakan menghindari luka terkena kotoran agar tidak terjadi infeksi. 4. Berikan povidone iodine pada luka.

5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

d. Luka Tusuk

 Terjadi akibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit dalam tubuh.

 Ciri khasnya adalah luka relatif lebih dalam dibandingkan dengan lebarnya.

(8)

 Luka jenis ini sangat berbahaya karena dapat melibatkan alat-alat dalam tubuh.

 Penyulitnya jika alat penusuk masih menancap.

 Bentuk luka hampir menyerupai benda yang menusuk dengan dalam luka lebih panjang dari lebar luka.

 Gambar 2.4 Luka Tusuk

(sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak)

Perawatan luka tusuk :

1. Tenangkan penderita yang sadar.

2. Periksa ada tidaknya luka tusuk keluar (luka tembus). 3. Hentikan perdarahan.

4. Imobilisasi tulang punggung bila luka terjadi pada daerah kepala, leher dan batang tubuh.

5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Gambar 2.5 Luka Tusuk

(9)

e. Luka Sobek (Avulsi)

 Sama dengan luka robek tetapi jaringan tubuh tidak terlepas dan masih menempel membentuk lembaran gantung yang dikenal sebagai istilah “flap”.

 Hal ini terjadi akibat kulit dan sedikit lapisan di bawahnya terkelupas.

Gambar 2.6 Luka Sobek (Avulsi)

(sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html)

Penanganan luka sobek (avulsi) :

1. Bersihkan luka sambil mengalirinya dengan air yang mengalir. 2. Jangan memotong bagian kulit yang masih.

3. Beri povidone iodine. 4. Balut dengan kasa steril.

5. Bila terjadi pendarahan dan terjadi pada alat gerak letakkan lebih tinggi dari pada jantung.

6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

f. Amputasi

 Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah.

 Paling sering terjadi pada alat gerak, mulai dari jari, sampai kehilangan seluruh anggota gerak (tubuh).

(10)

Gambar 2.7 Amputasi

(sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html)

Perawatan luka amputasi selain perawatan penderita, alat tubuh yang terputus juga perlu mendapat perawatan. Berikut beberapa pedoman perawatan bagian yang putus :

1. Bungkus bagian yang terputus dengan kasa steril yang dilembabkan.

2. Masukkan bagian itu dalam kantung plastik. Tuliskan nama penderita serta jam dan tanggal bagian ini dimasukkan. Jangan rendam bagian ini dalam air. 3. Usahakan bagian yang terputus ini tetap dingin dengan cara memasukkan

kantung yang berisi potongan tersebut dalam kantung yang lebih besar, atau tempat lain yang sudah berisi air atau es. Hindari sentuhan langsung bagian yang putus ini dengan es.

Perawatan penderita pada dasarnya sama seperti luka terbuka, yang paling penting dilakukan adalah menghentikan perdarahan. Umumnya pembalutan penekanan sudah cukup.

Gambar 2.8 Amputasi

(11)

g. Cedera Remuk (Crush Injury)

 Dapat berupa suatu gabungan antara luka terbuka dan tertutup.  Terjadi akibat alat gerak terjepit di antara alat berat.

 Jaringan lunak dan jaringan keras seperti tulang dapat terlihat.  Tulang dapat patah dan pecahnya sampai keluar.

Penanganan cedera remuk : 1. Bersihkan luka.

2. Balut dengan kasa steril atau mitela.

3. Gunakan bidai untuk menjaga bagian yang remuk.

4. Bila terjadi perdarahan dan terjadi pada alat gerak tinggikan dari pada jantung.

5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

2. Luka Tertutup

Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/ terputusnya jaringan kulit yang rusak hanya jaringan di bawah kulit.

Jenis-jenis dari luka tertutp adalah sebagai berikut :

a. Memar

Merupakan luka tertutup yang paling sering ditemukan. Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul. Lapisan epidermis kulit utuh, tetapi sel dan pembuluh darah pada lapisan dermis rusak. Pada daerah luka terdapat bengkak dan perubahan warna.

Gejala – Tanda :  Nyeri  Bengkak

 Warna merah kebiruan (memar)  Nyeri tekan

(12)

Gambar 2.9 Memar

(sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html)

Perawatan pada memar yaitu dikompres dengan air dingin, sehingga sel-sel darah dapat membeku.

b. Hematoma

Penumpukan darah hampir selalu terjadi pada daerah yang cedera atau dalam rongga tubuh. Hematoma berbeda dengan memar, luas area penumpukan darah lebih luas, kerusakan jaringan lebih luas, pembuluh darah yang terlihat lebih besar, dan darah lebih banyak yang keluar.

Gambar 2.10 Hematoma

(13)

Penanganan hematoma hampir sama saja dengan memar yaitu mengkompresnya dengan air dingin.

c. Cedera Remuk

Terjadi akibat himpitan gaya yang amat besar yang dapat menyebabkan remuk pada jaringan tulang dan kehancuan jaringan bawah kulit lainnya. Cedera remuk dapat berupa luka terbuka maupun luka tertutup.

Penanganan :

1. Gunakan bidai untuk menjaga bagian yang remuk.

2. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

2.3 Penutup Luka

Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat di atas luka.

1. Penutup Luka

 Bahan bersifat menyerap.

 Menutupi seluruh permukaan luka.  Relatif bersih.

 Jangan menggunakan bahan atau bagian dari bahan yang dapat tertinggal pada luka (tisue, kapas).

 Berfungsi untuk mengendalikan perdarahan, mencegah kontaminasi, mempercepat penyembuhan, dan mengurangi rasa nyeri.

 Contoh kasa steril.

2. Penutup Luka Oklusif (Kedap)

Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada luka untuk mencegah keluar masuknya udara dan menjaga kelembaban organ dalam.

3. Penutup Luka Tebal/ Bulky Dressing (Bantalan Penutup Luka)

Setumpuk bahan penutup luka setebal kurang lebih 2-3 cm. Fungsi penutup luka :

1. Membantu mengendalikan perdarahan. 2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut. 3. Mempercepat penyembuhan. 4. Mengurangi nyeri.

(14)

2.4 Pembalut

Pembalut adalah bagian yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.

Fungsi pembalut :

1. Penekanan membantu menghentikan perdarahan. 2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya. 3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan. 

Beberapa jenis pembalut :

1. Pembalut pita/ gulung 2. Pembalut segitiga (mitela) 3. Pembalut tabung/ tubuler 4. Pembalut penekan

Macam-macam pembalutan :

1. Pembalutan segitiga pada kepala, kening.

2. Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki. 3. Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan. 4. Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi.

5. Pembalutan spiral pada tangan.

6. Pembalutan dengan perban membentuk angka 8 ke tangan atau pergelangan tangan yang cidera.

(15)

Gambar 2.11 Pembalutan

(16)

2.5 Pedoman Penutup Luka dan Pembalutan 1. Penutup Luka

 Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.

 Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka.  Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak

terkontaminasi.

2. Pembalutan

 Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.  Jangan biarkan ujung sisa terurai.

 Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah pembalutan diperlebar agar memperluas daerah tekanan, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan.

Prinsip pembalutan :

 Jangan memasang pembalut sampai perdarahan berhenti, kecuali pembalut penekanan untuk menghentikan perdarahan.

 Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.  Jangan biarkan ujung sisa terurai.

 Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut agak luas untuk daya tekanan diperluas sehingga tidak merusak jaringan.  Jangan menutupi ujung jari.

 Balut dari arah dasar ke atas mengarah ke arah jantung khusus untuk anggota gerak.

 Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.

 Kerapihan walau tidak merupakan syarat utama namun baik untuk menimbulkan kesan profesional.

(sumber :

(17)

3. Penggunaan Penutup Luka Penekan

 Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.  Beri bantalan penutup luka.

 Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.  Balut.

 Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).

2.6 Perawatan pada Luka-Luka Lainnya 1. Perawatan Luka Terbuka

 Pastikan daerah luka terlihat.  Bersihkan daerah sekitar luka.  Kontrol perdarahan bila ada.  Cegah kontaminasi lanjut.  Beri penutup luka dan balut.

 Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan luka cukup parah.  Tenangkan penderita.

 Atasi syok bila ada.

 Rujuk ke fasilitas kesehatan.

2. Perawatan Luka Tertutup

Khusus untuk memar yang ringan dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :

 Berikan kompres dingin.  Balut tekan.

 Istirahatkan anggota gerak.

 Bila terjadi pada alat gerak, maka tinggikan lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi pembengkakan.

(18)

atau

Dengan akronim R I C E :

R = Rest (istirahatkan bagian luka)

I = Ice (beri es/ kompres dingin)

C = Comprestion (balut penekan)

E = Elevasi (tinggikan)

(sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak)

3. Perawatan Luka dengan Benda Asing Menancap

 Stabilkan benda yang menancap secara manual.  Jangan dicabut.

 Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.

 Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal.  Rawat syok bila ada.

 Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.  Rujuk ke fasilitas kesehatan.

4. Cedera Kulit Kepala

Dalam melakukan perawatan pada cedera kulit kepala penolong harus mengenali dengan baik keadaan yang sedang dihadapinya terutama berhubungan dengan ada tidaknya patah tulang tengkorak yang menyertai luka pada daerah tersebut. Hal yang harus mendapat perhatian adalah bila penolong mencurigai terjadinya patah tulang tengkorak adalah :

 Jangan coba bersihkan kulit kepala.  Jangan gunakan tekanan langsung. Perawatan luka kulit kepala :

 Kendalikan pendarahan dengan penekanan langsung pada luka dan beri penutup luka.

 Pasang pembalut.

 Tinggikan, bila tak ada patah tulang tengkorak, cedera tulang belakang atau dada.

(19)

5. Perawatan Luka Wajah

 Awasi jalan nafas.  Kendalikan perdarahan.  Beri penutup luka dan balut.

6. Perawatan Pendarahan Hidung (Mimisan)

 Pertahankan jalan nafas.

 Dudukkan penderita sedikit mencondong ke depan.  Berikan penekanan pada cuping hidung.

 Jangan membiarkan penderita tiduran.  Jangan menutup hidung sampai penuh.

 Jangan mencabut benda apapun yang ada dalam hidung.  Bila terjadi avulsi berikan pembalutan penekan.

 Bila penderita menjadi tidak sadar, atau tidak mau menjaga jalan nafasnya sendiri, baringakan penderita pada posisi miring stabil (posisi pemulihan).

7. Benda Tertancap di Pipi

 Lihat k edalam mulut, apakah benda mencapai menembus dinding pipi.  Jangan mencabut benda yang menancap kecuali menghalangi jalan nafas.  Bila dianggap perlu untuk mencabut, tarik dengan aman ke arah yang paling

memungkinkan.

 Bila benda yang menembus sulit dicabut, usahakan untuk menstabilkan benda tersebut.

 Miringkan kepala kecuali ada cedera leher dan tulang belakang.

 Jika benda dicabut, tempatkan penutup luka di dalam (antara gigi dan pipi).  Beri penutup luka di luar dan balut.

8. Perawatan Cedera pada Mulut

 Pertahankan jalan nafas.

 Bila cedera pada bibir gunakan pembalut gulung.

(20)

 Bila ada luka dalam rongga mulut, walau memasukkan penutup luka lakukan dengan hati-hati, jangan sampai mulut penuh dengannya.

9. Cedera Mata

 Jangan lakukan tegangan langsung terutama bila bola mata juga mengalami cedera.

 Bila di mata ada benda tertanam atau luka sayat, jangan berupaya membersihkan mata.

 Jangan mencabut benda yang menancap.

 Jangan berupaya memasukkan bola mata yang keluar.  Kurangi gerakan mata.

 Tutup mata yang sehat untuk mencegah gerakan mata yang sakit.

 Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada penderita yang tidak sadar, sebelum ditutup kelopak mata harus ditutup untuk mencegah bola mata menjadi kering yang dapat berakibat kebutaan.

 Rujuk ke fasilitas kesehatan.

10. Cedera pada Telinga

a. Luka terbuka pada luar telinga :

 Luka robek ringan : tutup dengan penutup luka dan balut.

 Luka robek berat : tutup dengan penutup luka, termasuk sisi kepala tersebut.

 Avulsi : bila tidak terlepas, gunakan penutup tebal dan balut.

b. Luka terbuka pada telinga tengah :

 Jangan mencolok atau memasukkan apapun ke dalam lubang telinga.  Jangan berusaha mencegah aliran darah keluar dari lubang telinga.  Tutup longgar dengan penutup luka.

 Jangan melakukan penekanan.

11. Cedera perut

Gejala dan tanda-tanda yang mungkin ditemukan pada cedera perut berikut ini juga dapat terjadi bila ada keterlibatan alat dalam tubuh :

(21)

 Nyeri dan kejang pada sebagian atau seluruh dinding perut dan panggul.  Nyeri tekan pada dinding perut dan panggul.

 Nyeri ringan yang kemudian menjadi hebat di daerah perut.  Memar pada daerah perut dan panggul.

 Ada luka terbuka.  Muntah darah.

 Darah dalam tinja, merah sampai kehitaman.  Penderita memegang dan melindungi perut.  Penderita berbaring dengan tungkai tertekuk.

 Pada luka terbuka mungkin terlihat adanya organ dalam perut keluar.  Luka tusuk.

 Tanda-tanda syok (bila ada).

 Riwayat benturan yang keras pada daerah perut dan panggul.

a. Perawatan luka terbuka pada dinding perut :

 Kontrol perdarahan luar bila memungkinkan.  Telentangkan dengan tungkai tertekuk.  Atasi syok jika ada dan periksa berkala.  Waspadai muntah, dan perhatikan jalan nafas.

 Jangan menyentuh atau berupaya memasukkan organ yang keluar.

 Organ yang keluar sebaiknya ditutup dengan penutup luka yang besar atau dengan penutup kedap untuk mencegah organ tersebut mengering.

 Bila perlu selimuti bagian perut untuk mencegah kehilangan panas.  Jangan cabut benda asing yang menancap.

 Beri oksigen sesuai protokol bila ada.  Segera mungkin rujuk ke fasilitas kesehatan.  Teruskan periksa berkala.

b. Perawatan luka tertutup pada dinding perut :

 Telentangkan pasien dengan tungkai tertekuk.  Pertahankan jalan nafas tetap terbuka.

(22)

 Atasi syok.

 Beri oksigen sesuai dengan protokol bila ada.  Transportasi dan posisi ke fasilitas kesehatan. Catatan : jangan beri makan dan minum !

12. Cedera pada Daerah Kelamin

Cederanya yang relatif tersembunyi menjadikan daerah ini sebagai daerah yang agak jarang mengalami cedera. Panggul dan paha biasanya melindungi bagian ini dari cedera. Bila mengalami cedera, umumnya terjadi 2 jenis cedera, yaitu cedera tumpul atau luka terbuka.

Cedera tumpul biasanya sangat nyeri, sebagai penolong tidak banyak yang dapat kita lakukan. Kompres dingin dapat membantu mengurangi nyeri.

Bila terjadi luka terbuka rawat seperti luka terbuka lainnya, yang perlu di ingat adalah privasi penderita. Semua aturan perawatan luka berlaku juga pada cedera di daerah ini. Perawatan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah menenangkan penderita, mengingat betapa sensitifnya daerah ini.

(sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html) 13. Luka Bakar Sebab :  Panas  Kimia  Listrik PENGGOLONGAN

Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :

1. Luka bakar superfisial (derajat satu).

Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis). Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak.

2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam).

Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka bakar jenis ini paling sakit, ditandai dengan

(23)

gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulit kemerahan atau putih, lembab dan rusak.

3. Luka bakar derajat tiga.

Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam. Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah di

sekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri.

DERAJAT BERAT LUKA BAKAR

Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.

Luka bakar ringan :

• Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.

• Luka bakar derajat dua kurang dari 15%. • Luka bakar derajat satu kurang dari 50%.

Luka bakar sedang :

• Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.

• Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%. • Luka bakar derajat satu lebih dari 50%.

Luka bakar berat :

• Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang.

• Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.

• Luka bakar derajat tiga di atas 10%. • Luka bakar derajat dua lebih dari 30%. • Luka bakar yang disertai cedera alat gerak.

(24)

• Luka bakar mengelilingi alat gerak.

Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :

1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.

2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.

Penatalaksanaan luka bakar : • Keamanan keadaan.

• Keamanan penolong dan orang lain.

1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit.

2. Buka pakaian dan perhiasan. 3. Lakukan penilaian dini.

4. Berikan pernapasan buatan bila perlu. 5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar.

6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri.

7. Upayakan penderita senyaman mungkin.

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan

1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas atau stopwatch 2. Senter kecil

3. Stetoskop

4. Tensimeter atau stigmomanometer (pengukur tekanan darah) 5. Alat tulis untuk mencatat

6. Termometer badan

Peralatan untuk penanganan :

1. Pembalut (gulung, mitella, rekat, tekan, donat) 2. Antiseptik

3. Torniket (jika terpaksa) 4. Selimut

5. Kasa steril

6. Tabung oksigen (jika ada) 7. Plastik bersih

3.2 Prosedur Kerja

1. Melakukan penilaian pada penderita dengan perdarahan. 2. Menekan dengan menggunakan kain bersih, tepat di atas luka. 3. Melakukan elevasi, jika yang terluka adalah bagian ekstremitas. 4. Memberi oksigen jika ada.

5. Jika perdarahan sudah berhenti, membalut dengan pembalut gulung/ mitella/ tekan, tanpa menghilangkan kain bersih yang dipakai untuk menekan.

6. Memberi selimut dan meninggikan daerah kaki, jika dicurigai shock. 7. Jika luka tusuk dengan alat tusuk masih menancap, memberi pembalut

“donat”. Jangan mencabut benda yang menancap. Mengusahakan balutan stabil.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Santiasih, Indri, S.KM. 2014. “Modul Praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan”. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html diakses pada tanggal 07 Oktober 2014 Pukul 19.15 WIB.

https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak diakses pada tanggal 08 Oktober 2014 Pukul 19.35 WIB.

http://sayfudinblogz.blogspot.com/2012/04/cedera-jaringan-lunak.html diakses pada tanggal 08 Oktober 2014 Pukul 19.38 WIB.

Gambar

Gambar 2.1 Luka Lecet
Gambar 2.3 Luka Robek
Gambar 2.5 Luka Tusuk
Gambar 2.6 Luka Sobek (Avulsi)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengertian-pengertian dari beberapa istilah diatas maka maksud dari judul tersebut adalah suatu penelitian yang berusaha untuk membandingkan

Filogram menggunakan metode Bootstrap Neighbor-Joining berdasarkan runutan nukleotida gen Cox-1 parsial Kryptopterus limpok dari Sungai Kampar dan Indragiri Riau dengan pembanding

meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini. Dengan demikian etika adalah norma-norma sosial yang mengatur perilaku manusia secara. normatif tentang apa

[r]

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi

Methods: We assessed three genetic thrombophilic markers (mutation of Factor V Leiden [FV G1691A], 677T polymorphism of thermolabile methylenetetrahydrofolate reductase [MTHFR]

Secara keseluruhannya, kesemua contoh peristiwa di atas membuktikan bahawa pemilihan dan penghantaran utusan yang tepat dan berwibawa merupakan salah satu