• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Fraktur 1. Pengertian Fraktur - AYU ROSYANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Fraktur 1. Pengertian Fraktur - AYU ROSYANI BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Fraktur

1. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006).

Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan juga disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma.(Sjamsuhidayat & De Jong, 2008). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umunya disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.(Dosen Keperawatan Medikal-Bedah, 2016). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Burner & suddart, 2013).

(2)

2. Anatomi dan Fisiologi a. Sistem Tulang (Osteo)

(3)

1) Epiphysis Proximalis

Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris, yang punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan yang disebut favea capatis. Caput melanjutakn diri sebagai collum femoris yang kemudian disebelah lateral membulat disebut throchanter major kearah medial juga membulat kecil disebut trachanter minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan mayor dan minur ini dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertochanterica (linea spiralis). Dilihat dari belakang kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crita intertrochterica dilihat dari belakang pula maka disebelah medialtrachantor major terdapat cekungan disebut fossa trachanterica.

2) Diaphysis

(4)

segitiga disebut planum poplitenum. Dari trachantor minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium medial, lateral disebut juga supracondylaris lateralismedialis.

3) Epiphysis Distalis

Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condyluslateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan epincondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan Os patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis disebut linea inercondyloidea.

b. Sistem Peredaran Darah (Vaskularisasi )

Disini akan dibahas sistem peredaran darah dari sepanjang tungkai atas atau paha yaitu pembuluh darah arteri dan vena.

1) Pembuluh Darah Arteri

(5)

a) Arteri Femoralis

Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang ligamentinguinale dan merupakan lanjutan arterial illiaca externa, yang terletak dipertengahan antara SIAS (Spina Illiaca anterior), superior dan symphisis pubis. Arteri Femoralis merupakan pemasok darah utama bagian tungkai berjalan menurun hampir bertemu ke tuberculum adductor femoralis dan berakhir pada lubang otot magnus dengan memasuki spatica poplitea sebagai arteris poplitea. Pada bagian atas perjalannya, ia terletak superficial dan ditutupi kulit dan fascia pada bagian bawah perjalannya ia melalui bagian belakang otot sartorius, ia berhubungan dengan dinding selubung femoral dan silang oleh nervus qutaneusfemoris dan nervus saphenus bawah.

b) Arteria Profunda Femoralis

Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri femoralis dari trigonum femorale, ia keluar dari anterior paha melalui bagian belakang otot adductor, berjalan turun diantara otot adductor brevis dan kemudian terletak pada otot adductor magnus.

c) Arteria Obturatoria

(6)

mengiringi nervus abturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas foramen abturatorum.

d) Arteria Poplitea

Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus tibialis, vena poplitera, arteri poplitea. 2) Pembuluh darah vena

Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:

a) Vena femoralis memasuki paha mealalui lubang pada otot adductor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, menaiki paha mula-mula pada sisi lateral dari arteri. Kemudian posterior darinya, dan akhirnya pada sisi medialnya meninggalkan paha dalam ruang medial dari selubung femoral dan berjalan dibelakang ligamentum inguinale menjadi vena illiaca externa.

b) Vena Profunda Femoralis menampung cabang yang dapat disamakan dengan cabang-cabang arterinya ia mengalir ke dalam vena femoralis.

c) Vena Obturatoria menampung cabang yang dapat

(7)

d) Vena Saphena Magna Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus venosum dorsalispedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus medialis, venosum dorsalis vena, ini berjalan di belakang lutut menelengkung ke depan melalui sisi medial paha. Berjalan melalui bagian bawah N. sphenosus pada fascia profunda dan bergabung dengan vena femoralis.

(8)

3. Klasifikasi atau Jenis Fraktur

Menurut price & Wilson, 2006 klasifikasi fraktur terbagi atas:

Gambar 2.3 jenis- jenis patah tulang a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)

1) Fraktur terbuka (open/compound) 2) Fraktur tertutup (closed)

b. Sudut Patah

(9)

fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

c. Fraktur multipel pada satu tulang

Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan secara bedah. Fraktur komunita adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

d. Fraktur Impaksi

(10)

pernafasan secara akurat dan berulang selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera. Ileus dan retensio urine dapat juga terjadi pada cedera ini.

e. Fraktur Patologik

Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis. f. Fraktur beban

(11)

g. Fraktur grenstick

Fraktur grenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juaga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segaera sembuh dan segera mengalami re-modeling ke bentuk dan fungsi normal. h. Fraktur avulasi

Fraktur avulasi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakan kembali fragmen tulang tersebut.

i. Fraktur sendi

(12)

4. Etiologi

Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur adalah:

a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak. b. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering mengalami

penekanan.

c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.

5. Tanda dan Gejala Fraktur Menurut yasmara, Deni (2016)

a. Deformitas, yaitu fragmen tulang berpindah dari tempatnya

b. Bengkak, yaitu edema muncul secara cepat dari lokasi dan

ekstravasasi darah terjadi dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

c. Ekimosis

d. Spasme otot, yaitu spasme involunter dekat fraktur e. Nyeri tekan

f. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi akibat kerusakan saraf/perdarahan)

(13)

6. Patofisiologi

(14)

7. Pathway

Gambar 2.3 pathway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri

(15)

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Muttaqin (2008) a. Penatalaksanaan Konservatif

1) Proteksi adalah proteksi fraktur trauma untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.

2) Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan gips atau macam-macam bidai dari plastik atau metal

3) Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi eksterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang di artikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.

4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan kounter traksi. Tindakan ini mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

b. Penatalaksanaan pembedahan atau operasi

Penatalaksanaan ini sangatlah penting diketahui pleh perawat, jika ada keputusan klien diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan dalam asuhan keperawatan tersebut.

(16)

2) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi ekternal tulang

yaitu:

a) Open reduction internal fixation (ORIF) atau reduksi terbuka dengan melakukan pembedahan untuk memasukan paku, scrup atau pen ke dalam tempat fraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.

b) Open Reduction Terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF). Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain sepperti gips.

9. Proses Penyembuhan Tulang

Proses penyembuhan tulang menurut Yasmara Deni (2016), terdiri atas lima stadium adalah sebagai berikut:

a. Stadium I (pembentukan hematoma), yang berlangsung 24-48 jam dan pada fase ini perdarahan berhenti sama sekali.

b. Stadium dua (proliferasi seluler), yang berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, bergantung pada frakturnya.

(17)

d. Stadium empat (konsolidasi), merupakan proses yang lambat dan

mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

e. Stadium lima (reomodelling), terjadi selama beberapa bulan atau tahun dan akhirnya dibentuk struktur tulang yang mirip dengan normalnya.

10.Pemeriksaan Diagnostik

Jenis pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mendiagnosa post orif fraktur ekstremitas bawah sebagai berikut (Yasmara, Deni , 2016).

a. Pencitraan :

1. Ronsen menunjukan lokasi fraktur

2. CT scan menunjukan abnormalitas fraktur yang kompleks

11.Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari fraktur antara lain (Dosen Keperawatan Medikal-bedah, 2016):

a. Komplikasi awal

1) Kerusakan arteri: pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai

(18)

2) Sindrom kompartemen: sindrom kompartemen merupakan

komplikasi yang serius terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebanan yang terlalu kuat.

3) Fat embolism syndrome: fat embolism syndrom adalah komplikasi serius yang terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardia, hipertensi, takipnea dan demam.

4) Infeksi: infeksi terjadi karena sistem pertahanan tubuh yang rusak akibat trauma jaringan. Pada trauma otthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga terjadi karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti ORIF dan OREF serta plat.

(19)

6) Nekrosis avaskular: nekrosis avaskuler terjadi karena aliran

darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia. b. Komplikasi dalam waktu lama

1) Delayeg union (kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung).

2) Nuunion (kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan). 3) Malunion (penyembuhan tulang yang ditandai peningkatan

kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion diperbaiki dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. B. Konsep Asuhan Keperawatan pasien pasca ORIF (open reduction

internal fixation) fraktur. 1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

2. Diagnosa keperawatan

(20)

kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus adalah sebagai berikut (NANDA, 2015-2017).

3. Intervensi (perencanaan)

Intervensi atau rencana keperawatan adalah pedoman untuk merumuskan tindakan keperawatan dalam usaha membantu meningkatkan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (setiadi, 2012)

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien menurut Potter & Perry (2009) dalam jurnal ade cahya lesmana. 5. Evaluasi

(21)

C. Latihan range of motion (ROM) untuk peningkatan vaskularisasi perfusi jaringan perifer pasien pasca ORIF.

1. Vaskularisasi perfusi jaringan perifer

a. Definisi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan.

b. Faktor resiko

1) Kelambatan penyembuhan luka perifer 2) Nyeri ekstremitas

3) Penurunan nadi perifer

4) Perubahan tekanan darah di ekstremitas 5) Waktu pengisian kapiler >3 detik 6) Warna kulit pucat saat elevasi

7) Warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah tungkai diturunkan.

c. Faktor yang berhubungan 1) Gaya hidup kurang gerak

2) Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis, gaya hidup

monoton,trauma, imobilitas)

2. Pengertian latihan range of motion (ROM) a. Pengertian

(22)

sehingga memperlancar aliran darah serta suplai oksigen untuk jaringan sehingga akan mempercepat proses penyembuhan (Eldawati, 2011).

Range of motion ( ROM ) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005)

b. Tujuan

1) Meningkatkan sirkulasi darah ke perifer 2) Memperbaiki dan mencegah kekuatan otot

3) Memelihara atau meningkatkan fleksibilitas sendi

4) Memelihara atau meningkatkan pertumbuhan tulang dan mencegah kontraktur.

c. Manfaat Range Of motion (ROM) 1) Mencegah terjadinya kontraktur

2) Dapat meningkatkan vaskularisasi jaringan perifer

3) Mempertahankan tonus otot, meningkatkan massa otot,

mengurangi kehilangan tulang 4) Meningkatkan mobilisasi sendi

Gambar

Gambar 2.1 Tulang Femur tampak depan dan belakng
Gambar 2.2 Arteri-arteri ekstremitas bawah; tampak depan dan belakang
Gambar 2.3 jenis- jenis patah tulang
Gambar 2.3 pathway

Referensi

Dokumen terkait

80% kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolahraga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding

Jantung koroner adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otot jantung sehingga otot jantung akan

Edema terjadi jika pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka tubuh akan meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara vasodilatasi pembuluh darah

Pada kondisi normal, pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi sebagai respon terhadap gravitasi saat perpindahan posisi, namun pada hipotensi ortostatik pembuluh darah

Hipodermis ini terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening, kemudian dari beberapa kandungan yang terdapat pada lapisan

Jika pembuluh darah robek, fragmen tulang tidak dapat menerima darah dan akan menjadi avascular necrosis (AVN) yang merupakan salah satu komplikasi penting dari

Kelelahan fisiologis atau kelelahan otot yaitu kelelahan pada susunan saraf pusat atau pada perifer (otot yang sedang bekerja). Kelelahan ini disebabkan oleh otot