• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Jual Beli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengertian Jual Beli "

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1

MAKNA KEUNTUNGAN BAGI PEDAGANG KECIL DI DESA SAWAI KECAMATAN WAHAI SERAM UTARA KABUPATEN MALUKU

TENGAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

PROPOSAL

Di Ajukan Sebagai Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam IAIN Ambon

Oleh:

Randi Ramadhan Ipaenin NIM : 190105016

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

IAIN AMBON 2022

(2)

2

(3)

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………... ………...1

B. Rumusan dan Batasan Masalah..………….………...10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………...……...…10

D. Definisi Operasional...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ………13

B. Kutipan Dosen Syariah IAIN Ambon………...…15

C. Landasan Teori ……….………16

1. Pengertian Jual Beli ……….……….………..16

2. Syarat Sah Jual-beli ………...….17

D. Konsep Pedagang...19

E. Konsep keuntungan...22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian….………34

B. Tempat dan Waktu Penelitian……….…..…35

C. Informan Penelitian…………..………..…...……..……….…35

D. Jenis dan Sumber Data …………..………...…………..….…35

E. Teknik Pengumpulan Data..………..…….……..….…...36

F. Teknik Analisis Data...37 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(4)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis sudah terbuka saat ini. Pemuasan kebutuhan konsumen menjadi semakin beragam seiring dengan pertumbuhan penduduk dan keragaman kebutuhan konsumen. Perdagangan hanyalah pertukaran uang dengan barang, Ini adalah titik pertemuan penjual dan pembeli dan barang untuk dijual. Dalam hal keseimbangan antara modal dan perdagangan, produksi dan konsumsi, produsen, perantara dan konsumen dan kelompok dalam masyarakat.

Memasukkan keadilan ke dalam struktur produksi, distribusi dan transaksi adalah larangan jual beli, yang dianggap merugikan kedua belah pihak atau salah satunya. Namun, dalam praktik transaksi jual beli, orang terkadang lupa bahwa semua perbuatan harus dilakukan dalam ibadah. Dengan demikian, setiap orang harus berpikir bahwa ia harus mampu melakukan sesuatu untuk menciptakan masalah (antar manusia) satu sama lain, yang bersumber dari keyakinan akan konsep harta yang ada dalam islam.1

Minimnya pemahaman tentang dasar-dasar ilmu agama islam dan tidak meratanya penyebaran informasi mengenai hal ini membuat masyarakat melakukan transaksi penjualan yang ada tanpa melihat nilai dari transaksi tersebut.

1 M. Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan, Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis (Yogyakarta:

BPFE, 2013)., h.98

(5)

2

Dalam pengertian sederhana, tujuan berbisnis adalah mencari keuntungan atau profit. Dalam ekonomi murni, asumsi sederhana adalah bahwa suatu perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan melalui sarana dan sumber hukum dalam melaksanakan produksinya..2

Sama halnya dengan transaksi usaha skala mikro, yaitu seorang pengusaha atau perusahaan dapat memilih dan memutuskan kombinasi tenaga kerja, modal, barang untuk mendukung proses produksi dan menentukan volume produksi, yang semuanya dipengaruhi oleh harga, upah. Level, modal dan bahan, kualitas, total kebutuhan sumber daya ini disesuaikan dengan jumlah pendapatan dari pembelian produk. Teori tersebut dapat diadopsi dalam konsep fiqh mumala, yang memiliki kaidah baku dan bersifat fleksibel. Normatif dalam arti doktrin (yang meliputi perintah dan larangan) dalam arti sesuatu boleh dilakukan selama tidak ada dalil larangan dari Al-Qur'an atau As-Sunnah. Ini tidak berarti bahwa semua ekonomi yang ada tidak Islami atau semuanya sesuai dengan ajaran Islam.. Dengan demikian, pertanyaan di atas adalah tentang keuntungan atau keuntungan yang diterima dari suatu transaksi jual beli. Lantas apa yang membedakan dua sistem ekonomi yang ada yaitu ekonomi Islam (dalam arti fiqh Muamala) dan ekonomi tradisional yang saat ini mendominasi ekonomi dunia.

Secara etimologis, kata "beli" dan "jual" berasal dari kata "al bayu" dan

"sira", yang berarti "mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu". Secara

2 Afzalurrahman. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang. Terjemahan dari Muhammad encyclopedia of seerah. (Jakarta: Yayasan swarna bhumy . 2016), h. 109

(6)

3

terminologis, para fuqaha mendefinisikan jual beli dalam berbagai pengertian, yang mengacu pada kesimpulan bahwa jual beli adalah pertukaran sesuatu secara seimbang dengan sifat-sifat lainnya, yang keduanya diperbolehkan (ditasharufkan). Ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang mempelajari masalah- masalah ekonomi umat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam..3

Sistem ekonomi

Islam adalah sistem ekonomi yang berlandaskan Rahmatan lil Alamin. Namun sistem keuangan dalam perkembangannya sering disebut dalam wilayah yang sempit yaitu bank syariah, Baitulmal Bit Tamwil, Asuransi Syariah. Namun lingkup ekonomi meliputi sektor riil dan perdagangan, pertanian dan industri.

Rasulullah SAW berpesan agar berhati-hati dalam berbisnis agar dapat berbuat baik dalam berbisnis dan menghindari penipuan.. Tidak semua perusahaan komersial diperbole hkan, banyak yang tidak dibenarkan oleh agama dalam metode pelaksanaan atau jenis barang yang dijual.

Ijab akan dikendalikan dari Kabul sebagaimana diizinkan oleh Tuan.

Istilah tersebut memberikan pengertian jual beli dalam arti ekonomis, yaitu pertukaran barang dengan nilai ganti rugi tertentu. Namun, jika melihat Al- Qur'an, jual beli atau perdagangan memiliki makna eskatologis. Istilah jual beli tidak hanya digunakan untuk menyebut kegiatan komersial pertukaran barang atau produk tertentu. Jual beli berarti iman, ketaatan, informasi dan jihad fi sabilla. (QS. ash Shaff (10-12).

َرا َج ِت ٰ لٰ َع ْم ُ

ك ُّ

ل د ُ َ أ ْل َ

ه ا ْو ن َم ُ ٰ ا َن ْي ِذ َّ

لا ا َه ُّي َ ٍمْي ِل َ أ ٰي

أ ٍبا َ

ذ َع ْن ِّم ْم ُ ك ْي ِج ن ْ ُ

ت ٍة ٖه ِل ْو ُس َر َو ِ هللّٰاِب َ ١٠

ن ْو ُ ن ِم ْ

ؤ ُ ت

ۙ َ ن ْو ُم َ

ل ْع َ ت ْم ُ

ت ْ ن ُ

ك ْ

ن ِإ ْمُكَّل ٌ ْْي َخ ْمُكِلٰذ ۗ ْم ُ ك ِس ُ

ف ْ ن َ

أ َو م ُ ك ِلا َو ْم َ

أِب ِ ه

للّٰا ِل ْي ِب َس ْ ف ي ِ َ ن ْو ُ

د ِها َجُت َو ْر ِف ْ ١١

غ َي

3 Abd Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Amanah Bunda Sejahtera, 2015), h. 66

(7)

4

ْج َ

ت ٍت ن َج ْم ّٰ ُ ك ْ

ل ِخ ْ د ُي َو ْم ُ

ك َب ْو ُ ن ُ

ذ ْم ُ ك َ

َ ل ك ِلٰذ ۗ ٍن ْ

د َع ِت ّٰ

ن َج ْ ي ِ ف ً ة َب ِّي َ

ط َن ِك ٰس َم َو ُر ٰهْن َ ْ

لْا ا َه ِت ْحَت ْن ِم ْيِر

ۙ ُم ْي ِظ َع ْ لا ُ

ز ْو َ ف ْ

لا ْْ ١٢

ي ِن ِم ْ ؤ ُم ْ

لا ِ شّ َب َو ۗ ٌب ْي ِر ِِّ َ ق ح ٌ ت ْ َ

ف َو ِ ه

للّٰا َن ِّم ٌ ْ صْ َ ن ۗ ا َه َ

ن ْو ُّب ِح ُ ت ى ٰر ْ

خ ُ

أ َو َ ١٣

Terjemahnnya::

“Wahai orang-orang yang beriman, akankah aku menunjukkan kepadamu suatu perniagaan yang akan menyelamatkanmu dari siksaan kesakitan? 11. (Artinya) Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berperang di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Jika Anda tahu itu lebih baik untuk Anda. 12. Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dan (kamu masuk) tempat tinggal yang terbaik di Jannah Adn. Ini adalah keberuntungan besar”.4

Landasan ayat di atas, masalah Sura As-Saf, banyak ahli tafsir menafsirkan ayat ini dalam buku tafsir mereka. Dalam penelitian ini, para mufassir menggunakan tafsir dari tafsir Al-Misbah yang ditulis oleh M.

Quraysh Shihab dan Tafsir At-Tibian yang ditulis oleh Abdul Hadi bin Haji Awang untuk menemukan Surat As-Saf dan metode yang digunakan. Komentar tentang bukunya. Saya memilih dua penerjemah ini karena mereka masih hidup dan kedua penerjemah ini adalah wasit di negara mereka dan sangat aktif di masyarakat. Tafsir al-Misbah yang ditulis oleh M. Quraish Shihab terdiri dari 15 jilid, masing-masing jilid berisi beberapa surah. Dalam pengantar tafsirnya, Quraisy menjelaskan arti dan pentingnya tafsir tertulis, yang tidak sepenuhnya merupakan hasil ijtihad sendiri. Namun, ia juga menyebutkan tafsir Tantawi, tafsir Mutavalli Sra'Ravi, tafsir Fi Jilali tentang Al-Qur'an, tafsir Ibn Asiyur, dan tafsir Tabataba'i. Namun, menurut Quraisy, komentar yang paling berpengaruh dan banyak dikutip tentang Misbah adalah komentator Lebanon

4 Lihat, QS. ash Shaff (61):10.

(8)

5

Ibrahim ibn "Umar al-Bik" yang meninggal sekitar waktu yang sama pada tahun 1480 M. di Universitas 885 H. Azhar.5

Jual Beli memberikan gambaran yang realistis tentang sifat dan tujuan jual beli dalam Islam dan memberikan jawaban atas arti keuntungan yang merupakan tujuan dari jual beli.6 Dengan demikian, laba, yang merupakan tujuan utama dari jual beli, dapat dipahami secara ekonomi sebagai selisih antara total penjualan dan total biaya., Tapi lebih komprehensif dari itu.

Kebajikan berarti sabar, mensucikan diri, amanah, menasihati, ittiba, memberi informasi, dan kemaslahatan adalah hasil dari hidayah Allah. Semuanya terkumpul di surga, dan kebahagiaan abadi ada di surga. Inilah makna jual beli dan keuntungan, yang menjadi pandangan utama dalam konsep teori keuntungan finansial Islam.

Perkembangan konsep laba tidak terbatas pada yang dijelaskan di atas., Namun konsep keuntungan memiliki arti lain. Jarang orang melihat dari perspektif yang berbeda bagaimana mengelola sumber daya untuk menghasilkan hasil yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan pemegang keuntungan, atau bagaimana konsep pengembalian modal dan keuntungan memposisikan diri dalam masyarakat dalam hal fenomena yang terjadi. Dengan demikian, konsep laba itu sendiri memiliki makna yang berbeda, seperti upaya untuk membawa wacana akuntansi syariah ke tataran teoritis yang lebih

5 Nurudin, Kajian Tafsir Kontemporer Di Indonesia: Studi Terhadap Pemikiran M.

Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah, (Banda Aceh, Dipa Uin Ar- Raniry Darussalam, 2014) Dari M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan Dan Keserasian Al-Quran, (Bandung: Lentera Hati, 2007). Xiii

6 Abdullah al-Mushlih. Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Darul Haq, Jakarta, 2018), hlm.87

(9)

6

spesifik, yaitu untuk mengkonseptualisasikan laba dalam konteks metafora zakat..7

Keuntungan adalah salah satu faktor terpenting dalam bisnis. Bisnis dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan sebagai usaha mencari nafkah dengan memenuhi kebutuhan hidup. Laba berasal dari akar kata “profit”, yang sinonim dengan kata “profit” atau “gain” dalam bahasa Inggris. Laba dalam bahasa Arab disebut dengan Al-Rib yang artinya bertambah atau bertambahnya usaha.. Ada kata-kata lain yang berhubungan dengan keuntungan, seperti an- nama, al-galla, al-faida, dll. Kata riba hanya muncul sekali dalam Al-Qur'an, ketika Allah mengutuk tindakan orang-orang munafik. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah: 16:

ا

َﺪُﮭْﻟﺎِﺑَﺔَﻟَﻼﱠﻀﻟ ى

َﻤَﻔ

ََر ﺎ ﺎَﺠﱢﺘﺘَﺤِﺑ

ََر ﻮُﻧﺎَﻛﺎَﻣَﻮْﻤُﮭُﺗ

َْا

َﻦﯾِﺪَﺘْﮭُﻣ

َْوُأ

ُﺮَﺘْﺷﺎَﻨﯾِﺬﱠﻟﺎَﻜِﺌَﻟ ا ُو

Terjemahnya:

“Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS Al Baqarah: 16)8

Ayat ini menegaskan ayat-ayat sebelumnya tentang orang munafik dan menerangkan Kebodohan mereka mengekspos perilaku dan kata-kata buruk mereka. Orang-orang munafik dengan sifat-sifat buruk seperti yang ada dalam ayat-ayat di atas tidak boleh dipilih. Mereka menolak arah jalan yang lurus dan memilih jalan delusi dan nafsu. Pada akhirnya, mereka dipilih melawan, karena mereka tidak mau menerima kebenaran. Dalam ayat ini, Allah menggunakan

7 Triyuwono, Iwan. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah. (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada . 2016), hlm, 19

8 Depertemen Agama RI. Al-Qur’an Terjemahannya, (PT. Media Abadi: Jakarta 2014), hlm 14

(10)

7

kata "beli" bukan kata "tukar". Oleh karena itu, orang-orang munafik menukar hidayah (petunjuk) dengan dalala (petunjuk), akibatnya mereka kehilangan hidayah dan tersesat. Kunci yang mereka miliki pada awalnya adalah kemauan manusia untuk menanggapi kebenaran dan mencapai kesempurnaan.

Ketersediaan ini seperti modal tetap. Modal ini hilang di tangan mereka, sehingga mereka tidak memperoleh keuntungan dan tidak dapat bergerak maju.

Istilah ribh dapat diartikan sebagai pertumbuhan atau surplus yang timbul dari barang modal dan transaksi bisnis. Pada saat yang sama, ada perbedaan pendapat para ilmuwan tentang besaran dan batasan manfaat. Al- Tabari berpendapat bahwa unsur keuntungan yang diperoleh dari perdagangan adalah kelebihan harga barang ketika dibeli dengan imbalan barang milik penjual. Dengan demikian, jika pertukaran barang berlangsung tanpa adanya penggantian atau penambahan harga barang yang dibeli sebelumnya, berarti pedagang tersebut rugi. 9

Faktor penting dalam penjualan adalah faktor keuntungan yang akan dibuat antara kedua belah pihak. Manfaat tersebut dinilai tidak hanya dari segi materi, tetapi juga dari segi kepuasan. Tidak ada penjual yang memasuki perdagangan dengan maksud untuk merugi. Objek bisnis juga berbeda:

beberapa menghasilkan barang atau kebutuhan sebagai komoditas, dan beberapa menghasilkan layanan sebagai komoditas. Seseorang yang menjual kebutuhan menunggu barangnya atau memberikan barangnya kepada mereka

9 Abdurrohman, Asep. “Metodologi Al-Thabari Dalam Tafsir Jami‟ul AlBayan Fi Ta‟wili Al-Qur‟an”. Kordinat (April, 2018), Vol. XVII,65-88

(11)

8

dan mendapat untung ketika barangnya dijual sesuai dengan harapan nilai jual minimum. Vendor layanan dibayar sebagai imbalan ketika ada orang atau pihak lain yang mendapat manfaat dari atau menggunakan layanan mereka.. Menurut penulis, fenomena jual beli yang terjadi di Desa Sawai kemungkinan dapat terjadi pada salah satu atau kedua jenis perdagangan tersebut.10

Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Sri Umsiani, pendapatan adalah suatu barang yang dihasilkan seseorang dalam bentuk uang atau hal-hal lain yang menunjang kehidupan manusia. Selain itu, pendapatan dapat didefinisikan sebagai jumlah total yang diterima oleh individu atau rumah tangga selama periode tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan termasuk upah atau pendapatan tenaga kerja, pendapatan properti seperti sewa, bunga dan dividen, dan penerimaan pemerintah seperti pembayaran transfer atau tunjangan sosial atau asuransi pengangguran..11

Menurut Ramlan Sri Umsriani, pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari suatu usaha yang dijalankan selama jangka waktu tertentu. Pendapatan adalah peningkatan nilai aset suatu entitas atau penurunan kewajibannya dari penjualan barang dan jasa kepada pihak lain, yang mengakibatkan peningkatan laba atas ekuitas.12

Menurut Christine dalam jurnal ilmiah Ekonomi Islam Pedagang adalah orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan kegiatan jual beli

10 Ahmad Ubaidillah Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kaki Lima (Jurnal Akuntansi &

Investasi Vol. 14 No. 1,, 2017). hlm. 65-7

11 Umsiani, Sri. (2019), Tinjauan Pendapatan Usaha Pedagang Kaki Lima di Lapangan Pancasila Kota Palopo, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri, Palopo.

12 Umsriani sri, Tinjauan pendapatan usaha pedagang kaki lima di lapangan pancasila kota palopo, SKRIPSI, IAIN Palopo, 2019

(12)

9

barang atau jasa di pasar. Kegiatan perdagangan biasanya terdiri dari membeli barang untuk dijual kembali. Pedagang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

grosir, distributor, agen individu, perantara dan pengecer..13

Dari peryataan di atas, maka peneliti dapat melakukan observasi awal dengan beberapa pedagang yang melakukan usaha kecil di Desai Sawai sebagai berikut :

Sejujurnya saya merasa bersyukur dengan usaha yang katong jalani saar ini, dimana usaha tersebut walau kecil, namun tingkat penghasilan yang kami miliki sangat mencukupi kebutuhan katong sebagai keluarga, kemudian untuk makna keuntungan ya lumayan bagus. Kami bisa membiayai kebutuhan anak dalam sekolah maupun kuliah.14

Dari observasi dan wawancara awal terhadap beberapa pedagang kecil di Pasar Desa Wahai Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah terkait dengan makna keuntungan dari usaha yang dijalani, diungkapkan oleh Amrilah Rumasoreng lahir pada Tahun 1977.

Saya sebagai pedagang kecil di Desa Sawai ini sangat bersyukur dengan pendapatan yang di hasilkan melalui usaha tersebut karena usaha ini dapat menunjang kebutuhan keluarga dalam pencapaian kehidupan. Jujur, dengan adanya usaha tersebut saya bisa membiayai anak saya sampe selesai kuliah, bukan saja itu melainkan anak-anak saya juga masih sekolah dan bisa di biayai melalui keuntungan yang di dapatkan dari usaha kecil ini. Jadi kalau bicara soal makna keuntungan ini sangat besar dalam keluarga kami ini.15

Dari penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah”.

13 Denis Ulfan Nanda, Khusnul Fikriyah, Perilaku Pedagang pasar Bandar Kecamatan Majoroto Kota Kediri Dalam Prespektif Prinsip Dasar Pasar Islami. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6 (03, 2020, hlm 589

14 Suaminya (1996). Sebagai Pedanga Kecil kios. Wawancara 29 Oktober 2022

15 Amrila Rumasoreng (1977). Sebagai Pedanga Kecil (Kios dan Sayuran). Wawancara Tanggal 1 Oktober 2022

(13)

10 B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, masalah utama dari penelitian ini adalah: “

a. Bagaimana Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah ?

b. Bagaimana Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah dalam perspektif ekonomi syariah ?

2. Batasan Masalah

Agar lebih terarah dan focus dalam penelitian ini penulis mengambil batasan masalah pada: Makna keuntungan, jual beli, pendapatan pedagang, dan persepsi keuntungan bagi pedagang kecil di Desa Sawai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah::

a. Untuk Mengetahui Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah

(14)

11

b. Untuk mengetahui Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah dalam perspektif ekonomi syariah.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Dapat memberikan ide baru untuk pedagang tentang pemahaman ekonomi tentang arti profit.

b. b. Diharapkan temuan yang diperoleh dalam penelitian ini akan berkontribusi pada akumulasi pengetahuan di bidang teoritis dan praktis yang terkait dengan pengembangan ekonomi Syariah.

c. Bagi peneliti, sebagai sarana mengaplikasikan berbagai teori yang dipelajari di bangku kuliah. Menambahkan keahlian dan alat pembelajaran untuk pemecahan masalah dalam masyarakat sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran peneliti khususnya yang berhubungan dengan bidang studi yang dicakup selama perkuliahan..

D. Definisi Operasional

Menurut bahasa beli dan jual berarti menukar sesuatu atau menukar sesuatu. Menurut Sayara “instrumen hukum pembelian atau instrumen hukum pembelian atau pertukaran properti dengan persetujuan dan instrumen lainnya dengan ijab dan Kabul.16

16 Hapsari Ayu Epri, Analisis jual beli Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba, (Semarang:

Universitas Diponegoro, 2017), hlm. 189

(15)

12

sumber pendapatan Menurut Samuelson dan Nordhaus Shri Umsiani, pendapatan adalah manfaat yang diterima seseorang berupa uang atau hal lain yang menunjang kehidupan manusia. Selain itu, pendapatan dapat didefinisikan sebagai jumlah total yang diterima oleh individu atau rumah tangga dalam periode tertentu (biasanya satu tahun) pendapatan termasuk upah atau pendapatan dari pekerjaan, pendapatan dari properti seperti sewa, bunga dan dividen, dan penerimaan pemerintah seperti pembayaran transfer atau tunjangan sosial atau asuransi pengangguran. 17

Pedagang Menurut Christine dalam Ekonomi Islam, pedagang adalah orang atau badan yang membeli dan menjual barang atau jasa di pasar. Kegiatan perdagangan biasanya terdiri dari membeli barang untuk dijual kembali.

Pedagang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: grosir, distributor, agen individu, perantara dan pengecer..18

Jadi dari ketiga istilah yang sudah didefinisikan, maka pengertian secara operasional dari judul penelitian ini adalah Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil Di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah seorang atau badan yang melakukan usaha jual beli barang atau jasa dengan harapan ingin memperoleh Pendapatan yang dihasilkan berupa uang atau hal lain yang menopang kehidupan. bagi pedagang itu sendiri, bukan hanya keuntungan berupa uang ataupun material yang di dapat namun dengan usaha berdagang terdapat manfaat, kebahagiaan, nilai tambah dan bertambahnya

17 Umsiani, Sri. (2019), Tinjauan Pendapatan Usaha Pedagang Kaki Lima di Lapangan Pancasila Kota Palopo, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri, Palopo.

18 Christine .2018.“Perilaku Pedagang di Pasar Tradisional Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam”. Jurnal Hukum Islam. Vol 2,.

(16)

13

kebaikan yang menjadikan pedagang dan konsumen tenang, tentram dan itu merupakan berkah yang diberikan oleh Allah swt.

(17)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai makna keuntungan pedagang kecil di desa perspektif ekonomi syariah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Wafirotin dan Marsiwi (2015). Penelitian kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan model analisis data Spradley dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan berpartisipasi (participant observation), wawancara mendalam dengan para informan dan dokumentasi menyatakan bahwa keuntungan dimaknai dari bentuknya secara abstrak yaitu rasa. Kedua, wujud laba sebagai rasa syukur dan rasa bahagia. Ketiga, keuntungan berfungsi sebagai penebar rasa bahagia.19

Asiyah, (2017) “Analisis Makna Keuntungan Menurut Pedagang Kaki Lima Di Sepanjang Jalan Ahmad Yani Singaraja”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode hermeneutika, yang menyatakan bahwa makna keuntungan yang terdapat dalam setiap kehidupan pedagang kaki lima sebagai informan dapat digali dan ditafsirkan sehingga terdapat dua makna keuntungan. Makna yang pertama yaitu keuntungan materi dalam bentuk simpanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekarang maupun nanti dimasa yang akan datang. Makna yang kedua yaitu

19 Wafirotin, dan Marsiwi. 2015. Persepsi Keuntungan Menurut Pedagang Kaki Lima di Jalan Baru Ponorogo. Jurnal Ekulilibrium, 13,27

(18)

15

keuntungan spritual yang terlihat dari kemauan pedagang kaki lima untuk tetap melaksanakan perintah Allah SWT dalam bentuk sumbangan. 20

Wafirotin dan Marsiwi (2015) “Persepsi Keuntungan Menurut Pedagang Kakilima Di Jalan Baru Ponorogo”. Penelitian kualitatif ini dilakukan menggunakan metode hermeneutika dengan pendekatan studi kasus yang menyatakan bahwa hasil penelitian diperoleh empat persepsi keuntungan yaitu keuntungan materi dalam bentuk simpanan atau tabungan, keuntungan spiritual terlihat yaitu tetap memperhatikan perintah Tuhan atas semua perintah-Nya, keuntungan kepuasan batin bisa membuat orang lain senang, meskipun sebagai pedagang kaki lima tetap mendapatkan kesempatan untuk berbagi, keuntungan berupa tabungan akherat yaitu degan mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, menyekolahkan anak-anak agar sukses didunia maupun di akherat.21

Penelitian-penelitian tersebut di atas beda dengan penelitian yang saya lakukan karena penelitian saya berguna untuk mengetahui Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah untuk mengetahui Makna Keuntungan Bagi Pedagang Kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah dalam perspektif islam dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

B. Kutipan Dosen Syariah IAIN Ambon

20 Asiyah (2017)., Analisis Makna Keuntungan Menurut Pedagang Kaki Lima Di Sepanjang Jalan Ahmad Yani Singaraja, Jurnal Akuntansi, Vol 7, No 1

21 Wafirotin, & Marsiwi, D. (2016). Persepsi Keuntungan Menurut Pedagang Kakilima di Jalan Baru Ponorogo. Ekuilibrium: Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi, 10(1), 24-36

(19)

16

Penjualan model technopreneurship yang digunakan menggunakan media teknologi heandphone dengan memanfaatkan fitur aplikasi-aplikasi sosial media seperti facebook, instagram, dan whatsApp. Dalam Tinjauan perspektif bisnis islam terhadap jual beli dengan model technopreunership bisa tidak sah akadnya dan bisa sah. Tidak sah manakala informasi barang yang diberikan penjual pada saat mempromosikan di sosial media berbeda dengan kenyataan saat suatu barang itu diterima oleh pembeli, sehingga pembeli merasa kecewa.

Karena hal ini mengandung unsur penipuan. Akan tetapi, jika informasi barang diberikan penjual sama dengan kenyataan barang yang diterima oleh pembeli, maka akad jual beli belinya menjadi sah.22

Strategi pemasaran sangat mempengaruhi kemajuan usaha, baik dalam skala kecil maupun besar. Era pasar global menjadi tantangan pengusaha lokal dalam memacu dan memberikan pelayanan dalam menyalurkan hasil produknya sampai ke tangan konsumen yang menjadi target sasaran pasar.

Perubahan ekonomi yang terjadi akibat krisis moneter yang berkepanjangan memberikan dampak signifikan terhadap roda perekonomian bangsa Indonesia sehingga mengalami perubahan radikal dalam dua dasawarsa terakhir ini.

Perkembangan sarana dan prasarana yang canggih sebagai symbol perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari tahun ke tahun,

22 Lifmangau, N., & Amin, D. (2022). Analisis Jual Beli Dengan Model Technopreneurship Di Masa Pandemi Perspektif Bisnis Islam. Amal: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(1).

(20)

17

memungkinkan perusahaan melakukan berbagai jenis transaksi bisnis, memperluas pasar dan sumber pasokan.23

C. Landasan Teori dan Konsep 1. Pengertian Jual Beli

Jual beli menurut bahasa adalah memberikan sesuatu dengan imbalan sesuatu atau menukarkan sesuatu dengan sesuatu. Menurut syara’

ialah menukarkan harta benda dengan alat pembelian yang sah atau dengan alat pembelian yang sah atau dengan alat yang lain dengan ijab dan qabul.24 Menurut terminologi yang dimaksud jual beli adalah :

a. Menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan

b. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai dengan aturan syara’

c. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan qabul dengan cara yang sesuai dengan syara’.

Jual beli dibedakan dalam banyak pembagian berdasarkan sudut pandang. Adapun pengklasifikasian jual beli adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan Objeknya

Jual beli berdasarkan objek dagangnya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

23 Karnudu, F., & Mossy, F. I. (2016). Strategi Marketing Mix Ikan Cakalang Asar (Studi Terhadap Pedagang Ikan Asar di Kota Ambon).

24 Hapsari Ayu Epri, Analisis jual beli Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba, (Semarang:

Universitas Diponegoro, 2017), hlm. 189

(21)

18

1. Jual beli umum, yaitu menukar uang dengan barang.

2. Jual beli as-Sharf (Money Changer), yaitu penukaran uang dengan uang.

3. Jual beli muqayadhah (barter), yaitu menukar barang dengan barang b. Berdasarkan Standardisasi Harga

1. Jual Beli Bargainal (tawar menawar), yaitu jual beli di mana penjual tidak memberitahukan modal barang yang dijualnya.

2. Jual Beli Amanah, yaitu jual beli di mana penjual memberitahukan modal barang yang dijualnya. Dengan dasar ini, jual beli ini terbagi menjadi tiga jenis:

a. Jual beli murabahah, yaitu jual beli dengan modal dan keuntungan yang diketahui

b. Jual beli wadhi’ah, yaitu jual beli dengan harga di bawah modal dan kerugian yang diketahui

c. Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan menjual barang sama dengan harga modal, tanpa keuntungan atau kerugian.25

2. Syarat Sah Jual-beli

Agar jual beli dapat dilaksanakan secara sah dan memberi pengaruh yang tepat, harus dipenuhi beberapa syarat terlebih dahulu.26 Syarat-syarat ini terbagi dalam dua jenis, yaitu (1) syarat yang berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli, dan (2) syarat yang berkaitan dengan objek yang

25 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2017), 101-102

26 Hamzah Rasyid. Pengantar Teori Ekonomi”. (Edisi revisi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2019), hlm. 107

(22)

19

diperjualbelikan. Pertama, yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, harus memiliki kompetensi untuk melakukan aktivitas ini, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta berkemampuan memilih. Dengan demikian, tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum nalar, orang gila atau orang yang dipaksa. Kedua, yang berkaitan dengan objek jual belinya, yaitu sebagai berikut:

a. Objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserahterimakan, dan merupakan milik penuh salah satu pihak

b. Mengetahui objek yang diperjualbelikan dan juga pembayarannya, agar tidak terhindar faktor ‘ketidaktahuan’ atau ‘menjual kucing dalam karung’ karena hal tersebut dilarang

c. Tidak memberikan batasan waktu. Artinya, tidak sah menjual barang untuk jangka waktu tertentu yang diketahui atau tidak diketahui.

Juzaf (Jual Beli Spekulatif) adalah menjual barang yang bisa ditakar, ditimbang atau dihitung secara borongan tanpa ditakar, ditimbang atau dihitung terlebih dahulu. Contoh hal ini adalah seseorang yang menjual setumpuk makanan, setumpuk pakaian atau sebidang tanah tanpa mengetahui kepastian ukurannya. Jual beli ini disyariatkan sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Umar Ra. bahwa ia menceritakan, “Kami biasa membeli makanan dari para kafilah dagang dengan cara spekulatif.

Lalu Rasulullah saw melarang kami menjualnya sebelum kami memindahkan dari tempatnya.” (HR. Muslim). Hadits ini mengindikasikan bahwa para sahabat sudah terbiasa melakukan jual beli juzaf (spekulatif),

(23)

20

sehingga hal itu menunjukkan bahwa hal tersebut dibolehkan. Namun demikian, agar jual beli juzaf ini diperbolehkan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Para ulama Malikiyah menyebutkan persyaratan tersebut sebagai berikut:27

a. Baik pembeli dan penjual sama-sama tidak mengetahui ukuran barang dagangan. Kalau salah satunya tahu, jual beli itu tidak sah

b. Jumlah barang dangangan jangan banyak sekali sehingga sulit diprediksikan, atau sedikit sekali sehingga mudah dihitung

c. Tanah tempat meletakkan barang dagangan tersebut harus rata, sehingga tidak terjadi unsur kecurangan dalam spekulasi

d. Barang dagangan harus tetap dijaga dan kemudian diperkirakan jumlah atau ukurannya ketika terjadi akad

Namun demikian, terdapat pengecualian, tidak boleh menjual komoditi riba fadhl dengan jenis yang sama secara spekulatif, seperti menjual satu tandum kurma dengan satu tandum kurma yang lain. Hal ini dikarenakan kaidah dalam jual beli komoditi riba fadhl, “Ketidaktahuan akan kesamaan sama saja dengan mengetahui adanya perbedaan (ketidaksamaanya).”

D. Konsep Pedagang

Menurut Christine dalam jurnal ilmiah Ekonomi Islam Pedagang adalah seorang atau badan yang melakukan transaksi jual beli barang atau jasa di suatu

27 Apipudin, “Konsep Jual Beli Dalam Islam (Analisis Pemikiran Abdu Al-Rahman Al- Jaziri Dalam Kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Mudahib Al-Arba’ah)” jurnal islaminomic vol. V. No. 2, agustus 2016.

(24)

21

pasar. Aktivitas berdagang pada umumnya aktivitas pembelian barang untuk dijual lagi. Adapun pedagang dikelompokan jadi 3, yaitu: pedagang besar distributor agen tunggal, pedagang menengah, pedagang eceran. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku pedagang adalah suatu reaksi atau tanggapan dari seorang pedagang terhadap rangsangan atau lingkungan yang ada disekitar. Perilaku pedagang juga merupakan sebuah sifat yang dimiliki oleh setiap pelaku bisnis, untuk menerapkan reaksi dari keadaan yang terjadi sekarang.

Dalam ruang lingkup jual beli, seorang pedagang mengejar profit merupakan suatu hal yang bisa dibilang sangat wajar, akan tetapi mencapai keuntungan tersebut tidak sembarangan perlu memperhatikan pihak lain. Salah satu bentuk perhatian tersebut yaitu dengan berperilaku etis dalam berdagang dengan mengimplementasikan nilai-nilai moril dalam kegiatan berdagang telah ditetapkan dalam ajaran Islam dimana Islam sudah memberikan batasan yang jelas atau suatu batasan antara hal-hal yang boleh dikerjakan dan juga hal-hal yang tidak boleh dikerjakan, seperti menghalalkan segala cara berupa kecurangan, penipuan, menyuap, sumpah palsu, riba, dan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh lainnya. Suatu batasan itulah yang biasa dikenal dengan istilah etika.

Selain menerapkan etika berbisnis, dalam berniaga sebagai umat muslim juga harus menerapkan etika sesuai syariah. Karena bisnis bukan sekedar mencari profit saja, akan tetapi juga berkaitan dengan aspek sosial dan psikologi individu, oleh sebab itu sangat diperlukan etika bisnis yang kokoh

(25)

22

supaya perilaku pegiat bisnis (pedagang, produsen, sales, distributor, advertising, dan sebagainya) tidak sampai membuat rugi secara sosial ekonomi, dan tidak membuat rugi pemanfaatan konsumen.28

Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan sebagai suatu pekerjaan sehari-hari, yang pada umumnya membeli suatu barang yang kemudian dijual kembali. Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, akan tetapi untuk memenuhi keinginan yang wujud dipasar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pedagang diartikan sebagai yang menjual dan (membeli) kadang sekaligus sebagai penjual juga pembeli. Secara terminolog dalam fiqh jual beli disebut juga dengan Al-Ba’i yang berarti menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan yang lainnya atas dasar suka sama suka. Berdasarkan KUHD pasal 2 (lama) pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan (daden van koophandel) sebagai suatu pekerjaan sehari-hari. Dalam bukunya Yusuf Al Qordhowi mengungkapkan bahwasannya pedagang merupakan distributor dalam tatanan ekonomi islam haruslah percaya terhadap Allah sebagai penguasa dan manusia sebagai mahluk social.

Pedagang juga merupakan penyalur kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan pokok, kebutuhan primer maupun sekunder. Berikut ini 3 macam penggolongan pedagang. 1). Grosir (Wholesaler), Grosir adalah orang/pengusaha yang membuka usaha dagang dengan membeli dan menjual

28 Denis Ulfan Nanda, Khusnul Fikriyah, Perilaku Pedagang pasar Bandar Kecamatan Majoroto Kota Kediri Dalam Prespektif Prinsip Dasar Pasar Islami. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6 03, 2020, hlm 589

(26)

23

kembali barang dagangan kepada pengecer, pedagang besar lannya, perusahaan industri. Jumlah barang yang diperjualbelikan relatif besar. 2). Makelar, Makela adalah orang/pengusaha/pedagang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan besar sebagai yang mewakili pihak penjual maupun pihak pembeli dengan wewenang yang terbatas. Makelar ini tidak mempunyai hak milik atas barang, tetapi hanya merupakan wakil untuk menutup persetujuan jual beli dan kepadanya diberikan imbalan jasa. 3). Agen, Perantara dagang adalah pihak ketiga yang sehari-hari melakukan kegiatan hukum, yang menyangkut masalah jual beli atas namanya sendiri maupun atas nama orang lain. Agen atau perantara adalah persetujuan seseorang untuk memberi kuasa kepada orang lain yang menerimanya untuk menyelenggarakan suatu urusan dari orang yang menyuruhnya.29

E. Konsep Keuntungan

1. Pengertian Konsep keuntungan

Keuntungan merupakan suatu dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.

Keuntungan pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.30 Dalam Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) no. 1 menyebutkan bahwa

29 Siti Maratus Solehah, Perilaku Pedagang Sayuran Pasar Desa Bumi Harjo Kecamatan Bum Nabung Lapung Tengah Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro 2018

30 Triyuwono, Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah. (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2016), hlm 9

(27)

24

informasi keuntungan merupakan komponen laporan keuangan yang disediakan dengan tujuan membantu menyediakan informasi untuk menilai kinerja manajemen, mengestimasi kemampuan keuntungan yang representative dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit

Ditinjau dari ruang lingkupnya terdapat 3 konsep keuntungan sebagaimana dikemukakan Finally Accounting Standart Board (FASB) dalam Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) nomor 5 (1984) yaitu: learning, net income dan comprehensive revenue. Earning merupakan keuntungan selama satu periode akuntansi tanpa ada pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi. Perbedaan income dengan net income terletak pada perhitungan pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi. Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan31. Dalam perpajakan, income dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan. Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah keuntungan lebih menggambarkan apa yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut

Banyak para literatur yang mengadaptasikan pengertian keuntungan yang bersumber dari ekonom John Hick (1949). FASB dalam SFAC nomor

31 Sudarsono, Heri, 2012, Konsep Ekonomi Islam: Sutau Pengantar EKONSIA, hlm.455

(28)

25

6 menyatakan bahwa Comprehensive Income atau keuntungan komprehensip adalah perubahan modal (aktiva bersih) perusahaan selama satu periode, dari transaksi, peristiwa lain dan keadaan dari sumber selain pemilik. Sedangkan Vemon Kam mengemukakan bahwa income atau keuntungan merupakan perubahan modal suatu kesatuan usaha di antara dua titik waktu tidak termasuk perubahan-perubahan akibat investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik, dimana modal dinyatakan dengan ukuran nilai dan didasarkan pada skala tertentu

Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa keuntungan akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya.32 Pengertian keuntungan yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah keuntungan yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Di dalam keuntungan akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti keuntungan kotor, keuntungan usaha, keuntungan sebelum pajak dan keuntungan sesudah pajak. Sehingga dalam menentukan besarnya keuntungan akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan keuntungan setelah pajak. SFAC No. 1 mengasumsikan bahwa keuntungan akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu

32 Muqodim. Teori Akuntansi. (Yogyakarta: Ekonisia, 2015)., hlm. 111

(29)

26

perusahaan dan bahwa keuntungan akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.33

Keuntungan akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai berikut: :34

a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital).

b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.

c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu Negara

e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus

h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan i. Dasar pembagian dividen.

Bila dilihat secara mendalam, keuntungan akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari keuntungan melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung keuntungan. Karakteristik dari pengertian keuntungan akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan keuntungan akuntansi yang dikemukakan adalah:

33 Belkaoui, A.R. Teori Akuntansi. Edisi Pertama.Jakarta: (Salemba Empat. 2013), hlm.322

34 Suwardjono. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. (Yogyakarta:

BPFE.2015), hlm. 456

(30)

27

a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa keuntungan akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi

b. Keuntungan akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti

c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan keuntungan akuntansi memenuhi dasar konservatisme

d. Keuntungan akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.35

Teori keuntungan dalam konvensional dibangun di atas filosofis materialisme dan sekulerisme. Ilmu ekonomi konvensional sangat memegang teguh asumsi bahwa tindakan individu adalah rasional.

Rasionality yang dimaksud adalah tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada kepentingan diri sendiri (self interest) yang menjadi satu- satunya tujuan bagi seluruh aktivitas. Menurut konvensional, rasionalitas diartikan sebagai tindakan manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya yaitu memaksimumkan kepuasan atau keuntungan senantiasa berdasarkan pada keperluan (need) dan keinginan-keinginan (want) yang digerakkan oleh akal yang sehat dan tidak akan bertindak secara sengaja membuat keputusan yang bisa merugikan kepuasan atau keuntungan mereka. Teori keuntungan konvensional mengabaikan moral dan etika dalam

35 Muqodim, Teori Akuntansi, (Edisi ke-1, Ekonisia, Yogyakarta, Mei 2015), hlm. 114

(31)

28

pembelanjaan dan asumsi mereka terhadap unsur waktu adalah terbatas hanya di dunia saja tanpa mengambil hari akhirat36

Dalam pembahasan konvesional sumber keuntungan pendapatan yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan: (1) menghadapi resiko terhadap ketidakpastian di masa yang akan datang, (2) melakukan inovasi/pembaharuan di dalam kegiatan ekonomi, (3) mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar.37 Adapun teori konvensional, tidak menyebutkan adanya pemilahan dalam masalah modal dan barang baik yang bersifat halal maupun haram. Bagi mereka selama modal dan barang itu bisa dijadikan sebagai alat usaha mereka dalam meraih keuntungan yang maksimal, maka hal itu sah-sah saja tanpa terkecuali.

Suatu barang atau modal kerja dipandang baik oleh mereka hanya apabila barang itu bisa dipasarkan dan modal kerja bisa memenuhi kebutuhan produksinya. Terlepas barang tersebut adalah barang dapat merusak atau diharamkan atau modal kerja yang didapat melalui sistem bunga dan ribawi Menurut mereka keuntungan yang berasal dari barang-barang yang haram seperti candu, alkohol, rokok, babi, dan lain sebagainya dianggap bermanfa’at hingga bisa diproduksi dengan alasan semata karena ada orang yang menginginkannya. Kalaupun mereka memproduksi sesuatu yang halal menurut pandangan Islam, kita perlu mempertanyakan mekanisme perolehannya. Karena faktor landasan dan tujuan dalam mencari

36 Hanif Nurcholis. Pertumbuhan dan penyelenggaraan pemerintahan desa. (Jakarta : penerbit ERLANGGA, 2012), hlm. 124

37 Algifari, Guritno Mangkoesoebroto. Teori Ekonomi Makro. (Yogyakarta: STIE YKPN.

2019), hlm. 388

(32)

29

keuntungan itu sendiri sangatlah jauh berbeda dengan mu’amālah dalam Islam

Dalam teori konvesional, sikap individualistik (self interest) dan hedonisme yang muncul karena prinsip konvesional akan mengakumulasi resiko yang kontraproduktif karena semua “proses dan produk” yang dihasilkan semata- mata berasal dari ego yang melembaga. Sebagai ilustrasi, dapat ditunjukkan satu contoh kasus sederhana, yaitu manakala terjadi transaksi di antara penjual dan pembeli. Dalam kaitan ini, baik penjual maupun pembeli, tentu masing-masing menghendaki tingkat kepuasan yang paling maksimum, di mana penjual menginginkan yang termahal, sementara pembeli justru menginginkan yang termurah. Dalam transaksi jual-beli seperti itu, orientasinya adalah pada jumlah dan tidak pada berkah (kualitas) Jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, dan tolong menolong. Keadilan dalam pandangan mereka adalah “anda dapat apa yang anda upayakan” (you get what you deserved ). Keuntungan hanya bisa diperoleh oleh mereka yang memiliki modal kuat dan dengan cara apa saja.

Jual beli dilandasi pada kepentingan mencari keuntungan individu saja tanpa ada dilandasi menolong dan memberikan manfaat.

Konvensional memandang manusia hanya bersifat materi semata, tanpa kecenderungan-kecenderungan spiritual. Mereka tidak pernah memperhatikan masalah-masalah yang semestinya harus dijadikan pijakan oleh masyarakta, seperti ketinggian moral dan sifat-sifat terpuji sebagai dasar bagi interaksinya. Dari sini dapat disimpulakan bila landasan filosofi

(33)

30

sistem ekonomi kapitalis adalah sekularisme, yaitu memisahkan hal-hal yang bersifat spiritual dan material (atau agama dan dunia) secara dikotomis. Landasan filosofis teori keuntungan dalam bisnis menurut konvensional berdasarkan pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan waktu dan tidak bersifat kekal, serta selalu membutuhkan perubahan tergantung untuk kepentingan apa dan siapa. Tentunya tujuan yang berbeda akan melahirkan implikasi yang berbeda pula.

Keuntungan adalah salah satu unsur penting dalam perdagangan, perdagangan dilakukan untuk mencari keuntungan sebagai upaya mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup. Untung adalah sinonim dengan perkataan keuntungan, atau profit dalam bahasa Inggris. Untung dalam bahasa arab disebut dengan al-ribh yang diartikan dengan pertambahan atau pertumbuhan dalam perdagangan. Ada juga istilah lain yang terkait dengan untung seperti al-nama’, al-ghallah, al-faidah. Kata ribh sendiri hanya terdapat satu kali dalam Al-Quran yakni saat Allah mengecam tindakan orang-orang munafik

ْت َحِبَر ا َمَف ى َد ُهْلاِب َ ةَ

ل َ

لَضلا ا ُو ََّ يََ ْ شا َني ِذَّ

لا َ كِئَ

لوُ ِت أ

َك ا َم َو ْم ُهُ ت َرا َج ني ِدت ْه ُم اوَ ُ

نا Terjemahnya :

“Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk” (QS.2: 16).38

Dari ayat di atas, maka di perjelaskan bahwa Mereka itulah orang- orang yang jauh dari kebenaran yang membeli kesesatan dengan petunjuk.

38 Depertemen Agama RI. Al-Qur’an Terjemahannya, (PT. Media Abadi: Jakarta 2014), hlm 14

(34)

31

Sikap mereka yang memilih kesesatan dan mengabaikan kebenaran diumpamakan seperti pedagang yang memilih barang-barang rusak untuk dijual dalam perdagangannya. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung. Jangankan untung yang didapat, modal pun hilang. Dan mereka tidak mendapat petunjuk yang dapat mengantarkan kepada kebenaran, sebab yang ada pada mereka hanyalah kesesatan

Menurut ajaran Ibnu Arabi, bahwa transaksi ekonomi adakah transaksi ekonomi tanpa unsur 'Iwad sama dengan riba. 'Iwad dapat dipahami sebagai equivalent countervalue yang berupa risiko (Ghurmi), kerja dan usaha (Kasb), dan tanggung jawab (Daman). Semua transaksi perniagaan untuk mendapatkan keuntungan harus memenuhi kaidah tersebut. Untuk mengetahui suatu transaksi atau akad dalam mengambil keuntungan apakah sesuai dengan ketentuan syariah atau tidak, apakah mengandung unsur riba atau tidak, Kata ribh dapat diartikan sebagai pertambahan atau kelebihan yang dihasilkan dari unsur modal dan usaha perdagangan. Dalam hal ini, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang cakupan dan batasan untung, Al-Thabari berpendapat bahwa unsur untung yang diperoleh dari perdagangan adalah sebagai ganti barang yang dimiliki oleh si penjual ditambah dengan kelebihan dari harga barang saat dibeli sebelumnya. Dengan demikian, jika terjadi pertukaran barang tanpa

(35)

32

ada pergantian atau kelebihan dari harga barang yang dibeli sebelumnya, berarti pedagang tersebut merugi.39

Menurut Al-Naisaburi, untung adalah pertambahan dari modal pokok setelah ada unsur usaha perdagangan. Sebab, Al-Naisaburi mendefinisikan perdagangan sebagai perputaran harta dalam lingkaran perdagangan yang bertujuan memperoleh pertambahan (nilai) dari barang tersebut. Mirip dengan pendapat Al-Naisaburi, Zamakhsari mendefinisikan untung sebagai kelebihan dari modal pokok setelah ada unsur usaha perdagangan. Karenanya, perdagangan adalah aktivitas pedagang yang membeli suatu barang dan menjualnya untuk mendapatkan keuntungan.40

Definisi untung menurut para ulama tidaklah jauh berbeda. Namun, jika dianalisis lebih mendalam tampak bahwa masing-masing definisi keuntungan yang diungkap ulama memiliki kelebihan dan kekurangan.

Syamsiah Muhammad seorang pakar asal Damaskus lebih memilih pendapat Al-Thabari, walaupun sederhana, definsi untung dalam pandangan Al-Thabari terlihat lebih “pasti dan kukuh” dari pendapat lainnya, bahwa untung adalah pertambahan dari modal dari aktivitas perdagangan yang dilakukan. Lebih jelas, Thabari mendefiniskan maksud pertambahan itu sendiri yakni kelebihan dari harga asal dari barang yang diperdagangkan.41

39 Abdurrohman, Asep. “Metodologi Al-Thabari Dalam Tafsir Jami‟ul AlBayan Fi Ta‟wili Al-Qur‟an”. Kordinat (April, 2018), Vol. XVII,65-88

40 Al-Naisaburi, Abu Husain Muslim Ibn Hajaj Al-Qusyairi. Shahih Muslim Juz 2.

Bairut:Dar Al-Fikr, tth 2012

41 Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari. Terj. Ahsan Askan,(et. al. Jakarta: Pustaka Azzam, 2016), hlm. 5

(36)

33

Keuntungan yang pantas diambil oleh pedagang adalah seberapa besar usaha, jerih payah atau tingkat kesulitan yang dialami oleh si pedagang yang pantas diganti oleh si pembeli. Unsur usaha yang dimaksud dapat diartikan dari penemuan usaha (ide), bagaimana usaha mendapatkan barang, tingkat kesulitan transportasi, tingkat keskulitan distribusi hingga ke tingkat tinggi rendahnya resiko. Pendapat ini sejalan dengan tafsir Al- Qurtubi tentang kalimat tijarah dalam surah Al-Nisa’ ayat 29

َََٰبْﻟٱِﺑَمُﻜَﻨْيَﺑَمُﻜَﻟ ََٰﻮْﻣَأَ۟ا َٰٓﻮُلُﻛْأَﺗَ َلََ۟اﻮُﻨَﻣاَءََﻦﯾِﺬﱠﻟٱَﺎَﮭُّﯾَأَََٰٰٓﯾ

َْقَﺗَ َلَ َوََْۚمُﻜﻨِ ﻣَ ٍضا َﺮَﺗَﻦَعًَة َﺮ ََٰﺠِﺗََنﻮُﻜَﺗَنَأََٰٓ ﱠلَِإَِلِط

ََْۚمُﻜَسُﻔﻧَأَ۟ا َٰٓﻮُلُﺘ

َ ﱠنِإ ﺎًﻤي ِح َرَْمُﻜِﺑََنﺎَﻛََ ﱠللَّٱ Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Al-Nisa: 29).42

Dari ayat di atas, maka di jelaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan rasulNYA serta melaksanakan syariatNYA, tidak halal bagi kalian untuk memakan harta sebagian kalian kepada sebagian yang lainnya tanpa didasari Haq, kecuali telah sejalan dengan syariat dan pengahasilan yang dihalalkan yang bertolak dari adanya saling rido dari kalian. Dan janganlah sebagian kalian membunuh sebagian yang lain,akibatnya kalian akan membinasakan diri kalian dengan melanggar larangan-larangan Allah dan maksiat-maksiat kepadaNYA. Sesungguhnya Allah Maha penyayang kepada kalian dalam setiap perkara yang Allah

42 Depertemen Agama RI. Al-Qur’an Terjemahannya, (PT. Media Abadi: Jakarta 2014), hlm 14

(37)

34

memerintahkan kalian untuk mengerjakannya dan perkara yang Allah melarang kalian melakukanya

Qurthubi menyebutkan kata “tijarah” dapat diartikan dalam dua bentuk kegiatan yakni kegiatan pertukaran atau jual beli di sebuah tempat tanpa bermusafir dan kegiatan perdagangan yang dilakukan dengan melakukan perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain. Tentu, kegiatan perniagaan yang mengharuskan perpindahan satu tempat ke tempat lain memerlukan energi lebih seperti transportasi serta resiko yang berbeda dengan perdagangan yang tidak memerlukan perpindahan tempat.43

Dengan demikian, batasan keuntungan bergantung kepada tingkat usaha yang dilakukan oleh si pedagang terhadap usaha dagangnya. Sebuah produk atau barang yang didapatkan secara mudah baik dalam menemukan barang atau membawa barang tersebut tentu berbeda harga dengan barang yang sulit didapatkan serta tidak mudah untuk dihadirkan. Karenanya, harga sebuah barang tidak dapat ditentukan sesukanya apalagi memanfaatkan ketidaktahuan atau kedunguan si pembeli terhadap sebuah barang.

43Cut Fauziah. At-Tija<Rah (Perdagangan) Dalam Alquran (Institut Agama Islam Negeri Langsa). Volume 2 No. 1, Juni 2017.

(38)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan paradigma kualitatif. Model penelitian ini akan dilakukan di lapangan dalam lingkup kehidupan yang sebenarnya.44 Penelitian lapangan dilakukan dengan menggali data yang bersumber dari lokasi atau tempat penelitian terhadap pedagang kecil di Desa Sawai Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah. Sementara pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenalogi. Selain itu juga fenomenologi merupakan gagasan relitas sosial, fakta sosial atau fenomena sosial yang menjadi masalah penelitian.45

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secermat mungkin mengenai sesuatu yang menjadi objek, gejala atau kelompok tertentu serta menjawab persoalan- persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi lokasi penelitian.46 B. Tempat dan Waktu Penelitian

44 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h.11

45 Lexy J Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 8

46 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2018), h.206

(39)

36 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti bertempat di Desa Sawai Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang di lakukan oleh penelti akan berlangsung setelah di keluarkan surat rekomendasi penelitian.

C. Informan Penelitian

Dalam penelitian, informan dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu informan sengaja dipilih dengan maksud dan tujuan

akan mewakili atas permasalahan yang diteliti.47Adapun informan yang di teliti adalah semua pedagang di Desa Sawai Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah. Para pedagang ini disebut key informan. Sedangkan informan lainnya adalah pihak aparat pemerintah desa atau tokoh agama setempat.

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan, data ini didapat dari sumber pertama dari individu atau perorangan48 Penelitian ini menggunakan data primer karena objek data yang berupa wawancara langsung kepada Pedagang Kecil Di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah

47 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2019), h.394

48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2020), h. 2

(40)

37 2. Data sekunder

Penelitian ini juga menggunakan data sekunder karena data diperoleh dari jurnal, dokumen, buku-buku, data kelurahan dan pedoman umum dan pemberdayaan Ekonomi Islam

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan pada penelitian ini terdapat dua ketegori yaitu ::

1. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki49. Observasi dilakukan peneliti melalui pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara terstruktur yang dilakukan secara langsung dengan semua pedagang di Desa Sawai Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah.

3. Dokumentasi

Data hasil penelitian juga dikumpulkan melalui pengkajian dokumen.

Dokumen yang relevan dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk menggali data yang mengandung petunjuk-petunjuk tertentu yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian. Dokumen yang di lampirkan oleh

49 Cholid Narbuko , Metodologi Penlitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2019) . h. 70

(41)

38

peneliti adalah hasil wawancara dan foto masyarakat yang melakukan Pedagang Kecil Di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan sifat deduktif. Sementara tahapan penelitian menggunakan model Milles dan Hubberman50, sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, perhatiaan pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan informasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapanagan. Tumpukan data yang didapatkan dilapangan akan direduksi dengan cara merangkum, meresume, kemudian mengklasifikasinya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Masalah bagaimana mengenai makna keuntungan bagi pedagang kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah diambil melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data hingga bisa disajikan.

2. Display Data

Penyajian data sebagai sekumpulan data/informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

50 M.B Miles, A.M Huberman, and J. dan Saldana, Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook, 3rd ed. (USA: Sage Publications, 2014).

(42)

39

tindakan. Sajian data merupakan upaya peneliti untuk mendapat gambaran dari data yang telah diperoleh serta hubungannya dengan fokus penelitian yang dilaksanakan, untuk itu sajian data dapat dibuat dalam bentuk matriks, grafik, tabel, dan lain sebagainya. Penyajian data mengenai makna keuntungan bagi pedagang kecil di Desa Sawai Kecamatan Wahai Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah yang telah direduksi melalui bab-bab yang sudah tersedia.

3. Penarikan Kesimpulan Vertivikasi (Conclusion Drawing Vertivication) Penarikan kesimpulan, berarti menganalisis dan menggabungkan kembali dari kesimpulan-kesimpulan sebelumya, kemudian divertivakasinya yang berarti memeriksa kembali data-data yang terkumpul sebelumnya. Hal ini, penulis akan menarik kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan penulis secara terus-menurus selama berada dilapangan penelitian, sehingga kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara akan berubah apabila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, sehingga terbentuk penegasan kesimpulan atau kesimpulan akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana

Gangguan distimia memiliki onset pada usia muda, yaitu pada masa kanak-kanak dengan keluhan perasaan tidak bahagia yang tidak dapat masa kanak-kanak dengan keluhan perasaan

Jadi penggalian Mang Koko dari permainan kacapi gaya tradisi untuk iringan vokal adalah memfungsikan jari tengah dan jari manis, dengan teknik petikan diawali oleh jari

Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva filariorm yang ada di tanah. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8

Pengembangan kecerdasan majemuk dapat dilakukan dalam pembelajaran IPA karena pembelajaran IPA memiliki karakteristik yang sesuai untuk pengembangan kecerdasan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi adalah

Hasil survei menunjukkan bahwa: (1) hasil multimedia interaktif untuk pembelajaran matematika dalam bentuk aplikasi android dengan format * .apk, (2) pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori semai yang memiliki nilai rata-rata kerapatan relatif tertimggi adalah jenis Kandelia candel