iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) merupakan salah satu perusahaan yang melayani jasa transportasi darat. Untuk meningkatkan pelayanan kereta api Argo Wilis jurusan Bandung - Surabaya, PT. KAI ingin merenovasi gerbong kereta salah satunya adalah gerbong kereta makan. Gerbong kereta makan sering dikeluhkan tidak nyaman oleh penumpang. Masalah tersebut disebabkan oleh fasilitas fisik yang tidak ergonomis, udara yang panas, suasana yang berkesan sumpek dan pengap, pencahayaan yang tidak merata, suara bising dan adanya potensi kecelakaan. Perancangan gerbong makan diharapkan akan membuat perjalanan penumpang selama 12 jam akan menjadi lebih nyaman dan dapat mengurangi rasa bosan.
Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan fasilitas fisik, lingkungan fisik, tata letak gerbong makan dan K3. Fasilitas fisik meliputi meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, jendela dan meja penyajian, lemari gantung 1, lemari gantung 2, meja saji, meja + lemari, lemari rak, tempat cuci piring, dan jendela. Lingkungan fisik meliputi kebisingan, temperatur dan kelembaban, pencahayaan, bau – bauan, dan warna. Serta tata letak meliputi penataan area dapur, area baca, area makan, area karaoke, area ruang operator, area balkon dan gang. K3 meliputi kecelakaan yang berpotensi, pencegahaan, dan penanggulangan kecelakaan pada analisis K3 akan menggunakan fish bone. Data-data dikumpulkan dengan cara wawancara, penyebaran kuesioner sebanyak 50 responden, dan data anthropometri menggunakan acuan buku Eko Nurmianto.
Perancangan kondisi fasilitas fisik aktual pada gerbong kereta makan banyak yang tidak ergonomis dan fungsinya tidak sesuai sehingga beberapa fasilitas fisik dialihfungsikan, dimana fasilitas fisik gudang, lemari rak, jendela&meja penyajian, meja saji, box pendingin akan ditiadakan. Fasilitas fisik meja bar, meja dan kursi makan, lemari gantung 1 & 2, akan dirancang ulang dan fasilitas fisik tambahan meja baca, kursi baca, dan meja balkon akan dirancang baru. Lingkungan fisik aktual temperatur dan kelembaban, kebisingan, dan pecahayaan akan diperbaiki agar lebih nyaman, dimana kondisi temperatur dan kelembaban yang tinggi pada siang dan sore menjadi panas, kebisingan bersumber dari bawah gerbong, dan pencahayaan yang tidak merata. Perancangan dilakukan untuk memperbaiki kondisi aktual dimana fasilitas fisik dan lingkungan fisik diperbaiki dengan mendekati kondisi ideal, dimensi fasilitas fisik disesuaikan dengan data antropometri, lingkungan fisik temperatur dan kelembaban dengan memperbaiki/menambah AC dan exhaust fan, pencahayaan dilakukan dengan membuka area gerbong makan, memperbaiki penerangan, kebisingan diredam dengan karpet karet pada lantai dan karpet pada dinding. Penataan tata letak dilakukan dengan mengalihkan fungsi meja bar pada meja makan sehingga kapasitas penumpang bertambah, dan pada K3 dilakukan dengan menambah kotak P3K, APAR, dan adanya pelatihan. Pada perancangan layout dibuat 2 usulan, pada gerbong makan usulan 1 meliputi area dapur, area makan & area baca, sedangkan usulan 2 terdapat fasilitas tambahan berupa kursi pijat, fasilitas
viii Universitas Kristen Maranatha 1.6 Sistematika Penulisan ... 1-6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2-1 2.1 Sejarah Ergonomi ... 2-1 2.2 Ergonomi ... 2-3 2.3 Antropometri ... 2-5 2.4 Persentil ... 2-11 2.5 Konsep Perancangan Pengukuran ... 2-12 2.5.1 Konsep Perancangan ... 2-12 2.5.2 Karakteristik Teknik Perancangan dan Karakteristik Perancang ... 2-12
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI LANJUTAN
2.6.2 Temperatur dan Kelembaban ... 2-19 2.6.3 Pencahayaan dan Warna ... 2-20 2.6.4 Sirkulasi Udara dan Bau-bauan ... 2-23 2.7 Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 ) ... 2-24 2.8 Penyebaran Kuesioner ... 2-25 2.8.1 Kuesioner ... 2-25 2.8.2 Populasi ... 2-25 2.8.3 Sample ... 2-26 2.8.4 Skala Pengukuran ... 2-30 2.8.5 Perancangan Sistem Kerja ... 2-31 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
x Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI LANJUTAN
xi Universitas Kristen Maranatha 4.5.2 Temperatur dan Kelembaban Udara ... 4-33 4.5.3 Pencahayaan dan Warna ... 4-34 4.5.4 Sirkulasi Udara dan Bau – bauan ... 4-35 4.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 4-35 BAB 5 ANALISIS & PERANCANGAN ... 5-1
5.1 Analisis Ruangan ... 5-1 5.1.1 Analisis Gudang ... 5-1 5.1.2 Analisis Dapur ... 5-1 5.1.3 Analisis Ruang Operator ... 5-2 5.1.4 Analisis Gang Gerbong Makan ... 5-3
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI LANJUTAN
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI LANJUTAN
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI LANJUTAN
5.7.2.3 Analisis Tinggi Kursi Makan ... 5-82 5.7.2.4 Analisis Tinggi Sandaran Kursi Makan ... 5-82 5.7.3 Perancangan Ulang Meja Makan ... 5-84 5.7.4 Perancangan Ulang Lemari Gantung 1 ... 5-85 5.7.5 Perancangan Ulang Lemari Gantung 2 ... 5-86 5.7.5.1 Analisis Panjang Lemari Gantung 2 ... 5-89 5.7.5.2 Analisis Lebar Lemari Gantung 2 ... 5-89 5.7.5.3 Analisis Tinggi Lemari Gantung 2 ... 5-89 5.8 Perancangan Layout ... 5-91 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6-1
6.1 Kesimpulan ... 6-1 6.2 Saran ... 6-9 DAFTAR PUSTAKA
Area Dapur
Area Balkon dan Ruang Operator
DATA PENULIS
Nama : Astrid Desiyani
Alamat : Komplek bumi asri no c.288 RT 01 / RW 05, Bandung 40215
No Telepon : 022 – 6006911
No Handphone : 082126073786 / 085624100235 Alamat Email : astriddesiyani@yahoo.com Pendidikan : SMA Negri 13 Bandung
Universitas Kristen Maranatha Jurusan Teknik Industri Nilai Tugas Akhir : A
1 – 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Saat ini, Transportasi memegang peranan yang besar bagi setiap manusia. Di antara alat-alat transportasi yang ada saat ini, mulai dari transportasi darat, laut, dan udara. Dari ketiganya salah satu transportasi yang diandalkan masyarakat yaitu transportasi darat. Transportasi darat merupakan alat transportasi yang dapat digunakan secara masal, mudah, ekonomis dan telah digunakan sudah lama di Indonesia.
Kereta api selain digunakan oleh kalangan menengah kebawah juga digunakan oleh kalangan menengah keatas. Alat transportasi kereta api ini praktis tidak perlu repot-repot untuk mengendarai kendaraan terutama untuk perjalanan yang jauh, terbebas dari resiko kemacetan, ongkos yang dikeluarkan lebih ekonomis dibandingkan ongkos yang dikeluarkan dalam menggunakan kendaraan pribadi.
Peluang yang sangat besar dan menjanjikan ini, akan sangat menguntungkan bagi pihak PT. Kereta Api Indonesia ( KAI ). Hal ini akan terjadi bila pihak PT. Kereta Api Indonesia tanggap terhadap keadaan yang ada dan berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap konsumennya, karena konsumen lebih selektif dalam memilih dan menentukan transportasi yang akan digunakan. Faktor selektif timbul dari konsumen ini, membuat setiap perusahaan transportasi berusaha agar pelayanan yang diberikan memberikan kepuasan bagi konsumen.
Bab 1 Pendahuluan 1 - 2
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha Argo Willis Bandung – Surabaya yang menempuh perjalanan selama 11 jam 25 menit dari pukul 07.00 – 18.25.
Melihat kondisi tersebut pihak PT.KAI menginginkan gerbong kereta makan yang lebih baik dibandingkan dengan gerbong kereta makan yang telah ada saat ini. Bukan saja memperhatikan gerbong kereta agar lebih baik tetapi melihat lingkungan fisik mulai dari pencahayaan, kelembaban udara, temparatur udara, kebisingan, sirkulasi udara serta kesehatan keselamatan kerja ( K3 ).
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan penulis maka identifikasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Menurut survey sebagian penumpang lebih menyukai jika ada gerbong kereta makan karena tidak monoton. Gerbong kereta makan memiliki tempat duduk tidak sama seperti pada gerbong penumpang sehingga menjadi lebih santai untuk bercakap-cakap tanpa mengganggu penumpang lainnya.
2. Banyak penumpang yang merokok dimana saja diantaranya di area antar rel dan di area makan, sedangkan pada area makan tidak ada exhaust fan dan ventilasi yang maksimal untuk menarik asap rokok sehingga menganggu penumpang lainnya.
3. Banyak penumpang yang butuh hiburan selama di perjalanan sehingga tidak merasa bosan.
4. Banyak penumpang yang merasa kelelahan dan pegal-pegal setelah sampai tujuan.
5. Dapur yang sempit dan pengap sehingga menyulitkan pramugari atau koki restoran kereta api untuk memasak dan menyiapkan hidangan makanan. 6. Posisi meja bar yang mengakibatkan penumpang tidak nyaman ketika
Bab 1 Pendahuluan 1 - 3 penumpang, tetapi tidak dapat digunakan secara maksimal untuk makan penumpang, karena tinggi meja makan dan kursi makan tidak sesuai. 9. Penataan ruang gerbong kereta makan yang kurang baik menyebabkan
suasana yang suram.
1.3Batasan dan Asumsi
Untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Karena belum tersedianya data anthropometri orang Indonesia secara lengkap dan distandarisasi oleh Persatuan Ergonomi Indonesia (PEI) atau badan lain, maka data anthropometri yang digunakan di ambil dari buku Eko Nurmianto, mengenai data anthropometri orang Indoesia.
2. Satuan dimensi dalam milimeter ( mm ).
3. Ukuran panjang pada gerbong yaitu 22.000 milimeter, lebar 2.910 milimeter, dan tinggi 2.280 milimeter.
4. Panjang adalah ukuran suatu bidang yang sejajar dengan dada saat berada pada sisi kiri atau sisi kanan gerbong.
5. Lebar adalah ukuran suatu bidang yang tegak lurus dengan dada saat berada pada sisi kiri atau sisi kanan gerbong.
6. Tinggi adalah jarak yang diukur secara vertikal dengan bidang yang diamati.
7. Sarana fisik yang diamati terbagi menjadi 3 yaitu area makan ( meja bar, kursi bar, meja makan, dan kursi makan ), area gudang dan area dapur. 8. Lingkungan fisik yang diamati meliputi pencahayaan, temperatur udara,
kelembaban udara, kebisingan dan sirkulasi udara.
Bab 1 Pendahuluan 1 - 4
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 10.Pada perancangan Gerbong Makan Kereta Api ini tidak dilakukan
penambahan dimensi gerbong, mengikuti dimensi Gerbong Kereta Makan yang telah ada.
11.Peresentil yang dipergunakan adalah 5%, 50% dan 95%.
12.Pemilihan bahan dan material ditentukan oleh pihak PT. Kereta Api. 13.Dalam penelitian ini tidak memperhitungkan anggaran biaya dalam
perancangan ulang layout.
14.Kuesioner yang disebarkan sebanyak 50 responden.
15.Pada kuesioner hasil perhitungan jika ≥ 50% maka akan penulis pertimbangkan.
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Data anthropometri yang diambil dari buku Ergonomi : konsep dan Aplikasinya, karya Eko Nurmianto dianggap mewakili data anthropometri penumpang Kereta Api.
2. Besarnya kelonggaran yang digunakan hak sepatu 20 mm 3. Besarnya kelonggaran pakaian 20 mm.
4. Besarnya kelonggaran lebar tas kecil 70 mm.
1.4Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana keergonomisan sarana fisik di gerbong makan kereta api seperti meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang pada saat ini?
2. Bagaiamana tata letak sarana fisik seperti meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang pada saat ini?
Bab 1 Pendahuluan 1 - 5
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 4. Bagaimana keadaan lingkungan fisik seperti pencahayaan, temperatur,
udara, kelembaban udara, kebisingan, dan sirkulasi udara pada saat ini? 5. Bagaimana sarana fisik di gerbong makan kereta api seperti meja bar, kursi
bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang yang ergonomis?
6. Bagaiamana tata letak sarana fisik seperti meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang yang ergonomis?
7. Berapa kapasitas penumpang yang dapat ditampung di gerbong kereta makan setelah perancangan?
8. Bagaimana lingkungan fisik seperti pencahayaan, temperatur, udara, kelembaban udara, kebisingan, dan sirkulasi udara yang ergonomis? 9. Bagaimana fasilitas fisik tambahan yang ada di gerbong kereta makan?
1.5Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Menganalisis keergonomisan sarana fisik dari gerbong makan kereta api yang meliputi meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang saat ini.
2. Menganalisis tata letak sarana fisik seperti meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang.
3. Menganalisis kapasitas penumpang yang dapat ditampung di gerbong kereta makan saat ini.
4. Menganalisis keadaan lingkungan fisik seperti pencahayaan, temperatur, udara, kelembaban udara, kebisingan, dan sirkulasi udara pada saat ini. 5. Menganalisis dan merancang sarana fisik gerbong makan kereta api seperti
meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang yang ergonomis.
6. Menganalisis dan merancang tata letak sarana fisik seperti meja bar, kursi bar, meja makan, kursi makan, dapur, dan gudang yang lebih baik dan ergonomis.
Bab 1 Pendahuluan 1 - 6
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 8. Menganalisis dan merancang lingkungan fisik seperti pencahayaan,
temperatur udara, kelembaban udara, kebisingan, dan sirkulasi udara agar ergonomis.
9. Menganalisis fasilitas tambahan yang dibutuhkan penumpang.
1.6Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir ini yaitu sebagai berikut :
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian yang dilakukan dalam menyusun laporan tugas akhir ini. Adapun teori-teori yang digunakan adalah Ergonomi, Anthropometri, dan Lingkungan Fisik.
BAB 3 : Metodologi Penelitian
Bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang disajikan dalam bentuk Flow Chart yang disertai keteranga-keterangan terperincinya.
BAB 4 : Pengumpulan Data
Bab 1 Pendahuluan 1 - 7
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha BAB 5 : Analisis dan Perancangan
Bab ini berisi hasil pengolahan data dan analisis data, data yang dianalisis meliputi dimensi sarana fisik (berdasarka data anthropometri), lingkungan fisik (pemcahayaan, temperatur udara, kelembaban udara, kebisingan, sirkulasi udara, serta warna), tata letak fasilitas yang ada (seperti area makan dan area dapur) yang ada pada Gerbong Makan Kereta Api serta K3 pada saat ini. Dari hasil analisis apakah keadaan Gerbong Makan Kereta Api sudah ergonomis atau belum. Adapun perbaikan dan perancangan sarana fisik dan lingkungan fisik dan tata letak gerbong makan kereta api. BAB 6 : Kesimpulan dan Saran
6 - 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Keergonomisan Sarana Fasilitas Fisik Gerbong Kereta Makan
Meja Bar
Panjang Meja Bar
Panjang meja bar usulan mengikuti ukuran aktual namun bentuk dan fungsi meja bar perancangan berubah sehingga panjang ukuran meja bar menjadi panjang horizontal 2450 mm dan panjang vertikal 1690 mm. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.1.1
Lebar Meja Bar
Lebar meja bar usulan mengikuti ukuran aktual karena sudah dinilai ergonomis yaitu 380 mm, namun karena bentuk dan fungsi meja bar berubah maka meja bar dirancang ulang disesuaikan dengan fungsi dari meja bar sekarang. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.1.2
Tinggi Meja Bar
Tinggi meja bar usulan mengikuti ukuran aktual namun fungsi meja bar perancangan berubah sehingga ukuran tinggi meja bar 1100 mm. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.1.3
Kursi Makan
Panjang Kursi Makan
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 2
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha
Lebar Kursi Makan
Lebar kursi makan dinilai belum ergonomis karena lebar 550 mm tidak berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga lebar kursi makan perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.2.2
Tinggi Kursi Makan
Tinggi kursi makan dinilai belum ergonomis karena tinggi 520 mm ukuran tersebut terlalu tinggi, tidak berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga tinggi kursi makan perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.2.3
Tinggi Sandaran Kursi Makan
Tinggi sandaran kursi makan dinilai belum ergonomis karena tinggi 480 mm ukuran tersebut terlalu tinggi, tidak berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga tinggi sandaran kursi makan diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.2.4
Meja Makan
Panjang Meja Makan
Panjang meja makan dinilai belum ergonomis karena panjangnya yang 1230 mm tidak berada pada ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga panjang meja makan perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.2.3.1
Lebar Meja Makan
Lebar meja makan dinilai belum ergonomis karena lebar 600 mm tidak berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan terlalu lebar dan akan memakan ruang, sehingga lebar meja makan perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.2.3.2
Tinggi Meja Makan
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 3
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha
ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga tinggi meja makan perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.2.3.3
Lemari Gantung 1
Panjang Lemari Gantung 1
Panjang lemari gantung 1 dinilai belum ergonomis karena panjangnya yang 2770 mm tidak berada pada ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga panjang lemari gantung 1 perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.2.6.1
Lebar Lemari Gantung 1
Lebar lemari gantung 1 dinilai belum ergonomis karena lebar 380 mm tidak berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga lebar lemari gantung 1 perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.2.6.2
Tinggi Lemari Gantung 1
Tinggi lemari gantung 1 dinilai belum ergonomis karena tinggi 440 mm, tidak berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga tinggi lemari gantung 1 perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.2.6.3
Tinggi Lemari Dari Lantai
Tinggi lemari dari lantai dinilai belum ergonomis karena tinggi 1840 mm ukuran tersebut terlalu tinggi, tidak berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga tinggi lemari gantung 1 diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.2.6.4
Handel
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 4 aktual, panjang lemari mengikuti panjang dari meja bar. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.5.1
Lebar Lemari Gantung 2
Lebar lemari gantung 2 dinilai sudah ergonomis karena lebar 380 mm berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga lebar lemari gantung 2 tidak perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.5.2
Tinggi Lemari Gantung 2
Tinggi lemari gantung 2 dinilai sudah ergonomis karena tinggi 370 mm, berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga tinggi lemari gantung 2 tidak perlu diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.5.3
Tinggi Lemari Dari Lantai
Tinggi lemari dari lantai dinilai sudah ergonomis karena tinggi 1700 mm ukuran tersebut berada pada dimensi perhitungan ukuran perancangan yang diusulkan, sehingga tinggi lemari gantung 2 tidak diperbaiki. Dapat dilihat pada sub bab 5.7.5.4
Balkon
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 5
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha
Meja Balkon
Panjang Meja Balkom
Panjang meja Balkom di rancang berdasarkan lebar bahu maksimum laki – laki sehingga pada saat digunakan tidak sesak dan berdempetan. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.7.1
Lebar Meja balkon
Lebar meja balkon dirancang berdasarkan perhitungan panjang tangan minimum pria, adanya perhitungan antropometri tersebut agar penumpang dapat berpegangan atau bertumpu pada meja pada saat berdiri. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.7.2
Tinggi Meja Balkon
Tinggi meja balkon dirancang berdasarkan ukuran dimensi penumpang pada saat berdiri sehingga tinggi meja balkon tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.7.3
Kursi Baca
Panjang Kursi Baca
Panjang kursi baca dirancang berdasarkan lebar panggul maksimum wanita agar yang menggunakannya merasa nyaman karena duduk tidak sempit. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.8.1
Lebar Kursi Baca
Lebar kursi baca dirancang berdasarkan Jarak lipat lutut ke pantat politeal rata – rata dari pria dan wanita agar pada saat duduk jarak duduk tidak jauh yang mengakibatkan kaki kita menggantung. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.8.2
Tinggi Kursi Baca
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 6
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha
Tinggi Sandaran Kursi Makan
Tinggi sandaran kursi baca dirancang berdasarkan ½ tinggi badan pada posisi duduk, sehingga penumpang pada saat membaca dapat menyandar dengan empuk. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.8.4
Meja Baca
Panjang Meja Baca
Panjang meja baca dirancang berdasarkan 2 x lebar majalah dengan kelonggaran 100 mm, diberi kelonggaran agar pada saat menyipan koran mudah tidak sempit. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.9.1
Lebar Meja Baca
Lebar meja baca dirancang berdasarkan panjang majalah sehingga majalah dapat tersimpan dengan allowance 100 mm, digunakan agar pada penyimpanan majalah tidak terlalu pass. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.9.2
Tinggi Meja Baca
Tinggi meja baca dirancang berdasarkan Jarak lipat lutut politeal rata rata – rata wanita agar, ukuran ini disesuaikan dengan tinggi kursi baca. Dapat dilihat pada sub bab 5.6.9.3
2. Tata Letak Sarana Fisik Pada Gerbong Kereta Makan
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 7
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha
3. Kapasitas Penumpang Yang Dapat Ditampung Saat Ini
Kapasitas penumpang pada meja bar dan kursi bar yaitu untuk 9 penumpang dan pada meja makan kapsitas penumpang 16 penumpang. Dengan tersedianya 25 kapasitas tempat duduk untuk penumpang banyak penumpang yang tidak dapat menggunakan fasilitas gerbong makan.
4. Lingkungan Fisik
Kebisingan pada gerbong kereta makan ini berkisar 82,4 dB – 95,2 dB, kebisingan seperti ini menimbulkan bunyi yang sangat berisik sehingga perlu adanya peredam suara dari luar agar tidak berisik.
Temperatur pada gerbong kereta makan berkisar 220C – 30,10C, pada siang dan sore hari temperatur gerbong sangat panas yang mengakibatkan panas dan kurang nyaman. Sehingga suhu AC lebih rendah pada siang dan sore hari sehingga tidak terasa panas.
Pencahayaan pada gerbong kereta makan ini tidak menyebar diantara 44 lux – 382 lux, hal ini disebabkan karena perjalanan siang sehingga cahaya akan keluar jika ada sorotan matahari yang melewat jendela.
5. Sarana Fasilitas Fisik yang Dirancang
Sarana fasilitas fisik yang dirancang pada gerbong kereta makan dirancang menggunakan data antropometri yang terdapat pada buku Eko Nurmianto. Dilakukan agar dalam perancangan ukuran rancangan yang diperoleh tepat sehingga nyaman untuk para penumpang.
6. Tataletak Sarana Fisik yang Diusulkan
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 8
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha
penumpang mendapatkan hiburan dengan dapat menikamti karaoke, nonton film, mendengarkan musik, sesuai dengan jadwal yang telah di atur.
Tataletak sarana fisik perancangan usulan 2 dilihat dari arah utara pada bagian paling kiri terdapat dapur terbuka denga pembatas area dapur dan penumpang meja bar, di depan meja bar terdapat kursi baca, pada bagian tengah sampai belakang terdapat area makan, dan pada bagian kanan terdapat ruang operator. Tataletak yang diusulkan memberikan fasilitas untuk makan lebih banyak di bandingkan usulan pertama, namun pada usulan ke dua tidak ada fasilitas fisik tambahan menurut permintaan konsumen.
7. Kapasitas Penumpang Yang Dapat Ditampung Saat Ini
Kapasitas penumpang meja bar pada perancangan usulan fungsi meja bar dialihkan kepada kursi makan sehingga meja bar digunakan untuk meja saji, pemesanan, dan pemakaian meja bar berdiri ( misal : minum ). Sedangkan pada meja makan dibuat agar kapasitas penumpang dapat banyak, karena 1 meja dapat menampung 4 penumpang. Pada perancangan usulan dibuat 2 rancangan uslan, perancangan usulan pertama dapat menampung 36 prnumpang di area makan, dan pada perancangan usulan 2 dapat menampung 56 penumpang di area makan.
8. Lingkungan Fisik Usulan pada Gerbong Kereta Makan
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6 - 9
Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha
6.2 Saran
Bagi Pihak PT.Kereta Api
Pada saat ini jasa transportasi darat merambah yang mengakibatkan saingan terbesar bagi PT. Kereta Api, agar tidak kalah saing salah satunya memperhatikan fasilitas fisik dan lingkungan dari gerbong kereta makan agar penumpang memiliki minat karena fasilitas fisik yang baik. Untuk itu semoga PT. Kereta Api dapat menggunakan usulan perancangan ulang dari penelitian tugas akhir peneliti, agar dapat meningkatkan kapasitas penumpang yang menggunakan jasa kereta api.
Bagi Mahasiswa atau Mahasiswi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
1. Dosen & Team Asisten Laboratorium Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi II; Kumpulan Teori Diktat Kuliah APK & E II; Universitas Kristen Maranatha ; 2007, Bandung, Indonesia.
2. Katrin, Kroemer, Elbert; 2001; Ergonomic, How To Design For Ease and Efficiency, Second Edition, Prentice Hall.
3. Nurmianto, Eko; 1998; Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua, Penerbit Guna Wijaya.
4. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d5051_0611025_chapter3.pdf ( fish Bone )
5. Sistem dan Standar Pencahayaan Ruang « Kesehatan Lingkungan.htm 6. Sugiyono; 2008; Metode Penelitian Bisnis, cetakan kedua belas, Penerbit
Alfabeta, cv.
7. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja; Teknik Perancangan Sistem Kerja; Institut Teknologi Bandung; 2006, Bandung Indonesia
8. Tim Asisten Laboratorium Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi I;
APK & E I kumpulan modul edisi ke 6; Universitas Kristen Maranatha; 2006, Bandung, Indonesia.
9. Weimer,J,; “Handbook Of Ergonomic and Human Factor Tables”,PTR
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jerset, 1993.