5 A. Definisi
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum.
Penyakit tersebut biasanya terjadi pada remaja ataupun bisa terdapat disegala umur (Rathi, 2011). Jerawat merupakan penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaadmaja, 2011 ). Penyakit tersebut dicirikan dengan komedo terbuka atau tertutup yang tidak meradang dan papula, pustula, nodul yang meradang (Rao, 2014).
B. Fisiologi
Jerawat secara primer merupakan penyakit yang diderita pada usia dewasa muda, dengan 85% dipengaruhi berdasarkan tingkat keparahan.
Jerawat dimulai pada masa pubertas dengan peningkatan produksi hormon seks. Ketika jerawat terjadi pada usia 8-12 tahun, komedo sebagai karakteristik utamanya mengenai bagian dahi dan pipi. Jerawat timbul dengan frekuensi paling sering antara usia 15-18 tahun pada pria maupun wanita. Angka kejadian di Indonesia diperkirakan kurang lebih 15 juta penduduk dengan usia 13-40 tahun yang mengalami jerawat (acne vulgaris).
Namun dengan peningkatan usia, jerawat lebih diderita oleh wanita daripada pria. Pada wanita, akne kadang akan menetap hingga usia 30-an (Wasitaadmaja, 2011).
Di Indonesia, berdasarkan penelitian dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita akne pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Kebanyakan penderitanya adalah remaja dan dewasa yang berusia antara 11-30 tahun dan beberapa tahun belakangan ini para ahli dermatologi di Indonesia mempelajari patogenesis terjadinya penyakit tersebut. Meskipun demikian, akne juga dapat terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua daripada usia tersebut (Kabau, 2012).
C. Etiologi
Penyebab pasti timbulnya akne vulgaris belum diketahui secara jelas dan pasti. Namun beberapa faktor yang berperan dalam munculnya akne vulgaris antara lain akibat hipersekresi hormon androgen, meningkatnya sekresi sebum, bertambahnya jumlah Propionibacterium acnes, hiperkeratosis yang membentuk mikrokomedo, dan meningkatnya respon inflamasi. Pengaruh genetik terhadap munculnya akne vulgaris dibuktikan dengan ditemukannya 50% pasien akne vulgaris memiliki keluarga dengan riwayat akne vulgaris. Kebiasaan merokok atau paparan asap rokok juga meningkatkan kejadian akne vulgaris dan keparahannya. Serta terkena paparan sinar matahari juga menjadi penyebab munculnya akne vulgaris karena radiasi sinar ultra violet akan menyebabkan peroksidasi yang komedogenik dan reaksi inflamasi (Schafer T, et al., 2001 dan Holzmann R, Shakery K, 2014).
Pada umumnya akne vulgaris muncul ketika adrenarche yaitu masa pubertas saat terjadi lonjakan produksi hormon adrenal yang pada akhirnya akan menstimulasi perkembangan kelenjar sebasea dan produksi sebum.
Pada seseorang yang rentan, berbagai penyakit akibat dermatosis androgenik dapat ditemukan seperti alopesia androgenik, seborea, hirsutisme, dan akne vulgaris. Pemicu akne vulgaris dewasa bukan hanya pada produksi sistemik namun juga pada produksi lokal hormon androgen (Deplewski D, Rosenfield RL., 2000 danOrentreich N, et al., 1984).
Adanya bakteri pada wajah dalam kegiatan sehari-hari yang sering ditemukan pada penggunaan antibiotik untuk akne vulgaris dalam durasi waktu yang lebih lama daripada yang dianjurkan. Penggunaan antibiotik yang berkepanjangan akan menyebabkan penyebaran jerawat menjadi resisten terhadap antibiotik standar untuk terapi akne vulgaris (Whitehouse H. J, 2016).
Sebanyak 95% kasus akne vulgaris disebabkan oleh kosmetik. Acne cosmetic memiliki gambaran berupa AVR menetap pada usia dewasa (Kligman, 1992). Waktu pada saat penggunaan kosmetik tidak berhubungan bermakna dengan keparahan akne vulgaris dan penghentian penggunaan kosmetik tidak menimbulkan perbaikan akne vulgaris. Peran kosmetik secara langsung pada akne vulgaris tidak ditemukan, namun kosmetik dapat memicu folikel untuk membentuk akne (Thiboutot D, Gilliland K, Light J, Lookingbill D. A, 1999).
D. Patogenesis
Patogenesis akne vulgaris memiliki 4 faktor penyebab yaitu (1) folikel epidermis yang mengalami proliferasi berlebih, (2) hipersekresi sebum, (3) Inflamasi, dan (4) keberadaan Propionibacterium acnes. Folikel epidermis yang mengalami proliferasi berlebih akan menyebabkan epitel folikel rambut hiperkeratosis sehingga terjadi kohesi antar keratinosit. Kohesi ini akan menyebabkan ostium folikel tersumbat sehingga meimbulkan dilatasi folikel dan terbentuk komedo. Kemudian terjadi hipersekresi sebum pada kulit penderita akne vulgaris yang akan memproduksi sebum dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kulit tanpa akne dengan komposisi sebum yang sama. Trigliserida adalah komponen penting dari sebum yang dihasilkan. Propionibacterium acnes yang merupakan flora normal kulit berupa bakteri gram positif anaerob akan memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas digunakan oleh bakteri ini untuk membentuk kolonisasi yang lebih banyak sehingga inflamasi terjadi dan komedo terbentuk (Sitohang IBS, 2011).
Inflamasi dan keberadaan Propionibacterium acnes menimbulkan reaksi inflamasi yang disebabkan oleh keberadaan P. acnes melalui beberapa mekanisme. Pertama, adanya antigen di dinding P. acnes menyebabkan munculnya antibodi terhadap bakteri ini. Kedua, lipase, protease, hialuronidase dan faktor kemotaktik berperan menjadi penyebab munculnya rekasi hipersensitivitas tipe lambat. Melalui ikatannya dengan Toll-like receptor 2 (TLR-2) pada monosit dan sel polimorfonukleus (PMN) yang mengelilingi folikel sebasea akan menstimulasi produksi sitokin (Thiboutot D, et al., 1999 dan Ganceviciene R, et al., 2009).
E. Pathway
Gambar 2.1 Pathway Acne Vulgaris
(Jurnal Kedokteran Universitas Palangkaraya, 2020)
F. Tanda dan Gejala
Jerawat dapat tumbuh hampir di seluruh bagian tubuh, namun umumnya, leher, bahu, dada, dan punggung. Gejalanya adalah munculnya bintik (komedo) yang berwarna hitam atau putih. Komedo hitam adalah bintik berwarna hitam yang muncul di permukaan kulit. Bintik hitam tersebut bukan berasal dari kotoran, namun karena terpapar dengan oksigen di udara. Sedangkan komedo putih terletak di bawah permukaan kulit, dan memiliki tekstur yang lebih keras. Selain komedo hitam dan komedo putih, ada pula bentuk jerawat yang diperparah oleh peradangan seperti yang dijabarkan oleh dr. Tjin Willy (2018), di antaranya:
1. Pustula merupakan benjolan kecil yang di ujungnya terdapat nanah.
2. Papula merupakan benjolan kecil kemerahan yang biasanya menyakitkan.
3. Nodul merupakan benjolan keras yang terbentuk di bawah permukaan kulit dan kadang terasa menyakitkan.
4. Kista merupakan benjolan besar berisi nanah yang terasa menyakitkan. Sama seperti nodul, jerawat kista juga terbentuk di bawah permukaan kulit.
G. Komplikasi
Semua tipe jerawat atau acne berpotensi meninggalkan sekuele.
Hampir semua lesi akne akan meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh. Pada warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan berbulan-bulan setelah lesi akne sembuh. Akne juga dapat menyebabkan terjadinya scar pada beberapa individu. Selain itu, adanya akne juga menyebabkan dampak psikologis.
Dikatakan 30–50% penderita akne mengalami gangguan psikiatrik karena adanya akne (Zaenglein dkk., 2012).
Jaringan parut atau bekas luka jerawat yang sering disebut bopeng adalah komplikasi jerawat yang umum terjadi. Meski semua jenis jerawat dapat menimbulkan bopeng, tetapi yang paling sering meninggalkan bekas adalah jerawat bentuk nodul dan kista. Selain itu, bopeng juga dapat timbul akibat memecahkan jerawat dengan sengaja. Ada 3 jenis jaringan parut pada kasus jerawat. Pertama, jaringan parut berupa lubang kecil dan dalam di permukaan kulit, seperti ditusuk dengan jarum (ice pick scars). Kedua, jaringan parut yang terbentuk di bawah permukaan kulit, sehingga membuat kulit tidak rata (rolling scars). Ketiga, jaringan parut yang berbentuk lonjong dan menyerupai kawah (dr. Tjin Willy, 2018). Untuk menghilangkan bekas jerawat hanya dapat dilakukan dengan tindakan bedah kosmetik, di antaranya:
1. Dermabrasi, dilakukan dengan mengangkat lapisan luar kulit menggunakan laser atau sikat kawat khusus.
2. Terapi laser, dapat digunakan untuk mengobati bekas luka jerawat yang ringan dan menengah. Pengobatan laser dibagi menjadi dua, yaitu pengobatan laser ablatif dan nonablatif. Pada prosedur ablatif, laser digunakan untuk mengangkat bagian kecil kulit di sekitar bekas luka, untuk menghasilkan sel kulit baru. Sedangkan pada prosedur nonablatif, laser digunakan untuk merangsang tumbuhnya protein kulit atau kolagen baru, yang akan membantu memperbaiki penampilan dan kerusakan akibat bekas luka.
3. Subcision, dalam prosedur ini, dokter akan memisahkan lapisan luar kulit dari jaringan parut yang ada di bawahnya. Pemisahan ini akan membuat darah menggumpal di area tersebut dan membentuk jaringan ikat. Jaringan ikat inilah yang akan meratakan jaringan parut dengan permukaan kulit.
H. Klasifikasi
Klasifikasi jerawat atau acne ada banyak versi yang dikemukakan.
Pengelompokan ini diperlukan untuk menentukan jenis terapi yang tepat.
Berdasarkan penelitian Pillsburry (1956), klasifikasi yang sudah lama mengelompokkan akne menjadi 4 skala berdasarkan perkiraan jumlah dan tipe lesi, serta luas keterlibatan kulit. Plewig dan Kligman pada tahun 2005 mengelompokkan akne vulgaris menjadi :
1. Acne komedonal
a. Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah b. Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah 2. Acne papul dan pustul
a. Grade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah b. Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah I. Penatalaksanaan
Terapi acne vulgaris terdiri dari beberapa modalitas, antara lain (James dkk., 2006; Ascenso dan Marques, 2009; Zaenglein dkk., 2012).
1. Terapi topikal
a. Retinoid topikal Retinoid topikal akan menormalkan proses keratinasi epitel folikuler, sehingga dapat mengurangi komedo dan menghambat terbentuknya lesi baru. Selain itu, juga memiliki efek anti inflamasi.
b. Benzoil peroksida memiliki efek anti bakterial yang poten.
Selain itu, dalam penggunaannya tidak akan terjadi resistensi P.
acnes.
c. Antibiotika topikal, Eritromycin dan clindamycin merupakan antibakterial topikal yang paling sering digunakan. Penggunaan antibiotik jenis ini saja akan menyebabkan peningkatan resistensi P. acnes. Penggunaan kombinasi dengan benzoil peroksida dapat mengatasai masalah ini. d. Sulfur, sodium sulfacetamide, resorcin dan asam salisilat Walaupun kelompok obat ini merupakan obat lama, namun penggunaanya masih sering dijumpai. Produk kombinasi antara sulfur dan sulfacetamida cukup efektif dalam mengatasi akne dan rosacea.
2. Terapi sistemik
a. Antibiotika oral digunakan untuk pengobatan akne vulgaris derajat sedang hingga berat atau pada kegagalan serta intoleransi terhadap terapi topikal. Pada umumnya memerlukan 6-8 minggu untuk menilai efikasinya. Beberapa antibiotika yang tersedia antara lain : Tetrasiklin, Doksisiklin, Minosiklin, Eritomycin, Clindamycin, dan Trimetoprim-Sulfametoxazole.
b. Terapi hormonal dengan tujuan terapi hormonal adalah untuk melawan efek androgen pada kelenjar sebasea. Adapun jenis – jenis yang dapat digunakan adalah : kontrasepsi oral, kortikosteroid, antiandrogen, agonis Gonadotropin releasing hormone.
c. Isotretinoin dengan penggunaan isotretinoin oral disetujui untuk kasus akne berat, rekalsitran, dan tipe nodular. Pada terapi ini, perlu diberikan edukasi yang baik kepada penderita karena obat ini memiliki banyak efek samping. Efek samping yang paling serius adalah efek teratogenik.
3. Modalitas lainnya
a. Kortikosteroid intralesi Kortikosteroid intralesi paling efektif untuk mengurangi inflamasi pada akne vulgaris tipe noduler.
Dosis yang direkomendasikan adalah injeksi suspensi Triamsinolon asetat 2,5-10 12 mg/mL sebanyak 0,05-0,25 mL per lesi. Kadang memerlukan dosis ulangan dalam interval 2 hingga 3 minggu.
b. Fototerapi dan laser Penggunaan terapi fotodinamik dan berbagai jenis laser masih dalam tahap penyelidikann. Walaupun terapi ini dapat menghancurkan kelenjar sebasea dan membunuh P.
acnes, namun metode ini masih dianggap kurang efektif.
c. Terapi akupunktur, terapi dengan menggunakan jarum akupunktur yang ditusukkan kedalam kulit pasien. Terapi akupunktur aman dan efektif dalam pengobatan acne yang berperan dalam pengurangan lesi inflamasi acne vulgaris.
J. Saran dan Anjuran
Berdasarkan tinjauan dari dr. Meva Nareza (2020), berikut saran anjuran untuk seserang yang mengalami acne vulgaris yaitu :
1. Pasien diharapkan mengubah gaya hidup yang sehat.
2. Hindari paparan sinar matahari langsung, gunanya untuk mencegah timbulnya jerawat.
3. Hindari menyentuh, mencongkel, atau memencet jerawat, karena dapat menambah munculnya jerawat baru.
4. Rutin berolahraga agar kondisi fisik tetap terjaga.
5. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang.
6. Kelola stress dengan baik.
7. Istirahat yang cukup.
2. Acne Vulgaris Menurut Ilmu Akupunktur A. Definisi
Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea. Menurut Chinese Medicine jerawat termasuk Fei Feng Fen Ci (Jerawat karena serangan angin pada paru) atau Feng Ci (jerawat). Penyakit ini di sebabkan adanya serangan pathogen angin panas yang menyerang paru, konsumsi makanan pedas dan berminyak secara berlebih sehingga terjadi akumulasi panas pada lambung dan usus (Yin&Liu, 2000).
Dalam Chinese Medicine kelenjar sebaseous terkait dengan paru dan limpa. Jerawat tergolong pada deferensiasi sindrom akumulasi dahak.
lembab dan panas dapat berakumulasi pada kulit dan jaringan sehingga menyebabkan peradangan dan pembengkakan (Mansu,2019).
B. Etiologi dan Patofiologi
Dalam Traditional Chinnese Medicine, jerawat bisa disebabkan oleh stagnasi darah yang disebabkan oleh kelembapan dan kehangatan kulit.
Kelebihan atau ketidakcukupan dorongan alami (hormone), memudarnya peredaran Yin Yang pada wanita, pola makan yang salah, dan stres emosional dan frustrasi. Berikut adalah penyebab dan mekanisme terjadinya acne vulgaris :
1. Faktor diet yang tidak tepat
Kecenderungan memilih jenis makanan atau menyukai makanan tertentu seperti makanan yang terlalu berlemak atau manis, makanan laut, makanan pedas, dan alkohol dapat menyebabkan akumulasi lembab dan panas di lambung. Dalam TCM, adanya akumulasi panas dan lembab di usus menyebabkan panas naik ketubuh bagian atas dan merusak otot dan kulit, terutama bagian wajah dan menyebabkan terjadinya acne vulgaris dan kulit berminyak (Sanjaya, 2014).
2. Faktor patogen
Faktor patogen internal seperti angin, dingin, panas, kering dan api dapat masuk ke dalam kulit fungsi qi vital (Zhong Qi) dan organ internal terganggu, sehingga dapat menyebabkan timbulnya acne vulgaris pada wajah (Yihou, 2004).
3. Buruknya kualitas dan kuantitas tidur
Manusia setidaknya membutuhkan waktu tidur malam 6,5- 7 jam per hari, dan tidur dimulai tidak lebih dari jam 11 malam karena masa tidur yang optimal untuk pemulihan fungsi organ- organ tubuh dan kulit antara pukul 12 hingga 3 dini hari (Sanjaya, 2014).
4. Tekanan emosional
Lingkungan kerja atau pendidikan yang keras membuat orang menjadi mudah tertekan emosional, terutama pada wanita.
Pasien dengan kondisi stres emosional membutuhkan terapi psikologi untuk membantu mengurangi tekanan stres (Sanjaya, 2014). Marah yang berlebih dapat menggangu hati, hingga qi hati tidak terkontrol dan dapat menyebabkan api hati membara (Sim, 2008). Emosi yang berlebihan mengganggu fungsi hati. Ketika gangguan emosi berlangsung dalam jangka waktu lama,maka qi dan darah dapat mengalami stagnasi di meridian dan pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan munculnya masalah kulit seperti acne vulgaris (Yihou, 2004).
C. Diferensiasi Sindrom
Menurut Flaws (2005) macam sindrom dari acne vulgaris sebagai berikut :
1. Angin panas di meridian paru paru
Manifestasi klinis yang terjadi ketika seseorang mengalami sindrom angin panas di meridian paru-paru yaitu wajah cenderung merah dengan lesi merah yang terasa panas dan mungkin
menyakitkan serta mungkin ada bintil-bintil. Lidah merah dengan selaput kuning, dan denyut nadinya cepat dan mengambang.
2. Akumulasi lembab panas di lambung dan usus
Manifestasi klinis yang terjadi ketika seseorang mengalami sindrom akumulasi lembab panas di lambung dan usus yaitu lesi merah dengan papula nodular, terutama terletak di jalur yangming, kulit berminyak, nafsu makan yang kuat, mudah lapar, bau mulut, dengan haus keinginan untuk minuman dingin, tinja kering, buang air kecil sedikit, urine berwarna gelap, lidah merah dengan berlendir, selaput kuning, dan denyut nadi yang cepat dan licin.
3. Stagnasi darah
Manifestasi klinis yang terjadi ketika seseorang mengalami sindrom stagnasi darah yaitu bekas luka ungu, abadi, penyakit bandel, lidah berwarna ungu gelap atau bintik makula statis, kemungkinan ketidakteraturan menstruasi pada wanita, terdapat gumpalan saat menstruasi, dan denyut nadi kawat.
4. Defisiensi limpa mengakibatkan phlegma lembab
Manifestasi klinis yang terjadi ketika seseorang mengalami sindrom defisiensi limpa sehingga mengakibatkan phlegma lembab yaitu nodul kistik dalam di bawah kulit, berminyak kulit, kemungkinan dahak yang banyak, kemungkinan loose stools, lemak, lidah besar dan gemuk dengan selaput putih berlendir, dan licin atau moderat (rileks atau sedikit lambat).
5. Akumulasi panas beracun
Manifestasi klinis yang terjadi ketika seseorang mengalami sindrom akumulasi panas beracun yaitu pustula pada dasar eritmatus, lebih besar, lebih meradang, lesi lebih marah, abses vagina, mungkin nyeri, lesi juga di dada dan punggung atas, lidah merah dengan selaput kering dan kuning, denyut nadi cepat, kawat, dan licin.
D. Pemeriksaan Menurut Ilmu Akupunktur
Berdasarkan Traditional Chinese Medicine (TCM) menggunakan pemeriksaan yang cermat dari berbagai kelainan yang ada dan terlihat pada pasien yaitu menggunakan penglihatan (Wang), pendengaran dan penciuman (Wen), Anamnesa (Wun), Palpasi (Cie), (Saputra dan Idayanti, 2005) dan (Zuo, 2006).
1. Wang (Pengamatan)
Terdiri dari pemeriksaan shen (semangat), se (rona dari kecerahan), sing tay (bentuk tubuh) dan pengamatan lidah. Pengamatan shen (semangat) dalam kondisi normal adalah pasien dalam keadaan sadar semangat masih ada, air muka bercahaya, mata bersinar dan bicara jelas. Hal ini menunjukkan pasien dalam keadan kuat.
Pemeriksaan se (rona wajah) bertujuan untuk menentukan keadaan Qi dan darah organ Zhang Fu dengan cara memperhatikan warna kulit dan ekspresi wajah. Wajah kusam menandakan keadaan Qi lambung yang telah rusak atau mengalami gangguan. Pemeriksaan sing tay (postur tubuh) ditujukan untuk keadaan postur tubuh penderita dan keadaan penyakit dengan cara memperhatikan bentuk tubuh, gerakgerik, posisi tubuh, keadaan kulit, mata, hidung, tenggorokan, pernapasan, telinga, bibir, mulut dan kuku. Postur tubuh kurus dan sedikit bungkuk menandakan adanya defisiensi darah dan Yin Yang menahun.
Pada pemeriksaan lidah dapat menunjukkan gangguan pokok yang menjadi dasar penyebab kelainan. Ada empat hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan lidah yaitu:
a. Warna otot lidah menunjukkan keadaan Jing, Ying Qi, dan organ Yin.
b. Bentuk lidah menunjukkan keadaan darah dan Ying Qi.
c. Selaput lidah menunjukkan keadaan organ Yang.
d. Kelembaban menunjukkan keadaan cairan tubuh.
2. Wen (Pendengaran dan penciuman)
a. Pendengaran yaitu dilakukan dengan mendengarkan tinggi rendahnya suara, keras tidaknya suara, suara napas, bunyi, erangan, hiccup, borborigmus, atau suara apapun yang dikeluarkan oleh penderita.
b. Penciuman yaitu sering dipakai untuk menentukan diagnosis dalam TCM, berbagai bau tubuh yang dapat dihubungkan dengan organ di lima unsur. Misalnya, untuk asam untuk hati, gosong untuk jantung, bau tengik untuk paru, manis untuk limpa, dan busuk untuk ginjal.
3. Wun (Anamnesa)
Pada pemeriksaan anamnesa terdiri dari pemeriksaan status diet, status BAK dan BAB serta status organ. Status BAK normal dalam satu hari sebanyak 6 kali, yaitu 3-5 kali disiang hari dan 0-1 kali pada malam hari. Status BAB normal yaitu buang air besar dengan koonsistensi tidak terlalu keras dan kering, lembab dan berbentuk, serta berwarna kuning. Normalnya buang air besar dilakukan satu kali sehari.
Pada status diet makan dan minum menunjukkan kuat lemahnya kondisi limpa dan lambung pasien. Pemeriksaan tersebut sepertikeadaan haus dan ingin minum, keadaan nafsu makan dan kuantitas asupan makanan.
Pemeriksaan status organ dilakukan untuk mengetahui kondisi patologis dari organ zhang-fu, qi dan xue.
4. Cie (Palpasi) a. Palpasi Nadi
Lokasi untuk meraba nadi adalah diatas pergelangan tangan bagian ventral, yang dibagi menjadi tiga region: Cun, Guan, Chi.
Region yang berdekatan dengan processus styloideus adalah cun, kearah proksimal berturut-turut diikuti guan dan chi. Secara umum cun, guan, chi pada tangan kiri merupakan refleksi organ jantung, hati, ginjal. Sedangkan pada tangan kanan merupakan refleksi organ paru, limpa, pericardium.
Palpasi dilakukan dalam tiga tingkatan: secara ringan, agak berat, dan paling berat. Secara umum dilakukan pemeriksaan
menekan tiga jari bersama-sama dalam waktu yang sama, lalu kemudia dilakukan pemisahan tiga region. Untuk diferensiasi nadi digunakan istilah:
a. Dalam nadi (mengambang atau tenggelam) b. Kecepatan nadi (cepat atau lambat)
c. Kekuataan nadi (bertenaga atau lemah)
d. Bentuk nadi (tebal atau tipis seperti benang, lembut atau keras)
b. Palpasi pada tubuh
Bila terasa keras dan nyeri yang diperberat oleh tekanan pada palpasi, dianggap suatu sindrom ekses. Sebaliknya bila nyeri berkurang dengan tekanan pada palpasi dan terasa lembut, menunjukkan sindrom defisiensi.
c. Palpasi Titik Akupunktur
Pada buku Huang Ti Nei Ching dikatakan bahwa penekanan pada titik shu belakang dan titik yen dapat membantu untuk mengetahui organ mana yang terganggu. Perlu dilakukan penekanan titik-titik tersebut untuk membantu diagnosis. Selain pemeriksaan wang, wen, wun, dan cie adapun cara untuk mengelompokkan deferensiasi sindrom yakni yang dikenal dengan istilah delapan dasar diagnosa. Delapan dasar diagnosa adalah kumpulan gejala yang menunjukkan sifat atau jenis suatu kelainan yang merupakan ketidakseimbanagan Yin Yang dan digunakan sebagai dasar penegakan diagnosis. Delapan dasar diagnosa meliputi Yin dan Yang, eksterior dan interior, panas dan dingin, ekses dan defisien.
E. Terapi Akupunktur
Prinsip terapi akupunktur untuk sindroma angin panas di meridian paru paru, akumulasi lembab panas di lambung dan usus, stagnasi darah, defisiensi limpa mengakibatkan phlegma lembab, dan akumulasi panas beracun (Flaws, 2005) yaitu :
1. Angin panas di meridian paru
Prinsip terapinya adalah membuang angin panas yang berada di meridian paru dan membersihkan angin di organ paru. Titik yang digunakan pada sindorm tersebut adalah Yuji (LU 10) merupakan titik Ying Me paru yang berfungsi umtuk mereduksi panas di paru, Feishu (BL 13) merupakan titik untuk mentonifikasi paru, Quchi (LI 14) merupakan titik yang berfungsi untuk mereduksi panas secara general atau keseluruhan, Fengchi (GB 20) dan Jianjing ( GB 21) merupakan titik untuk membuang angin (Flaws, 2005).
2. Akumulasi lembab panas di lambung dan usus
Prinsip terapinya untuk membuang lembab panas yang berada di lambung dan usus serta menurunkan panas dilambung. Titik yang digunakan pada sindrom tersebut adalah Zhongwan (CV 12) yang merupakan titik Mu depan dari perut, Neiting (ST 44) merupakan titik Ying Lambung, Fenglong (ST 40) merupakan titik yang berfungsi untuk mengusir kelembaban, Zhangjuxu (ST 37) merupakan titik he bawah dari usus besar yang berfungsi untuk konstipasi, Zhigau (TE 6) titik yang berfungsi untuk gangguan konstipasi (Flaws, 2005).
3. Stagnasi darah
Prinsip terapinya untuk melancarkan aliran darah dan qi.
Titik yang digunakan pada sinrom tersebut adalah Geshu (BL 17), Xuehai (SP 10), Quanyuan (CV 4), Qihai (CV 6) yang merupakan titik formulasi untuk melancarkan aliran darah yang tersumbat (Flaws, 2005).
4. Defisiensi limpa mmengakibatkan phlegma lembab
Prinsip terapinya untuk menguatkan atau mentonifikasi limpa, membuang kelembaban dan memecah phlegma. Titik yang digunakan adalah Zusanli (ST 36), Daheng (SP 15), Pishu (BL 20) yang berfungsi untuk menguatkan organ limpa. Fenglong (ST 40) merupakan titik yang berfungsi untuk mengusir kelembaban dan
memecah phlegma, Danzhong (CV 17) digunakan untuk mengatasi masalah pada abdomen.
5. Akumulasi panas beracun
Prinsip terapi yang digunakan untuk sindrom ini adalah menurunkan panas dan menawarkan racun, tonifikasi Yin ginjal dan mengatur menstruasi. Untuk menurunkan panas yang bersifat racun dipergunakan titik seperti Dazhui (GV 14), Quchi (LI 11) , Taixi (KI 3) dan Shenshu (BL 23), Sanyinjiao (SP 6) terletak 3 cun dari malleolus eksternus serta Diji (SP 8), untuk mengaatur menstruasi.
Untuk emosi yang meledak-ledak dan nyeri payudara menjelang menstruasi dapat ditambahkan titik menenangkan liver seperti Taichong (LV 3). Pada titik Dazhui dapat dilakukan blood-letting bersama dengan cupping (Sanjaya, 2014).
F. Mekanisme Kerja Akupunktur
Akupunktur dapat mengaktifkan reaksi neurohormonal, mengaktifkan Retikuloendotelial (RES) yang berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh, bukan hanya menurunkan derajat lesinya saja (Plat, 1981). Penusukan akupunktur akan merangsang pembentukan inflamasi lokal, sehingga sel mengalami iritasi dan melepaskan bahan bahan kimia yaitu histamine, heparin, kinin prostease. Histamin akan membebaskan NO (nitric oxide) dari endotel vaskuler yang merupakan mediator berbagai reaksi-reaksi kardiovaskuler, neurologis, imun, digestif, dan reproduksi”. Ada dua reaksi yang digaris bawahi, yaitu reaksi imun dan reproduksi. Mekanisme kerja akupunktur pada system imun (pertahanan tubuh) dan reproduksi sangat berhungan dengan faktor penyebab munculnya jerawat (Acne vulgaris), dimana secara pathofisiologis jerawat ini di picu oleh faktor hormonal atau hormon reproduksi, stress dan kurang bersihnya kulit kita dari (debu, kosmetik,dll), (Saputra dan Sudirman, 2009).
Mekanisme kerja akupunktur melalui HPA (Hipotalamus Pyutari Adrenal) ini akan menyeimbangkan hormone, salah satunya adalah hormone kortisol yang berlebihan. Hormon kortisol yang berlebihan saat strees ini menjadi salah satu penyebab menurunnya sistem kekebalan tubuh kita, dengan kembali seimbangnya sistem system hormone maka sistem imun (kekebalan tubuh) kita kuat sehingga bakteri P.Acnes dapat di kontrol dan ditanggulangi penyebarannya dan mempercepat proses kesembuhan Acne vulgaris, (Hidayat, 2013).
G. Mekanisme Kerja Blood Letting
Mekanisme kerja blood letting adalah proses pembuangan darah kotor pada tubuh, terutama pada lokasi diantara jerawat. Dengan dilakukan blood letting diarea wajah disekitar jerawat akan timbul efek relaksasi dan pengecilan, jadi yang semula terdapat jerawat besar ketika dilakukan blood letting jerawat tersebut akan kempes. Selain itu dapat membuat peredaran darah yang awalnya stagnan akan menjadi lancar. Jadi, pembuangan darah atau blood letting terbukti dapat mrnjaga sekaligus meningkatkan sistem imunitas tubuh. Sistem imunitas dalam darah adalah tanggung jawab sistem humoral dan seluler, sehingga mempengaruhi sensitifitas makrofag dan sel T (Kumar, 2007).
Efek yang ditimbulkan dari blood letting adalah munculnya hormon dopamine yang membuat nyaman (Lestari (2017). Sedangkan hormon histamin yang ditimbulkannya memberi manfaat dalam proses reparasi (perbaikan) sel dan jaringan yang rusak,serta memacu pembentukan Reticulo Endothelial Cell, yang akan meninggikan daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh (Umar, 2008 dan Widada, 2010).