• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renja OPD Perubahan Tahun 2020 Dinas Kesehatan Kab. Bone Bolango

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Renja OPD Perubahan Tahun 2020 Dinas Kesehatan Kab. Bone Bolango"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya berkat dan perkenan-Nya Renja OPD Perubahan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2020 dapat disusun dan selesai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Penyusunan Renja OPD Perubahan mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD dan untuk bidang kesehatan mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan RI 2015-2019, RPJMD 2016-2021 Kabupaten Bone Bolango serta Renstra Dinas Kesehatan 2016-2021. Oleh karena itu penyusunan rancangan Renja OPD dapat dikerjakan secara simultan/paralel, dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi eksisting OPD, evaluasi pelaksanaan Renja OPD tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra OPD. Adanya refocusing anggarang dikarenakan penanggulangan pandemi COVID 19 juga merupakan salah satu alasan perubahan anggaran serta program kegiatan pada tahun 2020.

Dalam Renja OPD Perubahan Dinas Kesehatan tahun 2020, setiap usulan program dan kegiatan perlu didukung data atau informasi yang memadai dan akurat dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Data atau informasi dikumpulkan sedemikian rupa hingga memperlihatkan secara jelas capaian kinerja penyelenggaraan urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawab sesuai dengan tugas fungsi OPD . Perumusan program dan kegiatan sesuai dengan prioritas dan sasaran pembangunan kesehatan tahun yang direncanakan berdasarkan tingkat urgensi dan relevansinya, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan untuk memecahkan isu-isu penting terkait penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan sebagai pemberi layanan publik dibidang kesehatan yang kaitannya dalam pembangunan daerah yang merata.

Demikian penyusunan Renja OPD Perubahan Tahun 2020, dengan harapan Program dan kegiatan yang diusulkan dapat disetujui dan dianggarkan pada tahun anggaran 2020. Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Renja OPD Perubahan.

Tilongkabila, Agustus 2020 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango

dr. Meyrin Kadir NIP. 19710504 200604 2 025

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ……… .. i

Daftar Isi ……… ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Landasan Hukum ………. 2

1.3 Maksud dan Tujuan ………. 2

1.4 Sistematika Penyusunan ……… 3

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU ……….. 4

2.1 Evaluasi Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan ...………. 6

2.2 Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi ………... 20

2.3 Review Rancangan Awal Renja SKPD ……….. 21

2.4 Penelaahan Usulan Masyarakat ………. 21

BAB III TUJUAN DAN SASARAN RENJA PERANGKAT DAERAH ...……… 22

3.1 Tujuan dan Sasaran ... ……… 22

3.2 Strategi dan Arah Kebijakan ... ………. 24

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN TAHUN 2019 ……… 26

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN PERUBAHAN TAHUN 2019 ……… 29

BAB VI PENUTUP ………... 30

(3)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dokumen Rencana Kerja (RENJA) Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini adalah dokumen kerja Organisasi Perangkat Daerah untuk masa kerja satu tahun kedepan.

Dokumen ini menjadi penting karena dalam masa tersebut, OPD berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai dengan dokumen perencanaan ini. Selain itu urgensi penyusunan Renja OPD ini adalah :

1. Menjadi acuan penyusunan RKA-OPD

2. Dasar penilaian kinerja Kepala OPD

3. Menjadi acuan penyusunan LKIP OPD

Renja SKPD Dinas Kesehatan dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi yang penting agar pembangunan dapat berjalan secara lebih sistematis, komprehensif dan tetap fokus pada pemecahan masalah-masalah mendasar yang dihadapi Kabupaten Bone Bolango khususnya di bidang kesehatan. Dokumen perencanaan ini bersifat jangka pendek dan mengacu kepada Visi Misi Bupati Bone Bolango dalam menjadikan Bone Bolango Cemerlang seperti yang tertuang dalam RPJMD, Visi Misi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango, dan mendukung Visi, misi dan arah kebijakan pembangunan bidang kesehatan di Provinsi Gorontalo serta utamanya mendukung Visi Misi Presiden yang tertuang dalam Nawacita Agenda ke 5 yakni meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Program Indonesia Sehat.

Sebagai usaha mewujudkan visi, misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen renja ini perlu adanya dukungan melalui kebijakan dan strategi, yang kemudian diterjemahkan ke dalam program-program pembangunan dibidang kesehatan serta diuraikan kedalam kegiatan-kegiatan yang mendukung masing-masing program tersebut.

Adapun program dan kegiatan yang dijabarkan dalam Renja OPD disertai dengan penjelasan indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, lokasi, kebutuhan dana indikatif serta alokasi sumber dana yang dibutuhkan.

1.2 Landasan Hukum

Dasar Hukum penyusunan Dokumen Renja Perubahan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2020 adalah:

(4)

1. Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang – undang Nomor 25 tahun 2006 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

3. Undang –undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pertanggung Jawaban Pengelolaan Keuangan

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

Permendagri No 86 tahun 2017 tentang tata cara perencanaan, pengendalian dan evaluasi Pembangunan daerah, tata cara evaluasi rancangan peraturan Daerah tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah dan rencana pembangunan jangka menengah daerah, serta tata cara perubahan rencana pembangunan jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka menengah daerah, dan rencana kerja pemerintah daerah

.

1.3 Maksud Dan Tujuan

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2020 dimaksudkan untuk menetapkan dokumen perencanaan yang memuat program dan kegiatan pembangunan daerah bidang kesehatan yang menjadi tolok ukur penilaian kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2020. Adanya refocusing anggarang dikarenakan penanggulangan pandemi COVID 19 juga merupakan salah satu alasan perubahan anggaran serta program kegiatan pada tahun 2020.

Tujuan penyusunan Renja ini adalah tersedianya suatu dokumen yang strategik dan komprehensif perumusan kondisi atau masalah daerah, perencanaan arah kebijakan, pembuatan strategi hingga pemilihan program strategis yang sesuai dengan kebutuhan daerah di bidang kesehatan. Dengan demikian ini dapat dijadikan acuan dan pegangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango serta seluruh penyelenggara pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan selama satu tahun kedepan. Rencana Kerja Dinas Kesehatan ini disusun dengan memperhatikan target pencapaian indikator kinerja dan diharapkan sudah mengakomodir hasil Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang) kecamatan.

(5)

1.4 SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Penyusunan dokumen rancangan Renja SKPD merupakan kegiatan penulisan dan penyajian dari seluruh proses yang dilakukan mulai dari pengolahan data/informasi, analisis dan perumusan program/kegiatan dalam bentuk dokumen.

Adapun sistematika/susunan penyajian awal dokumen rancangan Renja SKPD, sekurang-kurangnya:

1. Pendahuluan;

2. Evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu;

3. Tujuan, sasaran;

4. Program dan kegiatan memuat:

a. indikator kinerja;

b. kelompok sasaran;

c. lokasi kegiatan;

d. kebutuhan dana indikatif; dan e. sumber dana

5. Program Dan Kegiatan Perubahan Tahun 2020 6. Penutup

Untuk kabupaten/kota, dokumen rancangan Renja SKPD kabupaten/kota tersebut, merupakan bahan pembahasan untuk disinergikan dengan hasil musrenbang RKPD kabupaten/kota di kecamatan yang terkait dengan tugas dan fungsi SKPD, untuk dibahas dalam forum SKPD kabupaten/kota.

(6)

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU

Review hasil evaluasi pelaksanaan Renja OPD tahun lalu dan pencapaian kinerja Renstra OPD ditujukan untuk mengidentifikasi sejauhmana kemampuan OPD dalam melaksanakan program dan kegiatannya, mengidentifikasi realisasi pencapaian target kinerja program dan kegiatan Renstra OPD, serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi.

Review didasarkan atas laporan hasil evaluasi pelaksanaan Renja OPD tahun-tahun sebelumnya, dan perkiraan pelaksanaan DPA-SKPD (dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah) tahun berjalan yang baru disahkan.

Telaahan hasil evaluasi mencakup:

1. Realisasi program/kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja hasil/keluaran yang direncanakan.

2. Realisasi program/kegiatan yang telah memenuhi target kinerja hasil/keluaran yang direncanakan.

3. Realisasi program/kegiatan yang melebihi target kinerja hasil/keluaran yang direncanakan.

4. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau melebihi target kinerja program/kegiatan.

5. Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra OPD dan kinerja pelayanan OPD Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut.

Untuk menganalisis kinerja pelayanan OPD digunakan beberapa indikator, antara lain mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Indikator Kinerja Kunci (IKK) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, dengan sasaran target sesuai dengan Renstra OPD dan/atau berdasarkan atas hasil analisis standar kebutuhan pelayanan. Target kinerja SKPD kabupaten/kota, yang disesuaikan dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing- masing.

2.1 Evaluasi Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan

Evaluasi kinerja pelayanan OPD dapat dilihat dari tingkat pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Sasaran kesatu (1) yaitu Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat dapat dilihat dari indikator Penurunan Angka Kematian Ibu, Penurunan Angka Kematian Bayi, dan Penurunan Prevalensi Stunting pada Baduta. Sasaran kedua (2)

(7)

yaitu Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular dapat dilihat dari indikatorCakupan Prevalensi TB per 100.000 penduduk, Presentasi puskesmas yang IR DBD <49 per 100.000 penduduk dan Prevalensi Tekanan Darah Tinggi. Sasaran ketiga (3) yaitu Meningkatnya Perlindungan Finansial yang dapat dilihat dari indikator Penduduk yang menjadi Peserta JAMKESPRA. Sasaran keempat (4) yaitu Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan Finansial yang dapat dilihat dari indikator Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber daya kesehatan.

Sasaran kelima (5) yaitu Mewujudkan Pelayanan Dinas Kesehatan yang profesional dan berkinerja tinggi yang dapat dilihat dari indikator Nilai SAKIP, Penyerapan Anggaran, Index Kepuasan Masyarakat, dan Temuan Material Inspektorat dan BK.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja di atas, maka dilakukan analisis capaian kinerja yang menganalisis mulai dari proses input, proses, output outcomes, dan sedapat mungkin menganalisis dampak yang dapat memberikan informasi gambaran tentang pencapaian hasil kinerja SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango yang akan di uraikan sebagai berikut:

1. Sasaran 1 : Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat Indikator terkait sasaran ini adalah

a. Penurunan Angka Kematian

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain, per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu masih menjadi permasalahan yang berpengaruh pada kondisi derajat kesehatan di Kabupaten Bone Bolango. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kinerja utama dalam perjanjian kinerja Dinas Kesehatan tahun 2018, dimana target yang ingin dicapai yaitu 278.6 per 100.000 kelahiran hidup (KLH). Target ini jauh lebih tinggi dengan target nasional serta target pencapaian SDGs hingga tahun 2030 dengan targert AKI yakni 70/ 100.000 KLH. Tahun 2019, AKI yang dicapai yakni 272 per 100.000 KLH atau 7 kasus kematian dari 2571 KLH, dimana angka ini diatas target yang ditentukan dalam Perjanjian Kinerja yaitu 255.8 per 100.000 kelahiran hidup serta lebih rendah dari capaian Tahun 2018 yakni 118.62 per 100.000 KLH atau 3 kasus kematian dari 2529 KLH. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Penyebab kematian ibu antara lain akibat penyakit penyerta yaitu Sesak napas, Infeksi paru dan Aspirasi). Dimana wilayah kerja puskesmas yang terdapat kematian ibu yaitu di Puskesmas Kabila, Ulantha, Toto Utara, Bulawa, Tombulilato dan Botupingge. Adapun kematian ini terjadi setelah ibu tersebut dirujuk ke rumah sakit.

(8)

Adapun trend AKI Kabupaten Bone Bolango selama 5 tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Sumber data: Sie KIA-KB Dinkes Bone Bolango

Untuk perhitungan capaian kinerja, digunakan rumus:

= 102 – (245) / 102 X 100%

= 255.8 - (16.2) / 255.8 x 100%

= 93.6 %

Grafik diatas menunjukan nilai kinerja yang dinilai sudah cukup baik, penurunan yang signifikan sudah turun dari tahun ketahun. Program penurunan AKI dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain ketersediaan tenaga kesehatan yang berkompetensi, kepedulian ibu hamil itu sendiri dalam memeriksakan kehamilan di layanan kesehatan seperti Puskesmas, Pustu dan Poskesdes, sehingga deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi selama masa kehamilan dapat dilakukan. Pemantapan implementasi Program Penanganan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta kemitraan bidan dan dukun.

Pelaksanaan manajemen sistem rujukan ibu hamil risiko tinggi serta penambahan Puskesmas mampu PONED dan adanya partisipasi masyarakat dalam menyediakan rumah tunggu ibu hamil. Kemudahan dalam mengakses layanan kebidanan juga merupakan faktor yang mempengaruhi, ketersediaan sarana dan prasarana seperti Poskesdes serta alat kesehatan untuk layanan kebidanan telah tersedia. Dukungan dana dari APBD provinsi maupun APBD kabupaten dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak juga merupakan faktor penting dalam menurunkan AKI. Selain itu salah satu program inovasi dalam mengurangi

2015 2016 2017 2018 2019 AKI per 100000

KLH 374 318 226 118.62 272

Jumlah Kasus 10 8 6 3 7

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Trend Angka Kematian Ibu (AKI)

Rencana – (Realisasi-Rencana) Rencana

100 % X

X 100 % 255.8 – (272 – 255.8)

255.8

(9)

jumlah kematian ibu dan anak yaitu Gerakan Mutiara Berlian (Muliakan Hati Atas Ridho Allah Bersama Lindungi Ibu dan Anak) serta gerakan Infak Seribu untuk ibu bersalin.

Semua pelayanan ibu hamil dan sistem rujukan sudah berjalan dengan baik namun masih tetap terjadi kematian ibu. Tingginya AKI di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak disebabkan oleh penyakit penyerta yang diderita oleh ibu hamil, ibu hamil meninggal bukan dikarenakan oleh keterlambatan penanganan atau sistem rujukan yang kurang baik melainkan karena faktor ibu itu sendiri. Ibu hamil yang meninggal, rata-rata meninggal setelah di Rumah Sakit.

b. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) untuk Kabupaten Bone Bolango adalah 14.4 per 1.000 KLH, dengan jumlah kasus 37 kematian dari 2.571 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dari target yaitu 12.4 per 1000 kelahiran hidup (KLH) dan naik dari angka tahun 2018.

Kematian bayi yang terdiri dari 25 kasus kematian neonatal (0-30 hr) dan 12 kasus Untuk bayi umur 1 – 12 bulan. Kasus kematian bayi banyak disebabkan oleh Pneumoni, Diare, Penyakit Jantung Bawaan, Gangguan Pernapasan, Dehidrasi dan Febris.Sedangkan penyebab kematian Neonatal adalah BBLR, Asfiksia, Tetanus dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah kematian bayi tahun 2019 sebanyak 37 kasus hal ini menurun dari tahun 2018 yakni 45 Kasus. Target yang ingin dicapai untuk AKB untuk tahun 2019 yaitu sebesar 12.4 per 1.000 KLH, target ini adalah target yang masuk dalam Perjanjian Kinerja. Adapun trend Angka Kematian Bayi (AKB) selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Sumber data: Sie KIA-KB Dinkes Bone Bolango

Untuk capaian kinerja ini, jika semakin rendah capaian dibanding dari target, maka kinerja semakin baik. Oleh karena itu, untuk menghitung capaian kinerja indikator utama tahun 2019 yaitu menggunakan rumus:

Untuk perhitungan capaian kinerja, digunakan rumus:

2015 2016 2017 2018 2019

Target AKB per 1000

KLH 23 12.8 13.2 12.8 12.4

Realisasi 14 16 11 17.8 37

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Trend Angka Kematian Bayi (AKB)

Rencana – (Realisasi-Rencana) Rencana

(10)

= 12,4 – (2) /12,4 X 100%

= 83.8 %

c. Stunting pada Anak Bawah Dua Tahun (Baduta)

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.

Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

Stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut: 1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama 2. Retardasi pertumbuhan intrauterine 3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori 4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres 5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak. Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai.

Tahun 2019, anak bawah dua tahun yang stunting sebesar 5,97%. Angka ini dibawah target Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2019 yaitu 28.3%. Jika dibandingkan dengan data Anak Stunting Tahun 2018, hal ini menujukan kemajuan dimana data Stunting tahun 2018 adalah 5,15%. Angka ini masih dapat dikatakan tinggi karena dengan melihat dampak daripada stunting ini sangat berpegaruh pada derajat kesehatan masyarakat di suatu daerah maka penanganan stunting ini harus lebih dioptimalkan. dibawah ini adalah trend capaian stanting :

100 % X

100 % X

12,4 – (14.4 – 12,4) 12,4

(11)

Sumber data: Sie KIA-KB Dinkes Bone Bolango

Oleh karena itu, untuk menghitung capaian kinerja indikator utama tahun 2019 yaitu menggunakan rumus:

= 28.3 – (-22.33) / 28.3 X 100%

= 178,9 %

2. Sasaran 2 : Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular Indikator terkait sasaran ini adalah

a. Prevalensi TB per 100.000 penduduk

Tahun 2019, angka capaian prevalensi Tuberkulosis (TB) per 100.000 penduduk mengalami kenaikan, dan lebih tinggi dari target yang ditentukan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU). Target yang ditentukan yaitu 269 per 100.000 penduduk, capaian sebesar 396.3 per 100.000 penduduk,dengan capai kinerjanya 52.6%. Jika dibandingkan dengan data tahun 2018, hal ini mengalami penurunan capaian kinerja yang karena capaian Prevalensi TB tahun 2018 adalah sebesar 352.5 per 100.000 Penduduk dengan capaian kinerja 69.9% dengan target Indikator Kinerja Utama 270 per 100.000 penduduk.

2017 2018

2019

0%

10%

20%

30%

Target Stunting

Realisasi 2017, 19%

2018, 5.15%

Trend Capaian Stunting

Rencana – (Realisasi-Rencana)

Rencana X 100 %

X 100 % 28.3 – (5.97 – 28.3)

28.3

(12)

Untuk capaian kinerja ini, jika semakin rendah capaian dibanding dari target, maka kinerja semakin baik. Oleh karena itu, untuk menghitung capaian kinerja indikator utama tahun 2019 yaitu menggunakan rumus:

Untuk perhitungan capaian kinerja, digunakan rumus:

Untuk perhitungan capaian kinerja, digunakan rumus:

= 102 – (245) / 102 X 100%

= 269 - 127.3 / 269 x 100%

= 52.6 %

Adapun trend Prevalensi TB selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Sumber data: Sie P2M Dinkes Bone Bolango

Capaian kinerja ini dapat dikatakan belum sepenuhnya berhasil. Karena masih banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeriksaan bagi yang terdeteksi suspek TB sementara pada satu penderita TB+jika terlambat ditemukan maka dapat meyebarkan kuman TB pada 10 - 15 orang sehat.

Oleh karena itu petugas kesehatan harus lebih giat lagi dalam melaksanakan program pencegahan dan pengobatan penyakit menular khususnya TB bagi yang suspek maupun yang sudah positif penderita.

Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB), merupakan salah satu SPM yang harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, dimana target yang ditetapkan adalah sebesar 100%. Dari data yang diperoleh dari rekapan puskesmas, realisasi cakupan pelayanan TB sesuai standar yaitu sebesar 100 %.

271

97.4 270

69.6 269

396.3

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Target Per 100.000 Penduduk Capaian

Trend Prevalensi TB

2017 2018 2019

Rencana – (Realisasi-Rencana) Rencana

100 % X

X 100 % 269 – (396.3 – 269)

269

(13)

Untuk mendukung tercapainnya indikator ini dilakukan berbagai kegiatan, yaitu : a. Pembentukan Kelompok Kerja Jejaring Informasi Surveilans

b. Penyelidikan Epidemiologi Kasus Potensial KLB c. Monitoring EWARS

d. Survei ketuk pintu dengan pasien TB

Kegiatan yang didanai oleh BOK (yang ada di Puskesmas) diantaranya : a. Sosialisasi TB Paru

b. Pemeriksaan fisik kontak serumah TB BTA+

Pelacakan pasien mangkir c. Pendekatan PIS-PK

b. Persentasi Puskesmas yang IR DBD <49 per 100.000 penduduk

Demam Dengue atau yang dikenal masyarakat umum dengan demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh oleh virus dengue yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti yang menimbulkan gejala Panas, Demam, mual, muntah dan bila keadaan penderita sudah semakin parah akan terjadi kebocoran plasma sehingga pasien kadang datang sudah dengan pendarahan hidung, mulut, gusi, BAB darah dan lain-lain, hal inilah yang menyebabkan penderita DBD perlu mendapatkan

pertolongan secepatnya karena dapat menimbulkan kematian.

Insiden Rate (IR) tahun 2018 : 55/100.000 Penduduk menurun ditahun 2019 menjadi 141/100.000 penduduk. Kejadian DBD ini berakibat pada kematian, dimana tahun 2019 terdata jumlah kematian sebanyak 3 kasus (Case fatality Rate/CFR=3) dari 228 kasus kejadian DBD.

Penyebab Kematian DBD yaitu :

1. Promosi Kesehatan yang sangat kurang khususnya pada kondisis-kondisi tertentu sehingga masyarakat tidak mengenal faktor risiko antara lain : Intensitas hujan/curah hujan yang semakin tinggi dan dibarengi dengan sanitasi masyarakat yang jelek memungkinkan perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

2. Masyarakat tidak mengenal Tanda dan Gejala DBD sehingga terlambat dalam mengambil keputusan dalam mengangani penderita DBD.

3. Koordinasi dan sistim informasi yang belum berjalan optimal, penderita telah berobat ke fasilitas kesehatan baik swasta maupun rumah sakit pemerintah dan informasi tentang penderita tersebut tidak dikoordinasikan dengan puskesmas tempat dimana penderita tinggal, sehingga puskesmas mengetahui kasus tersebut pada saat penderita meninggal.

4. Surveilans aktif dan terus-menerus menjaring setiap kejadian belum berjalan dengan baik, surveilans bekerja hanya bila ditemukan laporan tentang penderita DBD.

(14)

Penanganan kasus DBD tahun-tahunsebelumnya dititikberatkan pada Fogging Foccus sebagai solusi ketika terjadinya kasus DBD, bahkan menjadi permintaan disetiap kejadian DBD baik oleh masyarakat maupun pengambil

kebijakan/pemangku kepentingan, sementara hal yang lebih efektif untuk dilaksanakan dalam mencegah terjadinya penularan yang berakibat pada

bertambahnya kasus oleh masyarakat tidak dilaksanakan yaitu dengan 3M Plus (1.

Menguras dan Menyikat tempat penampungan Air atau tempat dapat menampung air minimal seminggu sekali, 2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, 3.

Mengumpulkan dan mengubur benda-benda bekas yang tidak digunakan lagi serta dapat menampung air. PLUSnya adalah antara lain : 1. menggunakan anti nyamuk berupa lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, 2. Memakai kawat nyamuk pada ventilasi rumah, 3. Tidur didalam kelambu baik yang

berinsektisida maupun tidak.

Seringkali ada kasus DBD tidak berindikasi fogging dipaksakan untuk dilaksanakan fogging, jangka panjang hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan nyamuk kebal terhadap insektisida sehingga nyamuk kebal dan sulit untuk memutuskan penularan penyakit yang dapat ditularkan oleh nyamuk. Terkadang ada masyarakat yang menolak untuk dilakukan fogging foccus padahal daerah/lokasi tersebut terindikasi terjadi penularan dan harus dilaksanakan fogging.

Hal-hal yang perlu ditingkatkan pada pengangganan DBD :

1. Promosi Kesehatan perlu ditingkatkan dan terus menerus, apalagi pada kondisi- kondisi tertentu.

2. Koordinasi antara Petugas Kesehatan (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) dengan Lintas Sektor perlu untuk ditingkatkan baik untuk percepatan informasi maupun penangulangan DBD atau penyakit berbasis Zoonosis (nyamuk)

Gerakan Masyarakat untuk Hidup Bersih dan Sehat perlu untuk ditingkatkan karena penyakit DBD dapat dihentikan dan dicegah dengan sanitasi yang baik serta pola hidup yang sehat.

Grafik Perkembangan IR-CFR DBD Tahun 2015-2019

(15)

Pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah penderita dimana pada tahun 2015 ada 16 penderita, Incidence rate (9,3) dan kematian 1 orang dan tahun 2016 meningkat menjadi 122 penderita dan incidence rate 78.6. Namun pada 2017 terjadi penurunan kasus menjadi 56 kasus, serta jumlah kematian yang berkurang 1 angka, akan tetapi angka CFR masih cukup tinggi. Sedangkan pada tahun 2018 terjadi 104 Kasus DBD dengan jumlah kematian meningkat jadi 3 orang dan CFR 3. Oleh karena itu, tahun kedepan diharapkan kejadian DBD akan lebih berkurang dan tidak terjadi lagi kasus kematian.meskipun dermikian masih ditemukan adanya kasus kematian yang disebabkan karena kasus DBD yakni 3 kasus kemaitian.

Semua penderita DBD yang ditemukan harus ditangani sesuai standar, sehingga seluruh kasus DBD telah tertangani 100%.

Kematian DBD Tahun 2019 terdapat di wilayah kerja Puskesmas ada Suwawa (1), Tilongkabila (1), dan Bulango Selatan (1) orang.

Disamping itu adanya dukungan sumberdaya anggaran terutama dalam hal penanganan kasus DBD seperti pendanaan fogging di daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) setiap tahunnya bersumber dari APBD II Kabupaten. Sedangkan transport lokal petugas dapat didanai oleh dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas. Sehingga jika dilihat dari rata-rata IR DBD disetiap wilayah kerja Puskesmas adalah <49 per 100.000 penduduk.

Untuk capaian kinerja ini, jika semakin tinggi capaian dibanding dari target, maka kinerja semakin baik. Oleh karena itu, untuk menghitung capaian kinerja indikator utama tahun 2019 yaitu menggunakan rumus:

Untuk perhitungan capaian kinerja, digunakan rumus:

Jumlah Kasus IR Kematian CFR

2015 16 9.3 1 6.3

2016 122 78.6 5 4.1

2017 56 36.1 4 7.1

2018 104 55 3 3

2019 228 141 4 1.3

0 50 100 150 200 250

Trend Kasus DBD

Realisasi Rencana

100 % X

(16)

= 1.41 X 100%

= 141 %

c. Prevalensi Tekanan Darah Tinggi

Penyakit Tekanan Darah Tinggiatau Hipertensi merupaan salah satu penyakit tidak menular (PTM).Prevalensi Hipertensi, secara nasional berdasarkan Riskesdas2013sebesar25,8%,tertinggidiKepulauanBangkaBelitung(30,9%),

sedangkan terendah di Papua sebesar (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8%

orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun mendapatkanpengobatan.

Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal dan Kebutaan.Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) merupakan penyebabkematiantertinggi.

Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer itu sendiri. Selain itu Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah bawah (27,2%) dan menengah(25,9%)Prevalensi tekanan darah tinggi atau Hipertensi, merupakan salah satu indikator kinerja utama yang harus dievaluasi.

Oleh karena itu, untuk menghitung capaian kinerja indikator utama tahun 2019 yaitu menggunakan rumus:

= 14.9 – (-117) / 100 X 100%

= 178.5 %

100 % X

141 100

Rencana – (Realisasi-Rencana)

Rencana X 100 %

X 100 % 14.9 – (3.20 – 14.9)

14.9

(17)

Pelayanan kesehatan penderita hipertensi, target yang ditetapkan adalah sebesar 14.9% realisasi sebesar 3.20%, Untuk mendukung tercapainnya indikator ini dilakukan berbagai kegiatan, antara lain Sosialisasi Pengelolaan Hipertensi,

pemeriksaan factor risiko bagi kelompok usia produktif, POSBINDU bagi kelompok risiko, serta Prolanis bagi kelompok lanjut usia.

3. Sasaran 3 : Meningkatnya Perlindungan Finansial Melalui Jaminan Kesehatan Indikator terkait sasaran ini adalah

a. Penduduk yang menjadi peserta JAMKESPRA (%)

Target kepesertaan jaminan kesehatan yang ditanggung oleh APBD Kabupaten tahun 2018 adalah100%, Namun realisasinya hanya mencapai 90%.Berdasarkan data dari Dinas Sosial pada tahun 2019jumlah kepesertaan 25.203 jiwa dengan target kepesertaan JAMKESPRA adalah 80% danRealisasinya telah mencapai 100%. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan capaian kinerja dibawah ini :

Untuk perhitungan capaian kinerja, digunakan rumus:

= 102 – (245) / 102 X 100%

= 125 %

4. Sasaran 4 : Jumlah Puskesmas yang terakreditasi Indikator terkait sasaran ini adalah

a. Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber daya kesehatan

Salah satu indikator kinerja utama Dinas Kesehatan yaitu jumlah puskesmas yang terakreditasi. Tahun 2019, ada 8 (delapan) Puskesmas yang sudah terakreditasi, diantaranya 4 (empat) puskesmas yang di Re Akreditasi yakni Puskesmas Suwawa, Dumbayabulan, Bulango Timur dan Bulango Selatan dan 4 (empat) Akreditasi Perdanayaitu Bulawa, Bulango Ulu, Ulantha dan Pinogu. Sebelumya tahun 2016 ada 4 (empat) Puskesmas, 2017 ada 10 (sepuluh) puskesmas, tahun 2018 sudah ada 16 (enambelas) Puskesmas yang telah terakreditas, sehingga sampai dengan tahun 2019 seluruh puskesmas di Kabupaten Bone Bolango Telah terakreditasi. Target yang ditentukan dalam indikator kinerja adalah 20 puskesmas, dan target ini telah tercapai seluruhnya.

Realisasi Rencana

100 % X

X 100 % 100

80

(18)

Sumber data: Sie Akreditasi Dinkes Bone Bolango

Untuk perhitungan capaian kinerja, digunakan rumus:

= 102 – (245) / 102 X 100%

= 100%

Factor pendukung pencapaian target yaitu:

 Dukungan anggaran DAK non fisik untukakreditasi

 Kesiapan dari puskesmas yangakan diakreditasi baik dari aspek ketenagaan, sarana danprasarana

 Pendampingan akreditasi dari tim pendamping akreditasi kabupaten yang maksimal

 Komitmen bersama lintas program dan lintas sector dalam persiapan dan pelaksanaan surveyakreditasi

Factor penghambat pencapaian target yaitu:

 Dukungan anggaran DAU untuk akreditasi belum sepenuhnyaterpenuhi

 Jika ditinjau dari pemenuhan aspek ketenagaan, sarana dan prasarana sesuai PMK 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, maka ketersediaan di Puskesmas yang akan diakreditasi masih belumterpenuhi

Kegiatan yang telah dilakukan tahun 2019 yaitu

 Workshop pendukung implementasi akreditasipuskesmas

 Pendampinganakreditasi

 Surveyakreditasi Puskesmas

201 6, 4

2017, 10

2018, 16 2019, 20

Puskesmas Terakreditasi

Realisasi Rencana

100 % X

X 100 % 20

20

(19)

5. Sasaran 5 : Mewujudkan Aparatur Dinas Kesehatan yang Pofesional dan Berkinerja Tinggi

Indikator terkait sasaran ini adalah a. NilaiSAKIP

Seluruh instansi pemerintah telah diwajibkan untuk menyusun Laporan Kinerja di setiap tahunnya, hal itu merupakan salah satu wujud penguatan akuntabilitas kinerja yang merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam rangka reformasi birokrasi.Penguatan akuntabilitas ini dilaksanakan dengan penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP.

Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana instansi pemerintah

mengimplementasikan SAKIP-nya, serta sekaligus untuk mendorong adanya peningkatan kinerja instansi pemerintah, maka perlu dilakukan suatu evaluasi implementasi SAKIP.Evaluasi ini diharapkan dapat mendorong instansi pemerintah di pusat dan daerah untuk secara konsisten meningkatkan

implementasi SAKIP-nya dan mewujudkan capaian kinerja (hasil) instansinya sesuai yang diamanahkan dalam RPJMN/RPJMD.

Cakupan/ruang lingkup Implementasi SAKIP yang dievaluasi adalah : (1) Penilaian terhadap perencanaan strategis, termasuk di dalamnya perjanjian kinerja, dan sistem pengukuran kinerja; (2) Penilaian terhadap penyajian dan

pengungkapan informasi kinerja; (3) Evaluasi terhadap program dan kegiatan; dan (4) Evaluasiterhadap kebijakan instansi/unit kerja yang bersangkutan.Adapun komponen penilaiannya yaitu Perencanaan kinerja (30%) dengan nilai 22.80, Pengukuran Kinerja (25%) dengan nilai 14.38, Pelaporan Kinerja (15%) dengan nilai 11.55, Evaluasi Internal (10%) dengan nilai 4.12, serta Capaian Kinerja (20%) dengan nilai 13.75 sehingga total perolehan nilai untuk Dinas Kesehatan pada tahun 2018 adalah 66.59 atau tingkat Akuntabilitas Kinerja B.

b. Index KepuasanMasyarakat

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan

membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.Survey IKM bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publikselanjutnya.

Pengukuran kepuasan merupakan elemen penting dalam proses evaluasi kinerja dimana tujuan akhir yang hendak dicapai adalah menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif berbasis dari kebutuhan masyarakat. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna layanan. Kepuasan masyarakat dapat juga dijadikan acuan bagi berhasil atau tidaknya pelaksanaan program yang dilaksanakan pada suatu lembaga layanan publik.

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu layanan public yang dinilai IKM. Tahun 2019, Dinas Kesehatan dimana didalamnya terdapat Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang berfungsi sebagai pemberi layanan kesehatan masyarakat, dari hasil survey IKM, mendapatkan nilai 85,4. Nilai ini telah melebihi target yang ditentukan yaitu 85.0%. Adapun

(20)

yang dinilai yakni aspek kesamaan persyaratan (86,8), kemudahan prosedur (83,3), ketepatan waktu (83,5), kesesuaian biaya (85,7), kemampuan dokter (84,0), kemampuan perawat (83,8), kemampuan bidan (87,5), serta kesopanan dan keramahan petugas dengan nilai tertinggi yaitu 88,5.

Oleh karena indikator IKM ini merupakan salah satu IKU, maka untuk menghitung capaian kinerja tahun 2019 yaitu menggunakan rumus:

= 100.4%

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2004, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid, dan reliable, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks

kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut Prosedur pelayanan, Persyaratan pelayanan, Kejelasan petugas pelayanan, Kedisiplinan petugas pelayanan, Tanggungjawab petugas pelayanan, Kemampuan petugas pelayanan, Kecepatan pelayanan, Keadilan mendapatkan pelayanan, Kesopanan dan keramahan petugas, Kewajaran biaya pelayanan, Kepastian biaya pelayanan, Kepastian jadwal pelayanan, Kenyamanan lingkungan, serta Keamanan pelayanan. Oleh karena itu, Puskesmas selaku pemberi layanan harus lebih meningkatkan layanan yang diberikan, agar dapat meningkatkan indeks kepuasan masyarakat sebagai penerima layanan.

c. Temuan Material Inspektorat danBPK

Salah satu indikator kinerja utama mewujudkan Aparatur Dinas Kesehatan yang Pofesional dan Berkinerja Tinggiyaitu temuan material oleh Indspektorat dan BPKInspektorat Daerah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan melaksanakan pengawasan dan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota.Dengan fungsi Perencanaan program pengawasan;Perumusan kebijakan dan fasilitasi

pengawasan;Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.Dinas Kesehatan sebagai perangkat daerah, maka perlu diawasi dan dilakukan pemeriksaan secara periodik oleh Inspektorat selaku

pengawasinternal.

Bukan hanya Inspektorat yang akan melakukan fungsi pengawasan dan pemeriksaan tersebut, Badan Pemeriksa KeuanganatauBPKjuga merupakan salah satu lembaga yang akan melakukan fungsi tersebut. BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang untuk memeriksa pengolaan dan tanggung jawab keuangan negara.Salah satu wewenang BPKMelakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan- perhitungan, surat-surat, bukti- bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. Dinas Kesehatan

Realisasi

Rencana X 100 %

X 100 % 85.4

85.0

(21)

merupakan bagian dari pemerintahan daerah yang mengelola uang Negara, sehingga BPK berhak untuk melakukan fungsi pemeriksaan pengelolaan keuangan.Namun saat ini, masih dilakukan pemeriksaan untuk pengelolaan keuangan tahun 2019, dan Dinas Kesehatan belum menerima hasil tersebut.

2.1 Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi

Sehubungan dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi pelayanan public oleh Dinas Kesehatan selaku SKPD penanggungjawab layanan kesehatan, maka dapat direview beberapa isu penting yang diperoleh berdasarkan hasil analisis kinerja tahun sebelumnya, yang antara lain sebagai berikut:

1. Belum optimalnya Pelayanan kesehatan ibu dan anak, yang dapat dilihat dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan masih terdapat kematian bayi dan balita (AKB dan AKABA)

2. Belum teratasinya permasalahan gizi secara menyeluruh terutama Kurang Gizi dan pemberian ASI pada bayi secara Ekslusif.

3. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular

4. Belum terpenuhinya jumlah, jenis, kualitas serta penyebaran sumberdaya manusia kesehatan, dan belum optimalnya dukungan regulasi ketenagaan kesehatan.

5. Masih kurangnya mutu dan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan.

6. Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap beban pembiayaan kesehatan.

7. Belum semua desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai upaya peningkatan penyehatan lingkungan

8. Belum optimalnya ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat esensial, penggunaan obat yang tidak rasional, dan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas

9. Masih terbatasnya kemampuan manajemen dan informasi kesehatan, meliputi pengelolaan administrasi dan hukum kesehatan seperti adanya Regulasi yang mengatur Sistem Kesehatan Daerah (SKD)

10. Masih terbatasnya jaringan komunikasi data sampai ke puskesmas yang diperuntukan untuk akses pelayanan e-health

11. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum dilakukan secara optimal.

2.2 Review Rancangan Awal Renja SKPD

Rancangan awal SKPD tahun 2020 dengan melihat kondisi pencapaian kinerja tahun 2018, maka perlu direncanakan program dan kegiatan strategis yang mampu meningkatkan capaian kinerja secara signifikan, terutama upaya penurunan angka kematian Ibu, bayi dan balita,

(22)

permasalahan gizi dan penanggulangan penyakit menular maupun tidak menular, serta peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan mutu dan akses layanan kesehatan dasar dan rujukan.

2.3 Penelaahan Usulan Masyarakat

Hasil Musrenbang Kabupaten Bone Bolango, khususnya untuk peningkatan akses layanan kesehatan kepada masyarakat yang dapat diakomodir untuk tahun 2020 antara lain :

1. Penambahan volume Puskesmas Suwawa Selatan 2. Penambahan volume Puskesmas Bonepantai 3. Rehab PKM Tapa

4. Rehab Rudis Tapa 5. Rehab PKM Bulango 6. Rehab PKM Bone

7. Nakes untuk Poskesdes di kec. Bulango 8. Alkes untuk PKM Kabila

9. Obat-obatan untuk PKM Kabila

10. PMT ibu hamil dan balita diwilayah kerja PKM Kabila 11. Pembangunan Rumah Dinas Paramedis Pinogu

12. Alat Kesehatan Puskesmas Pinogu 13. Pagar PKM Bulawa

14. Ambulance PKM Bulawa 15. IPAL PKM Bulawa

Oleh karena itu, dengan melihat kondisi fisik serta adanya justifikasi kebutuhan dari masarakat, maka usulan ini telah diusulkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik bidang kesehatan tahun 2020 serta Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2020.

Selain pembangunan fisik sarana kesehatan, usulan dari masyakat hasil Musrenbang Kecamatan dan Forum SKPD ada juga berupa usulan non fisik, seperti pengadaan makanan tambahan pemulihan bagi balita kekurangan gizi, serta jaminan kesehatan bagi masyarakat yang belum memiliki jaminan., telah diakomodir melalui usulan kegiatan yang didanai oleh APBD (DAU murni), dana bagi hasil cukai rokok, JKN Kapitasi dan Non Kapitasi serta DAK non fisik- Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang ada di Puskesmas.

(23)

BAB III

TUJUAN DAN SASARAN RENJA PERANGKAT DAERAH

3.1 Tujuan dan Sasaran

Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango mempunyai peran dan berkotribusi dalam pencapaian Visi Kepala Daerah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone Bolango Tahun 2016 – 2021 yakni “ Terwujudnya Bone Bolango Cemerlang “,melalui Misi Pertama yaitu “Mewujudkan masyarakat Sehat, Cerdas dan sejahtera”.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja,maternal, dan kelompok lansia, serta perlindungan yang diberikan kepada masyarakat berupa perlindungan terhadap risiko social seperti kesempatan dalam memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas serta financial berupa pembiayaan kesehatan dalam bentuk jaminan kesehatan yang universal coverage, merupakan kondisi yang diharapkan dengan adanya upaya pembangunan di sektor kesehatan khususnya di Kabupaten Bone Bolango.

Sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Dinas Kesehatan selaku pelaksana teknis pembangunan di bidang kesehatan, merumuskan tujuan strategis sebagai berikut:

Tujuan 1: meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang diwujudkan dalam 2 (dua) Sasaran yaitu Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat dan Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

Tujuan 2: meningkatkan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan yang diwujudkan dalam 2 (dua) Sasaran, yakni Meningkatnya Perlindungan Finansial melalui Jaminan Kesehatan dan Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumberdaya kesehatan.

Tabel 4.1

Target Kinerja Indikator Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas KesehatanKabupaten Bone Bolango Tahun 2016 - 2021

N

O TUJUAN SASARAN

INDIKATOR KINERJA TUJUAN/SASARAN

TARGET KINERJA PADA TAHUN KE- 201

6 20 17

20 18

20 19

20 20 1. Meningkatk

an kualitas layanan kesehatan

Indikator Tujuan :

AngkaHarapanHidup 67, 65

67.

71 67,

75 67,

8 67,

85 Indikator Sasaran :

1. Meningkatnya Status

Kesehatan

AngkaKematianIbu

per 100.000 KLH 102 30 1.4

27 8.6

25 5.8

23 3 AngkaKematianBayi 12. 13. 12. 12. 12

(24)

N

O TUJUAN SASARAN

INDIKATOR KINERJA TUJUAN/SASARAN

TARGET KINERJA PADA TAHUN KE- 201

6 20 17

20 18

20 19

20 20

2.

Meningkatk an

perlindung an

masyarakat terhadap risiko social dan

finansial di bidang kesehatan

dan Gizi Masyarakat

per 1.000 KLH 8 2 8 4

Prevalensi Stunting

padaBaduta 0 28 28.

3 28.

3 26 2. Meningkatny

a

Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

Prevalensi TB per 100.000 penduduk

87.

5 90 27 0

26 9

26 8 PersentasiPuskesmas

yang IR DBD <49 per 100.000 penduduk

100 10 0

10 0

10 0

10 0 PrevalensiTekananDar

ahTinggi

15.

5 15.

5 15 14.

9 14.

8

Indikator Tujuan : Cakupan

Masyarakat

Miskin yang

terlayanidalam JKN

92.

5 94 96 98 99

Indikator Sasaran : 3. Meningkatny

a

Perlindungan Finansial melalui Jaminan Kesehatan

Persentase Penduduk yang menjadi peserta JAMKESPRA

85 85 90 0 0

Persentasi Penduduk yang mendapat Jaminan Kesehatan *)

0 0 0 80

* 85

* 4. Meningkatny

a

Pemerataanda

n Mutu

Pelayanan Kesehatan dan

Sumberdayak esehatan

JumlahPuskesmas yang terakreditasi

4 10 16 20 20

5. Terwujud Nilai SAKIP B BB BB A AA

(25)

N

O TUJUAN SASARAN

INDIKATOR KINERJA TUJUAN/SASARAN

TARGET KINERJA PADA TAHUN KE- 201

6 20 17

20 18

20 19

20 20 aparatur

Dinas Kesehatan yang berkinerja tinggi

Persentasi temuan material

0 0 0 0 0 Indeks Kepuasan

masyarakat

82.

7 82.

7 83.

5

85 87.

6 Catatan: *) Indikator kinerja yang direvisi di Tahun 2019

Untuk pencapaian tujuan organisasi perangkat daerah (OPD) dan pencapaian sasaran, maka indikator kinerja sasaran diatas menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Kesehatan. IKU Dinas Kesehatan ini direvisi pada tahun 2019 dikarenakan penyesuaian indikator capaian kinerja, khususnya pada sasaran Meningkatnya Perlindungan Finansial melalui Jaminan Kesehatan dengan indikator yang awalnya Persentase Penduduk yang menjadi peserta JAMKESPRA diubah menjadi Persentasi Penduduk yang mendapat Jaminan Kesehatan. IKU ini diatur dalam kerangka regulasi berupa Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 800/Dikes-BB/

1472.d/X/2019 tentang Perubahan Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2016-2021.

3.2 Strategi dan Arah Kebijakan

Adapun untuk mencapai tujuan maka diperlukan strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2016 – 2021 yang diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel

Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2016 - 2021

TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN

VISI : “ Terwujudnya Bone Bolango Cemerlang “

MISI 1 : Mewujudkan Masyarakat Sehat, Cerdas dan Sejahtera 1. Meningkatkan

kualitas layanan kesehatan

1. Meningkatnya Status Kesehatan

dan Gizi

Masyarakat

Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan

Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan

(Contnuum of care) melalui penigkatan

(26)

TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN

2. Meningkatkan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan

preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar

cakupan, mutu dan keberlangsunagn upaya pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia kerja dan lansia.

2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

Meningkatkan mutu

penyenggaraan pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular, Penyakit Tidak menular dan Masalah

Kesehatan Jiwa

1. Meningkatkan kompetensi dan peran tenaga kesehatan dalam pencegahan dan penanggulangan Penyakit

Menular, Penyakit Tidak menular dan Masalah

Kesehatan Jiwa 2. Mendorong

keterlibatan masyarakat dalam upaya

pencegahan, pengendalian penyakit dan masalah kesehatan jiwa 3. Meningkatnya

Perlindungan Finansial melalui Jaminan

Kesehatan

Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Universal Coverage

1. Penguatan Pelayanan kesehatan di FKTP

2. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Jaminan

Kesehatan dalam

(27)

TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN Perlindungan Finansial dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan pada Maskin

3. Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber daya kesehatan

Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemeratan, kuantitas dan kualitas sumber daya kesehatan

1. Meningkatkan jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan

2. Meningkatkan akses,

kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

(28)

BAB IV

PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN TAHUN 2020

Program dan kegiatan yang menjadi prioritas pada tahun 2020 mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan serta RPJMN 2015-2019 Republik Indonesia, RPJMD 2016-2021 Kabupaten Bone Bolango dan Renstra Dinas Kesehatan 2016-2021. Didasarkan pada misi Kabupaten Bone Bolango yakni menciptakan masyarakat mandiri dan berkeadilan terutama dalam hal pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat.

Renja OPD Dinas Kesehatan tahun anggaran 2020 disusun dengan mengacu pada rencana dan program kegiatan prioritas tahun 2020 menurut prioritas dan sasaran pembangunan dengan melihat kondisi 5 tahun sebelumnya. Untuk bidang kesehatan melekat pada beberapa prioritas, seperti:

A. Program dan Kegiatan Strategis

No Program/ Kegiatan

1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

a Peningkatan Mutu Penggunaan obat dan Perbekalan Kesehatan b Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan (DAK)

2 Program Upaya Kesehatan Masyarakat a Peningkatan Kesehatan Masyarakat

b Revitaslisasi sistem kesehatan (JKN Non Kapitasi)

3 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat a Penyuluhan masyaraka pola hidup sehat

4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat

a

Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

b Pemberian tambahan makanan dan vitamin

c Pemberdayaan masy utk pencapaian keluarga sadar gizi

5 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular a Peningkatan imunisasi

b Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

6 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

a Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan

7

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskemas pembantu dan jaringannya

a Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas (DAK)

(29)

8 Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan a Kemitraan asuransi kesehatan masyarakat

b Kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis

9 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia a Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan

10 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak a Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang mampu b Perawatan berkala ibu hamil kurang mampu

11 Program Bantuan Operasional Kesehatan (DAK Non Fisik) a Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

b Akreditasi Puskesmas

c Jaminan Persalinan (JAMPERSAL)

12 Program Pengawasan Obat dan Makanan

a Peningkatan pengawasan keaman pangan dan bahan berbahaya

13 Program Pengembangan Lingkungan Sehat a Pengkajian pengembangan lingkungan sehat b Penyuluhan menciptakan kesehatan lingkugan

14 Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita a Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita

15 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular a Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular

B. Program dan Kegiatan Penunjang

No Program/ Kegiatan

1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran a Pelayanan Penyediaan Administrasi Perkantoran

b Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Dalam Daerah dan ke Luar Daerah

2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur a Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional b Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor

c Pengadaan dan Pemeliharaan Perlengkapan/Peralatan Gedung Kantor

3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur a Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan

4

Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

a Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD

(30)

Program dan kegiatan yang direncanakan tersebut akan didanai oleh APBD II DAU Murni, DAK bidang kesehatan baik fisik dan non Fisik, JKN Kapitasi dan Non Kapitasi, Dana Bagi hasil Cukai Rokok, serta Hibah APBD I Provinsi.Adapun kerangka dan rincian penganggaran program dan kegiatan dapat dilihat pada lampiran Renja OPD Tahun 2020.

(31)

BAB V

PROGRAM DAN KEGIATAN PERUBAHAN TAHUN 2020

Renja Perubahan SKPD Dinas Kesehatan tahun anggaran 2020 disusun dengan mengacu pada rencana dan program kegiatan prioritas tahun 2020 serta Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun 2020.

Perubahahan anggaran yang dimaksud, terletak pada nomenklatur kegiatan, volume kegiatan, harga satuan, yang dipengaruhi oleh perubahan Standar Harga Kabupaten serta adanya penambahan anggaran untuk pembiayaan premi JAMKESPRA, insentif tenaga medis, beberapa program dan kegiatan strategis serta program dan kegiatan penunjang. Serta kondisi pandemic COVID 19 yang mengharuskan semua pihak berperan serta dalam mendukung upaya penanggulangan dan pencegahan COVID 19, sehingga menyebabkan adanya refocusing anggaran pada semua OPD di Kabupaten Bone Bolango termasuk OPD Dinas Kesehatan.

Namun refocusing ini hanya dilakukan dibeberapa program kegiatan penunjang dan bebereapa kegiatan strategis namun tidak dilakukan untuk kegiatan yang mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Kesehatan tahun 2020. Daftar program dan kegiatan yang berubah dapat dilihat pada tabel lampiran yang ada.

(32)

BAB VI PENUTUP

Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Perubahan tahun 2020 ini mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan serta RPJMN 2015-2019 Republik Indonesia, RPJMD 2016-2021 Kabupaten Bone Bolango, dan Renstra Dinas Kesehatan 2016-2021 dengan melihat kondisi pencapaian program pembangunan bidang kesehatan ditahun sebelumnya serta adanya refocusing anggaran untuk penanggulangan dan pencegahan COVID 19. Renja ini disusun dengan tujuan agar dapat menjawab dan memfokuskan upaya Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango menghadapi tantangan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2020 nanti yang semakin kompleks dengan melakukan pendekatan keluarga demi peningkatan status kesehatan masyarakat yang dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle).

Renja Perubahan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2020 dalam membangun sektor kesehatan menjadi lebih terarah dan terukur. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas dedikasi yang tinggi serta kerja keras demi tercapainya visi dan misi Pemerintah Daerah serta pencapaian tujuan dan sasaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang di kabupaten tercinta ini.

(33)

Gambar

Grafik  diatas  menunjukan  nilai  kinerja  yang  dinilai  sudah  cukup  baik,  penurunan  yang  signifikan sudah turun dari tahun ketahun

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kerja (Renja) Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai Tahun 2020 merupakan dokumen perencanaan OPD untuk periode (1) satu tahun yang memuat kebijakan, program

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2016-2021 yang selanjutnya disebut RPJMD Kabupaten Bone Bolango, adalah dokumen

37 Rencana Kerja (Renja) Dinas peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai Tahun 2020 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai akan menambah usulan program

Oleh karena itu pada perencanaan pelaksanaan program/kegiatan tahun 2021, perlu dilakukan mendasar terhadap program-program yang akan dilaksanakan dan substansi

Perubahan Renja Dinas Arsip dan Perpustakaan tahun 2020 ini berpedoman kepada Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Perubahan Rencana Kerja (Renja)

RENJA-P Dinas Perdagangan Tahun 2020 memuat perubahan kerangka ekonomi daerah, Evaluasi pelaksanaan Renja SKPD sampai dengan Triwulan II dan rencana Program dan kegiatan

Maksud penyusunan Rencana Kerja (Renja) Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala Tahun 2020 adalah menyediakan dokumen perencanaan tahunan yang memuat program dan kegiatan

Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Barat tahun 2020 dimaksudkan menetapkan dokumen perencanaan yang memuat program dan