• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUALITAS JALAN LINGKAR TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

TESIS

Oleh :

TRIYANA PUJI ASTUTI RITONGA 137003008/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2016

(2)

ANALISIS KUALITAS JALAN LINGKAR TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

TRIYANA PUJI ASTUTI RITONGA 137003008/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2016

(3)

Judul : Analisis Kualitas Jalan Lingkar Terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan

Nama Mahasiswa : Triyana Puji Astuti Ritonga Nomor Pokok : 137003008

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Prof.Dr. Drs. H.B. Tarmizi, SU Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc

Tanggal Lulus :04 Mei 2016

(4)

Telah diuji pada tanggal: 04 Mei 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE Anggota : 1. Prof. Dr.H.B.Tarmizi,SE,SU

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 3. Dr. Rujiman, MA

4. Ir. Supriadi, MS

(5)

ANALISIS KUALITAS JALAN LINGKAR TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

ABSTRAK

Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan memberikan implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan kemajuan suatu kota, namun dapat juga memberikan implikasi negatif, seperti kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan lalu lintas. Keberadaan jalan lingkar tersebut diharapkan dapat memperbaiki aksesibilitas jalan dan mengurangi beban lalu lintas pada jalan-jalan pusat kota. Dengan fungsinya sebagai pengalih arus lalu lintas guna mengatasi kemacetan pusat kota, maka lahan-lahan yang berada di sepanjang jalan lingkar harus tetap dipertahankan sebagai lahan kosong non- bangunan. Hal ini untuk menjaga fungsi dari jalan lingkar itu sendiri sebagai jalan keluar dari kemacetan pusat kota. Penelitian dilaksanakan di Kota Medan tentang Analisis Kualitas Jalan Lingkar terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan mengambil sampel responden sebanyak 100 orang dari Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medang Sunggal dan Kecamatan Medan Helvetia. Hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas jalan berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah Kota Medan. Kelancaran transportasi berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah Kota Medan. Secara simultan kualitas jalan dan kelancaran transportasi berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah Kota Medan.

Kata kunci: Kualitas Jalan, Kelancaran Transportasi dan Pengembangan Wilayah

(6)

QUALITY ANALYSIS OF RING ROAD CITY REGIONAL DEVELOPMENT FIELD

ABSTRACT

The existence of public transport as a supporter of the movement will give positive implications for increasing the growth and progress of a city, but it could also give negative implications, such as congestion, traffic chaos and accidents.

The existence of the ring road is expected to improve accessibility and reduce the burden of road traffic on the streets of the city center. With its function as a diversion in order to overcome traffic congestion downtown, the lands that lie along the ring road should be maintained as a non-empty area of the building.

This is to maintain the function of the ring road itself as a way out of the congestion of the city center. The research was conducted in the city of Medan on Ring Road Quality Analysis on Regional Development of Medan. The analytical method used in this research is descriptive analysis and multiple linear regression analysis by taking a sample of respondents as many as 100 people from the district of Medan Selayang, District Medang Sunggal and district of Medan Helvetia. The results showed that the quality of the positive influence on the development of the city of Medan. Smooth transportation positive influence on the development of the city of Medan. Simultaneously the quality of roads and smooth transportation positive influence on the development of the city of Medan.

Keywords: Quality of Roads, Transport and Regional Development Smoothness

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Analisis Kualitas Jalan Lingkar terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan”.

Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof.Dr. Drs. H.B. Tarmizi, SU, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penulis hingga tesis ini selesai.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M,Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Bapak dosen pembanding yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini.

(8)

4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

5. Bapak Kepala Bidang Perencanaan BBPJN I Medan, Ir. Sugeng Gunadi beserta staff di Bidang Perencanaan BBPJN I Medan yaitu Nanda Indira Sari, ST, Budi Armansyah, ST, Adria Febrian, ST, dst.

6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Ir. Tri Hernawati, M.Si dan Ir. Betlintine Ritonga yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa, serta kakak penulis yaitu dr. Dwi Herawati Ritonga.

7. Teruntuk Adhystira Mardjuni, ST yang telah senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan motivasi untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

8. Teman-teman saya di Program Studi PWD beserta staf di PWD (Kak Maya, Kak Indah, Bang Yusuf), beserta sahabat-sahabat saya Nailil, Stella, Okky, Theresia, Ester, Fanny, Della, Stisya, Irien, Tyas, Uun, Maya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini.

Akhirnya atas segala kekurangan dalam penyusunan tesis, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Medan, Mei 2016 Penulis

Triyana Puji Astuti Ritonga

(9)

RIWAYAT HIDUP

Triyana Puji Astuti Ritonga lahir di Medan, 22 Oktober 1990, dari pasangan Ir. Tri Hernawati, M.Si dengan Ir. Betlintine Ritonga, dan merupakan anak ketiga dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 2002 di SD Swasta Eria Medan. Pada tahun 2005 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada SMP Negeri 2 Medan dan tahun 2008 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan. Kemudian pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Sejak tahun 2014 sampai sekarang aktif bekerja sebagai PNS di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga. Tahun 2013 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD).

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 9

1.2.1. Identifikasi Masalah ... 9

1.2.2. Pembatasan Masalah ... 11 1.3. Perumusan Masalah ... 11

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Jalan ... 13

2.2. Jalan Lingkar (Ring Road) ... 16

2.3 Kualitas Jalan ... 17

2.4. Kelancaran Transportasi ... 18

2.5. Pengembangan Wilayah ... 20

2.6. Transportasi dan Pengembangan Wilayah ... 22

2.7. Pendapatan ... 25

2.8. Penelitian Terdahulu ... 27

2.9. Kerangka Konseptual ... 32

2.10. Hipotesis Penelitian ... 33

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 34

3.2. Lokasi Penelitian ... 35

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.3.3. Pengambilan Sampel ... 38

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 38

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5.2. Alat Pengumpulan Data ... 39

3.5.3. Skala ... 40

3.6. Uji Coba Instrumen ... 41

3.6.1. Uji Validitas ... 41

3.6.2. Uji Realibilitas ... 42

3.7. Analisis Data ... 42

3.7.1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 42

3.7.2. Perumusan Model ... 42

3.7.3. Uji Asumsi Klasik ... 43

3.7.3.1. Uji Normalitas Data ... 43

3.7.3.2. Uji Multikolinearitas ... 44

3.7.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 44

3.7.3.4. Uji Autokorelasi ... 45

3.7.4. Pengujian Hipotesis ... 45

3.7.4.1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2 3.7.4.2. Uji Simultan (Uji F) ... 46

) ... 45

3.7.4.3. Uji Parsial (Uji t) ... 46

3.8. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1. Hasil Penelitian ... 48

4.1.1. Deskripsi Kota Medan ... 48

(12)

4.1.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan ... 48

4.1.1.2. Kondisi Demografis Kota Medan ... 51

4.1.1.3. Kondisi Perekonomian Kota Medan ... 54

4.1.2. Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi 57 4.1.3. Gambaran Umum Jalan Lingkar Gagak Hitam ... 68

4.1.3.1. Kronologis Pembebasab Tanah Pembangunan Jalan Lingkar Gagak Hitam ... 68

4.1.3.2. Pelaksanaan Penetapan Ganti Rugi Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Gagak Hitam.. 71

4.1.4. Karakteristik Responden ... 74

4.1.4.1. Umur ... 74

4.1.4.2. Pendidikan ... 75

4.1.4.3. Jenis Kelamin ... 77

4.1.4.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 77

4.1.4.5. Lama Menetap di Daerah Penelitian ... 79

4.1.4.6. Pekerjaan... 80

4.1.5. Uji Validitas dan Realibilitas ... 81

4.1.6. Pengaruh Kualitas Jalan dan Kelancaran Transportasi terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan ... 82

4.1.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 82

4.1.6.2. Pengujian Hipotesis ... 88

4.2. Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1. Kesimpulan ... 99

5.2. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

LAMPIRAN ... 105

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1. Populasi dan Sampel per Kecamatan ……… 37 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………. 47 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan Untuk Tahun

2013 Berdasarkan Kecamatan ……….. 52 4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun

2009-2013 ………. 52

4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun

200902013 ……… 53

4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2011-

2013 ……….. 54

4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2011-2013 ……... 56 4.6 Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Primer Kota Medan 59 4.7. Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Arteri Sekunder Kota

Medan ………. 60

4.8. Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota

Medan ………... 61 4.9. Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Kolektor Sekunder Kota

Medan ………. 62

4.10. Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Lokal Primer Kota Medan 65 4.11. Distribusi Umur Responden ………. 74 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 75 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 77 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Keluarga ………. 78

4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menetap …………... 79 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ………... 80 4.17. Hasil Pengujian Validitas dan Realibilitas Variabel Kualitas

Jalan, Kelancaran Transportasi dan Pengembangan Wilayah 81 4.18. Kolmogorov – Smirnov Test Variabel Penelitian ……….. 84 4.19. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Penelitian ……….. 85 4.20. Uji Glesjer Variabel Penelitian ……….. 87

(14)

4.21. Uji Autokorelasi ………. 88 4.22.

Koefisien Determinasi Pengaruh Kualitas Jalan dan

Kelancaran Transportasi terhadap Pengembangan Wilayah

Kota Medan ……… 88

4.23. Hasil Uji Simultan Pengaruh Kualitas Jalan dan Kelancaran

Transportasi terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan 89 4.24.. Hasil Uji Parsial Pengaruh Kualitas Jalan dan Kelancaran

Transportasi terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan 89

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1. Kondisi Jalan Ring Road Gagak Hitam ……… 5

1.2. Pelaku Usaha.Masyarakat ………. 5

2.1. Kerangka Konseptual Penelitian ………... 32

3.1. Denah Lokasi Penelitian ………... 35

3.2. Lokasi Penelitian ……….. 36

4.1. Peta Pemabgian Kecamatan di Kota Medan ………. 50

4.2. Rencana Jaringan Jalan Kota Medan ……… 66

4.3. Rencana Fungsi Jalan Kota Medan ………... 67

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ……… 75

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan …….. 76

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………... 77

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ……… 78

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menetap ………….. 79

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ……...……….. 80

4.10. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual Pengembangan Wilayah Kota Medan ……….. 83

4.11. Histogram Pengembangan Wilayah ………. 83

4.12. Grafik Scatterplots Pengembangan Wilayah Kota Medan ….. 86

4.13. Volume Lalu Lintas Jalan Lingkar Gagak Hitam ………. 97

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ……….. 104

2. Tabulasi Data Uji Instrumen ………. 109

3. Tabulasi Data Variabel Penelitian ……… 116

4. Hasil Uji Asumsi Klasik ………... 119

5. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ………... 121

6. Foto Dokumentasi Penelitian Jalan Lingkar Gagak Hitam ….. 122

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Prasarana transportasi merupakan penghubung utama antara dua daerah yang sedang berinteraksi dalam pembangunan. Tanpa adanya jaringan prasarana transportasi tidak mungkin pembangunan dapat diperkenalkan ke luar daerah.

Jalan merupakan akses sarana transportasi dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain.

Sistem prasarana dan sarana transportasi sebagai infrastruktur dasar (basic infrastructure) merupakan prasyarat bagi terjadinya pergerakan ekonomi wilayah (Tamin, 2000), Sistem pendukung dan pendorong prasarana transportasi sangat berperan terhadap efisiensi dan efektifitas kegiatan ekonomi wilayah. Sarana dan prasarana transportasi berpengaruh pada tingkat aksesibilitas suatu kawasan.

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi dalam kehidupan bangsa, kedudukan dan peranan jaringan jalan pada hakikatnya menyangkut hajat hidup orang banyak serta mengendalikan struktur pengembangan wilayah pada tingkat nasional, terutama yang menyangkut pewujudan perkembangan antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil-hasil pembangunan, serta peningkatan pertahanan dan keamanan negara,dalam rangka mewujudkan rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

(18)

Sehubungan dengan hal tersebut dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 34 tentang Jalan akan dapat meningkatkan pelayanan publik di bidang infrastruktur jalan dalam hal kualitas jalan mantap sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seiring dengan lancarnya transportasi baik barang maupun jasa. Implementasi kebijakan pemerintah yang baik serta penerapan manajemen proyek konstruksi jalan yang benar dan kualitas jalan yang mantap juga transportasi yang lancar diduga akan memberikan manfaat dan membantu dalam menyelenggarakan administrasi dan manajemen kepemerintahan secara efektif sehingga ada keterkaitan dan relevansinya dengan pelaksanaan administrasi negara.

Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan memberikan implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan kemajuan suatu kota, namun dapat juga memberikan implikasi negatif, seperti kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan lalu lintas. Implikasi negatif tersebut disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk yang memberikan pengaruh pada meningkatnya demand terhadap sarana maupun prasarana transportasi. Lebih kompleks lagi, timbulnya permasalahan transportasi adalah terjadinya ketidakseimbangan antara demand dan supply transportasi, pengaturan ruang dan penggunaan lahan yang tidak tepat.

Fenomena tersebut saat ini terjadi pada sarana-prasarana transportasi di Indonesia dan salah satunya adalah pada sarana-prasarana transportasi di Kawasan Kota Metropolitan Medan. Permasalahan transportasi dan lalu lintas di kawasan Metropolitan Medan terjadi sebagai akibat dari hal-hal sebagai berikut :

(19)

1. Tingginya perkembangan kota-kota dan lemahnya pengawasan rencana pemanfaatan lahan terutama di sekitar prasarana transportasi terutama jalan yang mengakibatkan pola pemanfaatan lahan tidak terkendali.

2. Perkembangan berbagai aktivitas di sekitar prasarana transportasi terutama jalan dan terminal (perumahan, pusat perdagangan, pertokoan dan aktivitas lainnya) mengakibatkan terjadinya hambatan samping ruas jalan semakin tinggi, sehingga pada akhirnya akan mengurangi kapasitas jalan.

3. Bercampurnya arus lalu lintas dalam kota dengan arus menerus sebagai akibat tidak tersedianya jalan kolektor untuk lalu lintas dalam kota, sehingga mengakibatkan tingkat pelayanan jalan menurun yang dicerminkan dengan rendahnya kecepatan rata-rata ruas jalan, bertambahnya delay/hambatan di persimpangan yang memperpanjang waktu perjalanan.

Meningkatnya arus lalu lintas pada jalan-jalan di Kota Medan menjadi suatu permasalahan yang harus dihadapi oleh Pemerintah Kota Medan akibat adanya perkembangan wilayah. Laju pertumbuhan lalu lintas yang sangat pesat mengakibatkan ruas jalan yang ada menjadi tidak cukup. Kemacetan sering terjadi di beberapa ruas jalan terutama di kawasan intersection jalan di Kota Medan. Hal ini akan memberi dampak kepada mobilitas dan aktivitas masyarakat kerja, keamanan maupun kenyamanan bagi pengguna jalan.

Mengantisipasi kemacetan jalan di pusat Kota Medan, Pemerintah Kota Medan mendapat bantuan pembangunan jalan lingkar (Ring Road). Jalan lingkar tersebut berfungsi untuk mengalihkan sebagian arus lalu lintas terusan dari pusat kota sehingga mengurangi kemacetan di pusat kota. Jaringan jalan perkotaan

(20)

(urban) merupakan bagian target dari pelaksanaan proyek Kementerian Pekerjaan Umum dalam mengantisipasi kemacetan lalu lintas, yang saat ini sudah dilaksanakan tersebar di wilayah Indonesia.

Pembangunan Ring Road di Kota Medan berdasarkan proyek Paket TR- 15B yang disebut dengan nama Medan ORR Western Section TR-15B dengan fungsi jalan arteri primer. Pembangunan proyek Paket TR-15B dikenal dengan nama Ring Road Gagak Hitam yang dibangun pada tahun 2004 sepanjang 5,048 kilometer, dengan posisi antara simpang Jalan Ngumban Surbakti/Jalan Setiabudi sampai dengan simpang Jalan Asrama/Jalan Gatot Subroto, diharapkan dapat memudahkan arus lalu lintas dari selatan Kota Medan (Asrama Haji, Simpang Pos, Padang Bulan) menuju kawasan Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Baru, Medan Helvetia dan Medan Marelan. Pembangunan Ring Road Gagak Hitam dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Pemerintah Republik Indonesia, dengan proyek pelepasan tanah masyarakat dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan.

Keberadaan jalan lingkar tersebut diharapkan dapat memperbaiki aksesibilitas jalan dan mengurangi beban lalu lintas pada jalan-jalan pusat kota.

Dengan fungsinya sebagai pengalih arus lalu lintas guna mengatasi kemacetan pusat kota, maka lahan-lahan yang berada di sepanjang jalan lingkar harus tetap dipertahankan sebagai lahan kosong non-bangunan. Hal ini untuk menjaga fungsi dari jalan lingkar itu sendiri sebagai jalan keluar dari kemacetan pusat kota.

Namun, dampak langsung yang dapat terlihat dan merupakan permasalahan yang kompleks adalah adanya konversi lahan pertanian menjadi kegiatan non pertanian

(21)

di sepanjang jalan lingkar tersebut. Hingga saat ini, disepanjang Ring Road Gagak Hitam Kota Medan, telah terdapat beberapa bangunan rumah toko, restoran, café, perumahan, hotel, pusat kesehatan dan pusat perbelanjaan.

Keberadaan jalan lingkar di Kota Medan, memberikan pengaruh pada perkembangan kawasan-kawasan disekitar jalan lingkar tersebut. Adanya jalan lingkar maka lahan-lahan yang berada di sepanjang jalan lingkar memiliki harga yang sangat tinggi, sehingga dapat dipastikan lahan disepanjang jalan lingkar ini akan cenderung berubah fungsi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Pada Gambar 1.1. terlihat bahwa sepanjang jalan lingkar Gagak Hitam telah terbangun rumah toko (ruko) yang bergerak dalam usaha perdagangan dan jasa. Yunus (2008) menyatakan perubahan pemanfaatan lahan pada suatu bidang

Gambar 1.1. Kondisi Jalan Ring Road Gagak Hitam

(22)

tertentu berpotensi mempengaruhi bidang lahan didekatnya, gejala ini disebut efek lintas batas (transboundary effect phenomena).

Pembangunan jalan lingkar mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar, karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan perekonomian yang berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Gambar 1.2. Pelaku Usaha/Masyarakat

Gambar 1.12. menunjukkan aktivitas masyarakat dalam perdagangan mengakibatkan berkurangnya fungsi ruang terbuka hijau (RTH) yang disebabkan dipergunakan pelaku usaha maupun masyarakat untuk lahan parkir dan tempat berjualan, sehingga badan jalan turut dipergunakan sebagai lahan parkir, yang mengakibatkan mengurangi ruas jalan untuk lalu lintas kenderaan bermotor.

Semakin berkembangnya Kota Medan maka dikhawatirkan lahan-lahan di sepanjang jalur Ring Road Gagak Hitam ini nantinya menjadi lahan terbangun dengan jenis kegiatan yang menimbulkan bangkitan besar sehingga fungsinya sebagai jalan lingkar tidak dapat berjalan optimal dikarenakan lalu lintas yang terlalu padat.

Kegiatan pembangunan di sekitar kawasan jalan lingkar merupakan dampak aksesbilitas yang secara regional sangat menguntungkan. Kondisi perubahan fisik lahan di kawasan jalan lingkar Gagak Hitam Kota Medan,

(23)

apabila tidak ada pengendalian pemanfaatan ruang sesuai Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan, maka akan terjadi perubahan tata guna lahan yang tidak terarah di sepanjang jalan lingkar Kota Medan.

Seiring dengan perkembangan zaman, pembangunan di sekitar jalan lingkar dimungkinkan tidak hanya sebatas pada perkembangan kawasan penunjang aktivitas pergerakan tetapi juga berkembang sebagai kawasan pelayanan aktivitas publik (sosial, ekonomi dan pemerintahan) seiring dengan tingkat kebutuhan masyarakat, terutama dalam pelayanan kebutuhan masyarakat disekitar jalan lingkar.

Dalam sistem transportasi, jalan lingkar Gagak Hitam Kota Medan merupakan jalan arteri primer. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2004 tentang Jalan menyebutkan bahwa fungsi jalan arteri adalah melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Pernyataan tersebut mengisyaratkan jika pergerakan arus kendaraan di jalan lingkar terbebas dari hambatan samping, sehingga sangatlah mutlak diperlukan suatu pengendalian pemanfaatan ruang guna membatasi perkembangan penggunaan lahan sebagai kawasan aktif terbangun di sepanjang jalan lingkar

Pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang (Kodoatie, 2005:62). Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap penggunaan lahan. Pengawasan dalam bentuk usaha untuk menjaga kesesuaian peman-faatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata

(24)

ruang, sedangkan penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud.

Kepadatan lalu lintas di jalan berarti jumlah kenderaan bermotor yang menggunakan ruas jalan tertentu pada suatu waktu (jam-jam) tertentu adalah sangat tinggi. Kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi mengakibatkan kecepatan kenderaan bermotor menjadi lebih lambat, yang berarti waktu perjalanan akan ditempuh lebih lama (rugi waktu) dan konsumsi bahan bakar akan lebih besar (rugi biaya). Kerugian waktu dan biaya tersebut merupakan beban yang ditanggung oleh pengendara kenderaan bermotor dan masyarakat.

Menurut Tamin (2001), sistem prasarana dan sarana transportasi sebagai infrastruktur dasar (basic infrastructure) merupakan prasyarat bagi terjadinya pergerakan ekonomi wilayah, dimana sistem pendukung dan pendorong prasarana transportasi sangat berperan terhadap efisiensi dan efektifitas kegiatan ekonomi wilayah. Kondisi sarana dan prasarana transportasi berpengaruh pada tingkat aksesibilitas yang ada disuatu kawasan/daerah. Banyaknya masalah kemiskinan terjadi karena rendahnya tingkat aksesibilitas (keterhubungan) pusat-pusat desa dengan daerah-daerah lainnya yang menyebabkan desa-desa tersebut menjadi kurang produktif dan pendapatan masyarakat menjadi berkurang.

Penyediaan prasarana transportasi dalam suatu wilayah/kawasan akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan wilayah/kawasan tersebut, yaitu:

(25)

a. Peningkatan produksi, distribusi pangan, industri, ekspor/perdagangan, parawisata, agroindustri dan bisnis, akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah/kawasan perkotaan dan perdesaan.

b. Peningkatan kesejahteraan melalui pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, pengembangan daerah terisolasi, peningkatan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.

Infarstruktur fisik, terutama jaringan transportasi, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, tetapi pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah bersangkutan.

Dalam konteks ekonomi, infrastruktur sebagai modal pendukung masyarakat dan merupakan tempat tumpuan melakukan pergerakan untuk meningkatkan aktivitas dan mobilitas penduduk. Tidak dapat dipungkiri bahwa jalan sebagai jaringan transportasi yang paling dominan digunakan oleh penduduk untuk beraktivitas

Berdasarkan fenomena–fenomena yang terjadi di sekitar Jalan Lingkar Gagak Hitam tersebut, dilakukan penelitian dengan judul : Analisis Kualitas Jalan Lingkar terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan.

1.2.Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

(26)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah bahwa permasalahan transportasi di suatu wilayah akan berdampak terhadap berbagai aspek yang ada. Transportasi merupakan unsur penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk yang terjadi dalam berbagai bidang dan sektor.

Penyediaan infrastruktur terhadap suatu wilayah harus dilaksanakan dengan baik dengan maksud terjadi pembukaan akses dan mendukung kegiatan produksi, ekonomi, dan sosial yang merupakan komponen penting dalam pengembangan suatu wilayah.

Menurut Kadir (2006) peran dan pentingnya transportasi dalam kaitannya dengan aspek ekonomi dan sosial ekonomi yang utama adalah: a) tersedianya barang (availability of goods), b) stabilisasi dan penyamaan harga (stabilization and equalization), c) penurunan harga (price reduction), d) meningkatnya nilai tanah (land value), e) terjadinya spesialisasi antar wilayah (territorial division of labor), f) berkembangnya usaha skala besar (large scale production), dan g) terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk (urbanization and population concentration) dalam kehidupan. Dengan rusaknya infrastruktur jalan raya, maka mobilitas penduduk dan distribusi barang menjadi terkendala.

Dampak kerusakan infrastruktur jalan raya sangat memengaruhi perekonomian masyarakat maupun pemerintah daerah dan pembangunan suatu wilayah. Dampaknya secara langsung diterima oleh masyarakat, diantaranya pertumbuhan ekonomi masyarakat yang statis, pendapatan masyarakat menurun serta melonjaknya harga sejumlah kebutuhan sehari-hari. Pertumbuhan ekonomi

(27)

yang statis dalam masyarakat disebabkan karena akses jalan yang

Kualitas jalan berkaitan dengan kondisi jalan dan permukaan jalan. Ruas jalan-ruas jalan dengan permukaan jalan yang rusak mengakibatkan tingkat mobilitas yang rendah, karena kendaraan tidak dapat bergerak dengan lancar, mengalami banyak hambatan dan tundaan. Kualitas jalan yang baik selain memberikan kemudahan bergerak di atas jalan raya juga terpenuhinya unsur keamanan dalam berkendaraan (

buruk sehingga usaha-usaha ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi suatu keluarga tidak dapat tercapai dengan baik. Pendapatan masyarakat yang menurun disebabkan karena dengan akses jalan yang sulit sehingga mobilitas manusia dan barang terhambat. Dengan terhambatnya mobilitas barang akibat kesulitan akses berdampak terhadap melonjaknya harga kebutuhan sehari-hari.

http://perencanaankota.blogspot.com/2013/10/

karakteristik-dan-pengelompokan.html).

Semakin berkembangnya Kota Medan maka dikhawatirkan lahan-lahan di sepanjang jalur Ring Road Gagak Hitam ini nantinya menjadi lahan terbangun dengan jenis kegiatan yang menimbulkan bangkitan besar sehingga jalan lingkar tidak dapat berjalan optimal dikarenakan lalu lintas yang terlalu padat. Perubahan pemanfaatan lahan pada suatu bidang tertentu berpotensi mempengaruhi bidang lahan didekatnya, gejala ini disebut efek lintas batas (transboundary effect phenomena). Pembangunan jalan lingkar mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar, karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan perekonomian yang berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(28)

1.2.2. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi variabel kualitas jalan (X1) meliputi kondisi jalan, keamanan pengguna jalan, dan kenyamanan pengguna jalan; variabel kelancaran transportasi (X2) meliputi kinerja transportasi yang efektif dan efisien; dan variabel pengembangan wilayah (Y) meliputi pendapatan, penggunaan lahan dan perekonomian masyarakat. Pembatasan ini dilakukan dengan pertimbangan terbatasnya kemampuan, waktu, tenaga dan biaya untuk melakukan penelitian.

1.3.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh kualitas jalan terhadap pengembangan wilayah Kota Medan ?

2. Apakah ada pengaruh kelancaran transportasi terhadap pengembangan wilayah Kota Medan ?

3. Apakah ada pengaruh secara simultan kualitas jalan dan kelancaran transportasi terhadap pengembangan wilayah Kota Medan ?

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis pengaruh kualitas jalan terhadap pengembangan wilayah Kota Medan

(29)

2. Menganalisis pengaruh kelancaran transportasi terhadap pengembangan wilayah Kota Medan

3. Menganalisis pengaruh secara simultan kualitas jalan dan kelancaran transportasi terhadap pengembangan wilayah Kota Medan

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun kehadiran hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat sebagai berikut :

1. Secara praktis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi instansi pemerintah yang memiliki keterkaitan khususnya di bidang pembangunan wilayah yang dilalui jalan lingkar

2. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat dikembangkan berbagai dimensi keilmuan yang harus diperhatikan berkaitan dengan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan jalan lingkar dalam konteks pembangunan wilayah yang berkelanjutan.

3. Sebagai bahan pendukung untuk kegiatan penelitian yang sama atau penelitian selanjutnya bila diperlukan.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jalan

Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi dalam kehidupan bangsa, kedudukan dan peranan jaringan jalan pada hakikatnya menyangkut hajat hidup orang banyak serta mengendalikan struktur pengembangan wilayah pada tingkat nasional, terutama yang menyangkut pewujudan perkembangan antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil-hasil pembangunan, serta peningkatan pertahanan dan keamanan negara, dalam rangka mewujudkan rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jalan merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam mendukung dan mempercepat aktivitas-aktivitas sosial, ekonomi dan budaya suatu masyarakat.

Bahkan dari berbagai studi sejarah yang pernah dilakukan, jalan merupakan sarana yang vital bagi tumbuh dan berkembangnya suatu peradaban. Dimasa lalu, daerah-daerah yang mampu tumbuh dan berkembang umumnya adalah daerah- daerah yang letaknya strategis dan berada di tepi jalan atau yang dilalui oleh jalan utama. Jalan dianalogikan sebagai urat nadi dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai sarana untuk mendukung masuknya energi yang diperlukan bagi perkembangan manusia.

(31)

Menurut Asariansyah, et al (2013) ada beberapa manfaat utama adanya infrastruktur jalan bagi masyarakat yaitu:

a. Membuka keterisolasian wilayah dan daerah. Adanya jalan akan membuka wilayah-wilayah dan masyarakat yang dahulu terisolasi. Semakin terbukanya wilayah akan mempercepat perubahan-perubahan sosial yang merupakan pra- syarat penting bagi proses pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat.

b. Meningkatkan aktivitas dan mendukung kelancaran dan roda ekonomi wilayah. Adanya jalan akan mempermudah distribusi dan pemasaran suatu komoditi sehingga merangsang aktivitas dan tumbuhnya kegiatan perekonomian di-daerah tersebut.

c. Memperoleh akses teknologi dan pemanfaatan fasilitas sosial, seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan rencana pemindahan ibukota kabupaten dan lain-lain. Dengan adanya jalan fasilitas-fasilitas sosial akan dapat dicapai secara lebih mudah dan cepat oleh masyarakat sehingga fasilitas tersebut terasa efektif dan efisien bagi masyarakat. Peningkatan mobilitas dan kontak sosial antar penduduk. Adanya jalan mempermudah hubungan antara suatu daerah dengan daerah lain.

Secara umum, jalan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : a. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;

b. Jalan khusus adalah jalan selain jalan umum, seperti jalan perkebunan, jalan pertambangan, jalan inspeksi pengairan, jalan inspeksi saluran minyak dan gas, jalan kehutanan, jalan komplek bukan umum, jalan untuk keperluan pertanahan dan keamanan (hankam).

(32)

Klasifikasi jalan berdasarkan perannya dalam sistim jaringan jalan adalah sebagai berikut :

1. Sistem Jaringan Jalan Primer 1. Sistem jaringan jalan primer

Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang berperan sebagai pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.

Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut :

a. Dalam satuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai ke persil;

b. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan yang berperan sebagai pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

(33)

Menurut Miro (1997) klasifikasi jalan berdasarkan kepada peranan atau fungsi, yaitu :

a. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah masuk (accces road) dibatasi secara efisien.

b. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan jarak sedang dengan kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk masih dibatasi.

c. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat (angkutan setempat) dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2.2.Jalan Lingkar (Ring Road)

Jalan lingkar adalah semua jalan yang melingkari pusat suatu kota yang fungsinya agar kendaraan dapat mencapai bagian kota tertentu tanpa harus melalui pusat kota atau bagian kota lainnya untuk mempercepat perjalanan dari satu sisi kota ke sisi lainnya. Tamin (2000) mengemukakan jalan lingkar merupakan jalan yang melingkari suatu wilayah yang pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengalihkan pergerakan lalu lintas menerus agar jangan memasuki wilayah yang bersangkutan sehingga kemacetan yang timbul karena pembebanan yang terlalu banyak pada jalan arteri dapat dihindari, dan meningkatkan aksesibilitas pada kawasan yang di lalui jalur jalan lingkar tersebut. Jalan lingkar di bagi atas tiga model, yaitu sebagai berikut:

1. Jalan lingkar inner merupakan bentuk dasar jalan kota sebagai roda pedati, lalu jari-jarinya sebagai rute-rute radial. Poros dari roda pedati sebagai jalan

(34)

lingkar inner. Jalan lingkar inner dapat berupa lingkaran, kotak atau memanjang.

2. Jalan lingkar outer dapat dianggap sebagai velg roda. Walaupun biasanya digunakan untuk lalulintas langsung yang memotong kota, kegunaan aslinya adalah untuk melayani lalu lintas kota itu sendiri dengan menghubungkan masyarakat dan kegiatan luar sebagai distributor diantara radial.

3. Jalan lingkar intermediate melayani kebutuhan lalulintas yang diinginkan untuk mencapai titik antara jalan-jalan inner dan outer.

2.3. Kualitas Jalan

Jalan menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 adalah adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Kualitas jalan berkaitan dengan kondisi jalan dan permukaan jalan. Ruas jalan-ruas jalan dengan permukaan jalan yang rusak mengakibatkan tingkat mobilitas yang rendah, karena kendaraan tidak dapat bergerak dengan lancar, mengalami banyak hambatan dan tundaan. Kualitas jalan yang baik selain memberikan kemudahan bergerak di atas jalan raya juga terpenuhinya unsur keamanan dalam berkendaraan (http://perencanaankota.blogspot.com/2013/10/

karakteristik-dan-pengelompokan.html).

(35)

Keterkaitan karakteristik jaringan jalan dengan angkutan umum adalah pada rute pelayanan. Penentuan rute pada suatu wilayah kota harus mempertimbangkan jaringan jalan yang tersedia agar dapat memberikan akses yang baik terhadap pembangkit lalu lintas. Sementara itu dalam menentukan dimensi angkutan yang beroperasi pada sebuah rute harus sesuai dengan klasifikasi jalan yang tersedia, sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam perjalanannya ( http://perencanaan kota.blogspot.com/2013/10/karakteristik-dan- pengelompokan.htm).

Jalan mantap adalah jaringan jalan dengan kondisi kemampuan pelayanan mantap merupakan hasil penanganan akhir program pembinaan jalan sampai dengan tingkat strukur secara merata (https://www.pu.go.id/glossary/index/20).

Adapun dimensi kualitas jalan mantap menurut Swardjoko (2002) adalah: (1) Kondisi Jalan; (2) Keamanan Pengguna Jalan; (3) Kenyamanan Pengguna Jalan;

dan (4) Kecepatan Perjalanan.

2.4. Kelancaran Transportasi

Transportasi adalah suatu tindakan atau kegiatan mengangkut atau memindahkan muatan (barang dan orang) dari suatu tempat ke tempat lain (Adisasmita, 2011). Tujuan dari transportasi adalah menyediakan akses untuk bersosialisasi, mendapatkan pelayanan dan barang yang kita perlukan dengan cara mudah, rendah biaya, dan memiliki dampak yang kecil (Hairulsyah, 2006).

Transportasi dikatakan baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman.

(36)

Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografi wilayah memiliki pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut. Tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan transportasi melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung mengurangi daya saing dari transportasi wilayah. Aminah (2010) sistem transportasi merupakan elemen dasar infrastruktur yang berpengaruh pada pola pengembangan perkotaan. Pengembangan transportasi dan tata guna lahan memainkan peranan penting dalam kebijakan dan program pemerintah.

Kota dianggap sebagai pusat strategis untuk melakukan berbagai macam aktivitas, baik aktivitas ekonomi, pendidikan, politik, maupun berbagai aktivitas sosial lain. Membangun jalan kota identik dengan membangun sebuah sistem (transportasi) yang kompleks. Pembangunan jalan raya harus diorientasikan seoptimal mungkin bagi kepentingan publik. Hal ini memberikan indikasi bahwa keberhasilan pencapaian kinerja organisasi akan ditunjukkan pada kemampuannya memberikan layanan-layanan berkualitas (Adi, 2004). Pembangunan sarana jalan harus berdampak pada sistem kota yang lebih efisien. Wibowo (2003) semakin rumit pola perkembangan kota, maka akan semakin besar pula beban yang dimiliki oleh kota tersebut. Pembangunan prasarana jalan diharapkan dapat menyebabkan efisiensi pola guna lahan dan pergerakan yang semakin terkendali

(37)

serta jarak tempuh antar lokasi kegiatan yang semakin terukur. Hal ini sejalan dengan penelitian Akbar (2011) yang merekomendasikan bahwa pemerintah kota perlu melakukan penambahan jaringan jalan (membuka jalan baru) pada beberapa daerah tertentu, memperlebar ukuran jalan sesuai kapasitas lalu lintas yang dilayani.

Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu menentukan keberhasilan pembangunan. Untuk menyelenggarakan kegiatan transportasi diperlukan tersedianya moda trasnportasi (kendaraan truk, mobil, kapal laut dan pesawat udara) dan muatan (barang dan manusia) yang diangkut, melalui jalan yang tersedia, atau trayek dan rute yang telah ditetapkan, menyinggahi tempat- tempat pemberhentian (terminal) selama dalam perjalanan. Adapun dimensi kelancaran transportasi menurut Adisasmita (2012) adalah (1) Kinerja Transportasi yang Efektif dan (2) Kinerja Transportasi yang Efisien.

2.5. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata

(38)

banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2005). Mulyanto (2008) mendefinisikan pengembangan wilayah sebagai setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengembangan wilayah dan pengelolaan SDA yang sesuai dengan daya dukung wilayah melalui ; 1) Pemetaan potensi serta perencanaan pengembangan wilayah, 2) Pengembangan infrastruktur wilayah sesuai dengan daya dukung dan potensi wilayah (Oktaviana, Sulistio dan Wicaksono, 2011). Salah satu sasaran utama dari pengembangan wilayah adalah mengurangi kesenjangan atau ketimbangan regional dan spasial (tata ruang). Kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan dalam lingkup suatu wilayah, kesenjangan antara pusat pertumbuhan dengan wilayah pengaruh cenderung bertambah besar, hal ini berarti implementasi dari segi strategi kebijakan kutub pertumbuhan dianggap gagal (Adisasmita, 2010). Peranan kutub pertumbuhan dalam pengembangan wilayah adalah sebagai penggerak utama atau lokomotif pertumbuhan yang selanjutnya menyebarkan hasil pembangunan dan dampak pertumbuhan ke wilayah pengaruhnya.

Nachrowi dan Suhandojo (2001) mengemukakan pengembangan wilayah ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi yang dikenal sebagai tiga pilar pengembangan

(39)

wilayah. Selanjutnya Budiharsono (2005) menjelaskan bahwa pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar/aspek, yaitu : 1) aspek biogeofisik; 2) aspek ekonomi; 3) aspek sosial budaya; 4) aspek kelembagaan; 5) aspek lokasi; dan 6) aspek lingkungan. Aspek biogeofisik meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya non hayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut. Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi disekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia, posisi tawar (bidang politik), budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak.

Secara konseptual pengertian pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalan rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalan wadah NKRI.

(40)

2.6.Transportasi dan Pengembangan Wilayah

Peranan transportasi sangat penting sebagai penghubung, mendekatkan, dan menjembatani antara pihak-pihak yang saling membutuhkan (Adisasmita, 2011). Sektor transportasi memiliki fungsi dan peranan strategis sebagai fasilitas penunjang dan pengembang (Adisasmita, 2005). Transportasi dalam

pengembangan wilayah merupakan pendukung utama, yang memungkinkan suatu wilayah berkembang (Miraza, 2010). Ketersediaan infrastruktur jalan memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Ernawi, 2007). Pembangunan infrastruktur transportasi merupakan salah satu poin vital dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara (Susantono dan Berawi, 2012).

Tumbuh dan berkembangnya suatu wilayah dapat dianalisa dengan pendekatan transportasi, dimana sistem transportasi yang baik akan menciptakan daya dorong dan daya tarik wilayah dalam berbagai kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut. Dengan kata lain macetnya sistem transportasi wilayah akan menghambat mobilitas investasi dan kegiatan perekonomian masyarakat.

Pembangunan prasarana transportasi dalam konteks spasial, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan perekonomian suatu wilayah atau kawasan. Hal ini disebabkan banyak analisis spasial yang memperhatikan faktor jarak pada pembangunan prasarana dan sarana transportasi itu sendiri.

Tarigan (2006) menyatakan ada tiga hal yang membuat sebuah bangsa menjadi

(41)

besar dan makmur, yaitu tanah yang subur, kerja keras dan kelancaran transportasi orang dan barang dari satu bagian negara ke bagian negara lainnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Adisasmita (2005) bahwa sistem wilayah terdapat tiga komponen utama yaitu : 1) sumberdaya penduduk; 2) kegiatan ekonomi, dan 3) sistem transportasi. Saling ketergantungan antara kegiatan ekonomi dan penduduk ditinjau dari segi produksi dan konsumsi (lapangan pekerjaan, buruh dan pendapatan) memainkan peranan yang fundamental dalam usaha menata struktur regional. Konteks pembangunan wilayah, sektor transportasi memiliki fungsi dan peranan strategis sebagai fasilitas penunjang dan pengembang.

Semua kegiatan mengimpor bahan baku, memasarkan hasil produksi, menyediakan tenaga kerja yang didatangkan dari kawasan permukiman ke kawasan industri dan sebaliknya, membutuhkan sistem transportasi yang menjamin keamanan, keselamatan, kecepatan dan keterjangkauan oleh daya beli masyarakatnya. Kondisi ini mencerminkan bahwa transportasi merupakan salah satu kunci perkembangan. Peran transportasi sungguh sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah permukiman sebagai tempat tinggal konsumen.

Permintaan jasa transportasi tidak hanya dipengaruhi aspek fisik saja, melainkan juga aspek sosial ekonomi dari suatu wilayah. Perencanaan fasilitas transportasi harus memperhatikan ketiga aspek di atas, agar kegunaan (utilitas) cukup efisien untuk memenuhi kebutuhan pada saat sekarang maupun masa mendatang, yaitu dengan kriteria cukup dalam kuantitas dan kualitas dan layak secara ekonomi. Jasa transportasi dapat berfungsi ganda yaitu (a) Mampu

(42)

menunjang sektor-sektor pembangunan lainnya, (b) Harus mampu merangsang pertumbuhan sektor–sektor pembangunan lainnya. Uraian tersebut menggambarkan, bahwa transportasi yang baik akan melahirkan manfaat multiplier effect yang besar baik terhadap pengembangan suatu wilayah/kawasan maupun dampak langsung pada peningkatan derajat kehidupan masyarakat.

Sjafruddin (2011) mengemukakan bahwa interaksi perkembangan wilayah dengan sistem transportasi merupakan hubungan yang tak terpisahkan yang mana pengaruhnya terakumulasi sejalan dengan waktu. Suatu wilayah dengan segala karakteristiknya menawarkan daya tarik tertentu bagi berlangsungnya suatu aktivitas, sementara sistem transportasi menyediakan aksesibiltas yang sangat diperlukan agar aktivitas-aktivitas yang diinginkan bisa dilaksanakan dan berkembang. Isu-isu utama perkembangan wilayah yang signifikan dikaitkan dengan permasalahan transportasi, terutama di negera berkembang seperti Indonesia, menyangkut: 1) pertumbuhan penduduk dan urbanisasi; 2) perkembangan bentuk perkotaan; 3) perkembangan jenis aktivitas/tata-guna lahan;

4) kebijakan dekonsentrasi planologis dan otonomi daerah; dan 5) pertumbuhan ekonomi.

2.7.Pendapatan

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1997), tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah

(43)

dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran.

Menurut Lipsey (1995), pendapatan terbagi dua macam, yaitu pendapatan perorangan dan pendapatan disposable. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga; yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan. Pendapatan disposible merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat di belanjakan atau ditabung oleh rumah tangga; yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.

Gilarso (1998) mengemukakan pendapatan atau penghasilan adalah sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam (6) kategori, yaitu : 1) Upah/gaji yang merupakan balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dalam hubungan kerja dengan orang/instansi lain (sebagai karyawan yang dibayar), 2) Laba usaha sendiri yaitu balas karya untuk pekerjaan yang dilakukan sebagai pengusaha yang mengorganisir produksi, mengambil keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung resikonya sendiri entah

(44)

sebagai petani/ tukang/pedagang dan sebagainya, 3) Laba perusahaan (perseroan) atau laba yang diterima atau diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum, 4) Sewa atas jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama, 5) Penghasilan campuran yaitu penghasilan yang diperoleh dari usaha seperti ; petani, tukang, warung, pengusaha kecil, dan sebagainya 6) Disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai kombinasi unsur-unsur pendapatan, serta bunga atau balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang.

Menurut Sukirno (2004) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pendapatan pribadi, yaitu : semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara. 2) Pendapat disposibel, yaitu : pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang disebut pendapatan disposibel.

3) Pendapatan nasional, yaitu : nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun. Menurut teori Friedman dalam Rachmawati (2008) pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan : 1) Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnnya, misal upah,

(45)

gaji, 2) Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang.

2.8.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis kualitas jalan lingkar terhadap pengembangan wilayah telah banyak dilakukan orang, diantaranya penelitian yang dilakukan Nugraha (2013) mengenai “Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jalan Terhadap Manajemen Proyek Konstruksi Jalan dalam Meningkatkan Kualitas Jalan Mantap dan Kelancaran Transportasi”. Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif analitik dengan tekik survei. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan kebijakan tentang jalan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap manajemen proyek konstruksi jalan dalam meningkatkan kualitas jalan mantap dan kelancaran transportasi di wilayah kerja Dinas Bina Marga Kabupaten Garut.

Bosede, et al. (2013) dalam penelitiannya “Transport Infrastructure Improvement and Economic Growth in Nigeria”; Ivanova and Masar (2013) meneliti “Importance of Road Infrastructure in the Economic Development and Competituveness”; dan Kayode, et al (2013) meneliti “An Empirical Analysis of Transport Infrastructure Investment and Economic Growth in Nigeria”

melakukan penelitian mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan hasil yang sama yaitu infrastruktur memiliki kontribusi positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Herianto dan Utomo (2012) melakukan penelitian mengenai “Dampak Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Salatiga terhadap Perkembangan UKM di

(46)

Sekitar Jalan Lingkar Selatan Salatiga”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pembangunan Jalan Lingkar Selatan Salatiga terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat di sekitarnya pada khususnya dan kota Salatiga pada umumnya. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder yang dianalisis menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menjadi alasan berkembangnya UKM di sekitar Jalan Lingkar Selatan Salatiga karena banyak masyarakat yang melihat peluang yang ada untuk berusaha, selain itu juga karena adanya pangsa pasar yang besar dengan adanya para penggiat aktivitas di Jalan Lingkar Selatan. Hal ini mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar, karena menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan perekonomian yang berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kendala yang dihadapi usaha kecil dan menengah meliputi : persaingan yang ketat antara penjual, modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana usaha, kurangnya keahlian dari pelaku UKM, dan ancaman penertiban oleh pihak berwenang.

Okoko (2011) melakukan penelitian mengenai “Rural Transportation and Rural Development : The Instance of Akwapin South District in Ghana”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semua jalan di daerah penelitian berada dalam kondisi rusak dan membutuhkan perbaikan mendesak yang berdampak pada aktivitas sosial ekonomi petani dan kesejahteraan.

Akbar (2011) melakukan penelitian mengenai “Analisis Transportasi Kota Lhokseumawe”. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui kondisi faktual sistem transportasi yang sedang diterapkan dan langkah solusi apakah yang seharusnya

(47)

dilakukan oleh pemerintah kota agar nantinya sesuai dengan perundang-undangan traspotasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pengamatan langsung di lapangan pada titik-titik tertentu sesuai pedoman serta rujukan yang telah diatur di dalam peraturan yang berlaku. Hasil penelitian diperoleh beberapa jawaban tentang sistem transportasi yang sedang berlaku yaitu jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ukuran (kapasitas) jalan, banyaknya hambatan samping yang disebabkan oleh para pedangang kaki lima, banyaknya terjadi kecelakaan lalulintas yang disebabkan oleh ulah pengemudi yang pakir disembarang tempat, kurang mematuhi peraturan lalulintas dan banyaknya pengemudi dibawah umur, serta masih kurangnya rambu lalulintas pada titik-titik tertentu.

Tsekeris and Tsekeris (2009) melakukan penelitian mengenai “Transport Investment and Sustainable Urban and Region Development”, Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara transportasi dan kesenjangan sosial dan ekonomi antara kota-kota atau daerah. Hasil penelitian membuktikan bahwa strategi manajemen dapat memegang peran penting dalam dampak perkembangan perbaikan transportasi. Namun perbaikan tidak selalu dapat dianggap sebagai alat yang efisien untuk mengurangi kesenjangan antar daerah, sehingga jenis-jenis investasi lain yang berkesinambungan dapat digunakan untuk pembangunan perkotaan dan regional yang lebih seimbang.

Wahab (2009) melakukan penelitian mengenai “Dampak Peningkatan Kualitas Jalan Lingkar Barat Enrekang terhadap Pengembangan Kawasan Pertanian”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(48)

menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan memformulasikan data- data, dan menggunakan pendekatan survei, baik instansional maupun lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitas dan mobilitas penduduk meningkat dan sangat berpengaruh setelah investasi infrastruktur jalan ditingkatkan kualitasnya. Disamping meningkatnya akses yang lebih cepat untuk berinteraksi dengan wilayah lainnya, maka tingkat pemanfaatan lahan dan nilai lahan dalam kawasan jalan lingkar jadi meningkat, lahan yang tadinya kurang produktif berubah menjadi lahan yang berpotensi untuk menghasilkan komoditi yang lebih berkualitas. Hasil analisis pada beberapa variabel, rata-rata berada pada batas berpengaruh dengan interval sekor 2,99-3,4 atau 74,75%-85%, tingkat kepemilikan kendaraan mendapat skor 2,34 atau 58,5% sehingga masih dianggap kurang berpengaruh. Tingkat pemanfaatan lahan, nilai lahan, kuantitas dan kualitas produksi serta penghasilan masyarakat, rata-rata pada interval 2,75-3,36 atau 68,75%-84%, sehingga dapat disimpulkan semuanya berpengaruh baik.

Gunawan, et al (2009) melakukan penelitian mengenai “Kajian Dampak Peningkatan Aksesibilitas Wilayah Kecamatan Jatiluhur, Sukasari dan Maniis akibat Pembangunan Jalan Lingkar Barat Kabupayen Purwakarta”. Dampak yang dibahas adalah dampak terhadap layanan kesehatan, pendidikan dan biaya transportasi barang serta dampak lingkungan. Hasil penelitian pembangunan Jalan Lingkar Barat terjadi penghematan waktu tempuh sebesar 30% untuk Kecamatan Jatiluhur, 74,7% untuk Kecamatan Sukasari, dan 77,8% untuk Kecamatan Maniis menuju Kota Purwakarta. Dampak peningkatan aksesibilitas wilayah dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan masyarakat di tiga kecamatan

(49)

tersebut. Peningkatan aksesibilitas wilayah juga berdampak terhadap penurunan biaya transportasi barang sebesar 8%; 130%; dan 278% di Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis. Penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan aksesibilitas wilayah akibat pembangunan Jalan Lingkar Barat akan berdampak terhadap kerusakan hutan akibat aktivitas penebangan liar dan alih fungsi lahan hutan. Upaya peningkatan jalan yang dilakukan setelah pembangunan jalan perlu diiringi dengan upaya pelestarian lingkungan, pengawasan kawasan hutan yang lebih efektif, serta penegakan hukum secara tegas untuk meminimalkan dampak lingkungan yang dapat terjadi.

Hutagalung (2008) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pembangunan Jalan Lingkar Luar (Outer Ring Road) pada Pengembangan Kota Medan (Studi Kasus: Jalan Ngumban Surbakti)”. Data dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jalan lingkar luar berpengaruh signifikan terhadap pengembangan Kota Medan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan jumlah penduduk. Pembangunan jalan lingkar luar Ngumban Surbakti meningkatkan aksesibilitas masyarakat setempat, yang ditandai dengan persepsi positif tentang potensi jalan tersebut terhadap kemudahan ke tempat kerja, belanja dan sekolah.

Zhao and Kanamori (2007) melakukan penelitian mengenai

“Infrastructure and Regional Development in the People’s Republic of China”

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perbedaan pembangunan infrastruktur jalan di perkotaan dan perdesaan memperburuk kesenjangan pendapatan antara

(50)

rumah tangga di pedesaan dan perkotaan. Ada inkonsistensi antara infrastruktur pedesaan dan pembangunan ekonomi pedesaan, rumah tangga pedesaan yang semakin kaya, infrastruktur pedesaan dan lingkungan hidup pedesaan semakin parah di berbagai daerah.

Sudaryadi (2007) melakukan studi mengenai “Dampak Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan Terhadap Output Sektor Produksi dan Pendapatan Rumah Tangga Jawa Tengah (Simulasi SNSE Jawa Tengah 2004)”. Data yang digunakan untuk melakukan analisis adalah Sistem Necara Sosial Ekonomi (SNSE) Jawa Tengah 2004. Metode simulasi yang dilakukan adalah menggunakan biaya pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan sebagai injeksi (shock) terhadap matriks angka pengganda neraca (Ma). Hasil analisis menunjukkan bahwa pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) memberikan dampak bagi : (1) Peningkatan output yang relatif lebih besar bagi sektor produksi pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan, listrik, gas dan air minum serta pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, industri makanan. (2) Peningkatan pendapatan yang relatif besar bagi kelompok rumah tangga menengah–atas dan rumah tangga perkotaan. Peningkatan output sektor produksi dan peningkatan pendapatan rumah tangga yang diakibatkan adanya pembangunan JJLS tidak menimbulkan pengaruh pada peningkatan tingkat kesenjangan pendapatan rumah tangga Jawa Tengah.

(51)

2.9.Kerangka Konseptual

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.10. Hipotesis Penelitian

4. Kualitas jalan berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah Kota Medan.

5. Kelancaran transportasi berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah Kota Medan.

6. Kualitas jalan dan kelancaran transportasi berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah Kota Medan secara simultan.

Jalan Lingkar

Kualitas Jalan

Kelancaran Transportasi

Pengembangan Wilayah Kota Medan

1. Kondisi Jalan 2. Keamanan Pengguna

Jalan 3. Kenyamanan

Penggunan Jalan 4. Kecepatan Perjalanan

1. Kinerja Transportasi Efektif

2. Kinerja Transportasi Efisien

1. Pendapatan 2. Penggunaan Lahan 3. Perekonomian

Masyarakat

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi dan hubungan-hubungan antar variable sosilogis maupun psikologis (Rusiadi, dkk, 2014).

Jenis penelitian ini menurut tingkat ekplanasinya adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian tingkat ekplanasi (level of exlpanation) adalah tingkat penjelasan. Penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau hubungan dengan variabel yang lain.

Adapun sifat penelitian ini adalah deskriptif explanatory. Sugiyono (2004) menyatakan bahwa, penelitian explanatory merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungannya antara satu variabel dengan yang lain.

Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuantitatif/asosiatif/korelasional, yaitu analisis datanya menggunakan statistik inferensial, dengan tujuan mengetahui derajat hubungan dan bentuk pengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Kita ketahui bahwa dua buah vektor dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut vektor resultan. Secara logika kita dapat menganggap setiap vektor

keselamatan pasien yang termasuk patient safety attitudes rendah atau faktor yang menghambat patient safety attitudes yaitu pada iklim kerja tim peningkatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh EPS, DPR, struktur modal, profitabilitas, inflasi, suku bunga dan kurs terhadap return saham perusahaan

 Dari tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,78 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,26

Indomobil Sukses Internasional Tbk Lampiran 8: Model ARMA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Lampiran 9: Correlogram ARMA. Lampiran 10:

(6) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf f, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan

Asuransi kredit yang diselenggarakan oleh PT Asuransi XYZ, memberikan perlindungan terhadap resiko kegagalan pembayaran oleh pembeli yang mungkin terjadi dalam suatu