• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi (atau tidak adanya mereka) antara sistem kekebalan tubuh dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. interaksi (atau tidak adanya mereka) antara sistem kekebalan tubuh dan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunologi reproduksi mengacu pada bidang kedokteran yang mempelajari interaksi (atau tidak adanya mereka) antara sistem kekebalan tubuh dan komponen yang berhubungan dengan sistem reproduksi , seperti toleransi kekebalan tubuh ibu terhadap janin, atau interaksi imunologi melintasi penghalang darah-testis . Konsep ini telah digunakan oleh klinik

kesuburan untuk menjelaskan masalah kesuburan ,

berulang keguguran dan komplikasi kehamilan diamati ketika negara ini toleransi imunologi tidak berhasil dicapai. Hal ini jelas bahwa bagi janin untuk menghindari pengakuan kekebalan tubuh dan menyerang oleh sistem kekebalan tubuh ibu, respon imun maternal harus tumpul, stimulus antigen janin harus ditekan, atau, seperti yang paling mungkin, keduanya harus terjadi.

Dalam penolakan allograft manusia yang normal, limfosit T memainkan peran utama dalam pengakuan dan sitolisis sel antigen-bantalan asing. Peran ini terutama dilakukan oleh limfosit T sitotoksik (CTL). Allograft janin harus dilindungi terhadap sel efektor.

Anatomi organ reproduksi wanita cukup rumit karena terdapat dua percabangan indung telur. Pada wanita normal, setiap bulan kedua indung telur ini bergantian menghasilkan sel telur dan apabila tidak dibuahi, maka akan menjadi

(2)

menstruasi. Di dalam organ reproduksi wanita juga beberapa kelenjar yang mempunyai peran masing-masing.

Berbeda dengan vagina dan ektoserviks, endoserviks dilapisi oleh sel epitel kolumner simpleks yang memproduksi mukus yang akan membasahi dan melindungi epitel. Setiap hari serviks memproduksi sekitar 20-60 mg mucus yang akan melindungi serviks dan vagina dari patogen dan mencegah sperma maupun patogen masuk ke dalam uterus. Mukus serviks terdiri atas air (9098%),bahan organic, ion inorganic, protein plasma, immunoglobulin sekretori, enzim, molekul bakterisidal dan bakteriostatik. Yang termasuk molekul Bakteriostatik antara lain lisosim, laktoferin, zinc, dan defensin. Mucus terbentuk dari musin, sejumlah glikoprotein yang mengandung domain serine dan threonine. Lebih dari 80%

massa molekul musin terbentuk dari kompleks oligosakarida. Sedikitnya ada 18 gen musin yang berhasil dikloning, dan berdasarkan data sequencing.

Imunitas bawaan dipicu setelah invasi mikroorganisme. Pengenalan imun bawaan prinsipnya dimediasi oleh reseptor selular yang dikenal sebagai patternrecognition Receptor (PRR). Molekul tersebut mendeteksi mikroorganisme virulen melalui pengenalan protein pemicu yang dimiliki oleh mikroorganisme yang disebut pathogen associated molecular pattern (PAMP).

Imunitas bawaan memiliki dua system immunologi yaitu selular dan humoral.

System immune selular terdapat pada sel epitel, sel-sel fagosit dan protein antimicrobial. Pada system immune humoral dimediasi oleh antibodi yang diproduksi oleh terminally differentiated antibody-secreting cells (ASCs) yang dikenal sebagai sel plasma.

(3)

B. Tujuan Penulis

1. Menjelaskan Imunologi Reproduksi Pada Wanita 2. Menjelaskan Anatomi Reproduksi Wanita

3. Mejelaskan Sistem Immun Bawaan C. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Imunologi Reproduksi Pada Wanita 2. Apa Itu Anatomi Reproduksi Wanita

3. Bagaimana Sistem Immun Bawaan

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Imunologi Reproduksi Pada Wanita

Mekanisme yang tepat yang terlibat dalam keberhasilan nyata dari janin sebagai allograft hanya sebagian dipahami. Beberapa hipotesis telah diusulkan, yang masing-masing didukung oleh penyelidikan ilmiah yang cukup besar.

Mekanisme yang menghubungkan berbagai hipotesis dan banyak sinyal dan faktor-faktor yang tidak diketahui yang memulai dan mengatur sistem secara keseluruhan tetap tidak jelas. Hipotesis dasar tetap bahwa terdapat dua hambatan fisik dan humoral penolakan kekebalan tubuh janin. Pandangan yang agak sederhana ini tetap substansial tertandingi; Namun, pemahaman kita pada tingkat molekuler telah berkembang. Hal ini jelas bahwa bagi janin untuk menghindari pengakuan kekebalan tubuh dan menyerang oleh sistem kekebalan tubuh ibu, respon imun maternal harus tumpul, stimulus antigen janin harus ditekan, atau, seperti yang paling mungkin, keduanya harus terjadi. Dalam penolakan allograft manusia yang normal, limfosit T memainkan peran utama dalam pengakuan dan sitolisis sel antigen-bantalan asing. Peran ini terutama dilakukan oleh limfosit T sitotoksik (CTL). Allograft janin harus dilindungi terhadap sel efektor. Hal ini dapat terjadi dengan berbagai mekanisme seperti, peraturan pengakuan ibu dari allograft janin, rahim sebagai sebuah situs untuk reaktivitas imun, cabang alloantigen unit fetoplasenta dan peran imunologi untuk plasenta, pertukaran ibu

(5)

janin komponen seluler dan humoral, konsekuensi imunologi dari berbagai zat plasenta berlalu, respon imun marternal selama kehamilan, kekebalan anti mikroba janin ibu, dan kekebalan aborsi spontan berulang.

B. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Anatomi organ reproduksi wanita cukup rumit karena terdapat dua percabangan indung telur. Pada wanita normal, setiap bulan kedua indung telur ini bergantian menghasilkan sel telur dan apabila tidak dibuahi, maka akan menjadi menstruasi. Di dalam organ reproduksi wanita juga beberapa kelenjar yang mempunyai peran masing-masing. Bagi anda yang ingin mengetahui lebih lengkap anatomi Organ Reproduksi Wanita dan Fungsinya, silahkan cermati penjelasan dibawah ini:

1. Rahim

Rahim (uterus) adalah Organ Reproduksi Wanita yang paling utama dengan salah satu ujungnya adalah tabung falopian (tuba fallopi) dan ujung yang lainnya adalah leher rahim (serviks). Rahim terletak di pelvis dan dorsal ke kandung kemih dan ventral ke rectum. Alat Reproduksi ini ditahan oleh beberapa ligament. Di dalam rahim banyak terdapat otot dan lapisan permanen jaringan otot yang paling dalam disebut endometrium. Ketika wanita tidak dalam kondisi hamil, rahim hanya berukuran beberapa centimeter. Rahim berfungsi menerima pembuahan ovum yang tertanam ke dalamendometrium dan mendapatkan makanan dari pembuluh darah. Ovum

(6)

yang dibuahi tersebut akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya menjadi fetus dan terus berkembang hingga kelahiran setelah berusia Sembilan bulan. Pemasangan KB Spiraluntuk mencegah kehamilan juga didalam rahim.

2. Indung Telur (Ovarium)

Organ Reproduksi ini berupa kelenjar kelamin yang dimiliki oleh wanita dan berjumlah dua buah. Fungsi Ovarium adalah memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon peptide dan steroid seperti progesteron dan estrogen.

Kedua hormon tersebut akan mempersiapkan dinding rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi sel sperma.. Hormon progesteron dan estrogen juga berperan memberikan sinyal pada kelenjar hipotalamus dan pituari untuk mengatur siklus menstruasi. Sel telur yang telah berovulasi akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak menuju rahim. Dan apabila ada sperma yang masuk, sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan terjadilah proses kehamilan.

3. Tuba Fallopi

Tuba fallopi (tabung falopi) adalah dua buah saluran halus yang

menghubungkan ovarium dengan rahim. Tuba falopi pada manusia adalah memiliki panjang antara 7 hingga 14 cm. Ketika sel telur berkembang di dalam ovarium, ia akan diselimuti oleh folikel ovarium. Dan Apabila sel telur matang, maka folikel dan dinding ovarium akan runtuh dan menyebabkan sel telur pindah memasuki tuba fallopi dan berlanjut ke dalam rahim dengan bantuan cilia.

4. Leher Rahim (Serviks)

(7)

Leher rahim (serviks) adalah bagian dari Anatomi Organ Reproduksi Wanita yang terletak di bagian bawah rahim. Fungsi Leher Rahim (Serviks) adalah membantu perjalanan sperma dari vagina menuju ke rahim. Leher rahim juga mengeluarkan beberapa jenis lendir dengan tugas yang berbeda- beda dan berada di daerah yang berbeda-beda.

5. Vagina

Vagina adalah organ reproduksi wanita yang paling luar, berbentuk tabung dan menjadi penghubung rahim ke bagian luar tubuh. Alat Reproduksi dapat menghasilkan berbagai macam sekresi, seperti cairan endometrial, keringat, oviductal, skene pada vulva, cervical mucus dan lain-lain. Sekresi pada dinding vagina berfungsi untuk meningkatkan gairah seksual pada wanita.

Ekosistem antara bakteri baik (95%) dan bakteri jahat (5%) di vagina yang tidak seimbang disebabkan oleh diabetes mellitus, kontrasepsi oral, darah haid, antibiotika, douching, cairan sperma, dan gangguan hormon seperti pubertas, kehamilan atau menopause. Gangguan tersebut dapat menyebabkan infeksi dan tentu berbahaya untuk wanita. Berbeda dengan vagina dan ektoserviks, endoserviks dilapisi oleh sel epitel kolumner simpleks yang memproduksi mukus yang akan membasahi dan melindungi epitel. Setiap hari serviks memproduksi sekitar 20-60 mg mucus yang akan melindungi serviks dan vagina dari patogen dan mencegah sperma maupun patogen masuk ke dalam uterus. Mukus serviks terdiri atas air (9098%),bahan organic, ion inorganic, protein plasma, immunoglobulin sekretori, enzim, molekul

(8)

bakterisidal dan bakteriostatik. Yang termasuk molekul Bakteriostatik antara lain lisosim, laktoferin, zinc, dan defensin.

Mucus terbentuk dari musin, sejumlah glikoprotein yang mengandung domain serine dan threonine. Lebih dari 80% massa molekul musin terbentuk dari kompleks oligosakarida. Sedikitnya ada 18 gen musin yang berhasil dikloning, dan berdasarkan data sequencing.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lipopolisakarida bakteri dan beberapa protease hospes dapat meningkatkan ekspresi gen musin; sedangkan beberapa glikosidase, proteinase, dan glikofosfatase yang diproduksi organisme pathogen dapat mendegradasi musin. Sebagai alat pertahanan tubuh, Serabut-serabut musin hanya mampu memerangkap partikel berukuran sekitar 30 nm, sehingga HPV (55 nm) dan HIV (180 nm) tidak mampu diatasi oleh musin. Untuk kondisi tersebut, diperlukan bantuan antibodi, terutama polivalen IgA dan IgM yang mampu mengaglutinasi pathogen.

C. Sistem Immun Bawaan

Imunitas bawaan dipicu setelah invasi mikroorganisme. Pengenalan imun bawaan prinsipnya dimediasi oleh reseptor selular yang dikenal sebagai patternrecognition Receptor (PRR). Molekul tersebut mendeteksi mikroorganisme virulen melalui pengenalan protein pemicu yang dimiliki oleh mikroorganisme yang disebut pathogen associated molecular pattern (PAMP).

PRR yang berperan pada pertahanan alami terhadap infeksi menular seksual antara lain C.type lectins, Toll-like receptors (TLR), NOD-like receptors (NOD),

(9)

dan RNA helicases. Sedangkan PAMP yang berperan antara lain: RNA rantai ganda yang dimilki oleh virus, unmethylated CpG DNA yang ditemukan pada bakteri, lipopolisakarida yang diproduksi bakteri gram negatif, asam teikoat pada bakteri gram positif, dan manoserik oligosakarida yang ditemukan pada bakteri, mannose, fucose, Nacetyl glucosamine, ß-glucans, dan flagelin. Hal ini juga terdapat pada system immune selular dan humoral yaitu:

1. System immune selular

Sel-sel epitelial mengekspresikan sejumlah PRR termasuk TLR (Toll-like receptor), nucleotide-binding oligomerization domain (NOD)-like receptor,

komplemen serta reseptor immunoglobulin. Saat teraktivasi oleh patogen atau produknya, sel-sel tersebut akan melepaskan beberapa kemokin seperti IL-8, RANTES, MIP-1a dan ß, serta SDF1, yang akan merekrut sel imun yang lain untuk menuju daerah yang terinfeksi. Dilepaskan pula sejumlah sitokin proinflamasi seperti IL-1a dan TNF-a, yang akan mengaktivasi lekosit, dan beberapa sitokin seperti IL-6, IL-15, TGF-ß, dan G-CSF yang mempengaruhi .

Deferensiasi dan regulasi respon limfosit T dan B. Sel epitelial juga mengekspresikan molekul adesi seperti e-cadherin, ICAM-1, dan LFA-3 yang penting untuk perlekatan lekosit. Sel epitelial mukosa juga mampu mengekspresikan molekul MHC klas II dan CD1d, yang diduga dapat mempresentasikan peptida dan glikolipid antigen pada sel-sel imun residen.

Berbagai tipe sel epitelial pada traktus genitalis laki-laki dan perempuan mengekspresikan sejumlah PRR yang berbeda, dan memproduksi berbagai

(10)

kemokin dan sitokin setelah teraktivasi. Sel-sel epitelial juga kaya akan peptida antimikrobial seperti, b-defensins, HD-5 dan 6, hCAP-18, dan SLPI.

Dapat dikatakan bahwa sel-sel epitelial traktus genitalis merupakan “penjaga gawang” (gatekeeper) baik imun bawaan maupun adaptif.

Sel-sel fagositik merupakan komponen utama pada sistem imun bawaan level selular, dan semua jenis sel fagosit, termasuk makrofag, netrofil, eosinofil, sel mast, sel natural killer (NK), sel epithelial dan sel dendritik (DC) berada pada jaringan mukosa. Sebagian diantaranya berkembang membentuk karakteristik khusus tergantung lokasinya; misal sel mast pada mukosa dan makrofag pada lamina propria.

Protein antimikrobial (AMP) disebut juga peptida pertahanan hospes, merupakankomponen aktif pada respon imun bawaan; peptida-peptida tersebut mempunyaiaktivitas mikrobisidal spektrum luas yang poten dan kemungkinan dapat dipakai sebagai terapi . AMP mampu membunuh bakteri Gram positif dan Gramnegatif (termasuk strain yang resisten terhadap antibiotik konvensional),envelope virus dan jamur. Beberapa protein antimikrobial yang disekresi traktus genitalis antara lain: defensin, katelidin, laktoferin, dan lisosim.

2. System immune humoral

Imunitas humoral dimediasi oleh antibodi yang diproduksi oleh terminally differentiated antibody-secreting cells (ASCs) yang dikenal sebagai sel

plasma. Setelah terstimulasi antigen, sel B yang berada di limfonodi dan lien, mengalami ekspansi klonal dan diferensiasi menjadi sel B memori atau ASCs.

IgA terutama muncul pada jaringan mukosa limfoid dan lebih menyukai

(11)

kembali ke daerah efektor mukosa dimana IgG bergerak ke sumsum tulang atau daerah inflamasi. Gambaran lalulintas ASC tergantung pada ekspresi reseptor kemokin spesifik dan molekul adesi. Belum banyak diketahui tentang mekanisme homing spesifik pada traktus genitalis. ASC traktus genitalis menggunakan CCR10 yang banyak dijumpai pada jaringan mukosa.

Epitel traktus genital juga mensekresi SDF-1, yang diduga bahwa reseptor kemokin CXCR4 mungkin berperan pada target ASC di genital

(12)

Daftar Pustaka

P.Stite, Daniel dan Abba I. Terr. 1991. Basic Human Immunology. America : Appleton & Lange

J. Heffner, Linda dan Danny J. Schust. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi.

Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga

Anderson, DJ. Genitourinary Immune Defense. Dalam : Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts DH, editor: Sexually Transmitted Diseases, 4rd

Referensi

Dokumen terkait

Unit kompetensi ini berlaku untuk menyiapkan operasi proses pemindahan gambar pada flat screen atau rotary screen secara manual atau dengan alat exposure,

Hasil analisis dan pembahasan diper- oleh kompetensi yang tidak dibutuhkan Industri Service Mobil namun dilaksanakan dalam kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik

Sasanti J, SpKJ (K) Biologi Anak BIMBINGAN DIVISI DIVISI : Neurologi TANGGAL NAMA PPDS/ NAMA STAF KETERANGAN.. Christie Indira

Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama Kabupaten Grobogan terbesar berada di kelompok usia 45-54 tahun yakni sebesar 76.894 rumah tangga (29,11 persen) atau dengan

Atas perhatian, kesediaan dan kehadiran Bapak/lbu/Saudara tepat pada waktunya, kami ucapkan terima kasih. wati, SP.. KEMENTERIAN RTSET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

Akan tetapi untuk memberikan cepat dalam memanggapi informasi publik kita mempunyai website dimana semua pengaduan publik tercantum di website itu semua seperti pengaduan

Hal tersebut sangat berlainan dengan apa yang ditawarkan Kiki Koekie dalam bidang kuliner, namun Kiki Koekie belum memiliki branding yang tepat untuk dapat menanamkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang peningkatan kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan media gambar pada anak usia 5-6